Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Jarak Tanam Di Lahan Sawah

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP

JARAK TANAM DI LAHAN SAWAH

SKRIPSI

Oleh:

TRISNA MARDIYASA 040307019 / BDP-PET

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP

JARAK TANAM DI LAHAN SAWAH

SKRIPSI

Oleh:

TRISNA MARDIYASA 040307019 / BDP-PET

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Disetujui Oleh :

(Prof. Dr. Ir. TM. Hanafiah Oeliem, DAA ) (Ir. Hasmawi Hasyim, MS) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing NIP : 130 318 073 NIP : 130 422 455

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

ABSTRACT

The experiment aims to know growth and production response of some varieties soybean (Glycine max L.) of the plant spacing in the wet rice field. This experiment was held from May until September 2008 in Bakaran Batu district, Lubuk Pakam, North Sumatera. It used split plot design wich pattern of randomized block desaign with two factors. The first factor, as a main plot was a plant spacing wich was consist of three degrees, they were 20x30 cm, 20x20 cm, 20x10 cm. The second factor, as a sub plot was variety which was consist of three categories, they were Sinabung, Anjasmoro, and Kaba. The experiments result showed that the variety was significant to germination percentage, plant height in the whole of observation, number of pods per plant, number of pods contents per plant, number of productive knuckle, seed weight per plant and 100 seeds weight. The results from analysis showed that plant spacing was not significant to the whole of parameters which were observated expect number of root nodul parameter. The interaction between variety and space were not significant to the whole of parameters which were obervated. Medium genetic variance were found in germination persentage, fresh root weight, number of pods per plant, number pods contents per plant, number of branches on the main stem, seed weight per plant and 100 seeds weight. Even seven parameters which had low genetic variance were found in plant height, number of root nodul, fresh leaf weight, dry leaf weight, dry root weight, flowering time and harvest time. High heritability were germination persentage, plant height, flowering time, number of pods per plant, number of productive knuckle, seed weight per plant and 100 seed weight. Two parameters had a medium heritability value, they were fresh root weight and number of branches on the main stem. Five parameters had a low heritability value, they were number of root nodule, fresh leaf weight, dry leaf weight and harvest time.


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap jarak tanam di lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara pada bulan Mei sampai Agustus 2008. Penelitian ini Rancangan Petak Terpisah pola Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan yaitu yang diteliti sebagai petak utama adalah Jarak Tanam yang terdiri atas 3 taraf yaitu 20 x 30 cm, 20 x 20 cm, 20 x 10 cm. Faktor yang diteliti sebagai anak petak Sub Plot adalah Varietas yang terdiri atas 3 kategori yaitu Sinabung, Anjasmoro, Kaba. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berbebeda nyata terhadap persentase perkecambahan, tinggi tanaman pada seluruh pengamatan, jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah buku produktif, berat biji per tanaman, bobot 100 biji..Dari hasil analisis diperoleh bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati kecuali parameter jumlah bintil akar. Interaksi varietas dan jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Keragaman genetik sedang terdapat pada persentase perkecambahan, bobot basah akar, jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah cabang pada batang utama, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji. Sedangkan tujuh parameter yang mempunyai keragaman gentik rendah pada tinggi tanaman, jumlah bintil akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot kering akar, umur berbunga, dan umur panen. Heritabilitas tinggi terdapat pada persentase perkecambahan, tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, jumlah buku produktif, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji. Dua parameter mempunyai nilai heritabilitas sedang, yaitu bobot basah akar dan jumlah cabang pada batang utama, serta lima parameter mempunyai nilai heritabilitas rendah, yaitu jumlah bintil akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, bobot kering akar, umur panen.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Trisna Mardiyasa dilahirkan di Medan, pada tanggal 16 November 1985.

Anak ketiga dari empat bersaudara, putra dari pasangan Ayahanda Ramlan Junaidi dan Ibunda Syamsiah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah lulus SD, SLTP, SMA Negeri di Lubuk Pakam, tahun 2004 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada Jurusan Budidaya Pertanian dengan Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Selama kuliah, penulis juga pernah aktif di BKM Al-Mukhlishin Fakultas Pertanian, Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA).

Pengalaman dibidang kemasyarakatan penulis peroleh saat mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perkebunan kelapa sawit kebun Laras PTPN IV Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada tahun 2007.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judu l dari skripsi ini adalah “Respon Pertumbuhan dan Produksi

Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Jarak Tanam di Lahan Sawah”, yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. T. M. Hanafiah Oelim, DAA., selaku ketua komisi pembimbing dan

bapak Ir. Hasmawi Hasyim, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ayahanda Ramlan Junaidi dan Ibunda Syamsiah yang telah menyayangi, mengasihi, mendidik dan memberikan motivasi kepada penulis, serta kepada saudaraku tercinta Mbak Siti Marisa, Mas Jaka Marsela, dan adinda Siti Mardhiana atas dukungannya kepada penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku Eka, Arjuna, Fajrin, Indra, Halim, Armin, Roy, Rully, Junaedi, Hartarto, Yoga, Goido, Andar, Mita, Yuni, Aan, Naim, Muslim, Denis, Hendri, Febri, Koko, Bayu. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa BDP tahun 2004, 2005, 2006, 2007, Pengurus BKM Mushalla Al-Mukhlisin FP USU yang telah memberikan masukan serta dukungannya kepada penulis. Serta


(7)

teman-teman dari MY Club Medan, dan Forum Silahturahim Alumni Muslim SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya dan pembaca, Amin.

Medan, Mei 2009 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Tujuan penelitian ... 4

Hipotesis penelitian ... 4

Kegunaan penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman... 5

Syarat tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Varietas ... 9

Jarak Tanam ... 12

Keragaman Genetik ... 12

Heritabilitas ... 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 16


(9)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan ... 18

Penanaman ... 18

Penanaman ... 18

Penjarangan ... 18

Pemupukan ... 18

Pemeliharaan ... 19

Penyiraman ... 19

Penyulaman ... 19

Penyiangan ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit... 19

Panen ... 19

Pengamatan Parameter ... 20

Persentase Perkecambahan (%) ... 20

Tinggi Tanaman (cm) ... 20

Jumlah Bintil Akar (buah) ... 20

Bobot Basah Tajuk (g) ... 20

Bobot Kering Tajuk (g) ... 20

Bobot Basah Akar (g)... 21

Bobot Kering Akar (g) ... 21

Umur Berbunga (hari) ... 21

Umur Panen (hari)... 21

Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang) ... 21

Jumlah Buku Produktif (buku) ... 21

Jumlah Polong per tanaman (polong) ... 22

Jumlah Polong isi per Tanaman (polong) ... 22

Bobot Biji per Tanaman (g) ... 22

Bobot 100 Biji (g) ... 22

Keragaman Genetik... 22

Heritabilitas ... 24

Analisis Data ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 26

Pembahasan ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 48

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah ... 22

2. Rataan Persentase Perkecambahan (%)... 26

3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada 2 MST sampai 6 MST... 28

4. Rataan Jumlah Jumlah Bintil Akar (buah) ... 29

5. Rataan Bobot Basah Tajuk (g) ... 30

6. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) ... 31

7. Rataan Bobot Basah Akar (g) ... 31

8. Rataan Bobot Kering Akar (g) ... 32

9. Rataan Umur Berbunga (hari) ... 33

10. Rataan Umur Panen (hari) ... 33

11. Rataan Jumlah Cabang pada Batang Utama (buah) ... 34

12. Rataan Jumlah Buku Produktif (buah) ... 35

13. Rataan Jumlah Polong per Tanaman (buah) ... 36

14. Rataan Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah) ... 37

15. Rataan Bobot Biji per Tanaman (g) ... 38

16. Rataan Bobot 100 Biji (g) ... 40

17. Variabilitas Genotipe (σ2g), Variabilitas Fenotipe (σ2p), Koefisien Variabilitas Genotipe (KVG), Koefisien Variabilitas Penotipe(KVP) ... 41


(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Histogram Persentase Perkecambahan (%) ... 27

2. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST sampai 6 MST ... 28

3. Grafik Jumlah Bintil Akar (buah) ... 30

4. Histogram Jumlah Buku Produktif (buku) ... 36

5. Jumlah Polong per Tanaman (buah) ... 37

5. Histogram Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah ... 38

7. Histogram Bobot Biji per Tanaman (g)... 39


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Bagan Penelitian ... 51

2. Bagan Tanaman per Plot ... 52

3. Deskripsi Varietas Tanaman Kedelai ... 53

4. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 54

5. Data Pengamatan Persentase Perkecambahan (%) ... 55

6. Sidik Ragamn Persentase Pekecambahan (%) ... 55

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST ... 56

8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 2 MST ... 56

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST ... 57

10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 3 MST ... 57

11. Data Tanaman Tinggi Tanaman (cm) 4 MST... 58

12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 4 MST ... 58

13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 5 MST ... 59

14. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 5 MST ... 59

15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 MST ... 60

16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 6 MST ... 60

17. Data Pengamatan Jumlah Bintil Akar (buah) ... 61

18. Sidik Ragam Jumlah Bintil Akar (buah) ... 61


(13)

20. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk (g) ... 62

21. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk (g) ... 63

22. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk (g) ... 63

23. Data Pengamatan Bobot Basah Akar (g) ... 64

24. Sidik Ragam Bobot Basah Akar (g) ... 64

25. Data Pengamatan Bobot Kering Akar (g) ... 65

26. Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g) ... 65

27. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari) ... 66

28. Sidik Ragam Umur Berbunga (hari) ... 66

29. Data Pengamatan Umur Panen (hari) ... 67

30. Sidik Ragam Umur Panen (hari) ... 67

31. Data Pengamatan Jumlah Cabang pada Batang Utama (buah) ... 68

32. Sidik Ragam Jumlah Cabang pada Batang Utama (buah)... 68

33. Data Pengamatan Jumlah Buku Produktif (buah) ... 69

34. Sidik Ragam Jumlah Buku Produktif (buah) ... 69

35. Data Pengamatan Jumlah Polong per Tanaman (buah) ... 70

36. Sidik Ragam Jumlah Polong per Tanaman (buah) ... 70

37. Data Pengamatan Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah) ... 71

38. Sidik Ragam Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah) ... 71

39. Data Pengamatan Bobot Biji per Tanaman (g) ... 72

40. Sidik Ragam Bobot Biji per Tanaman (g) ... 72

41. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g) ... 73

42. Sidik Ragam Bobot 100 Biji (g) ... 73

43. Variabilitas Genotipe (σ2g), Variabilitas Fenotipe (σ2p), Koefisien Variabilitas Genotipe (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotipe(KVP) ... 74


(14)

44. Nilai Duga Heritabilitas Untuk Masing-Masing Komponen Hasil ... 74

45. Rataan Persentase Perkecambahan (%)... 75

46. Rataan Tinggi Tanaman 2 MST sampai 6 MST ... 75

47. Rataan Jumlah Bintil Akar (buah) ... 75

48. Rataan Bobot Basah Tajuk (g) ... 75

49. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) ... 76

50. Rataan Bobot Basah Akar (g) ... 76

51. Rataan Bobot Kering Akar (g) ... 76

52. Rataan Umur Berbunga (hari) ... 76

53. Rataan Umur Panen (hari) ... 77

54. Rataan Jumlah Polong per Tanaman (buah) ... 77

55. Rataan Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah) ... 77

56. Rataan Jumlah Cabang pada Batang Utama (buah) ... 77

57. Rataan Jumlah Buku Produktif (buah) ... 77

58. Rataan Bobot Biji per Tanaman (g) ... 78

59. Rataan Bobot 100 Biji Tanaman (g) ... 78

60. Gambar Biji Kedelai Berbagai Kombinasi Perlakuan ... 79

61. Foto Sosok Tanaman Beserta Polong Varietas Sinabung ... 80

62. Foto Sosok Tanaman Beserta Polong Varietas Anjasmoro ... 80

63. Foto Sosok Tanaman Beserta Polong Varietas Kaba ... 80

64. Foto Lahan Perlakuan J1 (20x30 cm) ... 81

65. Foto Lahan Perlakuan J2 (20x20 cm) ... 81

66. Foto Lahan Perlakuan J3 (20x10 cm) ... 81


(15)

ABSTRACT

The experiment aims to know growth and production response of some varieties soybean (Glycine max L.) of the plant spacing in the wet rice field. This experiment was held from May until September 2008 in Bakaran Batu district, Lubuk Pakam, North Sumatera. It used split plot design wich pattern of randomized block desaign with two factors. The first factor, as a main plot was a plant spacing wich was consist of three degrees, they were 20x30 cm, 20x20 cm, 20x10 cm. The second factor, as a sub plot was variety which was consist of three categories, they were Sinabung, Anjasmoro, and Kaba. The experiments result showed that the variety was significant to germination percentage, plant height in the whole of observation, number of pods per plant, number of pods contents per plant, number of productive knuckle, seed weight per plant and 100 seeds weight. The results from analysis showed that plant spacing was not significant to the whole of parameters which were observated expect number of root nodul parameter. The interaction between variety and space were not significant to the whole of parameters which were obervated. Medium genetic variance were found in germination persentage, fresh root weight, number of pods per plant, number pods contents per plant, number of branches on the main stem, seed weight per plant and 100 seeds weight. Even seven parameters which had low genetic variance were found in plant height, number of root nodul, fresh leaf weight, dry leaf weight, dry root weight, flowering time and harvest time. High heritability were germination persentage, plant height, flowering time, number of pods per plant, number of productive knuckle, seed weight per plant and 100 seed weight. Two parameters had a medium heritability value, they were fresh root weight and number of branches on the main stem. Five parameters had a low heritability value, they were number of root nodule, fresh leaf weight, dry leaf weight and harvest time.


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap jarak tanam di lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara pada bulan Mei sampai Agustus 2008. Penelitian ini Rancangan Petak Terpisah pola Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan yaitu yang diteliti sebagai petak utama adalah Jarak Tanam yang terdiri atas 3 taraf yaitu 20 x 30 cm, 20 x 20 cm, 20 x 10 cm. Faktor yang diteliti sebagai anak petak Sub Plot adalah Varietas yang terdiri atas 3 kategori yaitu Sinabung, Anjasmoro, Kaba. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berbebeda nyata terhadap persentase perkecambahan, tinggi tanaman pada seluruh pengamatan, jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah buku produktif, berat biji per tanaman, bobot 100 biji..Dari hasil analisis diperoleh bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati kecuali parameter jumlah bintil akar. Interaksi varietas dan jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Keragaman genetik sedang terdapat pada persentase perkecambahan, bobot basah akar, jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah cabang pada batang utama, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji. Sedangkan tujuh parameter yang mempunyai keragaman gentik rendah pada tinggi tanaman, jumlah bintil akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot kering akar, umur berbunga, dan umur panen. Heritabilitas tinggi terdapat pada persentase perkecambahan, tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, jumlah buku produktif, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji. Dua parameter mempunyai nilai heritabilitas sedang, yaitu bobot basah akar dan jumlah cabang pada batang utama, serta lima parameter mempunyai nilai heritabilitas rendah, yaitu jumlah bintil akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, bobot kering akar, umur panen.


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max) dikenal sebagai tanaman pangan dan tanaman sayuran. Tanaman kedelai diketahui telah dibudidayakan pada 3000 SM di bagian utara Cina. Jenis liar dari tipe yang dibudidayakan ini tidak diketahui, tetapi di yakini berasal dari suatu jenis kedelai merambat dari Asia Utara. Kedelai dibawa ke Amerika Utara pada masa kolonial, pada saat itu tidak merupakan tanaman utama, hingga perang dunia II berakhir. Kedelai digunakan sebagai sumber makanan terpenting di beberapa negara Cina, Korea, Jepang dan Manchuria (Splittstoesser, 1984).

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan penting setelah beras karena hampir 90 % digunakan sebagai pangan. Kedelai juga kaya akan protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar. Kedelai juga bermanfaat menurunkan kolesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Selain itu, kedelai dapat berfungi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit kanker. Oleh karena itu, kedepan kebutuhan kedelai akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan sehat. Kedelai juga berpotensi dan berperan penting dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah, bahkan sebagai komoditas eksport (Prosiding Ikakarya, 2005).

Upaya peningkatan produksi komoditas kacang-kacangan dan umbi-umbian memerlukan penyediaan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan toleran/


(18)

tahan terhadap cekaman biotis dan abiotis. Selain itu, varietas tersebut juga harus memiliki karakter penting yang dapat memenuhi preferensi petani dan pasar, seperti keragaan tanaman dan umur panen, serta kualitas seperti kandungan

nutrisi, rasa, bentuk dan ukuran biji atau umbi (Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, 2006).

Penggunaan benih bermutu merupakan kunci sukses pertama dalam usaha tani kedelai. Petani perlu menyadari pentingnya mutu benih. Benih yang baik dan bermutu tinggi memberi jaminan keragaan pertanaman dan hasil panen yang tinggi. Syarat benih bermutu adalah :

- Murni dan diketahui nama varietasnya

- Memiliki daya tumbuh yang tinggi (>85%) dan vigor baik

- Diperoleh dari tanaman yang telah masak, sehat, dan tidak terkena penyakit virus

- Biji sehat, bernas, mengkilat, tidak keriput, dan tidak terinfeksi cendawan dan bakteri

- Bersih, tidak tercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan (Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, 2007).

Pada permulaan tahun delapan puluhan, budidaya kedelai mencapai areal panen sekitar 800.000 ha, terbagi atas 80% di Jawa dan 20% di luar Jawa, dari 650.000 ha yang dipanen di Jawa 60% didapat dari pertanaman di lahan sawah sedangkan di luar Jawa hanya 20% dari lahan sawah. Tingkat hasil rata-rata keseluruhan adalah 0,85 tha dengan perincian 0,98 t/ha di lahan sawah dan 0.70 t/ha di lahan tegal. Baik di Jawa maupun di luar Jawa, hasil pertanaman di lahan sawah lebih tinggi dibanding yang di lahan tegal. Meskipun hasil kedelai di lahan


(19)

sawah di Jawa lebih tinggi daripada di luar Jawa, hasil pertanaman di lahan tegal ternyata sebaliknya (Adisarwanto, 1985)

Produksi kedelai Sumatera Utara tahun 2007 (angka sementara) sebesar 4.345 ton turun sebesar 2.697 ton atau 38,30 persen dibandingkan produksi kedelai tahun 2006. Penurunan produksi kedelai disebabkan penurunan luas panen sebesar 2.564 hektar atau 40,63 persen. Untuk produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,44 ku/ha atau 3,94 persen. Penurunan luas panen kedelai disebabkan minat masyarakat untuk menanam kedelai semakin menurun karena keuntungan yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan komoditi palawija lainnya Komoditi kedelai pada tahun 2008 diperkirakan tetap mengalami penurunan seperti tahun-tahun sebelumnya. Produksi kedelai pada tahun 2008 sebesar 4.068

ton turun sebesar 277 hektar atau 6,38 persen dibanding tahun 2007 (angka sementara). Penurunan juga terjadi pada luas panen sebesar 231 ton atau

6,16 persen sedangkan produktivitas juga mengalami penurunan sebesar 0,03 ku/ha atau 0,26 persen.

Petani biasanya menanam padi sebagai tanaman utama di sawah tadah hujan, di ikuti palawija. Sebaliknya, sistem penanaman di lahan kering didasarkan pada tanaman palawija, termasuk kedelai. Kacang-kacangan dapat menyesuaikan diri pada berbagai jenis lahan, baik sawah maupun lahan kering, karena kemampuannya menyerap nitrogen dan memperbaiki sifat tanah. Dengan tingkat penggunaan pupuk yang rendah pada tanaman palawija, kacang-kacangan merupakan tanaman paling cocok setelah panen tanaman utama. Kedelai berperan penting sebagai tanaman tumpang sari dalam pergiliran tanaman yang lazim dikerjakan para petani (http//www.uncapsa.org. 1987).


(20)

Pengaturan jarak tanam juga dimaksudkan agar tanaman dapat memperoleh kebutuhan hidupnya secara merata, khususnya dalam hal kebutuhannya akan air, unsur hara, dan cahaya matahari. Kecukupan akan ketiga faktor ini merupakan penentu besarnya hasil panen. Dengan demikian, jarak tanam akan mempengaruhi hasil tanaman. Masing-masing tanaman mempunyai jarak tanam yang optimum yang berbeda dengan tanaman lainnya. Penentuan

jarak tanam yang tepat terhadap satu tanaman memerlukan penelitian (Widyastuti, dkk., 2007).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap jarak tanam di lahan sawah

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi kacang kedelai 2. Ada pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi kacang

kedelai

3. Ada interaksi varietas dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi kacang kedelai

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Polypetales Family : Leguminosae Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.)

Perakaran kedelai terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari bakal akar, empat baris akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, dan sejumlah akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder. Akar adventif tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar tunggang dapat mencapai kedalaman 2 m. Namun biasanya akar tunggang hanya mencapai kedalaman lapisan olah tanah (Hidajat,1985).

Dengan berkembangnya perakaran maka akar-akar rambut tumbuh dari akar muda lainnya. Akar rambut amat memperbesar permukaan absorbsi akar karena banyaknya dan karena kecilnya. Bintil akar dapat terbetuk pada tanaman edelai muda setelah ada akar rambut pada akar utama atau akar cabang. Bintil akar akan dibentuk oleh Rhizobium japonicum (Hidajat, 1985).


(22)

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm), menyemak, berbulu halus, dengan sistem perakaran luas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian terpenting dari poros janin ialah hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros hipokotil akar. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan bagian plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo pertama dari batang utama (Hidajat, 1985)

Daunnya majemuk beranak daun tiga, berselang-seling (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Daun primer sederhana berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliolat) dan bertangkai sepanjang 1-2 cm, terletak bersebrangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun berikutnya yang terbetuk pada batang utama dan pada cabang ialah daun bertiga (trifoliolat), namun adakalanya terbentuk daun berempat atau daun berlima. Bentuk anak daun beragam, dari bentuk telur hingga lancip (Hidajat, 1985).

Bunga berwarna putih, ungu, atau pucat, dapat menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung pada kultivar dan dapat beragam dari 80 hingga mencapai 150 hari setelah tanam (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Kelopak bunga berbentuk tabung bergerigi tidak rata, daun tenda berbagi lima yakni sayap dan dua lunas yang saling menyentuh tapi tidak bersatu dan satu bendera. Sepuluh benang sari, sembilan diantaranya menyatu pada bagian pangkalnya membentuk tabung mengelilingi putik. Proses penyerbukan yang disusul dengan pembuahan ganda memakan waktu antara 8-10 jam (Hidajat, 1985).

Polong berkembang dalam kelompok, biasanya mengandung 2-3 biji berbentuk bundar atau pipih, dan sangat kaya akan protein dan minyak. Warna biji


(23)

berbeda-beda menurut kultivar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Polong pertama tampak sekitar 10-14 hari setelah munculnya bunga pertama. Jumlah polong yang terbentuk beragam antara 2 sampai 20 dalam tiap kelompok bunga dan jumlah polong dapat mencapai 4000 tiap pohon. Tiap polong dapat berisi 1-5 biji, tapi umumnya sebagian besar kultivar kedelai polongnya berisi 2-3 buah biji (Hidajat, 1985).

Bentuk biji kedelai berbeda bergantung kultivar, dapat berbentuk bulat atau gepeng, atau bulat telur, namun sebagian besar kultivar bentuk bijinya bulat telur. Biji kedelai juga berbeda besar dan bobotnya; bobot 100 butir beragam antara 5 – 30 gram. Kultivar yang ditanam di Indonesia mempunyai bobot 100 biji antara 7 – 14 gram. Biji kedelai terdiri dari 2 bagian, yaitu : 1) kulit biji (testa) dan 2) janin (embryo). Kulitnya menutupi dan melindungi janin. Pada kulit biji

terdapat pusar (hilum) yang berwarna cokelat, hitam atau putih (Hidajat,1985)

Syarat Tumbuh

Iklim

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20-25 oC. Suhu 12-20 oC adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 oC,

fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


(24)

Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100-200 mm/ bulan. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 meter di atas permukaan laut (Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996).

Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Setiap varietas mempunyai panjang hari kritik. Dengan lama penyinaran lebih 12 jam, hampir semua vareitas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietasnya, umur berbunga dari 20 hingga 60 hari setelah tanam (Hidajat, 1985).

Tanah

Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung bahan organik dan pH antara 5,5 – 7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996).

Tanah-tanah yang cocok yaitu : alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH = 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat


(25)

terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (http//

Varietas

Hibrida dibuat dengan mempersilangkan dua inbrida yang unggul. Karena itu pembuatan inbrida unggul merupakan langkah pertama dalam pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada varietas bersari bebas karena hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur penyusunnya, dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida memberikan keuntungan yang lebih tinggi bila di tanam pada lahan yang produktivitasnya tinggi (Kartasapoetra, 1988).

Soemaatmadja Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (I) Perbedaan yang ditentukan oleh keadaan luar, yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan dan (II) Perbedaan yang dibawa sejak lahir, yaitu yang dapat ditelusuri dari kebakaan. Suatu fenotip (penampilan dan cara berfungsinya) individu merupakan hasil interaksi antara genotip (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan fenotip atau oleh lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya (Loveless, 1989).

Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu (Nurhayati, 2005).


(26)

Varietas-varietas kedelai yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah ciri-ciri tanaman kedelai diketahui, akhirnya dapat dihasilkan varietas-varietas yang dianjurkan. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan keadaan tempat yang akan ditanami. Dengan ditemukannya varietas-varietas baru (unggul) melalui seleksi galur atau persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam hal

produksi, umur produksi, maupun daya tahan terhadap hama dan penyakit (Andrianto dan Indarto, 2004)

Menggunakan varietas unggul merupakan salah satu upaya yang mudah dan murah untuk meningkatkan produksi kedelai. Mudah karena teknologinya tidak rumit karena hanya mengganti varietas kedelai dengan varietas yang lebih unggul dan murah karena tidak memerlukan tambahan biaya produksi. Tersedianya varietas unggul yang beragam sangat penting artinya guna menjadi banyak pilihan bagi petani baik untuk pergiliran varietas antar musim, mencegah petani menanam satu varietas terus-menerus, mencegah timbulnya serangan hama dan penyakit, dan menjadi pilihan petani sesuai kondisi lahan. Pengenalan atau identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat pegangan berupa deskripsi varietas (Gani, 2000).

Jika perbedaan antara dua individu yang mempunyai faktor lingkungan sama dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari faktor genotipe kedua tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para pemulia


(27)

tanaman, karena melalui pengelolaan yang tepat dapat dihasilkan varietas baru yang lebih baik (Welsh, 2005).

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001)

Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada

satu fase atau keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi

tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi

sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).


(28)

Jarak Tanam

Yang perlu diperhatikan dalam penanaman adalah waktu tanam dan jarak tanam. Jarak tanam disesuaikan dengan morfologi tanaman dan tingkat kesuburan tanahnya. Mengatur jarak tanam berarti memberi ruang lingkup hidup yang sama atau merata bagi setiap tanaman. Dengan mengatur jarak tanam ini akan diperoleh barisan-barisan tanaman yang teratur sehingga mudah dalam melakukan pengelolaan tanaman selanjutnya (Widyastuti, dkk., 2007)

Berbagai keuntungan bertanam dengan jarak tanam yang teratur. Pertanaman tampak rapi, arah barisan dapat diatur. Memudahkan dalam pemeliharaannya, misalnya dalam pemberian pupuk, penyiangan, pengendalian hama penyakit, dan sebagainya. Dengan jarak tanam yang teratur dapat ditentukan jumlah populasi tanaman tiap luas lahan sehingga kebutuhan benihnya dapat ditentukan sebelumnya (Widyastuti, dkk., 2007)

Jarak tanam akan mempengaruhi kerapatan tanaman atau jumlah populasi per unit area. Populasi tanaman mempengaruhi pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesis. Hal ini berhubungan erat dengan penangkapan energi cahaya, dan ketersediaan hara dan air dalam tanah. Dengan demikian kerapatan tanaman akan menentukan produksi tanaman (Widyastuti, dkk., 2007).

Keragaman Genetik

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa


(29)

keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).

Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama ditanam pada lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua tanaman tersebut, maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang bersangkutan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Pemahaman variabilitas untuk karakter yang penting dari suatu spesies atau kultivar sangat penting dalam kecermatan untuk memilih dan efisien penggunaan prosedur pemuliaan. Variasi genetik merupakan hal yang menentukan apakah suatu karakter dapat diperbaiki atau tidak. Oleh karena itu, studi varian genetik dan penduga nilai heritabilitas tidak dapat dilepaskan dari suatu pengujian galur-galur harapan (Rahmadi dkk, 1990).

Pendugaan nilai varian genetik dan nilai duga heritabilitas suatu sifat akan bervariasi tergantung kepada faktor lingkungan. Adanya varian genetik yang berarti terdapatnya perbedaan nilai genotip individu-individu suatu populasi, merupakan syarat agar seleksi terhadap populasi tersebut berhasil seperti yang diharapkan (Murdaningsih dkk, 1990).

Jika perbedaan antara dua individu yang mempinyai faktor lingkungan sama dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari faktor genotipe kedua


(30)

tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para pemulia tanaman, karena melalui pengelolaan yang tepat dapat dihasilkan varietas baru yang lebih baik (Welsh, 2005).

Setiap varietas adalah spesifik dapat menghasilkan produksi yang optimal jika ditanam pada area geografis yang sesuai. Melihat sifat-sifat berbagai varietas unggul di atas serta adanya pengaruh geografis suatu daerah terhadap perkembangan kedelai, maka disuatu daerah yang memiliki ketinggian tertentu

hanya bisa ditanam dan dikembangkan varietas tertentu pula (Andrianto dan Indarto, 2004).

Heritabilitas

Heritabilitas juga merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu karakter lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan dibandingkan faktor lingkungan. Sifat yang mempunyai heritabilitas tinggi maka sifat tersebut akan mudah diwariskan pada keturunan berikutnya (Alnopri, 2004)

Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

Heritabilitas menyatakan perbandingan atau proporsi varian genetik terhadap varian total (varian fenotipe), yang biasa dinyatakan dengan persen (%). Sesuai dengan komponen varian genetiknya, kemudian dibedakan adanya


(31)

heritabilitas dalam arti luas dan heritabilitas dalam arti sempit, heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara varian genetik total dan varian fenotipe (Mangoendidjojo, 2003).

Memadukan nilai koefisien keragaman genetik dengan nilai heritabilitas dan dengan nilai kemajuan genetik akan didapatkan gambaran terbaik mengenai kemajuan yang diharapkan dari seleksi. Dengan nilai heritabilitas yang tinggi akan memberi petunjuk bahwa pewarisan sifat-sifat agronomis dari tetua ke generasi selanjutnya lebih banyak dipengaruhi oleh genotip (Rebin dkk, 1995).

Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi genotip dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti yang luas adalah aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabliitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

Seleksi merupakan bagian penting dari program pemuliaan tanaman untuk memperbesar peluang mendapatkan genotipe yang unggul. Hal ini juga berlaku untuk pemuliaan tanaman kedelai. Pengujian perlu dilakukan sebanyak mungkin pada galur-galur kedelai terpilih, sehingga didapatkan galur-galur kedelai yang berdaya hasil tinggi (Pinaria dkk 1995).


(32)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Mei sampai September 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih 3 varietas kedelai yakni Sinabung, Anjasmoro, dan Kaba sebagai objek pengamatan, pupuk (urea, KCl, TSP), insektisida Decis 2,5 EC untuk mengendalikan hama, fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur, kompos untuk media penutup lubang tanam.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan analitik untuk mengukur bobot biji hasil produksi, handsprayer sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :


(33)

Faktor yang diteliti sebagai petak utama (Main Plot) adalah Jarak Tanam (J) yang terdiri atas 3 taraf yaitu :

J1 = 20 x 30 cm, J2 = 20 x 20 cm, J3 = 20 x 10 cm.

Faktor yang diteliti sebagai anak petak (Sub Plot) adalah Varietas (V) yang terdiri atas 3 kategori yaitu :

V1 = Sinabung, V2 = Anjasmoro, V3 = Kaba

Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan, yaitu :

J1V1 J2V1 J3V1

J1V2 J2V2 J3V2

J1V3 J2V3 J3V3

Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah plot : 27 plot Panjang Plot : 100 cm

Lebar Plot : 100 cm

Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm

Jumlah tanaman/plot : 20, 25, dan 50 tanaman Jumlah sampel/plot : 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 108 sampel Jumlah tanaman seluruhnya : 855 tanaman.


(34)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari bekas pertanaman padi (jerami), lalu jerami dibakar di atas lahan percobaan. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Penanaman

Penanaman dilakukan secara tugal dengan kedalaman + 2 cm sesuai dengan jarak tanam yang diperlakukan, ditanam 2 benih per lubang tanam dan ditutup dengan kompos.

Penjarangan

Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) dengan membuang satu tanaman dari lubang tanam.

Pemupukan

Pemupukan diberikan dengan menggunakan sistem alur, dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 100 kg urea/ha, 200 kg TSP/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pemupukan urea dilakukan dalam 2 tahap yaitu pada saat awal penanaman sebanyak setengah dosis anjuran dan setengah dosis lagi diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST) sedangkan untuk pupuk TSP dan KCl dilakukan pada saat pengolahan tanah.


(35)

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan, dilakukan satu kali sehari sesuai dengan kondisi lapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan menggantikan tanaman mati dengan tanaman cadangan dilakukan saat 2 MST.

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada didalam maupun diluar plot dilakukan sekali seminggu..

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air. Masing-masing disemprotkan pada tanaman yang terkena serangan.

Panen

Panen dilakukan dengan memotong batang kedelai menggunakan arit yang tajam. Adapun kriteria panennya adalah ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan.


(36)

Persentase Perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan dihitung dengan membandingkan kecambah yang tumbuh dengan jumlah contoh benih yang diuji dikalikan dengan 100%. Persentase perkecambahan dihitung setelah benih tampak berkecambah. Pengamatan persentase perkecambahan dilakukan pada hari ke-3 dan ke-5.

Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dilakukan pada 1 MST dan diulangi setiap minggu sekali dan berakhir sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga (R1).

Jumlah Bintil Akar (buah)

Akar terlebih dahulu dibersihkan dari tanah dan dihitung jumlah bintil akar yang terdapat pada akar, dilakukan pada saat tanaman memasuki fase R1.

Bobot Basah Tajuk (g)

Bobot basah tajuk dihitung dengan menimbang seluruh tajuk tanaman, dihitung pada saat tanaman memasuki fase R1.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bobot kering tajuk dihitung dengan menimbang seluruh tajuk tanaman yang telah dikering ovenkan pada suhu 70 0C selama 24 jam, dilakukan setelah menimbang bobot basah tajuk.


(37)

Bobot basah akar dihitung dengan menimbang seluruh akar tanaman, dihitung setelah tanaman memasuki fase R1.

Bobot Kering Akar (g)

Bobot kering akar dihitung dengan menimbang seluruh akar tanaman yang telah dikering ovenkan pada suhu 70 0C selama 24 jam, dihitung setelah menimbang bobot akar basah.

Umur Berbunga (hari)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung umur tanaman pada saat tanaman memasuki stadium reproduktif R1, yaitu membukanya bunga pertama kali pada salah satu buku batang utama.

Umur Panen (hari)

Pengamatan umur panen dihitung ketika tanaman memiliki polong yang telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai dengan warna kecokelatan pada polong.

Jumlah Cabang Pada Batang Utama (cabang)

Jumlah cabang pada batang utama dihitung setelah panen, cabang yang dihitung adalah cabang yang berasal dari batang utama pada setiap tanaman.

Jumlah Buku Produktif (buku)

Buku produktif dihitung setelah panen, yang dihitung adalah buku yang memiliki polong pada cabang dan batang.


(38)

Jumlah polong dihitung pada tanaman yang telah menghasilkan polong, yang dihitung setelah panen.

Jumlah Polong Isi per Tanaman (polong)

Jumlah polong dihitung pada tanaman yang telah menghasilkan polong berisi, yang dihitung setelah panen.

Bobot Biji per Tanaman (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji dari masing-masing tanaman.

Bobot 100 Biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing-masing perlakuan.

Keragaman Genetik

Keragaman dihitung setelah terlebih dahulu menghitung varians fenotipe (σ2F) dan varians genotipe (σ2G). Untuk menghitung varians fenotipe (σ2F) dan varians genotipe (σ2G) disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah

SK db JK KT eKT

Total

Blok ` r-1 JK B KT B

Jarak Tanam (J) a-1 JK J KT J

Error (a) (r-1)(a-1) JK Ea KT Ea

Varietas (V) b-1 JK V KT V σ2e+ 3σ2jg+ 9σ2g

Interaksi J x V (a-1)(b-1) JK JV KT JV σ2e+ 3σ2jg


(39)

Dari hasil analisis varians genotipe dan varians antar genotipe didapat Koefisien Varians Genotipe (KVG) dan Koefisien Varians Fenotipe (KVF) dengan menggunakan rumus :

KVG = 100%

2

x g Χ

σ

σ2G =

r KTE KTG

KVF = 100%

2

x p Χ

σ

σ2E = KTE

σ2

P = σ2G + σ2E Dimana Χ = rataan populasi

Menurut Murdaningsih dkk (1990) Koefisien Varians Genotipe (KVG) yang telah diperoleh dari keseluruhan sifat agronomi dan hasil diklasifikasikan yang rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Kriteria rendah < 25% dari KVG yang terbesar Kriteria sedang ≥ 25% - ≤ 50% dari KVG yang terbesar Kriteria tinggi ≥ 50% - ≤ 75% dari KVG yang terbesar Kriteria sangat tinggi ≥ 75% dari KVG yang terbesar

Untuk menentukan luas sempitnya variasi genetik suatu karakter yang mempunyai koefisien variasi genetik relatif yang rendah dan sedang digolongkan sebagai karakter yang bervariabilitas sempit, sedangkan koefisien variasi genetik tinggi dan sangat tinggi digolongkan sebagai karakter yang bervariabilitas sedang.

Heritabilitas

Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P G h 2 2 2 σ σ =


(40)

σ2

P = σ2G + σ2E

E G

G

h 2 2

2 2

σ σ σ+ =

dimana :

h2 = heritabilitas

σ2

G = varians genotipe

σ2

P = varians penotipe

σ2

E = varians lingkungan

Menurut Mangoendidjojo, heritabilitas dikatakan : - tinggi --- bila nilai H > 50%

- sedang --- bila nilai H terletak antara 20%-50%, dan - rendah --- bila nilai H < 20%

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + σij + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3... j = 1,2,3... k = 1,2,3...

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan jarak tanam (J) pada

taraf ke-j dan pengaruh varietas (V) pada taraf ke-k µ : Nilai tengah


(41)

αj : Efek perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j.

σij : Efek galat dari blok ke-i dari perlakuan jarak tanam (J) pada taraf ke-j

βk : Efek perlakuan varietas pada taraf ke-k.

(αβ)jk : Interaksi antara perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j dan perlakuan

varietas pada taraf ke-k.

εijk : Efek galat pada blok ke-i, akibat perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j

dan varietas pada taraf ke-k.

Jika data yang diperoleh berbeda nyata dilanjutkan dengan uji beda berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1993).


(42)

`HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah bintil akar, dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang lain. Varietas berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman pada seluruh pengamatan, jumlah polong per sampel, jumlah polong isi per sampel, jumlah buku produktif, berat biji per sampel, berat 100 biji, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter lainnya. Interaksi antara jarak tanam dan varietas belum berpengaruh nyata pada semua parameter yang diamati.

Persentase Perkecambahan (%)

Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, jarak tanam dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan. Rataan persentase perkecambahan dari jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Persentase Perkecambahan (%)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 85,00 89,33 92,67 89,00 a

V2 78,33 69,33 88,67 78,78 ab

V3 63,33 69,33 55,33 62,67 c

Rataan 75,56 76,00 78,89 76,81

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %


(43)

Dari tabel 2. diketahui bahwa rataan persentase perkecambahan terhadap jarak tanam tertinggi terdapat pada J3 (78,89 %), dan terendah pada J1 (75,56 %). Rataan persentase perkecambahan terhadap varietas tertinggi pada V1 (89 %) dan terendah pada V3 (62,67 %). Rataan persentase perkecambahan terhadap interaksi jarak tanam dengan varietas tertinggi pada J3V1 (92,67 %), dan terendah pada J3V3 (55,33 %).

Histogram persentase perkecambahan pada beberapa varietas yang berbeda dapat dilihat dalam gambar 1.

Gambar 1. Histogram Persentase Perkecambahan (%)

Tinggi Tanaman (cm)

Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada seluruh pengamatan, jarak tanam dan interaksi antara jarak tanam dengan varietas belum berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman seluruh pengamatan. Rataan tinggi tanaman dari jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada tabel 3.


(44)

Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada 2 MST sampai 6 MST. Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) pada ... MST

2 3 4 5 6

Jarak Tanam (J)

J1 11,46 17,13 23,92 38,60 39,39

J2 10,44 18,07 24,82 41,90 42,19

J3 10,27 18,40 26,76 46,54 48,84

Varietas (V)

V1 9,93 b 16,28 b 23,53 b 41,07 ab 42,22 ab V2 10,48 ab 20,51 a 27,74 a 47,40 a 48,77 a V3 11,76 a 16,82 b 24,24 ab 38,56 b 39,44 b

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 3 diketahui bahwa rataan tinggi tanaman terhadap jarak tanam

tertinggi pada 6 MST terdapat pada J3 (48,84 cm), dan terendah pada J1 (39,39 cm). Rataan tinggi tanaman pada 6 MST terhadap varietas tertinggi pada

V2 (48,77 cm) dan terendah pada V3 (39,44 cm).

Grafik pertumbuhan tinggi tanaman pada 2 MST sampai 6 MST dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) pada 2 sampai 6 MST


(45)

Jumlah Bintil Akar (buah)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah bintil akar, varietas dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah bintil akar. Rataan jumlah bintil akar dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah Bintil Akar (buah)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 66,00 53,67 37,67 52,44

V2 70,33 55,33 45,00 56,89

V3 52,50 51,33 44,50 49,44

Rataan 62,94 a 53,44 ab 42,39 bc 52,93

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan jumlah bintil akar terhadap jarak tanam tertinggi terdapat padat J1 (62,94 buah), dan terendah pada J3 (42,39 buah).

Rataan jumlah bintil akar terhadap varietas tertinggi terdapat pada V2 (56,89 buah), dan terendah pada V3 (49,44 buah). Sedangkan rataan jumlah

bintil akar terhadap interaksi jarak tanam dan varietas tertinggi terdapat pada J1V2 (70,33 buah), dan terendah pada J3V1 (37,67 buah).


(46)

Bobot Basah Tajuk (g)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk, varietas dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Rataan bobot basah tajuk dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan Bobot Basah Tajuk (g)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 44,22 45,28 30,52 40,01

V2 65,40 50,98 33,60 49,99

V3 53,50 46,33 32,52 44,12

Rataan 54,37 47,53 32,21 44,71

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah tajuk terhadap jarak tanam tertinggi terdapat pada J1 (54,37 g), dan terendah pada J3 (32,21 g). Rataan bobot basah tajuk terhadap varietas tertinggi terdapat pada V2 (49,99 g), dan terendah pada V1 (40,01 g). Sedangkan bobot basah tajuk terhadap interaksi jarak tanam dan varietas tertinggi terdapat pada J1V2 (65,40 g), dan terendah pada J3V1 (30,52 g).

Bobot Kering Tajuk (g)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk, varietas dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter bobot kering tajuk. Rataan bobot kering tajuk dapat dilihat pada tabel 6.


(47)

Tabel 6. Rataan Bobot Kering Tajuk (g)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 14,00 14,12 9,83 12,65

V2 19,57 15,58 11,13 15,43

V3 15,87 12,88 11,22 13,32

Rataan 16,48 14,19 10,73 13,80

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan bobot kering tajuk terhadap jarak tanam tertinggi terdapat pada J1 (16,48 g), dan terendah pada J3 (10,73 g). Rataan bobot kering tajuk terhadap varietas tertinggi terdapat pada V2 (15,43 g), dan terendah pada V1 (12,65 g). Sedangkan bobot kering tajuk terhadap interaksi jarak

tanam dan varietas tertinggi terdapat pada J1V2 (19,57 g), dan terendah pada J3V1 (9,83 g).

Bobot Basah Akar (g)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar, varietas dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter bobot basah akar. Rataan bobot basah akar dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rataan Bobot Basah Akar (g)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 5,90 5,42 4,80 5,37

V2 7,92 8,70 5,27 7,29

V3 5,77 7,12 5,35 6,08

Rataan 6,53 7,08 5,14 6,25

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah akar terhadap jarak tanam tertinggi terdapat pada J2 (7,08 g), dan terendah pada J3 (5,14 g). Rataan


(48)

bobot basah akar terhadap varietas tertinggi terdapat pada V2 (7,29 g), dan terendah pada V1 (5,37 g). Sedangkan bobot basah akar terhadap interaksi jarak

tanam dan varietas tertinggi terdapat pada J2V2 (8,70 g), dan terendah pada J3V1 (4,80 g).

Bobot Kering Akar (g)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar, varietas dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter bobot kering akar. Rataan bobot kering akar dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Kering Akar (g)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 1,22 1,37 1,40 1,32

V2 1,85 1,82 1,18 1,62

V3 1,62 1,45 1,30 1,46

Rataan 1,55 1,54 1,29 1,46

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan bobot kering akar terhadap jarak tanam tertinggi terdapat pada J2 (1,54 g), dan terendah pada J3 (1,29 g). Rataan bobot kering akar terhadap varietas tertinggi terdapat pada V2 (1,62 g), dan terendah pada V1 (1,32 g). Sedangkan bobot kering akar terhadap interaksi jarak

tanam dan varietas tertinggi terdapat pada J1V2 (1,85 g), dan terendah pada J3V2 (1,18 g).

Umur Berbunga (hari)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga. Varietas dan interaksi jarak tanam dengan


(49)

varietas belum berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga. Rataan umur berbunga dapat dilihat pada tabel 9

Tabel 9. Rataan Umur Berbunga (hari)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 37,67 38,67 38,67 38,33

V2 36,56 38,28 37,78 37,54

V3 37,56 38,00 38,00 37,85

Rataan 37,26 38,31 38,15 37,91

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan umur berbunga terhadap jarak tanam tercepat pada J1 (37,26 hari), dan terlama pada J2 (38,31 hari). Rataan umur berbunga terhadap varietas tercepat terdapat pada V2 (37,54 hari), dan terlama pada V1 (38,33 hari). Sedangkan umur berbunga terhadap interaksi jarak tanam dan varietas tercepat pada J1V2 (36.56 hari), dan terlama pada J3V3 (38,00 hari).

Umur Panen (hari)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap parameter umur panen, varietas dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter umur panen. Rataan umur panen dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rataan Umur Panen (hari)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 93,08 94,92 94,75 94,25

V2 92,50 93,75 94,50 93,58

V3 93,67 92,92 93,08 93,22

Rataan 93,08 93,86 94,11 93,65

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %


(50)

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan umur panen terhadap jarak tanam tercepat pada J1 (93,08 hari), dan terlama pada J3 (94,11 hari). Rataan umur panen terhadap varietas tercepat pada V3 (93,22 hari), dan terlama pada V1 (94,14 hari). Sedangkan umur panen terhadap interaksi jarak tanam dan varietas tercepat pada J1V2 (92,50 hari), dan terlama pada J2V1 (94,92 hari).

Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang pada batang utama, varietas dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter jumlah cabang pada batang utama. Rataan jumlah cabang pada batang utama dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Rataan Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 9,33 9,42 8,17 8,97

V2 8,42 6,08 7,08 7,19

V3 10,83 10,50 9,17 10,17

Rataan 9,53 8,67 8,14 8,78

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan jumlah cabang pada batang utama

terhadap jarak tanam tertinggi pada J1 (9,53 buah), dan terendah pada J3 (8,14 buah). Rataan jumlah cabang pada batang utama terhadap varietas

tertinggi pada V3 (10,17 buah), dan terrendah pada V2 (7,19 buah). Sedangkan jumlah cabang pada batang utama terhadap interaksi jarak tanam dan varietas tertinggi pada J1V1 (10,83 buah), dan terendah pada J2V2 (6,08 buah).


(51)

Jumlah Buku Produktif (buku)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah buku produktif. Sedangkan jarak tanam dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter jumlah buku produktif. Rataan jumlah buku produktif dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Rataan Jumlah Buku Produktif (buku)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 37,25 39,67 29,75 35,56 ab

V2 31,83 22,92 27,83 27,53 b

V3 43,75 45,33 34,50 41,19 a

Rataan 37,61 35,97 30,69 34,76

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa rataan jumlah buku produktif terhadap jarak tanam tertinggi pada J1 (37,61 buah), dan terendah pada J3 (30,69 buah). Rataan jumlah buku produktif terhadap varietas tertinggi pada V3 (41,19 buah), dan terendah pada V2 (27,53 buah). Sedangkan jumlah buku produktif terhadap interaksi jarak tanam dan varietas tertinggi pada J2V3 (45,33 buah), dan terendah pada J2V2 (22,92 buah).

Histogram jumlah buku produktif pada beberapa jarak tanam yang berbeda dapat dilihat pada gambar 4.


(52)

Gambar 4. Histogram Jumlah Buku Produktif (buku) Jumlah Polong per Tanaman (polong)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman. Sedangkan perbedaan jarak tanam dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman. Rataan jumlah polong per tanaman dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Rataan Jumlah Polong per Tanaman (polong)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 83,50 95,25 67,58 82,11 ab

V2 93,42 64,17 74,17 77,25 b

V3 103,17 127,08 93,83 108,03 a

Rataan 93,36 95,50 78,53 89,13

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa rataan jumlah polong per tanaman

terhadap jarak tanam tertinggi pada J2 (95.42 buah), dan terendah pada J3 (78,53 buah). Rataan jumlah polong per tanaman terhadap varietas tertinggi


(53)

polong per tanaman terhadap interaksi jarak tanam dan varietas tertinggi pada J2V3 (127,08 buah), dan terendah pada J2V2 (64,17 buah).

Histogram jumlah polong per tanaman pada beberapa varietas yang berbeda dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Histogram Jumlah Polong per Tanaman (polong) Jumlah Polong Isi per Tanaman (polong)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong isi per tanaman, jarak tanam dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter jumlah polong isi per tanaman. Rataan jumlah polong isi per tanaman dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Rataan Jumlah Polong Isi per Tanaman (polong)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 69,33 84,83 57,83 70,67 ab

V2 72,92 54,58 60,25 62,58 b

V3 86,92 104,17 76,08 89,06 a

Rataan 76,39 81,19 64,72 74,10

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa rataan jumlah polong isi per tanaman


(54)

J1 (76,39 buah). Rataan jumlah polong per tanaman terhadap varietas tertinggi pada V3 (89,06 buah), dan terendah pada V2 (62,58 buah). Sedangkan jumlah polong per tanaman terhadap interaksi jarak tanam dan varietas tertinggi pada J2V3 (104,17 buah), dan terendah pada J2V2 (54,58 buah).

Histogram jumlah polong per tanaman pada beberapa jarak tanam yang berbeda dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Histogram Jumlah Polong Isi per Tanaman (polong) Bobot Biji per Tanaman (g)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biji per tanaman, jarak tanam dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter bobot biji per tanaman. Rataan bobot biji per tanaman dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Rataan Bobot Biji per Tanaman (g)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 12,09 16,68 11,55 13,44 c

V2 20,01 19,18 16,83 18,67 a

V3 16,43 21,28 16,16 17,96 ab

Rataan 16,18 19,04 14,85 16,69

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %


(55)

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa rataan bobot biji per tanaman terhadap jarak tanam tertinggi pada J2 (19,04 g), dan terendah pada J3 (14,85 g). Rataan bobot biji per tanaman terhadap varietas tertinggi pada V2 (18,67 g), dan terendah pada V1 (13,44 g). Sedangkan bobot biji per tanaman terhadap interaksi jarak

tanam dan varietas tertinggi pada J2V3 (21,28 g), dan terendah pada J3V1 (11,55 g).

Histogram bobot bij per tanaman pada beberapa jarak tanam yang berbeda dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Histogram Bobot Biji per Tanaman (g) Bobot 100 Biji (g)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot 100 biji, jarak tanam dan interaksi jarak tanam dengan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter bobot 100 biji. Rataan bobot 100 biji dapat dilihat pada tabel 16.


(56)

Tabel 16. Rataan Bobot 100 Biji (g)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 9,17 10,07 10,53 9,92 b

V2 12,60 13,60 12,83 13,01 a

V3 9,53 10,43 10,40 10,12 b

Rataan 10,43 11,37 11,26 11,02

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa rataan bobot 100 biji terhadap jarak tanam tertinggi pada J2 (11,37 g), dan terendah pada J1 (10,43 g). Rataan bobot

100 biji terhadap varietas tertinggi pada V2 (13,01 g), dan terendah pada V1 (9,92 g). Sedangkan bobot 100 biji terhadap interaksi jarak tanam dan varietas

tertinggi pada J2V2 (13,60 g), dan terendah pada J1V1 (9,17 g).

Histogram bobot 100 biji pada beberapa jarak tanam yang berbeda dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Histogram Bobot 100 Biji (g) Keragaman Genetik

Hasil perhitungan variabilitas genetik (σ2g), variabilitas fenotipe (σ2

p), Koefisien variabilitas genetik (KVG) dan koefisien variabilitas fenotipe (KVP) dapat dilihat pada tabel 16. Nilai KVG berkisar antara 0,80 – 35,31 dan nilai KVP berkisar antara 1,84 – 42,95.


(57)

Tabel 17. Variabilitas Genotip (σ2g), Variabilitas Fenotip (σ2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Penotip (KVP)

Komponen Pertumbuhan dan Produksi σ2g σ2p KVG KVP

Persentase Perkecambahan 151,60 242,40 17,81 st 22,52 t Tinggi Tanaman (cm) 20,36 61,11 11,53 t 19,98 s Jumlah Bintil Akar (buah) 3,15 215,07 3,73 r 30,79 t Bobot Basah Tajuk (g) 17,07 280,26 10,27 t 41,61 st Bobot kering Tajuk (g) 1,41 21,88 9,55 s 37,66 st Bobot Basah Akar (g) 0,71 4,54 15,01 t 37,87 st

Bobot Kering Akar (g) 0,00 0,14 4,03 r 27,87 t

Umur Berbunga (hari) 0,12 0,86 1,03 r 2,72 r

Umur Panen (hari 0,05 2,06 0,26 r 1,70 r

Jumlah Polong per Tanaman (buah) 188,96 823,41 17,08 st 35,65 st Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah) 141,21 519,10 17,82 st 34,16 st Jumlah Cabang pada Batang Utama (buah) 2,04 9,07 18,09 st 38,13 st Jumlah Buku Produktif (buah) 40,21 108,52 20,27 st 33,30 st Bobot Biji per Tanaman (g) 7,19 19,39 17,86 st 29,32 t

Bobot 100 Biji (g) 2,95 3,93 17,32 st 19,99 s

Keterangan :

r = rendah t = tinggi

s = sedang st = sangat tinggi

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa dari komponen pertumbuhan dan produksi yang diamati terdapat 4 (empat) komponen yang bervariabilitas rendah, 1 (satu) komponen yang bervariabilitas sedang, 3 (tiga) komponen yang bervariabilitas tinggi, dan 7 (tujuh) komponen yang bervariabilitas sangat tinggi.

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi. Nilai duga heritabilitas (h2) dapat dilihat pada Tabel 17. Nilai heritabilitas berkisar antara 0,01-0,75. Berdasarkan kriteria heritabilitas diperoleh 2 (dua) komponen yang mempunyai heritabilitas tinggi, 6 (enam) komponen yang mempunyai heritabilitas sedang dan 7 (tujuh) komponen hasil yang mempunyai heritabilitas rendah


(58)

Tabel 18. Nilai duga Heritabilitas

Komponen Pertumbuhan dan Produksi (h2)

Persentase Perkecambahan 0,63 t

Tinggi Tanaman (cm) 0,33 s

Jumlah Bintil Akar (buah) 0,01 r

Bobot Basah Tajuk (g) 0,06 r

Bobot Kering Tajuk (g) 0,06 r

Bobot Basah Akar (g) 0,16 r

Bobot Kering Akar (g) 0,02 r

Umur Berbunga (hari) 0,14 r

Umur Panen (hari 0,02 r

Jumlah Polong per Tanaman (buah) 0,23 s

Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah) 0,27 s Jumlah Cabang pada Batang Utama (buah) 0,23 s

Jumlah Buku Produktif (buah) 0,37 s

Bobot biji per Tanaman (g) 0,37 s

Bobot 100 Biji (g) 0,75 t

Keterangan :

r = rendah s = sedang t = tinggi

Pembahasan

Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai

Dari hasi pengamatan dan sidik ragam (lampiran 17-18) dapat dilihat bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah bintil akar. Dapat dilihat pada tabel 4, jumlah bintil akar tertinggi pada J1 (62.94 buah) dan yang terendah pada J3 (42,39 buah). Hal ini menunjukkan bahwa persaingan akar dalam membentuk bintil akar sangat tinggi, dimana pembentukan bintil akar dipengaruhi oleh pertumbuhan akar. Pada J1 (20 x 30 cm) dengan populasi 20 tanaman pertumbuhan bintil akar mendapat angka tertinggi, sedangkan pada J3 (20 x 10 cm) dengan populasi 50 tanaman jumlah bintil akar mendapat jumlah


(59)

terendah. Hal ini diduga akibat jumlah populasi yang lebih tinggi pada J3 (50 tanaman) sehingga mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan akar, juga dikatakan dalam Widyastuti, dkk (2007) bahwa populasi tanaman mempengaruhi pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesis, hal ini berhubungan erat dengan penangkapan energi cahaya, dan ketersediaan hara dan air dalam tanah. Pada J1 (20 tanaman) perakaran tumbuh baik dan mampu membentuk akar rambut yang sehat sehingga dapat bersimbiosis dengan Rhizobium. Hal ini dikemukakan oleh Hidajat (1985) bahwa bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar rambut pada akar utama atau akar cabang, dan bintil akar akan dibentuk oleh Rhizobium japonicum.

Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 5) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter persentase perkecambahan. Persentase perkecambahan tertinggi (tabel 2) pada V1 (89%) dan yang terendah pada V3 (62,67%). Adanya perbedaan varietas terhadap persentase perkecambahan diduga disebabkan oleh adanya perbedaan komponen genotipe dan kemampuan varietas beradaptasi pada lingkungan perkecambahan, yaitu sosok biji kedelai V1 (Sinabung) yang lebih baik dalam hal ukuran, sehingga terjadi respon yang berbeda pada masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan literatur Darliah dkk (2001) yang menyatakan bahwa pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotipe. Respon genotipe terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman yang bersangkutan, dan salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhannya.


(60)

Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 6 MST (lampiran 15-16) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi (tabel 3) pada varietas V2 (48,77 cm) dan yang terendah pada V3 (39,44 cm). Perbedaan tinggi tanaman ini diduga disebabkan oleh perbedaan susunan genetik pada masing-masing varietas, perbedaan ini menunjukkan keragaman dari penampilan yang dalam hal ini pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur Sitompul dan Guritno (1995), perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada satu fase atau keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama.

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 33-42) dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter jumlah buku produktif (buku), jumlah polong pertanaman (polong), jumlah polong isi per tanaman (polong), berat biji per tanaman (g), dan bobot 100 biji (g). Jumlah buku produksi (tabel 12) tertinggi pada V3 (41,19) dan terendah pada V2 (27,53). Jumlah polong per tanaman (tabel 13) tertinggi pada V3 (108,03 buah) dan yang terendah pada V2 (77,25 buah). Jumlah polong isi per tanaman (tabel 14) tertinggi pada V3 (89,06 buah) dan yang terendah pada V2 (62,58 buah). Bobot biji per tanaman (tabel 15) tertinggi pada V2 (18,67 gr) dan yang terendah pada V1 (13,44 gr). Bobot 100 biji


(61)

(tabel 16) tertinggi pada V2 (13,01 gr) dan yang terendah pada V1 (9,92 gr). Adanya perbedaan hasil dari ketiga varietas terhadap karakter generatipe diatas diduga dipengaruhi oleh susunan genotipe masing-masing varietas yang berbeda sehingga menimbulkan hasil yang berebda pula pada fenotipenya. Hal ini sesuai dengan literatur Allard (2005) yang menyatakan bahwa gen-gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter, terkecuali bila mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakter dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada. Perbedaan ini juga disebabkan oleh faktor pembungaan dan lingkungan pada saat pengisian polong, Soemaatmadja (1993) juga menyatakan bahwa banyaknya polong dan biji/polong yang terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong

Berdasarkan kriteria dari Murdaningsih (1990), koefisien variabilitas penotipik (KVP) semua karakter yang diteliti terdistribusi mulai dari kategori r (rendah), s (sedang), t (tinggi) sampai st (sangat tinggi). Tinggi rendahnya nilai KVP menggambarkan realitas keragaman suatu karakter secara visual. Nilai KVP yang rendah menunjukkan bahwa individu-individu dalam populasi yang diuji cenderung seragam, seperti misalnya pada karakter umur panen dengan nilai KVP sebesar 1.7 % (termasuk kategori rendah). Sebaliknya karakter dengan KVP sangat tinggi menunjukkan tingkat keragaman yang sangat tinggi pula pada karakter tersebut, seperti pada karakter bobot biji per tanaman dengan nilai KVP sebesar 29.32 % (termasuk kategori tinggi). Untuk mengetahui apakah tinggi rendahnya keragaman tersebut banyak dipengaruhi faktor genetik ataukah banyak


(62)

dipengaruhi faktor lingkungan, maka nilai KVP diperbandingkan dengan nilai KVG (koefisien variabilitas genotipe). Jika besarnya nilai KVG mendekati nilai KVPnya, maka dapat disimpulkan bahwa keragaman suatu karakter lebih disebabkan faktor genetik, seperti pada karakter umur berbunga (nilai KVG 1.03 % dan KVP 2.72 %) dan karakter bobot 100 biji (nilai KVG 17.32 % dan KVP 19.99 %) (Tabel 17).

Untuk lebih memastikan besarnya pengaruh faktor genetik terhadap suatu karakter, maka dapat dilihat pada nilai heritabilitasnya. Hal ini sesuai dengan pengertian heritabilitas oleh Welsh (2005) yaitu proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh kombinasi genotipe dan pengaruh lingkungan. Hal ini mengandung makna bahwa jika keragaman suatu karakter hanya disebabkan faktor genetis, maka nilai heritabilitas karakter tersebut adalah 1 atau sebaliknya jika keragaman suatu karakter seluruhnya karena faktor lingkungan, maka nilai heritabilitasnya adalah 0.

Faktor keragaman genetik dan heritabilitas ini sangat penting pada bidang pemuliaan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Pinaria (1995) yang mengatakan bahwa keragaman genetik dan heritabilitas merupakan parameter genetik dalam program seleksi yang sangat menentukan keberhasilan program pemuliaan tanaman.

Nilai heritabilitas (tabel 18) berkisar antara 1 % – 75 %, dua parameter mempunyai heritabilitas tinggi, yaitu persentase perkecambahan (63 %) dan bobot 100 biji (75 %). Enam parameter mempunyai nilai heritabilitas sedang, yaitu tinggi tanaman (33 %), jumlah polong per tanaman (23 %), jumlah polong isi per tanaman (27 %), jumlah cabang pada batang utama (23 %), jumlah buku


(63)

produktif (37 %), bobot biji per tanaman (37 %). Tujuh parameter mempunyai nilai heritabilitas rendah, yaitu jumlah bintil akar (1 %), bobot basah tajuk (6 %), bobot kering tajuk (6 %), bobot basah akar (16 %), bobot kering akar (2 %), umur berbunga (14 %), umur panen (2 %). Adanya pengelompokan nilai heritabilitas kepada tinggi, sedang dan rendah ini sesuai dengan literatur Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa heritabilitas dikatakan tinggi bila H>50%, sedang bila nilai H terletak antara 20%-50% dan rendah bila H<20%.

Nilai heritabilitas yang tinggi menurut Rebin dkk (1995) akan memberi petunjuk bahwa pewarisan sifat-sifat agronomis dari tetua ke generasi selanjutnya lebih banyak dipengaruhi oleh genotip. Karakter bobot 100 biji mempunyai nilai heritabilitas tertinggi (75 %), dan mempunyai nilai keragaman genetik dengan kategori sangat tinggi (17.32%), nilai ini menguntungkan bagi kepentingan bidang pemuliaan tanaman. Demikian juga untuk karakter persentase perkecambahan dimana heritabilitas tinggi (63 %) dan nilai keragaman genetik sangat tinggi (17.81 %).


(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil analisis diperoleh bahwa varietas berberbeda nyata terhadap persentase perkecambahan, tinggi tanaman pada seluruh pengamatan, jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah buku produktif, berat biji per tanaman, bobot 100 biji. Varietas Kaba menunjukkan kecenderungan lebih baik dari segi pertumbuhan, sedangkan varietas Anjasmoro menunjukkan kecenderungan lebih baik dari segi produksi.

2. Dari hasil analisis diperoleh bahwa jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati kecuali parameter jumlah bintil akar yang cenderug labih baik pada J1 (20x30 cm).

3. Interaksi varietas dan jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan untuk penanaman di lahan sawah nmenggunakan varietas yang memiliki kecenderungan lebih baik dari segi produksi dan pertumbuhan yaitu Anjasmoro dengan kombinasi jarak tanam 20 x 30 cm.


(1)

Lampiran 56. Jumlah Cabang pada Batang Utama (buah

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 9.33 9.42 8.17 8.97

V2 8.42 6.08 7.08 7.19

V3 10.83 10.50 9.17 10.17

Rataan 9.53 8.67 8.14 8.78

Lampiran 57. Jumlah Buku Produktif (buah

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 37.25 39.67 29.75 35.56 ab

V2 31.83 22.92 27.83 27.53 b

V3 43.75 45.33 34.50 41.19 a

Rataan 37.61 35.97 30.69 34.76

Lampiran 54. Jumlah Polong per Tanaman (buah

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 83,50 95,25 67,58 82,11 ab

V2 93,42 64,17 74,17 77,25 b

V3 103,17 127,08 93,83 108,03 a

Rataan 93,36 95,50 78,53 89,13

Lampiran 55. Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 69.33 84.83 57.83 70.67 ab

V2 72.92 54.58 60.25 62.58 b

V3 86.92 104.17 76.08 89.06 a

Rataan 76.39 81.19 64.72 74.10

Lampiran 58. Bobot Biji per Tanaman (g)

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 12.09 16.68 11.55 13.44 c

V2 20.01 19.18 16.83 18.67 a

V3 16.43 21.28 16.16 17.96 ab

Rataan 16.18 19.04 14.85 16.69


(2)

Lampiran 59. Bobot 100 Biji (g) pada Perlakuan JarakTanam dan Varietas

Varietas Jarak Tanam Rataan

J1 J2 J3

V1 9.17 10.07 10.53 9.92 b

V2 12.60 13.60 12.83 13.01 a

V3 9.53 10.43 10.40 10.12 b

Rataan 10.43 11.37 11.26 11.02


(3)

Lampiran 60. Gambar Biji Kedelai berbagi Kombinasi Perlakuan


(4)

Lampiran 61. Foto Sosok Tanaman Berserta Polong Varietas Sinabung

Lampiran 62. Foto Sosok Tanaman Berserta Polong Varietas Anjasmoro

Lampiran 63. Foto Sosok Tanaman Berserta Polong Varietas Kaba


(5)

Lampiran 64. Foto Lahan Perlakuan J1 (20 x 30 cm)

Lampiran 65. Foto Lahan Perlakuan J2 (20 x 20 cm)

Lampiran 66. Foto Lahan Perlakuan J3 (20 x 10cm)


(6)

Lampiran 67. Foto Lahan Penelitian