Pengaruh Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Pengolahan Ptpn Iii (Persero) Pks Rambutan Tebing Tinggi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2009:160) keselamatan dan kesehatan kerja
adalah kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
ditempat kerja. Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan
kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik yang terpotong,
luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan
pendengaran. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas
dari kondisi yang bebas dari fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan kerja merupakan faktor-faktor dalam
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan,
lingkungan kerja dapat menyebabkan atau membuat stress emosi dan gangguan
fisik.
Mangkunegara (2002:163) berpendapat bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil
dan makmur. Yuli (2005:83) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah bagian

dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan

Universitas Sumatera Utara

kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosialnya sehingga
memungkinkan karyawan dapat bekerja secara optimal.
Keselamatan kerja menurut Mondy (2009:360) adalah perlindungan
karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan
pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja
yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka
memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Kesehatan kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan
merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode
waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau
gangguan fisik.
Keselamatan diri para karyawan di dalam bekerja adalah hal yang sangat
penting. Karyawan berupaya semaksimal mungkin agar terhindar dari kecelakaan
dalam melaksanakan pekerjaannya Sehingga dapat dikatakan keselamatan dan
kecelakaan kerja mempunyai hubungan dengan tingkat kinerja karyawan pada
perusahaan. Yuli (2005:95) menyatakan bahwa, “Keselamatan kerja bertalian

dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau
dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum
dapat diartikan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dalam suatu aktivitas”.
Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan
oleh pihak pengusaha, karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih

Universitas Sumatera Utara

jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga
secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Program kesehatan
kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi,
atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Mangkunegara, 2009:161).
Resiko kesehatan merupakan factor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress,
emosi atau gangguan fisik. Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan
kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan.

b. Mencengah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, sertakeserasian lingkungan kerja.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan

masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak

faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungapn, perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lainnya,
bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang
optimal, maka status kesehatan akan tercapai dengan baik. Keselamata kerja
merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan
dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta melakukan
cara-cara melakukan pekerjaan (Yuli, 2005:92).

Universitas Sumatera Utara

Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap karyawan ini
bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan ditempat kerja atau paling tidak

mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja, sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan semestinya. Mangkuprawira (2009:75) menyatakan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya
tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan.
Perhatian pada kesehatan karyawan dapat mengurangi terjadinya
kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaannya, jadi antara kesehatan dan
keselamatan kerja bertalian dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan di tempat
kerja. Yuli (2005:135) Keselamatan dan kesehatan kerja, adalah suatu sistem
program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila
terjadi hal yang demikian. Sedangkan Malthis dan Jackson (2002:245)
menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum.
Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri,
karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundangundangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.


Universitas Sumatera Utara

Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang
mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan
secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga
kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas
keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas
keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan
atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh
pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja.
Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundangundangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Yuli (2005:133)
adalah:
a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.

2.1.2

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengertian program keselamatan kerja menurut Mangkunegara (2002:161)

Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

Universitas Sumatera Utara

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.

Universitas Sumatera Utara

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman
atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya.
Undang – Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi pasal 86 ayat
1 Undang – Undang No.13 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
Banyak elemen dan faktor-faktor uang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja agar pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dalam perusahaan dapat berjalan efektif. Berikut adalah elemen-elemen
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja para tenaga
kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga
kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang
beresiko maupun tidak.
2. Pelatihan Keselamatan dan kesehatan Kerja


Universitas Sumatera Utara

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang
disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan
untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja.
3. Alat Pelindung Diri (APD)
Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah UndangUndang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 Tentang Kewajiban Bila
Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki
sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan
kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”
Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:
a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang
bisa mengenai kepala secara langsung.
b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)
c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat
bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
d. Sepatu


Pelindung (Safety Shoes), berfungsi

untuk

mencegah

kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan saat bekerja di
tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.

Universitas Sumatera Utara

f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat
bekerja di ketinggian
g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung
telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung
mata ketika bekerja (misal mengelas).
i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup

saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal
berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).
j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah
dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat
bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).
4. Beban Kerja
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka
waktu tertentu
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah
7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk
karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja
mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Mangkunegara (2002:162) usaha-usaha dalam
meningkatkan keselamatan dan kesehatan keja adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.
2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada
lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.
3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan dan
mencegah kebisingan.
4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja
6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.
Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri,
karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundangundangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.
Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang
mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan
secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga
kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas
keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas
keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan
atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh
pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundangundangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni
(2005:133) adalah:
a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
2.1.3 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat
mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap
karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya. Mangkunegara
(2002:98) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.
3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan
tenaga kerja.
4. Meningkatkan kinerja.
Dengan demikian maksud dan tujuan tersebut adalah bagaimana
melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit

Universitas Sumatera Utara

dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Hasibuan (2002:89),
Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan pada diri masing-masing
individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka
menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.
Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi
meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Ini semua
akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan bersangkutan,
karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan perusahaan
kehilangan karyawannya.
Rivai (2009:29) Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat
menjalankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:
1.

Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja
yang hilang.

2.

Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan
olehperusahaan.

3.

Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4.

Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim.

5.

Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki,

Universitas Sumatera Utara

6.

Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan,dan

7.

Meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Tujuan dan manfaat dari kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak dapat

terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja
saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.
2.1.4 Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Sunyoto (2012:242) ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja:
1. Berdasarkan Perikemanusiaan
Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas
dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian
untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang
menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat
kecelakaan.
2. Berdasarkan undang-undang
Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undangundang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan
dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.
3. Ekonomis
Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya
kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.
2.1.5 Undang-Undang Tentang K3

Universitas Sumatera Utara

Undang - Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003, paragraf 5:
Keselamatan dan Keselamatan Kerja,
Pasal 86
1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan, dan
c. Perilakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilainilai agama
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 87
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atur dalam
peraturan pemerintah.
Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1970, Bab IX kewajiban bila
memasuki tempat kerja.
Pasal 13

Universitas Sumatera Utara

Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.
2.2 Kinerja Karyawan
Menurut Hasibuan (2002:86) kinerja adalah “hasil kerja nyata dan
standard kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan”. Kinerja
pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja
karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi
kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun
kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi
(Malthis dan Jackson, 2002:78).
Menurut Rivai (2009:309) kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan
sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kemudian menurut Mangkunegara
(2002:135) bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Pendapat dari ahli yang lain, Bernandin dan Russell yang dikutip oleh
Gomes (2003:135), kinerja adalah catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu
pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. Maka kesimpulan
dari pengertian diatas adalah kinerja merupakan prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seorang karyawan.
Malthis dan Jackson (2002:77) Kinerja mengacu pada prestasi karyawan
yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahan.

Universitas Sumatera Utara

Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang
di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja mempengaruhi seberapa banyak
karyawan memberikan kontribusi kepada organisasi, antaralain yaitu kualitas
keluaran, kuantitas keluaran, jangka waktu keluaran, kehadiran di tempat kerja.
Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan yang dihasilkan dari
fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu.
Hal ini bahwa kinerja merupakan sebuah laporan hasil kerja karyawan selama
periode tertentu pada suatu jangka waktu yang telah ditentukan manajemen
perusahaan.
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja (performance) dapat dipengaruhi oleh dua faktor menurut Keith
Davis dalam Mangkunegara (2009:13), yaitu :
1. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuanterdiri dari kemampuan potensi dan
kemampuan reality. Artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas
rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja
maksimal kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang
relatif memadai.
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi
kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi
kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka

Universitas Sumatera Utara

bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang
rendah.
Gibson (2008:6) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang
mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu:
1.

Variabel Individu, yang meliputi kemampuan dan keterampilan, fifik
maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan
jenis kelamin, asal usul sebagainya.

Kemmapuan dan keterampilan

merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu kinerja
individu sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada
perilaku dan kinerja.
2. Variabel Organisasi, yakni dukungan yang didapatkan karyawan dari
organisasi tempat karyawan tersebut bekerja, yang meliputi pengembangan
sumber daya, kepemimpinan, imbalan, standar kinerja, struktur dan desain
pekerjaan.
3. Variabel Psikologis atau Jabatan, yakni tingkat usaha yang dicurahkan
karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut, yang
meliputi persepsi, sikap, kehadiran, etika kerja, kepribadian dan belajar
merupakan hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang
pengertiannya sukar dicapai karena seseorang individu masuk dan
bergabung ke dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang,
budaya dan keterampilan yang berbeda satu sama lainnya.
Malthis dan Jackson (2002:180) menyatakan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja dari individu yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Kualitas Kerja adalah kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak
mengabaikan

volume

kerja

untuk

menghindari

kesalahan dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan.
2. Kuantitas Kerja adalah volume kerja yang dihasilkan di bawah kondisi
normal yang menunjukkann banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan
dalam mencapai efektivitas yang sesuai dengan tujuan perusahaan.
3. Pemanfaatan Waktu yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan
dengan kebijaksanaan dari perusahaan untuk mencapai ketepatan waktu
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
4. Kemampuan Bekerja Sama yaitu di mana karyawan dapat melakukan
pekerjaannya dengan karyawan lainnya atau kelompoknya dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
2.2.2 Manfaat Penilaian Kinerja
Kontribusi
bermanfaat
kebijakan

bagi

hasil-hasil

penilaian

merupakan

sesuatu

yang

perencanaan kebijakan-kebijakan organisasi.

organisasi

dapat

menyangkut

aspek

individual

sangat

Kebijakandan

aspek

organisasional. Malthis dan Jackson (2002:225), manfaat penilaian kinerja bagi
organisasi adalah :
1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,
pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja

Universitas Sumatera Utara

5. Untuk kepentingan penelitian kepegawaian
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain karyawan
2.2.3 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Rivai (2009:312), tujuan penilaian kinerja karyawan pada
dasarnya meliputi :
1. Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini.
2. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji
berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa, insentif uang.
3. Mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.
4. Meningkatkan motivasi kerja.
5. Meningkatkan etos kerja.
6. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi
tentang kemajuan kerja mereka.
7. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk
memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier
selanjutnya.
8. Riset seleksi sebagai kriteria keberhasilan/efektivitas.
9. Sebagai salah satu sumber informasi untuk perencanaan SDM, karier dan
keputusan perencanaan sukses.
10. Membantu menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai untuk
mencapai hasil yang baik secara menyeluruh.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kinerja
Karyawan
Lingkungan kerja yang aman menjadikan tenaga kerja atau karyawan
menjadi sehat dan produktif. Menurut Hasibuan (2006:206), keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang
baik. Bila terjadi banyaknya kecelakaan, maka akan berpengaruh terhadap
peningkatan absensi karyawan yang berkaitan dengan penurunan produksi
perusahaan yang diakibatkan tidak optimalnya kinerja karyawan.
Kondisi lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat membuat
karyawanmenjadi sehat dan produktif. Semakin produktif karyawan akan
meningkatkan kinerja dan semakin tinggi hasil kerja. Perhatian yang khusus
kepada keselamatan dan kesehatan kerja akan selaras dengan fungsi manajemen
sumber daya manusia yaitu: mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi
fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja secara
produktif untuk menunjang tujuan perusahaan (Rivai, 2009:279). Manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
keselamatan dan secara optimal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan
meneliti apakah pengendalian kecelakaan sudah dilakukan perusahaan dengan
cermat sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan kerjatersebut. Manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif menuntut adanya komitmen
perusahaan terhadap kondisi kerja yang aman. Akan tetapi, lebih penting lagi jika
program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut didesain dan dikelola dengan
baik sehingga dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang

Universitas Sumatera Utara

berhubungan dengan kecelakaan kerja, misalnya kompensasi pekerja dan denda
yang ditimbulkan. Respon dan usaha yang baik dari manajemen akan mengurangi
tingkat kecelakaan dalam perusahaan.
Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri.
Kecelakaan industri ini dapat didefenisikan sebagai suatu kejadiaan yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacukan prosesyang telah diatur
dari suatu aktivitas (Ghozali, 2005:68).
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar
tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik,
mental maupun sosial sehingga dapat bekerja secara optimal (Ghozali, 2005:75).
Dengan itu Mathis dan Jhon H. Jackson (2002:65) mengatakankeselamatan kerja
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang, sedangkan
kesehatan kerja merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.

2.3 Penelitian Terdahulu
Rijuna Dewi (2006) dengan judul penelitian “Pengaruh keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemical
Medan Plant” variabel yang digunakan ialah kesehatan kerja, keselamatan kerja,
dan kinerja karyawan dengan hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh
positif dan signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja
karyawan sebesar 52,2% secara serentak maupun parsial.

Universitas Sumatera Utara

Fahmawati (2004), dengan judul penelitian "Pengaruh Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada
PT. Cahaya Surya Tunas Tapioka Wonogiri". Hasil uji F sebesar 24,120
menunjukkan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar, hasil uji
t sebesar 4,260 dengan koefisien determinan sebesar 0,556 menunjukkan bahwa
variabel bebas (kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja) dapat
menjelaskan 56,6 % terhadap variabel terikat (kinerja karyawan).
Paramita (2012) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh keselamatan
dan kesehatan kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ
Semarang” penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) terhadap prestasi kerja karyawan yang dimediasi
variable motivasi kerja. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan
analisis jalur. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan
yang dimediasi oleh variable motivasi kerja. PT. PLN (Persero) APJ Semarang
seharusnya lebih meningkatkan penerapan K3 bagi karyawan agar motivasi kerja
mereka menjadi lebih tinggi, sehingga mereka dapat memberikan performa yang
maksimal.

2.4 Kerangka Konseptual
Menurut Gomes (2003:161) keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi
yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja,

Universitas Sumatera Utara

terdiri atas: mengganti alat atau sarana yang berbahaya, pemakaian alat pelindung
perorangan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan pelatihan serta
pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. Sementara kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau
rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur suhu,
kelembaban, kebersihan udara, penggunanaan warna ruangan kerja, penerangan
yang cukup terang dan menyejukkan, mencegah kebisingan, mencengah dan
memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan
dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja. Menurut Mangkunegara
(2002:135) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas, kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3) yang diberikan
kepada karyawan diharapkan perusahaan dapat berdampak positif terhadap
kemajuan kinerja karyawan. Sedangkan pengawasan program keselamatan dan
kesehatan kerja yang ada di perusahaan mempengaruhi pola kinerja para
pegawainya, karena pengawasan terlaksananya program keselamatan dan
kesehatan kerja yang telah direncanakan oleh perusahaan dapat berjalan sesuai
dengan keinginan perusahaan dalam hal ini juga mempengaruhi pencapaian tujuan
perusahaan,

terutama

kinerja

perusahaan

yang sangat

terkait

terhadap

keberlanjutan perusahaan kedepannya. Kinerja yang menjadi acuan akhir dalam
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dalam sebuah perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan teori-teori dan penjelasan yang telah dikemukakan, penelitian
ini membahas mengenai pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap
kinerja karyawan pada bgian pengolahan PTPN III (Persero) PKS Rambutan
Tebing Tinggi. Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka
konseptual yang menunjukkan gambaran hubungan antara variabel bebas (X1 dan
X2) terhadap variabel terikat (Y) yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Keselamatan Kerja (X1)

Kinerja (Y)

Kesehatan Kerja (X2)

Sumber : Gomes (2003:161) dan Mangkunegara (2002:135)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari tinjauan teoritis yang
mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti dan merumuskan
hipotesis yang berbentuk alur yang dilengkapi dengan penjelasan kualitatif.
Berdasarkan kerangka konseptual, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Ada pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja secara positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan pada bagian pengolahan PTPN III (Persero) PKS
Rambutan Tebing Tinggi”.

Universitas Sumatera Utara