Kajian Kinerja Irigasi Tetes Pada Tanah Latosol Dengan Budidaya Tanaman Caisim (Brassica Juncea L.)

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air adalah sumber kehidupan bagi seluruh mahkluk hidup. Pada tanaman,
air merupakan hal yang sangat menentukan kualitas dari tanaman. Banyak cara
mendapatkan air bagi tanaman, baik yang dicari oleh tanaman sendiri di tanah
melalui akar maupun yang diberikan secara buatan oleh manusia. Metode
pemberian air pada permukaan tanah dalam bentuk percikan, seperti hujan biasa,
disebut penyiraman. Metode pemberian air seperti ini dimulai sekitar tahun 1900.
Pertanian sistem irigasi siraman yang pertama adalah perkembangan dari
penyiraman terbatas pada tanaman sayur-sayuran, kebun bibit dan kebun buahbuahan (Hansen dkk, 1992)
Irigasi siraman dipergunakan di daerah lembah sebagai metode pemberian
air tambahan. Kebanyakan sistem ini adalah instalasi pipa stasioner yang di
atasnya diberi perforasi, atau sistem di atas pohon (overtree) stasioner dengan
penyiram yang berputar. Sistem tersebut biaya pemasangannya mahal tetapi
cukup mudah untuk dioperasikan. Jumlah pemasangan irigasi siraman telah
meningkat dengan cepat sejak 1950 oleh karena perkembangan irigasi siraman
yang lebih efisien, menggunakan pipa aluminium yang ringan dengan pompa yang
lebih efisien, dan penyebarannya yang luas karena menggunakan tenaga listrik
atau motor bakar yang biayanya lebih murah. Irigasi siraman telah digunakan

pada semua jenis tanah dengan topografi dan kemiringan yang berbeda untuk
berbagai tanaman (Hansen dkk, 1992).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Diperlukan pengembangan penggunaan irigasi siraman pada pertanian
Indonesia. Selain memiliki efisiensi yang tinggi, dapat mengemat penggunaan air,
dan bagi tanaman sendiri dapat menghindari serangan penyakit yang dapat dibawa
oleh media air. Sistem irigasi siraman yang paling efisien adalah irigasi tetes (drip
irrigation). Pada hakikatnya irigasi tetes sangat sesuai diterapkan pada berbagai
jenis dan kondisi lahan, air yang sangat terbatas, iklim yang kering, dan untuk
tanaman

yang

mempunyai


nilai

ekonomis

yang

tinggi

(Lyon and Buckman, 1982).
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak
di permukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
genetis dan lingkungan, yakni: bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan
makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat
panjang, yang dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik,
kimia, biologi maupun morfologinya. Tanah bersama air dan udara merupakan
sumber daya utama yang sangat mempengaruhi kehidupan. Kesetimbangan
ketiganya

sangat


tergantung

pada

bagaimana

pengelolaan

tanahnya

(Winarso, 2005).
Tanah Latosol merupakan jenis tanah yang banyak digunakan dalam
budidaya pertanian. Tanah ini mempunyai sifat fisik (struktur) yang baik tetapi
berkemampuan rendah untuk menahan kation (sangat mirip dengan tanah
berpasir), bertekstur lempung sampai liat, struktur remah sampai gumpal dan
konsistensi gembur. Warna tanah kemerahan tergantung dari susunan mineralogi
bahan induknya, drainase, umur dan keadaan iklimnya, dan membutuhkan
pemberian pupuk yang agak sering. Berdasarkan sifatnya, budidaya pertanian

2

Universitas Sumatera Utara

3

pada tanah Latosol cukup sesuai untuk tanaman hortikultura seperti tanaman
Caisim (Brassica juncea L.) yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan dengan
sistem irigasinya melalui irigasi tetes (Hakim dkk, 1986).
Caisim (Brassica juncea L.) adalah tanaman sejenis sawi namun berukuran
lebih kecil, dengan kadar air, vitamin, dan mineral yang tinggi dengan rasa yang
khas dan cocok untuk tambahan pada makanan berkuah seperti mie ayam.
Tanaman ini sedang digemari sehingga cocok untuk dibudidayakan dan memiliki
nilai ekonomis yang tinggi karena digunakan hampir di seluruh sektor penjualan
pangan baik dari menengah bawah seperti pedagang mie ayam keliling dan kaki
lima hingga restoran-restoran mewah. Dari segi pembudidayaan, tanaman ini
dapat dibudidayakan pada dataran rendah dan tinggi, sesuai pada hampir setiap
jenis tanah, dan mudah dalam perawatan. Tanaman Caisim dapat tumbuh baik
pada tanah Latosol. Tanaman Caisim, selain dapat dibudidayakan pada tanah
Latosol juga sangat sesuai dalam pemberian airnya dengan irigasi tetes yang
mempunyai efisiensi tinggi≥ ( 75%) dan tanaman Caisim mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Kinerja irigasi tetes pada budidaya tanaman Caisim yang

ditanam pada tanah Latosol dapat dinilai melalui keefektifan irigasi tetes tersebut.
Kinerja jaringan irigasi tercermin dari kemampuannya untuk mendukung
ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi (command area) yang kondusif
untuk penerapan pola tanam yang direncanakan. Secara umum, kinerja jaringan
irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya water stress yang dialami
tanaman (baik akibat kekurangan ataupun kelebihan air) sehingga pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Kerugian yang timbul akibat water
stress tidak hanya penurunan produktivitas tanaman, tetapi juga mencakup

3
Universitas Sumatera Utara

4

mubazirnya sebagian masukan usaha tani yang telah diaplikasikan (pupuk, tenaga
kerja, dan lain-lain) (Sumaryanto, 2006).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kinerja irigasi tetes pada tanah Latosol dengan vegetasi
tanaman Caisim (Brassica juncea L.) dan tanpa vegetasi.
Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai rancangan saluran irigasi.
3. Bagi masyarakat, untuk membantu petani dalam pengembangan dan
pengelolaan kinerja irigasi tetes pada tanaman Caisim (Brassica juncea L.).

4
Universitas Sumatera Utara