Aplikasi kompos Tithonia diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Zea mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang.

(1)

APLIKASI KOMPOS Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN SERAPAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

SERTA KETERSEDIAAN FOSFOR PADA ULTISOL MANCANG

S K R I P S I

Oleh :

FERY PRATAMA 050303039 ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

APLIKASI KOMPOS Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN SERAPAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

SERTA KETERSEDIAAN FOSFOR PADA ULTISOL MANCANG

S K R I P S I

Oleh :

FERY PRATAMA 050303039 ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Skripsi : Aplikasi kompos Tithonia diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Zea mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang

Nama : Fery Pratama

NIM : 050303039

Departemen : Ilmu Tanah

Minat Studi : Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman

Disetujui, Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota


(4)

ABSTRACT

The aims of research was to studied about the aplication effect of Tithonia diversifolia compos and SP-36 fertilizer on Ultisol Mancang in availabity P and their effect on the growth and nutrient uptake of maize. The experiment was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility laboratory faculty of Agriculture, North Sumatera Universitas. It was arranged in randomized block designed faktorial consist of two factor with two replication. The first factor are T. diversifolia compos consist of five dosage level (g/5 kg dry oven soil weight): TO (0), T1 (25), T2 (50), T3 (75), T4 (100) and the second factor are SP-36 fertilizer consist of five dosage level (ppm P2O5/5 kg dry oven soil weight): PO (0), PI (50), P2 (100), P3 (150), P4 (200).

The result showed that the effect application of T. diversifolia compost indicated very significant effect increased soil pH, soil C-Organic, soil availabe-P and very significant effect decreased Al-Exchangeable after 2 weeks incubation and in the end of vegetative effect application of Tithonia diversifolia compost indicated very significant effect increased soil pH, soil C-Organic, soil available-P, plant height, dry weight and dry root of plant, P-plant uptake and very significant effect decreased Al-Exchangeable. The application of SP-36 fertilizer indicated not significant effect on soil pH, soil C-Organic, Al-Exchangeable after 2 weeks incubation but very significant increased available-P. In the end of vegetative application of SP-36 fertilizer indicated not significant effect on soil pH, soil C-Organic, Al-Exchangeable, but very significant increased soil available-P, plant height, dry weight and dry root of plant, P-plant uptake. The effect interaction application T. diversifolia compost and SP-36 fertilizer indicated significant effect increased available-P, but indicated not significant on soil pH, soil C-Organic, Al-Exchangeable after 2 weeks incubation. In the end of vegetative effect interaction application T. diversifolia compost and SP-36 fertilizer indicated very significant effect increased soil C-Organic, soil pH, soil available-P, plant height, P-plant uptake and very significant effect decreased Al-Exchangeable but indicated not significant on dry weight and dry root of plant. Keywords: Tithonia diversifolia compost, SP-36 fertilizer, available-P in soil and


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi kompos Tithonia diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Zea mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca serta di laboratorium kimia dan kesuburan tanah, Fakulas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 2 ulangan. Faktor pertama T. diversifolia yang terdiri dari 5 taraf dosis (g/5kg BTKO) : 1. TO (O), 2. T1(25), 3. T2 (50), 4. T3 (75), 5. T4 (100) dan faktor perlakuan kedua pupuk SP 36 (ppm P2O5/5 kg BTKO) : 1. PO (O), 2. P1 (50), 3. P2 (100), 4. P3 (150), 5. T4 (200).

Hasil penelitian menunjukkan aplikasi kompos T. diversifolia berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah, C-Organik tanah , P-tersedia tanah dan berpengaruh sangat nyata menurunkan Al-dd. Pada akhir masa vegetatif aplikasi kompos T. diversifolia berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah, C-Organik tanah, P-tersedia tanah, tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, serapan-P tanaman dan berpengaruh sangat nyata menurunkan Al-dd. Aplikasi pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, C-Organik tanah dan Al-dd setelah 2 minggu inkubasi, tetapi berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah. Pada akhir masa vegetatif aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, C-Organik tanah, Al-dd, tetapi berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah, tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, serapan-P tanaman. Interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, C-Organik tanah dan Al-dd setelah 2 minggu inkubasi. Pada akhir masa vegetatif interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan C-Organik tanah, pH tanah, P-tersedia tanah, tinggi tanaman, serapan-P dan berpengaruh sangat nyata menurunkan Al-dd tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk dan berat kering akar.

Kata kunci: kompos Tithonia diversifolia, pupuk SP-36, P-tersedia tanah dan Serapan-P tanaman


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pulau Tiga tanggal 29 Maret 1988 dari ayah Jumari dan Ibu Maria. Penulis merupakan putra pertama dari 3 bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 15 Medan dan 2005 lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Kesuburan Tanah Nutrisi Tanaman Departeman Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten mata kuliah Dasar Ilmu Tanah (2007 - 2009), Kimia Tanah (2007 - 2009), Analisis Tanah dan Tanaman (2008 - 2009), dan Kesuburan Tanah (2008 - 2009), mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA), Pengajian Al-Bayan, Kegiatan Safari Penyelidikan Tanah Fakultas Pertanian USU, Peserta pada PILMITANAS di Jambi, Peserta Seminar Nasional di Denpasar, Peserta Seminar dan Lokakarya di Fakultas Pertanian Medan, serta memperoleh beasiswa PT. Gudang Garam (2008 – 2009). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Kebun Pulau Tiga PTPN I pada tahun 2008.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Aplikasi Kompos Tithonia diversifolia dan Pupuk SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Serta Ketersediaan Fosfor Pada Ultisol Mancang”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Fauzi, MP, dan Ibu Ir. T. Sabrina, MAgr.Sc, Ph. D, selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu saran dan kritik penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, September 2009


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Sifat dan Ciri Ultisol ... 4

Unsur Hara Fosfor ... 5

Fiksasi Fosfat Pada Ultisol ... 8

Pupuk Organik (Kompos Tithonia diversifolia) dan Pengaruhnya terhadap Ketersediaan Fosfor Tanah ... 9

Pupuk SP-36 ... 12

Tanaman Jagung ... 16

BAHAN DAN METODE ... 17

Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 19

Peubah Amatan yang diukur ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Hasil... 22

Pembahasan ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Pengaruh aplikasi T. diversifolia terhadap pH Tanah setelah 2 minggu

inkubasi dan akhir masa vegetatif ... 21 2. Pengaruh aplikasi T. diversifolia terhadap C-Organik Tanah setelah 2

minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif ... 23 3. Pengaruh aplikasi T. diversifolia terhadap Al-dd Tanah setelah 2 minggu

inkubasi dan akhir masa vegetatif ... 24 4. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia, pupuk SP-36 dan interaksi

kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap P-tersedia tanah setelah 2 minggu inkubasi ... 28 5. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia, pupuk SP-36 dan interaksi

kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap P-tersedia tanah akhir masa vegetatif ... 28 6. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia, pupuk SP-36 dan interaksi

kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman akhir masa vegetatif ... 33 7. Pengaruh aplikasi Pupuk SP-36, kompos Tithonia diversifolia terhadap

berat kering tajuk tanaman akhir masa vegetatif ... 36 8. Pengaruh aplikasi Pupuk SP-36, kompos Tithonia diversifolia terhadap

berat kering akar tanaman akhir masa vegetatif ... 38 12. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia, pupuk SP-36 dan interaksi

kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap Serapan-P tanaman akhir masa vegetatif ... 28


(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Skema sederhana dari siklus P pada sistem tanah dan tanaman... 6 2. Diagram keseimbangan antara P larutan dengan bentuk P lain ... 6 3. Pengaruh aplikasi T. diversifolia terhadap pH tanah setelah (i) 2 minggu

inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif ... 23 4. Pengaruh aplikasi T. diversifolia terhadap C-Organik tanah setelah (i) 2

minggu inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif ... 25 5. Pengaruh aplikasi T. diversifolia terhadap Al-dd tanah setelah (i) 2

minggu inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif ... 27 6. Pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36

terhadap P-tersedia tanah setelah 2 minggu inkubasi ... 30 7. Pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36

terhadap P-tersedia tanah akhir masa vegetatif ... 31 8. Pengaruh aplikasi T. diversifolia terhadap P-tersedia tanah setelah (i) 2

minggu inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif ... 32 9. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36 terhadap P-tersedia tanah setelah (i) 2

minggu inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif ... 32 10. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman setelah (i) 2

minggu inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif ... 34 11. Pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36

terhadap tinggi tanaman akhir masa vegetatif ... 35 12. Pengaruh aplikasi (i) kompos T. diversifolia , (ii) pupuk SP-36 terhadap

akhir masa vegetatif ... 37 13. Pengaruh aplikasi (i) kompos T. diversifolia , (ii) pupuk SP-36 terhadap

akhir masa vegetatif ... 38 14. Pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36

terhadap serapan P tanaman akhir masa vegetatif ... 40 15. Pengaruh aplikasi (i) kompos T. diversifolia , (ii) pupuk SP-36 terhadap


(11)

16. Hubungan Al-dd terhadap P-Tersedia akhir masa vegetatif akibat aplikasi

kompos T. diversifolia ... 42

17. Hubungan pH terhadap P-Tersedia Akhir Masa Vegetatif akibat aplikasi kompos T. diversifolia ... 44

18. Batas kritis P-tersedia untuk bobot kering tajuk metode Bray-2... 45

19. Batas kritis P-tersedia untuk bobot kering akar metode Bray-2 ... 46


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Hasil Analisis Awal Tanah Ultisol Mancang ... 56

2. Hasil Analisis Kompos Tithonia diversifolia ... 56

3. Kriteria Sifat Tanah ... 57

4. Rataan pH Tanah Inkubasi Metode Elektrometri ... 58

4.1Daftar Sidik Ragam pH Tanah Inkubasi ... 58

5. Rataan C-Organik Tanah (%) Inkubasi Metode Walkley and Black ... 59

5.1 Daftar Sidik Ragam C-Organik Tanah Inkubasi ... 59

6. Rataan Al-dd (me/100 g ) Tanah Inkubasi ... 60

6.1 Daftar Sidik Ragam Al-dd Tanah Inkubasi ... 60

7. Rataan P-Tersedia (ppm) Tanah Inkubasi Metode Bray II ... 61

7.1 Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Tanah Inkubasi ... 61

8. Rataan pH Tanah Akhir masa vegetatif Metode Elektrometri ... 62

8.1 Daftar Sidik Ragam pH Tanah Akhir masa vegetatif ... 62

9. Rataan C-Organik Tanah (%) Akhir masa vegetatif... 63

9.1 Daftar Sidik Ragam C-Organik Tanah Akhir masa vegetatif ... 63

10. Rataan Al-dd (me/100 g ) Tanah Akhir masa vegetatif ... 64

10.1 Daftar Sidik Ragam Al-dd Tanah Akhir masa vegetatif ... 64

11. Rataan P-Tersedia (ppm) Tanah Akhir masa vegetatif (Bray II) ... 65

11.1 Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Tanah Akhir masa vegetatif ... 65

12. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Akhir masa vegetatif... 66

12.1 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Akhir masa vegetatif ... 66

13. Rataan Berat Kering Tajuk Tanaman (g) Akhir masa vegetatif ... 67

13.1 Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Tanaman ... 67

14. Rataan Berat Kering Akar Tanaman (g) Akhir masa vegetatif ... 68

14.1 Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar Tanaman ... 68

15. Rataan Serapan P Tanaman (mg/tanaman) (Pengabuan Kering) ... 69


(13)

ABSTRACT

The aims of research was to studied about the aplication effect of Tithonia diversifolia compos and SP-36 fertilizer on Ultisol Mancang in availabity P and their effect on the growth and nutrient uptake of maize. The experiment was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility laboratory faculty of Agriculture, North Sumatera Universitas. It was arranged in randomized block designed faktorial consist of two factor with two replication. The first factor are T. diversifolia compos consist of five dosage level (g/5 kg dry oven soil weight): TO (0), T1 (25), T2 (50), T3 (75), T4 (100) and the second factor are SP-36 fertilizer consist of five dosage level (ppm P2O5/5 kg dry oven soil weight): PO (0), PI (50), P2 (100), P3 (150), P4 (200).

The result showed that the effect application of T. diversifolia compost indicated very significant effect increased soil pH, soil C-Organic, soil availabe-P and very significant effect decreased Al-Exchangeable after 2 weeks incubation and in the end of vegetative effect application of Tithonia diversifolia compost indicated very significant effect increased soil pH, soil C-Organic, soil available-P, plant height, dry weight and dry root of plant, P-plant uptake and very significant effect decreased Al-Exchangeable. The application of SP-36 fertilizer indicated not significant effect on soil pH, soil C-Organic, Al-Exchangeable after 2 weeks incubation but very significant increased available-P. In the end of vegetative application of SP-36 fertilizer indicated not significant effect on soil pH, soil C-Organic, Al-Exchangeable, but very significant increased soil available-P, plant height, dry weight and dry root of plant, P-plant uptake. The effect interaction application T. diversifolia compost and SP-36 fertilizer indicated significant effect increased available-P, but indicated not significant on soil pH, soil C-Organic, Al-Exchangeable after 2 weeks incubation. In the end of vegetative effect interaction application T. diversifolia compost and SP-36 fertilizer indicated very significant effect increased soil C-Organic, soil pH, soil available-P, plant height, P-plant uptake and very significant effect decreased Al-Exchangeable but indicated not significant on dry weight and dry root of plant. Keywords: Tithonia diversifolia compost, SP-36 fertilizer, available-P in soil and


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi kompos Tithonia diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Zea mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca serta di laboratorium kimia dan kesuburan tanah, Fakulas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 2 ulangan. Faktor pertama T. diversifolia yang terdiri dari 5 taraf dosis (g/5kg BTKO) : 1. TO (O), 2. T1(25), 3. T2 (50), 4. T3 (75), 5. T4 (100) dan faktor perlakuan kedua pupuk SP 36 (ppm P2O5/5 kg BTKO) : 1. PO (O), 2. P1 (50), 3. P2 (100), 4. P3 (150), 5. T4 (200).

Hasil penelitian menunjukkan aplikasi kompos T. diversifolia berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah, C-Organik tanah , P-tersedia tanah dan berpengaruh sangat nyata menurunkan Al-dd. Pada akhir masa vegetatif aplikasi kompos T. diversifolia berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah, C-Organik tanah, P-tersedia tanah, tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, serapan-P tanaman dan berpengaruh sangat nyata menurunkan Al-dd. Aplikasi pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, C-Organik tanah dan Al-dd setelah 2 minggu inkubasi, tetapi berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah. Pada akhir masa vegetatif aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, C-Organik tanah, Al-dd, tetapi berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah, tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, serapan-P tanaman. Interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, C-Organik tanah dan Al-dd setelah 2 minggu inkubasi. Pada akhir masa vegetatif interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan C-Organik tanah, pH tanah, P-tersedia tanah, tinggi tanaman, serapan-P dan berpengaruh sangat nyata menurunkan Al-dd tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk dan berat kering akar.

Kata kunci: kompos Tithonia diversifolia, pupuk SP-36, P-tersedia tanah dan Serapan-P tanaman


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan klasik tanah Ultisol umumya adalah reaksi tanah yang masam (pH 4,1 – 4,8), sehingga unsur hara makro seperti Fosfor (P) tidak tersedia bagi tanaman (Subagyo, dkk, 2000). Disamping itu, tanah Ultisol memiliki nilai kejenuhan basa < 35%, kandungan bahan organik yang rendah serta kejenuhan aluminium yang tinggi sehingga menghambat pertumbuhan tanaman (Hakim, 2006). Namun, tanah Ultisol mempunyai sebaran yang cukup luas meliputi hampir 29,7% dari total daratan Indonesia sehingga menjadikan tanah ini mempunyai peranan penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Menurut Tan (2007) upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sifat tanah Ultisol adalah dengan cara pengapuran untuk menaikkan pH tanah, penambahan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta pemupukan untuk penyediaan unsur hara makro seperti fosfor.

Di Indonesia ketersediaan pupuk P sangat bermasalah, karena sedikit sumber mineral apatit yang layak untuk dijadikan bahan dasar pupuk, sehingga untuk mencukupi kebutuhan pupuk P pemerintah harus mengimpor (Winarso, 2005). Belakangan ini pupuk P mahal dan langka, meskipun pemerintah melakukan subsidi untuk ketersediaan pupuk P. Namun tetap terjadi penyimpangan penyediaan pupuk ini. Disamping ketersediaan pupuk P di pasar, efisiensi pemupukan P pada tanah Ultisol merupakan masalah utama. Salah satu


(16)

usaha untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P adalah dengan penambahan bahan organik (kompos) untuk mengurangi penggunaan pupuk P dan meningkatkan efisiensi pemupukan P.

Salah satu bahan organik (kompos) yang dapat dimanfaatkan adalah kompos T. diversifolia yang merupakan tanaman legum, banyak tumbuh sebagai semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai kompos oleh petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan. Padahal dari hasil penelitan Hakim, dkk (2008), kompos T. diversifolia dapat mengurangi kebutuhan pupuk buatan sebanyak 50% bagi tanaman melon, tomat, cabai, jahe, jagung, dan kedelai pada tanah Ultisol. Kompos T. diversifolia mengandung 0,37% P, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber P bagi tanaman (Hartatik, 2007). Menurut Hakim, dkk (2008), T. diversifolia dapat menurunkan Al dan menaikkan pH tanah sehingga unsur hara fosfor dapat tersedia.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengaplikasikan kompos Tithonia diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung serta ketersediaan fosfor tanah Ultisol Mancang.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Zea mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang.


(17)

Hipotesis Penelitian

• Aplikasi kompos Tithonia diversifolia dapat meningkatkan pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Z. mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang.

• Aplikasi pupuk SP-36 dapat meningkatkan pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Z. mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang.

• Aplikasi Kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 dapat meningkatkan pertumuhan dan serapan tanaman jagung (Z. mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang.

Kegunaan Penelitian

• Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan pula bagi para petani untuk mengurangi penggunaan pupuk fosfor.

• Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

TINJUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Tanah Ultisol

Di Indonesia tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan yang menonjol pada Ultisol adalah pH rendah, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa rendah, kandungan unsur hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg sedikit dan tingkat Al-dd yang tinggi, mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Konsepsi pokok dari Ultisol (Ultimus, terakhir) adalah tanah-tanah yang bewarna merah kuning, yang sudah mengalami proses hancuran iklim lanjut (ultimate), sehingga merupakan tanah yang memiliki penampang dalam (> 2 m), menunjukkan adanya kenaikan kandungan liat dan terakumulasi disebut haorizon Argilik (Subagyo, dkk, 2000). Menurut Soil Survey Staff (2006), Ultisol memiliki ciri adanya horizon argilik atau kandik dengan kejenuhan basa (dengan menghitung jumlah kation) kurang dari 35 persen.

Dari data analisis tanah Ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Rasio C/N tergolong rendah (5-10). Kandungan P-potensial yang rendah dan K-potensial yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0-0,1 me/100 g tanah disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai


(19)

rendah (Subagyo, dkk, 2000). Menurut Tan (2007) Ultisol di daerah Aceh dan Sumatera Utara dicirikan dengan kandungan Al-dd 4,2 me/100 g, KTK 3-7 me/100 g, pH H2O 4,1-5,5 % C-organik 1,9 % N 0,2.

Unsur Hara Fosfor

Fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro) jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium, namun fosfor merupakan kunci kehidupan tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO42-). Kemungkinan P masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu pirofosfat dan metafosfat, selain itu dapat pula diserap dalam bentuk senyawa fosfat organik yang larut dalam air misalnya asam nukleat dan phitin (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kisaran pH untuk ketersediaan P tanah yang terbaik adalah antara 6,0-7,0. Dengan demikian dari segi pengaturan hara P bagi tanaman maka kisaran pH tanah diatas perlu dipertahankan. Walaupun demikian tanaman hanya sanggup menyerap 1/3 sampai 1/2 dari fosfat yang diberikan ke dalam tanah sebagai P yang diikat tanah serta adanya bentuk kelarutannya rendah (Lubis, dkk, 1986).

Menurut Johnston (2000) skema sederhana dari siklus fosfor pada sistem tanah dan tanaman adalah sebagai berikut :


(20)

Gambar 1. Skema sederhana dari siklus P pada sistem tanah dan tanaman Terdapat 3 bentuk P dalam tanah cepat tersedia, agak cepat tersedia dan P-sangat lambat tersedia. Bentuk P-cepat tersedia dapat dimanfaatkan melalui larutan tanah, dan juga dapat tercuci serta hilang saat panen/produksi sumber P lainnya berasal dari pupuk dan pemupukan.

Menurut Tisdale and Nelson (1975), tanaman menyerap P dari larutan tanah pada perbandingan tertentu dari ion ortofosfat dalam larutan. Bila tidak terdapat faktor pembatas lainnya maka pertumbuhan tanaman berbanding langsung dengan jumlah P yang diserap dari larutan tanah. Oleh karena itu jumlah P yang terdapat dalam larutan tanah dan P dalam bentuk lain di dalam tanah dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram keseimbangan antara P larutan dengan bentuk P lain Kombinasi P

organik

P di dalam larutan tanah

Relatif tidak larut kombinasi Fe-P,

Al-P dan Liat-P

Unsur hara larut dalam air dalam

pupuk dan pemupukan

Hilang Tercuci

Hilang saat panen / produksi

Diambil tanaman

Larutan Tanah

P-cepat Tersedia

P- agak cepat tersedia

P- sangat lambat tersedia


(21)

Keseimbangan dari bentuk tersebut dalam tanah sangat tergantung kepada tingkat pembentukan bahan organik dan dekomposisinya serta kemampuan tanah untuk mengikat ortofosfat larut ke dalam bentuk tidak larut. Keseimbangan ini akan terganggu dengan penambahan fosfor, immobilisasi fosfor larut oleh mikroorganisme dan oleh pelapukan cepat bahan organik akibat pengolahan tanah.

Ketersediaan fosfor anorganik sebagian besar ditentukan oleh faktor berikut : (1) pH tanah; (2) besi, aluminium dan mangan yang dapat larut; (3) terdapatnya mineral yang mengandung besi,aluminium, dan mangan; (4) kalsium tersedia dan mineral kalsium; (5) jumlah dan dekomposisi bahan organik; (6) kegiatan mikroorganisme. Empat faktor pertama saling berhubungan, karena efeknya sebagian besar tergantung pada pH (Buckman dan Brady, 1982).

Fosfor merupakan unsur hara essensial. Tidak ada unsur lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup. Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses didalam tanaman lainnya dan membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan. P dapat merangsang pertumbuhan akar, yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas tanah (Winarso, 2005). Pada tanaman muda, kadar P paling tinggi dijumpai pada pusat-pusat pertumbuhan. Seperti halnya unsur N, unsur P juga bersifat mobil, yaitu apabila tanaman defisiensi P maka P yang ada dalam jaringan tua dimobilisasi ke jaringan muda, sehingga yang defisiensi lebih dulu pada


(22)

jaringan tua. Tanaman menyerap sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion orthofosfat primer H2PO42-. Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion orthofosfat sekunder HPO4-. Ciri tanaman yang kekurangan (Defisiensi) P: tanaman menjadi kerdil, bentuk daun tidak normal apabila sudah parah bagian daun, buah, dan batang yang mati dan warna daun bewarna ungu (akumulasi gula) (Rosmarkan dan Yuwono, 2002).

Serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah. Berarti besaran volume akar yang berkontak dengan besaran kepekatan P dalam larutan adalah dua faktor yang sangat menentukan besaran serapan P tanaman. Pengambilan P oleh tanaman jagung dipengaruhi oleh sifat akar dan sifat tanah dalam menyediakan P. Sebaran akar didalam tanah sangat penting dalam meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman terutama bila kepekatan P rendah dalam media tumbuh (Hakim, 2005).

Fiksasi Fosfat pada Ultisol

Pada tanah masam umumnya ketersediaan unsur Al,Fe dan Mn larut lebih besar sehingga ion ini cenderung mengikat ion fosfat. Reaksi kimia antara ion fosfat dengan Fe dan Al larut akan menghasilkan hidroksi fosfat. Dalam hal ini ion fosfat menggantikan kedudukan ion OH- dari koloid tanah atau mineral dengan reaksi sebagai berikut :

Al3+ + H2PO4- + 2H2O 2H+ + Al(OH)2H2PO4 Larut Tidak Larut

Pada kebanyakan tanah masam konsentrasi ion-ion Fe dan Al jauh melampaui konsentrasi ion H2PO4. Karena itu, reaksi di atas bergerak ke kanan membentuk fosfat tidak dapat larut. Dengan demikian hanya tertinggal sejumlah kecil ion


(23)

H2PO4- yang segera tersedia bagi tanaman dalam keadaan tersebut (Buckman dan Brady, 1982).

Pupuk Organik (Kompos Tithonia diversifolia) dan Pengaruhnya terhadap Ketersediaan Hara Fosfor Tanah

Tithonia diversifolia merupakan tanaman legum, banyak tumbuh sebagai semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai kompos oleh petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan. Tithonia diversifolia merupakan sejenis gulma yang dapat tumbuh di sembarang tanah, namun menggandung unsur hara yang tinggi terutama N, P, K, yaitu 3,5% N ; 0,38% P ; dan 4,1% K yang berfungsi untuk meningkatkan pH tanah (dengan reaksi menurut Hakim (2006), R-NH2 + H2O 2NH4 + CO32-, ditambahakan Hakim, dkk (1986), ion CO32- mempunyai kemampuan dalam menarik ion H+ dari koloid tanah dan merupakan bahan penting dari kapur dalam menetralkan tanah) menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah (Hartatik, 2007).

Menurut Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman serta pengikatan P dan P akan lebih tersedia. Anion-anion organik seperti sitrat, asetat, tartrat dan oksalat yang dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat membantu pelepasan P yang diikat oleh hidroksida-hidroksida Al, Fe, dan Ca dengan jalan bereaksi dengannya, membentuk senyawa kompleks. Secara sederhana reaksi tersebut adalah sebagai berikut:


(24)

OH OH

Al OH + Bahan Organik Al OH + H2PO4-1

H2PO4 (P-Larut)

(P-terikat) Bahan Organik

Penelitian di sebuah usahatani, pupuk hijau dari tithonia dan lantana diterapkan dengan jumlah 5, 10 dan 20 ton/ha ke tanah yang ditanami jagung, dibandingkan dengan bidang tanah kontrol tidak diberikan pupuk atau pupuk hijau. Peningkatan hasil jagung yang tajam pada lahan yang diberikan. Bidang tanah yang diberikan pupuk TSP hanya menghasilkan 250-300 Kg tongkol jagung kering/Ha lebih tinggi daripada bidang tanah kontrol. Sedangkan yang diberi tihonia menghasilkan lebih dari 1.000 Kg tongkol jagung kering/Ha lebih tinggi daripada bidang tanah kontrol. Kesimpulan unggul yang lain; setelah diterapkan, sisa atau pengaruh kelanjutan pemindahan biomas ini ternyata meningkatkan hasil pada musim tanaman ketiga setelah penerapan (Wanjau, dkk, 2002).

Analisa laboratorium menunjukkan bahwa tithonia segar terdiri dari 20% bahan kering (DM, dry matter) dan mengandung nitrogen 4,6% DM. konsentrasi fosfor di daun tithonia sangat tinggi (0,27-0,38% P). Jumlah P di daun tithonia lebih tinggi daripada tingkat yang ditemukan di tumbuhan polong yang biasanya digunakan di pertanian maupun pada hutan dan perkebunan, yang hanya sebesar 0,15-0,20% fosfor (Wanjau, dkk, 2002). Pemberian tithonia pada tanah Ultisol untuk mensubstitusi N dan K pupuk buatan dapat meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd, serta meningkatkan kandungan hara P, Ca, dan Mg tanah (Hartatik,2007). Dari penelitian yang telah dilakukan Hakim, dkk, (2008) kompos tithonia dapat menggantikan 50% pupuk buatan. Selain itu pemberian tithonia dapat meningkatkan kesuburan tanah/produktivitas lahan (menurunkan Al, serta


(25)

meningkatkan pH tanah, bahan.organik, kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg tanah, sehingga meningkatkan produktivitas tanaman.

Beberapa manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah, pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air (Novizan, 2005).

Penggunaan bahan organik (pupuk organik) perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati tanah (Syafruddin, et al, 2008). Selain itu, Hakim (2006) menyatakan humus dapat pula meningkatkan seskuioksida, yaitu oksida-oksida Al dan Fe membentuk koloid protektif yang dapat mengurangi fiksasi P, sehingga P lebih tersedia bagi tanaman.


(26)

Pupuk SP-36

SP-36 mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan tidak bersifat membakar (Novizan, 2005). Menurut Syafruddin, et al (2008) Pemberian hara P pada tanah Ultisol dalam bentuk SP36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P2O5 pada SP36 (36%) lebih rendah dibading TSP (46%).

Pupuk SP-36 merupakan pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara fosfor karena keunggulan yang dimilikinya :

- Kandungan hara fosfor dalam bentuk P2O5 tinggi yaitu sebesar 36%. - Unsur hara fosfor yang terdapat dalam pupuk SP-36 hampir seluruhnya

larut dalam air.

- Tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik.

- Dapat dicampur dengan pupuk Urea atau pupuk ZA pada saat penggunaan. (Anonim, 2002).

Dosis pemupukan yang dianjurkan untuk tanaman jagung adalah 50-400 kg/ha SP-36 (Anonim, 2002). Dari hasil penelitian Prasetyo dan Suriadikarta (2006), pemberian P sebesar 200−250 ppm P2O5 pada tanah Ultisol dapat


(27)

Tanaman Jagung

Syarat Tumbuh Iklim

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 500LU – 400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 270- 320 C (Purwono dan Hartono, 2005).

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 m dpl dapat berproduksi baik dan di atas 800 m dpl pun jagung masih bisa memberikan hasil yang baik pula (Anonim, 1993).

Tanah

Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah dan pasang surut asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, Latosol, dan Grumosol. Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah yang terbaik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman jagung akan


(28)

tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan jagung antara 5,6-7,5. pada pH < 5,5 tanaman jagung tidak bisa tumbuh maksimum karena keracunan Al. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik (Purwono dan Hartono, 2005).

Budidaya Jagung Penanaman

- Persiapan Lahan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan (Anonim, 2001).

- Persiapan Benih

Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih (Anonim, 2001). Pemeliharaan

- Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan


(29)

menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung (Anonim, 2001).

- Pemupukan

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha (Anonim, 2001).

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien (Anonim, 2001).

- Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari (Anonim, 2001).


(30)

Panen

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak mati. Ciri jagung yang siap dipanen adalah: umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam, jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga dan biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas (Anonim, 2001).


(31)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kaca dan Laboratorium Kesuburan/Kimia Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl dimulai pada Desember 2008 s/d selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan ialah contoh tanah Ultisol Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten langkat dengan titik koordinat 03°37 06,6 LU dan 098° 24 01,1 BT yang diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm, kompos Tithonia diversifolia, benih jagung, pupuk SP-36, serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah dan tanaman.

Alat yang digunakan ialah cangkul, Polibag, meteran, timbangan serta alat-alat yang digunakan di laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan dua faktor. Faktor Perlakuan I ialah T. diversifolia (T) dengan 5 taraf dosis, faktor perlakuan ke II ialah Pupuk SP-36 (P) dengan 5 taraf dosis, dengan 2 ulangan sehingga diperoleh unit percobaan 5 x 5 x 2 = 50 unit percobaan.


(32)

Fakor Perlakuan T. diversifolia (T) Faktor Perlakuan Pupuk SP-36 (P) T0 = 0 ton/ha (0 g/pot) P0 = 0 ppm P2O5 (0 g/pot) T1 = 10 ton/ha (25 g/pot) P1 = 50 ppm P2O5 (1,59 g/pot) T2 = 20 ton/ha (50 g/pot) P2 = 100 ppm P2O5 (3,16 g/pot) T3 = 30 ton/ha (75 g/pot) P3 = 150 ppm P2O5 (4,76 g/pot) T4 = 40 ton/ha (100 g/pot) p4 = 200 ppm P2O5 (6,36 g/pot)

Kombinasi perlakuannya ialah : T0P0 T1P0 T2P0 T3P0 T4P0 T0p1 T1P1 T2P1 T3P1 T4P1 T0P2 T1P2 T2P2 T3P2 T4P2 T0p3 T1P3 T2P3 T3P3 T4P3 T0P4 T1P4 T2P4 T3P4 T4P4

Model Linier Rancangan Acak Kelompok : Yijk = µ + i + j + ( )ij + k + ijk

Dimana :

Yijk = Respon tanaman yang diamati µ = Nilai tengah umum

i = Pengaruh taraf ke-i dari faktor T j = Pengaruh taraf ke-j dari faktor P

( )ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor T dan taraf j dari faktor P k = Pengaruh Blok

ijk = Pengaruh galat taraf ke-i dari faktor T dan taraf j dari faktor P pada blok ke-k


(33)

Data-data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis varian pada setiap peubah amatan yang diukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan Uji Beda Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan secara zig - zag pada kedalaman 0-20 cm lalu dikompositkan. Kemudian tanah dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh.

Analisis Tanah Awal

Tanah yang telah kering udara dan telah diayak lalu dianalisa %KL dan %KA nya untuk menentukan berat tanah yang dimasukkan ke tiap polibag setara dengan 5 Kg BTKO. Selain itu analisa yang dilakukan ialah pH H2O (1 : 2,5), P- tersedia (Bray II), N total (Metode Kjeldhal), K-dd me/100 g (NH4Oac pH 7), KTK me/100 g (NH4Oac pH 7), % C-Organik tanah (Walkley and Black) dan Rasio C/N.

Pengomposan T. diversifolia

T. diversifolia di cacah menjadi potongan-potongan kecil. Dimasukkan ke wadah plastik lalu diberi sedikit air untuk menjaga kelembapan dan diberi EM4 untuk mempercepat proses dekomposisi. Dibiarkan selama 4 minggu (kompos telah terdekomposisi), dilakukan pembalikan setiap 1 minggu sekali agar proses dekomposisi kompos merata.


(34)

Analisis Kompos T. diversifolia

Kompos yang telah jadi dianalisa %KA, pH H2O (1 : 2,5), P2O5 dengan ekstraksi HCL 25 %, N total (Metode Kjeldhal), K-dd me/100 g (NH4Oac pH 7), KTK me/100 g (NH4Oac pH 7), % C-Organik tanah (Walkley and Black) dan Rasio C/N.

Aplikasi Kompos T. diversifolia dan Pupuk - Kompos T. diversifolia

Kompos dicampur merata dengan tanah, lalu diinkubasi selama 2 minggu. Dosis yang ditambahkan sesuai dengan dosis perlakuan.

- Pupuk

Pupuk SP-36 diberikan 1 minggu sebelum benih jagung ditanam sesuai dengan dosis perlakuan. Pupuk Urea dan KCL diberikan 1 hari sebelum tanam dan dicampur secara merata ke dalam tanah. Dosis Urea dan KCl yang diberikan berturut-turut adalah 200 ppm N (2,22 g/pot) dan 150 ppm K2O (1,5 g/pot).

Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman

Benih jagung ditanam 3 benih per polibag, setelah berumur 2 minggu dilakukan penjarangan dengan hanya meninggalkan satu tanaman saja yang paling bagus.

Tanaman ditanam selama 7 minggu atau hingga akhir masa vegetatif. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai mencapai kondisi kapasitas lapang.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 6-7 minggu. Bagian tajuk dipotong dan bagian akar diambil lalu dibersihkan dan dikeringkan untuk


(35)

selanjutnya diovenkan. Dihitung berat kering tajuk dan berat kering akarnya setelah diovenkan.

Peubah Amatan yang diukur

Peubah amatan yang diukur meliputi: 1. Tanah

- pH H2O (1 : 2,5) metode elektrometri diukur setelah inkubasi dan akhir fase vegetatif.

- P-tersedia tanah (ppm) metode Bray II diukur setelah inkubasi dan akhir fase vegetatif.

- Al-dd (me/100 g tanah) metode titrasi diukur setelah inkubasi dan akhir fase vegetatif

- C-Organik Tanah (%) metode walkley and black diukur setelah inkubasi dan akhir fase vegetatif

2. Tanaman

- Tinggi tanaman (cm), diukur pada akhir fase vegetatif

- Bobot kering tajuk tanaman (g), diukur setelah di ovenkan ± 48 jam hingga beratnya mencapai konstan

- Bobot kering akar tanaman (g), diukur setelah di ovenkan ± 48 jam hingga beratnya mencapai konstan

- Serapan P-Tanaman (mg P/tanaman) dihitung dengan cara: % P tanaman x Berat kering tanaman.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis kimia tanah yaitu pH, C-Organik, Al-dd dan P-tersedia dilakukan setelah inkubasi selama 2 minggu, sedangkan pada akhir vegetatif dianalisis pH, C-Organik, Al-dd, P-tersedia, dan serapan P oleh tanaman.

1. pH Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 1.1 dan 5.1 memperlihatkan bahwa aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah namun aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi kompos T. dengan pupuk SP-36 berpengaruh tidak nyata. Pengaruh tunggal aplikasi kompos T. diversifolia terhadap pH tanah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap pH tanah setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif

kompos Tithonia (g/5 kg BTKO)

pH

(2 minggu inkubasi)

pH

(akhir masa vegetatif)

T0 (0) 5.15 b 5.66 b

T1 (25) 5.18 ab 5.88 ab

T2 (50) 5.25 a 5.94 ab

T3 (75) 5.27 a 6.07 a

T4 (100) 5.41 a 6.02 ab

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 1 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi pada taraf T4, T3, dan T2 berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos T. diversifolia pada taraf T1 memiliki nilai pH tanah yang tidak berbeda nyata dengan dengan taraf T0.


(37)

Dari Tabel 1 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T.diversifolia setelah akhir masa vegetatif pada taraf T3 berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos pada taraf T1, T2, dan T4 memiliki nilai pH tanah yang tidak berbeda nyata dengan dengan taraf T0. Untuk melihat hubungan pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap pH tanah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap pH tanah setelah (i). 2 minggu inkubasi dan (ii). akhir masa vegetatif

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif meningkatkan

pH tanah sejalan dengan meningkatnya dosis kompos T. diversifolia. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 5,136 + 0,002x (R2 = 0,90) dan y = 5,735 + 0,003x (R2 = 0,81).

2. C-Organik Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 2.1 dan 6.1 memperlihatkan bahwa aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif berpengaruh sangat nyata terhadap C-Organik tanah namun aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36


(38)

berpengaruh tidak nyata. Pengaruh tunggal aplikasi kompos T. diversifolia terhadap C-Organik tanah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap C-Organik Tanah setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif

kompos Tithonia (g/5 kg BTKO)

C – Organik (%) (2 minggu inkubasi)

C – Organik (%) (akhir masa vegetatif)

T0 (0) 0.55 b 0.23 b

T1 (25) 0.61 ab 0.61 a

T2 (50) 0.70 ab 0.60 a

T3 (75) 0.78 a 0.70 a

T4 (100) 0.79 a 0.82 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi pada taraf T4 dan T3 berpengaruh nyata meningkatkan C-Organik tanah dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos T. diversifolia pada taraf T1 dan T2 memiliki nilai C-Organik tanah yang tidak berbeda nyata dengan taraf T0.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah akhir masa vegetatif pada taraf T4, T3, T2 dan T1 berpengaruh nyata

meningkatkan C-Organik tanah dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos pada taraf T4 memiliki nilai C-Organik tanah yang tidak berbeda nyata dengan taraf T3, T2, T1. Untuk melihat hubungan pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap C-Organik tanah dapat dilihat pada Gambar 4.


(39)

Gambar 4. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap C-Organik tanah setelah (i). 2 minggu inkubasi dan (ii). akhir masa vegetatif

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif meningkatkan C-Organik tanah sejalan dengan meningkatnya dosis kompos T. diversifolia.

Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 0,563 + 0,002x (R2 = 0,94) dan y = 0,339 + 0,005x (R2 = 0,82).

3. Al-dd Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 3.1 dan 7.1 memperlihatkan bahwa aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif berpengaruh sangat nyata terhadap Al-dd tanah namun aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi kompos dengan pupuk SP-36 berpengaruh tidak nyata. Pengaruh tunggal aplikasi kompos T. diversifolia terhadap Al-dd tanah disajikan pada Tabel 3.


(40)

Tabel 3. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap Al-dd Tanah setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif

kompos Tithonia (g/5 kg BTKO)

Al-dd (me/100g) (2 minggu inkubasi)

Al-dd (me/100g) (akhir masa vegetatif)

T0 (0) 1.35 b 1.03 b

T1 (25) 1.15 ab 0.87 ab

T2 (50) 1.10 ab 0.64 ab

T3 (75) 1.13 ab 0.66 ab

T4 (100) 0.83 a 0.52 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 3 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi pada taraf T4 berpengaruh nyata menurunkan Al-dd tanah dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos pada taraf T1, T2, T3 memiliki nilai Al-dd yang tidak berbeda nyata dengan dengan taraf T0.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah akhir masa vegetatif pada taraf T4 berpengaruh nyata menurunkan Al-dd tanah dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos \ pada taraf T1, T2, T3 memiliki nilai Al-dd yang tidak berbeda nyata dengan dengan taraf T0. Untuk melihat hubungan pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap Al-dd tanah dapat dilihat pada Gambar 5.


(41)

Gambar 5. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap Al-dd tanah setelah (i) 2 minggu inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif menurunkan

Al-dd tanah sejalan dengan meningkatnya dosis kompos T. diversifolia.

Penurunanan ini mengikuti persamaan y = 1,329 - 0,004x (R2 = 0,79) dan y = 0,995 - 0,004x (R2 = 0,90).

4. P-Tersedia Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 4.1 dan 8.1 memperlihatkan bahwa setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata, kompos T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah. Interaksi Kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah. Pengaruh tunggal dan interaksi aplikasi Pupuk SP-36 dan Kompos T. diversifolia terhadap P-tersedia tanah disajikan pada Tabel 4 dan 5.

.


(42)

Tabel 4. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia, pupuk SP-36 dan interaksi kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap P-tersedia tanah setelah 2 minggu inkubasi

pupuk SP-36

kompos Tithonia

Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

---ppm---

P0 1.51 h 4.97 defgh 1.96 gh 5.51 defgh 4.47 efgh 3.69 c P1 2.69 fgh 4.51 efgh 2.97 fgh 6.95 def 4.49 efgh 4.32 bc P2 4.74 defgh 4.95 defgh 4.97 defgh 7.46 cde 5.97 defg 5.62 bc P3 6.55 def 5.96 defg 7.79 cde 9.17 bcd 8.45 bcde 7.59 ab P4 8.64 bcde 18.32 a 12.96 b 8.54 bcde 11.51 bc 11.99 a

Rataan 4.83 b 7.74 a 6.13 a 7.53 a 6.98 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi pada taraf T4, T3, T2 dan T1 berpengaruh nyata

meningkatkan P-tersedia tanah dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos T. diversifolia pada taraf T3, T2,

dan T1 memiliki nilai P-tersedia yang berbeda tidak nyata dengan taraf T4. Pengaruh pupuk SP-36 setelah 2 minggu inkubasi pada taraf P4 dan P3 berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah dibandingkan tanpa aplikasi pupuk SP-36 (P0) sedangkan pemberian pupuk SP-36 pada taraf P1 dan P2 memiliki nilai P-tersedia yang tidak berbeda nyata dengan dengan taraf P0. Kombinasi aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia (T1P4) setelah 2 minggu inkubasi memiliki nilai P-tersedia tanah yang berbeda nyata dengan

kombinasi perlakuan lainnya termasuk aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia (T0P0).


(43)

Tabel 5. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia, pupuk SP-36 dan interaksi kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap P-tersedia tanah akhir masa vegetatif

pupuk SP-36

kompos Tithonia

Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

---ppm---

P0 1.51 f 3.01 f 3.52 ef 8.01 cde 8.01 cde 4.81 c

P1 2.00 f 2.50 f 5.96 cdef 3.97 def 9.46 cd 4.78 c

P2 3.96 def 7.96 cde 7.97 cde 4.50 def 8.47 cd 6.57 bc

P3 5.47 cdef 9.49 c 8.47 cd 8.46 cd 8.46 cd 8.07 b

P4 7.96 cde 16.62 ab 20.83 a 14.95 b 15.95 ab 15.26 a

Rataan 4.18 b 7.92 a 9.35 a 7.98 a 10.07 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 5 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia akhir masa vegetatif pada taraf T4, T3, T2 dan T1 berpengaruh nyata

meningkatkan P-tersedia tanah dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos T. diversifolia pada taraf T3, T2,

dan T1 memiliki nilai P-tersedia yang berbeda tidak nyata dengan taraf T4. Pengaruh pupuk SP-36 akhir masa vegetatif pada taraf P4 berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah dibandingkan tanpa aplikasi pupuk SP-36 (P0) sedangkan pemberian pupuk SP-36 pada taraf P1 dan P2 memiliki nilai P-tersedia yang berbeda tidak nyata dengan taraf P0. Kombinasi aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia (T1P4, T2P4,T4P4) pada akhir masa vegetatif memiliki nilai P-tersedia tanah yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya termasuk tanpa aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia (T0P0).


(44)

Gambar 6. Pengaruh interaksi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36 terhadap P-Tersedia tanah setelah 2 minggu inkubasi

Dari Gambar 6 diketahui bahwa aplikasi pupuk SP-36 pada dosis tertinggi

(200 ppm P2O5/pot) dapat meningkatkan P-tersedia jika diberikan kompos T. diversifolia sebanyak 25 g/pot. Namun ketersediaan P menjadi terhambat jika

dosis kompos T. diversifolia ditingkatkan. Pola ketersediaan P pada perlakuan aplikasi pupuk SP-36 dengan dosis 50, 100, 150 (ppm P2O5/pot) sama untuk setiap aplikasi kompos T. diversifolia 25, 50, 75 (g/pot), kecuali P-tersedia pada perlakuan 150 ppm P2O5/pot untuk aplikasi kompos T. diversifolia.


(45)

Gambar 7. Pengaruh interaksi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36 terhadap P-Tersedia tanah setelah akhir masa vegetatif

Dari Gambar 7 diketahui bahwa P-tersedia pada perlakuan SP-36 200 ppm P2O5/pot memiliki nilai tertinggi pada perlakuan kompos T. diversifolia 50 g/pot. P-tersedia pada perlakuan SP-36 50 dan 100 ppm P2O5/pot menurun dengan ditambahkan kompos T. diversifolia sebesar 75 g/pot. Bahkan nilai P-tersedia pada perlakuan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan aplikasi

kompos T. diversifolia sebesar 75 g/pot tanpa aplikasi pupuk SP-36. Tetapi P-tersedia pada perlakuan SP-36 50 dan 100 ppm P2O5/pot akan meningkat jika

jumlah kompos T. diversifolia ditambahkan menjadi sebesar 100 g/pot. Nilai P-tersedia tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi kompos T. diversifolia 100 g/pot tanpa pupuk SP-36.


(46)

Gambar 8. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia terhadap P-Tersedia tanah setelah (i) 2 minggu inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif meningkatkan

P-Tersedia tanah sejalan dengan meningkatnya dosis kompos T. diversifolia.

Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 5,827 + 0,016x (R2 = 0,29) dan y = 5,533 + 0,047x (R2 = 0,67).

Gambar 9. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36 terhadap P-Tersedia tanah setelah (i) 2 minggu inkubasi dan (ii) akhir masa vegetatif

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi pupuk SP-36 setelah 2 minggu inkubasi dan akhir masa vegetatif meningkatkan P-Tersedia

(i). 2 minggu inkubasi (ii). Akhir masa vegetatif


(47)

tanah sejalan dengan meningkatnya dosis SP-36. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 2,669 + 0,035x (R2 = 0,88) dan y = 3,062 + 0,018x (R2 = 0,77). Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam pada Lampiran 9.1 memperlihatkan bahwa pada akhir

masa vegetatif aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata, kompos T. diversifolia berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi

kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman. Pengaruh tunggal dan interaksi aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia, pupuk SP-36 dan interaksi kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman akhir masa vegetatif

pupuk SP-36

kompos Tithonia diversifolia

Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

---cm---

P0 87 f 168.5 bcde 187.5 abcde 216.5 a 207.5 abcd 173.4 b

P1 165.25 e 180 abcde 212 ab 210 abc 217 a 196.85 a

P2 167 de 216 a 218 a 199 abcde 212.5 ab 202.5 a

P3 167.5 cde 222.5 a 212 ab 213 ab 222 a 207.4 a

P4 190.5 abcde 214 a 219.25 a 193 abcde 205 abcd 204.35 a Rataan 155.45 b 200.2 a 209.75 a 206.3 a 212.8 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 6 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia akhir masa vegetatif pada taraf T4, T3, T2 dan T1 berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan aplikasi kompos T. diversifolia pada taraf T3, T2, dan T1 memiliki nilai tinggi tanaman yang berbeda tidak nyata dengan taraf T4. Pada Taraf T2 tidak berbeda nyata dengan T4 tetapi berbeda nyata dengan T0 secara ekonomis dosis T2 lebih disarankan untuk diaplikasikan. Aplikasi pupuk SP-36


(48)

pada taraf P4, P3, P2, dan P1 berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan tanpa aplikasi pupuk SP-36 (P0) sedangkan aplikasi pupuk SP-36 pada taraf P3, P2, dan P1 memiliki nilai tinggi tanaman yang berbeda tidak nyata dengan taraf P4. Kombinasi aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia (T0P0) pada akhir masa vegetatif memiliki nilai tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan.

Gambar 10. Pengaruh aplikasi (i) kompos T. diversifolia, (ii) pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman akhir masa vegetatif

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia pada akhir masa vegetatif meningkatkan tinggi tanaman sejalan

dengan meningkatnya dosis kompos. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 172,7 + 0,483x (R2 = 0,64) dan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 pada akhir

masa vegetatif meningkatkan tinggi tanaman sejalan dengan meningkatnya dosis

pupuk SP-36. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 182,4 + 0,144x (R2 = 0,68).


(49)

Gambar 11. Pengaruh interaksi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman akhir masa vegetatif

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan 150 ppm P2O5/pot sangat tinggi jika diberikan kompos T. diversifolia sebesar 25 g/pot. Namun penambahan dosis kompos T. diversifolia tidak mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. Pertumbumbuhan tinggi tanaman jagung meningkat dengan pemberian kompos T. diversifolia. Pada perlakuan tanpa pupuk SP-36 pertumbuhan tanaman jagung terhambat jika tidak diberikan kompos T. diversifolia. Pertumbuhan jagung pada perlakuan tanpa SP-36 akan semakin meningkat dengan pemberian kompos T. diversifolia. Pertumbuhan jagung pada perlakuan pupuk SP-36 dengan dosis tertinggi (200 ppm P2O5/pot) jika diberikan kompos T. diversifolia sebesar 75 g/pot

Berat kering tajuk tanaman

Hasil sidik ragam pada Lampiran 10.1 memperlihatkan bahwa pada akhir

masa vegetatif aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata, kompos T. diversifolia berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tajuk tanaman.


(50)

kering tajuk tanaman. Pengaruh tunggal aplikasi pupuk SP-36, kompos T. diversifolia terhadap berat kering tajuk tanaman disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36, kompos T. diversifolia terhadap berat kering tajuk tanaman (BKT) akhir masa vegetatif

kompos Tithonia (g/5 kg BTKO)

BKT tanaman (g) (akhir masa vegetatif)

pupuk SP-36 (ppm/5 kg BTKO)

BKT tanaman (g) (akhir masa vegetatif)

T0 (0) 10.37 b P0 (0) 17.24 b

T1 (25) 19.8 a P1 (50) 18.99 a

T2 (50) 23.55 a P2 (100) 20.68 a

T3 (75) 23.95 a P3 (150) 22.85 a

T4 (100) 24.52 a P4 (200) 22.43 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 7 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia akhir masa vegetatif pada taraf T4, T3, T2, T1 berpengaruh nyata meningkatkan berat kering tajuk tanaman dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) sedangkan sedangkan aplikasi kompos T. diversifolia pada taraf T3, T2, dan T1 memiliki nilai tinggi tanaman yang berbeda tidak nyata dengan taraf T4. Aplikasi pupuk SP-36 akhir masa vegetatif pada taraf P4, P3, P2, P1 berpengaruh nyata meningkatkan berat kering tajuk tanaman dibandingkan tanpa aplikasi pupuk SP-36 taraf P0 sedangkan aplikasi pupuk SP-36 pada taraf P3, P2, dan P1 memiliki nilai berat kering tajuk tanaman yang berbeda tidak nyata dengan taraf P4.


(51)

Gambar 12. Pengaruh aplikasi (i) kompos T. diversifolia, (ii) pupuk SP-36 terhadap berat kering tajuk tanaman akhir masa vegetatif

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia pada akhir masa vegetatif meningkatkan berat kering tajuk tanaman

sejalan dengan meningkatnya dosis kompos. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 13,94 + 0,129x (R2 = 0,73) dan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 pada akhir masa vegetatif meningkatkan berat kering tajuk tanaman sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk SP-36. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 17,54 + 0,028x (R2 = 0,90).

5. Berat kering akar tanaman

Hasil sidik ragam pada Lampiran 11.1 memperlihatkan bahwa pada akhir

masa vegetatif aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata, kompos T. diversifolia berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar tanaman.

Interaksi Kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36 berpengaruh tidak nyata terhadap Berat kering akar tanaman. Pengaruh tunggal aplikasi pupuk SP-36, kompos T. diversifolia terhadap berat kering akar tanaman tanah disajikan pada Tabel 8.


(52)

Tabel 8. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36, kompos T. diversifolia terhadap berat kering akar (BKA) tanaman akhir masa vegetatif

kompos Tithonia (g/5 kg BTKO)

BKA tanaman (g) (akhir masa vegetatif)

pupuk SP-36 (ppm/5 kg BTKO)

BKA tanaman (g) (akhir masa vegetatif)

T0 (0) 0.72 c P0 (0) 1.57 b

T1 (25) 1.79 bc P1 (50) 1.83 ab

T2 (50) 2.45 ab P2 (100) 2.08 a

T3 (75) 2.88 a P3 (150) 2.58 a

T4 (100) 2.56 ab P4 (200) 2.34 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 8 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia akhir masa vegetatif pada taraf T4, T3, T2 berpengaruh nyata meningkatkan berat kering akar tanaman dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0) tetapi aplikasi kompos T. diversifolia pada taraf T1 memiliki nilai berat kering akar tanaman yang tidak berbeda nyata dengan taraf T0. Aplikasi pupuk SP-36 akhir masa vegetatif pada taraf P4, P3, P2 berpengaruh nyata meningkatkan berat kering akar tanaman dibandingkan tanpa aplikasi pupuk SP-36 taraf P0, tetapi aplikasi pupuk SP-36 pada taraf P1 memiliki nilai berat kering akar tanaman yang tidak berbeda nyata dengan dengan taraf P0.

Gambar 13. Pengaruh aplikasi (i) kompos T. diversifolia, (ii) pupuk SP-36 terhadap berat kering akar tanaman akhir masa vegetatif.


(53)

Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia pada akhir masa vegetatif meningkatkan berat kering akar tanaman

sejalan dengan meningkatnya dosis kompos T. diversifolia. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 1,126 + 0,019x (R2 = 0,75) dan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 pada akhir masa vegetatif meningkatkan berat kering akar tanaman sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk SP-36. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 1,622 0,004x (R2 = 0,81).

6. Serapan P-Tanaman

Hasil sidik ragam pada Lampiran 12.1 memperlihatkan bahwa pada akhir

masa vegetatif aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata, kompos T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap serapan P-Tanaman tanah. Interaksi

kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap serapan P-Tanaman tanah. Pengaruh tunggal dan interaksi aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia terhadap serapan P-Tanaman tanah disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia, pupuk SP-36 dan interaksi

kompos T. diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap serapan P-Tanaman akhir masa vegetatif

pupuk SP-36

kompos Tithonia

Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

---mg/tanaman---

P0 28,03 g 108,39 fg 163,37 def 132,25 ef 138,88 ef 114.28 c P1 130,30 ef 125,25 ef 139,68 ef 175,80 bcdef 203,62 bcdef 154.93 c P2 108,18 fg 131,12 ef 193,43 bcdef 274,42 abc 188,60 bcdef 179.25 bc P3 278,61 ab 292,95 bcde 183,40bcdef 163,98 cdef 182,17 bcdef 220.22 ab P4 132,28 ef 160,55 def 259,08 bcd 184,53 bcdef 313,51 a 210 a Rataan 135.58 b 163.65 ab 187.79 a 186.20 a 205.40 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT


(54)

Dari Tabel 9 diketahui bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia akhir masa vegetatif pada taraf T4, T3, T2 berpengaruh nyata meningkatkan serapan P-Tanaman dibandingkan tanpa aplikasi kompos T. diversifolia (T0)

tetapi aplikasi kompos T. diversifolia pada taraf T1 memiliki nilai serapan P-Tanaman yang tidak berbeda nyata dengan taraf T0. Pada Taraf T2 tidak

berbeda nyata dengan T4 tetapi berbeda nyata dengan T0 secara ekonomis dosis T2 lebih disarankan untuk diaplikasikan. Aplikasi pupuk SP-36 akhir masa

vegetatif pada taraf P4, T3, T2 berpengaruh nyata meningkatkan serapan P-Tanaman dibandingkan tanpa aplikasi pupuk SP-36 taraf P0 tetapi tetapi

aplikasi pupuk SP-36 pada taraf T1 memiliki nilai serapan P-Tanaman yang tidak berbeda nyata dengan dengan taraf P0. Kombinasi aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia (T4P4) memiliki nilai serapan P-Tanaman yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan T4P2 dan T1P1, tetapi memiliki nilai yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya termasuk tanpa aplikasi pupuk SP-36 dan kompos T. diversifolia (T0P0).

Gambar 14. Pengaruh interaksi kompos T. diversifolia dengan pupuk SP-36 terhadap serapan P-Tanaman akhir masa vegetatif


(55)

Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa serapan P pada perlakuan tanpa pupuk SP-36 meningkat sampai penambahan dosis kompos T. diversifolia 50 g/pot. Penambahan kompos T. diversifolia selanjutnya akan menurunkan serapan P jika tanaman tidak diberi pupuk SP-36. Aplikasi kompos T. diversifolia akan menurunkan serapan hara p pada tanaman yang diberi pupuk SP-36 sebanyak 150 ppm P2O5/pot. Serapan hara P pada tanaman yang diberi pupuk SP-36 sebanyak 200 ppm P2O5/pot bervariasi tergantung jumlah kompos T. diversifolia yang diaplikasikan.Serapan hara P pada tanaman yang diberi SP-36 sebanyak 100 ppm P2O5/pot akan meningkat jika diberi kompos T. diversifolia sampai ke taraf 75 g/pot. Penambahan kompos T. diversifolia pada tanaman dengan pemupukan SP-36 150 ppm P2O5/pot akan menurunkan serapan hara P.

Gambar 15. Pengaruh aplikasi (i) kompos Tithonia diversifolia, (ii) pupuk SP-36 terhadap serapan P-Tanaman akhir masa vegetatif.

Dari Gambar 15 dapat dilihat bahwa pengaruh aplikasi kompos T. diversifolia pada akhir masa vegetatif meningkatkan serapan P-Tanaman

sejalan dengan meningkatnya dosis kompos T. diversifolia. Peningkatan ini mengikuti persamaan y = 1381 + 7,001x (R2 = 0,90) dan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 pada akhir masa vegetatif meningkatkan berat kering akar tanaman sejalan


(1)

Lampiran 10. Rataan Al-dd (me/100 g ) Tanah Akhir masa vegetatif

Tithonia SP-36 BLOK Total Rataan

I II

T0

P0 2.36 2.52 4.88 2.44

P1 0.48 0.68 1.16 0.58

P2 0.98 0.92 1.90 0.95

P3 0.48 0.48 0.96 0.48

P4 0.56 0.90 1.46 0.73

T1

P0 0.72 0.64 1.36 0.68

P1 0.80 0.90 1.70 0.85

P2 0.90 0.80 1.70 0.85

P3 0.56 1.88 2.44 1.22

P4 0.56 0.98 1.54 0.77

T2

P0 0.44 0.40 0.84 0.42

P1 0.48 0.56 1.04 0.52

P2 0.82 0.74 1.56 0.78

P3 0.56 0.80 1.36 0.68

P4 0.72 0.96 1.68 0.84

T3

P0 0.60 0.52 1.12 0.56

P1 0.72 0.60 1.32 0.66

P2 0.56 0.90 1.46 0.73

P3 0.64 0.98 1.62 0.81

P4 0.54 0.56 1.10 0.55

T4

P0 0.22 0.42 0.64 0.32

P1 0.60 0.40 1.00 0.50

P2 0.72 0.60 1.32 0.66

P3 0.60 0.98 1.58 0.79

P4 0.44 0.28 0.72 0.36

Total 17.06 20.40 37.46 0.75

Lampiran 10.1 Daftar Sidik Ragam Al-dd Tanah Akhir masa vegetatif

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 1 0.223 0.223 4.596* 4.26 7.82

Perlakuan 24 7.835 0.326 6.725** 1.96 2.76

T 4 1.655 0.414 8.523** 2.62 4.22

P 4 0.484 0.121 2.492tn 2.62 4.22

T x P 16 5.696 0.356 7.334** 2.09 2.85

Galat 24 1.165 0.049

Total 49 9.223

Keterangan : ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK = 29,41 %


(2)

Lampiran 11. Rataan P-Tersedia (ppm) Tanah Akhir masa vegetatif (Bray II)

Tithonia SP-36 BLOK Total Rataan

I II

T0

P0 1.999 1.023 3.021 1.511 P1 2.979 1.023 4.002 2.001 P2 4.956 2.979 7.935 3.968 P3 7.960 2.979 10.939 5.470 P4 6.953 8.971 15.925 7.962

T1

P0 2.023 3.999 6.021 3.011 P1 2.979 2.023 5.002 2.501 P2 7.956 7.979 15.935 7.968 P3 9.988 8.999 18.987 9.493 P4 17.332 15.925 33.258 16.629

T2

P0 3.023 4.023 7.045 3.523 P1 5.979 5.952 11.931 5.966 P2 8.999 6.953 15.952 7.976 P3 7.971 8.971 16.943 8.471 P4 24.723 16.953 41.676 20.838

T3

P0 7.023 8.999 16.021 8.011 P1 2.979 4.979 7.959 3.979 P2 3.023 5.979 9.002 4.501 P3 7.960 8.971 16.931 8.465 P4 18.953 10.952 29.905 14.953

T4

P0 7.023 8.999 16.021 8.011 P1 8.979 9.952 18.931 9.466 P2 9.988 6.953 16.942 8.471 P3 7.960 8.971 16.931 8.465 P4 16.953 14.956 31.909 15.955 Total 206.662 188.465 395.126 7.903

Lampiran 11.1 Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Tanah Akhir masa vegetatif

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 1 6.623 6.623 1.594tn 4.26 7.82

Perlakuan 24 1128.781 47.033 11.321** 1.96 2.76

T 4 206.689 51.672 12.438** 2.62 4.22

P 4 753.050 188.262 45.317** 2.62 4.22

T x P 16 169.042 10.565 2.543* 2.09 2.85

Galat 24 99.703 4.154

Total 49 1235.107

Keterangan : ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK = 25,79 %


(3)

Lampiran 12. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Akhir masa vegetatif

Tithonia SP-36 BLOK Total Rataan

I II

T0

P0 95 79 174 87

P1 163 167.5 330.5 165.25

P2 155 179 334 167

P3 134 201 335 167.5

P4 157 224 381 190.5

T1

P0 154 183 337 168.5

P1 200 160 360 180

P2 222 210 432 216

P3 216 229 445 222.5

P4 209 219 428 214

T2

P0 149 226 375 187.5

P1 202 222 424 212

P2 211 225 436 218

P3 208 216 424 212

P4 204 234.5 438.5 219.25

T3

P0 211 222 433 216.5

P1 223 197 420 210

P2 191 207 398 199

P3 201 225 426 213

P4 189 197 386 193

T4

P0 211 204 415 207.5

P1 210 224 434 217

P2 210 215 425 212.5

P3 217 227 444 222

P4 209 201 410 205

Total 4751 5094 9845 196.9

Lampiran 12.1 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Akhir masa vegetatif

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 1 2352.980 2352.980 6.41* 4.26 7.82

Perlakuan 24 42125.750 1755.240 4.78** 1.96 2.76

T 4 22352.850 5588.213 15.22** 2.62 4.22

P 4 7493.650 1873.412 5.10** 2.62 4.22

T x P 16 12279.250 767.453 2.09* 2.09 2.85

Galat 24 8812.270 367.178

Total 49 53291.000

Keterangan : ** = sangat nyata, * = nyata KK = 9,73 %


(4)

Lampiran 13. Rataan Berat Kering Tajuk Tanaman (g) Akhir masa vegetatif

Tithonia SP-36 BLOK Total Rataan

I II

T0

P0 5.50 2.90 8.40 4.20

P1 12.90 9.10 22.00 11.00

P2 7.30 12.20 19.50 9.75

P3 7.10 19.00 26.10 13.05

P4 7.80 19.90 27.70 13.85

T1

P0 16.60 14.70 31.30 15.65

P1 16.80 8.40 25.20 12.60

P2 22.30 21.50 43.80 21.90 P3 24.70 27.60 52.30 26.15 P4 21.10 24.30 45.40 22.70

T2

P0 20.00 22.80 42.80 21.40 P1 21.00 24.00 45.00 22.50 P2 25.50 17.90 43.40 21.70 P3 24.50 28.80 53.30 26.65 P4 23.70 27.30 51.00 25.50

T3

P0 19.60 22.40 42.00 21.00 P1 26.40 28.00 54.40 27.20 P2 24.40 24.10 48.50 24.25 P3 21.10 24.90 46.00 23.00 P4 25.50 23.10 48.60 24.30

T4

P0 26.20 21.70 47.90 23.95 P1 17.50 25.80 43.30 21.65 P2 27.20 24.40 51.60 25.80 P3 25.40 25.40 50.80 25.40 P4 25.70 25.90 51.60 25.80 Total 495.80 526.10 1021.90 20.44 Lampiran 13.1 Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Tanaman

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 1 18.362 18.362 1.41tn 4.26 7.82

Perlakuan 24 1876.333 78.181 6.02** 1.96 2.76

T 4 1404.531 351.133 27.02** 2.62 4.22

P 4 221.683 55.421 4.27** 2.62 4.22

T x P 16 250.119 15.632 1.20tn 2.09 2.85

Galat 24 311.863 12.994

Total 49 2206.558

Keterangan : ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK = 17,64 %


(5)

Lampiran 14. Rataan Berat Kering Akar Tanaman (g) Akhir masa vegetatif

Tithonia SP-36 BLOK Total Rataan

I II

T0

P0 0.2 0.1 0.3 0.2

P1 0.8 0.7 1.5 0.8

P2 0.5 1.0 1.5 0.8

P3 0.6 1.2 1.8 0.9

P4 0.5 1.6 2.1 1.1

T1

P0 1.3 2.0 3.3 1.7

P1 1.6 0.6 2.2 1.1

P2 2.2 1.7 3.9 2.0

P3 2.8 2.1 4.9 2.5

P4 1.5 2.1 3.6 1.8

T2

P0 1.5 2.4 3.9 2.0

P1 1.6 2.0 3.6 1.8

P2 3.9 1.8 5.7 2.9

P3 2.5 3.9 6.4 3.2

P4 2.5 2.4 4.9 2.5

T3

P0 1.8 2.4 4.2 2.1

P1 2.7 4.3 7.0 3.5

P2 2.3 2.2 4.5 2.3

P3 2.9 3.5 6.4 3.2

P4 3.9 2.8 6.7 3.4

T4

P0 1.8 2.2 4.0 2.0

P1 1.5 2.5 4.0 2.0

P2 2.4 2.8 5.2 2.6

P3 3.2 3.1 6.3 3.2

P4 3.1 3.0 6.1 3.1

Total 49.6 54.4 104.0 2.1

Lampiran 14.1. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar Tanaman

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 1 0.461 0.461 1.32tn 4.26 7.82

Perlakuan 24 40.910 1.705 4.90** 1.96 2.76

T 4 29.410 7.352 21.13** 2.62 4.22

P 4 6.402 1.600 4.60** 2.62 4.22

T x P 16 5.098 0.319 0.92tn 2.09 2.85

Galat 24 8.349 0.348

Total 49 49.720

Keterangan : ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK = 28,36 %


(6)

Lampiran 15. Rataan Serapan P Tanaman (mg/tanaman) (Pengabuan Kering)

Tithonia SP-36 BLOK Total Rataan

I II

T0

P0 25.66 30.41 56.07 28.03

P1 102.20 158.40 260.60 130.30 P2 132.34 84.02 216.37 108.18 P3 267.67 289.56 557.23 278.61 P4 135.77 128.79 264.57 132.28

T1

P0 116.26 100.52 216.78 108.39 P1 117.02 133.49 250.51 125.25 P2 137.91 124.33 262.25 131.12 P3 147.03 311.55 458.59 229.29 P4 175.59 145.51 321.11 160.55

T2

P0 130.29 196.45 326.74 163.37 P1 112.25 167.12 279.36 139.68 P2 221.76 165.10 386.86 193.43 P3 178.57 188.23 366.80 183.40 P4 234.96 283.20 518.16 259.08

T3

P0 147.76 116.74 264.50 132.22 P1 141.50 210.11 351.61 175.80 P2 287.58 261.26 548.85 274.42 P3 133.35 194.60 327.96 163.98 P4 150.07 218.98 369.06 184.53

T4

P0 152.73 125.03 277.77 138.88 P1 256.04 151.21 407.25 203.63 P2 231.30 145.89 377.20 188.60 P3 137.99 226.36 364.35 182.17 P4 250.83 376.20 627.03 313.51 Total 4124.54 4533.18 8657.72 173.15 Lampiran 15.1. Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman (mg/tanaman)

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 1 33396.59 33396.59 1.63tn 4.26 7.82

Perlakuan 24 1897286.63 79053.60 3.85** 1.96 2.76

T 4 333489.99 83372.49 4.06* 2.62 4.22

P 4 638146.55 159536.63 7.77** 2.62 4.22

T x P 16 925650.07 57853.12 2.82* 2.09 2.85

Galat 24 492498.31 20520.76

Total 49 2423181.54

Keterangan : ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK = 26,16 %


Dokumen yang terkait

Aplikasi Pupuk SP-36 Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Fosfor Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L)Pada Ultisol Kwala Bekala

2 68 46

Pengaruh Pupuk SP-36 Kompos Tithonia diversifolia Dan Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays L.) serta P-tersedia Pada Ultisol Simalingkar

4 44 65

Tanggap Tanaman Jagung ( Zea mays L ) Terhadap Pemupukan P dan Kotoran Ayam Pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten Langkat

7 53 66

Ketersediaan Hara-P Dan Respon Tanaman Jagung (Zea Mays L) Pada Tanah Ultisol Tambunan-A Akibat Pemberian Guano Dan Mikroorganisme Pelarut Fosfat (MPF)

0 25 49

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

1 1 8

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 0 3

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 0 12

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan Chapter III V

0 0 19

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 1 4

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 0 11