Perancangan Galeri Paradise of North Sumatera di Kota Medan ( Tema : Asitektur Metafora )

7

BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1.

Tinjauan Fungsi

2.1.1.

Terminologi Judul
Galeri adalah tempat suatu tempat untuk memamerkan, memperlihatkan,

memajang hasil karya yang baik itu berupa karya maupun budaya. Galeri berbeda
dengan museum, selain berbeda dari ukuran, perbedaan yang paling menonjol
dari galeri dan museum adalah bila galeri hanya menjual hasil karya, sedangkan
museum hanya tempat atau wadah untuk memamerkan koleksi benda-benda
yang memiliki nilai sejarah dan langka.
Menurut arti bahasanya, pengertian galeri dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (2003) :

Galeri adalah selasar atau tempat; dapat pula diartikan sebagai tempat yang
memamerkan karya seni tiga dimensional karya seorang atau sekelompok
seniman atau bisa juga didefinisikan sebagai ruangan atau gedung tempat
untuk memamerkan benda atau karya seni.
2. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, A.S Hornby, edisi kelima,
Great Britain: Oxford University Press, (1995) : “Gallery: Aroom or building for
showing works of art”.
3. Menurut Kamus Inggris - Indonesia, An English-Indonesian Dictionary,(1990) :
“Galeri: Serambi, balkon, balai atau gedung kesenian”.
Menurut

Encyclopedia

of

American

Architecture

(1975),


Galeri

diterjemahkan sebagai suatu wadah untuk menggelar karya seni rupa. Galeri juga
dapat diartikan sebagai tempat menampung kegiatan komunikasi visual di dalam
suatu ruangan antara kolektor atau seniman dengan masyarakat luas melalui
kegiatan pameran. Sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan hasil karya
seni, sebuah area memajang aktifitas publik, area publik yang kadang kala
digunakan untuk keperluan khusus (Dictionary of Architecture and Construction,
2005).
Menurut Djulianto Susilo seorang arkeolog, Galeri berbeda dengan
museum. Galeri adalah tempat untuk menjual benda / karya seni, sedangkan
Museum tidak boleh melakukan transaksi karena museum hanya merupakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8

tempat atau wadah untuk memamerkan koleksi benda-benda yang memiliki nilai
sejarah dan langka (Koran Tempo, 2013).
Medan yang dimaksud adalah kotamadya Medan sebagai pusat aktifitas

dan kehidupan Sumatera Utara. Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera
Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya, serta kota terbesar di luar Pulau Jawa. Kota Medan
merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan
Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang
merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses dari pusat kota menuju
pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api. Medan adalah
kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan bandara dengan kereta api.
Berbatasan dengan Selat Malaka menjadikan Medan kota perdagangan, industri,
dan bisnis yang sangat penting di Indonesia.
( https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan(2017))
“Paradise of North Sumatera”; merupakan nama yang diciptakan yang
memiliki arti khusus sebagai identitas galeri ini. Paradise adalah kosa kata bahasa
Inggris oxford yang artinya “tempat yang indah” (kamus B.Inggris) dan North of
Sumatera adalah nama provinsi yang Sumatera Utara yang sudah dibahasa
inggriskan (wiktionary.org/wiki/Sumatera_utara). Dan galeri ini diharapkan menjadi
tempat yang indah dan menampilkan karya dan budaya yang ada pada Sumatera
Utara.
Berdasarkan pengertian di atas, maka Galeri Paradise North of Sumatera
di Kota Medan adalah tempat atau wadah yang dapat menampung dan

memfasilitasi segala kegiatan pameran dan pemajang karya dan budaya yang
berasal dari Sumatera Utara di Kota Medan. Mulai dari kegiatan pameran, diskusi
para seniman medan, pengedukasi karya dan budaya Sumatera Utara kepada
masyarakat.
Batasan judul proyek ini adalah adalah ruang atau gedung sebagai tempat
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan karya seni dan budaya yang
berlokasi dikawasan Kota Medan. Serta bersifat edukatif nonformal dan rekreatif.
Dalam hal ini bersifat komersil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9

2.1.2.

Kriteria Pemilihan Lokasi

1. Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Pemilihan lokasi site didasarkan atas beberapa kriteria, seperti:
a. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK). Lokasi

site harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan.
b. Lingkungan tapak berada di lokasi yang strategis, lingkungan dengan
image yang bagus dan berbudaya sesuai fungsinya dengan lingkungan
sekitarnya yang dapat mendukung fungsi bangunan yang akan dibangun.
c. Aksesbilitas

lokasi

tapak

yang

mudah

dicapai,

dan

adanya


sarana transportasi umumnya yang melewati lokasi site.
Kriteria pemilihan lokasi agar perancangan bangunan Galeri Paradise of North
Sumatera di Kota Medan efektif, adalah sebagai berikut:
a. Lokasi site merupakan daerah yang mudah di jangkau untuk wisatawan
maupun masyarakat lokal sendiri.
b. Lokasi site merupakan lahan kosong yang sudah memenuhi kriteria dalam
perancangan bangunan ini.
c. Sirkulasi site yang efektif bagi pengguna
d. Site

bukan

merupakan

lokasi

yang

dilarang


pemerintah

untuk

pembangunan.
2. Pencapaian
Dalam hal pencapaian, site harus terletak pada daerah yang mudah dicapai
oleh wisatawan lokal maupun non-lokal. Baik dengan kendaraan pribadi,
maupun kendaraan umum.
3. Area Pelayanan
Area disekitar site dekat dengan bangunan atau sarana prasarana yang
membutuhkan jasa/pelayanan yang berhubungan dengan fasilitas komersil
dan lainnya.
4. Persyaratan Lain
Status kepemilikan lahan : Individu
Nilai Tanah

: Harga nilai tanah semakin tinggi dari harga
biasanya, dikarenakan pusat protocol kota Medan
dan banyaknya para investor membeli tanah

dengan kepentingan bisnis dari harga per meternya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10

Rp.

300.000

menjadi

1-1,5

juta

(Artikel

SitusMedan).
2.1.3.


Pengguna dan Jenis Kegiatan pada Galeri
Galeri memiliki fungsi utama sebagai wadah / alat komunikasi antara

konsumen dengan produsen. Pihak produsen yang dimaksud adalah para
seniman sedangkan konsumen adalah kolektor dan masyarakat. Fungsi galeri
menurut Kakanwil Perdagangan antara lain :
1. Sebagai tempat promosi barang-barang seni.
2. Sebagai tempat mengembangkan pasar bagi para seniman.
3. Sebagai tempat melestarikan dan memperkenalkan karya seni dan budaya
dari seluruh Indonesia.
4. Sebagai tempat pembinaan usaha dan organisasi usaha antara seniman dan
pengelola.
5. Sebagai jembatan dalam rangka eksistensi pengembangan kewirausahaan.
6. Sebagai salah satu obyek pengembangan pariwisata nasional.
Jenis-jenis galeri dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Galeri di dalam museum
Galeri ini merupakan galeri khusus untuk memamerkan benda-benda yang
dianggap memiliki nilai sejarah ataupun kelangkaan.
2. Galeri Kontemporer

Galeri yang memiliki fungsi komersial dan dimiliki oleh perorangan.
3. Vanity Gallery
Galeri seni artistik yang dapat diubah menjadi suatu kegiatan didalamnya,
seperti pendidikan dan pekerjaan.
4. Galeri Arsitektur
Galeri untuk memamerkan hasil karya-karya di bidang arsitektur yang memiliki
perbedaan antara 4 jenis galeri menurut karakter masing-masing.
5. Galeri Komersil
Galeri untuk mencari keuntungan, bisnis secara pribadi untuk menjual hasil
karya. Tidak berorientasi mencari keuntungan kolektif dari pemerintah
nasional atau lokal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11

Pada suatu galeri yang tertata dengan baik pasti terdapat pengguna dan
kegiatan yang aktif.Pengguna pada Galeri pada umumnya dan ditinjau dari
kegiatannya terdiri dari:
1. Pengunjung

2. Seniman
3. Pengelola Pelayanan
Pengunjung, terbagi atas dua bagian yaitu pengunjung yang bersifat
khusus dan bersifat umum,yaitu:
1. Pengunjung bersifat umum yaitu pengunjung yang datang untuk bersifat
rekreasi, tertarik menikmati pameran untuk memuaskan rasa keingin
tahuannya, kegiatannya melihat-lihat objek yang dipamerkan dan jika cocok
akan membeli objek yang dipilih. Pengunjung yang dapat mengikuti pelatihan
atau komunitas seni sebagai peserta.
2. Pengunjung bersifat khusus yaitu pengunjung baik domestik maupun manca
negara yang mempunyai tujuan bisnis biasanya para pengusaha. Peserta ini,
terbebas dari mengatur jalannya acara, dan hanya menjadi penikmat acara.
Ada beberapa kelompok orang yang menjadi peserta antara lain:
a. Narasumber
b. Pejabat pemerintah
c. Cendekiawan
d. Profesional
e. Masyarakat umum
Penyelenggara/penyewa yaitu orang yang mengorganisir pelaksanaan
kegiatan. Penyelenggara adalah kelompok orang yang tersusun dalam sebuah
organisasi yang mempunyai jabatannya masing-masing guna melancarkan
jalannya

acara

konvensi

atau

eksibisi

tersebut.

Beberapa

kelompok

penyelenggara antara lain:
1. Panitia
2. Wartawan
3. Operator
4. Keamanan
Pengelola adalah pihak yang mengawasi, mengelola, dan memberikan
pelayanan fasilitas yang di butuhkan penyelenggara dan biasanya meliputi:
1. Manager
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12

2. Seketaris
3. Bagian Pemasaran
4. Bagian Keuangan dan Administrasi
5. Teknisi
6. Divisi Keamanan
7. Bagian pelayanan dan oprasional
8. Karyawan
2.1.3.1. Kegiatan
Jenis kegiatan pada galeri dapat dibedakan menjadi beberapa bagian
tugas, yaitu :
1. Pengadaan
Hanya beberapa benda yang dapat dimasukan ke dalam galeri, yaitu hanya
benda-benda yang memiliki nilai budaya, artistic dan estetis. Serta benda
yang dapat diidentifikasi menurut wujud, asal, tipe, gaya, dan hal-hal lainnya
yang mendukung identifikasi.
2. Pemeliharaan
Terbagi mejadi 2 aspek, yaitu :
a. Aspek Teknis
Dijaga serta dirawat supaya tetap awet dan tercegah dari kemungkinan
kerusakan.
b. Aspek Administrasi
Benda-benda

koleksi

harus

mempunyai

keterangan

tertulis

yang

membuatnya bersifat monumental.
3. Konservasi
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi
berasal dari bahasa Inggris “Conservation” yang artinya pelestarian atau
perlindungan.
4. Restorasi
Restorasi merupakan pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula
atau bisa disebut juga dengan pemugaran. Restorasi yang dilakukan berupa
perbaikan ringan, yaitu mengganti bagian-bagian yang sudah usang/termakan
usia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13

5. Penelitian
Bentuk dari penelitian terdiri dari 2 macam, yaitu :
a. Penelitian Intern adalah penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Penelitian Ekstern adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau
pihak luar, seperti pengunjung, mahasiswa, pelajar dan lain-lain untuk
kepentingan karya ilmiah, skripsi dan lain-lain.
6. Pendidikan
Kegiatan ini lebih ditekankan pada bagian edukasi tentang pengenalan pengenalan materi koleksi yang dipamerkan.
7. Rekreasi
Rekreasi yang bersifat mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati oleh
pengunjung dan tidak diperlukan konsentrasi yang menimbulkan keletihan dan
kebosanan.
8. Bisnis
Bisnis juga dapat dilakukan di dalam galeri, karena galeri merupakan wadah
atau tempat untuk memperjualbelikan benda-benda langka atau benda-benda
yang dipamerkan di dalam galeri tersebut.
2.1.3.2. Aktivitas
Aktivitas yang terjadi pada galeri pada umumnya, meliputi:
1. Aspek Pengunjung
a. Pengunjung akan melakukan pendaftaran yang dilakukan di receptionist
dan mendapatkan pengarahan.
b. Pengunjung datang dengan maksud untuk melakukan rekreasi /
refreshing.
c. Pengunjung datang hanya untuk mendapatkan informasi dari karya yang
dipamerkan.
2. Aspek Kurator
Kurator adalah pengurus atau pengawas institusi warisan budaya atau seni,
misalnya museum, pameran seni, galeri foto, dan perpustakaan. Kurator
bertugas untuk memilih dan mengurus objek museum atau karya seni yang
dipamerkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14

a. Menjaga dan memelihara semua koleksi.
b. Mengumpulkan benda-benda yang akan dipamerkan.
c. Mempublikasikan dan memasarkan benda-benda yang dipamerkan di
dalam galeri.
d. Membantu

mempertimbangkan

tata

pameran

tetap,

sistem

pendokumentasian dan kebijakan pengelolaan koleksi.
2.1.4 Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Kebutuhan ruang sebuah galeri meliputi:
1. Exhibition Room / Tempat untuk memamerkan karya
2. Workshop / Tempat untuk membuat/memperbaiki sebuah karya.
3. Stock Room / Tempat untuk menampung / meletakkan karya
4. Restoration Room / Tempat untuk memelihara karya
5. Auction Room / Tempat untuk mempromosikan karya dan sebagaitempat jual
beli sebuah karya.
6. Multifunction Hall / Aula yang serbaguna
7. Service Room / Tempat yang terdiri dari Ruang ME, AHU, Cleaning Service &
OB, Security atau keamanan.
8. Café / Tempat untuk mendukung fasilitas galeri untuk menikmati minuman dan
makanan ringan.
Adapun pengelompokan Ruang berdasarkan zona publik dan non -publik
Tabel 2.1. Pengelompokan Ruang
Zona

Publik

Kelompok Ruang
Ruang
Koleksi
1. R. Pameran Utama
`2D
(lukisan,
grafis,
2. R. Pameran Temporer
fotografis)
3. R. Kuliah Umum /
Seminar
`3D
(patung,
keramik,
4. R. Orientasi
miniatur rumah, arsitektur,
5. Lavatory
tekril, griya kayu)
1. R. Informasi
2. Teater
3. Perpustakaan
4. Cafetaria
5. Lobby
Non-Koleksi
6. Gift Shop
7. Lavatory
8. Parkir Pengunjung
9. Parkir
Kendaraan
Pengangkut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15

Tabel 2.1. Pengelompokan Ruang (Lanjutan)
Zona

Kelompok Ruang

Koleksi

Non- Publik

Non-Koleksi

Pengamanan

2.1.5

Ruang
1. Bengkel (Workshop)
2. Bongkar-Muat
(Loading Dock)
3. Lift Barang
4. R.
Penerimaan
Koleksi
5. Lab. Konservasi
1. R. Kepala Museum
2. R. General Manager
3. R. Manager
4. R. Staff
5. R. Rapat
6. Restroom
7. Studio Presentasi
8. Studio Foto
9. Laboratorium Foto
10. Kantor Retail
11. Pos Keamanan
12. R. Mekanikal
13. R. Elektrikal
14. R. AHU
15. Dapur Katering
16. Dapur Cafetaria
17. Gudang
18. Parkir Karyawan
1. Ruang Penyimpanan
Koleksi
2. Ruang
Komputer
Pengawas (CCTV)
3. Ruang Perlengkapan
Keamanan

Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang Galeri
Pada suatu bangunan pasti terdapat persyaratan dan criteria umum, sama

seperti halnya dengan galeri. Menurut Neufert (1996), Ruang pamer pada galeri
sebagai tempat untuk memamerkan atau menampilkan karya seni harus
memenuhi beberapa hal yaitu: Terlindung dari kerusakan, pencurian, kelembaban,
kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu. Persyaratan umum tersebut
antara lain :
1. Pencahayaan yang cukup
2. Penghawaan yang baik dan kondisi ruang yang stabil
3. Tampilan display dibuat semenarik mungkin dan dapat dilihat dengan mudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

16

Terdapat tiga macam penataan atau display benda koleksimenurut
Patricia Tutt dan David Adler (The Architectural Press, 1979), yaitu :
1. In show case
Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan suatu tempat display
berupa kotak tembus pandang yang biasanya terbuat dari kaca. Selain untuk
melindungi, kotak tersebut terkadang berfungsi untuk memperjelas atau
memperkuat tema benda koleksi yang ada.
2. Free standing on the floor or plinth or supports
Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar sehingga
diperlukan suatu panggung atau pembuatan ketinggian lantai sebagai batas
dari display yang ada. Contoh: patung, produk instalasi seni, dll.
3. On wall or panels
Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan karya seni 2 dimensi dan
ditempatkan di dinding ruangan maupun partisi yang dibentuk untuk
membatasi ruang. Contoh: karya senilukis, karya fotografi, dll.
Ada beberapa syarat tentang cara pemajangan benda koleksiseni yang
ada antara lain adalah dengan cara berikut :
1. Random Typical Large Gallery
Penataan benda yang dipamerkan disajikan dengan acak, biasanya terdapat
pada galeri yang berisi benda-benda non klasik dan bentuk galeri yang
asimetris, ruang-ruang yang ada pada galeri dibentuk mempunyai jarak atau
lorong pembatasan oleh pintu. Jenis dan media seni yang ada dicampur dan
menguatkan kesan acak. Contoh: menggabungkan display benda 2 dimensi
dan 3 dimensi seperti seni lukis dan seni patung.
2. Large Space With An Introductory Gallery
Pengolahan ruang pamer dengan pembagian area pamer sehingga
memperjelas tentang benda apa yang dipamerkan didalamnya, pembagian
dimulai pada suatu ruang utama kemudian dengan memperkenalkan terlebih
dahulu benda apa yang dipajang didalamnya.
Vitrine merupakan salah satu lemari untuk menata danmemamerkan
benda-benda koleksi. Bentuk vitrine harus sesuai dengan ruangan yang akan
ditempatu oleh vitrine tersebut. Menurut penempatannya, vitrine dibagi menjadi :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17

1. Vitrine Dinding
Vitrine yang diletakkan berhimpit dengan dinding, Dapatdilihat dari sisi
samping dan depan.

Gambar 2.1. Vitrine Dinding
Sumber ; DPK, 1994

2. Vitrine Tengah
Diletakkan di tengah dan tidak berhimpit dengan dinding. Isinya harus terlihat
dari segala arah, sehingga keempat sisinya terbuat dari kaca.

Gambar 2.2. Vitrine Tengah
Sumber: DPK, 1994

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

18

3. Vitrine Sudut
Terletak di sudut ruangan yang hanya dapat dilihat dari satu arah saja, yaitu
dari sisi depan saja, sisi lain melekat pada dinding.

Gambar 2.3. Vitrine Sudut
Sumber: DPK, 1994

4. Vitrine Lantai
Terletak di bawah pandangan mata dan biasanya diletakkan untuk menata
benda-benda kecil dan harus dilihat dari dekat.
5. Vitrine Tiang
Diletakkan disekitar tiang, sama seperti vitrine tangah karena dapat dilihat dari
berbagai sisi.
Karya Seni
Adapun karya seni yang menggisi pajangan pameran galeri yaitu:
A. Lukisan

Gambar 2.4. Seni Lukisan
(Sumber : Pinterest.com)

B. Fotografi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19

Gambar 2.5. Seni Fotografi
(sumber : Google.com)
C. Patung

Gambar 2.6. Seni Patung
(Sumber : Google.com)
D. Keramik

Gambar 2.7. Seni Keramik
(Sumber : Google.com)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

20

E. Miniatur Arsitektur

Gambar 2.8. Miniatur Rumah Jabu Bolon
(Sumber : Google.com)
F. Seni Kriya

Gambar 2.9. Seni Kriya 3D
(Sumber : Google.com)
G. Dan Lain-lain
2.1.5.1. Elemen Interior
Elemen Interior terbagi menjadi:
1. Elemen Lantai
Lantai merupakan elemen horizontal pembentuk ruang. Menurut DK. Ching
(1979), elemen horizontal suatu ruang dapat dipertegas dengan cara
meninggikan maupun menurunkan bidang lantai dan lantai dasar. Dengan
demikian akan terbentuk kesatuan ruang dan kesatuan visual pada ruang
pamer akibat adanya penurunan dan peninggian elemen lantai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21

2. Elemen Plafon
Menurut Gardner (1960), langit-langit/ceiling yang sesuai untuk ruang pamer
(exibition hall) adalah langit-langit yang sebagian dibiarkan terbuka untuk
keperluan ekonomis danmemberikan kemudahan untuk akses terhadap
peralatan yang digantung pada langit-langit/ceiling. Ceiling merupakan faktor
yang penting yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakan komponen yang
terkait dengan pencahayaan.
3. Elemen Fleksibilitas
“Flexibilitas can definded as : eaxily changed to suit new condition”
(Homby,1987) dan dalam Bahasa Indonesiaartinya mudah disesuaikan
dengan kondisi yang baru. Elemen flexibilitas berarti elemen pembentuk ruang
yang dapat diubah untuk menyesuaikan dengan kondisi berbeda dengan
tujuan kegiatan baru yang diwadahi seoptimal mungkin pada ruang yang
sama.
2.1.5.2. Sistem Pencahayaan
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

No.1405

tahun

2002,

pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yangdiperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Dengan adanya cahaya pada
lingkungan ruang dalam yang bertujuan menyinari berbagai bentuk elemenelemen yang ada di dalam ruang, sehingga ruangan menjadi teramati dan dapat
dirasakan suasana visualnya (Honggowidjaja, 2003). Pencahayaan pada galeri
memberikan kontribusi yang besar tentang bagaimana menampilkan benda yang
dipamerkan agar lebih memiliki kekuatan dan menarik sesuai tema yang ada,
selain itu pencahayaan juga dapat memberikan fokus yang lebih menonjol
dibandingkan dengan suasana galeri secara keseluruhan. Berdasarkan sumber
dan fungsinya pencahayaan dibagi menjadi :
1. Pencahayaan Alami (Natural Lighting)
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
alami yaitu matahari. Pencahayaan alami dapat diperoleh dengan membuat
jendela atau ventilasi atau bukaan-bukaan yang besar.
2. Pencahayaan Buatan (General Artificial Lighting)
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber listrik.
Apabila pencahayaan alami tidak memadai atau posisi ruang sukar untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

22

dicapai oleh pencahayaan alami, maka dapat digunakan pencahayaan
buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis kegiatan.
b. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada
ruang.
c. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara
merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangbayangyang dapat mengganggu kegiatan.
d. Sistem pencahayaan merupakan salah satu faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam proses mendesain. Untuk menciptaka suasana
yang dinginkan pada sebuah ruang. Teknik pendistribuasian cahaya,
dibedakan menjadi (Industrial Hygiene Engineering, 1998) :
1) Direct Lighting
Jenis pencahayaan langsung yang hampir seluruh pencahayaannya
dipancarkan pada bidang kerja, dapat dirancang menyebar/terpusat.
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda
yang perlu diterangi.
2) Semi Direct Lighting
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang
perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding.
3) General Difus Lighting
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang
perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect
yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas.
Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4) Semi Indirect Lighting
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat
dikurangi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23

5) Indirect Lighting
Indirect Lighting disebut juga sebagai pencahayaan tidak langsung.
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan
dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh
ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya
perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan
sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan
sedangkan kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh
pada permukaan kerja.

Gambar 2.10. Lima Teknik Pendistribusian Cahaya
Sumber : Philips Methods of Light Dispersement

Sistem pencahayaan buatan menurut cakupan cahaya dapat dibedakan
menjadi :
1. General Lighting
Pencahayaan merata pada ruangan & dimaksudkan untuk memberi kesan
merata agar tidak terlalu gelap.
2. Ambience Lighting
Pencahayaan tidak langsung yang di pantulkan plafon & dinding, lampu dapat
digantung pada dinding atau menyatu dengan perabot.
3. Task Lighting
Jenis pencahayaan yang hanya terdapat pada tempat & area sekelilingnya
yang terkena cahaya.
4. Accent Lighting
Jenis pencahayaan yang digunakan pada obyek tertentu.
5. Decorative Lighting
Pencahayaan dengan lampu sebagai object untuk di lihat.
Sistem pencahayaan buatan menurut arah pencahayaan dapat dibedakan
menjadi (Ruang Artistik dengan Pecahayaan, 2006):

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

24

1. Downlight (Arah cahaya ke bawah)
Arah pencahayaan ini berasal dari atas dengan tujuan untuk memberikan
cahaya pada obyek di bawahnya.
2. Uplight (Arah cahaya ke atas)
Pencahayaan datang dari bawah ke atas. Uplight umumnya berperan untuk
dekoratif dengan kesan megah, dramatis, dan memunculkan dimensi. Contoh
aplikasi pencahayaan ini misalnya pada kolom rumah yang biasanya memakai
lampu halogen.
3. Backlight (Arah cahaya dari belakang)
Arah pencahayaan berasal dari belakang obyek untuk memberi aksentuasi
pada obyek seperti menimbulkan siluet. Jenis pencahayaan memberikan
pinggiran cahaya yang menarik pada obyek dan bentuk obyek menjadi lebih
terlihat.
4. Sidelight (Arah cahaya dari samping)
Arah cahaya datang dari samping sehingga memberikan penekanan pada
elemen interior tertentu, memberikan aksen pada obyek. Biasanya digunakan
pada benda-benda seni untuk menonjolkan nilai seninya.
5. Frontlight (Arah cahaya dari depan)
Arah cahaya datang dari depan obyek dan biasanya diaplikasikan pada obyek
dua dimensi seperti lukisan atau foto.
2.1.5.3. Sistem Penghawaan
Sistem

penghawaan

memnberikan

kenyamanan

thermal

bagi

pengunjungnya. Kenyamanan fisik dapat dicapai pada kondisi temperatur rata -rata
23°C. Pencapaian kondisi kenyamanan ini tergantung dari banyaknya bukaan
jendela, kondisi lingkungan, jumlah manusia dan dimensi ruang. Untuk
mengatasinya

dapat

dicapai

dengan

banyaknya

bukaan

jendela

atau

menggunakan penghawaan seperti air conditioner atau fan. Berikut adalah
beberapa jenis air conditioner yang dijelaskan menurut peletakannya:
1. Mounted type
Ditanam didalam dinding atau didalam plafond ruangan.
2. Ceiling type
Ditanam di atas atau dipasang di langit-langit ruangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

25

3. Custom floor type
Diletakkan di atas lantai tanpa ada pemasangan khusus.
4. Wall mounted type
Ditanam didalam dinding.
Di pasaran pada umumnya kita mengenal 3 jenis air conditioner
(Suptandar, 1982: 150), yaitu :
1. AC Window
Umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada pada salah satu
dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan penyemprotan
udara tidak mengganggu si pemakai.
2. AC Central
Biasanya digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel, supermarket dengan
pengontrolan pengendalian yang dilakukan dari satu tempat.
3. AC Split
Memiliki bentuk yang hampir sama dengan AC window, bedanya hanya
terletak pada konstruksi dimana alat kondensator terletak di luar ruangan.
2.1.5.4. Sirkulasi Ruang
Sirkulasi

dalam

galeri

adalah

mengantarkan

pengunjung

untuk

memberikan kelayakan dalam memamerkan hasil karya. Sirkulasi pergerakan jalur
dalam suatu kegiatan ruang pameran perlu dilakukan agar memberikan
kenyamanan antara objek dengan pengunjung. Menurut De Chiara dan Calladar
(Time Saver Standards for Building Types, 1973), tipe sirkulasi dalam suatu ruang
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Sequential Circulation
2. Sirkulasi yang terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui dan benda seni
yang dipamerkan satu persatu menurut ruang pamer yang berbentuk ulir
maupun memutar sampai akhirnya kembali menuju pusat entrance area
galeri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

26

Gambar 2.11. Pola Jalur Sequential Circulation
Sumber: De Chiara and Calladar, 1973

3. Random Circulation
Sirkulasi yang memberikan kebebasan bagi para pengunjungnya untuk dapat
memilih jalur jalannya sendiri dan tidak terikat pada suatu keadaan dan bentuk
ruang tertentu tanpa adanya batasan ruang atau dinding pemisah ruang.

Gambar 2.12. Pola Jalur Random Circulation
Sumber: De Chiara and Calladar, 1973

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

27

4. Ring Circulation
Sirkulasi yang memiliki dua alternatif, penggunaannya lebih aman karena
memiliki dua rute yang berbeda untuk menuju keluar suatu ruangan.

Gambar 2.13. Pola Jalur Ring Circulation
Sumber: De Chiara and Calladar, 1973

5.

Linear Bercabang
Sirkulasi pengunjung jelas dan tidak terganggu, pembagian koleksi teratur
dan jelas sehingga pengunjung bebas melihat koleksi yang dipamerkan.

Gambar 2.14. Pola Jalur Linear Bercabang
Sumber: De Chiara and Calladar, 1973

Menurut DK. Ching (2000), faktor yang berpengaruh dalam sirkulasi
eksterior maupun interior yaitu pencapaian, konfigurasi jalur, hubungan jalur dan
ruang, bentuk ruang sirkulasi. Dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pencapaian
Pencapaian merupakan jalur yang ditempuh untuk mendekati/menuju
bangunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

28

Tabel 2.2. Sirkulasi Pencapaian
Pencapaian

Keterangan

Gambar

Suatu pendekatan yang
Pencapaian
langsung

mengarah langsung ke suatu
tempat masuk, melalui sebuah
jalan lurus yang segaris
dengan alur sumbu bangunan
Pendekatan yang samar

Pencapaian

meningkatkan efek perspektif

tersamar

pada fasad depan dan
bagunan
Jalan berputar

Pencapaian

memperpanjang urutan

berputar

pencapaian

Sumber : Ching, 2000:231

2. Konfigurasi jalur
Konfigurasi jalur yaitu tata urutan pergerakan pengunjung sampai titik
pencapaian akhir.
3. Hubungan Jalur dan Ruang
Hubungan Jalur dan Ruang dapat difungsikan sebagai fleksibilitas ruangruang yang kurang strategis.
Tabel 2.3. Hubungan Jalur dan Ruang
No

Hubungan Jalur

Keterangan
1. Kesatuan

tiap

Gambar
ruang

dipertahankan
1

Melalui ruang

2. Konfigurasi jalan yang
fleksibel
3. Menghubungkan jalan
dengan ruang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

29

Tabel 2.3. Hubungan Jalur dan Ruang (Lanjutan)
No

Hubungan Jalur

Keterangan

Gambar

1. Jalan dapat menembus
sebuah ruang menurut
2

Menembus ruang

sumbunya
2. Dapat

menimbulkan

ruang istirahat
1. Lokasi
3

Berakhir dalam
ruang

ruang

menentukan jalan
2. Fungsional

dan

simbolis
Sumber : Ching, 2000:231

4. Bentuk Ruang Sirkulasi
Bentuk ruang sirkulasi lebih mengutamakan pada interior bangunan yang
dapat menampung gerak pengunjung waktu berkeliling, berhenti sejenak,
beristirahat, atau menikmati sesuatu yang dianggapnya menarik.
Tabel 2.4. Ruang Pembentuk Sirkulasi
No

Ruang Sirkulasi

Keterangan

Gambar

Membentuk koridor pribadi yang
1

Tertutup

berkaitan dengan ruang-ruang
yang dihubungkan melalui pintu
masuk

2

Terbuka pada salah
satu sisinya

Membentuk balkon yang
memberikan kesan kontinuitas
visual
Membentuk deretan kolom

3

Terbuka pada

untuk jalan lintas yang menjadi

kedua sisinya

sebuah perluasan fisik dari
ruang yang ditembusnya

Sumber : Ching, 2000:231

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30

2.1.5.5. Jarak Display

Gambar 2.15. Jarak Display
Sumber : Julius Panero dan Martin Zelnik, 2003:293

Gambar 2.16. Jarak dan Sudut Pandang Pengamat
Sumber : Neufert 2002:250

2.1.5.6. Sistem Keamanan
Masalah keamanan sangatlah penting dalam display karena objek koleksi
tersebut sangat menarik bagi pengunjung terutama kolektor, sehingga keamanan
harus terjamin. Seperti, pencatatan identitas benda koleksi, pemeriksaan tentang
penyakit atau cacat objek. Pemotretan kondisi koleksi baik sebelum dan sesudah
konservasi. Keselamatan benda-benda koleksi harus diperhatikan, unsur-unsur
yang dapat menimbulkan kerusakan antara lain, tumbuhan, kotoran, dan bahkan
manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

31

2.1.5.7.

Deskripsi Fungsi Penunjang Fasilitas

2.1.5.7.1. Café
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kafe berarti tempat minum
kopi yang pengunjungnya dihibur dengan musik atau tempat minum yang
pengunjungnya dapat memesan minuman seperti kopi, teh, bir, dan kue-kue, kafe
juga berarti kedai kopi. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2008) café juga dapat diartikan sebuah restaurant kecil yang menyediakan
makanan dan minuman. Istilah kafe berasal dari bahasa Perancis yaitu café yang
secara harafiah adalah kopi.
Café merupakan suatu tipe restoran yang biasanya tidak menyajikan
makanan berat namun lebih berfokus pada menu makanan ringan seperti kue,
roti, dan sup. Untuk minuman biasanya disajikan teh, kopi, juice, serta susu coklat.
Minuman beralkohol tidak disediakan di kafe.
Menurut Marsum WA (2004:1) Bar adalah suatu tempat yang
diorganisasikan secara komersial dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai,
terdapat baik di dalam sebuah hotel, kadang-kadang berdiri sendiri di luar hotel,
dimana seseorang bisa mendapatkan pelayanan segala macam minuman baik
yang beralkohol maupun yang tidak beralkohol.
Para ahli mengatakan bahwa kata bar berasal dari kata ‘barrier’ yang
berarti penghalang. Yang dimaksudkan adalah bahwa para tamu yang datang
untuk membeli dan menikmati minuman dengan petugas peramu-pencampur
minuman dibatasai oleh suatu penghalang yang lazim disebut bar counter,
sehingga para tamu tidak bebas masuk ke tempat petugas berada.
2.1.5.7.2. Fungsi dan Tujuan Café Bar
Untuk menghidangkan minuman ringan seperti kopi, teh atau jus dan
juga makanan ringan sampai minuman beralkohol yang memberikan tempat serta
pelayanan yang nyaman bagi pengunjung. Café Bar juga berguna sebagai tempat
melepas lelah dan penat bagi sebagian orang sehingga café bar harus dibuat
senyaman mungkin.
2.1.5.7.3. Jenis-jenis Kegiatan pada Café Bar
Jenis-jenis kegiatan pada café bar terdiri dari:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

32

1. Konsumsi
Pengunjung sebagai konsumen datang untuk menikmati makanan dan
minuman yang dijual pada tempat tersebut.
2. Rekreasi
Rekreasi adalah kegiatan yang menyehatkan pada aspek sosial, fisik dan
mental. Jay B. Nash memberikan gambaran bahwa aktivitas rekreasi adalah
pelengkap dari kerja, oleh karena itu rekreasi adalah kebutuhan semua orang.
3. Bisnis
Kegiatan ini lebih ditekankan pada maksud kedatangan pengunjung untuk
keperluan bisnis.
2.1.5.7.4. Aktifitas Café Bar
Aktifitas café bar dapat dibagi menjadi beberapa aspek yaitu :
1. Aspek Pengunjung
a. Pengunjung yang datang dan langsung memesan hidangan.
b. Pengunjung yang telah memesan, membayar makanan yang dipesan.
c. Pengunjung yang telah membayar, menunggu hidangan disiapkan.
d. Pengunjung yang telah mendapat hidangan, mendapati tempat duduk
mereka.
2. Aspek Pegawai
a. Pegawai melayani pengunjung yang memesan hidangan.
b. Pegawai melayani pengunjung yang membayar hidangan.
c. Pegawai meracik dan menyiapkan hidangan yang dipesan.
2.1.5.7.5. Pembagian Ruang Café Bar
Pembagian ruangan café bar dapat dibagi menjadi beberapa ruang
yaitu :
1. Smoking Area
Berdasarkan Oxford Dictionary, Smoking Area adalah “A room set aside for
smoking in a hotel or other public building”. Area ini dipisahkan dengan area
non smoking dimaksudkan agar kegiatan dalam ruang kafe tidak mengganggu
antara pengunjung yang satu dengan yang lainnya. Smoking Area harus
dilengkapi dengan exhaust fan atau dapat diletakkan di area outdoor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

33

2. Non Smoking Area
Berdasarkan Dictionary of the English Language, Fifth edition, Houghton
Mifflin, Non Smoking Area adalah “Designated or reserved for non smokers.
The non smoking section of a restaurant”. Non smoking area harus diletakkan
secara terpisah dari smoking area agar asap rokok tidak mengganggu aktifitas
pengunjung pada area ini.
2.1.5.7.6. Prinsip Perancangan Ruang Café Bar
1. Elemen Interior
a. Lantai
Material penutup lantai harus dapat mempresentasikan suasana yang
hangat dan nyaman namun tetap memperhatikan ketahanan dan
kebersihannya.
b. Dinding
Pola, tekstur, dan warna akan memberikan kesan yang aktif dan dapat
mengundang perhatian pengunjung. Bahan-bahan seperti batu bata, kayu,
dan gypsum board adalah beberapa bahan yang dapat digunakan untuk
pengaplikasian dinding.
c. Ceiling
Pemilihan material ceiling harus mudah dibersihkan dan tidak mudah
terbakar.
d. Jendela
Sirkulasi udara dan pencahayaan alami perlu diperhatikan dalam sebuah
café bar.
2. Sirkulasi, Dimensi Manusia dan Ruang Interior
a. Sirkulasi Ruang
Menurut Kuhne, Gunther (New Restaurants, New York : Architectural
Book, 1973), pola penataan sirkulasi café ada beberapa macam antara
lain :
1) Linier
Pola sirkulasi terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui
pengunjung yang mengarah pada satu tujuan dengan satu jalan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

34

2) Radial
Pengunjung tidak diarahkan pada suatu tempat namun pengunjung
bebas memilih arah yang dituju.
3) Random
Pengunjung bebas memilih arah yang dituju tanpa ada batasan
ataupun dinding pemisah ruang.
b. Pengarahan Jalan

Gambar 2.17. Pengarahan Jalan
Sumber www.pnri.go.id

c. Dimensi Manusia dan Ruang Interior
Daerah-daerah yang menjadi pusat perhatian para perancang adalah
jarak bersih sekitar meja dan jumlah orang yang dapat diakomodasi oleh
meja dengan besar tertentu. Penentuan besaran ruang yang dibutuhkan
untuk mengakomodasi seorang pengunjung harus mempertimbangkan
beberapa faktor, yaitu lebar kursi, rentang maksimal orang yang bertubuh
besar, dan ukuran penataan perangkat makannya. Berikut merupakan
gambar-gambar jarak ideal dalam ruang makan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35

Gambar 2.18. Jarak Ideal dan Ketinggian Meja Makan
Sumber: Panero, Zelnik, 2003:227

Gambar 2.19. Jarak Bersih Pelayanan dan Sirkulasi
Sumber: Panero, Zelnik, 2003:228

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36

Gambar 2.20. Jarak sirkulasi pelayanan
Sumber : Panero, Zelnik, 2003:229

Gambar 2.21. Jalur Pelayanan Antar Meja
Sumber: Panero, Zelnik, 2003:229

Gambar 2.22. Jarak Bersih Minimal Tanpa Sirkulasi
Sumber: Panero, Zelnik, 2003:229
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37

Gambar 2.23. Pengaturan Meja Secara Pararel
Sumber: Panero, Zelnik, 2003:229

2.1.6.

Deskripsi Pendekatan Struktur dan Utilitas Bangunan

2.1.6.1.

Pendekatan Sistem Struktur Bangunan

ÿ Persyaratan Perancangan Sistem Struktur Bangunan
1. Secara umum, struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
basestructure (pondasi), Kelayakan (serviceability)
2. Kestabilan (stability)
3. Kekuatan (strength)
4. Keamanan (safety)
5. Keawetan (durability)
Struktur rangka bangunan (kolom-balok), dan upperstructure (struktur
atap). Ketiganya harus membentuk suatu kesatuan sistem struktur yang tertutup,
kokoh, dan kaku (rigid).
ÿ Kriteria pemilihan sistem struktur
1. Resistance to Load


Sistem struktur dipilih atas dasar kemampuannya melawan beban utama
(gravitasi, angin, gempa)



Kemampuan mempertahankan stabilitas bangunan



Berkekuatan melawan perubahan bentuk dan pergeseran struktur secara
parsial atau menyeluruh.



Sistem struktur memiliki daya tahan sampai batas waktu yang dikehendaki.

2. Building Use and Function


Sistem struktur ditentukan oleh Tipe atau fungsi bangunan



Sistem struktur ditentukan oleh bentuk dan dimensi ruang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

38



Sistem struktur ditentukan oleh ketinggian dan tata ruang secara horizontal
dan vertikal.

3. Integration to Other Building System


Sistemstruktur

yang

memiliki

kemampuan

bersatu

dengan system

bangunan Iainnya.


Dapat menjadi tumpuan “eksterior cladding” serta komponen fasade
Iainnya



Selain itu, jaringan mekanikal, elektrikal dapat terakomodir di celah sistem
struktur oleh adanya sifat fleksibilitas sistem tersebut.

4. Cost Infulence


Berkaitan dengan masalah biaya dengan bahan serta sistem kontruksi
tahan api, antisipasi, bentang, style yang diinginkan dan adanya sifat
integritas.



Berkaitan dengan biaya dan penataan “the most economical arrangement”
dari sistem struktur .



Berkaitan dengan keterbatasan biaya.

5. Fire Resistance


Berapa lama struktur bangunan masih dapat berdiri



Apakah mudah terbakar atau tidak



Apakah mudah kehilangan kekuatan atau tidak ketika kenaikan suhu
Sebagai gambaran: Baja tidak terbakar, tetapi cepat kehilangan kekuatan
pada suhu tinggi, Sebaliknya kayu mudah terbakar tetapi kekuatannya tidak
cepat hilang.

6. Construction Limitation


Berapalamawaktu yang dikehendaki (mungkin lebih cepat karena gaji
tukang tergolong mahal). Faktor ini sering menjadi kriteria utama.



Ketersediaan material, labor atau tukang dan equipment

7. Style (What Style of the Building will be?)


Gaya (style) apa yang ingin dicapai menentukan pilihan system struktur.
Contoh: misal intemasional style, cenderung memilih Steel Post and Beam
System.



Harus ada keseimbangan antara gaya apa yang diinginkan dari aspek
praktis dipandang dan sisi konstruksi.

8. Social and Culture Influence
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

39



Berkaitan dengan aspek lingkungan social dan budaya

ÿ Tipe Struktur Bangunan
a. Dinding pendukung sejajar ( paralel bearingwalls )
b. Inti dan dinding pendukung fasade ( core and façade bearing walls )
c. Boks berdiri sendiri ( self supporting boxes )
d. Plat terkantilever ( cantilevered slab )
e. Plat rata ( flat slab )
f. Interspasial ( interspatial )
g. Gantung ( suspension )
h. Rangka selang-seling ( staggered truss )
i.

Rangka kaku ( rigid frame )

j.

Rangka kaku dan inti ( rigid frame and core )

k. Rangka trussed ( trussed frame )
l.

Rangka belt-trussed dan inti ( belt-trussed and core )

m. Tabung dalam tabung ( tube in tube )
n. Kumpulan tabung ( bundled tube )

Gambar 2.24.Tipe Struktur Bangunan
(Sumber : Mata Kuliah Struktur dan Konstruksi 4. Universitas Gadjah
Mada. 2010)
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40

Peranangan bangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan
fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti
perancangan

arsitektur,

perancangan

struktur,

perancangan

interior

dan

perancangan lainnya.
2.1.6.2. Perancangan Plambing dan Sanitasi
Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem
pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang
memenuhi

syarat,

yang

berupa

peraturan

dan

perundangan,

pedoman

pelaksanaan, standar tentang peralatan dan instalasinya. Sistem plambing yang
baik bergantung pada sistem plambing pemipaan yang baik pula. Selain
pemipaan, terdapat hubungan yang erat juga antara masalah penyediaan air dan
sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan beberapa aspek berikut :
1. Kesehatan.
2. Penggunaan air.
3. Pengolahan dan pembuangan limbah.
2.1.6.3. Perancangan Pencegahan Kebakaran
Untuk

menghindari

terjadinya

kebakaran

pada

suatu

bangunan,

diperlukan suata cara atau sistem pencegahan kebakaran karena bahaya
kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harta benda,
terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan dan
terganggunya masyarakat. Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kelompok, yaitu :
1. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang.
3. Bahaya kebakaran berat.
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.
Perancangan sistem ini erat kaitannya dengan sistem plumbing karena agar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

41

meminimalisir bahaya bencana kebakaran maka dikembangkan sistem-istem
yang melingkupi pengaliran air, sebagai media pemadaman guna mencegah
bahaya kebakaran skala besar, sistem pencegahan tersebut diantaranya
adalah :
a. Sistem hidran
b. Sistem sprinkle

Gambar 2.25. Contoh Sistem Sprinkle
Sumber : www.google.com

2.1.6.4. Perancangan Pengudaraan / Penghawaan
Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam
rumah tinggal atau bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada daerah yang beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan
kelembaban udaranya yang tinggi, maka diperlukan usaha untuk mendapatkan
udara segar dari aliran udara alam maupun aliran udara buatan. Perencangan
pengudaraan atau penghawaan adalah perencanaan untuk mendapatkan aliran
udara yang tepat untuk ruangan serta pengontrolannya.

Gambar 2.26. Contoh Penyejuk Udara Buatan (AC)
Sumber : www.google.com

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

42

2.1.6.5. Perancangan Penerangan / Pencahayaan
Pada perencanaan penerangan dan pencahayaan gedung dimaksudkan
agar bangunan tersebut mendapat pencahayaan dan penerangan yan g baik pada
siang

hari

maupun

pada

malam

hari.

Dewasa

ini

pemanfaatan

pencahayaandigunakan sumber alami dan telah diatur berdasarkan SNI 03–23962001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung”.
Selain itu dalam perencanaan penerangan atau pencahayaan juga
mempertimbangkan tentang standar pencahayaan buatan yang diatur pada SNI
03-6575-2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung”. Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan
kepada perencanaan sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan
perencanaan sistem komunikasi luar.
Perancangan

ini

juga

harus

memperhatikan

sistem

pengaturan

pemasangan kabel dalam bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu
estetika

pada

bangunan

serta

untuk

memudahkan

dalam

perawatan.

Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem
hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam
lantai (floor duct).
2.1.6.6. Perancangan Telepon
Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada
perencanaan sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan
sistem komunikasi luar. Perancangan ini juga harus memperhatikan sistem
pengaturan pemasangan kabel dalam bangunan sedemikian rupa seh ingga tidak
menggangu estetika pada bangunan serta untuk memudahkan dalam perawatan.
Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem
hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam
lantai (floor duct).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

43

Gambar 2.27. Contoh Telepon
Sumber : www.google.com
2.1.6.7. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem
CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk
memonitor suatu ruangan melalui layar televisi atau monitor, yang menampilkan
gambar dari rekaman kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (biasanya
tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Sistem kameran dan televisi
ini terbatas pada gedung tersebut (closed). Semua kegiatan di dalamnya dapat
dimonitor di suatu ruangan security.

Gambar 2.28. Contoh Sistem Keamanan CCTV
Sumber : www.google.com
2.1.6.8. Perancangan Penangkal Petir
Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu
dilakukan dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

44

tersebut. Penangkal petir ini harus dipasang pada bangunan-bangunan yang
tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya.

Gambar 2.29. Contoh Komponen Instalasi Penangkal Petir
Sumber : www.google.com
2.1.6.9. Perancangan Tata Suara
Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas
kelengkapan pada bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music dan
announcing system (public address) yang berfungsi sebagai penghias keheningan
ruangan atau kalau ada pengumuman-pengumuman tertentu. Selain itu juga ada
sistem untuk car call, bagi bangunan-bangunan umum. Peralatan dari sistem tata
suara tersebut dapat berupa, microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker,
speaker selector switch, volume control, dan horn speaker (untuk car call).
2.1.6.10. Perancangan Transportasi dalam Bangunan
Sebuah bangunan yang besar atau tinggi memerlukan suatu alat angkut
transportasi untuk memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang di
bangunan tersebut. Alat transportasi tersebut mempunyai sifat berdasarkan arah
geraknya sebagai alat angkut dalam bentuk arah vertikal berupa elevator, arah
horizontal berupa konveyor, arah diagonal berupa eskalator.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

45

Gambar 2.30. Contoh Elevator
Sumber : www.google.com
2.1.7

Studi Banding Arsitektur dan Fungsi Sejenis

2.1.7.1. Galeri Nasional Indonesia

Gambar 2.31. Galeri Nasional Indonesia
Sumber : www.google.com

Galeri Nasional Indonesia merupakan salah satu lembaga kebudayaan
yang berfungsi untuk perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan asset seni budaya atau karya seni rupa sebagai sarana edukasi-kultural dan rekreasi serta
pengembangan kreativitas dan apresiasi seni. Galeri Nasional Indonesia
merupakan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan kementrian budaya dan
pariwisata, kedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Nilai Budaya, Seni dan Film, yang sehari-hari dilaksanakan oleh Direktur
kesenian.

Galeri

melaksanakan,

Nasional

Indonesia

pengumpulan,

memiliki

tugas

pendokumentasian,

pokok

dan

registrasi,

fungsi
analisis,

pemeliharaan, perawatan, pengamanan, penyajian, penyebarluasan informasi dan
bimbingan edukatif terhadap karya seni rupa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

46

Berdiri pada tanggal 8 Mei 1999. Luas tanah dan bangunan Galeri Nasional
Indonesia adalah 17.600m 2 terdiri dari berbagai gedung dan fasilitas penunjuang
lainnya, seperti: kantor, pameran temporer, pameran permanen (menetap),
perpustakaan, auditorium, storage, laboratorium, wisma seniman, galeri shop.
Lokasi Galeri Nasional Indonesia ini cukup strategis, yaitu berada di pusat ibukota
Indonesia (Jakarta).
Galeri

Nasional

pendokumentasian,

Indonesia

pendaftaran,

bertugas
penelitian,

melaksanakan
pemeliharaan,

pengumpilan,
perawatan

pengamanan, penyajian, penyebaran informasi dan bimbingan edukatif tentang
karya seni rupa.
Saat ini Galeri Nasional Indonesia memiliki sekitar 1770 koleksi karya
seniman Indonesia dan mancanegara.
Galeri Nasional Indonesia ini memiiliki fasilitas yang dapat memadai unutk
mendukung kegiatan yang berhubungan dengan tugasnya sebagai lembaga yang
mengkoleksi karya seni rupa, pameran, dan seminar maupun pelatihan seni rupa
dalam kapasitasnya sebagai institusi resmi pemerintahan Indonesia terhadap
pelestarian nilai-nilai budaya, khususnya seni rupa.
2.1.7.1.1. Ruang Pameran
Galeri Nasional Indonesia memiliki empat ruang pameran, yaitu:
1. Gedung A (1.350m2)
2. Gedung (2.800m 2)
3. Gedung C (750m2)
4. Gedung D (600m2)
Hingga saat ini luas tanah Galeri Nasional Indonesia mencapai
28.620m.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

47

Gambar 2.32. Ruang Pameran Galeri Nasional Indonesia
Sumber : www.google.com

Masing-masing gedung/ ruang dikhususkan untuk memajang karya seni
rupa modern dan temporer, seperti: lukisan, patung, kria, grafis, fotografi, instalasi,
seni media baru, dan lain-lain. Dalam Galeri Nasional Indonesia ini dilakukan
beberpa jenis pameran seperti:
1. Pameran Tetap (Permanent Exhibition)
Menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia secara periodik
yang ditata berdasarkan konsep kuratorial dan diselenggarakan oleh Galeri
Nasional Indonesia dan waktu penyelenggaraan pameran te