Peran Berbagai Sumber N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill.) di Lahan Kering Chapter III VI

14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Kelurahan Namo Gajah
Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara yang berada pada ketinggian + 25
meter diatas permukaan laut, mulai bulan Agustus 2016 sampai November 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
Cikuray, Grobogan, Dering-1, biochar dari sekam padi , illetrisoy , pupuk N
(Urea), air untuk menyiram tanaman, dan pestisida organik untuk mengendalikan
hama dan penyakit kedelai, dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul dan garu untuk
membuka lahan dan membersihkan lahan dari gulma dan sampah, pacak sampel
untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, gembor untuk menyiram
tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan
untuk menimbang produksi tanaman, kalkulator untuk menghitung data, jangka
sorong digital untuk mengukur diameter batang, alat tulis dan alat-alat lain yang
mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Pemberian berbagai sumber N dengan 4 taraf , yaitu :
N0

: tanpa pemberian N

N1

: Illetrisoy 40 g/8kg benih ( pupuk N hayati )

N2

: Urea

50kg Urea/ha ( pupuk N anorganik )

Universitas Sumatera Utara

15


N3

: Biochar sekam padi12 ton/ha ( pupuk N organik )

Faktor II : 3 (tiga) varietas kedelai dengan 3 taraf, yaitu :
V1

: Cikuray

V2

: Grobogan

V3

: Dering - 1

Maka Diperoleh 12 Kombinasi, yaitu :
N0V1


N1V1

N2V1

N3V1

N0V2

N1V2

N2V2

N3V2

N0V4

N1V3

N2V3


N3V3

Jumlah ulangan (Blok)

: 3 ulangan

Jumlahplot

: 36 plot

Ukuran plot

: 200 cm x 200 cm

Jumlah tanaman per plot

: 50 tanaman

Jarak tanam


: 40cm x 20cm

Jumlah tanaman seluruhnya

: 1800 tanaman

Jumlah sampel per plot

: 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 180 tanaman

Jarak antar plot

: 50 cm

Jarak antar blok


: 100 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model
linear aditif sebagai berikut :
Yijk= µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk
i = 1,2,3

j = 1,2,3,4

k = 1,2,3

Universitas Sumatera Utara

16

Dimana:
Yijk

: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan Pemberian Sumber N
(N) jenis ke-j dan Varietas (V) pada jenis ke-k


µ

: Nilai tengah

ρi

: Efek dari blok ke-i

αj

: Efek Pemberian Sumber N (N) pada jenis ke-j

βk

: Efek Varietas (V) pada jenis ke-k

(αβ)jk

: Interaksi antara Pemberian Sumber N (N) taraf ke-j dan Varietas (V)

jenis ke-k

εijk

: Galat dari blok ke-i, Pemberian Sumber N (N) ke-j dan Varietas (V)
taraf ke-k

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata dilanjutkan
dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf α = 5 %.

Universitas Sumatera Utara

17

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma
yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran
200 cm x 200 cm, serta jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm dan
parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari genangan air.

Aplikasi Sumber N Hayati
Sumber N hayati yang digunakan adalah illetrisoy. Inokulsi illetrisoy
sebagai sumber Rhizobium sp. diberikan pada saat tanam dengan dosis 40 gr/8kg
benih kedelai dengan cara merendam benih di dalam larutan illetrisoy selama + 15
menit.
Aplikasi Sumber N Anorganik
Sumber N anorganik yang digunakan adalah Urea dan . Urea diberikan
pada saat tanam dan pada 30 HST dengan dosis yaitu 25 kg/ha pada saat tanam
dan 25 kg/ha pada 30 HST. Pengaplikasian dilakukan dengan cara menabur urea
pada larikan, kemudian ditutup dengan tanah
Aplikasi Sumber N Organik
Sumber N organik yang digunakan adalah Biochar sekam padi. Biochar
diberikan pada saat 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 4,8 kg/plot dengan
mencampur dan meratakan biochar pada plot.
Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu
dengan membuat jarak tanam 20 x 40 cm. Lubang tanam memakai tugal dengan

Universitas Sumatera Utara


18

kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 2 biji dan
ditutup dengan tanah topsoil.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menambah kandungan unsur hara didalam
tanah khusus nya unsur hara P dan K. Untuk unsur hara K digunakan pupuk KCl
dengan dosis 75 kg/ha dan untuk unsur hara P digunakan pupuk TSP dengan dosis
100 kg/ha.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka
tanaman tidak perlu disiram.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan
tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 1 minggu setelah tanam (MST).
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari
satu pada setiap lobang tanam dengan memotong pangkal batang pada tanaman

tersebut. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah
tanam (MST).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antara
gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau

Universitas Sumatera Utara

19

menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada di lahan penelitian.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida organik.
Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan fungisida organik. Masingmasing disemprotkan apabila tanaman terkena serangan pada 4 MST.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal batang dengan
menggunakan gunting atau pisau. Adapun kriteria panennya adalah sebagian besar
daun telah menguning dan gugur, polong telah terisi penuh, umur tanaman 82-83
hari.
Peubah Amatan
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh
dengan menggunakan meteran, pengamatan tinggi tanaman kedelai ini di mulai
setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).
Diameter Batang (mm)
Pengamatan diameter batang diukur pada bagian batang bawah pada
ketinggian 1 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong.
Pengukuran dilakukan pada akhir fase vegetatif (6 MST).
Total Luas Daun (cm2)
Pengamatan total luas daun dihitung dengan menggunakan Leaf Area
Meter (LAM) dari seluruh daun tanaman destruktif pada saat fase akhir vegetatif
(6 MST).

Universitas Sumatera Utara

20

Klorofil a, b dan Total Klorofil
Pengukuran kehijauan daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu 6 MST,
Klorofil diekstraksi dengan cara menggerus 1 gram daun lalu hasil gerusan di
masukkan kedalam botol cuvet dan di tambahkan menggunakan ethanol 96%.
Dibiarkan selama 2 hari

lalu di saring dan di ambil hasil saringannya di

masukkan ke cuvet lain. Lalu di ukur nilai klorofilnya menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 649 nm untuk klorofil a dan 665 untuk
klorofil b. Lalu hasilnya di masukkan ke rumus perhitungan untuk mendapatkan
nilai klorofil.
Rumus menghitung klorofil : klorofil a = (13,7 D-665) – (5,67 D-649)
(mg/l)

Klorofil

b

=

(25,8

D-649)



7,60

D-665

(mg/l)

(Winstermans & Mots, 1995)
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Jumlah cabang produktif pada batang utama dihitung pada saat
panen.Cabang yang dihitung adalah cabang yang memiliki polong.
Bobot Kering Tajuk
Bobot kering tajuk ditimbang pada akhir masa vegetatif. Tajuk diovenkan
pada suhu 78oC sampai bobotnya konstan kemudian ditimbang.
Bobot Kering Akar
Bobot kering akar ditimbang pada akhir masa vegetatif. Akar diovenkan
pada suhu 78oC sampai bobotnya konstan kemudian ditimbang.

Universitas Sumatera Utara

21

Jumlah Polong Per sampel ( Polong)
Perhitungan jumlah polong dilakukan dengan menghitung semua polong
pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut
dipanen.
Jumlah Polong Berisi ( Polong )
Dihitung jumlah polong yang berisi tiap tanaman, yaitu polong yang berisi
biji. Pada saat tanaman telah matang penuh, dihitung setelah panen.
Produksi per sampel
Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot
buah per tanaman sampel setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan
analitik.
Produksi Per plot
Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot
buah seluruh tanaman dalam satu plot dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot 100 biji (gr)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing masing
perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman 2 - 6 MST dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2, 4, 6 dan 10. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada 2, 3, 5 dan 6 MST. Sedangkan perlakuan berbagai sumber N dan
interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N)
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa tinggi tanaman 6 MST tertinggi
terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) (46,48 cm) tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (41,63 cm) dan berbeda nyata terhadap
V2 (Varietas Grobogan) (39,06 cm). Tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan
berbagai sumber N terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (43,43 cm) dan yang
terendah terdapat pada perlakuan N2 (Urea) (40,76 cm). Interaksi antara kedua
perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) yang cenderung tertinggi terdapat
pada perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan pemberian berbagai sumber hara N1
(Illetrisoy) (52,57 cm) dan terendah terdapat pada V1 (Varietas Cikurai) dengan
pemberian sumber hara N1 (Illetrisoy) (30,40 cm).

Universitas Sumatera Utara

23

Tabel 1. Tinggi Tanaman Pada Perlakuan Varietas dan Sumber N
MST

Sumber N

Cikurai

Varietas
Grobogan

Dering

(V1)

(V2)

(V3)

Rataan

………………..cm………………

2

3

4

5

6

Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)

8.33
8.13
8.97
8.60
8.51a
16.40
14.23
17.50
16.20
16.08a
24.40
20.07
24.40
23.93
23.20
37.47
29.63
35.40
36.80

10.20
12.13
12.20
10.60
11.28b
15.97
14.43
15.60
14.47
15.12ab
20.43
22.13
22.70
20.73
21.50
30.19
29.50
29.63
34.13

8.50
10.93
8.33
8.93
9.18b
16.73
18.33
17.03
15.43
16.88b
24.80
23.77
24.50
22.07
23.78
37.30
37.33
37.18
32.23

Rataan
Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan

34.83a
44.60
34.40
42.53
44.97
41.63ab

30.87ab
38.60
39.84
35.30
42.50
39.06b

36.01b
46.40
52.27
44.43
42.83
46.48a

9.01
10.40
9.83
9.38
16.37
15.67
16.71
15.37
23.21
21.99
23.87
22.24
34.99
32.16
34.07
34.39
43.20
42.17
40.76
43.43

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan waktu
pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 %
menurut Uji Berganda Duncan.
Klorofil Daun
Berdasarkan hasil pengamatan klorofil daun dapat dilihat pada Lampiran
12 dan 14. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, varietas dan perlakuan
berbagai sumber N serta interaksi pada kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata
terhadap klorofil daun.

Universitas Sumatera Utara

24

Tabel 2. Klorofil Daun Pada Perlakuan Varietas dan Sumber Hara N
Klorofil

Sumber N

Cikurai
(V1)

Varietas
Grobogan
(V2)

Dering

Rataan

(V3)

……………….………..mg/l………….………

A

B

Total
Klorofil

Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg
Benih(N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg
Benih(N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg
Benih(N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan

2.08

2.02

2.26

2.12

2.12
1.89
2.27
2.09
2.44

2.08
2.35
1.78
2.06
2.30

2.59
2.61
2.36
2.45
2.57

2.26
2.28
2.14

2.60
2.66
2.72
2.61
4.52

2.61
2.76
2.42
2.52
4.32

2.77
2.77
2.56
2.67
4.83

2.66
2.73
2.57

4.72
4.55
4.99
4.69

4.69
5.11
4.20
4.58

5.36
5.38
4.92
5.12

4.92
4.98
4.70

2.44

4.55

Pada Tabel 2. menunjukkan bahwa rataan klorofil daun terdapat pada
klorofil b yang tertinggi pada perlakuan V3 (Varietas Dering) (2,67) dan terendah
pada klorofil a perlakuan V2 (Varietas Grobogan) (2,52) . Pada klorofil daun
tertinggi pada perlakuan berbagai sumber N terdapat pada klorofil b perlakuan N2
(Urea) (2,73) dan yang terendah terdapat pada klorofil a perlakuan N0 (Tanpa
pemberian hara) (2,12). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai
sumber N) yang cenderung tertinggi terdapat pada klorofil b perlakuan V3
(Varietas Dering) dengan pemberian sumber hara N yaitu N1 (Illetrisoy) dan N2
(Urea) (2,77) dan terendah terdapat pada klorofil a pada perlakuan V2 (Varietas
Grobogan) dengan pemberian hara Biochar (N3) (1,78).

Universitas Sumatera Utara

25

Diameter Batang
Berdasarkan hasil pengamatan diameter batang dan sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 16. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
varietas kedelai, perlakuan dengan berbagai sumber N dan interaksi kedua
perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N)

berpengaruh tidak nyata

terhadap diameter batang.
Tabel 3. Diameter Batang Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber N
Varietas
Sumber N

Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)

Rataan

Cikurai
(V1)

Grobogan
(V2)

Dering
(V3)

Rataan

….……….………..mm………………………
5.08
5.37
5.60
5.35
5.58
5.57
5.52
5.56
5.81
5.28
5.44
5.51
6.03
5.64
5.45
5.71
5.62
5.47
5.50

Pada Tabel 3. menunjukkan bahwa diameter batang tertinggi terdapat pada
perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (5,62 mm) dan terendah terdapat pada perlakuan
V2 (Varietas Grobogan) (5,47 mm). Diameter batang tertinggi pada perlakuan
berbagai sumber N terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (5,71 mm) dan yang
terendah terdapat pada perlakuan N0 (Tanpa sumber N) (5,35 mm). Interaksi
antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) yang cenderung
tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) dengan pemberian
berbagai sumber N pada perlakuan N3 (Biochar) (6,03 mm) dan terendah terdapat
pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) dengan perlakuan N0 (Tanpa pemberian
sumber hara N) (5,08 mm).

Universitas Sumatera Utara

26

Total Luas Daun
Berdasarkan hasil pengamatan total luas daun dan sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 18. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
varietas, berbagai sumber hara N dan Interaksi kedua perlakuan (varietas dan
berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun.
Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa total luas daun pada perlakuan V1
(Varietas Cikurai) memiliki total luas daun tertinggi tinggi (2.315,89 cm2) dan
terendah terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) (1.512,72 cm2). Aplikasi
N2 (Urea) cenderung memiliki total luas tertinggi (2.393,63 cm2) dan terendah
terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (1.694,59). Interaksi antara kedua perlakuan
(varietas dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas
Cikurai) dengan pemberian sumber hara N pada perlakuan N2 (Urea) (3.678,90
cm2) dan terendah terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan
pemberian sumber N pada perlakuan N1 (Illetrisoy) (1.187,98 cm2).
Tabel 4. Total Luas Daun Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber N
Varietas
Sumber N

Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)

Rataan

Cikurai

Grobogan

Dering

(V1)

(V2)

(V3)

Rataan

…………………..cm²……….…………
2038.22
1861.67
1515.02
1804.97
2044.93
2368.68
1187.98
1867.20
3678.90
2197.88
1304.12
2393.63
1501.52
1538.50
2043.77
1694.59
2315.89
1991.68
1512.72

Jumlah Bintil Akar
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah bintil akar aktif dan sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 22. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan varietas, berbagai sumber hara N dan interaksi kedua perlakuan

Universitas Sumatera Utara

27

(varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
bintil akar.
Pada Tabel 5. menunjukkan bahwa rataan jumlah bintil akar aktif tertinggi
terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (10,08 bintil) dan terendah pada
perlakuan V2 (Varietas Grobogan) (8,17 bintil). Jumlah bintil akar aktif tertinggi
pada perlakuan berbagai sumber N terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (9,78
bintil) dan yang terendah terdapat pada perlakuan N0 (Tanpa pemberian sumber
hara N) (8,00 bintil). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai
sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) dengan
pemberian Biochar (15,00 bintil) dan terendah terdapat pada perlakuan V2
(Varietas Grobogan) dengan pemberian Biochar dan tanpa sumber hara N (5,33
bintil).
Tabel 5. Jumlah Bintil Akar Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber N
Bintil
Akar

Aktif

Tidak
Aktif

Sumber N

Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih
(N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih
(N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan

Varietas
Cikurai Grobogan Dering Rataan
(V1)
(V2)
(V3)
.……….…..bintil….…...…
6.33

5.33

12.33

8.00

9.00
10.00
15.00
10.08
3.67

13.00
9.00
5.33
8.17
1.00

6.00
6.33
9.00
8.42
2.33

9.33
8.44
9.78

3.00
3.00
2.67
3.08

1.33
0.67
3.00
1.50

2.33
2.33
3.00
2.50

2.22
2.00
2.89

2.33

Pada Tabel 5. menunjukkan bahwa rataan jumlah bintil akar tidak aktif
tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (3,08 bintil) dan terendah

Universitas Sumatera Utara

28

pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) (1,50 bintil) dan jumlah bintil akar tidak
aktif tertinggi pada perlakuan berbagai sumber N terdapat pada perlakuan N3
(Biochar) (2,89 bintil) dan yang terendah terdapat pada perlakuan N2 (Urea) (2,00
bintil). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N)
tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) tanpa pemberian sumber
hara N (3,67 bintil) dan terendah terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan)
dengan perlakuan N2 (Urea) (0,67 bintil).
Jumlah Cabang Produktif
Berdasarkan data hasil pengamatan jumlah cabang produktif dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 36. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan varietas, berbagai sumber hara N dan interaski kedua perlakuan
(varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
cabang produktif.
Tabel 12. Jumlah Cabang Produktif Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai
Sumber Hara N
Varietas
Sumber N

Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)

Rataan

Cikurai
(V1)

Grobogan
(V2)

Dering
(V3)

Rataan

…………………..cabang……….…………
2.96
3.17
2.48
2.87
3.39
3.71
3.18
3.43
3.53
3.46
2.52
3.49
3.46
2.69
1.66
2.60
3.29
3.26
2.46

Pada Tabel 12. menunjukkan bahwa rataan jumlah cabang produktif
tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (3,29 cabang) dan jumlah
cabang produktif terendah terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) (2,46
cabang). Jumlah cabang produktif tertinggi pada perlakuan berbagai sumber N

Universitas Sumatera Utara

29

terdapat pada perlakuan pemberian Urea (3,49 cabang) dan yang terendah terdapat
pada perlakuan pemberian Biochar (2,60 cabang). Interaksi antara kedua
perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan
Varietas Grobogan dengan pemberian Illetrisoy (3,71 cabang) dan terendah
terdapat pada perlakuan Varietas Dering dengan pemberian sumber hara N dari
Biochar (1,66 cabang).
Bobot Biji per Sampel
Berdasarkan data hasil pengamatan bobot biji per sampel dan analisis sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan varietas, berbagai sumber hara N dan interaksi kedua perlakuan
(varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji
per sampel.
Tabel 6. Bobot Biji per Sampel Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber
Hara N
Varietas
Sumber N

Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)

Rataan

Cikurai
(V1)

Grobogan
(V2)

Dering
(V3)

Rataan

…………………..gr……….…………
14.50
10.27
13.07
12.61
16.62
16.33
13.67
15.54
13.51
14.51
17.19
15.07
17.40
20.73
10.63
16.25
15.51
15.46
13.64

Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa bobot kering biji per sampel tertinggi
terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (15,51 g) dan terendah pada
perlakuan V3 (Varietas Dering) (13,64 g) dan bobot kering biji per sampel pada
perlakuan berbagai sumber N tertinggi terdapat pada perlakuan N3 (Biochar)
(16,52 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian sumber

Universitas Sumatera Utara

30

hara N (12,61 g). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber
N) tertinggi terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) dengan pemberian
Biochar (20,73 g) dan terendah terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan)
tanpa pemberian sumber hara N (10,27 g).
Bobot Kering Tajuk
Data hasil pengamatan rataan bobot kering tajuk pada dan analisis sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa,
pada tanaman kedelai pada perlakuan varietas dan interaksi pada kedua perlakuan
(varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering tajuk, sedangkan perlakuan berbagai sumber N berpengaruh nyata terhadap
bobot kering tajuk.
Tabel 7. Bobot Kering Tajuk Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber Hara
N
Varietas
Sumber N

Cikurai
(V1)

Grobogan
(V2)

Dering
(V3)

Rataan

…………………..gr……….…………
8.01
8.75
13.49
10.08 a
Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
7.54
8.35
8.37
8.09 b
8.91
10.23
12.44
10.53 c
Urea 50 kg/ ha (N2)
6.14
8.52
3.95
6.20 d
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
7.65
8.96
9.56
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan waktu
pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 %
menurut Uji Berganda Duncan.
Pada Tabel 7. menunjukkan bahwa rataan bobot kering tajuk pada
tertinggi terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) (9,56 g) dan terendah pada
perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (7,65). Bobot kering tajuk tertinggi pada
perlakuan berbagai sumber N terdapat pada perlakuan N2 (Urea) (10,53 g)
berbeda nyata terhadap N0 (Tanpa pemberian sumber N) (10,08 g), N1 (Illetrisoy)

Universitas Sumatera Utara

31

(8,09 g) dan N3 (Biochar) (6,20 g). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas
dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan varietas V3 (Varietas
Dering) (13,49 g) tanpa pemberian sumber hara N dan terendah terdapat pada
perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan perlakuan N3 (Biochar) (3,95 g).
Bobot Kering Akar
Data hasil pengamatan bobot kering akar dan sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 28. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas,
berbagai sumber N dan interaksi pada kedua perlakuan (varietas dan berbagai
sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.
Tabel 8. menunjukkan bahwa perlakuan V2 (Varietas Grobogan)
cenderung memberikan jumlah rataan bobot kering akar tertinggi (0,99 g) dan
rataan terendah terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (0,77 g). Pada
Berbagai sumber hara N pemberian Urea memiliki bobot kering akar tertingi (1,05
g) dan terendah terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (0,72 g). Interaksi varietas
grobogan dengan urea memberikan bobot kering akar tertinggi (1,21 g) sedangkan
interaksi varietas dering dengan biochar (0,39 g) memberikan bobot kering akar
terendah.
Tabel 8. Bobot Kering Akar Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber Hara
N
Varietas
Sumber N

Tanpa Pemberian N (N0)
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)

Rataan

Cikurai

Grobogan

Dering

(V1)

(V2)

(V3)

Rataan

…………………..gr……….…………
0.71
0.86
1.17
0.92
0.79
0.76
0.79
0.78
0.94
1.21
1.02
1.05
0.63
1.13
0.39
0.72
0.77
0.99
0.84

Universitas Sumatera Utara

32

Jumlah Polong Berisi
Data hasil pengamatan jumlah polong berisi dan sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 30. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, varietas kedelai
dan interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N)
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong berisi. Sedangkan perlakuan
berbagai sumber N berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi.
Tabel 9. Jumlah Polong Berisi Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber
Hara N
Varietas
Sumber N

Cikurai

Grobogan

Dering

(V1)

(V2)

(V3)

Rataan

…………………..polong……….…………
49.88
85.29
75.19
70.12 a
Tanpa Pemberian N (N0)
85.32
61.43
73.05
73.27 a
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
Urea 50 kg/ ha (N2)
60.87
75.46
34.89
57.07 ab
43.38
38.62
34.99
39.00 b
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
59.86
65.20
54.53
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan waktu
pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 %
menurut Uji Berganda Duncan.
Pada Tabel 9. menunjukkan bahwa rataan tertinggi jumlah polong berisi
pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) memiliki jumlah polong berisi yang lebih
banyak (65,20 polong) dan terendah pada perlakuan V3 (Varietas Dering) (54,53
polong). Perlakuan berbagai sumber hara N yang memiliki jumlah lebih banyak
adalah perlakuan N1 (Illetrisoy) (73,27 polong) yang tidak berbeda nyata dengan
tanpa pemberian N (70,12 polong) dan sumber hara N Urea (57,07 polong) namun
berbeda nyata dengan pemberin sumber hara N Biochar (39,00 polong). Interaksi
antara perlakuan (varietas dan sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan V1
(Varietas Cikurai) dengan pemberian sumber hara N Illetrisoy (85,32 polong) dan

Universitas Sumatera Utara

33

terendah terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan pemberian sumber
hara N urea (34,89 polong).
Bobot 100 Biji
Berdasarkan data hasil pengamatan bobot 100 biji dan analisis sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 32. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa,
tanaman kedelai pada perlakuan beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap
bobot 100 biji. Sedangkan perlakuan berbagai sumber N dan interaksi pada kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji.
Tabel 10. Bobot 100 Biji Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber Hara N
Varietas
Sumber N

Cikurai
(V1)

Grobogan
(V2)

Dering
(V3)

Rataan

…………………..gr……….…………
Tanpa Pemberian N (N0)
11.93
12.62
18.39
14.31
11.79
14.07
20.21
15.36
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
11.76
13.36
19.60
14.90
Urea 50 kg/ ha (N2)
11.73
13.49
19.51
14.91
Biochar 2 ton/ ha (N3)
Rataan
11.80 c
13.38 b
19.43 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan waktu
pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 %
menurut Uji Berganda Duncan.
Tabel 10. menunjukkan bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi terdapat
pada perlakuan V3 (Varietas Dering) (19,43 g) berbeda nyata terhadap perlakuan
V2 (Varietas Grobogan) (13,38 g) dan V1 (Varietas Cikurai) (11,80 g). Bobot 100
biji tertinggi pada perlakuan berbagai sumber N terdapat pada perlakuan Illetrisoy
(15,36 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian sumber
hara N (14,31 g). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber
N) tertinggi terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan pemberian

Universitas Sumatera Utara

34

sumber hara N Illetrisoy (20,21 g) dan terendah terdapat pada perlakuan V1
(Varietas Cikurai) dengan pemberian sumber hara N biochar (11,73 g).
Bobot Biji per Plot
Berdasarkan data hasil pengamatan bobot biji per plot dan analisis sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 34. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa,
tanaman kedelai pada perlakuan beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap
bobot biji per plot. Sedangkan perlakuan berbagai sumber N dan interaksi pada
kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per plot.
Tabel 11. Bobot Biji Per Plot Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber Hara
N
Varietas
Sumber N

Cikurai
(V1)

Grobogan
(V2)

Dering
(V3)

Rataan

…………………..gr……….…………
618.58
492.85
508.72
540.05
Tanpa Pemberian N (N0)
619.26
568.98
532.30
573.52
Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1)
539.89
539.89
576.77
552.18
Urea 50 kg/ ha (N2)
Biochar 2 ton/ ha (N3)
730.73
531.19
437.77
566.56
Rataan
627.12 a
533.23 b
513.89 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan waktu
pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 %
menurut Uji Berganda Duncan.
Pada Tabel 11. menunjukkan bahwa rataan bobot biji per plot tertinggi
terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (627,12 g) berbeda nyata terhadap
perlakuan V2 (Varietas Grobogan) (533,23 g) dan V3 (Varietas Dering) (513,89
g). Bobot biji per plot tertinggi pada perlakuan berbagai sumber N terdapat pada
perlakuan Illetrisoy (573,52 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa
pemberian sumber hara N (540,05 g). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas
dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai)
dengan pemberian sumber hara N Biochar (730,73 g) dan terendah terdapat pada

Universitas Sumatera Utara

35

perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan pemberian sumber hara N biochar
(437,77 g).
Pembahasan
Respons Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) di Lahan Kering
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan varietas pada
2,3,5 dan 6 MST berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Dan Perlakuan
varietas berpengaruh nyata juga terhadap bobot 100 biji dan bobot biji per plot
hal ini disebabkan karena faktor genotif dari setiap varietas yang berpengaruh
terhadap interaksi dilingkungan dimana faktor lingkungan berpengaruh penting
terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan literatur
Adisarwanto (2005) yang menyatakan bahwa varietas berperan penting dalam
produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh
potensi genetiknya. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara
faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan
lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari
varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai.
Perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi
tanaman 4 (empat) MST hal ini dikarenakan faktor iklim dan gangguan serangan
penyakit serta serangan hama, sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam
masa pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literature Wardiyono (2008)
yang menyatakan bahwa penanaman yang dilaksanakan pada musim hujan
berlebihan, akan mengalami gangguan yang merugikan pertumbuhan terutama
disebabkan karena serangan penyakit.

Universitas Sumatera Utara

36

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata
terhadap kehijauan daun, diameter batang, total luas daun, jumlah bintil akar,
bobot biji per sampel, bobot kering akar, jumlah polong berisi dan jumlah cabang
produktif. sifat genetik masing-masing varietas berkaitan dengan kemampuan
tanaman beradaptasi terhadap lingkungan di lahan kering. Sebagaimana
dikemukakan Loveless (1989) bahwa suatu penampilan yang ditunjukkan oleh
individu tidak hanya disebabkan oleh genotif atau hanya oleh lingkungan untuk
mengekspresikannya. Jika dua individu dipelihara dalam lingkungan yang sama
maka perbedaan apapun yang akan muncul pasti disebabkan oleh genotifnya.
Respons Pemberian Berbagai Sumber Hara N Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill) di Lahan
Kering
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pemberian berbagai sumber N
hanya berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan jumlah polong berisi.
Hal ini dikarenakan kemampuan simbiosis yang efektif yang mana mampu
menambat

nitrogen

dari udara

secara

maksimal,

yang

mengakibatkan

pertumbuhan tanaman lebih baik. Hal ini didukung oleh pernyataan Pasaribu dan
Simanjuntak (1983) mengemukakan bahwa simbiosis yang efektif dan efisien
akan menghasilkan N tertambat yang tinggi, dimana N dapat digunakan oleh
tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pertumbuhannya akan menjadi
lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemberian berbagai sumber hara N
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, kehijauan daun, diameter
batang, total luas daun, jumlah bintil akar, bobot biji per sampel, bobot kering
akar, bobot 100 biji, bobot biji per plot dan jumlah cabang produktif. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

37

dikarenakan unsur hara N ketersediaanya dalam tanah mudah sekali hilang
sehingga kekurangan nitrogen dalam tubuh tanaman tidak hanya menyebabkan
kekerdilan, tetapi juga menghentikan pertumbuhan tanaman hal ini sesuai dengan
literatur Damanik dkk. (2010) yang menyatakan bahwa Unsur nitrogen
merupakan unsur hara esensial bagi tanaman namun ketersediaanya dalam tanah
mudah sekali hilang. Kehilangan nitrogen dari tanah dalam bentuk gas (N2, N2O,
NO, dan NH3) yaitu dengan cara denitrifikasi, volatilisasi amonium, pencucian,
dan hilang bersama panen. Dengan demikian kekurangan nitrogen dalam tubuh
tanaman tidak hanya memyebabkan kekerdilan, tetapi juga menghentikan
pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemberian sumber hara N dengan
perlakuan pemberian Urea berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk pada 3
varietas yaitu varietas cikurai, varietas grobogan dan varietas dering hal ini
dikarenakan pupuk anorganik berupa urea memiliki kandungan hara N yang tinggi
dan cepat diserap oleh akar tanaman. Hal ini sesuai dengan lieratur Afrianti (2013)
yang menyatakan bahwa pemberian pupuk urea sebagai sumber N merupakan
perlakuan yang memberikan respon terbaik terhadap tanaman hal ini dikarenakan
pupuk anorganik mengandung unsur N yang lebih tinggi dan cepat tersedia dan
diserap oleh akar.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemberian berbagai sumber hara N
dengan perlakuan pemberian Illetrisoy berpengaruh nyata terhadap jumlah polong
berisi hal ini dikarenakan illetrisoy mengandung mikroba yang bermanfaat untuk
pembentukan bintil akar sehingga meningkatkan produksi tanaman. Hal ini sesuai
dengan literatur Harsono dkk. (2010) yang menyatakan bahwa Illetrisoy adalah

Universitas Sumatera Utara

38

pupuk hayati rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan umbiumbian yang berisi mikroba-mikroba yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan
produksi kedelai.
Interaksi Antara Tiga Varietas Dengan Pemberian Berbagai Sumber Hara N
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine
max (L.) Merill) di Lahan Kering
Berdasarkan hasil penelitian bahwa interaksi antara tiga varietas dengan
pemberian berbagai sumber hara N terhadap semua parameter berpengaruh tidak
nyata hal ini dikarenakan perubahan dari berbagai sumber N ke bentuk senyawa N
yang diserap tanaman membutuhkan waktu yang relative lama untuk tanaman dan
hanya 2-3% yang dapat digunakan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Damanik dkk. (2010) yang menyatakan senyawa N umumnya digunakan tanaman
hanya mencapai 2% - 3%, perubahan ini senyawa nitrogen didalam tanah dalam
waktu yang lama untuk tanaman, bila tidak terdapat gangguan lain yang
mempercepat proses mineralisasi.

Universitas Sumatera Utara

39

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2,3,5 dan 6 mst,
bobot 100 biji dan bobot biji per plot sedangkan varietas berpengaruh tidak
nyata terhadap tinggi tanaman 4 mst, kehijauan daun, diameter batang, total
luas daun, jumlah bintil akar, bobot biji per sampel, bobot kering tajuk, bobot
kering akar, jumlah polong berisi dan jumlah cabang produktif.
2. Pemberian berbagai sumber hara N berpengaruh nyata terhadap bobot kering
tajuk dan jumlah polong berisi. Pemberian berbagai sumber hara N
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, kehijauan daun, diameter
batang, total luas daun, jumlah bintil akar, bobot biji per sampel, bobot kering
akar, bobot 100 biji, bobot biji per plot dan jumlah cabang produktif.
3. Interaksi tiga varietas terhadap pemberian berbagai sumber hara N
berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi kedelai di lahan kering disarankan harus menggunakan varietas yang
tahan kekeringan dan menambahkan dosis dari sumber hara N yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara