Untuk Laporan Riset Tipologi Semester I 2014

EKSTERNAL

LAPORAN HASIL RISET
TIPOLOGI
SEMESTER I TAHUN 2014

TIPOLOGI TERKAIT KASUS-KASUS
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
YANG SUDAH MENJADI PUTUSAN PENGADILAN
PERIODE DATA 2005 s.d. 2013

DIREKTORAT PEMERIKSAAN DAN RISET
DEPUTI BIDANG PEMBERANTASAN
PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
TAHUN 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak isi buku ini sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun tanpa izin penerbit, kecuali untuk pengutipan dalam
penulisan artikel atau karangan ilmiah.


i

KATA PENGANTAR

LAPORAN HASIL RISET TIPOLOGI SEMESTER I 2014

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Laporan Hasil Riset Tipologi Semester I 2014 telah selesai. Saya
menyambut baik penerbitan Laporan Hasil Riset ini, karena merupakan hal
yang sangat penting bagi Aparat Penegak Hukum, Pihak Pelapor, Stakeholders,
dan

Publik

seraca

luas

dalam


rangka

memperkuat

dan

mempertajam

pengetahuan serta edukasi mengenai TIPOLOGI TERKAIT KASUS-KASUS
TINDAK

PIDANA

PENCUCIAN

UANG

YANG


SUDAH

MENJADI

PUTUSAN

PENGADILAN PERIODE DATA 2005 s.d. 2013.
Oleh

karena

itu,

diharapkan

kehadiran

Laporan

Hasil


Riset

ini

dapat

bermanfaat sebagai leverage dalam memberantas tindak pindana pencucian
uang dan pendanaan terorisme untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara
yang bersih dan berwibawa.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap terbitnya Laporan Hasil Riset
Tipologi Semester I 2014. Semoga amal usaha kita diridhoi Allah SWT. Amin
Ya Rabbal 'Alamin.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, November 2014
Deputi Pemberantasan

Wirzal Yanuar


ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Riset tipologi semester I tahun 2014 dilaksanakan dengan menggunakan basis
data dari putusan pengadilan yang terkait dengan TPPU selama periode 2005
s.d. 2013 dalam rangka menyusun tipologi atau modus operandi terkait kasuskasus TPPU dengan perspektif yang utuh sehingga dapat memberikan
pemahaman dan gambaran yang lebih jelas terhadap modus/tipologi TPPU
dengan konstruksi hukum yang lengkap karena kasus-kasus yang diangkat
sudah mendapatkan putusan pengadilan. Berdasarkan data ahli PPATK dalam
berbagai kasus TPPU pada Pengadilan seluruh Indonesia, kemudian dilakukan
pengembangan melalui kegiatan wawancara kepada responden penegak
hukum, yaitu: KPK, Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung dalam rangka
untuk mendapatkan informasi salinan putusan atas kasus-kasus TPPU yang
dapat diangkat sebagai gambaran kasus Tipologi pada semester I tahun 2014.
Berdasarkan data salinan putusan yang telah dikumpulkan selama
pelaksanaan wawancara dapat diperoleh sejumlah total 65 putusan terkait
dengan 74 orang terdakwa TPPU dan/atau tindak pidana asal yang berkaitan
dengan TPPU, dengan rincian putusan sebagai berikut:

(1) Putusan akhir yang terbukti TPPU sebanyak 51 putusan yang terkait
dengan 59 orang terpidana TPPU atau sebesar 78,4% putusan terbukti
TPPU; dan
(2) Putusan akhir yang tidak terbukti TPPU sebanyak 14 putusan atau 21,6%
yang terkait dengan 15 orang terdakwa.
Berdasarkan hasil pengolahan basis data terhadap 65 putusan pengadilan yang
terkait dengan kasus TPPU dari 74 orang terdakwa dan/atau terpidana, dapat
diketahui beberapa fakta sebagai berikut:
(1) Profil paling dominan yang melakukan Tindak Pidana adalah swasta yaitu
sebesar 71,62% dari sejumlah 74 terdakwa dan/atau terpidana .
(2) Tingkat rentang usia yang paling dominan melakukan tindak pidana yaitu
usia di atas 40 tahun sebanyak 37,84% atau sejumlah 28 terdakwa
dan/atau terpidana.
(3) Jenis kelamin laki-laki mendominasi jumlah pelaku tindak pidana yaitu
sebanyak 62 pelaku atau sebesar 83,78% yang diperoleh dari 65
putusan. Sedangkan sisanya sebanyak 16 pelaku atau sebesar 16,22%
adalah perempuan.
(4) DKI Jakarta merupakan wilayah yang paling dominan dalam pengadilan
atas kasus-kasus TPPU, yaitu sebesar 52,31% dari 65 Putusan.
Dari beberapa kasus TPPU yang sudah diputus selama periode 2005 s.d. 2013

dibuatlah gambaran tipologi antara lain gambaran tipologi kasus TPPU dengan
tindak pidana asal korupsi, narkotika, perbankan, perjudian, telekomunikasi,
perasuransian, dan penipuan. Putusan pengadilan yang dibuat dalam
gambaran tipologi adalah yang memenuhi kriteria dari 7 variabel pembentuk
tipologi, yaitu: Profil Terlapor, Pola Transaksi, Instrumen Transaksi, Pihak
Pelapor, Sumber Dana, Pihak Terkait dan Aset/Harta Kekayaan.

iii

iv

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
B. PERUMUSAN MASALAH ........................................................................ 4
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 4

BAB II HASIL RISET ................................................................................ 5
A. HASIL KEGIATAN WAWANCARA ............................................................ 5
B. PENGOLAHAN BASIS DATA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN YANG
TERKAIT DENGAN KASUS TPPU ............................................................. 8
1. Pengolahan Basis Data berdasarkan Profil Terdakwa dan/atau Terpidana 8
2. Pengolahan Basis Data berdasarkan Usia Terdakwa dan/atau Terpidana.. 9
3. Pengolahan Basis Data berdasarkan Jenis Kelamin Terdakwa ................... 10
4. Pengolahan Basis Data berdasarkan Sebaran Wilayah Pengadilan............ 11
C. DATA SALINAN PUTUSAN TERKAIT KASUS TPPU TAHUN 2005 S.D. 2013 . 13
1. Tipologi TPPU terkait Tindak Pidana Korupsi (Penyuapan) dan TPPU an.
Wa Ode Nurhayati ................................................................................................. 14
2. Tipologi TPPU Terkait Pidana Narkotika dan TPPU a.n. Alia Latifah ........... 19
3. Tipologi TPPU Terkait Tindak Pidana Narkotika dan TPPU a.n. Hermin
Widiarsih ................................................................................................................. 22
4. Tipologi TPPU Terkait Pidana Perbankan dan TPPU a.n. Inong Malinda
Dee ........................................................................................................................... 26
5. Tipologi TPPU terkait Tindak Pidana Narkotika dan TPPU a.n. Marwan Adli,
FOB Budiyono, dan Hartoni Jaya Buana .......................................................... 32
6. Tipologi TPPU terkait Tindak Pidana Perjudian dan TPPU an. Hendra
Kusumajaya, Terry Hendratno, Randy Netofa, Eka Yandi Chandra dan

Himawan Wijaya.................................................................................................... 46
7. Tipologi TPPU terkait Tindak Pidana Telekomunikasi dan Tindak Pidana
Pencucian Uang an. Fachrizal Ahmad Sumardjo (FAS), Indra Ajiyasa (IA),
Ahmad Hanafi (AH) ............................................................................................... 50
8. Tipologi TPPU terkait Tindak Pidana Korupsi dan TPPU an. Luthfi Hasan
Ishaaq dan Ahmad Fathanah.............................................................................. 57

v

9. Tipologi TPPU terkait Tindak Pidana Penipuan dan TPPU an. Testiawati
binti Kantawi .......................................................................................................... 67
10.Tipologi TPPU terkait Pidana Usaha Perasuransian dan TPPU a.n. I Made
Parisadnyana .......................................................................................................... 71
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 76

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Perbandingan Jumlah Kumulatif putusan pengadilan Terkait TPPU

Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2005 s.d. Desember
2013 .................................................................................. 2
Gambar 2. 1 Profil dari Terdakwa dan/atau Terpidana Berdasarkan Jumlah
Putusan .............................................................................. 9
Gambar 2. 2 Rentang Usia Terdakwa dan/atau Terpidana Berdasarkan Jumlah
Putusan ............................................................................ 10
Gambar 2. 3 Jenis Kelamin Terdakwa dan/atau Terpidana Berdasarkan Jumlah
Putusan ............................................................................ 11
Gambar 2. 4 Sebaran Wilayah Terjadinya TPPU Berdasarkan Jumlah Putusan 12

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Data Hasil Wawancara Kepada Apgakum ..................................... 6
Tabel 2. 2 Data Putusan Berdasarkan Pengadilan Yang Memutuskan Perkara
TPPU ...................................................................................... 7
Tabel 2. 3 Profil Terdakwa Dan/Atau Terpidana Berdasarkan Jumlah Putusan
Periode 2005 s.d. 2013 ............................................................ 8
Tabel 2. 4 Usia Terdakwa Dan/Atau Terpidana Berdasarkan Jumlah Putusan

Pada Periode 2005 s.d. 2013 .................................................. 10
Tabel 2. 5 Jenis Kelamin Terdakwa Dan/Atau Terpidana Berdasarkan Jumlah
Putusan Pada Periode 2005 s.d. 2013 ...................................... 11
Tabel 2. 6 Sebaran Wilayah Terdakwa Dan/Atau Terpidana Berdasarkan
Jumlah Putusan Periode 2005 s.d. 2013 ................................... 12
Tabel 2. 7 Daftar Gambaran Tipologi ....................................................... 13
Tabel 2. 8 Putusan/Vonis Terhadap Wa Ode Nurhayati ............................... 18
Tabel 2. 9 Putusan/Vonis Terhadap Kasus Narkotika Dan TPPU a.n. AliaLatifa 21
Tabel 2. 10 Putusan/Vonis Terhadap Hermin Widiarsih ............................... 25
Tabel 2. 11 Putusan/Vonis Terhadap Inong Malinda Dee............................. 30
Tabel 2. 12 Putusan/Vonis Terhadap Andhika Gumilang ............................. 31
Tabel 2. 13 Putusan/Vonis Terhadap Marwan Adli ...................................... 36
Tabel 2. 14 Putusan/Vonis Terhadap FOB Budiyono, A.Md. IP, S.H. ............. 40
Tabel 2. 15 Putusan/Vonis Terhadap Giam Hwei Liang Alias Tonia Alias Hartoni
Jaya Buana ........................................................................... 45
Tabel 2. 16 Putusan/Vonis Terhadap Hendra Kusumajaya .......................... 49
Tabel 2. 17 Putusan/Vonis Terhadap Terry Hendratno, Randy Netofa, Eka Yandi
Chandra, Dan Himawan Widjaja .............................................. 50
Tabel 2. 18 Putusan/Vonis Terhadap Fachrizal Ahmad Sumardjo (FAS) ........ 53
Tabel 2. 19 Putusan/Vonis Terhadap Ahmad Hanafi (AH) ............................ 55
Tabel 2. 20 Putusan/Vonis Terhadap Indra Ajiyasa (IA) .............................. 57
Tabel 2. 21 Putusan/Vonis Terhadap Luthfi Hasan Ishaaq ........................... 61
Tabel 2. 22 Putusan/Vonis Terhadap Ahmad Fathanah ............................... 67
Tabel 2. 23 Putusan/Vonis Terhadap Testiawati Binti Kantawi ..................... 71
Tabel 2. 24 Putusan/Vonis Terhadap I Made Parisadnyana .......................... 75

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Rezim anti pencucian uang di Indonesia dimulai sejak diberlakukannya UndangUndang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 dan disempurnakan
dengan Undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PPTPPU). Berdirinya rezim anti pencucian uang
di Indonesia ditandai dengan dibentuknya Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) sebagai lembaga yang menjadi focal point dalam rezim anti
pencucian uang, dengan tugas utama untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang melalui kerja sama dan koordinasi dengan aparat penegak
hukum, penyedia jasa keuangan, perbankan, instansi lain yang terkait baik di
dalam negeri maupun di luar negeri serta masyarakat.
Berdasarkan pasal 2 UU No. 8 Tahun 2010, diketahui bahwa terdapat 25 jenis
kategori

tindak

pidana,

di

antaranya

adalah:

korupsi,

narkotika,

penipuan

terorisme, dan lainnya yang merupakan tindak pidana asal atau predicate crime
dari tindak pidana pencucian uang. Berdasarkan data PPATK, diketahui bahwa sejak
bulan Januari 2005 s.d. Desember 2013, terdapat 105 kasus TPPU yang sudah
diputus Pengadilan, dengan tindak pidana asal yang dominan adalah: narkotika
sejumlah 30 putusan (28,6%); korupsi sejumlah 22 putusan (21%) serta Penipuan
sejumlah 16 putusan (15,2%) sebagaimana digambarkan pada

gambar 1.

Sebagian besar dari putusan pengadilan terkait TPPU dihasilkan oleh Pengadilan di
wilayah DKI Jakarta, yaitu sebanyak 58 putusan atau 55,2% dan Pengadilan di
wilayah Jawa Tengah, yaitu sebanyak 15 putusan atau 14,3% dengan total nilai
nominal

hukuman

denda

dari

105

Rp93.455.000.000,00.

1

putusan

pengadilan

tersebut

sejumlah

Gambar 1. 1
Perbandingan Jumlah Kumulatif putusan pengadilan Terkait TPPU
Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal
Januari 2005 s.d. Desember 2013

Penggunaan UU PPTPPU dalam menangani kasus-kasus tindak pidana narkotika dan
korupsi menjadi sangat penting karena ancamannya bukan hanya hukuman fisik
dari Pelaku, tetapi lebih jauh adalah terkait dengan upaya penyitaan aset dari
pelaku tindak pidana sehinga dalam perkembangannya dapat memiskinkan para
pelaku tindak pidana serta menjadi yurispudensi bagi putusan pengadilan lainnya di
masa yang akan datang, seperti beberapa contoh kasus yang terjadi, yaitu:
a.

Kasus Gayus Tambunan, yang merupakan PNS dengan golongan III/a di
Ditjen Pajak dan memiliki penghasilan yang relatif cukup, sekitar Rp12
juta/bulan telah divonis atas kasus korupsi dan pencucian uang senilai lebih
dari Rp74 miliar.

b.

Kasus Bahasyim Asyafii, yang merupakan PNS dengan jabatan terakhir
sebagai Eselon I di Bappenas setelah sebelumnya menjabat sebagai Kepala
Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Ditjen Pajak, dengan penghasilannya
sebagai pejabat yang diperkirakan di atas Rp20 juta per bulan telah divonis
atas kasus korupsi dan pencucian uang senilai lebih dari Rp60 miliar.
2

Atas kedua kasus tersebut Pengadilan telah memutuskan untuk menyita harta
kekayaan kedua terpidana tersebut di atas karena tidak dapat membuktikan asalusul

harta

kekayaannya

yurispudensi

berasal

atas putusan

kedua

dari

sumber

perkara

yang

tersebut,

sah/legal.
penegak

Berdasarkan
hukum

dapat

menggunakan pasal-pasal Pencucian uang untuk tersangka korupsi sehingga dapat
menjadi dasar bagi hakim untuk memberikan vonis penyitaan aset/harta kekayaan
yang berasal dari hasil tindak pidana korupsi.
Sesuai dengan Rekomendasi FATF No. 29, yaitu:
Financial intelligence units
Countries should establish a financial intelligence unit (FIU) that serves as a
national centre for the receipt and analysis of: (a) suspicious transaction reports;
and (b) other information relevant to money laundering, associated predicate
offences and terrorist financing, and for the dissemination of the results of that
analysis. The FIU should be able to obtain additional information from reporting
entities, and should have access on a timely basis to the financial, administrative
and law enforcement information that it requires to undertake its functions
properly.
Rekomendasi FATF menekankan bahwa FIU, dalam hal ini PPATK harus melakukan
analisis operasional dan strategis untuk mengikuti jejak transaksi keuangan atau
aktivitas tertentu melalui kegiatan identifikasi trend dan pola pencucian uang serta
pendanaan terorisme. Selain itu, PPATK juga harus memfasilitasi pemberian
informasi dan hasil analisis secara spontan atau berdasarkan permintaan (inquiry)
kepada pihak berwenang. PPATK juga memiliki akses ke semua sumber informasi
keuangan dan menjaga informasi tersebut dalam menjalankan operasional FIU
secara independen serta bebas dari pengaruh dan gangguan politik.
Oleh karena itu, maka riset tipologi semester I tahun 2014 dilaksanakan dengan
menggunakan basis data dari putusan pengadilan yang terkait dengan TPPU selama
periode 2005 s.d. 2013 dalam rangka menyusun tipologi atau modus operandi
terkait kasus-kasus TPPU dengan perspektif yang utuh sehingga dapat memberikan
pemahaman dan gambaran yang lebih jelas terhadap modus/tipologi TPPU dengan
konstruksi

hukum

yang

lengkap

karena

kasus-kasus

yang

diangkat

sudah

mendapatkan putusan pengadilan. Laporan tipologi ini diharapkan dapat digunakan,
terutama oleh Aparat Penegak Hukum, baik pada tahapan penyelidikan, penyidikan,
penuntutan sampai dengan di tingkat pengadilan sehingga dapat mempermudah
tugas penyidikan dalam mengungkap modus-modus kejahatan yang ada dan
bagaimana penerapan hukum terhadap modus kejahatan tersebut.

3

Selain itu, laporan tipologi ini juga diharapkan dapat menjadi alat peringatan dini
(early warning system) bagi PPATK, penyedia jasa keuangan dan juga penyedia
barang dan jasa untuk meningkatkan kemampuan deteksi terhadap para pelaku
tindak pidana pencucian uang sebagaimana diatur dalam Pasal 3, Pasal 4, dan
pasal 5 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang.
B.

Perumusan Masalah
Fokus permasalahan pada periode riset ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagaimanakah gambaran deskripsi dari putusan pengadilan terkait dengan
TPPU berdasarkan wilayah, tindak pidana asal, profil, instrumen keuangan
dan nominal putusan serta variasi hukuman?

2.

Bagaimanakah

gambaran

keterkaitan

putusan

pengadilan

terkait

TPPU

dengan database PPATK, termasuk LTKM, LTKT, dan Hasil Analisis PPATK?
3.

Bagaimanakah wilayah, tindak pidana asal, profil, dan instrumen keuangan
yang paling dominan terkait dengan putusan pengadilan yang terindikasi
TPPU?

4.

Bagaimanakah modus TPPU yang sudah diputus pengadilan pada periode
penelitian?

C.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari riset ini adalah:
1.

Mengetahui gambaran deskripsi dari putusan pengadilan terkait dengan TPPU
berdasarkan wilayah, tindak pidana asal, profil, instrumen keuangan dan
nominal putusan serta variasi hukuman.

2.

Mengetahui gambaran keterkaitan putusan pengadilan terkait TPPU dengan
database PPATK, termasuk LTKM, LTKT, dan Hasil Analisis PPATK.

3.

Mengetahui profil terpidana TPPU yang terkait dengan putusan pengadilan
yang terindikasi tindak pidana yang paling dominan.

4.

Mengetahui modus TPPU yang terkait dengan putusan pengadilan yang
terindikasi tindak pidana yang paling dominan

4

BAB II
HASIL RISET

A.

HASIL KEGIATAN WAWANCARA
Pada riset ini, dilakukan pengumpulan data sekunder melalui wawancara
kepada aparat penegak hukum yang memiliki wewenang penuntutan, yaitu
kejaksaan

dan

KPK

serta

kepada

Institusi

Pengadilan

yang

memiliki

wewenang untuk memutuskan perkara TPPU di pengadilan.
Berdasarkan data pemberian keterangan ahli PPATK selama periode 2005 s.d.
2013 yang diketahui berjumlah 65 kasus, maka dapat diketahui 7 wilayah
Propinsi yang memiliki lebih dari 1 kasus/putusan sehingga dapat ditetapkan
7 wilayah propinsi yang dapat menjadi objek lokasi wawancara, yaitu:
1.

Instansi Penegak hukum pada tingkat Pusat, yaitu: KPK, Kejaksaan
Agung dan Mahkamah Agung.

2.

Instansi Penegak hukum pada tingkat wilayah, yaitu:
a.

DKI Jakarta, dengan responden: Kejaksaan Tinggi DKI, Pengadilan
Tinggi DKI dan Pengadilan Negeri Tipikor pada PN Jakarta Pusat.

b.

Jawa

Barat,

Pengadilan

dengan

Negeri

responden:

Depok,

Kejaksaan

Kejaksaan

Negeri

Negeri

Depok,

Cibinong

dan

Pengadilan Negeri Cibinong.
c.

Banten,

dengan

responden:

Kejaksaan

Negeri

Tangerang,

Pengadilan Negeri Tangerang.
d.

Jawa Tengah, dengan responden: Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah,
Pengadilan Tinggi Jawa Tengah

e.

Bali, dengan responden: Kejaksaan Tinggi Bali, Pengadilan Tinggi
Bali.

f.

Aceh, dengan responden: Kejaksaan Tinggi Aceh, Pengadilan
Tinggi Aceh.

g.

Sumatera Utara, dengan responden: Kejaksaan Tinggi Sumatera
Utara, Kejaksaan Negeri Medan dan Pengadilan Negeri Medan.

Berdasarkan hasil pengolahan data salinan dan/atau petikan putusan terkait
kasus

TPPU

melalui

kegiatan

wawancara

yang

dilaksanakan

terhadap

responden aparat penegak hukum, yang terdiri dari: KPK, Kejaksaan Agung
dan Mahkamah Agung di tingkat pusat dan 7 (tujuh) wilayah Propinsi yang
diambil berdasarkan data ahli PPATK dalam persidangan kasus-kasus TPPU di
seluruh Indonesia, dengan rincian responden sebagai berikut:
5

Tabel 2. 1
Data Hasil Wawancara kepada Apgakum
No
1

2

Jumlah Responden
(Orang)

Instansi
Apgakum yang memiliki wewenang Penuntutan
1. KPK

1

2. Kejaksaan Agung

1

3. Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta

1

4. Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah

2

5. Kejaksaan Negeri Tangerang

1

6. Kejaksaan Negeri Depok

1

7. Kejaksaan Negeri Cibinong

1

8. Kejaksaan Tinggi Bali

2

9. Kejaksaan Tinggi Aceh

1

10. Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara

1

11. Kejaksaan Negeri Medan

1

Total Responden Apgakum yang Berwenang pada
Penuntutan
Apgakum yang memiliki wewenang Memutuskan

13

1. Mahkamah Agung

1

2. Pengadilan Tinggi DKI Jakarta

2

3. Pengadilan Tinggi Jawa Tengah

2

4. Pengadilan Negeri Tangerang

2

5. Pengadilan Negeri Depok

1

6. Pengadilan Negeri Cibinong

1

7. Pengadilan Tinggi Bali

1

8. Pengadilan Tinggi Aceh

1

9. Pengadilan Negeri Medan

1

10. Pengadilan Tipikor DKI Jakarta

1

Total Responden Apgakum yang Berwenang pada
Pengadilan

13

Total Responden Apgakum

26

Berdasarkan pada tabel responden di atas, maka dapat uraikan klasifikasi
responden wawancara, sebagai berikut:
1.

Komisi Pemberantasan Korupsi
Berdasarkan keterangan dari responden penuntut umum pada KPK,
diketahui bahwa KPK telah menangani 9 kasus TPPU sejak tahun 2009
s.d. 20113, namun hanya 1 kasus yang sudah mendapatkan putusan
inkracht di tingkat kasasi pada Mahkamah Agung, yaitu Kasus Korupsi
a.n. Wa Ode Nurhayati. Adapun jumlah responden dari KPK yang
6

diwawancarai sebanyak 1 orang responden. Putusan yang berhasil
dikumpulkan terkait dengan kasus-kasus korupsi yang pernah ditangani
oleh KPK sejumlah 3 putusan perkara TPPU, yaitu salinan putusan a.n.
Wa Ode Nurhayati, Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah.
2.

Kejaksaan Agung
Kegiatan wawancara dilakukan di Kejaksaan Agung pada tingkat pusat
serta kejaksaan di wilayah, yaitu 5 (lima) Kejaksaan Tinggi dan 4
Kejaksaan Negeri yang tersebar di 7 (tujuh) Propinsi. Adapun jumlah
responden yang diwawancarai sebanyak 12 orang jaksa responden.
Adapun putusan perkara TPPU yang penuntutannya ditangani oleh
Kejaksaan Agung melalui unit kerja di wilayah, baik Kejaksaan Negeri
maupun Kejaksaan Tinggi diketahui sejumlah 62 putusan perkara TPPU
(perkara TPPU yang selain ditangani oleh KPK).

3.

Mahkamah Agung
Kegiatan wawancara dilakukan di Mahkamah Agung pada tingkat pusat
serta Pengadilan di wilayah, yaitu 4 (empat) Pengadilan Tinggi dan 5
Pengadilan Negeri yang tersebar di 7 (tujuh) Propinsi. Adapun jumlah
responden yang diwawancarai sebanyak 13 orang responden. Ringkasan
jumlah data putusan berdasarkan Pengadilan yang memutuskan perkara
TPPU dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 2
Data Putusan Berdasarkan Pengadilan Yang Memutuskan
Perkara TPPU

Vonis/Putusan TPPU

Jumlah
Putusan

Terbukti

Tidak Terbukti

25

17

8

Pengadilan Negeri Banda Aceh

2

1

1

Pengadilan Negeri Bogor

1

1

0

Pengadilan Negeri Cibinong

3

2

1

Pengadilan Negeri Cilacap

1

1

0

Pengadilan Negeri Denpasar

2

2

0

Pengadilan Negeri Depok

2

1

1

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

2

2

0

Pengadilan Negeri Lhokseumawe

1

1

0

Pengadilan Negeri Medan

1

1

0

Instansi Pengadilan
Mahkamah Agung

7

Vonis/Putusan TPPU

Jumlah
Putusan

Terbukti

Tidak Terbukti

Pengadilan Negeri Purwakarta

2

2

0

Pengadilan Negeri Surabaya

2

2

0

Pengadilan Negeri Tangerang

2

1

1

Pengadilan Tinggi Aceh

2

2

0

Pengadilan Tinggi Banten

6

5

1

Pengadilan Tinggi Jakarta

4

3

1

Pengadilan Tinggi Medan

1

1

0

Pengadilan Tinggi Palu

1

1

0

Pengadilan Tinggi Jawa Tengah

1

1

0

Pengadilan Tipikor Jakarta

3

3

0

1
65

1
51

0
14

Instansi Pengadilan

Pengadilan Tipikor Medan
Total putusan pengadilan

Selama kegiatan wawancara tersebut dilakukan pengumpulan data salinan
putusan, baik secara langsung dari responden maupun dengan mengunduh
dari website Mahkamah Agung (berdasarkan informasi awal dari responden)
sehingga dapat diperoleh sejumlah 65 putusan yang berkaitan dengan TPPU,
namun berdasarkan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa:

B.

(1)

Putusan akhir yang terbukti TPPU sebanyak 51 perkara; dan

(2)

Putusan akhir yang tidak terbukti TPPU sebanyak 14 perkara.

PENGOLAHAN BASIS DATA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN YANG
TERKAIT DENGAN KASUS TPPU
1.

Pengolahan

Basis

Data

berdasarkan

Profil

Terdakwa

dan/atau

Terpidana
Berdasarkan basis data sebanyak 65 Putusan terkait kasus TPPU yang sudah
inkracht, maka dapat diuraikan profil terlapor sebagaimana dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2. 3
Profil Terdakwa dan/atau Terpidana Berdasarkan Jumlah Putusan Periode 2005
s.d. 2013
No.

Profil

1

Swasta

2

PNS

Jumlah Terdakwa
dan/atau Terpidana
53

Persentase
71,62%

11

14,86%

3

Pelajar/Mahasiswa

3

4,1%

4

Ibu Rumah Tangga

4

5,4%

8

Pegawai BUMD
Lainnya

Jumlah Terdakwa
dan/atau Terpidana
1
2

Total

74

No.
5
6

Profil

Persentase
1,4%
2,7%
100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa profil paling dominan dari
terdakwa dan/atau terpidana terkait kasus TPPU adalah Swasta yaitu sebesar
71,62% dari sejumlah 74 terdakwa dan/atau terpidana yang berasal dari 65
Putusan yang diperoleh dari hasil riset.
Gambar 2. 1
Profil dari Terdakwa dan/atau Terpidana Berdasarkan Jumlah Putusan

Profil Terdakwa dan/atau Terpidana
TPPU
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%

2.

Pengolahan

Profil Terdakwa dan/atau
Terpidana TPPU

Basis

Data

berdasarkan

Usia

Terdakwa

dan/atau

Terpidana
Berdasarkan basis data sebanyak 65 Putusan terkait kasus TPPU yang sudah
inkracht, kemudian dilakukan pengolahan basis data berdasarkan rentang
usia terdakwa dan/atau terpidana sebagai berikut:

9

Tabel 2. 4
Usia Terdakwa dan/atau Terpidana Berdasarkan Jumlah Putusan
Pada Periode 2005 s.d. 2013
Terdakwa dan/atau
Terpidana
Persentase
1
30 tahun s.d 40 tahun
26
35,14%
2
Di atas 40 tahun
28
37,84%
3
Di bawah 30 tahun
11
14,86%
4
Tidak disebutkan
9
12,16%
Total
74
100%
Berdasarkan pengolahan basis data Jumlah Putusan tersebut, diketahui

No.

Rentang Usia

bahwa dari 74 Pelaku Tindak Pidana di antaranya memiliki rentang waktu
yang berbeda. Tingkat rentang usia yang paling dominan melakukan tindak
pidana yaitu usia di atas 40 tahun sebanyak 37,84% atau 28 orang terdakwa
dan/atau terpidana.
Gambar 2. 2
Rentang Usia Terdakwa dan/atau Terpidana
Berdasarkan Jumlah Putusan

Usia Terdakwa dan/atau Terpidana
40,00%
35,00%
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%

3.

35,14% 37,84%
14,86% 12,16%
Usia Terdakwa dan/atau
Terpidana

Pengolahan Basis Data berdasarkan Jenis Kelamin Terdakwa
Berdasarkan basis data sebanyak 65 Putusan terkait TPPU, maka dapat
dilakukan pengolahan data berdasarkan jenis kelamin terlapor, di antaranya
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini.

10

Tabel 2. 5
Jenis Kelamin Terdakwa dan/atau Terpidana
Berdasarkan Jumlah Putusan
Pada Periode 2005 s.d. 2013
No.
1
2

Jenis Kelamin Terlapor
Laki-laki
Perempuan
Total

Terdakwa dan/atau
Terpidana
62
12
74

Persentase
83,78%
16,22%
100%

Berdasarkan hasil pengolahan basis data, diketahui bahwa jenis kelamin lakilaki mendominasi jumlah terdakwa dan/atau terpidana yaitu sebanyak 62
pelaku atau sebesar 83,78% yang diperoleh dari 65 putusan. Sedangkan
sisanya sebanyak 16 pelaku atau sebesar 16,22% adalah perempuan.
Gambar 2. 3
Jenis Kelamin Terdakwa dan/atau Terpidana
Berdasarkan Jumlah Putusan

Jenis Kelamin Terdakwa dan/atau
Terpidana
100,00%
80,00%
60,00%

Jenis Kelamin Terdakwa
dan/atau Terpidana

40,00%
20,00%
0,00%
Laki-laki
4.

Perempuan

Pengolahan Basis Data berdasarkan Sebaran Wilayah Pengadilan
Berdasarkan pengolahan basis data 65 Putusan terkait kasus TPPU yang
sudah inkracht, sebaran wilayah pengadilan berbagai kasus TPPU tersebut
dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini.

11

Tabel 2. 6
Sebaran Wilayah Terdakwa dan/atau Terpidana
Berdasarkan Jumlah Putusan
Periode 2005 s.d. 2013
No.

Provinsi

Jumlah
Putusan

Persentase

1

Bali

2

3,08%

2

Banten

9

13,85%

3
4
5
6

DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah

1
34
6
2

1,54%
52,31%
9,23%
3,08%

7

Jawa Timur

2

3,08%

8

Nanggroe Aceh Darussalam

5

7,69%

9

Sulawesi Tengah

1

10

Sumatera Utara

3

1,54%
4,62%

65

100%

Total

Catatan: Data berikut didapatkan dari hasil wawancara dan pencarian data pada
website Mahkamah Agung selama periode riset PPATK semester I tahun 2014
Berdasarkan tabel 2.10 dapat diketahui bahwa DKI Jakarta adalah wilayah
yang paling dominan dalam pengadilan kasus TPPU, yaitu sebesar 52,31%
dari 65 Putusan.
Gambar 2. 4
Sebaran Wilayah Terjadinya TPPU
Berdasarkan Jumlah Putusan

Jumlah Putusan Per Wilayah
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%

Jumlah Putusan Per Wilayah

12

C.

DATA SALINAN PUTUSAN TERKAIT KASUS TPPU TAHUN 2005 S.D. 2013
Namun, berdasarkan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa:
1)

Putusan akhir yang terbukti TPPU sebanyak 51 putusan yang terkait dengan
59 orang terpidana TPPU atau sebesar 78,4% putusan terbukti TPPU; dan

2)

Putusan akhir yang tidak terbukti TPPU sebanyak 14 putusan atau 21,6%
yang terkait dengan 15 orang terdakwa.

Pembahasan akan dilakukan berdasarkan tindak pidana untuk masing-masing
jenis tipologi pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. 7
Daftar Gambaran Tipologi
No.

Terpidana

Tindak Pidana

1

Wa Ode Nurhayati

Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang

2

Alia Latifa

Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang

3

Hermin Widiarsih

Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang

4

Malinda Dee

Perbankan dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Marwan Adli
5

Fob Budiyono

Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Hartoni Jaya Buana
Hendra Kusumajaya
Terry Hendratno
6

Randy Netofa

Perjudian dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Eka Yandi Chandra
Himawan Wijaya
Fachrizal Ahmad Sumardjo
7

Indra Ajiyasa

Telekomunikasi dan Tindak Pidana Pencucian
Uang

Ahmad Hanafi
8
9
10

Luthfi Hasan Ishaaq
Ahmad Fathanah

Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Testiawati binti Kantawi

Penipuan dan Tindak Pidana Pencucian Uang

I Made Parisadnyana

Tindak Pidana di bidang asuransi

13

Gambaran Tipologi secara rinci dapat dilihat pada uraian di bawah ini:
1.

Tipologi TPPU terkait Tindak Pidana Korupsi (Penyuapan) dan
TPPU an. Wa Ode Nurhayati
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Perkara yang sudah inkracht di
tingkat kasasi, dengan rincian putusan sebagai berikut:
(i)

Putusan Tingkat Pertama di Pengadilan Negeri Tipikor, Perkara No:
30/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.PST tanggal 18 Oktober 2012.

(ii)

Putusan Tingkat Banding di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, Perkara
No: 60/PID/TPK/2012/PT.DKI tanggal 9 Januari 2013.

(iii)

Putusan

Tingkat

Kasasi

di

Mahkamah

Agung,

Perkara

No:

884K/PID.SUS/2013 Tanggal 28 Mei 2013.
a.

Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Terdakwa WA ODE NURHAYATI, S.Sos yang berprofesi sebagai
penyelenggara negara yaitu selaku Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Periode 2009-2014 serta
menjabat sebagai Anggota Badan Anggaran DPR-RI, pada tanggal
13 Oktober 2010 sampai dengan 1 Nopember 2010 didakwa
menerima hadiah atau janji berupa uang tunai yang seluruhnya
sebesar Rp6.250.000.000,00 (enam miliar dua ratus lima puluh
juta rupiah) dari Haris Andi Surahman yang berasal dari Fahd El
Fouz sebesar Rp5.500.000.000,00 (lima miliar lima ratus juta
rupiah), dari Saul Paulus David Nelwan sebesar Rp350.000.000,00
(tiga ratus lima puluh juta rupiah), dan dari Abram Noach Mambu
sebesar Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah), dengan
maksud agar ybs. menggunakan wewenangnya sebagai anggota
Banggar untuk mengusahakan agar Kab. Aceh Besar, Kab. Pidie
Jaya, Kab. Bener Meriah dan Kab. Minahasa ditetapkan sebagai
daerah penerima Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID).
Tindak Pidana Asal
Terdakwa WON mengetahui bahwa penerimaan uang sejumlah
total Rp6.250.000.000,00 dalam rangka negosiasi pembahasan
realisasi

5%-6%

dari

pengalokasian

dana

DPID

yang

akan

dicairkan pada tahun anggaran 2011 sehingga ybs didakwa

14

melanggar pidana korupsi sesuai pasal 11 UU No 20 tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Tindak Pidana Pencucian Uang
(i)

WON

terbukti

menempatkan

uang

beberapa

kali

pada

rekening pribadi tabungan prioritas milik ybs yang dibuka
pada tanggal 8 Oktober 2010 di Bank Mandiri KCP Jakarta
DPR RI. Transaksi penempatan dana dilakukan selama
periode 08 Oktober 2010 s.d. 30 September 2011 sehingga
total seluruhnya sebesar Rp50.595.979.593,00
(ii)

Sebagian

besar

penerimaan

dana

sejumlah

Rp44.345.979.593,00 pada rekening tabungan an. WON
tersebut dilakukan dengan cara sbb:
1.

Melalui setoran tunai, transfer dan pemindahbukuan
yang dilakukan oleh terdakwa sendiri ataupun melalui
staf pribadi ybs., Sdri. SY pada tahun 2010 sejumlah
total Rp11.934.555.000 dan tahun 2011 sejumlah total
Rp9.536.700.000.

2.

Setoran tunai atau pemindahbukuan dari pihak lain
sebesar Rp6.211.700.000.

3.

Penerbitan Hutang deposito/gadai deposito sebesar
Rp9.000.000.000 dengan jaminan Deposito pribadi a.n.
WON di Bank Mandiri sejumlah Rp10.000.000.000.

4.

Penerimaan bunga bank pada rekening WON tersebut
sebesar Rp65.585.295.

5.

Penerimaan

bunga

Rp449.753.424

dan

deposito
bunga

a.n.

WON

sebesar

dari

rekening

deposito

lainnya milik ybs yang terdapat di Bank Mandiri
sejumlah Rp4.053.698.
6.

Transaksi pencairan dana pada polis asuransi AXA
Mandiri Financial Services sebanyak 4 kali selama
periode 31 Maret 2011 s.d. 1 Juli 2011 yang diterima
melalui

rekening

Bank

Mandiri

milik

pribadi

ybs

sejumlah total Rp2.236.232.174.
7.

Pemindahbukuan dari rekening tabungan USD an. WON
di Bank Mandiri sebanyak 3 kali transaksi selama
periode 29 November 2010 s.d. 30 Juni 2011 sejumlah
total Rp5.157.400.000.
15

(iii)

Selanjutnya

terdakwa

mentransfer,

melakukan

mengalihkan,

membayarkan
tabungan

WON

uang

a.n.

yang

ybs.

di

membelanjakan

ditempatkan

Bank

perbuatan

Mandiri

pada

dan
rekening

dengan

tujuan

menyamarkan ayau menyembunyikan asl-usul sumber dana
yang patut diduga atau diketahui berasal dari hasil tindak
pidana korupsi dengan cara-cara sebagai berikut:
1.

Membayar melalui pemindahbukuan ke rekening PT
AXA MANDIRI Financial Services di Bank Mandiri KCP
Jakarta DPR RI nomor 070.0004.55555.8, sebanyak 2
kali yaitu: pada tanggal 14 Oktober 2010, sebesar
Rp2.500.000.000,00 untuk pembayaran atas nama
terdakwa dan pada tanggal 20 Desember 2010, sebesar
Rp100.000.000,00 untuk pembayaran premi atas nama
Farah (anak terdakwa);

2.

Mengalihkan ke dalam bentuk Deposito Berjangka pada
Bank

Mandiri

KCP

Jakarta

DPR

RI

melalui

pemindahbukuan sebanyak 2 kali untuk pembukaan
deposito a.n. ybs., yaitu : pada Tanggal 01 Nopember
2010, sebesar Rp10.000.000.000,00 dengan Rekening
No 102 0204564295 dan Tanggal 20 Desember 2010,
sebesar Rp100.000.000,00 yang juga a.n. terdakwa
3.

Membayar angsuran bunga hutang deposito berjangka
pada Bank Mandiri/Auto Grab Fund (AGF) sebanyak 19
kali
pada

pembayaran
Bank

September

dari

Mandiri

rekening

KCP DPR

2011

No.1020100575221
Rl, sampai

seluruhnya

dengan
sebesar

Rp567.494.304,14.
4.

Membayar angsuran pembelian rumah di Jalan Guntur
No.

64,

Jakarta,

seluruhnya

sebesar

Rp7.

950.000.000,00 yang dilakukan oleh Sefa Yolanda
melalui penarikan tunai, yaitu:
-

Tanggal

22

Desember

2010,

sebesar

Rp4.950.000.000,00 (empat miliar sembilan ratus
lima puluh juta rupiah) yang kemudian ditransfer
ke rekening No. 123 000 200609 8 atas nama
Sukmawan Surlaya Halim pada Bank Mandiri Cab.
Pasar Rumput;
16

-

Tanggal

3

Januari

2011,

sebesar

Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) yang
kemudian
miliar

sebesar

tujuh

Rp2.750.000.000,00

ratus

lima

puluh

juta

(dua

rupiah)

ditransfer ke rekening No.123 000 200609 8 atas
nama

Sukmawan

Surlaya

Halim

pada

Bank

Mandiri cab. Pasar Rumput;
5.

Membayar pembelian Apartemen Permata Residence di
Senayan Jakarta sebesar Rp850.000.000,00 (delapan
ratus

lima

puluh

juta

rupiah)

pada

tanggal

27

Desember 2010 melalui penarikan tunai yang dilakukan
oleh Seta Yulanda;
6.

Membelanjakan sebesar Rp20.430.000,00 (dua puluh
juta

empat

ratus

tiga

puluh

ribu

rupiah)

untuk

pembelian perhiasan emas pada tanggal 7 Januari
2011;
7.

Mentransfer sebesar Rp106.000.000,00 sebanyak 2 kali
transaksi sehumlah Rp106.000.000,00 pada tanggal 3
Mei 2011 dan 4 Agustus 2011 ke rekening gaji No.
1020005253502

atas

nama

terdakwa

pada

Bank

Mandiri secara bertahap, yaitu:


Membayar

angsuran

ke-6

dan

ke-7

sebesar

Rp23.788.000,00 (dua puluh tiga juta tujuh ratus
delapan puluh delapan ribu rupiah) pada tanggal
7 Juli 2011;


Mengalihkan dengan cara penarikan tunai dan
penarikan tunai melalui ATM sebanyak puluhan
kali

transaksi

yang

dilakukan

oleh

terdakwa

selama periode 6 November 2010 s.d. 4 Agustus
2011

secara

bertahap

sehingga

seluruhnya

sebesar Rp7.063.250.000,00.


Mengalihkan
bertahap

melalui

sebanyak

penarikan
37

kali

tunai

secara

transaksi

selama

periode 20 Oktober 2010 s.d. 8 Juni 2011 yang
dilakukan

oleh

Sefa

terdakwa

sehingga

Rp17.410.080.000,00.
17

Yulanda

total

atas

seluruhnya

perintah
sebesar



Mentransfer ke banyak rekening pihak ketiga
yang dilakukan terdakwa secara bertahap selama
periode 27 Oktober 2010 s.d. 4 Agustus 2011
dengan jumlah bervariasi antara jutaan rupiah
s.d. ratusan juta rupiah;



Membelanjakan Uang sebesar Rp808.166.697,00
(delapan ratus delapan juta seratus enam puluh
enam ribu enam ratus sembilan puluh tujuh
rupiah) dengan menggunakan fasilitas kartu debit
mandiri dalam rentang waktu sejak bulan Oktober
2010 sampai dengan 30 September 2011;



Membelanjakan uang untuk keperluan di Inul
Vizta Karaoke sebesar Rp4.539.375,00 dan NU
Skin (Perawatan wajah) sebesar Rp10.511.000,00
serta

biaya-biaya

lainnya

sebesar

Rp476.621.926,00.

b.

Putusan/Vonis

Tabel 2. 8
Putusan/Vonis terhadap Wa Ode Nurhayati
No.

1

2

3

putusan
pengadilan

Tindak
Pidana

Pasal

PN Tipikor
pada PN
Jakarta
Pusat

Korupsi
dan
Pencucian
Uang

Pasal 12 huruf a UU No 31
tahun 1999 j.o UU No 20 tahun
2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan
melanggar pasal 3 UU RI No. 8
Tahun
2010
tentang
Pencegahan
dan
Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang j.o Pasal 65
ayat (1) KUHP

PT DKI
Jakarta

Korupsi
dan
Pencucian
Uang

Mahkamah
Agung

Korupsi
dan
Pencucian
Uang

Menguatkan
putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana
Korupsi pada PN Jakarta Pusat
Menolak permohonan kasasi,
baik dari Pemohon kasasi I atau
terdakwa Wa Ode Nurhatati
serta pemohon kasasi II/Jaksa
Penuntut Umum pada KPK
18

Pidana

Vonis
Denda

6
(enam)
Tahun

Rp500.000.000,00
apabila denda tersebut
tidak
dibayar
maka
diganti dengan pidana
penjara selama 6 bulan.

6
(enam)
Tahun

Rp500.000.000,00
apabila denda tersebut
tidak
dibayar
maka
diganti dengan pidana
penjara selama 6 bulan.

6
(enam)
Tahun

Rp500.000.000,00
apabila denda tersebut
tidak
dibayar
maka
diganti dengan pidana
penjara selama 6 bulan.

2.

Tipologi TPPU Terkait Pidana Narkotika dan TPPU a.n. Alia
Latifah
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Perkara yang sudah inkracht di
tingkat banding, dengan rincian putusan sebagai berikut:
(i)

Putusan Tingkat Pertama di Pengadilan Negeri Tangerang, Perkara
No: 765/Pid.Sus/2012/PN.TNG tanggal 30 Agustus 2012.

(ii)

Putusan Tingkat Banding di Pengadilan Tinggi Banten, Perkara No:
149/PID/2012/PT.BTN tanggal 28 November 2012.

a.

Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Terdakwa ALIA LATIFA BINTI OE SUI CENG (ALM) (AL) adalah
seorang ibu rumah tangga, pada tanggal 24 Desember 2011
didakwa membayarkan atau membelanjakan, menginvestasikan,
menyimpan, dan/atau mentransfer uang, harta, dan atau aset baik
dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud
atau tidak berwujud yang berasal dari tindak pidana Narkotika
dan/atau tindak pidana Prekusor Narkotika. Dari hasil peredaran
jual beli narkotika yang dikendalikan suaminya, Zulkifli alias Amar,
sebagian digunakan untuk membeli beberapa jenis barang berupa
rumah (Apartemen Boulevard Mediterania Residence, Jakarta
Pusat dan Rumah di Perumahan Bangun Reksa Indah, Tangerang,
mobil, sepeda motor dan perhiasan emas (sebanyak 39 jenis) dan
sebagian kecilnya disimpan dalam tabungan di 8 rekening di
berbagai PJK senilai Rp38.631.774 (tiga puluh delapan juta enam
ratus tiga puluh satu ribu tujuh ratus tujuh puluh empat Rupiah)
dan US$3.204,67 (tiga ribu dua ratus empat koma enam puluh
tujuh dolar Amerika Serikat/AS).

19

Tindak Pidana Asal
AL mengetahui bahwa 8 rekening a.n. terdakwa dan a.n. Lili
digunakan untuk menerima uang hasil penjualan narkotika dan
mentransfer uang untuk pembayaran kepada pedagang narkotika
Munzirin sehingga ybs didakwa melanggar pidana narkotika sesuai
Pasal 137 huruf b UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Tindak Pidana Pencucian Uang
(i)

AL terbukti menerima uang beberapa kali pada rekening
pribadi sebesar ratusan juta Rupiah dari rekening a.n. Enab
Rosita dan Mukhtaruddin.

(ii)

Dari hasil peredaran jual beli narkotika tersebut, terdakwa
telah mempergunakan sebagian dari uang hasil jual beli
narkotika dimaksud yaitu untuk membeli beberapa jenis
barang berupa: rumah; mobil, sepeda motor dan perhiasan
emas. Sebagian lagi disimpan di rekening terdakwa di
berbagai PJK.
Rincian barang dan rekening tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Apartemen Boulevard Mediterania Residence, Tower
Utara Lantai 12 AL, Kemayoran, Jakarta Pusat;

2.

1 (satu) unit Rumah yang terletak di Perumahan
Bangun Reksa Indah II Blok G No. 11 RT. 002/006
Kelurahan Pondok Pucung Kecamatan Karang Tengah
Tangerang;

3.

1 (satu) unit mobil Toyota Rush, warna hitam, No. Pol:
B 1136 VFJ

4.

1 (satu) unit sepeda motor Honda Scoopy, warna
merah kombinasi putih, No. Pol : 6731 VDX;

5.

1 (satu) unit sepeda motor Kawasaki Ninja ZX 250,
Warna Hijau, No. Pol: B 6547 VBM;

6.

Perhiasan emas yang berjumlah 45 buah dan terdiri
dari 39 jenis;

7.

Uang di rekening bank, dengan rincian sbb:
a.

BCA Rek. 7010169679 a.n. ALIA LATIFA dengan
saldo akhir lebih kurang sebesar Rp430.605,00
(empat ratus tiga puluh ribu enam ratus lima
Rupiah);
20

b.

BCA Rek. 8770222193 a.n. ALIA LATIFA dengan
saldo akhir lebih kurang sebesar Rp4.016.000,00
(empat juta enam belas ribu Rupiah);

c.

BCA Rek. 3111177978 a.n. LILI dengan saldo
akhir lebih kurang sebesar Rp22.266.109,00 (dua
puluh dua juta dua ratus enam puluh enam ribu
seratus sembilan Rupiah);

d.

BRI Britama Rek. 096601001462506 a.n. ALIA
LATIFA dengan saldo akhir lebih kurang sebesar
Rp92.359,00 (sembilan puluh dua ribu tiga ratus
lima puluh sembilan rupiah);

e.

Mandiri Rek. 1550003455030 a.n. ALIA LATIFA
dengan

saldo

akhir

lebih

kurang

sebesar

Rp226.583,00 (dua ratus dua puluh enam ribu
lima ratus delapan puluh tiga ribu rupiah);
f.

Mandiri

Rek.

dengan

saldo

1550001997793
akhir

lebih

a.n.

ZULKIFLI

kurang

sebesar

Rp10.198.550,00 (sepuluh juta seratus sembilan
puluh delapan ribu lima ratus lima puluh rupiah);
g.

BNI Rek. 0131336044 a.n. ALIA LATIFA dengan
saldo akhir lebih kurang sebesar Rp1.401.568,00
(satu juta empat ratus seribu lima ratus enam
puluh delapan rupiah);

h.

BNI Rek. 0174644492 a.n. ALIA LATIFA dengan
saldo akhir lebih kurang sebesar USD 3.204,67
(tiga ribu dua ratus empat koma enam puluh
tujuh dolar AS).

b.

Putusan/Vonis

Tabel 2. 9
Putusan/Vonis Terhadap Kasus Narkotika dan TPPU a.n. Alia Latifa
Putusan
Pengadilan

Tindak
Pidana

Pasal

No
1

Vonis
Pidana

PN
Tangerang

Narkotika

Pasal 137 huruf b
UU
Nomor
35
Tahun
2009
tentang Narkotika
21

-

Denda
-

Putusan
Pengadilan

Tindak
Pidana

Pasal

Vonis

No

2

Pidana

PT Banten

3.

Denda

Pencucian
Uang

Pasal
3
UU
Nomor 8 Tahun
2010
tentang
Pencegahan dan
PemberantasanTi
ndak
Pidana
Pencucian Uang

6
(enam)
tahun
penjara

Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)
dengan
ketentuan
apabila
denda
tersebut
tidak
dibayar akan diganti
dengan
pidana
kurungan selama 5
(lima) bulan.

Narkotika

Pasal 137 huruf b
UU
Nomor
35
Tahun
2009
tentang Narkotika

-

-

Pencucian
Uang

Pasal
3
UU
Nomor 8 Tahun
2010
tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak
Pidana
Pencucian Uang

6
(enam)
tahun
penjara

Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)
dengan
ketentuan
apabila
denda
tersebut
tidak
dibayar akan diganti
dengan
pidana
kurungan selama 5
(lima) bulan.

Tipologi TPPU Terkait Tindak Pidana Narkotika dan TPPU a.n.
Hermin Widiarsih
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Perkara yang sudah inkracht di
tingkat banding, dengan rincian putusan sebagai berikut:
(i)

Putusan Tingkat Pertama di Pengadilan Negeri Tangerang, Perkara
No: 645/Pid.Sus/2012/PN.TNG tanggal 30 Mei 2012.

(ii)

Putusan Tingkat Banding di Pengadilan Tinggi Banten, Perkara No:
109/PID/2012/PT.BTN tanggal 15 Agustus 2012.

a.

Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Terdakwa Hermin Widiarsih alias Windy (HW) adalah seorang
wiraswasta, sejak tanggal 13 Desember 2010 sampai dengan
tanggal

8

Desember

2011

didakwa

telah

menempatkan,

membayarkan atau membelanjakan, menitipkan, menukarkan,
menyembunyikan

atau
22

menyamarkan,

menginvestasikan,

menyimpan, menghibahkan, mewariskan, dan/atau mentrasfer
uang, harta, dan benda atau aset baik dalam bentuk benda
bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud
yang berasal dari tindak pidana Narkotika dan/atau tindak pidana
Prekursor narkotika. Dari hasil peredaran jual beli narkotika yang
dikendalikan Thomas Lewis George (TLG), sebagian digunakan
terdakwa untuk membeli ponsel (6 buah), motor (1 buah), dan
sebagian disimpan sebagai uang tunai sejumlah Rp1.000.000,00
(satu juta Rupiah) dan Sin$2.200 (dua ribu dua ratus dolar
Singapura) dan rekening bank sejumlah Rp70.700.000,00 (tujuh
puluh juta tujuh ratus ribu Rupiah).
Tindak Pidana Asal
HW membuka rekening di

beberapa bank untuk menerima

pentransferan uang hasil perdagangan narkotika atas perintah
TLG. Rekening di beberapa bank tersebut dibuka antara tahun
2009-2011. Selama periode Desember 2010 hingga Desember
2011 HW menerima transfer baik melalui ATM maupun Mobile
Banking (MB) dan pemindahan langsung dari berbagai pihak yang
berhubungan dengan TLG.

Tindak Pidana Pencucian Uang
Setelah menerima uang tersebut di rekeningnya uang tersebut
diputar-putar dengan cara pemindahbukuan di dua rekening HW di
bank yang sama dan pentransferan ke rekening HW di bank yang
berbeda, namun akhirnya kembali ke rekening yang sama,
sehingga

total

keseluruhan

transaksi

keluar

masuk

adalah

Rp1.439.200.000.
1.

Sebagian besar penerimaan dana sejumlah Rp1.415.100.000
pada rekening tabungan BCA a.n. HW tersebut dilakukan
dengan cara sbb:
a.

Pemindahan langsung dari tahapan sejumlah total
Rp150.000.000;

b.

Transfer dari rekening a.n. HW dari bank BRI no.
rekening

0055-01-039755-50-0

sejumlah

total

Rp37.500.000;
c.

Transfer

via

ATM

Rp122.000.000; dan
23

dari

tahapan

sejumlah

total

d.

Transfer

via

MB

dari

tahapan

sejumlah

total

Rp1.105.000.000.
2.

Sementara transaksi keluar dilakukan HW dengan cara sbb:
a.

Transfer dana dari rekening a.n. HW di bank BCA no.
rekening 0501821593 ke rekening a.n. HW di bank BCA
no.

rekening

6050291454

sejumlah

total

Rp42.400.000;
b.

Transfer dana dari rekening a.n. HW di bank BRI no.
rekening 0055-01-039755-50-0 ke rekening a.n. HW di
bank BCA no. rekening 0501821593 sejumlah total
Rp37.500.000; dan

c.

Transfer dana dari rekening a.n. HW di bank BCA no.
rekening 0501821593 dan rekening a.n. HW di bank
BCA no. rekening 6050291454 ke rekening a.n. HW di
bank BRI no. rekening 0055-01-039755-50-0 sejumlah
total Rp104.000.000.

3.

Dari hasil peredaran jual beli narkotika tersebut, HW telah
mempergunakan sebagian dari uang hasil jual beli narkotika
dimaksud

yaitu

untuk membeli

beberapa

jenis

barang

berupa: ponsel (6 unit) dan motor (1 unit). Sebagian lagi
disimpan dalam bentuk uang tunai dan rekening bank.
Rincian barang dan rekening tersebut adalah sebagai berikut:
a.

b.

6 (enam) unit ponsel terdiri dari:
1.

1 (satu) unit Samsung GT-E-1080 F;

2.

1 (satu) unit Nokia 1202-2;

3.

1 (satu) unit Smartfren C 330;

4.

1 (satu) unit Blackberry 8900;

5.

1 (satu) unit Samsung GT-C3222; dan

6.

1 (satu) unit Esia C 2930

Uang tunai sejumlah Rp1.000.000 dan Sin$2.200,
dengan rincian sebagai berikut:
1.

5 (lima) lembar pecahan Rp100.000,00 (seratus
ribu Rupiah);

2.

10 (sepuluh) lembar pecahan Rp50.000,00 (lima
puluh ribu Rupiah;

3.

2 (dua) lembar uang Singapura pecahan Sin$100
(seratus dolar Singapura); dan
24

4.

20 (dua puluh) lembar uang Singapura pecahan
Sin$50 (lima puluh dolar Singapura)

c.

Satu unit motor Honda Revo No. Pol B 3665 NKW

d.

BCA

Rek.

dengan

6050291454
saldo

akhir

a.n.

HERMIN

lebih

WIDIARSIH

kurang

sebesar

Rp70.000.000,00 (tujuh puluh juta Rupiah);
e.

BCA

Rek.

dengan

0501821593
saldo

akhir

a.n.

HERMIN

lebih

WIDIARSIH

kurang

sebesar

Rp3.000.000,00 (tiga juta Rupiah);
f.

BCA Rek. 8330020084 An. HERMIN WIDIARSIH dengan
saldo akhir lebih kurang sebesar Rp10.000.000,00
(sepuluh juta Rupiah);

g.

Mandiri

Rek.

142-00-1023900-1

a.n.

HERMIN

WIDIARSIH dengan saldo akhir lebih kurang sebesar
Rp1.700.000,00 (satu juta tujuh ratus ribu Rupiah);

b.

Putusan/Vonis
Tabel 2. 10
Putusan/Vonis terhadap Hermin Widiarsih

Putusan
Pengadilan

Tindak
Pidana

Pasal

No
1

Vonis
Pidana

PN Tangerang

Narkotika

Pasal 137 huruf b
UU Nomor 35
Tahun
2009
tentang
Narkotika

-

-

Pencucian
Uang

Pasal
3
UU
Nomor 8 Tahun
2