Pelaksanaan Surat Teguran dalam Upaya Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Negara di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Chapter III V

BAB III
GAMBARAN DATA

A.

Pengertian Penagihan Pajak
Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan

akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayarkan hutang pajaknya. Hal ini merupakan posisi strategis dalam
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sehingga tindakan penagihan
pajak tersebut dapat menyelamatkan penerimaan pajak yang tertunda. Kegiatan
penagihan pajakmerupakan ujung tombak dalam menyelamatkan penerimaan negara
yang tertunda, oleh sebab itu seksi penagihan merupakan seksi produksi yang paling
dibanggakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Dalam pelaksanaaanya penagihan pajak haruslah dilandaskan pada peraturan
perundang – undangan yang berlaku., sehingga mempunyai kekuatan hukum baik
bagi wajib pajak maupun aparatur pajaknya. Menurut Anang Mury Kurniawan (2011;
111), penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,

mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita (Pasal 1 angka 9 UU No. 19/2000 tentang penagihan
pajak dengan surat paksa).

Universitas Sumatera Utara

B.

Tindakan Penagihan Pajak Dimulai dengan Menerbitkan Surat Teguran
Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan , melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Tujuan pelaksanaan penagihan
pajak adalah guna pelunasan utang pajak oleh wajib pajak. Oleh karena itu, rangkaian
tindakan penagihan pajak oleh fiskus harus diarahkan guna terpenuhinya tujuan
tersebut.
Rangkaian tindakan pajak yang dilakukan oleh fiskus pada dasarnya mencakup
tiga kelompok kegiatan,yaitu :

1. Pemantauan pembayaran pajak
2. Penagihan yang bersifat aktif
3. Penagihan dengan Surat Paksa.
Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa diawali dengan
penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan, atau surat lain yag sejenis oleh pejabat
yang berwenang atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut setelah 7 (tujuh) hari
sejak jatuh tempo pembayaran. Surat Teguran, Surat Peringatan, atau surat lain yang
sejenis adalah surat

yang

diterbitkan oleh

pejabat

untuk menegur

atau

memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya sebelum Surat

Paksa diterbitkan.

Universitas Sumatera Utara

Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui
untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya. Terhadap wajib pajak yang
karena satu dan lain hal diberikan keleluasan untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak tidak akan diberikan Surat Teguran walaupun tanggal jatuh tempo
pembayaran pajak telah terlampaui dan wajib pajak belum melunasi utang pajaknya.
Hal ini wajar karena wajib pajak tersebut akan menanggung beban tambahan
berupa bunga sesuai dengan ketentuan yang berlaku terhadap keterlambatan
pembayaran tersebut. Tetapi keterlambatan tersebut adalah atas sepengetahuan dan
persetujuan fiskus sehingga terhadapnya tidak akan diberikan Surat Teguran karena
pada dasarnya wajib pajak tersebut memiliki kepatuhan membayar pajak tetapi tidak
bisa segera melakukan kewajibannya karena kondisi keuangannya kurang baik.
Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung
pajak setelah lewat 21 hari sejak Surat Teguran diterbitkan, maka pejabat segera
menerbitkan Surat Paksa.
Hal ini dapat dilihat pada Undang-Undang No.19 Tahun 2000 tentang
Perubahan Undang-Undang No.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa yang mana tersirat makna bahwa tindakan penagihan dimulai dengan
menerbitkan Surat Teguran. Yang diperkuat dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak No. KEP-20/PJ/1995 tentang Jadwal Waktu Penagihan Pajak yaitu Pasal 1 dan
Pasal 2 berikut :

Universitas Sumatera Utara

Pasal 1
1.Pengeluaran Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak
dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran dari
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
2.Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran, wajib pajak atau
penanggung pajak harus melunasi pajaknya.
3.Surat Teguran sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak.
Pajak 2
1.Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, maka jumlah pajak yang masih harus
dibayar dapat ditagih dengan Surat Paksa.
2.Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 hari sejak

tanggal Surat Teguran.
Mengenai Tindakan Penagihan dapat dilihat dari Keputusan Menteri
Keuangan No. 147/KMK.04/1998 Tanggal 27 Februari 1998 yaitu dilakukan apabila
pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Keputusan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan (SKP), Surat Keputusan
Keberatan (SKK), Pusat Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo.

Universitas Sumatera Utara

Surat Teguran juga berfungsi sebagai alat untuk menangguhkan “Kadaluarsa
Penagihan Pajak” seperti yang disebutkan dalam pasal 22 ayat (1) Undang-Undang
No.16 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang No.9 Tahun 1994, yaitu hak
untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, kadaluarsa setelah lewat waktu 10 tahun terhitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak
yang bersangkutan.
Tabel : Proses Penagihan Pajak
Proses penagihan pajak menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (2010:80)

Urutan Tahapan
Penagihan

Dasar Hukum

1.

Pasal 8 s.d 11
Permenkeu
Nomor
24/PMK.03/2008

2.

Kegiatan Waktu
Pelaksanaan
Kegiatan
Penerbitan Surat Teguran atau Setelah 7 (tujuh
Surat Peringatan atau surat hari) sejak saat
lain yang sejenis.

jatuh tempo utang
pajak penanggung
pajak
tidak
melunasi
utang
pajaknya.
Penerbitan Surat Paksa
Sudah lewat
21(dua puluh satu)
hari sejak
diterbitkanya
Surat teguran
/surat peringatan
dan penanggung
pajak tidak
melunasi utang
pajak

Pasal 7 UU

Nomor 19/2000
dan pasal 15 s.d
23 Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor 24
/PMK.03/2008

Universitas Sumatera Utara

3.

Penerbitan Surat
Perintah Melaksanakan
Penyitaan.

4.

Pengumuman lelang.


5.

Penjualan/ pelelangan
barang sitaan.

Setelah lewat
2x24 jam Surat
Paksa
diberitahukan
kepada
penanggung pajak
dan utang pajak
belum dilunasi.
Setelah lewat
waktu 14 hari sejak
tanggal
pelaksanaan
penyitaan dan
penanggung pajak
tidak melunasi

utang pajak.
Setelah lewat
waktu 14 (empat
belas ) hari sejak
pengumuman
lelang dan
penanggung pajak
tidak melunasi
utang pajaknya.

Pasal 12 UU
Nomor 19/2000

Pasal
26
Peraturan
Menteri
Keuangan Nomor
24/PMK.03.2008


Pasal 26 UU
Nomor 19/2000
dan pasal 28
Peraturan
Menteri
Keuangan Nomor
24/PMK.03.2008

C. Pentingnya Surat Teguran Dalam Mencairkan Tunggakan Pajak
Peranan Surat Teguran dalam mencairkan tunggakan pajak adalah sangat
mendasar karena tanpa adanya/ diterbitkan Surat Teguran maka tindakan penagihan,
dalam hal ini tindakan penagihan aktif seperti penerbitan Surat Paksa dan sebagainya
tidak dapat dilakukan karena hal ini telah jelas diatur dalam Keputusan Direktorat

Universitas Sumatera Utara

Jenderal Pajak No. KEP-20/PJ/1995 tentang jadwal waktu penagihan pajak yaitu
pada pasal (1) yang berbunyi :
“Pengeluaran Surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak
dikeluarkan segera 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayarannya dari jumlah
pajak yang masih harus dibayar”.
Akan tetapi, sebelum dikeluarkan Surat Teguran ada yang menjadi dasar untuk
melakukan penagihan pajak, yaitu : Surat Ketetapan Pajak yang menyatakan bahwa
pajak terutang sesuai perhitungan wajib pajak masih kurang dari seharusnya, Surat
Tagihan Pajak, keputusan fiskus dan keputusan pengadilan pajak yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak bertambah. Surat Ketetapan Pajak
yang dikeluarkan oleh fiskus, yang menyatakan bahwa masih terdapat kekurangan
pembayaran pajak meliputi :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2000, dalam jangka waktu 10 tahun
sesudah saat terhutangnya pajak, atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak.
Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam halhal sebagai berikut :
a.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah
pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

b.

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.

Universitas Sumatera Utara

c.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif
nol persen (0%).

d.

Apabila kewajiban pembukuan tidak dipenuhi atau tidak lengkap sehingga
perhitungan rugi-laba, atau peredaran tidak jelas, atau angka-angka dalam
pembukuan tidak dapat diuji atau wajib pajak tidak membantu jalannya
pemeriksaan.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan
syarat adanya data baru (novum) atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak
sebelumnya. Dalam hal ini masih ditemukan lagi data yang semula belum
terungkap pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau data
baru yang diketahui kemudian oleh Dirjen Pajak, maka Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar masih dapat diterbitkan lagi, sesuai dengan ketentuan tentang
SKPKBT yang diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang KUP.
3. Surat Tagihan Pajak
Sesuai dengan Pasal 14 Undang-Undang KUP, Surat Tagihan Pajak dapat
diterbitkan oleh Dirjen Pajak apabila :
a.

Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

Universitas Sumatera Utara

b.

Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung.

c.

Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.

d.

Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai, yang tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

e.

Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi
membuat Faktur Pajak atau pengusaha yang telah dikukuhkan sebagaimana
Kena Pajak tetapi tidak membuat atau tidak mengisi selengkapnya Faktur
Pajak.
Surat Tagihan Pajak membuat kekuatan hukum yang sama denga Surat
Ketetapan Pajak, sehingga dalam penagihannya dapat dilakukan dengan
paksa.

4. Surat Keputusan Pembetulan
Menurut Pasal 16 Undang-Undang KUP, Dirjen Pajak karena jabatan atau atas
permohonan wajib pajak dapat membetulkan Surat Ketetapan Pajak atau atas
permohonan wajib pajak yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan perundangundangan perpajakan. Pembetulan dapat dilakukan oleh Dirjen Pajak, baik atas
permohonan wajib pajak maupun secara jabatan. Apabila kesalahan maupun
kekeliruan ditemukan, baik oleh fiskus maupun berdasarkan permohonan wajib
pajak, maka kesalahan atau kekeliruan tersebut harus dibetulkan.

Universitas Sumatera Utara

5. Surat Keputusan Keberatan
Menurut Pasal 25 Undang-Undang No.16 Tahun 2000 Tentang KUP, bahwa wajib
pajak dalam mengajukan keberatan hanya kepada Dirjen Pajak atas :
a.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

b.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

c.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

d.

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

e.

Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Apabila wajib pajak berpendapat
bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak
tidak sebagaimana semestinya, wajib pajak dapat mengajukan keberatan
hanya pada Dirjen Pajak. Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban
membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

6. Putusan Banding
Apabila wajib pajak merasa tidak puas atas jawaban keputusan keberatan yang
diterbitkan oleh fiskus, wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan banding,
sesuai dengan Pasal 27 UU No. 16 Tahun 2000. Wajib pajak dapat mengajukan
permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajakterhadap keputusan
mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak. Pengajuan permohonan
banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan
pajak.

Universitas Sumatera Utara

7. Jatuh Tempo Pembayaran
Dalam buku KUP oleh Rudy suhartono dan Wirawan B. Ilyas (2010;140)
Penentuan tanggal jatuh tempo dalam penerbitan Surat Teguran sangat penting
karena tanggal jatuh tempo menunjukkan timbulnya utang pajak dan juga mulai
timbulnya wewenang melakukan penagihan pajak.
1.

Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2000 tentang KUP, Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan,

Surat

Keputusan

Keberatan,

Putusan

Banding

yang

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi
dalam jangka waktu satu bulan sejak diterbitkan.
2.

Bagi Wajib Pajak usah kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan Perundang – undangan perpajakan, jangka waktu
pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang menjadi
paling lama 2 (dua) bulan.

3.

Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (SPT PBB) harus dilunasi
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterima oleh Wajib Pajak.

4.

SKPKB, SKPKBT, STP, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali dalam Bea
atas Perolehan Hak atas Tanah dan / atau Bangunan, yang menyebabkan
jumlah Bea yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu
1 (satu) bulan sejak tanggal diterima oleh Wajib Pajak.

Universitas Sumatera Utara

5.

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas SKPKB/SKPKBT, jangka
waktu pelunasan pajak yang tidak disetunjui dalam pembahasan akhir hasil
pemerikasaan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Keberatan.

6.

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding atas Surat Keputusan Keberatan
sehubungan SKPKB/SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh
sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI

A.

Perbandingan Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan dengan Jumlah
Wajib Tunggakan Pajak
Sebelum penulis membandingkan antara jumlah Surat Teguran yang diterbitkan

dengan jumlah Tunggakan Pajak, ada baiknya penulis menyajikan tentang
pelaksanaan Surat Teguran itu terlebih dahulu karena hal ini menyangkut mengenai
Prosedur Pengeluaran Surat Teguran tersebut oleh Kantor Pelayanan Pajak Medan
Timur.
I.

Pelaksanaan Surat Teguran merupakan bagian dari tindakan penagihan yang

dikenal sebagai tindakan penagihan aktif persuasif, yaitu untuk menghimbau wajib
pajak atau memberi kesempatan bagi wajib pajak yang beritikad baik untuk melunasi
tunggakan pajaknya yang tercantum dalam Surat

Tagihan Pajak (STP), Surat

Keterangan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan (SKP), Surat Keputusan
Keberatan (SKK), Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo. Dengan kata
lain Surat Teguran yang dikeluarkan setelah melampaui waktu tujuh (7) hari dari saat
jatuh tempo yang tercantum pada nota perhitungan, bertujuan supaya segera melunasi
utang pajaknya sebelum dilakukan tindakan penagihan berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

Kantor Pelayanan Pajak menyimpan arsip Surat Teguran di dalam berkas.Jika
Surat Teguran ini tidak ditemui lagi atau hilang, sesuai dengan SE Dirjen.Pajak No.
SE-29/PJ.74/1989 Tanggal 25 Juli 1989, diterbitkan kembali Surat Teguran Pertama
(salinan) sebagai arsip dengan nomor dan tanggal yang sama, dan dibuat sesuai
dengan Buku Surat Teguran. Jika nomor, tanggal, bulan, dan tahun Surat Teguran
tidak dapat diketahui, maka dibuatkan Surat Teguran Baru, karena dianggap belum
pernah dibuatkan Surat Teguran.
II. Prosedur Pengeluaran Surat Teguran
1.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk
melakukan penerbitan Surat Teguran atas dasar penagihan pajak yang telah
melewati jangka waktu pelunasan.

2.

Kepala Seksi Penagihan menugaskan Pelaksana Seksi Penagihan/ Jurusita
Pajak untuk melakukan penerbitan Surat Teguran atas dasar penagihan pajak
yang telah melewati jangka waktu pelunasan.

3.

Pelaksana Seksi Penagihan/ Jurusita Pajak melakukan penelitian kemudian
menyusun dan menyerahkan konsep Surat Teguran kepada Kepala Seksi
Penagihan. Dalam melakukan penelitian, Pelaksana Seksi Penagihan/ Jurusita
Pajak melakukan koordinasi antar seksi terkait, contohnya dengan Seksi
Pengawasan dan Konsultasi untuk memperoleh data yang valid tentang nama
dan alamat wajib pajak, laporan hasil pemeriksaan dan nota perhitungan, dan
status pengajuan keberatan atau pengajuan permohonan banding. Pelaksana

Universitas Sumatera Utara

Seksi Penagihan/ Jurusita Pajak juga dapat melakukan koordinasi dengan
Seksi Pelayanan untuk mendapatkan data surat ketetapan pajak atau Surat
Tagihan Pajak.
4.

Beberapa ketentuan terkait dengan penerbitan Surat Teguran adalah sebagai
berikut:
a.

Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan dan tidak mengajukan
permohonan banding, pelunasan atas jumlah pajak yang belum dibayar
dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat
Keputusan Keberatan.

b.

Dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan banding, pelunasan atas
jumlah pajak yang belum dibayar dilakukan paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

c.

Dalam hal wajib pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan
Akhir Hasil Verifikasi, pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus
dibayar dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Surat Ketetapan Pajak.

d.

Dalam hal wajib pajak usaha kecil dan wajib pajak di daerah tertentu
menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil
Verifikasi, pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus dibayar

Universitas Sumatera Utara

dilakukan paling lama 2(dua) bulan sejak tanggal penerbitan Surat
Ketetapan Pajak.
e.

Dalam hal wajib pajak tidak melunasi jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a,huruf
b,huruf c,dan huruf d, pajak yang masih harus dibayar tersebut ditagih
dengan terlebih dahulu menerbitkan Surat Teguran.

f.

Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada huruf e disampaikan setelah 7
(tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud
pada huruf a,huruf b, huruf c, dan huruf d.

g.

Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah
pajak yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi dan wajib pajak
tidak mengajukan keberatan, Surat Teguran disampaikan setelah 7 (tujuh)
hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan.

h.

Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah
pajak yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi dan wajib pajak
tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan, Surat
Teguran disampaikan setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pengajuan permohonan banding.

i.

Apabila sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak dikenakan sebagai
akibat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak, yang pajak terutangnya tidak

Universitas Sumatera Utara

disetujui oleh wajib pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi dan atas Surat Ketetapan Pajak
diajukan keberatan dan/ atau banding, tindakan penagihan atas Surat
Tagihan Pajak tersebut ditangguhkan sampai dengan Surat Ketetapan
Pajak tersebut mempunyai kekuatan hokum tetap.
5.

Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf kemudian menyerahkan
konsep Surat Teguran kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

6.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani kemudian
menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk menatausahakan dan mengirim
Surat Teguran kepada wajib pajak.

7.

Kepala Seksi Penagihan menugaskan Pelaksana Seksi Penagihan atau Jurusita
Pajak untuk menatausahakan dan mengirimkan Surat Teguran kepada wajib
pajak.

8. Pelaksana Seksi Penagihan atau Jurusita Pajak menatausahakan dan
mengirimkan Surat Teguran kepada wajib pajak.
9.

Proses selesai.

Di bawah ini adalah penyajian data sesuai dengan masalah yang penulis bahas
dalam laporan ini :

Universitas Sumatera Utara

TABEL 1

: Perbandingan Jumlah Tunggakan Pajak Dengan Surat Teguran
Yang Telah Diterbitkan

No. Tahun

Tunggakan Pajak

Penerbitan

Surat Persentase

Teguran
Lbr

Rp

Lbr

Rp

632

9353604742

4,31 56,05

47454148065

8,04 27,75

1.

2014

14648

16686249793

2.

2015

15087

170977505280 1214

Sumber

(%)

: KPP Pratama Medan Timur

Berdasarkan data di tabel 1 di atas dapat dilihat persentase penerbitan Surat
Teguran berdasarkan jumlah tunggakan pajak.Persentase penerbitan lembar Surat
Teguran atas lembar tunggakan pajak pada tahun anggaran 2014 sebesar 4,31 %,
sedangkan jumlah nilai rupiah yang akan ditagih melalui Surat Teguran adalah
56,05% dari seluruh jumlah nilai rupiah pada tunggakan pajak pada tahun anggaran
yang sama.
Pada tahun anggaran 2015 dapat dilihat bahwa bertambahnya lembar Surat
Teguran yang diterbitkan adalah hampir mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun
2014, yaitu 8,04% dari total lembar tunggakan pajak sedangkan penerbitan Surat
Teguran jumlah nilai rupiah berkurang menjadi 27,75 % dari total rupiah jumlah
tunggakan pajak.

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor penyebab adanya perbedaan jumlah lembar dan nilai rupiah
tunggakan pajak dengan jumlah lembar dan nilai rupiah yang tercantum dalam Surat
Teguran yang diterbitkan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah lembar dan nilai rupiah yang ditunjukkan dalam tunggakan pajak
merupakan jumlah lembar dan nilai dari setiap Surat Ketetapan Pajak yang
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (meliputi STP/SKPKB/SKPKBT)
sementara jumlah lembar dan nilai rupiah berdasarkan Surat Teguran yang
diterbitkan merupakan jumlah yang terutang oleh satu orang wajib pajak. Hal ini
menunjukkan jika bisa saja terjadi satu orang wajib pajak memiliki beberapa
tunggakan pajak sesuai dengan jenis ketetapan pajak yang diterbitkan terhadapnya.
Sebagai contoh, wajib pajak X mempunyai beberapa tunggakan pajak atau jenis
ketetapan pajak yang berbeda tetapi memiliki tanggal jatuh tempo dan tanggal
penerbitan yang sama. Oleh karena itu, terhadap wajib pajak X diterbitkan satu
Surat Teguran yang terdiri dari beberapa jenis tunggakan pajak. Dengan demikian
penerbitan suatu surat teguran dapat meliputi beberapa tunggakan pajak yang
berbeda-beda jenis ketetapannya.
2. Diantara tunggakan pajak tersebut terdapat tanggal pajak yang terhutang atas Surat
Ketetapan Pajak yang terlah kadaluarsa penagihannya sehingga ketentuan
penerbitan Surat Teguran oleh undang-undang dan atas tunggakan tersebut
diusulkan untuk dihapus.
3. Jumlah lembar dan nilai rupiah tunggakan pajak yang tercantum pada tabel 1
meliputi tunggakan pajak yang telah diusulkan dihapus sesuai dengan ketentuan

Universitas Sumatera Utara

peraturan perundang-undangan penagihan yang berlaku. Tapi tunggakan yang
seharusnya dihilangkan dari total tunggakan pajak masih tetap ada. Hal ini
disebabkan karena proses pelaksanaan penghapusan tunggakan pajak harus
menunggu Keputusan dari Menteri Keuangan sehingga memerlukan waktu yang
cukup lama sesuai dengan prosedur dan jenjang birokrasi yang ada.
4. Berdasarkan kegiatan lapangan yang dilakukan oleh juru sita pajak diperoleh
kenyataan bahwa keadaan dan identitas wajib pajak tidak akurat lagi. Beberapa
penyebabnya antara lain :
a.

Wajib pajak sudah meninggal dunia tetapi masih terdaftar pada master file
lokal.

b.

Wajib Pajak Badan dinyatakan bubar/pailit tanpa pemberitahuan kepada
Kantor Pelayanan Pajak.

c.

Wajib Pajak Badan/ Orang Pribadi sudah tidak memiliki kegiatan usaha dan
tidak dimungkinkan adanya tanda-tanda keaktifan usahanya.

d.

Wajib pajak memberikan alamat yang tidak sebenarnya (alamat fiktif).
Dari kenyataan di atas, maka penerbitan Surat Teguran atas nama wajib
pajak yang tidak akurat lagi sering kembali ke KKP sehingga untuk masa
selanjutnya tidak dilaksanakan penerbitan Surat Teguran atas wajib pajak
tersebut.

5. Kurangnya Sumber Daya Manusia
Dalam hal ini juga faktor kurangnya sumber daya manusia dari segi kuantitas pada
seksi penagihan, karena jika dilihat keadaan wajib pajak yang menunggak pajak

Universitas Sumatera Utara

terlalu banyak perbulannya baik wajib pajak pribadi maupun badan sedangkan
jumlah pegawai yang menerbitkan Surat Teguran khususnya dan penagihan
lainnya pada umumnya jumlahnya tidak sebanding.

B.

Peranan Surat Teguran dalam Mencairkan Tunggakan Pajak
Peranan Surat Teguran dalam mencairkan tunggakan pajak yang sangat

mendasar adalah tanpa adanya/ diterbitkannya Surat Teguran sehingga tindakan
penagihan dalam hal ini tindakan penagihan aktif, seperti penerbitan Surat Paksa dan
sebagainya tidak dapat dilakukan. Hal ini telah diatur dalam Keputusan Direktorat
Jenderal Pajak No. KEP-20/PJ/1995 tentang jadwal waktu penagihan pajak yaitu
pasal 1 ayat (1) yang berbunyi :
“Pengeluaran Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak
dikeluarkan segera tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran dari jumlah pajak
yang harus dibayar”.
Peranan Surat Teguran berdasarkan data tunggakan pajak, penerbitan Surat
Teguran, pencairan tunggakan pajak akibat penerbitan Surat Teguran dapat dilihat
dari penyajian data dalam bentuk tabel dan penganalisaan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

TABEL 2
Tahun

: Penerbitan Surat Teguran Tahun 2014 s.d. 2015
Wajib Pajak Orang

Wajib Pajak Badan

Jumlah

Pribadi
Lembar Jumlah

Lembar Jumlah

Lembar Jumlah

2014

54

1002960373 578

8350644369

632

9353604742

2015

119

3553244089 1095

43900903976

1214

47454148065

Jumlah

173

4556204462 1673

52251548345

1846

56807752807

Sumber :KPP Pratama Medan Timur
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2014-2015rasio kepatuhan
pembayaran pajak terutang antara orang pribadi dengan badan berdasarkan lembar
Surat Teguran yang diterbitkan berkisar hampir 1:10, yaitu lembaran penerbitan Surat
Teguran untuk pribadi sebanyak 173 dibanding dengan lembar penerbitan Surat
Teguran untuk badan sebanyak 1673. Dari rasio ini dapat diketahui bahwa tingkat
Surat Teguran wajib pajak orang pribadi lebih rendah dibanding dengan wajib pajak
badan pada pembayaran pajak.Kemungkinan ini bisa terjadi karena jumlah tunggakan
pajak dari wajib pajak badan lebih besar dibanding wajib pajak pribadi sehingga
mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam pembayaran wajib pajak.
Jika dilihat dari jumlah rupiahnya, dapatlah diketahui begitu pentingnya Surat
Teguran diterbitkan untuk mencairkan tunggakan pajak, yaitu untuk tahun anggaran
2014-2015 sebanyak Rp 56807.752.807 yang merupakan akumulasi jumlah rupiah

Universitas Sumatera Utara

dari wajib pajak orang pribadi sebanyak Rp 4.556.204.462 ditambah dengan jumlah
wajib pajak badan sebanyak Rp 52.251.548.345.
Sedangkan persentase pencairan tunggakan pajak dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

TABEL 3: Perbandingan

Antara

Penerbitan

Surat

Teguran

Dengan

Pencairan Tunggakan Pajak Akibat Penerbitan Surat Teguran
No

Tahun

Pencairan

Tunggakan Penerbitan

Surat Persentase

Pajak Akibat Penerbitan Teguran
Surat Teguran
Lbr

Rp

Lbr

Rp

Lbr

Rp

1

2014

160

1265918826

632

9353604742

25,32

13,53

2

2015

492

6002853029

1214

47454148065 40,53

12,65

Sumber :KPP Pratama Medan Timur
Persentase dari tabel 3 di atas merupakan persentase pencairan tunggakan
pajak akibat penerbitan surat teguran. Pada tahun 2014, persentase pencairan
tunggakan pajak akibat penerbitan Surat Teguran berdasarkan lembar Surat Teguran
yang cair/ dibayar adalah 25,32% dan persentase berdasarkan jumlah nilai rupiah
sebesar 13,53%. Sedangkan pada tahun 2015, persentase pencairan tunggakan pajak
akibat penerbitan Surat Teguran berdasarkan lembar Surat Teguran yang cair/ dibayar
meningkat menjadi 40,53% tetapi persentase berdasarkan jumlah nilai rupiah

Universitas Sumatera Utara

menurun menjadi 12,65 % dibandingkan dengan tahun anggaran 2014, tetapi pada
dasarnya jumlah nilai rupiah tersebut tergantung pada jumlah nilai rupiah pada
masing-masing lembar Surat Teguran.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan wajib pajak
untuk mencairkan tunggakan pajak karena adanya penerbitan Surat Teguran
meskipun dilihat dari jumlahnya tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan sisa
jumlah tunggakan pajak yang masih belum dibayar. Dalam hal ini, seksi penagihan
perlu untuk melanjutkan langkah-langkah selanjutnya dari penagihan tunggakan
pajak seperti penerbitan Surat Paksa.
Selanjutnya persentase perbandingan tunggakan pajak berdasarkan tahun
anggaran dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4:

Data Perbandingan Tunggakan Pajak, Penerbitan Surat Teguran,
Pencairan Tunggakan, dan Sisa Tunggakan Anggaran Tahun
2014 dengan Tahun Anggaran 2015.

N
O

URAIAN

TAHUN ANGGARAN
2014
2015
lbr
Rp
lbr
Rp
14648 166862497 15087 17097750528
93
0
632
935360474 1214
47454148065
2
160
126591882 492
6002853029
6
15087 154203309 15637 11094897499
67

1 Tunggakan
Pajak
2 Penerbitan
Surat Teguran
3 Pencairan
Tunggakan
4 Sisa
Tunggakan
Sumber : KPP Pratama Medan Timur

Persentase
lbr
97,1

Rp
97,1

52,05

1,97

32,52

21,08

96,48

138,9

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data di dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase
peningkatan / penurunan masing masing poin berdasarkan perbandingan tahun 2014
dengan tahun anggaran 2015, sebagai berikut :
1. Persentase tunggakan pajak antara tahun 2014 dengan tahun anggaran tahun
2015 terjadi peningkatan jumlah lembar tunggakan pajak sebesar 97,1%
namun peningkatan tunggakan pajak dalam jumlah rupiah hanya sebesar
9,75%.
2. Persentase Penerbitan Surat Teguran antara tahun anggaran 2014 dengan
tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah lembar Surat Teguran yang diterbitkan
yaitu sebesar 52,05% namun peningkatan dalam jumlah rupiah tidak terlalu
besar hanya sebesar 1,97%.
3. Persentase Pencairan Tunggakan akibat Penerbitan Surat Tunggakan antara
tahun anggaran 2014 dengan tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah lembar
Surat Teguran yang dicairkan sekitar 32,52% dan pada jumlah rupiahnya
sekitar 21,08%.
4. Persentase Sisa Tunggakan antara tahun 2014 dengan tahun anggaran 2015
terjadi peningkatan jumlah lembar tunggakan pajak yang belum dibayar / cair
yaitu sebesar 96,48% dan terjadi juga peningkatan persentase jumlah nilai
rupiah pada lembar tunggakan pajak yang belum cair / dibayar yaitu sebesar
138,9%. Sisa tunggakan inilah yang akan dicairkan melalui tindakan
penagihan aktif seperti Penerbitan Surat Paksa, Penyitaan dan Pelelangan.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dikemukan dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis

dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1.

Peranan Surat Teguran dalam rangka penagihan Surat Tunggakan Pajak
sangat besar, karena tindakan penagihan tidak dapat dilakukan terhadap wajib
pajak yang mempunyai tunggakan pajak tanpa terlebih dahulu kepadanya
diterbitkan Surat Teguran, yang mana Surat Teguran itu merupakan tindakan
penagihan aktif persuasif yang gunanya untuk mengimbau wajib pajak yang
beritikad baik untuk melunasi tunggakan pajaknya yang tercantum dalam
Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
Surat Keputusan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan (SKP), Surat Keputusan Keberatan (SKK), Pusat Banding yang
telah jatuh tempo.

2.

Terdapat banyak hambatan yang perlu dipertimbangkan dalam penerbitan
Surat Teguran agar Surat Teguran yang diterbitkan benar-benar sampai pada
wajib pajak yang dituju, yang mana tujuannya tak lain adalah agar wajib
pajak tersebut segera melunasi/ membayar tunggakan pajaknya.

3.

Masih ada wajib pajak yang tidak mengindahkan Surat Teguran yang sudah
diterimanya dengan berbagai alasan. Hal ini dapat dilihat dari data-data yang

Universitas Sumatera Utara

ada bahwa masih banyak terdapat sisa tunggakan pajak yang belum dapat
dicairkan dengan Surat Teguran.
4.

Tujuan akhir dari penagihan bukanlah untuk menyita atau melelang barang
milik penanggung pajak atau melakukan pencegahan dan penyanderaan
penanggung pajak tetapi dalam rangka untuk pelunasan utang pajak sehingga
diberlakukan prosedur-prosedur penagihan pajak. Contohnya, terlebih dahulu
diterbitkan Surat Teguran kepada wajib pajak/ penanggung pajak yang masih
mempunyai tunggakan pajak sebelum dilakukan tindakan penagihan aktif
lainnya seperti penerbitan Surat Paksa, Penyitaan dan lain sebagainya, yang
mana pelunasan tunggakan pajak tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kemandirian pembiayaan menuju masyarakat yang sejahtera material dan
spiritual.

B.

Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
1.

Agar setiap wajib pajak yang masih mempunyai tunggakan pajak diterbitkan
Surat Teguran tanpa ada kecualinya, dan jika tidak diindahkan diteruskan
dengan tindakan penagihan aktif seperti penerbitan Surat Paksa, Penyitaan dan
sebagainya.

2.

Sebaiknya anggota masyarakat atau wajib pajak agar menyadari kepercayaan
pemerintah yang diberikan yaitu mengenai self assessment system dimana

Universitas Sumatera Utara

wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakan sebaik-baiknya. Hal
ini tentunya lebih memudahkan fiskus dalam melaksanakan tugasnya.
3.

Menambah jumlah tenaga kerja pada seksi penagihan agar lebih banyak tugas
yang dapat dikerjakan dengan baik.

4.

Dalam meningkatkan penerimaan dalam negeri khususnya dari sektor pajak,
hendaknya tindakan penagihan pajak lebih ditingkatkan sehingga semua
tunggakan pajak yang ada dapat dicairkan guna penambahan penerimaan
dalam negeri.

Universitas Sumatera Utara