Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan Chapter III V

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitan
Penelitian ini dilaksanakan di lahan rumah kasa Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dan di analisis di Laboratoium Asian Agri PT. Nusa
Pusaka Kencana. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2016 sampai
dengan bulan Februari 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah contoh tanah Ultisol
yang diambil di Desa Kampung Dalam, Kecamatan Silangkitan, Kabupaten
Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara pada kedalaman 0-20 cm secara
komposit, Bahan organik berupa kompos T. diversifolia dan pupuk kandang ayam,
benih jagung, air aquadest serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis
tanah di Laboratorium.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, polybag, kantong
plastik, plastik sampel, kertas label, spidol, timbangan, batang pengaduk, dan
alat-alat Laboratorium lainnya untuk keperluan analisis tanah.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu :
Faktor I


: Bahan Organik (B)
B0 : 0% Bahan Organik (0 g/polybag)
B1 : 100% T.diversifolia (50 g/polybag setara 20 ton/ha)
B2 : 75% T.diversifolia (37,5 g/polybag setara 15 ton/ha) + 25% Pupuk
Kandang Ayam (12,5 g/polybag setara 5 ton/ha)

Universitas Sumatera Utara

B3 : 50% T.diversifolia (25 g/polybag setara 10 ton/ha) + 50% Pupuk
Kandang Ayam (25 g/polybag setara 10 ton/ha)
B4 : 25% T.diversifolia (12,5 g/polybag setara 5 ton/ha) + 75% Pupuk
Kandang Ayam (37,5 g/polybag setara 15 ton/ha)
B5 :100% Pupuk Kandang Ayam (50 g/polybag setara 20 ton/ha)
Faktor II

: Pupuk SP-36 (P)
P0 : 0 g/polybag setara dengan (0 kg P2O5/ha)
P1 : 0,4 g/polybag setara dengan (50 kg P2O5/ha)
P2 : 0,8 g/polybag setara dengan (100 kg P2O5/ha)

P3 : 1,2 g/polybag setara dengan (150 kg P2O5/ha)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :
B0P0

B1P0

B2P0

B3P0

B4P0

B5P0

B0P1

B1P1

B2P1


B3P1

B4P1

B5P1

B0P2

B1P2

B2P2

B3P2

B4P2

B5P2

B0P3


B1P3

B2P3

B3P3

B4P3

B5P3

Kombinasi perlakuan diatas diulang sebanyak 3 ulangan, sehingga diperoleh
jumlah unit percobaan adalah 72 unit percobaan.
Model linier Rancangan Acak Kelompok Faktorial
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ €ijk
Dimana :
Yijk

: Data pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan percobaan ke-i dari faktor bahan organik (B) dan

percobaan ke-j dari faktor pupuk P (P)

Universitas Sumatera Utara

µ

: Nilai tengah umum

αi

: Pengaruh percobaan ke-i dari faktor bahan organik (B)

βj

: Pengaruh percobaan ke-j dari faktor pupuk P (P)

(αβ)ij : Pengaruh percobaan ke-i dari faktor bahan organik (B) dan percobaan
ke-j dari faktor pupuk P (P).
€ijk


:Pengaruh pengacakan dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan bahan organik (B) dengan pupuk P (P).
Selanjutnya data dianalisis dengan Analisis Varian pada setiap parameter

yang diukur dan dilakukan uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan
menggunakan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
1. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah Ultisol dilakukan di Desa Kampung Dalam,
Kecamatan Silangkitan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Tanah diambil secara
komposit dengan kedalaman 0-20 cm. Kemudian dikering udarakan dan diayak
dengan menggunakan ayakan 10 mesh.
2. Analisis Tanah Awal
Tanah yang telah di kering udarakan dan telah diayak lalu dianalisis % KA
dan % KLuntuk mengetahui kebutuhan air.Analisis awal dilakukan terhadap tanah
meliputi, pH H2O (Metode Elektrometri), pH KCl (Metode Elektrometri), Al-dd
(Metode Titrasi), P-tersedia tanah(metode Bray II), P-Potensial (Ekstrak HCl
25%) dan P total tanah.


Universitas Sumatera Utara

3. Persiapan Media
Media percobaan yang digunakan berupa polybag yang di isi dengan tanah
Ultisol yang telah di kering udarakan sebanyak 5 kg tanah kering oven/polybag.
4. Pengomposan
Tanaman T.diversifolia diperoleh dari Desa Tiga Panah, Kabupaten Karo.
T.diversifolia terlebih dahulu dicacah menjadi potongan-potongan (kira-kira
berukuran 10 cm) dan diletakkan pada wadah yang tersedia. Setelah itu wadah
ditutup dengan plastik untuk menjaga suhu dan kelembaban. T.diversifolia dibolak
balik setiap dua hari sekali, serta dilakukan penyiraman setiap satu minggu sekali.
Pupuk kandang ayam diperoleh dari lokasi peternakan ayam di Kec.
Simalingkar. Pupuk kandang ayam selanjutnya di kering udarakan. Kemudian di
haluskan dan di ayak.
5. Analisis Kompos dan Pupuk Kandang ayam
Dilakukan analisis kompos dan pupuk kandang ayam yaitu %KA, pH
H2O, %C, %N, rasio C/N, dan P-Total.
6. Aplikasi Perlakuan
Aplikasi bahan organik kompos T.diversifolia dan pupuk kandang ayam
serta pupuk SP-36 sesuai dengan dosis perlakuan. Bahan organik berupa kompos

T.diversifolia dan pupuk kandang ayam dimasukkan ke dalam polybag sesuai
perlakuan dan diaduk merata hingga homogen. Setelah itu diinkubasi selama 3
minggu. Pupuk SP-36 di masukkan kedalam polybag setelah 2 minggu
berjalannya inkubasi bahan organik. Dan di lakukan analisis meliputi pH H2O, Ppotensial dan Aldd.

Universitas Sumatera Utara

7. Penanaman dan Pemeliharaan
Penanaman dilakukan 1 hari setelah perlakuan bahan organik dan pupuk.
Penanaman dilakukan dengan menanam benih jagung sebanyak 2 benih/polybag.
Pemupukan dasar diberikan berupa pupuk Urea sebanyak 125 kg/ha (0,5
g/polybag) dan pupuk KCl sebanyak 75 kg/ha(0,3 g/polybag). setelah berumur 2
minggudilakukan penjarangan dengan hanya meninggalkan satu tanaman yang
paling baik. Tanaman ditanam selama 7 minggu atau hingga akhir masa
vegetatif.Penyiraman dilakukan setiap hari sampai mencapai kondisi kapasitas
lapang.
8. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 6-7 minggu. Bagian
tajukdipotong dan bagian akar diambil lalu dibersihkan dan dikeringkan
untukselanjutnya diovenkan guna mendapatkan berat konstan. Dihitung berat

keringtajuk dan berat kering akarnya setelah diovenkan.
9. Parameter Pengamatan
Peubah amatan yang di ukur meliputi :
Tanah (setelah 3 minggu inkubasi)
1. pH H2O metode Elektrometri (1:2,5)
2. P-Potensial metode Ekstrak HCl 25%
3. Al-dd metode Titrasi
Tanaman (pada akhir vegetatif 6-7 minggu setelah tanam)
1. Serapan P (g) tanaman Jagung (Zea maysL.)
2. Diameter Batang (cm)
3. Bobot Kering Akar (g)

Universitas Sumatera Utara

4. Bobot Kering Tajuk (g)

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Adapun analisis kimia tanah yang dilakukan adalah pH, Aldd, dan Ppotensial, sedangkan pada tanaman analisis yang dilakukan meliputi serapan P,
diameter batang, berat kering akar serta berat kering tajuk yang dilakukan setelah
panen.
pH Tanah
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 7 memperlihatkan bahwaaplikasi
bahan organikdan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap pH tanah, sedangkan
interaksi pupuk SP-36 dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap
peningkatan pH tanah.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36
terhadap pH tanah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji Beda Rataan Aplikasi Bahan
pH Tanah
B0
B1
B2
P0
4.62
6.14
5.94
P1

4.77
6.14
6.13
P2
4.76
6.05
6.02
P3
4.86
6.00
5.99
Rataan
4.75b
6.08a
6.02a

Organikdengan Pupuk SP-36 terhadap
B3
5.97
6.15
6.04
6.10
6.06a

B4
6.03
6.04
5.96
6.11
6.03a

B5
5.91
6.05
6.07
6.00
6.01a

Rataan
5.77b
5.88a
5.82ab
5.84ab

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji
DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi bahan
organik dapat meningkatkan pH dengan nilai tertinggi pada taraf B1 (100% T.
diversifolia) sebesar 6,08 yang tidak berbeda nyata dengan taraf B2 (75% T.
diversifolia + 25% pupuk kandang ayam) sebesar 6,02 dengan kriteria agak
masam (Lampiran 5), B3(50% T. diversifolia + 50% pupuk kandang ayam)
sebesar 6,06, B4(25% T. diversifolia + 75% pupuk kandang ayam) sebesar 6,03,

Universitas Sumatera Utara

dan B5(100% pupuk kandang ayam) sebesar 6,01, sedangkan nilai pH yang
terendah pada taraf B0 (kontrol) sebesar 4,75 dengan kriteria masam (Lampiran 5).
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi
pupuk SP-36 dapat meningkatkan pH dengan nilai tertinggi pada taraf P1 (50 kg
P2O5/ha) sebesar 5,88 dengan kriteria agak masam (Lampiran 5), namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan P2 (100 kg P2O5/ha) sebesar 5,82 dan P3 (150 kg
P2O5/ha) sebesar 5,84, sedangkan nilai pH yang terendah pada taraf P0 (kontrol)
sebesar 5,77 dengan kriteria agak masam (Lampiran 5).
Aldd
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 9 memperlihatkan bahwa aplikasi
bahan organik, aplikasi pupuk SP-36, dan interaksi bahan organik dengan pupuk
SP-36 berpengaruh nyata terhadap penurunan Aldd tanah.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36
terhadap Alddtanah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap
Aldd tanah
B0
B1
B2
B3
B4
B5
..........................................ppm...............................................
P0
0.247a
0.030e
0.037de
0.037de
0.043de
0.040de
P1
0.047de
0.030e
0.030e
0.030e
0.043de
0.030e
P2
0.213b
0.030e
0.037de
0.037de
0.030e
0.040de
P3
0.130c
0.037de
0.030e
0.060d
0.030e
0.037de
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji
DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi
bahan organik dengan pupuk SP-36 dapat menurunkan Aldd dengan nilai terendah
pada kombinasi perlakuan B1P0 (100% T.diversifolia dan 0 kg P2O5/ha), B1P1
(100% T. diversifolia dan 50 kg P2O5/ha), B1P2 (100% T. diversifolia dan 100 kg
P2O5/ha), B2P1 (75% T.diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 50 kg

Universitas Sumatera Utara

P2O5/ha), B2P3 (75% T. diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 150 kg
P2O5/ha), B3P1 (50% T. diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 50 kg
P2O5/ha), B4P2 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam dan 100 kg
P2O5/ha), B4P3 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam dan 150 kg
P2O5/ha) dan B5P1 (100% pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 0,030
ppm, sedangkan nilai Aldd tertinggi pada taraf B0P0 (kontrol) sebesar 0,247 ppm.
P-Potensial
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 11 memperlihatkan bahwa
aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi bahan organik dengan
pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap P-potensial tanah.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36
terhadap P-potensial tanah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap Ppotensial tanah
B0
B1
B2
B3
B4
B5
..........................................%...............................................
P0
0.009f
0.011f
0.011f
0.013f
0.014ef
0.019def
P1
0.019cdef 0.015ef 0.025bcde 0.015ef 0.016ef
0.014ef
P2
0.014ef
0.016def 0.022bcde 0.029bc 0.023bcde
0.024bcde
P3
0.026bcde 0.063a
0.026bcd 0.058a
0.023bcd
0.033b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji
DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi
bahan organik dengan pupuk SP-36 dapat meningkatkan P-potensial dengan nilai
tertinggi pada kombinasi perlakuan B1P3 (100% T.diversifolia dan 150 kg
P2O5/ha) sebesar 0,063 % namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan
B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha)
sebesar 0,058 %, sedangkan nilai P-potensial terendah pada kombinasi perlakuan
B0P0 (kontrol) sebesar 0,009 % namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan

Universitas Sumatera Utara

B1P0(100% T.diversifolia dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 0,011 %, B2P0 (75%
T.diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 0,011 % dan
B3P0 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5/ha) sebesar
0,013 %.
Serapan P Tanaman
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 13 memperlihatkan bahwa
aplikasi bahan organik dan interaksibahan organik dengan pupuk SP-36
berpengaruh nyata terhadap serapan P, sedangkanaplikasi pupuk SP-36 tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan P.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36
terhadap serapan P tanaman disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap
serapan P tanaman
B0
B1
B2
B3
B4
B5
..........................................mg/tanaman...............................................
P0
350.87hi 1225.97efg
824.91ghi
2060.43abcd 2119.4abc
2219.40ab
P1
355.19hi 1421.38bcdefg 1052.49efghi 1105.63efgh 1279.43defg 1676.53bcdef
P2
255.28i 1004.06fghi
1088.65efgh 1336.21cdefg 1459.52bcdefg 1793.76abcdef
P3
300.40hi 1879.75abcde 969.36fghi 2522.42a
1366.82cdefg 1459.36bcdefg
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji
DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi
bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan serapan P dengan nilai
tertinggi pada kombinasi B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam
dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 2522,42 mg/tanaman yang berbeda nyata dengan
semua kombinasi perlakuan lainnya, sedangkan nilai serapan P terendah pada
kombinasi B0P2 (0% T. diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 100 kg
P2O5/ha) sebesar 255,28 mg/tanaman.
Diameter Batang

Universitas Sumatera Utara

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 15 memperlihatkan bahwa
aplikasi

bahan

organik

berpengaruh

nyata

terhadap

diameter

batang,

sedangkanaplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan bahan organik
tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan diameter batang.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36
terhadap diameter batang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap
diameter batang
B0
B1
B2
B3
B4
B5
Rataan
..........................................mm...............................................
P0
4.69
6.58
8.48
10.18
9.95
9.30
8.20
P1
5.44
7.26
7.96
8.26
8.62
9.37
7.82
P2
5.46
6.96
8.10
8.28
8.76
9.02
7.76
P3
5.64
7.48
8.77
9.76
7.98
9.58
8.20
Rataan
5.31d
7.07c
8.33b
9.12ab 8.83ab 9.32a
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji
DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa aplikasi bahan
organik nyata meningkatkan diameter batang tanaman dengan nilai tertinggi pada
taraf B5 (100% pupuk kandang ayam) sebesar 9,32 mm, namun tidak berbeda
nyata dengan taraf B3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam) sebesar
9,12 mm dan B4 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam) sebesar 8,83
mm, sedangkan nilai diameter batang terendah pada taraf B0 (kontrol) sebesar
5,31 mm yang berbeda nyata dengan semua taraf lainnya.
Bobot Kering Akar
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 17 memperlihatkan bahwa
aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan
bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36
terhadap bobot kering akar disajikan pada Tabel 7.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap
bobot kering akar
B0
B1
B2
B3
B4
B5
..........................................g...............................................
P0
0.68 h
1.52h
4.30fgh
11.93bc
13.21b
18.37a
P1
1.31h
6.29defg
4.75fgh
9.99bcd
6.58defg
9.77bcd
P2
3.28gh 4.94efgh
17.58a
12.09bc
10.50bcd
6.37defg
P3
2.30gh 8.42cdef
7.96cdef
19.57a
8.58bcdef
9.52bcde
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji
DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa interaksi
bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan bobot kering akar dengan
nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan B3P3 (50% T. diversifolia + 50% pupuk
kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 19,57 g, namun tidak berbeda nyata
dengan kombinasi perlakuan B5P0 (100% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5/ha)
sebesar 18,37 g dan perlakuan B2P2 (75% T.diversifolia + 25% pupuk kandang
ayam dan 100 kg P2O5/ha) sebesar 17,58 g, sedangkan nilai bobot kering akar
terendah pada kombinasi perlakuan B0P0 (kontrol) sebesar 0,68 g namun tidak
berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B0P1 (0% T.diversifolia + 0% pupuk
kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 1,31 g dan perlakuan B1P0 (100% T.
diversifolia dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 1,52 g.
Bobot Kering Tajuk
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 19 memperlihatkan bahwa
aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan
bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot kaering tajuk.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36
terhadap bobot kering tajuk disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap
bobot kering tajuk
B0
B1
B2
B3
B4
B5
..........................................g...............................................

Universitas Sumatera Utara

P0
P1
P2
P3

7.74k
8.41k
7.49k
7.49k

25.07fgh
29.39ef
23.63gh
34.70cd

20.63hij
18.99ij
18.52j
23.15ghi

33.48cde
27.07fg
35.51cd
46.22a

38.04bc
31.59de
33.67cde
33.75cde

42.09ab
38.15bc
35.51cd
36.64c

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji
DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi
bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan bobot kering tajuk
tanaman dengan nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan B3P3 (50%
T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 46,22 g
yang berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya, sedangkan nilai
bobot kering tajuk terendah pada kombinasi perlakuan B0P0 (kontrol) sebesar 7,74
g yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B0P1 (0% T.diversifolia +
0% pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 8,41 g, B0P2 (0%
T.diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 100 kg P2O5/ha) sebesar 7,49 g dan
B0P3 (0% T.diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar
7,49 g.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
pH Tanah
Peningkatan pH tanah dipengaruhi oleh rendahnya pH pada tanah
Ultisol Labuhan Batu Selatan yakni berkisar 4,76, yang meningkat menjadi 6,08
dengan pemberian bahan organik 100% T.diversifolia, sehingga pemberian bahan
organik tersebut yang akan menghasilkan humus dapat mengikat hidrogen yang
bermuatan positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2004) yang
menyatakan bahwa beberapa manfaatpupuk organik adalah dapat menyediakan
unsur hara makro dan mikro serta mengandung asam humat (humus) yang mampu
meningkatkan pH padatanahmasam.
Pemberian pupuk P dapat meningkatkan pH pada tanah Ultisol Labuhan
Batu Selatan sebesar 5,88 hal ini disebabkan adanya unsur Ca di dalam pupuk P
(SP-36) yang dapat mengurangi ion H+ pada larutan tanah. Menurut BSN (2005)
yang menyatakan bahwa pupuk SP-36 mengandung unsur hara fosfor dan Ca
berupa mono kalsium fosfat, Ca(H2PO4). Hal ini sesuai dengan literatur Kaya
(2012), bahwa pengaruh pupuk P terhadap peningkatan pH tanah karena adanya
pelepasan sejumlah OH- ke dalam larutan akibat adsorpsi sebagian anion fosfat
(H2PO4-) oleh oksida-hidrat Al dan Fe sehingga pH tanah meningkat. Selain itu
ion Ca2+ dalam pupuk tersebut akan menggantikan ion H+ dan Al3+ pada kompleks
adsorpsi, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan berkurang dan konsentrasi ion
OH- naik.
Aldd
Penurunan Aldd pada tanah Ultisol berpengaruh dengan pemupukan P dan
pemberian bahan organik (kompos T.diversifolia dan pupuk kandang ayam) dari

Universitas Sumatera Utara

0,25 ppm menjadi 0,03 ppm dimana bahan organik tersebut yang telah
terdekomposisi akan menghasilkan asam asam organik yang dapat mengikat Al di
dalam tanah sehingga Al akan menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar
(2016) bahwa pemberian bahan organik yang telah terdekomposisi di dalam tanah
akan menghasilkan asam-asam organik melalui proses mineralisasi bahan organik
yang akan membentuk senyawa khelat dengan Al bebas dalam tanah, sehingga Al
yang dapat dipertukarkan menurun dan terdapat hubungan antara Al-dd terhadap
pH tanah, yaitu dengan penurunan Al-dd maka akan meningkatkan pH. Hal ini
disebabkan Al3+ merupakan logam yang dapat mengikat P dan membuat pH
menjadi masam. Berdasarkan hasil penelitian Sari (2013) yang menyatakan bahwa
Al-dd pada perlakuan yang hanya ditambah pupuk P juga mengalami penurunan
dibanding sebelum perlakuan karena Al menjerap P membentuk ikatan Al-P sehingga
Al-dd tanah menjadi menurun.

P-Potensial
Peningkatan P-potensial di akibatkan oleh pemberian bahan organik serta
pemupukan P dari 0,009% menjadi 0,063% pada kombinasi perlakuan B1P3
(100% T. diversifolia dan 150 kg P2O5/ha) namun tidak berbeda nyata dengan
kombinasi perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan
150 kg P2O5/ha) sebesar 0,058%, dimana bahan organik dapat menyumbangkan
unsur hara P ke dalam tanah dan menghasilkan asam asam organik untuk
melepaskan P yang terfiksasi oleh logam logam Al dan Fe sehingga berpotensi
untuk tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ardjasa (1994)
bahwa bahan organik di dalam tanah dapat mempengaruhi P didalam tanah
melalui dekomposisinya yang menghasilkan asam organik dan CO2. Asam

Universitas Sumatera Utara

organik akan menghasilkan anion organik. Anion organik mempunyai sifat dapat
mengikat ion Al dalam larutan tanah. Dengan demikian konsentrasi ion Al yang
bebas dalam larutan akan berkurang sehingga diharapkan P potensial akan lebih
banyak. Selain pupuk SP-36, T.diversifolia dan pupuk kandang ayam juga
menyumbang unsur hara P ke dalam tanah. Menurut BSN (2005) Pupuk SP-36
adalah pupuk fosfat buatan berbentuk butiran (granular) yang dibuat dari batuan
fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang mengandung 36% P
dalam bentuk P2O5. T.diversifolia dengan kandungan P sebesar 0,64% dan pupuk
kandang ayam sebesar 1,13% juga menyumbangkan unsur hara P ke dalam tanah.
Serapan P
Peningkatan serapan P tanaman berpengaruh nyata dalam pemberian bahan
organik T.diversifolia dan pupuk kandang ayam serta pemupukan P dari 350,87

mg/tanaman menjadi 2522,42 mg/tanaman pada kombinasi perlakuan B3P3(50%
T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha). Hal ini sejalan
dengan peningkatan P-potensial sebesar 0,058% yang berpengaruh nyata pada
kombinasi perlakuan B3P3 yang berpotensi lebih banyak tersedia untuk di serap
oleh tanaman. Menurut Hakim (2005) , serapan P sangat tergantung pada kontak akar
dengan P dalam larutan tanah. Sebaran akar di dalam tanah sangat penting dalam
meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman. Dan pengambilan P oleh akar
tanaman jagung dipengaruhi oleh sifat akar dan sifat tanah dalam menyediakan P.

Diameter Batang
Pemberian bahan organik pada perlakuan B5 (100% pupuk kandang ayam)
dan B3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam) adalah yang tertinggi
dalam peningkatan diameter batang masing – masing sebesar 9,32 mm dan 9,12
mm, dibandingkan dengan tanpa di beri bahan organik B0 (kontrol) sebesar 5,31

Universitas Sumatera Utara

mm. Hal ini disebabkan unsur hara N yang di sumbangkan oleh bahan organik
sesuaidengan Harjadi (1996) yang menyatakanbahwa unsur nitrogen diperlukan
tanamanuntuk merangsang pertumbuhan tanamanterutama batang, cabang, dan
daun. Unsur nitrogen memacu daun yang berperan sebagaiindikator pertumbuhan
tanaman dalamproses fotosintesis. Meratanya cahaya yang dapat diterima oleh
daun menyebabkanmeningkatnya proses asimilasi yangterjadi sehingga hasil
asimilasi yang diakumulasiakan lebih banyak, dimana asimilattersebut akan
digunakan sebagai energy pertumbuhan tanaman untuk membentukorgan vegetatif
seperti diameter tanaman.
Berat Kering Akar dan Berat Kering Tajuk
Bertambahnya bobot kering akar berpengaruh nyata terhadap pemberian
bahan organik dan pemupukan P dari 0,68 g menjadi 19,57 g pada kombinasi
perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg
P2O5/ha). Begitu juga pada pertambahan bobot kering tajuk berpengaruh nyata
terhadap pemberian bahan organik dan pemupukan P dari 7,74 g menjadi 46,22 g
pada kombinasi perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam
dan 150 kg P2O5/ha). Hal ini berkaitan erat dengan unsur hara P yang berpotensi
didalam

tanah

yang

kemudian

dimanfaatkan

oleh

tanaman

sehingga

mempengaruhipertambahan berat kering akar tanaman. Menurut Winarso (2005)
fungsi penting P dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer
danpenyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses
didalam

tanaman

lainnya

dan

membantu

mempercepat

perkembangan

danperpanjangan akar dan perkecembahan. P dapat merangsang pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

akar,yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian di ujung-ujung
tanaman.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Pemberian Tithonia diversifolia dan pupuk kandang ayam nyata
menurunkan Aldd, meningkatkan pH, P- Potensial dan Serapan P serta
pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan.
2. Pemupukan P (SP-36) nyata menurunkan Aldd, meningkatkan pH, dan PPotensial serta pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan
Batu Selatan.
3. Interaksi pemberian Tithonia diversifolia dan pupuk kandang ayam dengan
pemupukan P nyata menurunkan Aldd, meningkatkan P-Potensial dan
Serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan
Batu Selatan dengan kombinasi perlakuan yang terbaik yaitu B3P3 (50%
Tithonia diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha).
Saran
Untuk meningkatkan P-potensial tanah dan serapan P tanaman serta
pertumbuhan tanaman Jagung pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan,
disarankan menggunakan pupuk SP-36 dengan dosis 150 kg P2O5/ha serta 10
ton/ha kompos Tithonia diversifolia dan 10 ton/ha pupuk kandang ayam.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Aplikasi Pupuk SP-36 Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Fosfor Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L)Pada Ultisol Kwala Bekala

2 68 46

Pengaruh Pupuk SP-36 Kompos Tithonia diversifolia Dan Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays L.) serta P-tersedia Pada Ultisol Simalingkar

4 44 65

Aplikasi kompos Tithonia diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Zea mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang.

0 49 83

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Terhadap Pemberian Pupuk Cair Tnf Dan Pupuk Kandang Ayam

1 60 73

PEMANFAATAN KAPUR, TITONIA (Tithonia diversifolia) DAN PUPUK KANDANG AYAM BAGI TANAMAN JAGUNG (Zea mays) PADA OXISOL.

0 0 7

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

1 1 8

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 0 3

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 0 12

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 1 4

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 0 11