Perilaku Pembuangan Limbah Medis Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.
Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam tiga
ranah/kawasan yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam
perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga
ranah tersebut diukur dari pengetahuan, sikap, dan tindakan.12

2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga). Dengan sendirinya,
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan yang dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.12 Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, dan dibagi dalam 6
tingkat pengetahuan, yaitu:
a. Tahu
Tahumerupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya mengingat atau
mengingat kembali suatu objek atau rangsangan tertentu.
b. Memahami

Memahami adalah

kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang

diketahui.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

d. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam suatu
bentuk tertentu yang baru.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek tertentu.12,13
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:13
- Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada
orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang
baru diperkenalkan.
- Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fifik dan psikologis.
- Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu.
- Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
- Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan di
besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
- Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.10

2.1.2

Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu.12,13 Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu.12 Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yakni:
a. Menerima
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek).

b. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.13,14
Pengukuran sikap secara sistematis dilakukan dengan skala sikap yang telah
distandarkan. Teknik yang paling umum digunakan adalah skala sikap dari Thurstone
yang disebut The Equal-Apearing Interval dan dari Likert yang disebut Summated
Agreement. Pada skala Likert, subjek yang diukur sikapnya tidak dibatasi dengan dua
alternatif jawaban yaitu sangat setuju sampai sangat tidak setuju.14

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Tindakan
Tindakan adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu

terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu
antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.12,13 Praktik atau tindakan ini
dapat dibedakan menjadi empat tingkatan, yaitu:
a. Persepsi
Persepsi adalah tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan mengenal objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respon terpimpin
Respon terpimpin adalah jika seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar, sesuai dengan contoh yang diberikan.
c. Mekanisme
Mekanisme adalah bila seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benarsecara
otomatis atau sudah merupakan kebiasaan.
d. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik,
artinya sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan yang
dimaksudkan.13

2.2 Definisi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Menurut perMenKes Nomor 159b/MEN.KES/PER/II/1988, Rumah Sakit
adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan

serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Berdasarkan bentuk pelayananya, Rumah Sakit dapat dibedakan menjadi rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus.2
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) tergolong rumah sakit khusus. Menurut
keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1173/MENKES/PER/X/2004, Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah sarana pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan
untuk pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan


Universitas Sumatera Utara

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui
pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medik. Fungsi RSGM
adalah menyelenggarakanpelayanan medik gigi dasar, spesialistik dan subspesialistik,
pelayanan penunjang (pelayanan kefarmasian, laboratorium, radiologi gigi, pelayanan
anastesi), pelayanan rujukan, pelayanan rujukan, pelayanan gawat darurat kesehatan
gigi dan mulut, pendidikkan, penelitian dan pengembangan.2,4
Rumah Sakit Gigi dan Mulut merupakan penghasil limbah yang besar, yang jika
tidak dikelola dengan baik dapat membahayakan lingkungan. Oleh karena itu
pengelolaan limbah RSGM harus dilakukan secara komprehensif agar tercipta
lingkungan yang baik bagi rumah sakit maupun masyarakat.6

2.3 Limbah Rumah Sakit
2.3.1 Definisi Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1173/MENKES/PER/X/2004 adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.11
Limbah rumah sakit/ layanan kesehatan berdasarkan Pruss adalah mencakup semua
hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan

laboraturium.7 Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan
diperkirakan semakin lama semakin meningkat. Salah satu penyebabnya diantaranya
yaitu rumah sakit.15 Selain itu limbah layanan kesehatan juga mencakup limbah yang
berasal dari sumber-sumber kecil atau menyebar.7

2.3.2 Macam-macam Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1173/MENKES/PER/X/2004 terbagi atas 3 bentuk yaitu:11
1. Limbah padat
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari:
a. Limbah padat medis

Universitas Sumatera Utara

Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi dan
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.11,16
b. Limbah padat non medis

Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah
sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.11
2. Limbah cair
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun
dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.11
3. Limbah gas
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi dan pembuatan obat sitotoksik.11
Limbah rumah sakit menurut Pruss dibedakan menjadi: 7
1. Limbah infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus,
parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan
penyakit pada pejamu yang rentan.Berikut adalah yang termasuk kedalam limbah
infeksius yaitu:
a. Kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas di laboratorium.17
b. Limbah buangan hasil operasi dan otopsi pasien yang menderitapenyakit
menular (misalnya jaringan dan materiatauperalatan yang terkena darah atau cairan

tubuh yang lain).7
c. Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bangsal isolasi
(misalnya ekskreta, pembalut luka bedah atau luka yang terinfeksi, pakaian yang
terkena darah pasien atau cairan tubuh yang lain).17

Universitas Sumatera Utara

d. Limbah yang sudah tersentuh pasien yang menjalani haemodialisis
(misalnya peralatan dialisis seperti selang dan filter, handuk, sarung tangan sekali
pakai dan baju laboratorium).7
e. Instrumen atau materi lain yang tersentuh orang atau hewan yang sakit.7
2. Limbah patologi
Limbah patologi terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia dan bangkai
hewan, darah dan cairan tubuh.7
3. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka
tusuk antara lain jarum suntik, pisau bedah, pisau, peralatan infus, pecahan kaca, dan
paku. Benda-benda tajam yang terbuang yang terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif. Benda-benda seperti itu
merupakan limbah layananan kesehatan yang berbahaya.7,18

4. Limbah farmasi
Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum yang
sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan
lagi dan harus dibuang dengan tepat. Yang termasuk dalam limbah farmasi misalnya
botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung, dan
ampul obat.7
5. Limbah kimia
Limbah yang mengandung bahan-bahan kimia, sisa-sisa cairan laboratorium,
desinfektan, developer dan fixer radiologi. Limbah kimia mengandung zat kimia
yang berbentuk padat, cair maupun gas yang berasal, misalnya dari aktivitas
diagnostik dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian,
dan prosedur pemberian desinfektan. Limbah kimia dari instalasi kesehatan berupa
limbah berbahaya, bisa juga tidak. Untuk melindungi kesehatan, limbah ini
dikategorikan sebagai limbah berbahaya jika memiliki sifat toksik, korosif (yaitu
asam dengan pH12), mudah terbakar dan reaktif (mudah
meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan), genetoksik (misalnya: obat-obatan
sitotoksik).7

Universitas Sumatera Utara

6. Limbah genotoksik
Limbah genotoksik dapat mencakup obat-obatan sitotoksik tertentu, muntahan, urine,
atau tinja pasien yang diterapi obat-obatan sitotoksik.7
Limbah sitotoksik berasal dari beberapa sumber yang dapat mencakup:
a. Materi yang terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian obat, misalnya
spuit, jarum dan ampul.7
b. Obat-obatan kadaluarsa, larutan sisa/ berlebih.
c. Urin, tinja dan muntahan pasien yang kemungkinan mengandung obat sitotoksik
atau metabolitnya dalam konsentrasi yang membahayakan.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif juga mencakup benda padat, cair, dan gas yang terkontaminasi
radionuklida. Limbah ini berbentuk akibat pelaksanaan prosedur seperti analisis invitro pada jaringan dan cairan tubuh, pencitraan organ dan lokalisasi tumor secara invivo, berbagai jenis metode investigasi dan terapi lainnya. Radionuklida yang
digunakan dalam layanan kesehatan biasanya berada dalam sumber yang tidak
tersegel (terbuka) atau sumber yang tersegel (tertutup rapat). Sumber yang tidak
tertutup biasanya berupa cairan siap pakai dan tidak ditutup lagi selama
penggunaanya, sumber yang tertutup misalnya zat radioaktif yang terkandung dalam
bagian perlengkapan atau peralatan atau terbungkus dalam kemasan antipecah atau
kedapair seperti “seeds” dan jarum. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan di instalasi
kesehatan dan pusat penelitian yang menggunakan radionuklida dan kegiatan terkait
seperti pemeliharaan dapat dikategorikan sebagai berikut:7
a. Sumber tertutup rapat.
b. Generator radionuklida yang dipakai.
c. Limbah padat dengan tingkat radiasi rendah, misalnya kertas pengisap,
kapas, peralatan gelas, spuit, dan ampul.7
d. Residu dari pengiriman bahan radioaktif dan larutan radionuklida yang
tidak diinginkan yang ditujukan untuk menggunakan diagnostik dan terapi.7
e. Cairan yang tidak dapat larut air, misalnya: residu berkilau yang digunakan
dalam radioimmunoassay dan minyak pelumas yang terkontaminasi.7

Universitas Sumatera Utara

f. Limbah dari tumpahan dan dari pembersih tumpahan radioaktif.
g. Ekskreta dari pasien yang menjalani terapi atau pemeriksaan dengan
radioaktif yang terbuka.7
h. Limbah cair yang kadar radioaktifnya rendah, misalnya yang berasal dari
pencucian peralatan medis.7

2.3.3 Persyaratan Limbah Rumah Sakit
Persyaratan

pengelolaan

limbah

rumah

sakit

berdasarkan

Menkes

Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit adalah sebagai berikut:11
1. Limbah padat medis
a. Minimasi limbah
- Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
- Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahankimia yang
berbahaya dan beracun.11
- Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia danfarmasi.
- Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak
yang berwenang.
b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
-

Pemilahan limbah harus dimulai dari sumber yang menghasilkan limbah.

-

Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah

yang tidak dimanfaatkan kembali.
-

Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah khusus tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti
tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak
dapat membukanya.
- Jarum dan syringe harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
- Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi.

Universitas Sumatera Utara

- Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila
rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum
hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode
sterilisasi. (Tabel 1).11
Tabel 1. Metode sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali11
Metode sterilisasi

Suhu

Waktu kontak

160° C

120 menit

Sterilisasi dengan panas
-

Sterilisasi kering dalam
oven

-

”Poupinel”

170° C

60 menit

-

Sterilisasi basah dalam

121° C

30 menit

50° C - 60° C

3-8 jam

otoklaf
Sterilisasi dengan bahan kimia
-

Ethylene oxide (gas)

-

Glutaraldehyde (cair)

30 menit

- Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label (Tabel 2).11
Tabel 2. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya11

Universitas Sumatera Utara

-

Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan

perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
-

Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan

diberi label bertuliskan ” Limbah Sitotoksis”.11
2. Limbah padat non medis
Pemilahan dan pewadahan limbah padat non medis terdiri dari:
a. Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah padat medis dan
ditampung dalam kantong plastik warna hitam.11
b. Tempat pewadahan
Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam
sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang “domestik”warna putih.11
2.4 Limbah Medis
Menurut WHO dan Departemen kesehatan RI, limbah klinis/medis adalah limbah
yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, farmasi atau sejenis serta limbah
yang dihasilkan di rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan, atau
penelitian.19

2.5 Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan limbah rumah sakit menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1173/MENKES/PER/X/2004 bentuk limbah sebagai berikut:11

2.5.1Limbah Padat
Pengelolaan limbah padat yang terdiri dari:11
a. Limbah infeksius dan benda tajam
Pengelolaan limbah infeksius dan benda tajam terdiri dari:
1. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari
laboratorium harus disterilisasi dengan pengelolaan panas dan basah seperti dalam

Universitas Sumatera Utara

autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara
disinfeksi.11
2. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan dapat diolah
bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda
tajam.11
3. Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat pembuangan
B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.11
b. Limbah farmasi
Pengelolaan limbah farmasi terdiri dari:
1. Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik,
rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau
inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang
khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inessisasi.11
2. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor,
sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan, supaya
dimusnakan melalui insinerator pada suhu di atas 1.000 oC.11
c. Limbah sitotoksik
Pengelolaan limbah sitotoksik terdiri dari:
1.

Limbah sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan

penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.11
2. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau
distributornya, insinerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum
dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke
distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut
sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.11
3.

Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200oC dibutuhkan untuk menghancurkan

semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap
sitotoksik yang berbahaya ke udara.11
4. Insinerator pirolitik dengan 2 tungku pembakaran pada suhu 1.200 oC

Universitas Sumatera Utara

Dengan minimum waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan
ini dan dilengkapi dengan penyaring debu.11
5.

Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas.

Insinerasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi
panas limbah kimia yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 850 oC.11
6. Insinerator dengan suhu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk
pembuangan limbah sitotoksik.11
7. Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi
senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk
pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian pelindung.11
8. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium
permanganat (KmnO4) atau asam sulfat (H2SO4), penghilangan nitrogen dengan asam
bromida, atau reduksi dengan nikel dan aluminium.11
9. Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna
untuk pengolahan limbah, tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi agen
antineoplastik. Oleh karena itu, rumah sakit harus berhati-hati dalam menangani obat
sitotoksik.11
10. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi
atau inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.11
d.

Limbah bahan kimiawi

Pengelolaan limbah bahan kimiawi terdiri dari:11
1. Pembuangan limbah kimia biasa
Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur ulang seperti gula, asam amino, dan garam
tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Namun demikian, pembuangan tersebut
harus memenuhi persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti bahan
melayang, suhu dan pH.11
2. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam
kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun
(landfill).11

Universitas Sumatera Utara

3. Pembuangan limbah kimia dalam jumlah besar
Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah
berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat bahaya yang dikandung
oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar seperti banyak bahan pelarut
dapat diinsinerasi. Namun bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut
halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak boleh diinsinerasi kecuali
insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.11
4. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut ke
distributornya yang akan menanganinya dengan aman, atau dikirim ke negara lain
yang mempunyai peralatan yang cocok untuk mengolahnya.11
e. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinerasi. Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas
pengolahan limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Cara lain yang paling
sederhana adalah dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila
hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.11

Universitas Sumatera Utara

f. Kontainer bertekanan
Cara terbaik untuk menanganilimbah kontainer bertekanan adalah dengan
daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas.11
g. Limbah radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif terdiri dari:
1. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan ketersediaan
pilahan cara pengolahan, pengkondisian, penyimpanan, dan pembuangan. Kategori
yang memungkinkan adalah:11
- Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-life), (misalnya umur paruh < 100
hari), cocok untuk penyimpanan pelapukan
- Aktifitas dan kandungan radionuklida
- Bentuk fisika dan kimia
- Cair: berair dan organik
- Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau padatan yang melayang)
- Padat: mudah terbakar/tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat dipadatkan/ tidak
mudah dipadatkan (bila ada).11
- Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang dihabiskan
- Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya (patogen,
infeksius, beracun)11
2.Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam kontainer, dan
kontainer limbah tersebut harus:11
- Secara jelas diidentifikasi
- Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
- Sesuai dengan kandungan limbah
- Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman
- Kuat dan saniter
3.Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah:
- Nomor identifikasi
- Radionuklida

Universitas Sumatera Utara

- Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal pengukuran
- Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain)
- Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran
- orang yang bertanggung jawab
4.Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong plastik transparan
yang dapat ditutup dengan isolasi plastik.11

2.5.2 Limbah Padat non Medis
Pengelolaan limbah padat non medis adalah dengan cara mengurangi volume,
merubah bentuk atau memusnakan limbah padat yang dilakukan pada sumbernya.11

2.5.3 Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan
karakteristik

bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan

penyimpanannya.11

2.5.4. Limbah Gas
Pengelolaan limbah gas berupa monitoring limbah gas seperti NO2, SO2,
logam berat, dan dioksin dilakukan minimal satu kali setahun, suhu pembakaran
minimum 1000oC untuk pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin, dan mengurangi
jelaga. Selain itu juga dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.11
Pengelolaan limbah medis menurut Pruss berdasarkan kategori limbah terbagi dalam
beberapa kelompok yaitu:7
1. Limbah infeksius dan benda tajam
Limbah yang sangat infeksius seperti kultur dan sediaan agens infeksius dari
percobaan di laboratorium, harus disterilisasi melalui perlakuan termal basah
(autoclaving) pada tahap sedini mungkin. Untuk limbah layanan kesehatan lain yang
infeksius cukup didesinfeksi saja untuk mengurangi kandungan mikroorganismenya.7
Limbah benda tajam juga harus diinsinerasi jika memungkinkan dan dapat
diinsinerasi

bersama

dengan

limbah

infeksius

yang

lain.

Universitas Sumatera Utara

Encapsulation(pembungkusan) juga sesuai untuk benda tajam. Setelah insinerasi atau
metode desinfeksi yang lain, residu yang dihasilkan dapat dipendam.7
2. Limbah farmasi
Pembuangan limbah farmasi berdasarkan jumlah adalah sebagai berikut:7
a. Pembuangan limbah farmasi berjumlah kecil
Metode pembuangan limbah farmasi berjumlah kecil mencakup:7
- Pembuangan landfill
Limbah farmasi berjumlah kecil dapat dipendam asalkan jumlah yang kecil itu
tercampur merata dengan limbah umum yang jumlahnya banyak.7
- Encapsulation
Limbah farmasi berjumlah kecil dapat dikapsulkan bersama limbah benda tajam jika
perlu.7
- Pembuangan ke saluran pembuangan/selokan
Limbah farmasi berbentuk cair yang berjumlah sedang dapat diencerkan dalam air
yang alirannya deras dan dibuang ke saluran pembuangan kota.7
- Insinerasi
Limbah farmasi berjumlah kecil dapat diinsinerasi bersama dengan limbah infeksius
atau limbah umum,asalkan limbah tersebut proporsinya tidak mencapai 1% dari
volume limbah keseluruhan (untuk membatasi kemungkinan emisi zat toksik ke
udara.7
b.Pembuangan limbah farmasi berjumlah besar
Metode pembuangan limbah farmasi berjumlah besar mencakup:7
- Insinerasi
Insinerasi adalah cara terbaik untuk membuang limbah sediaan farmasi. Limbah harus
dibuang bersamakardus kemasannya danmungkin dengan limbah infeksius dan materi
mudah terbakar lainnya.
- Encapsulation
Pemendaman limbah farmasi dalam jumlah besar tidak dianjurkan kecuali limbah
tersebut menjalani encapsulation terlebih dahulu dan dibuang di lokasi sanitary
landfill.7

Universitas Sumatera Utara

3. Limbah sitotoksik
Obat-obatan sitotoksik sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Pilihan pembuangan akhir limbah yang diuraikan antara lain:7
a. Dikembalikan pada pemasok awal.
b. Insinerasi dengan suhu tinggi, misal : rotary klins (tungku berputar) atau
double chamber phrolytic incinerator (insinerasi pirolitik bilik ganda) berkemampuan
tinggi (jika tersedia).7
c. Penguraian secara kimiawi.
4. Limbah bahan kimia
a. Pembuangan limbah kimia biasa
Limbah kimia biasayang tidak bisadidaur ulang seperti gula, asam amino, dan
garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Namun, pembuangan tersebut
harus memenuhi persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti suhu dan
pH.7
b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam
kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun
(landfill).7
c. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar
Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah
berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat bahaya yang dikandung
oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar seperti bahan pelarut dapat
diinsinerasi. Namun bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida
yang mengandung klorin atau florin tidak boleh diinsinerasikecuali insineratornya
dilengkapi dengan alat pembersih gas.7
d. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut ke
distributornya yang akan menanganinya dengan aman, atau dikirim ke negara lain
yang mempunyai peralatan yang cocok untuk mengolahnya.7
4. Limbah radioaktif

Universitas Sumatera Utara

Untuk alasan keamanan, penggunaan isotop radioaktif secara medis harus dibatasi
hanya pada rumah sakit pendidikan dan setiap rumah sakit yang menggunakan
produk radioaktif harus memperkerjakan teknisi radiologi ahli.7
Sampah limbah medis yang telah dipilah, harus disimpan terpisah dalam kontainer
limbah. Kontainer limbah tersebut harus :
- secara jelas diidentifikasi
- ada simbol kategori limbah medis ketika sedang digunakan
- sesuai dengan kandungan limbah
- dapat diisi dan dikosongkan dengan aman
- kuat dan saniter.11

2.6 Dampak Pembuangan Limbah Medis
2.6.1Dampak Limbah Medis
Limbah layanan kesehatan terdiri dari limbah umum (komponen terbesarnya)
dan limbah berbahaya (hanya sebagian kecil).7
a. Jenis
Pajanan pada limbah layanan kesehatan yang berbahaya dapat mengakibatkan
penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari limbah medis tersebut mungkin muncul akibat
satu atau beberapa karakteristik berikut:
- Limbah mengandung agen infeksius.
- Limbah bersifat genetoksik.
- Limbah mengandung zat kimia atau obat-obatan berbahaya atau beracun
- Limbah bersifat radioaktif.
- Limbah mengandung benda tajam.7
b. Mereka yang berisiko
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan
besar menjadi orang yang berisiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil
limbah berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan
mengelola limbah semacam itu, atau yang berisiko akibat kecerobohan dalam sistem
manajemen limbahnya. Kelompok utama yang berisiko antara lain:7

Universitas Sumatera Utara

1.Dokter, dokter gigi, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga bagian
pemeliharaan rumah sakit.7
2.Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah.7
3.Penjenguk pasien rawat inap.
4.Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi
layanan kesehatan, misalnya bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian
transportasi.7
5.Pegawai

pada

fasilitas

pembuangan

limbah

(misalnya,

ditempat

penampungan sampah terakhir atau insinerator) termasuk pemulung.7,8
c. Bahaya akibat limbah infeksius dan benda tajam
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme patogen.
Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia beberapa jalur yaitu: akibat tusukan,
lecet atau luka di kulit, melalui membran mukosa,melalui pernafasan, melalui
ingesti.7
Di fasilitas kesehatan, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan
desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah
layanan kesehatan yang buruk pengelolaannya. Contoh, plasmid dari strain
laboratorium yang terkandung dalam limbah layanan kesehatan ternyata dapat
berpindah ke dalam bakteri di alam melalui sistem pembuangan limbah. Selain itu,
bakteri Escherichia coli yang resisten antibiotik ternyata dapat bertahan hidup dalam
kolam lumpur aktif walaupun pada kondisi normal pembuangan dan pengelolaan
limbah cair, perpindahan organisme tersebut tampaknya tidak signifikan. Kultur
patogen yang pekat dan benda tajam yang terkontaminasi (terutama jarum suntik)
mungkin merupakan jenis limbah yang potensial bahayanya paling akut terhadap
kesehatan.7
Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk
tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda ini terkontaminasi patogen. Karena
resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam
kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul adalah
bahwa limbah infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

masuknya agen penyebab penyakit, misalnya infeksi virus pada darah dan berbahaya
karena sering terkontaminasi darah pasien.7
d. Bahaya limbah kimia dan farmasi
Bahaya zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan kesehatan
(misalnya, zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar, reaktif,
mudah meledak atau sensitif terhadap guncangan). Kuantitas limbah yang besar
umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau bahan farmasi yang
sudah tidak terpakai lagi atau kadaluarsa. Kandungan zat itu di dalam limbah dapat
menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat pajanan secra akut maupun
kronis dan cedera, termasuk luka bakar. Intoksikasi dapat terjadi akibat diabsorbsinya
zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membran mukosa atau melalui
pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif
(misalnya: formaldehid atau zat volatil dan mudah menguap lainnya) jika mengenai
kulit, mata atau membran mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera
(luka bakar).7
Desinfektan merupakan anggota penting dalam kelompok ini karena digunakan dalam
jumlah besar dan seringkali bersifat korosif. Perlu kita perhatikan bahwa zat kimia
yang reaktif dapat membentuk senyawa sekunder yang sangat toksik.7
Pestisida kadaluarsa, yang disimpan dalam drum atau kantong-kantong kemasan,
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi siapa saja yang
berkontak dengan bahan tersebut. Ketika hujan lebat, kontainer yang bocor dapat
menyebabkan pestisida meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Keracunan
dapat terjadi akibat kontak langsung dengan produk, menghirup uapnya dan
meminum air yang terkontaminasi atau memakan makanan yang terkontaminasi.
Selain itu, cara pembuangan yang tidak tepat, misalnya dibakar atau dikubur, juga
dapat memperbesar potensi munculnya bahaya kebakaran dan kontaminasi.7
Residu zat kimia yang dibuang ke dalam saluran air kotor dapat menimbulkan efek
merugikan pada pengoperasian pabrik pengelolaan limbah biologis dan efek toksik
pada ekosistem lingkungan yang menampung air tersebut. Masalah yang sama juga
dapat disebabkan oleh residu bahan farmasi yang mungkin mengandung antibiotik

Universitas Sumatera Utara

serta obat lainnya, logam berat seperti merkuri, fenol dan turunannya, serta
desinfektan dan antiseptik.7
e. Bahaya limbah radioaktif
Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis dan
intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing dan
muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif, seperti
halnya limbah bahan farmasi bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai
sumber tertutup dalam instrumen diagnostik, dapat menyebabkan cedera yang jauh
lebih parah (misalnya: kerusakan jaringan, keharusan untuk mengamputasi bagian
tubuh) dan karenanya harus dilakukan sdengan sangat hati-hati. Bahaya yang
ditumbulkan limbah dengan aktivitas rendah mungkin terjadi karena kontaminasi
permukaan luar kontainer atau karena cara serta durasi penyimpanan limbah yang
tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan
limbah yang terpajan radioaktif merupakan kelompok yang berisiko.7

2.6.2 Dampak Limbah Medis Terhadap Masyarakat
Berikut ini beberapa dampak limbah medis terhadap masyarakat adalah
a. Dampak limbah infeksius dan benda tajam
Untuk infeksi virus yang serius seperti HIV/AIDS serta hepatitis B dan C,
tenaga layanan kesehatan terutama perawat, merupakan kelompok yang paling
berisiko paling besar untuk terkena infeksi melalui cedera akibat benda tajam yang
terkontaminasi. Risiko serupa juga dihadapi tenaga kesehtan lain di RS dan pelaksana
pengelolaan limbah. Dikalangan pasien dan masyarakat, risiko terkena infeksi
tersebut jauh lebih rendah. Namun, beberapa infeksi yang menyebar melalui media
lain atau disebabkan oleh agen yang lebih resisten dapat menimbulkan risiko yang
bermakna pada masyarakat dan pasien RS.7
b. Dampak limbah kimia dan farmasi
Walau belum ada penemuan ilmiah mengenai insidensi kesakitan yang lazim terjadi
di masyarakat akibat limbah kimia maupun farmasi yang bersal dari RS, banyak
contoh yang dapat diajukan mengenai kasus intoksikasi massal yang disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara

limbah kimia industri. Selain itu juga kasus cedera atau intoksikasi yang terjadi akibat
penanganan zat kimia atau farmasi secara tidak tepat di instalasi layanan kesehatan.
Apoteker, ahli anestesi, tenaga perawat dan tenaga pendukung serta pemeliharaan
mungkin berisiko terkena penyakit pernafasan atau kulit akibat terpajan zat yang
berwujud uap, aerosol atau cairan.7
c. Dampak limbah radioaktif
Ada laporan mengenai beberapa kecelakaan yang terjadi akibat pembuangan zat
radioaktif secara tidak tepat. Konsekuensinya banyak individu yang menderita akibat
terpajan zat tersebut.7
Di Brazil, salah satu kasus mengenai dampak kanker terhadap penduduk yang
dihubungkan dengan pejanan terhadap limbah radioaktif dari RS sudah dikaji dan
didokumentasikan dengan lengkap. Sewaktu pindah sebuah institusi radioterapi
meninggalkan sebuah sumber tertutup radioterapi dibangunan lamanya. Namun,
sumber tersebut diangkat dan dibawa pulang oleh seseorang yang berhasil masuk ke
bangunan. Akibatnya sekitar 249 orang terpajan dan beberapa diantaranya meninggal
atau mengalami masalah kesehatan yang serius.7

Universitas Sumatera Utara

2.7 KERANGKA KONSEP

Mahasiswa
Kepaniteraan Klinik
di RSGM USU

PEMBUANGAN LIMBAH MEDIS
PENGETAHUAN
1. Pengertian limbah medis
2. Macam-macam limbah medis
a. Limbah benda tajam
b. Limbah infeksius
c. Limbah patologi
d. Limbah farmasi
e. Limbah kimia
3. Contoh dari macam-macam limbah medis
a. Limbah benda tajam
b. Limbah infeksius
c. Limbah patologi
d. Limbah farmasi
e. Limbah kimia
4. Dampak limbah medis
TINDAKAN

Pembuangan limbah medis
 Limbah benda tajam
 Limbah infeksius
 Limbah farmasi
 Limbah kimia

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut.

1 75 61

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut.

0 0 13

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut.

0 0 3

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut.

0 0 14

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut.

0 1 4

Perilaku Pembuangan Limbah Medis Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan

0 0 17

Perilaku Pembuangan Limbah Medis Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan

0 0 3

Perilaku Pembuangan Limbah Medis Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan

0 0 4

Perilaku Pembuangan Limbah Medis Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan

0 0 1

Perilaku Pembuangan Limbah Medis Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan

0 0 10