Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Varietas Tosakan (Caisim Bangkok) Terhadap Pemberian Pupuk Cair

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN (CAISIM BANGKOK) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR
SKRIPSI Oleh :
EKO WAHYU DESMIANTO 050301011/BDP – AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN (CAISIM BANGKOK) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR
SKRIPSI
Oleh : EKO WAHYU DESMIANTO 050301011/BDP – AGRONOMI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Judul Skripsi
Nama NIM Departemen Pogam Studi

: Tanggap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea l.) varietas tosakan (caisim bangkok) terhadap pemberian pupuk cair
: Eko Wahyu Desmianto : 050301011 : Budidaya Pertanian : Agronomi

Disetujui Oleh : Dosen Komisi Pembimbing

Ir. Hj. Sabar Ginting, MS Ketua

Mengetahui ,

Ir.Sanggam Silitonga Anggota

Prof. Edison Purba, Ph. D Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Tanggal Lulus :

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN (CAISIM BANGKOK) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR

SKRIPSI

Oleh :
EKO WAHYU DESMIANTO 050301011/BDP – AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Ketua

Diperiksa Oleh : Komisi Pembimbing
Anggota


Ir. Sabar Ginting, MS.

Ir.Sanggam Silitonga

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

ABSTRAK
EKO WAHYU DESMIANTO : Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan (Caisim Bangkok) Terhadap Pemberian Pupuk Cair. Dibimbing oleh Ir.Hj.Sabar Ginting, MS dan Ir.Sanggam Silitonga.
Pupuk pelengkap cair (PPC) merupakan pupuk alternatif yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.kandungan unsur haranya mampu menyediakan unsur-unsur yang tidak ada dalam tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas tosakan. Perlakuan terdiri dari 7 taraf P0 = N,P,K Dosis anjuran sawi (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan KCl = 1,87 g/larikan) P1 = Pupuk organik standard/kompos ( gr/plot) + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P3 = 1,12 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P4 = 1,5 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P5 = 1,5 ml Primatan + 0,75 N,P,K (urea = 3,75 g/larikan ; TSP = 1,87 g/larikan ; KCl = 0,14 g/larikan) P6 = 1,5 ml primatan + 0,50 N,P,K (urea = 2,50 g/larikan ; TSP = 1,25 g/larikan ; KCl = 0,93 g/larikan)
Perlakuan P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) mampu memberikan hasil terbaik untuk seluruh parameter yaitu tinggi tanaman sebesar 44,09 cm, luas daun 241,19 mm3, bobot biomassa per tanaman sampel 271,50 g, bobot segar jual 225,50 g, jumlah klorofil 30,93 unit/6 mm3.
Kata Kunci : sawi, primatan, dosis
ABSTRACT
EKO WAHYU DESMIANTO :response on growth an production of mustard (Brassica juncea L.) Varieties TOSAKAN to liquid fertilizer, supervised by Ir.Hj.Sabar Ginting, MS and Ir.Sanggam Silitonga.
Complementary liquid fertilizer (CLF) is an alternative fertilizer to enchance growth and production of plant.the nutrient content of PPC capable of providing the elements that do not exist in the soil.
The purpose of this research is to find the right dose for growth and yield of mustard (Brassica juncea L.) Varieties TOSAKAN. treatment consists of seven phase ( the control=N,P,K), P0 = N,P,K Dosis anjuran sawi (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan KCl = 1,87 g/larikan) P1 = Pupuk organik standard/kompos ( gr/plot) + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P3 = 1,12 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P4 = 1,5 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P5 = 1,5 ml Primatan + 0,75 N,P,K (urea = 3,75 g/larikan ; TSP = 1,87 g/larikan ; KCl = 0,14 g/larikan) P6 = 1,5 ml primatan + 0,50 N,P,K (urea = 2,50 g/larikan ; TSP = 1,25 g/larikan ; KCl = 0,93 g/larikan)

Dose treatment P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) able to give the best results for all the parameters plant height, leaf area, weight of biomass, fresh weight on the sales and the amount of chlorophyll.

Keywords : Mustard,primatan,dose

RIWAYAT HIDUP
Eko Wahyu Desmianto lahir di Bukit Kemuning pada tanggal 19 Desember 1986 putra pertama ayahanda Agus Suhadi dan ibunda Masdiana. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis lulus dari SMU Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara lulus 2005, dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur PMP.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa, diantaranya pernah menjabat ketua umum Putra – Putri Pencinta Alam (PARINTAL FP-USU) periode 2009 – 2010 dan anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA FP-USU). Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Melati Serdang Bedagai pada bulan Juni sampai bulan Juli 2010.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan (Caisim Bangkok) Terhadap Pupuk Cair ”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Hj. Sabar Ginting, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan yang berharga kepada penulis mulai dari penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
Rasa hormat penulis ucapkan kepada ayahanda tercinta Agus Suhadi dan ibunda Masdiana yang telah mendukung penulis dalam do’a, cinta kasih, pengorbanan, dan motivasi serta adik - adik terkasih Okta Mauliantoni, Hajri Tri Saputra dan Riska Ainunnisa yang telah mendukung dalam do’a dan motivasi.
Terimakasih juga kepada seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Budidaya Pertanian yang telah memberikan ilmu, masukan dan arahan kepada penulis.Terkhusus kepada Harta S Purba, SP yang tiada lelah dan letih mendampingi penulis selama melaksanakan penelitian sampai selesainya skripsi ini terima kasih juga kepada teman-teman Armyplant 05, Crew Ijo Parintal FP-USU dan adik-adik 08 yang telah memberikan semangat kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Maret 2011
Penulis

DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Rataan tinggi tanaman setiap pengamatan pada pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. ................................................................................. 15
2. Rataan luas daun terhadap pemberian pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi ............................................................ 17
3. Rataan bobot biomassa per tanaman sampel pada pemberian pupuk pelengkap cair terhadap petumbuhan dan produksi tanaman sawi....................... 19

4. Rataan bobot segar jual per tanaman sampel terhadap pertumbuhan dan Produksi tanaman sawi .....................................................................................21
5. Rataan jumlah klorofil daun terhadap pertumbuhan dan Produksi tanaman sawi............................................................................................................ 23

DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Histogram tinggi tanaman 4 MST terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi................................................................................... 15
2. Histogram luas daun tanaman 4 MST terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi .................................................................................. 17
3. Histogram bobot biomassa per tanaman sampel terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi ............................................................................ 20
4. Histogram bobot segar jual per tanaman sampel terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi ...................................................... 22
5. Histogram jumlah klorofil daun terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.................................................................................................. 24

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Hal

1. Bagan lahan penelitian .............................................................................. 28

2. Plot Penelitian ........................................................................................... 29


3. Foto dokumentasi penelitian ..................................................................... 30

4. Data tinggi tanaman 1 MST (cm).............................................................. 32

5. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 1 MST ................................................ 32

6. Data tinggi tanaman 2 MST (cm).............................................................. 33

7. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ................................................ 33

8. Data tinggi tanaman 3 MST (cm).............................................................. 34

9. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 3 MST................................................. 34

10. Data tinggi tanaman 4 MST (cm).............................................................. 35

11. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 4 MST................................................. 35 12. Data luas daun (cm2) ................................................................................ 36

13. Tabel sidik ragam luas daun ..................................................................... 36


14. Data bobot biomassa per tanaman sampel (g) .......................................... 37

15. Tabel sidik ragam bobot biomassa per tanaman sampel........................... 37

16. Data bobot segar jual per tanaman sampel (g) ......................................... 38

17. Tabel sidik ragam bobot segar jual per tanaman sampel .......................... 38

18. Data jumlah klorofil daun ....................................................................... 39

19. Tabel sidik ragam jumlah klorofil daun .................................................... 39

DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i ABSTRACT............................................................................................................. i RIWAYAT HIDUP................................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR TABEL................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... vii PENDAHULUAN Latar belakang......................................................................................................... 1 Tujuan penelitian..................................................................................................... 3 Hipotesis penelitian................................................................................................. 3 Kegunaan penelitian................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman........................................................................................................ 4 Syarat tumbuh ......................................................................................................... 5 Iklim ........................................................................................................................ 5 Tanah....................................................................................................................... 5 Pupuk cair primatan ................................................................................................ 6
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian .................................................................................. 9 Bahan dan alat ......................................................................................................... 9 Metode penelitian.................................................................................................... 9 Pelaksanaan Penelitian .......................................................................................... 11 Persiapan lahan...................................................................................................... 11 Pengecambahan benih........................................................................................... 12 Penanaman ............................................................................................................ 12 Penjarangan tanaman ............................................................................................ 12 Aplikasi Pupuk N, P, K (15:15:15) ....................................................................... 12 Pelaksanaan Penelitian .......................................................................................... 13 Penyiraman............................................................................................................ 13 Penyiangan ............................................................................................................ 13 Pengendalian Hama dan Penyakit......................................................................... 13 Pengamatan Parameter .......................................................................................... 13 Tinggi tanaman (cm) ............................................................................................. 13 Luas daun (cm2) .................................................................................................... 14 Bobot biomassa per tanaman sampel (g) .............................................................. 14 Bobot segar jual per tanaman sampel (g).............................................................. 14 Jumlah klorofil daun ............................................................................................ 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan.......................................................................................... 15

Tinggi tanaman 4 MST (cm)........................................................................ 15 Luas daun (cm2) ........................................................................................... 16 Bobot biomassa per tanaman sampel (g) ..................................................... 19 Bobot Segar jual Per tanaman sampel (g) .................................................... 21 Jumlah klorofil daun ................................................................................... 23
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................................... 26 Saran...................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27 LAMPIRAN.......................................................................................................... 28

ABSTRAK
EKO WAHYU DESMIANTO : Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan (Caisim Bangkok) Terhadap Pemberian Pupuk Cair. Dibimbing oleh Ir.Hj.Sabar Ginting, MS dan Ir.Sanggam Silitonga.
Pupuk pelengkap cair (PPC) merupakan pupuk alternatif yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.kandungan unsur haranya mampu menyediakan unsur-unsur yang tidak ada dalam tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas tosakan. Perlakuan terdiri dari 7 taraf P0 = N,P,K Dosis anjuran sawi (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan KCl = 1,87 g/larikan) P1 = Pupuk organik standard/kompos ( gr/plot) + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P3 = 1,12 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P4 = 1,5 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P5 = 1,5 ml Primatan + 0,75 N,P,K (urea = 3,75 g/larikan ; TSP = 1,87 g/larikan ; KCl = 0,14 g/larikan) P6 = 1,5 ml primatan + 0,50 N,P,K (urea = 2,50 g/larikan ; TSP = 1,25 g/larikan ; KCl = 0,93 g/larikan)
Perlakuan P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) mampu memberikan hasil terbaik untuk seluruh parameter yaitu tinggi tanaman sebesar 44,09 cm, luas daun 241,19 mm3, bobot biomassa per tanaman sampel 271,50 g, bobot segar jual 225,50 g, jumlah klorofil 30,93 unit/6 mm3.
Kata Kunci : sawi, primatan, dosis
ABSTRACT
EKO WAHYU DESMIANTO :response on growth an production of mustard (Brassica juncea L.) Varieties TOSAKAN to liquid fertilizer, supervised by Ir.Hj.Sabar Ginting, MS and Ir.Sanggam Silitonga.
Complementary liquid fertilizer (CLF) is an alternative fertilizer to enchance growth and production of plant.the nutrient content of PPC capable of providing the elements that do not exist in the soil.
The purpose of this research is to find the right dose for growth and yield of mustard (Brassica juncea L.) Varieties TOSAKAN. treatment consists of seven phase ( the control=N,P,K), P0 = N,P,K Dosis anjuran sawi (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan KCl = 1,87 g/larikan) P1 = Pupuk organik standard/kompos ( gr/plot) + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P3 = 1,12 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P4 = 1,5 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) P5 = 1,5 ml Primatan + 0,75 N,P,K (urea = 3,75 g/larikan ; TSP = 1,87 g/larikan ; KCl = 0,14 g/larikan) P6 = 1,5 ml primatan + 0,50 N,P,K (urea = 2,50 g/larikan ; TSP = 1,25 g/larikan ; KCl = 0,93 g/larikan)

Dose treatment P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) able to give the best results for all the parameters plant height, leaf area, weight of biomass, fresh weight on the sales and the amount of chlorophyll.
Keywords : Mustard,primatan,dose

PENDAHULUAN
Latar belakang Sejak merosotnya harga minyak, pemerintah mengalihkan perhatian pada
sektor nonmigas, termasuk pertanian. Di sektor pertanian misalnya, masih banyak komoditi berpotensi yang belum ditangani secara serius. Salah satunya yang kini banyak dilirik para eksportir adalah sayuran komersil karena memiliki peluang pasar, khususnya di luar negeri.
Kekurangan lahan pertanian yang diakibatkan oleh berkembangnya industri serta iklim yang kurang mendukung merupakan alasan yang melatarbelakangi melonjaknya permintaan sayuran komersial dari luar negeri.

Indonesia seharusnya sudah dapat memenuhi permintaan sayuran ini, baik di dalam maupun di luar negeri. Letak geografisnya memungkinkan ditanamnya sayuran komersial sepanjang tahun. Lahan yang cukup luas dan tenaga kerja masih cukup murah. Namun demikian, masih banyak kendala untuk memenuhi permintaan itu, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Beberapa kendala itu antara lain penggunaan benih unggul masih kurang, penggunaan teknik prapanen dan pasca panen masih seadanya, serta sulit memenuhi rutinitas yang diminta konsumen.
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) bukan tanaman asli Indonesia. Ditinjau dari segi agroklimatologis, keadaan alam Indonesia memungkinkan pembudidayaan tanaman sawi. Selain itu aspek teknis, ekonomis, dan sosial juga sangat mendukung usaha pengembangan sawi. Sawi yang dikonsumsi dapat menghilangkan sakit kepala, pembersih darah dan penyakit ginjal. Menurut Haryanto (2002) dalam 100 g sawi nilai gizinya adalah sebagai berikut : protein

2,3 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 4,0 g, Ca 220,0 mg P 38,0 mg, Fe 2,9 mg, vitamin A 1940 mg, vitamin B 0,09 mg dan vitamin C 102 mg. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan digemari banyak orang, namun produksinya masih tergolong rendah. Salah satu usaha untuk menaikkan produksi adalah dengan cara pemupukan.
Pemupukan ialah setiap usaha memberikan pupuk dengan tujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman agar produksi dan mutu hasil tanaman dapat meningkat. Sistem pertanian intensif menitikberatkan pada hasil yang lebih tinggi. Akibatnya terjadi peningkatan kebutuhan tanaman pada seluruh unsur hara esensial. Tidak hanya unsur makro primer, tetapi juga unsur makro sekunder dan unsur mikro. Sejak puluhan tahun yang lalu pupuk yang diberikan pada tanah pupuk N, P dan K. Unsur lainnya hanya mengandalkan cadangan yang ada dalam tanah saja. Akibatnya gejala kekurangan unsur-unsur lain mulai dirasakan. Menurut Novizan (2005) perhatian para ahli dan praktisi pertanian pada unsur hara makro sekunder dan unsur – unsur mikro disebabkan semakin sering dan meluasnya kerugian akibat kekurangan unsur-unsur ini diseluruh dunia.
Sebelumnya petani tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pupuk buatan (pupuk N, P dan K) yang mereka perlukan karena pemerintah masih mensubsidi pupuk, sehingga petani dapat membeli pupuk dengan harga yang relatif murah. Namun sejak pemerintah menghilangkan subsidi dan diberlakukannya pasar bebas pupuk pada akhir tahun 1988 petani mulai kesulitan memperoleh pupuk di lapangan yang mengakibatkan jumlah dan jenis pupuk yang digunakan menjadi terbatas serta waktu pemberian pupuk sering terlambat.

Kondisi tersebut mendorong munculnya produsen pupuk baru yang memproduksi pupuk alternatif, termasuk juga pupuk cair (Sutedjo, 2002).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian akan tanggap pertumbuhan dan produksi tanaman Sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan (Caisim Bangkok) terhadap pemberian pupuk cair.
Tujuan Penelitian Menguji pupuk pelengkap cair sebagai alternatif pupuk tambahan dan
mendapatkan dosis pupuk pelengkap cair yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.).
Hipotesis Penelitian Ada pengaruh yang nyata dari pemberian pupuk cair terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.).
Kegunaan Penelitian Penelitian berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat berguna sebagai informasi budidaya sawi.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Sawi


Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan

kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae

(brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya.

Menurut Rukmana (2002) tanaman sawi diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub-kelas : Dicotyledonae


Ordo

: Papavorales

Famili

: Brassicaceae

Genus

: Brassica

Spesies

: Brassica juncea L.

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria)

dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar


kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara

lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya

batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003)

Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak

kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun

(Anonimous, 2000).

Daun sawi stukturnya bersayap dan bertangkai panjang yang bentuknya

pipih. Warna daun pada umumnya hijau keputihan sampai hijau tua.

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik didataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Anonimous, 2000)
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam didataran rendah. Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dkk, 2002).
Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).
Tanah Syarat tanah yang ideal untuk tanaman sawi adalah subur, gembur dan
banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7 (Anonimous, 2000).
Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada

tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara lain pengolahan yanah yang cukup (Suhardi, 1990).
Pupuk Cair Primatan Pengembalian bahan organik kedalam tanah adalah hal yang mutlak
dilakukan untuk mempertahankan hasil yang mendekati optimum jika dalam pelaksaannya memperhatikan empat kunci yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat pemberian. Mengingat hasil pemupukan pada jenis tanaman yang tidak sama tidak selalu memberikan hasil yang baik maka ada hal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesuburan tanah, reaksi tanah, kadar air, sifat pupuk yang diberikan, pengolahan lahan, penyiangan dan pemilihan bibit yang baik (Sutarya dan Grubben, 1995).
Di pasar, ada dua bentuk pupuk, yaitu pupuk cair dan pupuk padat. Bentuk padat dapat diberupa kristal halus sampai berupa tepung, tentunya perbedaan tersebut akan menyebabkan pemakaian yang berbeda pula. Pupuk dalam bentuk cair cukup diencerkan hingga mencapai konsentrasi yang dibutuhkan (Pierce,1987).
Ada dua kelompok pupuk daun berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, yaitu kelompok pupuk yang mengandung unsur hara makro dan kelompok pupuk yang hanya mengandung unsur hara mikro. Hal ini sudah tampak bahwa rata – rata pupuk daun merupakan pupuk majemuk, bahkan disebut pupuk lengkap. Ini disebabkan dalam pupuk daun sudah terkandung beberapa unsur hara (baik makro maupun mikro) dengan konsentrasi yang berbeda – beda (Lingga dan Marsono, 2000)

Pemberian unsur hara selain diberikan lewat tanah umumnya diberikan lewat daun. Pupuk organik cair adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun tanaman agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan (Sutedjo,2002).
Primatan adalah pupuk pelengkap cair yang berguna untuk merangsang atau menyuburkan tanaman baik daun, batang, bunga, buah dan umbi untuk semua jenis tanaman, seperti :
- Tanaman sayuran dan buah : kentang, cabe, tomat, kubis, wortel, bawang merah, bawang prei, bawang putih, kangkung, bayam, semangka, ketimun, melon, kacang panjang.
- Tanaman pangan dan palawija : padi, jagung, kedelai dan kacang hijau. - Tanaman keras (perkebunan) : merica, kopi, jeruk, anggur, coklat,
pembibitan kelapa sawit, pembibitan coklat dan lain-lain. Adapun kandungan unsur pupuk pelengkap cair primatan adalah sebagai berikut nitrogen 3,52 % ; P2O 0,41 % ; K2O 8,19 % ; Mg 0,08 % ; Mn 3 ppm ; B 20 ppm ; Zn 0,16 % ; Fe 0,02 % ; S 0,11 % ; Ca 0,23 % ; Cu 7 ppm. Pupuk pelengkap primatan memiliki beberapa keuntungan yaitu : - menyuburkan daun dan mempercepat tunas baru - mencegah daun berkerut, keriting karena unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman terpenuhi - dapat melipatgandakan hasil panen baik daun, bunga, buah maupun umbi tanaman. - Dapat memperbaiki atau meningkatkan mutu/kualitas tanaman

- Memperkokoh tanaman sehingga dapat memberikan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit pada tanaman.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Simpang Pemda, Kelurahan
Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut mulai dari Januari sampai dengan Februari 2010. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi varietas tosakan cap panah merah, pupuk N, P, K Standard (15:15:15), pupuk cair primatan.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah leaf area meter (LAM), klorofil meter, cangkul, gembor, sprayer, meteran, kalkulator, timbangan analitik, pacak sampel. Metode penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan 7 perlakuan.
Perlakuan :

P0 = N,P,K Dosis anjuran sawi (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan KCl = 1,87 g/larikan)

P1 = Pupuk organik standard/kompos (200 gr/plot) + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ;

TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan)

P2 = 0,75 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan)

P3 = 1,12 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan)

P4 = 1,5 ml Primatan + N,P,K (Urea = 5 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ;

KCl = 1,87 g/larikan)

P5 = 1,5 ml Primatan + 0,75 N,P,K (urea = 3,75 g/larikan ; TSP = 1,87 g/larikan

KCl = 0,14 g/larikan)

P6 = 1,5 ml primatan + 0,50 N,P,K (urea = 2,50 g/larikan ; TSP = 1,25 g/larikan ; KCl = 0,93 g/larikan)

Jumlah ulangan

:4

Jumlah plot

: 28 plot

Ukuran plot

: 125 cm x 100 cm

Jumlah tanaman/plot

: 25 tanaman

Jumlah tanaman sampel/plot

: 5 tanaman

Jumlah seluruh sampel

: 140 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 700 tanaman

Jarak tanam

: 25 cm x 20 cm

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar ulangan

: 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut : Yij = μ + ρi + αj + εij

i = 1, 2, 3

j = 1, 2, 3, 4, 5

dimana : Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan komposisi pupuk cair pada
taraf ke-j. μ : nilai tengah ρi : Efek blok ke-i αj : Efek komposisi pupuk cair pada taraf ke -j . Εij : Efek galat pada blok ke-i komposisi pupuk cair pada taraf ke-j
Jika dari sidik ragam diperoleh efek komposisi pupuk cair yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Gomez and Gomez, 1995).

Pelaksanaan Penelitian Persiapan lahan
Disiapkan lahan penelitian seluas 25 m x 7 m. Dibuat plot dengan ukuran 125 cm x 100 cm dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak antar plot 30 cm.

Kemudian tanah dibersihkan dari gulma dan digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm.

Pengecambahan benih Benih direndam dengan air selama 15 menit kemudian dipindahkan dan
diletakkan di atas kertas koran selama 1 malam atau sampai muncul kutikula. Selama proses pengecambahan kertas koran harus selalu lembab untuk mempertahankan perkecambahan agar benih tidak kering dan mati.

Penanaman Benih sawi yang sudah berkecambah disemai di lapangan. Penanaman
benih dapat dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan kedalaman lubang tanam 5 cm kemudian benih ditanam sebanyak 2 benih/lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm. Sebelum benih dimasukkan kedalam lubang tanam terlebih dahulu dimasukkan kompos 200 g/tanaman.

Penjarangan tanaman Penjarangan tanaman dilakukan pada pada saat tanaman berumur 2 minggu
dengan cara mencabut satu tanaman dan menyisakan tanaman yang paling baik pertumbuhannya. Penjarangan dilakukan dengan cara mencabut bagian tanaman yang akan diambil dan menekan tanah pada tanaman yang disisakan agar tanaman tidak turut terangkat.

Aplikasi pupuk NPK (15:15:15)

Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu

(saat

penjarangan). Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk N, P, K dimana

perbandingan kandungan dari pupuk tersebut adalah 15 : 15 :15. Dosis pupuk diberikan sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan.
Pelaksanaan Penelitian Penyiraman
Bila hujan tidak turun penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi pada pukul 08.00-09.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB secara merata pada seluruh tanaman dengan menggunakan gembor. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan). Penyiangan ini dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila tanaman terserang dan terinfeksi atau dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Bila tanaman terserang hama maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida dengan konsentrasi 0,5 cc/l air. Sedangkan untuk pengendalian penyakit dapat digunakan fungisida dengan dosis 2 g/l air.
Pengamatan Parameter Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara meluruskan daun tanaman yang terpanjang yang diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang. Pengukuran dimulai saat tanaman berumur 2 MST hingga 4 MST dengan interval pengamatan 1 minggu sekali.

Luas daun (mm3) Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan alat Leaf Area
Meter (LAM) daun yang diukur merupakan daun ke-4 dengan cara bagian daun dipotong dari pangkal daun kemudian daun yang diukur diletakkan dalam bidang ukur pada LAM setelah itu dilakukan proses ’scanning’ dan dicatat data yang keluar.
Bobot biomassa per tanaman sampel (g) Bobot biomassa per tanaman sampel adalah seluruh bagian tanaman sampel
termasuk daun yang tidak layak dikonsumsi ditimbang bobotnya. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan dilakukan pada akhir penelitian.
Bobot segar jual per tanaman sampel (g) Bobot segar jual per tanaman sampel adalah bobot bagian tanaman yang
layak untuk dijual dengan kriteria membuang 2-3 helai daun bagian bawah yang rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan dilakukan pada saat panen.
Jumlah klorofil daun (unit/6 mm3) Perhitungan jumlah klorofil yaitu dengan menggunakan klorofil meter.
Penghitungan dilakukan dengan cara mengukur jumlah klorofil pada tiga titik yaitu pada pangkal daun, tengah daun dan ujung daun kemudian dirata-ratakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi tanaman (cm). Data tinggi tanaman disajikan pada lampiran 1, 3, 5, 7 sedangkan analisis
sidik ragamnya pada lampiran 2, 4, 6, 8. Uji beda rataan tinggi tanaman pada 1 MST, 2 MST, 3 MST dan 4 MST
pada pemberian pupuk pelengkap cair dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada pemberian pupuk pelengkap cair

Perlakuan

Rataan tinggi tanaman (cm)

1 MST

2 MST

3 MST

4 MST

P0

17.84 de

23.95 f

29.18 f

36.57 e

P1

16.33 f

24.14 ef 32.20 de 42.02 cd

P2

21.48 a

28.63 abc 38.75 a

44.09 a

P3

21.26 a

32.12 a

35.36 b

42.98 ab

P4

19.18 b

27.49 bc 31.77 e

42.45 bc

P5

17.73 e

25.77 d

33.20 cde 41.83 d

P6

18.11 bcd

27.16 bc 36.63 b

43.68 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom

yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Tinggi tanaman (cm)

Hubungan antara perlakuan pemberian pupuk cair dengan tinggi tanaman
dapat dilihat pada Gambar 1.
50 40 30 20 10
0 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Perlakuan

Gambar 1. Histogram hubungan antara pemberian pupuk cair dengan tinggi tanaman 4 MST.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian pupuk pelengkap cair berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman sawi. Pada setiap pengamatan dapat dilihat bahwa perlakuan P2 menunjukkan tanaman tertinggi, berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3 dan P6 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1, P4 dan P5.
Dari tabel 1 dan gambar 1 diketahui bahwa tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P2 = 44,09 cm dan terendah pada perlakuan P0 = 36,57 cm. Perlakuan P2 mampu meningkatkan tinggi tanaman sawi sebesar 17,05% bila dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini diduga karena dengan pemberian N, P, K dengan dosis anjuran mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman sawi karena salah satu manfaat dari penggunaan pupuk K adalah untuk mendukung pertumbuhan batang tanaman sawi sehingga dengan penambahan 0,75 ml/l air primatan sudah mampu menyediakan hara unsur bagi pertumbuhan tanaman sawi. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa pupuk pelengkap cair primatan dapat meningkatkan pertumbuhan daun, batang, bunga, buah dan umbi.Sedangkan hasil yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol hal ini diduga karena pada perlakuan ini ketersediaan unsur hara yang sangat rendah dan tidak mampu mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Hal ini terlihat pada tanaman dengan perlakuan kontrol lebih kerdil dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.
Luas daun (mm3) Data luas daun dapat dilihat pada lampiran 9 sedangkan analisis sidik
ragamnya dapat dilihat pada lampiran 10.

Uji beda rataan luas daun pada pemberian pupuk pelengkap cair dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan luas daun (mm3) pada pemberian pupuk pelengkap cair

Perlakuan

I

Blok II III

IV Total Rataan

P0 135.65 129.41 184.32 154.12 603.50 150.88 c P1 139.59 166.98 140.90 167.34 614.81 153.70 bc P2 223.45 263.54 290.30 187.47 964.76 241.19 a P3 219.72 270.96 220.45 217.23 928.36 232.09 a P4 228.70 232.36 196.89 221.19 879.14 219.79 ab P5 197.66 225.67 211.45 184.39 819.17 204.79 abc P6 225.23 252.93 235.56 174.36 888.08 222.02 a

Total

1370.00 1541.85 1479.87 1306.10 5697.82

Rataan

195.71 220.26 211.41 186.59

203.49

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Luas daun (cm)

Hubungan antara perlakuan pemberian pupuk cair dengan luas daun dapat dilihat pada Gambar 2.
250 200 150 100
50 0 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Perlakuan
Gambar 2. Histogram hubungan antara pemberian pupuk cair dengan luas daun 4 MST.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk pelengkap cair berpengaruh nyata dan dapat menambah luas daun.

Dari tabel 2 dan gambar 2 dapat diketahui bahwa pemberian pupuk dengan perlakuan P2 memberikan luas daun yang terlebar sebesar 241,19 mm3 dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 = 150,88 mm3. Perlakuan P2 memberikan pertambahan luas daun sebesar 37,44%. Perlakuan P3, P4, P5 dan P6 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P0 maupun P1.
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk pelengkap cair memberikan pengaruh nyata terhadap parameter luas daun. Bila dibandingkan P0 dan P1 dengan perlakuan yang menggunakan pupuk pelengkap cair (P2, P3, P4, dan P5) dapat diketahui bahwa perlakuan yang menggunakan pupuk pelengkap memberikan pengaruh terhadap pertambahan luas daun, pertambahan luas daun mencapai 37,44%.
Peningkatan total luas daun disebabkan karena kandungan unsur hara pada PPC Primatan menyediakan nitrogen yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya.kandungan nitrogen pada PPC Primatan akan memacu pertumbuhan daun sehingga proses fotosintesis akan meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan produksi tanaman.menurut anonimous pemberian PPC Primatan mampu menyuburkan daun dan mempercepat pertumbuhan tunas baru serta mampu melipatgandakan hasil tanaman penghasil daun, buah, bunga dan umbi.
Produksi tanaman sawi sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan organ vegetatif daun. Luas daun akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu semakin luas permukaan daun maka akan semakin banyak fotosintat yang

dihasilkan. Dengan peningkatan tersebut maka produksi tanaman juga akan semakin meningkat.

Bobot biomassa per tanaman sampel (g) Data bobot biomassa per tanaman sampel dapat dilihat pada lampiran 11
dan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 12. Uji beda rataan bobot biomassa per tanaman sampel pada pemberian
pupuk pelengkap cair dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan bobot biomassa per tanaman sampel (g) pada pemberian

pupuk pelengkap cair

Perlakuan

I

Blok II III

IV Total Rataan

P0 162.00 143.00 136.00 160.00 601.00 150.25 e P1 296.00 235.00 264.00 178.00 973.00 243.25 cd P2 322.00 294.00 260.00 210.00 1086.00 271.50 a P3 286.00 243.00 278.00 230.00 1037.00 259.25 ab P4 266.00 278.00 254.00 270.00 1068.00 267.00 a P5 243.00 254.00 200.00 240.00 937.00 234.25 d P6 250.00 236.00 252.00 237.00 975.00 243.75 bcd

Total

1825.00 1683.00 1644.00 1525.00 6677.00

Rataan

260.71 240.43 234.86 217.86

238.46

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Hubungan antara perlakuan pemberian pupuk pelengkap cair dengan bobot biomassa per tanaman sampel dapat dilihat pada gambar 3.

Bobot biomassa per tanaman sampel (g)

300 250 200 150 100
50 0 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Perlakuan
Gambar 3. Histogram hubungan antara pemberian pupuk cair dengan bobot biomassa per tanaman sampel 4 MST.
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk pelengkap memberikan pengaruh nyata terhadap bobot biomassa per tanaman sampel.
Dari tabel 3 dan gambar 3 dapat diketahui bahwa pemberian pupuk dengan perlakuan P2 memberikan hasil tertinggi yaitu = 271.50 g dan hasil terendah pada perlakuan P0 yaitu = 150.25 g. Bila dibandingkan antara perlakuan P2 dengan P0 dapat dilihat bahwa perlakuan tersebut mampu menambah bobot biomassa per tanaman sampel hingga 44,65%. Hal ini didukung oleh pertumbuhan tinggi tanaman dan luas daun yang terbaik terdapat pada perlakuan P2 juga. Perlakuan pemberian PPC Primatan secara nyata mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi bila dibandingkan dengan perlakuan P0 dan P1, .hal ini diduga karena pemberian PPC melalui daun lebih optimal diserap tanaman bila dibandingkan melalui tanah yang tentunya akan meningkatkan proses metabolisme tanaman yang tentunya akan berpengaruh terhadap bobot biomasa tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan (sutedjo) 2002 yang menyatakan

bahwa Pemberian unsur hara selain diberikan lewat tanah umumnya diberikan lewat daun. Pupuk organik cair adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun tanaman agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan.

Bobot segar jual per tanaman sampel (g)

Data bobot segar jual per tanaman sampel dapat dilihat pada lampiran 13

dan data analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 14.

Uji beda rataan bobot segar jual per tanaman sampel pada pemberian

pupuk pelengkap cair dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot segar jual per tanaman sampel (g) pada pemberian

pupuk pelengkap cair

Perlakuan

I

Blok II III

IV Total Rataan

P0 130.00 117.00 111.00 136.00 494.00 123.50 f P1 239.00 215.00 243.00 126.00 823.00 205.75 c P2 243.00 258.00 225.00 176.00 902.00 225.50 a P3 238.00 187.00 231.00 195.00 851.00 212.75 abc P4 227.00 213.00 225.00 178.00 843.00 210.75 cd P5 183.00 186.00 150.00 189.00 708.00 177.00 e P6 176.00 182.00 193.00 190.00 741.00 185.25 de

Total

1436.00 1358.00 1378.00 1190.00 5362.00

Rataan

205.14 194.00 196.86 170.00

191.50

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Hubungan antara perlakuan pemberian pupuk pelengkap cair dengan bobot segar jual per tanaman sampel dapat dilihat pada gambar 4.

Bobot segar jual per tanaman sampel (g)

250 200 150 100
50 0 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Perlakuan
Gambar 4. Histogram hubungan antara pemberian pupuk cair dengan bobot segar jual per tanaman sampel 4 MST.
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan P2 mampu menghasilkan bobot segar jual per tanaman sampel. Dari tabel hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk pelengkap cair memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.
Dari tabel 4 dan gambar 4 dapat diketahui bahwa pemberian pupuk dengan perlakuan P2 memberikan pertambahan bobot segar jual per tanaman sampel yang paling besar yaitu = 225.50 g dan yang terendah pada perlakuan P0 yaitu = 123.50 g. Bila dibandingkan antara perlakuan P2 dengan P0 dapat dilihat bahwa perlakuan tersebut mampu menambah bobot segar jual mencapai 45,23%. Setiap bagian tanaman yang layak dijual mempunyai karakteristik yang baik. Salah satunya yaitu daun hijau dan segar. Tidak terdapat bercak, bolong-bolong maupun daun berwarna kuning. Tanaman yang tumbuh dengan baik maka daya jual juga semakin tinggi.

Jumlah klorofil daun (unit/6 mm3)

Data hasil pengamatan jumlah klorofil daun dapat dilihat pada lampiran 15

sedangkan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 16.

Uji beda rataan jumlah klorofil daun pada pemberian pupuk pelengkap cair

dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan jumlah klorofil daun (unit/6 mm3) pada pemberian pupuk

pelengkap cair

Perlakuan

I

Blok II III

IV Total Rataan

P0 27.19 26.98 27.32 27.60 109.09 27.27 f P1 26.84 27.75 31.20 27.98 113.77 28.44 bcd P2 31.32 30.73 31.87 29.80 123.72 30.93 a P3 30.21 29.65 27.64 27.93 115.43 28.86 abcd P4 27.98 29.17 27.31 28.91 113.37 28.34 cd P5 28.44 29.76 28.13 26.87 113.20 28.30 de P6 29.12 28.93 28.22 26.73 113.00 28.25 e

Total

201.10 202.97 201.69 195.82 801.58

Rataan

28.73 29.00 28.81 27.97

28.63

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Dari lampiran 15 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk dengan perlakuan P2 mampu meningkatkan jumlah klorofil daun. Dari hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa pemberian pupuk cair berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah klorofil per tanaman sampel.
Hubungan antara perlakuan pemberian pupuk pelengkap cair dengan jumlah klorofil daun dapat dilihat pada gambar 5.

jumlah klorofil daun (cm³)

35 30 25 20 15 10
5 0
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Perlakuan
Gambar 5. Histogram hubungan antara pemberian pupuk cair dengan jumlah klorofil daun pada 4 MST.
Dari tabel 5 dan gambar 5 dapat diketahui bahwa perlakuan perlakuan P2 memberikan hasil yang tertinggi yaitu = 30.93 unit/6 mm3 dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu = 27.27 unit/6 mm3.Bila dibandingkan antara perlakuan P2 dengan P0, pertambahan jumlah klorofil mencapai 10,37 %.
Jumlah klorofil pada daun erat kaitannya pada saat penangkapan cahaya dalam proses fotosintesis dan juga kadar nitrogen. Cahaya matahari yang ditangkap oleh tanaman kemudian diterima oleh klorofil pada daun. Demikian juga dengan hara nitrogen dalam tanah yang mempunyai fungsi khusus sebagai penyusun klorofil pada daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitter and Hay (1991) bahwa cahaya mempunyai pengaruh pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis, reseptor utama penerima adalah klorofil yang kemudian mengabsorbsi untuk proses selanjutnya. Didukung pula oleh pernyataan Mas’ud (1992) bahwa nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil,

yang menjadikan daun berwarna hijau. Kandungan nitrogen yang tinggi menjadikan dedaunan menjadi lebih hijau dan mampu bertahan lebih lama.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Pemberian pupuk pelengkap cair primatan dengan perlakuan P2 (0,75 ml primatan +
N,P,K (Urea = 5,00 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) memberikan berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan. 2. Pemberian pupuk pelengkap cair primatan dengan perlakuan P2 (0,75 ml primatan + N,P,K (Urea = 5,00 g/larikan ; TSP = 2,50 g/larikan ; KCl = 1,87 g/larikan) dapat meningkatkan hasil tinggi tanaman sebesar 44,09 cm, luas daun 241,19 mm3, bobot biomassa per tanaman sampel 271,50 g, bobot segar jual 225,50 g, jumlah klorofil 30,93 unit/6 mm3. 3. Pemberian pupuk pelengkap cair primatan dengan perlakuan P2 dalam 1 Ha lahan mampu menghasilkan produksi sebanyak 45 ton, bila harga 1 kg sawi sebesar Rp. 1.000,00 maka omset yang dihasilkan sebanyak Rp. 45.000.000,00
Saran Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan taraf dosis yang berbeda untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2000. Sawi.Http://warintek.progressio.or.id
Fitter, A.H and Hay R.K.M, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemah