Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Agensi
Menurut

Saleh

(2004)

Teori

keagenan

adalah

teori yang

menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan)
dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang memberikan

amanat

kepada

agen

untuk

melakukan

suatu

jasa

atas

namaprincipal,sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Dengan
demikian agen bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil
keputusan, sedangkan principal ialah pihak yang mengevaluasi informasi.
Agen seringkali bertindak tidak sesuai dengan keinginan prinsipal yang

disebabkan

adanya

kepentingan pribadi yang tidak

sejalan dengan

kepentingan prinsipal. Implementasi teori agensidapat berupa kontrak
kerja yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan
memaksimumkan

utilitas,

sehingga

diharapkan

agen


bertindak

menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan principal (Lestari, 2010).
Di sisi lain, principal akan memberikan insentif yang layak pada agen
sehingga tercapai kontrak kerja optimal. Menurut Lestari (2010) inti dari
teori agensi adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan
kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.

8
Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan

keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan
dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga
manajemen mendapatkan informasi yang bermanfaat. Menurut IAI, (2009)

tujuan laporan keuangan adalah untuk

menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan

suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau
pertanggungjawaban

manajemen

atas

dasar

sumber


daya

yang

dipercayakan kepadanya (Rahayu, 2010: 94). Atas dasar tujuan tersebut,
diharapkan bahwa para pemakai laporan keuangan dapat menilai informasi
yang

dihasilkan untuk

dasar pengambilan keputusan ekonomi yang

berkaitan dengan perusahaan tersebut.
Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: 2009) No.1 terdiri dari komponen
neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan harus menyajikan secara
wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas
perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan

yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi

9
Universitas Sumatera Utara

lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK
No.1, par.10).
Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan
oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang
dicapai akan
tergantung

dengan

kualitas

laporan

keuangan.


Untuk

mendukung

tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya
aturan (regulasi) yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan
Pemerintah.
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: 2009) No.1
adalah:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Untuk
maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan
yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan

pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi
keputusan
ekonomi
pengguna,
dengan
membantu
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan.
3. Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan.

10
Universitas Sumatera Utara

4. Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan
antar
periode
untuk
mengidentifikasikan
kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara
relatif.
2.1.3. Audit
2.1.3.1. Definisi Audit
Auditing menurut Arrens (2003) dalam Rachmawati (2008)
adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information

to


determine and

report

on the degree of

correspondence between the information and established criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person”.
Artinya

auditing

adalah

pengumpulan

dan

penilaian


bukti

mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.
Auditing

harus

dilakukan

oleh

orang

yang

kompeten

dan

independen.
Secara umum auditing adalah proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan

tujuan

untuk

pernyataan-pernyataan

menetapkan
tersebut

tingkat

dengan

kesesuaian

kriteria

yang

antara
telah

11
Universitas Sumatera Utara

ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada para pemakai
yang berkepentingan (Mulyadi, 2002:9). Tujuan audit secara umum
atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip
akuntansi

berlaku

umum

di

Indonesia.

Kewajaran

laporan

keuangan yang dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam
setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
2.1.3.2. Klasifikasi Audit
a. Berdasarkan Tujuan Audit
1. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan yaitu mengumpulkan bukti atas
pernyataan

atau

asersi

pada

laporan

keuangan

dan

membandingkan apakah laporan keuangan manajemen sesuai
dengan standar akuntansi.
2. Audit Kepatuhan/Ketaatan
Audit kepatuhan atau ketaatan yaitu audit untuk menentukan
apakah perusahaan telah beroperasi sesuai dengan ketentuan
atau peraturan.
3. Audit Operasional
Audit operasional yaitu suatu review yang sistematik atas
aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan tujuan khusus

12
Universitas Sumatera Utara

yang menilai kinerja, mengidentifikasi hal-hal yang perlu
diperbaiki dan membuat rekomendasi untuk perbaikan.
b. Berdasarkan Hubungan Auditor
1. Auditor Internal
Auditor

internal

independen
menguji

adalah

sebuah

dalam sebuah

dan

mengevaluasi

bagian

perusahaan
aktivitas

fungsi yang
yang bertugas

perusahaan

dan

memberikan layanan jasa audit kepada perusahaan.
2. Auditor Eksternal
Auditor eksternal adalah kantor
independen terhadap

akuntan publik yang

perusahaan yang diaudit dengan

menawarkan jasa audit.
3. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintahan adalah badan audit yang mengaudit
pemerintahan.
2.1.3.3. Standar Audit
a. Standar Umum
Standar

umum

bergubungan

dengan

kualifikasi

atau

seorang auditor dan kualitas pekerjaan auditor. Standar umum
terdiri dari 3 standar yaitu:
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

13
Universitas Sumatera Utara

2. Dalam

semua

hal

yang

berhubungan

dengan

perikatan,

independensi dalam sikap mental yang harus dipertahankan oleh
auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib mengggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan

harus

direncanakan

sebaik-baiknya

dan

jika

digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat
dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang memadai harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan hasil audit.
c. Standar Pelaporan
Standar

pelaporan

berhubungan

dengan

masalah

pengkomunikasian hasil audit. Standar pelaporan terdiri dari 4
standar, yaitu:
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.

14
Universitas Sumatera Utara

2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan yang sesuai
dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode
sebelumnya.
3. Pengungkapan

informasi dalam laporan

keuangan

harus

dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
audit.
4. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan,

maka laporan auditor harus memuat

petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor dan jika
ada tingkat tanggung jawab yang bersangkutan.
2.1.3.4. Audit Laporan Keuangan
Laporan keuangan perlu diaudit karena beberapa alasan,
antara lain:
1. Karena ada potensi konflik antara penyedia informasi dengan
pengguna informasi
2. Informasi

mempunyai

konsekuensi

ekonomi

yang

sangat

penting bagi pengguna laporan.

15
Universitas Sumatera Utara

3. Keahlian

sering

menghendaki

informasi

disajikan

dan

diverifikasi
4. Para pengguna sering tercegah mempunyai hubungan langsung
dengan informasi.
2.1.3.5. Keterlambatan Audit (Audit Delay)
Menurut

Ashton

(1987) dalam penelitian Wirakusuma

(2004), Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit dari
akhir

tahun

fiskal perusahaan sampai tanggal laporan audit

dikeluarkan.
Audit

delay

merupakan

lamanya

/

rentang

waktu

penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku
sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit delay
inilah

yang

dapat

mempengaruhi

dipublikasikan,

sehingga

ketidakpastian

keputusan

akan

ketepatan

berpengaruh

yang

berdasarkan

informasi
terhadap
informasi

yang
tingkat
yang

dipublikasikan.
Menurut Abdula (1996) dalam penelitian Kartika (2009),
semakin

panjang

waktu

yang

dibutuhkan

di

dalam

mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun
buku suatu perusahaan milik klien, maka semakin besar pula
kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu
atau bahkan bisa menyebabkan insider trading dan rumor-rumor
lain di bursa saham. Apabila hal ini sering terjadi maka akan

16
Universitas Sumatera Utara

mengarahkan pasar tidak dapat lagi bekerja dengan maksimal.
Dengan demikian, regulator harus menentukan suatu regulasi yang
dapat mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang
harus dipenuhi pihak emiten. Tujuannya untuk tetap menjaga
reliabilitas dan relevansi suatu informasi yang dibutuhkan oleh
pihak pelaku bisnis di pasar modal.
Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan
keuangan

perusahaan

bias

berpengaruh

pada

nilai

laporan

keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan
reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Informasi laba yang
dihasilkan

perusahaan

dijadikan

sebagai

salah

satu

dasar

pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan
yang dimiliki oleh investor. Artinya, informasi yang dipublikasikan
tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.
2.1.4. Profitabilitas
Menurut

Supranoto

(1990)

dalam penelitian Trianto

(2006)

menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas merupakan suatu
indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan
perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Perusahaan akan
mengukur kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas)
baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun saham tertentu. Dalam

17
Universitas Sumatera Utara

rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari
keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan.
Profitabilitas
keputusan

merupakan
manajemen

hasil

dari

dalam

sejumlah

besar

menggunakan

kebijakan

sumber-sumber

dan
dana

perusahaan.
Kartika (2009) menyatakan bahwa perusahaan tidak akan menunda
penyampaian
perusahaan

informasi yang
yang

mampu

berisi berita

menghasilkan

baik.

Oleh

keuntungan

karena

akan

itu,

cenderung

mengalami aduit delay yang lebih pendek, sehingga good news tersebut
dapat segera disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
2.1.5. Umur Perusahaan
Umur
perusahaan

perusahaan

menunjukkkan

dimata masyarakat.

kredibilitas

maupun reputasi

Jika perusahaan telah lama berdiri

biasanya dianggap memiliki kinerja yang baik sehingga menimbulkan
kepercaayan masyarakat. Perusahaan yang telah lama berdiri, secara tidak
langsung membuktikan bahwa perusahaan mampu bertahan dan meraih
laba dalam berbagai kondisi ekonomi. Selain itu pula, menunjukkan
bagaimana perusahaaan dapat mempertahankan reputasi maupun posisi
dalam industri dalam suatu persaingan yang semakin ketat.
Owusu (2000) dalam penelitian Saleh (2004) menyatakan ketika
sebuah

perusahaan

berkembang

menyebabkan

penundaan

laporan

keuangan yang luar biasa yang dapat diminimalisasi. Pernyataan ini

18
Universitas Sumatera Utara

menunjukkan
pengalaman

bahwa
yang

perusahaan
lebih

banyak

yang

berumur lebih tua,

dalam

mempublikasikan

memiliki
laporan

keuangannya. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan
lebih

menyadari

mengenai

pentingnya

ketepatan

waktu

pelaporan

keuangan suatu perusahaan.
2.1.6. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana
dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara
lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Menurut Indra (2011) Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya
perusahaan yang dapat diukur melalui besar kecilnya total assetyang
dimiliki oleh perusahaan tersebut. Terdapat dua pendapat mengenai hal ini.
Pertama, perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan besar,
akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat daripada perusahaan yang
termasuk kategori perusahaan kecil. Hal ini mungkin disebabkan oleh
pengawasan

yang

ketat

dari investor,

pengawas

permodalan,

dan

pemerintah. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh sistem pengendalian
internal yang baik pada perusahaan besar, sehingga mempermudah auditor
untuk menyelesaikan proses auditnya. Kedua, semakin besar perusahaan
maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proses audit. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya sampel audit
yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang harus

19
Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan.Penelitian ini menggunakan log total aset yang dimiliki
perusahaan sebagai ukuran perusahaan.
Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset
yang

dimiliki

oleh

perusahaan.

Keadaan

yang

dikehendaki

oleh

perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat
menambah

modal sendiri.

Perusahaan

yang

berukuran lebih besar

cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi
dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu
yang beragam dari peneliti sebelumnya. Review atas penelitian terdahulu dapat
dilihat pada tabel 2.1.

No
1

2

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Astuti
Variabel Independen:  Leverage, profitabilitas dan
(2007)
- Leverage
umur
perusahaan
tidak
- Ukuran Perusahaan
berpengaruh
terhadap
- Struktur
ketepatan waktu pelaporan
kepemilikan
keuangan.
- Profitabilitas
 Ukuran perusahaan, struktur
- Umur Perusahaan
kepemilikan baik pihak luar
- Reputasi Auditor
maupun
dalam,
reputasi
- Opini Auditor
auditor
dan opini audit
mempunyai
pengaruh
Variabel Dependen:
terhadap ketepatan waktu
- Audit Delay
pelaporan keuangan.
Rachmawati Variabel Independen:  Faktor
internal
yang
(2008)
- Profitabilitas
mempengaruhi audit delay
- Solvabilitas
adalah ukuran perusahaan dan
- Auditor Internal
faktor eksternal ukuran kantor
- Ukuran Perusahaan
akuntan public sedangkan
- Ukuran KAP
variable
profitabilitas,
20
Universitas Sumatera Utara

Variabel Dependen:
- Audit Delay
- Timeliness

3

4

5

Kartika
(2009)

Lestari
(2010)

Indra
(2011)

Variabel Independen:
- Profitabilitas
- Laba/Rugi Operasi
- Opini Auditor
- Ukuran Perusahaan
- Reputasi Auditor







Variabel Dependen:
 Audit Delay



Variabel Independen:
 Ukuran Perusahaan
 Profitabilitas
 Solvabilitas
 Kualitas Auditor
 Opini Auditor



Variable Dependen:
 Audit Delay
Variabel Independen:
- Ukuran Perusahaan
- ROA
- Ukuran KAP
- Umur Perusahaan

Variable Dependen:
 Audit Delay
Sumber: Diolah oleh peneliti







solvabilitas, internal auditor
tidak mempunyai pengaruh
terhadap audit delay.
Faktor
internal
yang
mempunyai
pengaruh
terhadap timeliness adalah
ukuran
perusahaan,
solvabilitas sedangkan faktor
eksternal
seperti
ukuran
kantor
akuntan
public
sedangkan
profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor
tidak mempunyai pengaruh
terhadap timeliness.
Faktor Ukuran Perusahaan,
laba rugi operasi, mempunyai
pengaruh
yang
negatif
terhadap audit delay.
Opini dari auditor punya
pengaruh
yang
positif
terhadap audit delay.
Faktor profit dan reputasi
auditor
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
audit
delay.
Profitabilitas,
solvabilitas,
dan
kualitas
auditor
mempengaruhi audit delay.
Ukuran perusahaan dan opini
auditor tidak mempengaruhi
audit delay.

Ukuran KAP dan umur
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap audit delay.
Ukuran perusahaan dan ROA
tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
audit delay.

21
Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka

konseptual

adalah

suatu

hubungan

atau

kaitan

yang

mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari
penelitian yang sedang diteliti. Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini
antara lain: profitabilitas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan audit delay.
Audit delay adalah jangka waktu penyelesaian audit laporan keuangan tahunan
sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai tanggal yang tertera pada laporan
auditor independen.
Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal
yang sangat penting bagi perusahaan publik karena akan berdampak pada tingkat
kerelevansi dan keandalan informasi yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat
kepastian khususnya dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada kualitas
informasi dari laporan keuangan tersebut. Panjang pendeknya jangka waktu
penyelesaian

audit

tersebut

akan

dipengaruhi oleh berbagai faktor,

selanjutnya akan dijelaskan secara lebih rinci.

yang

Berdasarkan uraian diatas,

hubungan antar variable akan diperlihatkan dalam gambar kerangka pemikiran
berikut:
Profitabilitas
(X1)

H1
H3
Audit Delay(Y)

Umur Perusahaan
(X2)

H2
H4
Ukuran Perusahaan (Z)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

22
Universitas Sumatera Utara

2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan

rumusan

masalah,

kajian

teori

dan

hasil

penelitian

sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay,
H2 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap audit delay
H3 : Profitabilitas dan umur perusahaan berpengaruh terhadap audit delay
secara simultan,
H4 : Ukuran perusahaan memoderasi hubungan antara profitabilitas dan umur
perusahaan dengan audit delay.

23
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 6 90

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 11

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 1

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 7

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 2

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 12

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 2

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 3

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 3 25

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 1