Website Resmi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta - Lap Akhir FSVA 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga ketahanan pangan menjadi semakin
penting bagi Indonesia karena jumlah penduduknya sangat besar dengan cakupan
geografis yang luas dan tersebar. Untuk itu upaya peningkatan ketahanan pangan
dan gizi di satu daerah, sangat penting guna mengetahui mengenai siapa, berapa
banyak yang rentan terhadap kerawanan pangan dan gizi serta dimana mereka
tinggal lalu apa saja sebenarnya yang membuat mereka rentan. Untuk
mewujudkan pengelolaan program ketahanan pangan yang efektif, diperlukan
informasi ketahanan pangan yang akurat dan tertata dengan baik, sehingga dapat
dilakukan intervensi efektif secara anggaran maupun program yang terkait dengan
ketahanan pangan dan gizi. Salah satu upaya untuk memenuhi tersedianya
informasi mengenai situasi ketahanan dan kerentanan pangan suatu daerah,
maka dilaksanakan monitoring situasi ketahanan pangan wilayah melalui
penyusunan dan pengembangan peta situasi ketahanan pangan. Melalui
pengembangan peta tersebut diharapkan dapat menjadi instrumen pemetaan
yang komprehensif terkait kerawanan pangan dan gizi di seluruh wilayah
Indonesia. Penyusunan peta digunakan untuk meningkatkan akurasi penentuan
sasaran, menyediakan informasi untuk para penentu kebijakan sehingga dapat
meningkatkan kualitas perencanaan dan program dalam mengurangi prevalensi
kerawanan pangan dan gizi. Sejak tahun 2002, Pemerintah Indonesia bekerja
1
sama dengan World Food Programme (WFP) untuk memperkuat pemahaman ini
melalui pengembangan peta ketahanan pangan dan gizi. Peta ini berfungsi
sebagai alat untuk meningkatkan pencapaian sasaran dan memberi informasi
kepada proses pembuatan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan gizi. Kerja
sama tersebut telah menghasilkan Peta Kerawanan Pangan (Food Security Atlas
– FIA) pada tahun 2005 dengan cakupan wilayah analisis sampai dengan tingkat
kabupaten. Peta tersebut kemudian dimutakhirkan dan diubah menjadi Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vurnerability Atlas –
FSVA) pada tahun 2009. Peta tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2015.
Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional, pada tahun 2010 mulai disusun
FSVA Provinsi dengan unit analisa sampai dengan tingkat kecamatan. Peta
tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2014. Untuk mempertajam tingkat
analisis ketahanan pangan dan kerentanan pangan pada tahun 2012 mulai
disusun FSVA Kabupaten dengan tingkat analisa sampai dengan level desa. Peta
ini mengklasifikasikan desa pada kabupaten berdasarkan tingkat kerentanan
terhadap kerawanan pangan. Seperti halnya FSVA Nasional dan Provinsi, FSVA
Kabupaten menyediakan sarana bagi para pengambil keputusan untuk secara
cepat dalam mengidentifikasi daerah yang lebih rentan, dimana investasi dari
berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan manusia dan infrastruktur
yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yang lebih
baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada tingkat
desa. Pada tahun 2016 kembali akan dilakukan penyempurnaan atas FSVA
Kabupaten 2012. Penyempurnaan ini dilakukan untuk mengakomodasi dinamika
2
dan perkembangan situasi ketahanan pangan yang ada pada tingkat kabupaten.
Penyusunan FSVA Kabupaten ini juga untuk menganalisa lebih lanjut hasil yang
diperoleh pada FSVA Nasional dan Provinsi pada tahun 2014 dan 2015. Buku
Peta FSVA ini selain memberikan pedoman atau arahan teknis juga memberikan
latar belakang pemilihan indikator dan metodologi dalam proses penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan – FSVA Kabupaten dengan dengan analisisnya
sesuai kondisi geografis dengan segala faktor pendukung dan ketersediaan data.
1.2. KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
Definisi Ketahanan Pangan berdasarkan Undang Undang Pangan No. 18 tahun
2012 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sebagaimana FSVA tahuntahun sebelumnya, FSVA Kabupaten 2016 disusun berdasarkan tiga pilar
ketahanan pangan: (i) ketersediaan pangan; (ii) keterjangkauan pangan; dan
(iii) pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya
pangan dari hasil produksi dalam negeri, cadangan pangan, serta pemasukan
pangan (termasuk didalamnya impor dan bantuan pangan), apabila kedua sumber
utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan dapat dihitung
pada tingkat nasional, regional, kabupaten dan tingkat masyarakat.
3
Akses atau keterjangkauan pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk
memperoleh cukup pangan yang bergizi, melalui satu atau kombinasi dari
berbagai sumber seperti: produksi dan persediaan sendiri, pembelian, barter,
hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di suatu daerah
tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu jika mereka tidak mampu
secara fisik, ekonomi atau sosial, mengakses jumlah dan keragaman makanan
yang cukup. Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh
rumah tangga dan kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme
zat gizi. Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan
penyiapan makanan, keamanan air untuk minum dan memasak, kondisi
kebersihan, kebiasaan pemberian makan (terutama bagi individu dengan
kebutuhan makanan khusus), distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai
dengan kebutuhan individu (pertumbuhan, kehamilan dan menyusui), dan status
kesehatan setiap anggota rumah tangga. Dampak gizi dan kesehatan merujuk
pada status gizi individu, termasuk defisiensi mikronutrien, pencapaian morbiditas
dan mortalitas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pangan, serta praktekpraktek perawatan umum, memiliki kontribusi terhadap dampak keadaan gizi pada
kesehatan masyarakat dan penanganan penyakit yang lebih luas.
Kerentanan dalam Peta ini selanjutnya merujuk pada kerentanan terhadap
kerawanan pangan dan gizi. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau
kelompok masyarakat ditentukan oleh pemahaman terhadap faktor-faktor risiko
dan kemampuan untuk mengatasi situasi tertekan.
4
Gambar 1.1. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi (WFP, Januari 2009)
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
(Food Security and Vulnerability Atlas/ FSVA) tingkat desa adalah menyediakan
informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan
target serta intervensi kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten, sehingga FSVA
dapat menjawab :
5
1. Dimana daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan?
Lokasi (Desa Se DIY).
2. Mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan?
Rasio jumlah warung dan toko terhadap rumah tangga, rasio jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan terendah, rasio rumah tangga dapat mengakses
listrik, jumlah desa tidak dapat dilalui roda 4, rasio anak usia 7 - 15 tahun tidak
bersekolah, rasio rumah tangga tanpa akses air bersih dan BAB dan rasio
tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk.
3. Berapa jumlah penduduk yang rentan terhadap kerawanan pangan?
Estimasi jumlah penduduk di daerah yang rentan terhadap rawan pangan.
Adapun bentuk penyajian hasil penyusunan FSVA tingkat desa di DIY adalah
sebagai berikut :
1. Tersusunnya indikator Ketahanan dan Kerentanan Pangan tingkat desa di DIY
dengan rincian sebagai berikut : kategori ketersediaan pangan (2 indikator),
Akses terhadap pangan dan penghidupan (3 indikator), pemanfaatan pangan (4
indikator)
2. Peta ketahanan dan kerentanan pangan berdasarkan masing-masing indikator
tunggal dan komposit, dengan perincian sebagai berikut : 9 peta kerawanan
pangan kronis, 1 peta komposit.
6
BAB II
INDIKATOR PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)
TINGKAT KABUPATEN
2.1.RINGKASAN INDIKATOR TERHADAP KERAWANAN PANGAN
Kerawanan pangan dan gizi adalah masalah multi-dimensional yang memerlukan
analisis dari sejumlah parameter yang berbeda yang berada di luar cakupan
masalah produksi pangan semata, dengan tidak ada satu ukuran yang langsung
dapat mengukur masalah ini. Kompleksitas masalah ketahanan pangan dan gizi
dapat dikurangi dengan mengelompokkan indikator proxy ke dalam tiga kelompok
yang
berbeda
tetapi
saling
berhubungan,
yaitu
ketersediaan
pangan,
keterjangkauan/akses rumah tangga terhadap pangan dan pemanfaatan pangan
secara individu. Pertimbangan gizi, termasuk ketersediaan dan keterjangkauan
bahan pangan bergizi tersebar dalam ketiga kelompok tersebut. Sembilan indikator
yang dipilih telah melalui proses penelaahan Tim Pengarah dan Kelompok Kerja
Teknis FSVA Pusat berdasarkan ketersediaan data di tingkat desa serta kapasitas
indikator-indikator tersebut dalam mencerminkan unsur-unsur inti dari tiga pilar
ketahanan pangan dan gizi (Tabel 2.1). Selaras dengan FSVA Nasional maupun
Provinsi, dalam Penyusunan FSVA Kabupaten ini meliputi indikator kerawanan
pangan dan gizi kronis. Dibandingkan dengan 7 indikator yang digunakan dalam
FSVA Kabupaten 2012, terdapat beberapa perubahan penting dalam definisi dan
penentuan indikator FSVA Kabupaten. Beberapa indikator dalam aspek ketahanan
pangan mengalami perubahan seperti: i) dalam aspek ketersediaan pangan
7
menggunakan Rasio toko terhadap Rumah Tangga serta Rasio warung terhadap
Rumah Tangga; ii) pada aspek pemanfaatan pangan ditambahkan Rasio anak tidak
bersekolah, Rasio Rumah Tangga tanpa akses air bersih, Rasio jumlah tenaga
kesehatan terhadap penduduk serta Rasio Rumah Tangga tanpa fasilitas BAB
(Buang Air Besar).
Kerentanan terhadap kerawanan pangan tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten, memiliki karakteristik masing-masing sehingga tidak semua indikator
nasional maupun provinsi dapat digunakan untuk memetakan kerentanan terhadap
kerawanan pangan sampai dengan tingkat kabupaten. Pemilihan indikator FSVA
Kabupaten tersebut juga dengan mempertimbangkan ketersediaan data sampai
dengan level desa.
Tabel 1. Indikator Ketahanan dan Kerawanan Pangan
Indikator
Ketersediaan Pangan
1. Rasio Warung terhadap Rumah
Tangga
2. Rasio Toko terhadap Rumah Tangga
Jenis Kerawanan Pangan
KERENTANAN TERHADAP
KERAWANAN PANGAN KRONIS
Pemanfaatan Pangan
3. Rasio penduduk dengan status
kesejahteraan terendah
4. Rasio Rumah Tangga tanpa akses
listrik
5. Desa yang tidak memiliki akses
penghubung memada
Pemanfaatan Pangan
6. Rasio anak tidak bersekolah
7. Rasio Rumah Tangga tanpa akses
air bersih
8. Rasio tenaga kesehatan terhadap
penduduk
9. Rasio Rumah Tangga tanpa fasilitas
BAB (Buang Air Besar
INDEKS KETAHANAN PANGAN
KOMPOSIT
8
2.2. JENIS DATA, CAKUPAN DATA DAN SUMBER DATA
Jenis data, definisi cakupan data dan sumber data untuk penyusunan FSVA
Kabupaten tertera dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. Jenis Data, Cakupan Data dan Sumber Data
Jenis Data
Cakupan Data
Sumber Data
1. Rasio Warung terhadap
Rumah Tangga
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah Rumah Tangga
2014 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
2. Rasio Toko terhadap
Rumah Tangga
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah Rumah Tangga
2014 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
3. Rasio penduduk
dengan status
kesejahteraan
terendah
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah penduduk 2015
dari Proyeksi Sensus
Penduduk 2010
4. Rasio Rumah Tangga
tanpa akses listrik
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
Desa
9
5. Desa yang tidak
memiliki akses
penghubung memadai
- PODES 2014, BPS
6. Rasio anak tidak
bersekolah
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
7. Rasio Rumah Tangga
tanpa akses air bersih
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
8. Rasio tenaga
kesehatan terhadap
penduduk
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah penduduk 2014
dari Proyeksi Sensus
Penduduk 2010
9. Rasio Rumah Tangga
tanpa fasilitas BAB
(Buang Air Besar)
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
10
2.3. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
KABUPATEN
Untuk membantu kelancaran penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan (FSVA) Kabupaten, maka Badan Ketahanan Pangan perlu membentuk
tim asistensi di tingkat nasional dan tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan
kabupaten. Tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan kabupaten ini terdiri dari
tim pengarah dan tim pelaksana yang berasal dari lintas sektor. Di tingkat
nasional, Tim Asistensi Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Kabupaten mempunyai tugas:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Kabupaten tahun 2016;
2. Mengkaji
dan
menetapkan
metodologi
dan
indikator penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;
3. Melakukan
pelatihan
metodologi dan
indikator untuk penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;
4. Mengkonsolidasikan pengumpulan dan analisis data untuk pembuatan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016; dan
5. Membina dan memonitor pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016.
Di tingkat provinsi dan kabupaten, Tim Pengarah mempunyai tugas:
1.
Memberikan
arahan
dan
mengkoordinasikan
dalam
hal
pelaksanaan
penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat
provinsi dan kabupaten; dan
11
2. Mengkaji metodologi dan indikator penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten.
Sedangkan Tim Pelaksana mempunyai tugas:
1. Melakukan pertemuan dan pelatihan terkait metodologi dan indikator serta
penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi
dan kabupaten;
2. Melakukan konsolidasi dan kompilasi dalam hal pengumpulan data untuk indikator
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten;
3. Melakukan validasi dan analisis data indikator Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Kabupaten; dan
4. Menyusun buku Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten.
Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana FSVA tingkat Provinsi dan
Kabupaten;
2. Pertemuan teknis untuk melakukan review ketersediaan data;
3. Pelatihan FSVA (Metodologi dan analisis data indikator);
4. Pengumpulan data untuk tingkat desa;
12
5. Pertemuan untuk melakukan validasi data yang tersedia;
6. Analisa data dan pembuatan peta;
7. Workshop validasi hasil awal analisa data/tabel dan peta yang dihasilkan;
8. Penyusunan buku Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (FSVA) Kabupaten; dan
9. Launching Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Kabupaten.
13
BAB III
PENJELASAN INDIKATOR
PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)
TINGKAT KABUPATEN
I. ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN
Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pangan dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan
hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor, apabila
kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut,
perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki
oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau
organisasi lainnya.
Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun diimpor harus masuk terlebih
dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena itu, keberadaan
infrastruktur pasar,
distribusi,
dan
perdagangan akan terkait
erat
dengan
ketersediaan pada tingkat regional dan lokal. Indikator-indikator yang termasuk
dalam aspek ketersediaan pangan adalah :
1. Rasio Warung terhadap Rumah Tangga.
2. Rasio Toko terhadap Rumah Tangga;
14
1.1 Rasio Warung terhadap Rumah Tangga
Rasio Warung terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah warung/kedai
makanan minuman terhadap jumlah rumah tangga. Warung/kedai makanan dan
minuman adalah usaha pangan siap saji di bangunan tetap, pembeli biasanya
tidak dikenai pajak. Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah
tangga tahun 2014 hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010.
Warung/kedai makanan dan minuman juga diasumsikan sebagai salah satu
tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok pangan) yang terdapat di suatu
desa.
Oleh karena itu, semakin tinggi rasio jumlah warung/kedai makanan dan
minuman terhadap jumlah Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik
tingkat ketersediaan pangan di wilayah tersebut, begitu pula sebaliknya. Sumber
data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
1.2 Rasio Toko terhadap Rumah Tangga
Rasio Toko terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah toko/warung
kelontong terhadap jumlah Rumah Tangga.
Toko/warung kelontong adalah tempat usaha di bangunan tetap untuk menjual
barang keperluan sehari-hari termasuk pangan didalamnya secara eceran
tanpa ada sistem pelayanan mandiri.
15
Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah tangga tahun 2014
hasil
proyeksi
Sensus
Penduduk
(SP)
2010.
Toko/warung
kelontong
diasumsikan sebagai salah satu tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok
pangan) yang terdapat di suatu desa. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio
Toko terhadap Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik tingkat
ketersediaan pangan di wilayah tersebut. Sumber data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
II. ASPEK KETERJANGKAUAN PANGAN
Keterjangkauan Pangan atau Akses terhadap Pangan adalah kemampuan rumah
tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri,
stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan.
Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua
rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun
keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.
Ketersediaan pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh
penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah
tangga, modal/aset (sumber daya alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi dan
sosial) dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar –
penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.
Rumah tangga yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan
berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak berkecukupan,
16
tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin
dan rentan terhadap kerawanan pangan. Aspek keterjangkauan pangan, meliputi
indikator-indikator sebagai berikut:
1.Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah;
2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik;
3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai.
2.1. Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah
Penduduk dengan status kesejahteraan terendah adalah jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan pada Desil 1. Data tersebut diperoleh dari
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 yang dikoordinasikan oleh Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Data tersebut
kemudian
diolah
Tim
FSVA
menjadi
rasio
penduduk
dengan
status
kesejahteraan terendah dengan membandingkan terhadap jumlah penduduk
2015, hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Penduduk tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
2.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik
Rumah tangga tanpa akses listrik adalah jumlah rumah tangga dengan
sumber penerangan utama bukan listrik. Data yang diperoleh dari PBDTTNP2K tersebut kemudian diolah dengan membandingkan dengan total
jumlah penduduk, hasil proyeksi Sensus Penduduk 2010.
17
Secara umum, tersedianya fasilitas listrik di suatu wilayah akan membuka
peluang yang lebih besar untuk akses pekerjaan dan roda perekonomian akan
lebih berkembang. Dengan demikian hal ini juga menjadi salah satu indikasi
kesejahteraan suatu wilayah atau rumah tangga. Semakin meningkat
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah maka kemampuan akses
masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan semakin baik pula di
wilayah tersebut. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
2.3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai
Merupakan desa yang tidak memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4
atau lebih, yaitu:
1. Desa dengan sarana transportasi darat tidak dapat dilalui sepanjang tahun;
dan
2. Desa dengan sarana transportasi air namun tidak tersedia angkutan umum.
Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan ”kemiskinan lokal”,
dimana masyarakat tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan kondisi
geografis yang sulit dan ketersediaan pasar yang buruk, sehingga kurang
memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai serta tidak
atau
masih
kurang
dalam
mendapatkan
akses
terhadap
program
pembangunan pemerintah.
18
Jika suatu daerah telah memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4
atau lebih maka dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut memiliki jalur
distribusi pangan yang normal sehingga harga pangan pun relatif terjangkau.
Sumber data :
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS.
19
III. ASPEK PEMANFAATAN PANGAN
Dimensi ketiga dari ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan
pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan yang bisa di akses oleh rumah tangga,
dan b) kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pemanfaatan makanan
secara efisien oleh tubuh.
Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan, dan penyiapan
makanan
termasuk
penggunaan
air
dan
bahan
bakar
selama
proses
pengolahannya serta kondisi higiene, budaya, atau kebiasaan pemberian makan
terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan khusus, distribusi
makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu
(pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dll) dan status kesehatan masing-masing
anggota rumah tangga. Aspek pemanfaatan pangan meliputi indikator-indikator
sebagai berikut:
1. Rasio Anak Tidak Bersekolah;
2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih;
3. Rasio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk;
4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas BAB (Buang Air Besar).
3.1. Rasio Anak Tidak Bersekolah
Tingkat partisipasi sekolah anak usia 7-15 tahun diperoleh berdasarkan Data
PBDT-TNP2K pada semua Desil (1-4). Semakin tinggi rasio jumlah anak yang
tidak bersekolah (7-15 tahun) terhadap jumlah anak (jumlah anak bersekolah
dan tidak bersekolah usia 7-15 tahun) di suatu desa menjadi salah satu
20
indikasi yang menggambarkan tingkat pemanfaatan pangan yang rendah di
desa tersebut.
Hal ini terkait pengetahuan akan pangan dan gizi yang relatif lebih terbatas
dibandingkan dengan wilayah lain dengan tingkat partisipasi anak sekolah
yang lebih baik. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015.
3.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak (Permenkes 416 Tahun 1990).
Air minum merupakan kebutuhan manusia yang penting. Air minum yang tidak
layak akan meningkatkan angka kesakitan dan menurunkan kemampuan
dalam menyerap makanan dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi
seseorang. Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang
terlindung meliputi: air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal
air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur
bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan
kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah.
Tidak termasuk: air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui
tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Rumah tangga tanpa akses ke
air bersih adalah rumah tangga dengan sumber air tidak layak minum yaitu
sumber air tidak terlindungi, terdiri atas (a) sumur tak terlindung; (b) mata air
21
tak terlindung (c) sungai/danau/waduk; (d) air hujan; dan (e) lainnya pada
semua desil. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
3.3. Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk
Tenaga kesehatan berperan dalam menurunkan angka kesakitan (morbiditas)
penduduk dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
makanan
bergizi
seimbang.
Dengan
demikian
akan
meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menyerap makanan ke dalam tubuh dan
memanfaatkannya.
Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk menunjukkan kemampuan
jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk melayani masyarakat. Jumlah
tenaga kesehatan yang memadai akan meningkatkan tingkat pemanfaatan
pangan masyarakat. Tenaga kesehatan terdiri atas: (i) Dokter Umum/Spesialis
(Pria/wanita), (ii) Dokter Gigi, (iii) Bidan dan (iv) Tenaga Kesehatan lainnya
(apoteker/asisten apoteker, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
perawat). Sumber data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
Jumlah Penduduk tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
22
3.4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas Tempat Buang Air Besar (BAB)
Keberadaan fasilitas BAB pada rumah tangga menjadi salah satu indikasi
bahwa sanitasi di rumah tangga tersebut cukup memadai. Dengan sanitasi
yang
baik,
akan
menjaga
dan
meningkatkan
kesehatan
sehingga
pemanfaatan pangan di rumah tangga tersebut akan lebih baik. Rumah
tangga yang tidak memiliki fasilitas sanitasi memadai adalah rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas tempat BAB di semua Desil (I, II, III, dan IV).
Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
23
BAB IV
HASIL ANALISIS PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
(FSVA) TINGKAT KABUPATEN
I. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, dari 438 desa/kelurahan di DIY
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
No
Nama Kab
Nama Kec
Nama desa
1.
rasio
war
per rt
1.
rasio
war
per rt2
1.
prioritas
war
2.
rasio
toko
per rt
2. rasio
toko per
rt2
2. prioritas
toko
1.
kulon progo
temon
jangkaran
0,0065
0,1991
3,0000
0,0217
0,2986
2,0000
2.
kulon progo
temon
sindutan
0,0111
0,1945
3,0000
0,0221
0,2981
2,0000
3.
kulon progo
temon
palihan
0,0156
0,1900
4,0000
0,0415
0,2787
3,0000
4.
kulon progo
temon
glagah
0,0091
0,1965
3,0000
0,0569
0,2633
4,0000
5.
kulon progo
temon
kali dengen
0,0032
0,2024
2,0000
0,0253
0,2950
2,0000
6.
kulon progo
temon
plumbon
-
0,2056
1,0000
0,0132
0,3071
1,0000
7.
kulon progo
temon
kedundang
0,0017
0,2039
1,0000
0,0462
0,2741
4,0000
8.
kulon progo
temon
demen
0,0080
0,1975
3,0000
0,0134
0,3069
1,0000
9.
kulon progo
temon
kulur
0,0096
0,1960
3,0000
0,0384
0,2818
3,0000
10. kulon progo
temon
kaligintung
0,0021
0,2035
1,0000
0,0276
0,2927
2,0000
11. kulon progo
temon
temon wetan
0,0024
0,2032
1,0000
0,0143
0,3060
1,0000
12. kulon progo
temon
temon kulon
0,0067
0,1989
3,0000
0,1948
0,1255
4,0000
13. kulon progo
temon
kebonrejo
0,0128
0,1928
4,0000
0,0563
0,2640
4,0000
14. kulon progo
temon
janten
0,0032
0,2024
2,0000
0,0316
0,2887
3,0000
15. kulon progo
temon
karang wuluh
0,0199
0,1857
4,0000
0,0278
0,2924
2,0000
16. kulon progo
wates
karang wuni
0,0011
0,2044
1,0000
0,0379
0,2824
3,0000
17. kulon progo
wates
sogan
0,0056
0,1999
2,0000
0,0376
0,2827
3,0000
18. kulon progo
wates
kulwaru
0,0055
0,2001
2,0000
0,0287
0,2916
3,0000
19. kulon progo
wates
ngestiharjo
0,0048
0,2007
2,0000
0,0241
0,2961
2,0000
20. kulon progo
wates
triharjo
0,0054
0,2002
2,0000
0,0076
0,3127
1,0000
24
21. kulon progo
wates
bendungan
0,0179
0,1877
4,0000
0,0717
0,2486
4,0000
22. kulon progo
wates
giri peni
0,0098
0,1958
3,0000
0,0350
0,2853
3,0000
23. kulon progo
wates
wates
0,0263
0,1792
4,0000
0,1097
0,2105
4,0000
24. kulon progo
panjatan
garongan
0,0022
0,2033
1,0000
0,0269
0,2934
2,0000
25. kulon progo
panjatan
pleret
0,0091
0,1965
3,0000
0,0215
0,2987
2,0000
26. kulon progo
panjatan
bugel
0,0017
0,2039
1,0000
0,0110
0,3092
1,0000
27. kulon progo
panjatan
kanoman
-
0,2056
1,0000
0,0109
0,3094
1,0000
28. kulon progo
panjatan
depok
0,0036
0,2020
2,0000
0,0241
0,2961
2,0000
29. kulon progo
panjatan
bojong
0,0053
0,2003
2,0000
0,0372
0,2831
3,0000
30. kulon progo
panjatan
tayuban
0,0081
0,1975
3,0000
0,0259
0,2944
2,0000
31. kulon progo
panjatan
gotakan
0,0027
0,2028
1,0000
0,0123
0,3079
1,0000
32. kulon progo
panjatan
panjatan
0,0139
0,1917
4,0000
0,0278
0,2925
2,0000
33. kulon progo
panjatan
cerme
0,0043
0,2013
2,0000
0,0162
0,3041
1,0000
34. kulon progo
panjatan
krembangan
0,0052
0,2004
2,0000
0,0186
0,3016
2,0000
35. kulon progo
galur
karang sewu
0,0032
0,2023
2,0000
0,0120
0,3082
1,0000
36. kulon progo
galur
banaran
0,0045
0,2010
2,0000
0,0169
0,3034
1,0000
37. kulon progo
galur
kranggan
0,0220
0,1835
4,0000
0,0385
0,2817
3,0000
38. kulon progo
galur
nomporejo
0,0113
0,1943
4,0000
0,0387
0,2815
3,0000
39. kulon progo
galur
brosot
0,0125
0,1931
4,0000
0,0288
0,2914
3,0000
40. kulon progo
galur
pandowan
0,0140
0,1915
4,0000
0,0368
0,2834
3,0000
41. kulon progo
galur
tirta rahayu
0,0047
0,2008
2,0000
0,0221
0,2981
2,0000
42. kulon progo
lendah
wahyuharjo
-
0,2056
1,0000
0,0147
0,3055
1,0000
43. kulon progo
lendah
bumirejo
0,0136
0,1920
4,0000
0,0378
0,2825
3,0000
44. kulon progo
lendah
jatirejo
0,0065
0,1991
3,0000
0,0292
0,2911
3,0000
45. kulon progo
lendah
sidorejo
0,0019
0,2037
1,0000
0,0167
0,3035
1,0000
46. kulon progo
lendah
gulurejo
0,0089
0,1966
3,0000
0,0300
0,2903
3,0000
47. kulon progo
lendah
ngentakrejo
0,0034
0,2022
2,0000
0,0057
0,3146
1,0000
48. kulon progo
sentolo
demangrejo
0,0103
0,1952
3,0000
0,0149
0,3053
1,0000
49. kulon progo
sentolo
srikayangan
0,0031
0,2025
2,0000
0,0308
0,2895
3,0000
50. kulon progo
sentolo
tuksono
0,0036
0,2020
2,0000
0,0416
0,2787
3,0000
51. kulon progo
sentolo
salamrejo
0,0036
0,2020
2,0000
0,0386
0,2817
3,0000
52. kulon progo
sentolo
sukoreno
0,0038
0,2017
2,0000
0,0379
0,2824
3,0000
53. kulon progo
sentolo
kaliagung
0,0020
0,2036
1,0000
0,0196
0,3007
2,0000
54. kulon progo
sentolo
sentolo
0,0112
0,1943
3,0000
0,0267
0,2936
2,0000
25
55. kulon progo
sentolo
banguncipto
0,0076
0,1980
3,0000
0,0162
0,3040
1,0000
56. kulon progo
pengasih
tawangsari
0,0056
0,2000
2,0000
0,0462
0,2740
4,0000
57. kulon progo
pengasih
karangsari
0,0036
0,2020
2,0000
0,0314
0,2888
3,0000
58. kulon progo
pengasih
kedungsari
0,0079
0,1977
3,0000
0,0613
0,2590
4,0000
59. kulon progo
pengasih
margosari
0,0102
0,1954
3,0000
0,0362
0,2840
3,0000
60. kulon progo
pengasih
pengasih
0,0182
0,1873
4,0000
0,0426
0,2777
3,0000
61. kulon progo
pengasih
sendangsari
0,0073
0,1983
3,0000
0,0301
0,2902
3,0000
62. kulon progo
pengasih
sidomulyo
0,0027
0,2029
1,0000
0,0329
0,2874
3,0000
63. kulon progo
kokap
hargomulyo
0,0024
0,2032
1,0000
0,0072
0,3131
1,0000
64. kulon progo
kokap
hargorejo
0,0033
0,2023
2,0000
0,0082
0,3120
1,0000
65. kulon progo
kokap
hargowilis
0,0238
0,1818
4,0000
0,0122
0,3081
1,0000
66. kulon progo
kokap
kalirejo
-
0,2056
1,0000
0,0039
0,3163
1,0000
67. kulon progo
kokap
hargotirto
-
0,2056
1,0000
0,0504
0,2699
4,0000
68. kulon progo
girimulyo
jatimulyo
0,0015
0,2040
1,0000
0,0127
0,3075
1,0000
69. kulon progo
girimulyo
giripurwo
0,0058
0,1998
2,0000
0,0283
0,2919
3,0000
70. kulon progo
girimulyo
pendoworejo
0,0013
0,2043
1,0000
0,0065
0,3137
1,0000
71. kulon progo
girimulyo
purwosari
0,0007
0,2048
1,0000
0,0236
0,2966
2,0000
72. kulon progo
nanggulan
banyuroto
0,0072
0,1984
3,0000
0,0535
0,2668
4,0000
73. kulon progo
nanggulan
donomulyo
-
0,2056
1,0000
0,0394
0,2808
3,0000
74. kulon progo
nanggulan
wijimulyo
0,0041
0,2014
2,0000
0,0455
0,2747
4,0000
75. kulon progo
nanggulan
tanjungharjo
0,0035
0,2021
2,0000
0,0070
0,3132
1,0000
76. kulon progo
nanggulan
jati sarono
0,0057
0,1998
2,0000
0,0574
0,2629
4,0000
77. kulon progo
nanggulan
kembang
0,0267
0,1789
4,0000
0,0801
0,2401
4,0000
78. kulon progo
kalibawang
banjararum
0,0163
0,1893
4,0000
0,0436
0,2766
4,0000
79. kulon progo
kalibawang
banjarasri
0,0065
0,1991
3,0000
0,0543
0,2659
4,0000
80. kulon progo
kalibawang
banjarharjo
0,0053
0,2003
2,0000
0,0465
0,2738
4,0000
81. kulon progo
kalibawang
banjaroyo
0,0117
0,1939
4,0000
0,0269
0,2934
2,0000
82. kulon progo
samigaluh
kebon harjo
-
0,2056
1,0000
0,0301
0,2902
3,0000
83. kulon progo
samigaluh
banjarsari
0,0011
0,2045
1,0000
0,0299
0,2903
3,0000
84. kulon progo
samigaluh
purwoharjo
0,0073
0,1982
3,0000
0,0156
0,3047
1,0000
85. kulon progo
samigaluh
sidoharjo
0,0007
0,2049
1,0000
0,0257
0,2945
2,0000
86. kulon progo
samigaluh
gerbosari
0,0108
0,1948
3,0000
0,0239
0,2963
2,0000
87. kulon progo
samigaluh
ngargosari
0,0070
0,1986
3,0000
0,0368
0,2835
3,0000
88. kulon progo
samigaluh
pagerharjo
0,0022
0,2033
1,0000
0,0209
0,2994
2,0000
26
89. bantul
srandakan
poncosari
0,0204
0,1851
4,0000
0,0327
0,2876
3,0000
90. bantul
srandakan
trimurti
0,0037
0,2018
2,0000
0,0183
0,3020
2,0000
91. bantul
sanden
gadingsari
0,0052
0,2004
2,0000
0,0226
0,2977
2,0000
92. bantul
sanden
gadingharjo
0,0045
0,2011
2,0000
0,0449
0,2754
4,0000
93. bantul
sanden
srigading
0,0059
0,1997
2,0000
0,0173
0,3030
1,0000
94. bantul
sanden
murtigading
0,0117
0,1939
4,0000
0,0338
0,2865
3,0000
95. bantul
kretek
tirtohargo
0,0069
0,1987
3,0000
0,0206
0,2997
2,0000
96. bantul
kretek
parangtritis
0,0849
0,1207
4,0000
0,0636
0,2566
4,0000
97. bantul
kretek
donotirto
0,0083
0,1973
3,0000
0,0115
0,3088
1,0000
98. bantul
kretek
tirtosari
0,0173
0,1883
4,0000
0,0337
0,2865
3,0000
99. bantul
kretek
tirtomulyo
0,0127
0,1929
4,0000
0,0327
0,2876
3,0000
100. bantul
pundong
seloharjo
0,0041
0,2014
2,0000
0,0105
0,3098
1,0000
101. bantul
pundong
panjangrejo
0,0061
0,1995
3,0000
0,0132
0,3070
1,0000
102. bantul
pundong
srihardono
0,0049
0,2007
2,0000
0,0119
0,3084
1,0000
103. bantul
bambang lipuro
sidomulyo
0,0024
0,2032
1,0000
0,0177
0,3025
2,0000
104. bantul
bambang lipuro
mulyodadi
0,0020
0,2036
1,0000
0,0209
0,2994
2,0000
105. bantul
bambang lipuro
sumbermulyo
0,0063
0,1993
3,0000
0,0211
0,2992
2,0000
106. bantul
pandak
caturharjo
0,0139
0,1917
4,0000
-
0,3203
1,0000
107. bantul
pandak
triharjo
0,0029
0,2027
2,0000
0,0077
0,3126
1,0000
108. bantul
pandak
gilangharjo
0,0039
0,2017
2,0000
0,0142
0,3061
1,0000
109. bantul
pandak
wijirejo
0,0045
0,2011
2,0000
0,0328
0,2875
3,0000
110. bantul
bantul
palbapang
0,0109
0,1947
3,0000
0,0693
0,2510
4,0000
111. bantul
bantul
ringin harjo
0,0080
0,1975
3,0000
0,0281
0,2922
2,0000
112. bantul
bantul
bantul
0,0516
0,1540
4,0000
0,1210
0,1993
4,0000
113. bantul
bantul
trirenggo
0,0248
0,1808
4,0000
0,0716
0,2487
4,0000
114. bantul
bantul
sabdodadi
0,0186
0,1870
4,0000
0,0847
0,2355
4,0000
115. bantul
jetis
patalan
0,0137
0,1919
4,0000
0,0375
0,2828
3,0000
116. bantul
jetis
canden
0,0050
0,2006
2,0000
0,0334
0,2869
3,0000
117. bantul
jetis
sumber agung
0,0091
0,1965
3,0000
0,0285
0,2918
3,0000
118. bantul
jetis
trimulyo
0,0127
0,1928
4,0000
0,0279
0,2924
2,0000
119. bantul
imogiri
selopamioro
0,0019
0,2037
1,0000
0,0148
0,3054
1,0000
120. bantul
imogiri
sriharjo
0,0039
0,2017
2,0000
0,0357
0,2846
3,0000
121. bantul
imogiri
kebon agung
0,0205
0,1850
4,0000
0,0438
0,2765
4,0000
122. bantul
imogiri
karang tengah
0,0007
0,2049
1,0000
0,0367
0,2835
3,0000
27
123. bantul
imogiri
girirejo
-
0,2056
1,0000
0,0229
0,2974
2,0000
124. bantul
imogiri
karangtalun
0,0226
0,1830
4,0000
0,0282
0,2921
2,0000
125. bantul
imogiri
imogiri
0,0236
0,1820
4,0000
0,0454
0,2749
4,0000
126. bantul
imogiri
wukirsari
0,0099
0,1957
3,0000
0,0093
0,3110
1,0000
127. bantul
dlingo
mangunan
0,0025
0,2030
1,0000
0,0815
0,2388
4,0000
128. bantul
dlingo
muntuk
0,0063
0,1993
3,0000
0,0318
0,2884
3,0000
129. bantul
dlingo
dlingo
0,0078
0,1978
3,0000
0,0703
0,2499
4,0000
130. bantul
dlingo
temuwuh
0,0061
0,1995
3,0000
0,0233
0,2970
2,0000
131. bantul
dlingo
jatimulyo
0,0055
0,2001
2,0000
0,0218
0,2985
2,0000
132. bantul
dlingo
terong
0,0069
0,1987
3,0000
0,0224
0,2978
2,0000
133. bantul
pleret
wonokromo
0,0076
0,1980
3,0000
0,0097
0,3106
1,0000
134. bantul
pleret
pleret
0,0081
0,1975
3,0000
0,0311
0,2892
3,0000
135. bantul
pleret
segoroyoso
0,0021
0,2035
1,0000
0,0082
0,3120
1,0000
136. bantul
pleret
bawuran
0,0017
0,2039
1,0000
0,0271
0,2931
2,0000
137. bantul
pleret
wonolelo
0,0022
0,2034
1,0000
0,0130
0,3073
1,0000
138. bantul
piyungan
sitimulyo
0,0125
0,1930
4,0000
0,0426
0,2776
4,0000
139. bantul
piyungan
srimulyo
0,0206
0,1849
4,0000
0,0599
0,2604
4,0000
140. bantul
piyungan
srimartani
0,0063
0,1992
3,0000
0,0137
0,3066
1,0000
141. bantul
banguntapan
tamanan
0,0061
0,1995
3,0000
0,0145
0,3057
1,0000
142. bantul
banguntapan
jagalan
0,0121
0,1934
4,0000
0,0546
0,2656
4,0000
143. bantul
banguntapan
singosaren
0,0111
0,1945
3,0000
0,0178
0,3025
2,0000
144. bantul
banguntapan
wirokerten
0,0052
0,2003
2,0000
0,0209
0,2993
2,0000
145. bantul
banguntapan
jambidan
0,0087
0,1969
3,0000
0,0114
0,3089
1,0000
146. bantul
banguntapan
potorono
0,0094
0,1962
3,0000
0,0147
0,3056
1,0000
147. bantul
banguntapan
baturetno
0,0075
0,1980
3,0000
0,0408
0,2795
3,0000
148. bantul
banguntapan
banguntapan
0,0143
0,1913
4,0000
0,0427
0,2775
4,0000
149. bantul
sewon
pendowoharjo
0,0189
0,1867
4,0000
0,0619
0,2584
4,0000
150. bantul
sewon
timbulharjo
0,0270
0,1786
4,0000
0,0621
0,2581
4,0000
151. bantul
sewon
bangunharjo
0,0286
0,1770
4,0000
0,0472
0,2730
4,0000
152. bantul
sewon
panggungharjo
0,0235
0,1820
4,0000
0,0355
0,2847
3,0000
153. bantul
kasihan
bangunjiwo
0,0087
0,1968
3,0000
0,0275
0,2927
2,0000
154. bantul
kasihan
tirtonirmolo
0,0215
0,1840
4,0000
0,0308
0,2894
3,0000
155. bantul
kasihan
tamantirto
0,0218
0,1838
4,0000
0,0241
0,2962
2,0000
156. bantul
kasihan
ngestiharjo
0,0269
0,1787
4,0000
0,0311
0,2891
3,0000
28
157. bantul
pajangan
triwidadi
0,0036
0,2019
2,0000
0,0131
0,3071
1,0000
158. bantul
pajangan
sendangsari
0,0039
0,2016
2,0000
0,0240
0,2963
2,0000
159. bantul
pajangan
guwosari
0,0135
0,1920
4,0000
0,0254
0,2949
2,0000
160. bantul
sedayu
argodadi
0,0030
0,2026
2,0000
0,0073
0,3130
1,0000
161. bantul
sedayu
argorejo
0,0040
0,2016
2,0000
0,0071
0,3132
1,0000
162. bantul
sedayu
argosari
0,0047
0,2009
2,0000
0,0081
0,3122
1,0000
163. bantul
sedayu
argomulyo
0,0048
0,2008
2,0000
0,0562
0,2641
4,0000
164. gunung kidul
panggang
giriharjo
0,0069
0,1987
3,0000
0,0187
0,3015
2,0000
165. gunung kidul
panggang
giriwungu
-
0,2056
1,0000
0,0168
0,3035
1,0000
166. gunung kidul
panggang
girimulyo
0,0023
0,2033
1,0000
0,0264
0,2939
2,0000
167. gunung kidul
panggang
girikarto
0,0021
0,2034
1,0000
0,0450
0,2753
4,0000
168. gunung kidul
panggang
girisekar
0,0017
0,2039
1,0000
0,0056
0,3147
1,0000
169. gunung kidul
panggang
girisuko
0,0027
0,2029
1,0000
0,0255
0,2948
2,0000
170. gunung kidul
purwosari
girijati
0,0091
0,1965
3,0000
0,0273
0,2930
2,0000
171. gunung kidul
purwosari
giriasih
0,0077
0,1978
3,0000
0,0438
0,2764
4,0000
172. gunung kidul
purwosari
giricahyo
0,0019
0,2037
1,0000
0,0179
0,3024
2,0000
173. gunung kidul
purwosari
giripurwo
0,0030
0,2026
2,0000
0,0409
0,2793
3,0000
174. gunung kidul
purwosari
giritirto
0,0078
0,1978
3,0000
0,0498
0,2705
4,0000
175. gunung kidul
paliyan
karang duwet
0,0057
0,1999
2,0000
0,0456
0,2747
4,0000
176. gunung kidul
paliyan
karang asem
0,0077
0,1979
3,0000
0,0392
0,2811
3,0000
177. gunung kidul
paliyan
mulusan
0,0078
0,1978
3,0000
0,0381
0,2822
3,0000
178. gunung kidul
paliyan
giring
0,0037
0,2019
2,0000
0,0257
0,2946
2,0000
179. gunung kidul
paliyan
sodo
0,0016
0,2040
1,0000
0,0200
0,3002
2,0000
180. gunung kidul
paliyan
pampang
0,0052
0,2003
2,0000
0,0209
0,2994
2,0000
181. gunung kidul
paliyan
grogol
0,0029
0,2026
2,0000
0,0470
0,2733
4,0000
182. gunung kidul
sapto sari
krambil sawit
0,0027
0,2029
1,0000
0,0470
0,2733
4,0000
183. gunung kidul
sapto sari
kanigoro
0,0082
0,1974
3,0000
0,0387
0,2816
3,0000
184. gunung kidul
sapto sari
planjan
0,0028
0,2028
2,0000
0,0325
0,2878
3,0000
185. gunung kidul
sapto sari
monggol
0,0008
0,2048
1,0000
0,0178
0,3025
2,0000
186. gunung kidul
sapto sari
kepek
0,0015
0,2041
1,0000
0,0654
0,2549
4,0000
187. gunung kidul
sapto sari
nglora
0,0013
0,2042
1,0000
0,0267
0,2936
2,0000
188. gunung kidul
sapto sari
jetis
0,0109
0,1946
3,0000
0,0234
0,2969
2,0000
189. gunung kidul
tepus
sidoharjo
0,0417
0,1639
4,0000
0,0599
0,2604
4,0000
190. gunung kidul
tepus
tepus
0,0434
0,1622
4,0000
0,0177
0,3025
2,0000
29
191. gunung kidul
tepus
purwodadi
0,0040
0,2015
2,0000
0,0485
0,2717
4,0000
192. gunung kidul
tepus
giripanggung
0,0006
0,2050
1,0000
0,0296
0,2907
3,0000
193. gunung kidul
tepus
sumber wungu
0,0023
0,2033
1,0000
0,0178
0,3024
2,0000
194. gunung kidul
tanjungsari
kemadang
0,0667
0,1388
4,0000
0,0360
0,2843
3,0000
195. gunung kidul
tanjungsari
kemiri
0,0048
0,2008
2,0000
0,0167
0,3036
1,0000
196. gunung kidul
tanjungsari
banjarejo
0,0326
0,1730
4,0000
0,0288
0,2915
3,0000
197. gunung kidul
tanjungsari
ngestirejo
0,0145
0,1910
4,0000
0,0278
0,2925
2,0000
198. gunung kidul
tanjungsari
hargosari
0,0035
0,2021
2,0000
0,0287
0,2915
3,0000
199. gunung kidul
rongkop
melikan
-
0,2056
1,0000
0,0283
0,2920
2,0000
200. gunung kidul
rongkop
bohol
-
0,2056
1,0000
0,0724
0,2479
4,0000
201. gunung kidul
rongkop
pringombo
-
0,2056
1,0000
0,0222
0,2980
2,0000
202. gunung kidul
rongkop
botodayakan
-
0,2056
1,0000
0,0336
0,2866
3,0000
203. gunung kidul
rongkop
petir
0,0011
0,2045
1,0000
0,0245
0,2958
2,0000
204. gunung kidul
rongkop
semugih
0,0097
0,1959
3,0000
0,0813
0,2389
4,0000
205. gunung kidul
rongkop
karangwuni
0,0030
0,2025
2,0000
0,0212
0,2991
2,0000
206. gunung kidul
rongkop
pucanganom
-
0,2056
1,0000
0,0318
0,2885
3,0000
207. gunung kidul
girisubo
balong
-
0,2056
1,0000
0,0303
0,2900
3,0000
208. gunung kidul
girisubo
jepitu
0,0045
0,2011
2,0000
0,0449
0,2753
4,0000
209. gunung kidul
girisubo
karangawen
-
0,2056
1,0000
0,0434
0,2769
4,0000
210. gunung kidul
girisubo
tileng
0,0025
0,2030
1,0000
0,0269
0,2934
2,0000
211. gunung kidul
girisubo
nglindur
0,0015
0,2041
1,0000
0,0207
0,2996
2,0000
212. gunung kidul
girisubo
jerukwudel
0,0078
0,1978
3,0000
0,0798
0,2404
4,0000
213. gunung kidul
girisubo
pucung
0,0035
0,2021
2,0000
0,0593
0,2609
4,0000
214. gunung kidul
girisubo
songbanyu
0,0099
0,1957
3,0000
0,0069
0,3133
1,0000
215. gunung kidul
semanu
pacarejo
0,0018
0,2038
1,0000
0,0327
0,2875
3,0000
216. gunung kidul
semanu
candirejo
0,0028
0,2028
2,0000
0,0203
0,3000
2,0000
217. gunung kidul
semanu
dadapayu
0,0014
0,2042
1,0000
0,0356
0,2847
3,0000
218. gunung kidul
semanu
ngeposari
0,0014
0,2041
1,0000
0,0264
0,2939
2,0000
219. gunung kidul
semanu
semanu
0,0032
0,2024
2,0000
0,0320
0,2883
3,0000
220. gunung kidul
ponjong
gombang
0,0024
0,2032
1,0000
0,0252
0,2951
2,0000
221. gunung kidul
ponjong
sidorejo
0,0008
0,2048
1,0000
0,0166
0,3037
1,0000
222. gunung kidul
ponjong
bedoyo
0,0079
0,1976
3,0000
0,0178
0,3024
2,0000
223. gunung kidul
ponjong
karang asem
-
0,2056
1,0000
0,0419
0,2783
3,0000
224. gunung kidul
ponjong
ponjong
0,0045
0,2011
2,0000
0,0314
0,2888
3,0000
30
225. gunung kidul
ponjong
genjahan
0,0037
0,2019
2,0000
0,0527
0,2676
4,0000
226. gunung kidul
ponjong
sumber giri
0,0037
0,2019
2,0000
0,0535
0,2668
4,0000
227. gunung kidul
ponjong
kenteng
0,0012
0,2044
1,0000
0,0772
0,2431
4,0000
228. gunung kidul
ponjong
tambakromo
0,0036
0,2019
2,0000
0,0353
0,2850
3,0000
229. gunung kidul
ponjong
sawahan
0,0014
0,2042
1,0000
0,0521
0,2682
4,0000
230. gunung kidul
ponjong
umbul rejo
0,0023
0,2032
1,0000
0,0254
0,2949
2,0000
231. gunung kidul
karangmojo
bendungan
0,0016
0,2040
1,0000
0,0129
0,3073
1,0000
232. gunung kidul
karangmojo
bejiharjo
0,0026
0,2030
1,0000
0,0008
0,3195
1,0000
233. gunung kidul
karangmojo
wiladeg
0,0235
0,1821
4,0000
0,0407
0,2795
3,0000
234. gunung kidul
karangmojo
kelor
0,0022
0,2034
1,0000
0,0187
0,3016
2,0000
235. gunung kidul
karangmojo
ngipak
0,0010
0,2046
1,0000
0,0355
0,2847
3,0000
236. gunung kidul
karangmojo
karangmojo
0,0035
0,2021
2,0000
0,0570
0,2632
4,0000
237. gunung kidul
karangmojo
gedang rejo
0,0064
0,1991
3,0000
0,0292
0,2910
3,0000
238. gunung kidul
karangmojo
ngawis
0,0018
0,2038
1,0000
0,0161
0,3042
1,0000
239. gunung kidul
karangmojo
jati ayu
0,0024
0,2032
1,0000
0,0282
0,2920
2,0000
240. gunung kidul
wonosari
wunung
0,0010
0,2045
1,0000
0,0147
0,3056
1,0000
241. gunung kidul
wonosari
mulo
0,0106
0,1950
3,0000
0,0417
0,2785
3,0000
242. gunung kidul
wonosari
duwet
0,0147
0,1908
4,0000
0,0368
0,2835
3,0000
243. gunung kidul
wonosari
wareng
0,0042
0,2013
2,0000
0,0170
0,3033
1,0000
244. gunung kidul
wonosari
pulutan
0,0059
0,1996
2,0000
0,0263
0,2940
2,0000
245. gunung kidul
wonosari
siraman
0,0092
0,1963
3,0000
0,0204
0,2998
2,0000
246. gunung kidul
wonosari
karang rejek
0,0063
0,1993
3,0000
0,0521
0,2681
4,0000
247. gunung kidul
wonosari
baleharjo
0,0093
0,1962
3,0000
0,0175
0,3027
1,0000
248. gunung kidul
wonosari
selang
0,0081
0,1975
3,0000
0,0202
0,3001
2,0000
249. gunung kidul
wonosari
wonosari
0,0086
0,1969
3,0000
0,1109
0,2094
4,0000
250. gunung kidul
wonosari
kepek
0,0337
0,1718
4,0000
0,0337
0,2865
3,0000
251. gunung kidul
wonosari
piyaman
0,0101
0,1955
3,0000
0,0312
0,2891
3,0000
252. gunung kidul
wonosari
karang tengah
0,0109
0,1947
3,0000
0,0095
0,3108
1,0000
253. gunung kidul
wonosari
gari
0,0052
0,2004
2,0000
0,0183
0,3019
2,0000
254. gunung kidul
playen
banyusoco
0,0044
0,2012
2,0000
0,0201
0,3002
2,0000
255. gunung kidul
playen
plembutan
0,0054
0,2002
2,0000
0,0162
0,3041
1,0000
256. gunung kidul
playen
bleberan
0,0333
0,1723
4,0000
0,0423
0,2780
3,0000
257. gunung kidul
playen
getas
0,0035
0,2021
2,0000
0,0286
0,2917
3,0000
258. gunung kidul
playen
dengok
0,0028
0,2027
2,0000
0,0228
0,2975
2,0000
31
259. gunung kidul
playen
ngunut
0,0063
0,1993
3,0000
0,0250
0,2952
2,0000
260. gunung kidul
playen
playen
0,0051
0,2005
2,0000
0,0545
0,2657
4,0000
261. gunung kidul
playen
ngawu
0,0466
0,1590
4,0000
0,0314
0,2889
3,0000
262. gunung kidul
playen
bandung
0,0142
0,1914
4,0000
0,0417
0,2786
3,0000
263. gunung kidul
playen
logandeng
-
0,2056
1,0000
0,0840
0,2363
4,0000
264. gunung kidul
playen
gading
0,0088
0,1967
3,0000
0,0283
0,2920
2,0000
265. gunung kidul
playen
banaran
0,0032
0,2024
2,0000
0,0286
0,2917
3,0000
266. gunung kidul
playen
ngleri
0,0127
0,1928
4,0000
0,0408
0,2795
3,0000
267. gunung kidul
patuk
semoyo
0,0026
0,2030
1,0000
0,0334
0,2868
3,0000
268. gunung kidul
patuk
pengkok
0,0033
0,2022
2,0000
0,0446
0,2757
4,0000
269. gunung kidul
patuk
beji
0,0062
0,1994
3,0000
0,0235
0,2967
2,0000
270. gunung kidul
patuk
bunder
0,0190
0,1866
4,0000
0,0514
0,2689
4,0000
271. gunung kidul
patuk
nglegi
0,0023
0,2032
1,0000
0,0466
0,2737
4,0000
272. gunung kidul
patuk
putat
0,0265
0,1790
4,0000
0,0439
0,2764
4,0000
273. gunung kidul
patuk
salam
0,0011
0,2045
1,0000
0,0441
0,2762
4,0000
274. gunung kidul
patuk
patuk
0,0242
0,1814
4,0000
0,0560
0,2643
4,0000
275. gunung kidul
patuk
ngoro oro
0,0037
0,2019
2,0000
0,0417
0,2785
3,0000
276. gunung kidul
patuk
nglanggeran
0,0153
0,1903
4,0000
0,0430
0,2773
4,0000
277. gunung kidul
patuk
terbah
0,0027
0,2029
1,0000
0,0470
0,2732
4,0000
278. gunung kidul
gedang sari
ngalang
0,0095
0,1961
3,0000
0,0427
0,2775
1.1. LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga ketahanan pangan menjadi semakin
penting bagi Indonesia karena jumlah penduduknya sangat besar dengan cakupan
geografis yang luas dan tersebar. Untuk itu upaya peningkatan ketahanan pangan
dan gizi di satu daerah, sangat penting guna mengetahui mengenai siapa, berapa
banyak yang rentan terhadap kerawanan pangan dan gizi serta dimana mereka
tinggal lalu apa saja sebenarnya yang membuat mereka rentan. Untuk
mewujudkan pengelolaan program ketahanan pangan yang efektif, diperlukan
informasi ketahanan pangan yang akurat dan tertata dengan baik, sehingga dapat
dilakukan intervensi efektif secara anggaran maupun program yang terkait dengan
ketahanan pangan dan gizi. Salah satu upaya untuk memenuhi tersedianya
informasi mengenai situasi ketahanan dan kerentanan pangan suatu daerah,
maka dilaksanakan monitoring situasi ketahanan pangan wilayah melalui
penyusunan dan pengembangan peta situasi ketahanan pangan. Melalui
pengembangan peta tersebut diharapkan dapat menjadi instrumen pemetaan
yang komprehensif terkait kerawanan pangan dan gizi di seluruh wilayah
Indonesia. Penyusunan peta digunakan untuk meningkatkan akurasi penentuan
sasaran, menyediakan informasi untuk para penentu kebijakan sehingga dapat
meningkatkan kualitas perencanaan dan program dalam mengurangi prevalensi
kerawanan pangan dan gizi. Sejak tahun 2002, Pemerintah Indonesia bekerja
1
sama dengan World Food Programme (WFP) untuk memperkuat pemahaman ini
melalui pengembangan peta ketahanan pangan dan gizi. Peta ini berfungsi
sebagai alat untuk meningkatkan pencapaian sasaran dan memberi informasi
kepada proses pembuatan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan gizi. Kerja
sama tersebut telah menghasilkan Peta Kerawanan Pangan (Food Security Atlas
– FIA) pada tahun 2005 dengan cakupan wilayah analisis sampai dengan tingkat
kabupaten. Peta tersebut kemudian dimutakhirkan dan diubah menjadi Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vurnerability Atlas –
FSVA) pada tahun 2009. Peta tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2015.
Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional, pada tahun 2010 mulai disusun
FSVA Provinsi dengan unit analisa sampai dengan tingkat kecamatan. Peta
tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2014. Untuk mempertajam tingkat
analisis ketahanan pangan dan kerentanan pangan pada tahun 2012 mulai
disusun FSVA Kabupaten dengan tingkat analisa sampai dengan level desa. Peta
ini mengklasifikasikan desa pada kabupaten berdasarkan tingkat kerentanan
terhadap kerawanan pangan. Seperti halnya FSVA Nasional dan Provinsi, FSVA
Kabupaten menyediakan sarana bagi para pengambil keputusan untuk secara
cepat dalam mengidentifikasi daerah yang lebih rentan, dimana investasi dari
berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan manusia dan infrastruktur
yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yang lebih
baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada tingkat
desa. Pada tahun 2016 kembali akan dilakukan penyempurnaan atas FSVA
Kabupaten 2012. Penyempurnaan ini dilakukan untuk mengakomodasi dinamika
2
dan perkembangan situasi ketahanan pangan yang ada pada tingkat kabupaten.
Penyusunan FSVA Kabupaten ini juga untuk menganalisa lebih lanjut hasil yang
diperoleh pada FSVA Nasional dan Provinsi pada tahun 2014 dan 2015. Buku
Peta FSVA ini selain memberikan pedoman atau arahan teknis juga memberikan
latar belakang pemilihan indikator dan metodologi dalam proses penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan – FSVA Kabupaten dengan dengan analisisnya
sesuai kondisi geografis dengan segala faktor pendukung dan ketersediaan data.
1.2. KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
Definisi Ketahanan Pangan berdasarkan Undang Undang Pangan No. 18 tahun
2012 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sebagaimana FSVA tahuntahun sebelumnya, FSVA Kabupaten 2016 disusun berdasarkan tiga pilar
ketahanan pangan: (i) ketersediaan pangan; (ii) keterjangkauan pangan; dan
(iii) pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya
pangan dari hasil produksi dalam negeri, cadangan pangan, serta pemasukan
pangan (termasuk didalamnya impor dan bantuan pangan), apabila kedua sumber
utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan dapat dihitung
pada tingkat nasional, regional, kabupaten dan tingkat masyarakat.
3
Akses atau keterjangkauan pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk
memperoleh cukup pangan yang bergizi, melalui satu atau kombinasi dari
berbagai sumber seperti: produksi dan persediaan sendiri, pembelian, barter,
hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di suatu daerah
tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu jika mereka tidak mampu
secara fisik, ekonomi atau sosial, mengakses jumlah dan keragaman makanan
yang cukup. Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh
rumah tangga dan kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme
zat gizi. Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan
penyiapan makanan, keamanan air untuk minum dan memasak, kondisi
kebersihan, kebiasaan pemberian makan (terutama bagi individu dengan
kebutuhan makanan khusus), distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai
dengan kebutuhan individu (pertumbuhan, kehamilan dan menyusui), dan status
kesehatan setiap anggota rumah tangga. Dampak gizi dan kesehatan merujuk
pada status gizi individu, termasuk defisiensi mikronutrien, pencapaian morbiditas
dan mortalitas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pangan, serta praktekpraktek perawatan umum, memiliki kontribusi terhadap dampak keadaan gizi pada
kesehatan masyarakat dan penanganan penyakit yang lebih luas.
Kerentanan dalam Peta ini selanjutnya merujuk pada kerentanan terhadap
kerawanan pangan dan gizi. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau
kelompok masyarakat ditentukan oleh pemahaman terhadap faktor-faktor risiko
dan kemampuan untuk mengatasi situasi tertekan.
4
Gambar 1.1. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi (WFP, Januari 2009)
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
(Food Security and Vulnerability Atlas/ FSVA) tingkat desa adalah menyediakan
informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan
target serta intervensi kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten, sehingga FSVA
dapat menjawab :
5
1. Dimana daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan?
Lokasi (Desa Se DIY).
2. Mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan?
Rasio jumlah warung dan toko terhadap rumah tangga, rasio jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan terendah, rasio rumah tangga dapat mengakses
listrik, jumlah desa tidak dapat dilalui roda 4, rasio anak usia 7 - 15 tahun tidak
bersekolah, rasio rumah tangga tanpa akses air bersih dan BAB dan rasio
tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk.
3. Berapa jumlah penduduk yang rentan terhadap kerawanan pangan?
Estimasi jumlah penduduk di daerah yang rentan terhadap rawan pangan.
Adapun bentuk penyajian hasil penyusunan FSVA tingkat desa di DIY adalah
sebagai berikut :
1. Tersusunnya indikator Ketahanan dan Kerentanan Pangan tingkat desa di DIY
dengan rincian sebagai berikut : kategori ketersediaan pangan (2 indikator),
Akses terhadap pangan dan penghidupan (3 indikator), pemanfaatan pangan (4
indikator)
2. Peta ketahanan dan kerentanan pangan berdasarkan masing-masing indikator
tunggal dan komposit, dengan perincian sebagai berikut : 9 peta kerawanan
pangan kronis, 1 peta komposit.
6
BAB II
INDIKATOR PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)
TINGKAT KABUPATEN
2.1.RINGKASAN INDIKATOR TERHADAP KERAWANAN PANGAN
Kerawanan pangan dan gizi adalah masalah multi-dimensional yang memerlukan
analisis dari sejumlah parameter yang berbeda yang berada di luar cakupan
masalah produksi pangan semata, dengan tidak ada satu ukuran yang langsung
dapat mengukur masalah ini. Kompleksitas masalah ketahanan pangan dan gizi
dapat dikurangi dengan mengelompokkan indikator proxy ke dalam tiga kelompok
yang
berbeda
tetapi
saling
berhubungan,
yaitu
ketersediaan
pangan,
keterjangkauan/akses rumah tangga terhadap pangan dan pemanfaatan pangan
secara individu. Pertimbangan gizi, termasuk ketersediaan dan keterjangkauan
bahan pangan bergizi tersebar dalam ketiga kelompok tersebut. Sembilan indikator
yang dipilih telah melalui proses penelaahan Tim Pengarah dan Kelompok Kerja
Teknis FSVA Pusat berdasarkan ketersediaan data di tingkat desa serta kapasitas
indikator-indikator tersebut dalam mencerminkan unsur-unsur inti dari tiga pilar
ketahanan pangan dan gizi (Tabel 2.1). Selaras dengan FSVA Nasional maupun
Provinsi, dalam Penyusunan FSVA Kabupaten ini meliputi indikator kerawanan
pangan dan gizi kronis. Dibandingkan dengan 7 indikator yang digunakan dalam
FSVA Kabupaten 2012, terdapat beberapa perubahan penting dalam definisi dan
penentuan indikator FSVA Kabupaten. Beberapa indikator dalam aspek ketahanan
pangan mengalami perubahan seperti: i) dalam aspek ketersediaan pangan
7
menggunakan Rasio toko terhadap Rumah Tangga serta Rasio warung terhadap
Rumah Tangga; ii) pada aspek pemanfaatan pangan ditambahkan Rasio anak tidak
bersekolah, Rasio Rumah Tangga tanpa akses air bersih, Rasio jumlah tenaga
kesehatan terhadap penduduk serta Rasio Rumah Tangga tanpa fasilitas BAB
(Buang Air Besar).
Kerentanan terhadap kerawanan pangan tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten, memiliki karakteristik masing-masing sehingga tidak semua indikator
nasional maupun provinsi dapat digunakan untuk memetakan kerentanan terhadap
kerawanan pangan sampai dengan tingkat kabupaten. Pemilihan indikator FSVA
Kabupaten tersebut juga dengan mempertimbangkan ketersediaan data sampai
dengan level desa.
Tabel 1. Indikator Ketahanan dan Kerawanan Pangan
Indikator
Ketersediaan Pangan
1. Rasio Warung terhadap Rumah
Tangga
2. Rasio Toko terhadap Rumah Tangga
Jenis Kerawanan Pangan
KERENTANAN TERHADAP
KERAWANAN PANGAN KRONIS
Pemanfaatan Pangan
3. Rasio penduduk dengan status
kesejahteraan terendah
4. Rasio Rumah Tangga tanpa akses
listrik
5. Desa yang tidak memiliki akses
penghubung memada
Pemanfaatan Pangan
6. Rasio anak tidak bersekolah
7. Rasio Rumah Tangga tanpa akses
air bersih
8. Rasio tenaga kesehatan terhadap
penduduk
9. Rasio Rumah Tangga tanpa fasilitas
BAB (Buang Air Besar
INDEKS KETAHANAN PANGAN
KOMPOSIT
8
2.2. JENIS DATA, CAKUPAN DATA DAN SUMBER DATA
Jenis data, definisi cakupan data dan sumber data untuk penyusunan FSVA
Kabupaten tertera dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. Jenis Data, Cakupan Data dan Sumber Data
Jenis Data
Cakupan Data
Sumber Data
1. Rasio Warung terhadap
Rumah Tangga
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah Rumah Tangga
2014 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
2. Rasio Toko terhadap
Rumah Tangga
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah Rumah Tangga
2014 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
3. Rasio penduduk
dengan status
kesejahteraan
terendah
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah penduduk 2015
dari Proyeksi Sensus
Penduduk 2010
4. Rasio Rumah Tangga
tanpa akses listrik
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
Desa
9
5. Desa yang tidak
memiliki akses
penghubung memadai
- PODES 2014, BPS
6. Rasio anak tidak
bersekolah
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
7. Rasio Rumah Tangga
tanpa akses air bersih
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
8. Rasio tenaga
kesehatan terhadap
penduduk
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah penduduk 2014
dari Proyeksi Sensus
Penduduk 2010
9. Rasio Rumah Tangga
tanpa fasilitas BAB
(Buang Air Besar)
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
10
2.3. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
KABUPATEN
Untuk membantu kelancaran penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan (FSVA) Kabupaten, maka Badan Ketahanan Pangan perlu membentuk
tim asistensi di tingkat nasional dan tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan
kabupaten. Tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan kabupaten ini terdiri dari
tim pengarah dan tim pelaksana yang berasal dari lintas sektor. Di tingkat
nasional, Tim Asistensi Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Kabupaten mempunyai tugas:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Kabupaten tahun 2016;
2. Mengkaji
dan
menetapkan
metodologi
dan
indikator penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;
3. Melakukan
pelatihan
metodologi dan
indikator untuk penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;
4. Mengkonsolidasikan pengumpulan dan analisis data untuk pembuatan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016; dan
5. Membina dan memonitor pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016.
Di tingkat provinsi dan kabupaten, Tim Pengarah mempunyai tugas:
1.
Memberikan
arahan
dan
mengkoordinasikan
dalam
hal
pelaksanaan
penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat
provinsi dan kabupaten; dan
11
2. Mengkaji metodologi dan indikator penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten.
Sedangkan Tim Pelaksana mempunyai tugas:
1. Melakukan pertemuan dan pelatihan terkait metodologi dan indikator serta
penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi
dan kabupaten;
2. Melakukan konsolidasi dan kompilasi dalam hal pengumpulan data untuk indikator
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten;
3. Melakukan validasi dan analisis data indikator Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Kabupaten; dan
4. Menyusun buku Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten.
Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana FSVA tingkat Provinsi dan
Kabupaten;
2. Pertemuan teknis untuk melakukan review ketersediaan data;
3. Pelatihan FSVA (Metodologi dan analisis data indikator);
4. Pengumpulan data untuk tingkat desa;
12
5. Pertemuan untuk melakukan validasi data yang tersedia;
6. Analisa data dan pembuatan peta;
7. Workshop validasi hasil awal analisa data/tabel dan peta yang dihasilkan;
8. Penyusunan buku Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (FSVA) Kabupaten; dan
9. Launching Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Kabupaten.
13
BAB III
PENJELASAN INDIKATOR
PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)
TINGKAT KABUPATEN
I. ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN
Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pangan dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan
hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor, apabila
kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut,
perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki
oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau
organisasi lainnya.
Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun diimpor harus masuk terlebih
dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena itu, keberadaan
infrastruktur pasar,
distribusi,
dan
perdagangan akan terkait
erat
dengan
ketersediaan pada tingkat regional dan lokal. Indikator-indikator yang termasuk
dalam aspek ketersediaan pangan adalah :
1. Rasio Warung terhadap Rumah Tangga.
2. Rasio Toko terhadap Rumah Tangga;
14
1.1 Rasio Warung terhadap Rumah Tangga
Rasio Warung terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah warung/kedai
makanan minuman terhadap jumlah rumah tangga. Warung/kedai makanan dan
minuman adalah usaha pangan siap saji di bangunan tetap, pembeli biasanya
tidak dikenai pajak. Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah
tangga tahun 2014 hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010.
Warung/kedai makanan dan minuman juga diasumsikan sebagai salah satu
tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok pangan) yang terdapat di suatu
desa.
Oleh karena itu, semakin tinggi rasio jumlah warung/kedai makanan dan
minuman terhadap jumlah Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik
tingkat ketersediaan pangan di wilayah tersebut, begitu pula sebaliknya. Sumber
data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
1.2 Rasio Toko terhadap Rumah Tangga
Rasio Toko terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah toko/warung
kelontong terhadap jumlah Rumah Tangga.
Toko/warung kelontong adalah tempat usaha di bangunan tetap untuk menjual
barang keperluan sehari-hari termasuk pangan didalamnya secara eceran
tanpa ada sistem pelayanan mandiri.
15
Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah tangga tahun 2014
hasil
proyeksi
Sensus
Penduduk
(SP)
2010.
Toko/warung
kelontong
diasumsikan sebagai salah satu tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok
pangan) yang terdapat di suatu desa. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio
Toko terhadap Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik tingkat
ketersediaan pangan di wilayah tersebut. Sumber data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
II. ASPEK KETERJANGKAUAN PANGAN
Keterjangkauan Pangan atau Akses terhadap Pangan adalah kemampuan rumah
tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri,
stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan.
Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua
rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun
keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.
Ketersediaan pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh
penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah
tangga, modal/aset (sumber daya alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi dan
sosial) dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar –
penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.
Rumah tangga yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan
berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak berkecukupan,
16
tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin
dan rentan terhadap kerawanan pangan. Aspek keterjangkauan pangan, meliputi
indikator-indikator sebagai berikut:
1.Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah;
2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik;
3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai.
2.1. Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah
Penduduk dengan status kesejahteraan terendah adalah jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan pada Desil 1. Data tersebut diperoleh dari
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 yang dikoordinasikan oleh Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Data tersebut
kemudian
diolah
Tim
FSVA
menjadi
rasio
penduduk
dengan
status
kesejahteraan terendah dengan membandingkan terhadap jumlah penduduk
2015, hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Penduduk tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
2.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik
Rumah tangga tanpa akses listrik adalah jumlah rumah tangga dengan
sumber penerangan utama bukan listrik. Data yang diperoleh dari PBDTTNP2K tersebut kemudian diolah dengan membandingkan dengan total
jumlah penduduk, hasil proyeksi Sensus Penduduk 2010.
17
Secara umum, tersedianya fasilitas listrik di suatu wilayah akan membuka
peluang yang lebih besar untuk akses pekerjaan dan roda perekonomian akan
lebih berkembang. Dengan demikian hal ini juga menjadi salah satu indikasi
kesejahteraan suatu wilayah atau rumah tangga. Semakin meningkat
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah maka kemampuan akses
masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan semakin baik pula di
wilayah tersebut. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
2.3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai
Merupakan desa yang tidak memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4
atau lebih, yaitu:
1. Desa dengan sarana transportasi darat tidak dapat dilalui sepanjang tahun;
dan
2. Desa dengan sarana transportasi air namun tidak tersedia angkutan umum.
Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan ”kemiskinan lokal”,
dimana masyarakat tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan kondisi
geografis yang sulit dan ketersediaan pasar yang buruk, sehingga kurang
memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai serta tidak
atau
masih
kurang
dalam
mendapatkan
akses
terhadap
program
pembangunan pemerintah.
18
Jika suatu daerah telah memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4
atau lebih maka dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut memiliki jalur
distribusi pangan yang normal sehingga harga pangan pun relatif terjangkau.
Sumber data :
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS.
19
III. ASPEK PEMANFAATAN PANGAN
Dimensi ketiga dari ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan
pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan yang bisa di akses oleh rumah tangga,
dan b) kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pemanfaatan makanan
secara efisien oleh tubuh.
Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan, dan penyiapan
makanan
termasuk
penggunaan
air
dan
bahan
bakar
selama
proses
pengolahannya serta kondisi higiene, budaya, atau kebiasaan pemberian makan
terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan khusus, distribusi
makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu
(pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dll) dan status kesehatan masing-masing
anggota rumah tangga. Aspek pemanfaatan pangan meliputi indikator-indikator
sebagai berikut:
1. Rasio Anak Tidak Bersekolah;
2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih;
3. Rasio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk;
4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas BAB (Buang Air Besar).
3.1. Rasio Anak Tidak Bersekolah
Tingkat partisipasi sekolah anak usia 7-15 tahun diperoleh berdasarkan Data
PBDT-TNP2K pada semua Desil (1-4). Semakin tinggi rasio jumlah anak yang
tidak bersekolah (7-15 tahun) terhadap jumlah anak (jumlah anak bersekolah
dan tidak bersekolah usia 7-15 tahun) di suatu desa menjadi salah satu
20
indikasi yang menggambarkan tingkat pemanfaatan pangan yang rendah di
desa tersebut.
Hal ini terkait pengetahuan akan pangan dan gizi yang relatif lebih terbatas
dibandingkan dengan wilayah lain dengan tingkat partisipasi anak sekolah
yang lebih baik. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015.
3.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak (Permenkes 416 Tahun 1990).
Air minum merupakan kebutuhan manusia yang penting. Air minum yang tidak
layak akan meningkatkan angka kesakitan dan menurunkan kemampuan
dalam menyerap makanan dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi
seseorang. Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang
terlindung meliputi: air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal
air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur
bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan
kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah.
Tidak termasuk: air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui
tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Rumah tangga tanpa akses ke
air bersih adalah rumah tangga dengan sumber air tidak layak minum yaitu
sumber air tidak terlindungi, terdiri atas (a) sumur tak terlindung; (b) mata air
21
tak terlindung (c) sungai/danau/waduk; (d) air hujan; dan (e) lainnya pada
semua desil. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
3.3. Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk
Tenaga kesehatan berperan dalam menurunkan angka kesakitan (morbiditas)
penduduk dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
makanan
bergizi
seimbang.
Dengan
demikian
akan
meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menyerap makanan ke dalam tubuh dan
memanfaatkannya.
Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk menunjukkan kemampuan
jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk melayani masyarakat. Jumlah
tenaga kesehatan yang memadai akan meningkatkan tingkat pemanfaatan
pangan masyarakat. Tenaga kesehatan terdiri atas: (i) Dokter Umum/Spesialis
(Pria/wanita), (ii) Dokter Gigi, (iii) Bidan dan (iv) Tenaga Kesehatan lainnya
(apoteker/asisten apoteker, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
perawat). Sumber data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
Jumlah Penduduk tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
22
3.4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas Tempat Buang Air Besar (BAB)
Keberadaan fasilitas BAB pada rumah tangga menjadi salah satu indikasi
bahwa sanitasi di rumah tangga tersebut cukup memadai. Dengan sanitasi
yang
baik,
akan
menjaga
dan
meningkatkan
kesehatan
sehingga
pemanfaatan pangan di rumah tangga tersebut akan lebih baik. Rumah
tangga yang tidak memiliki fasilitas sanitasi memadai adalah rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas tempat BAB di semua Desil (I, II, III, dan IV).
Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
23
BAB IV
HASIL ANALISIS PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
(FSVA) TINGKAT KABUPATEN
I. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, dari 438 desa/kelurahan di DIY
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
No
Nama Kab
Nama Kec
Nama desa
1.
rasio
war
per rt
1.
rasio
war
per rt2
1.
prioritas
war
2.
rasio
toko
per rt
2. rasio
toko per
rt2
2. prioritas
toko
1.
kulon progo
temon
jangkaran
0,0065
0,1991
3,0000
0,0217
0,2986
2,0000
2.
kulon progo
temon
sindutan
0,0111
0,1945
3,0000
0,0221
0,2981
2,0000
3.
kulon progo
temon
palihan
0,0156
0,1900
4,0000
0,0415
0,2787
3,0000
4.
kulon progo
temon
glagah
0,0091
0,1965
3,0000
0,0569
0,2633
4,0000
5.
kulon progo
temon
kali dengen
0,0032
0,2024
2,0000
0,0253
0,2950
2,0000
6.
kulon progo
temon
plumbon
-
0,2056
1,0000
0,0132
0,3071
1,0000
7.
kulon progo
temon
kedundang
0,0017
0,2039
1,0000
0,0462
0,2741
4,0000
8.
kulon progo
temon
demen
0,0080
0,1975
3,0000
0,0134
0,3069
1,0000
9.
kulon progo
temon
kulur
0,0096
0,1960
3,0000
0,0384
0,2818
3,0000
10. kulon progo
temon
kaligintung
0,0021
0,2035
1,0000
0,0276
0,2927
2,0000
11. kulon progo
temon
temon wetan
0,0024
0,2032
1,0000
0,0143
0,3060
1,0000
12. kulon progo
temon
temon kulon
0,0067
0,1989
3,0000
0,1948
0,1255
4,0000
13. kulon progo
temon
kebonrejo
0,0128
0,1928
4,0000
0,0563
0,2640
4,0000
14. kulon progo
temon
janten
0,0032
0,2024
2,0000
0,0316
0,2887
3,0000
15. kulon progo
temon
karang wuluh
0,0199
0,1857
4,0000
0,0278
0,2924
2,0000
16. kulon progo
wates
karang wuni
0,0011
0,2044
1,0000
0,0379
0,2824
3,0000
17. kulon progo
wates
sogan
0,0056
0,1999
2,0000
0,0376
0,2827
3,0000
18. kulon progo
wates
kulwaru
0,0055
0,2001
2,0000
0,0287
0,2916
3,0000
19. kulon progo
wates
ngestiharjo
0,0048
0,2007
2,0000
0,0241
0,2961
2,0000
20. kulon progo
wates
triharjo
0,0054
0,2002
2,0000
0,0076
0,3127
1,0000
24
21. kulon progo
wates
bendungan
0,0179
0,1877
4,0000
0,0717
0,2486
4,0000
22. kulon progo
wates
giri peni
0,0098
0,1958
3,0000
0,0350
0,2853
3,0000
23. kulon progo
wates
wates
0,0263
0,1792
4,0000
0,1097
0,2105
4,0000
24. kulon progo
panjatan
garongan
0,0022
0,2033
1,0000
0,0269
0,2934
2,0000
25. kulon progo
panjatan
pleret
0,0091
0,1965
3,0000
0,0215
0,2987
2,0000
26. kulon progo
panjatan
bugel
0,0017
0,2039
1,0000
0,0110
0,3092
1,0000
27. kulon progo
panjatan
kanoman
-
0,2056
1,0000
0,0109
0,3094
1,0000
28. kulon progo
panjatan
depok
0,0036
0,2020
2,0000
0,0241
0,2961
2,0000
29. kulon progo
panjatan
bojong
0,0053
0,2003
2,0000
0,0372
0,2831
3,0000
30. kulon progo
panjatan
tayuban
0,0081
0,1975
3,0000
0,0259
0,2944
2,0000
31. kulon progo
panjatan
gotakan
0,0027
0,2028
1,0000
0,0123
0,3079
1,0000
32. kulon progo
panjatan
panjatan
0,0139
0,1917
4,0000
0,0278
0,2925
2,0000
33. kulon progo
panjatan
cerme
0,0043
0,2013
2,0000
0,0162
0,3041
1,0000
34. kulon progo
panjatan
krembangan
0,0052
0,2004
2,0000
0,0186
0,3016
2,0000
35. kulon progo
galur
karang sewu
0,0032
0,2023
2,0000
0,0120
0,3082
1,0000
36. kulon progo
galur
banaran
0,0045
0,2010
2,0000
0,0169
0,3034
1,0000
37. kulon progo
galur
kranggan
0,0220
0,1835
4,0000
0,0385
0,2817
3,0000
38. kulon progo
galur
nomporejo
0,0113
0,1943
4,0000
0,0387
0,2815
3,0000
39. kulon progo
galur
brosot
0,0125
0,1931
4,0000
0,0288
0,2914
3,0000
40. kulon progo
galur
pandowan
0,0140
0,1915
4,0000
0,0368
0,2834
3,0000
41. kulon progo
galur
tirta rahayu
0,0047
0,2008
2,0000
0,0221
0,2981
2,0000
42. kulon progo
lendah
wahyuharjo
-
0,2056
1,0000
0,0147
0,3055
1,0000
43. kulon progo
lendah
bumirejo
0,0136
0,1920
4,0000
0,0378
0,2825
3,0000
44. kulon progo
lendah
jatirejo
0,0065
0,1991
3,0000
0,0292
0,2911
3,0000
45. kulon progo
lendah
sidorejo
0,0019
0,2037
1,0000
0,0167
0,3035
1,0000
46. kulon progo
lendah
gulurejo
0,0089
0,1966
3,0000
0,0300
0,2903
3,0000
47. kulon progo
lendah
ngentakrejo
0,0034
0,2022
2,0000
0,0057
0,3146
1,0000
48. kulon progo
sentolo
demangrejo
0,0103
0,1952
3,0000
0,0149
0,3053
1,0000
49. kulon progo
sentolo
srikayangan
0,0031
0,2025
2,0000
0,0308
0,2895
3,0000
50. kulon progo
sentolo
tuksono
0,0036
0,2020
2,0000
0,0416
0,2787
3,0000
51. kulon progo
sentolo
salamrejo
0,0036
0,2020
2,0000
0,0386
0,2817
3,0000
52. kulon progo
sentolo
sukoreno
0,0038
0,2017
2,0000
0,0379
0,2824
3,0000
53. kulon progo
sentolo
kaliagung
0,0020
0,2036
1,0000
0,0196
0,3007
2,0000
54. kulon progo
sentolo
sentolo
0,0112
0,1943
3,0000
0,0267
0,2936
2,0000
25
55. kulon progo
sentolo
banguncipto
0,0076
0,1980
3,0000
0,0162
0,3040
1,0000
56. kulon progo
pengasih
tawangsari
0,0056
0,2000
2,0000
0,0462
0,2740
4,0000
57. kulon progo
pengasih
karangsari
0,0036
0,2020
2,0000
0,0314
0,2888
3,0000
58. kulon progo
pengasih
kedungsari
0,0079
0,1977
3,0000
0,0613
0,2590
4,0000
59. kulon progo
pengasih
margosari
0,0102
0,1954
3,0000
0,0362
0,2840
3,0000
60. kulon progo
pengasih
pengasih
0,0182
0,1873
4,0000
0,0426
0,2777
3,0000
61. kulon progo
pengasih
sendangsari
0,0073
0,1983
3,0000
0,0301
0,2902
3,0000
62. kulon progo
pengasih
sidomulyo
0,0027
0,2029
1,0000
0,0329
0,2874
3,0000
63. kulon progo
kokap
hargomulyo
0,0024
0,2032
1,0000
0,0072
0,3131
1,0000
64. kulon progo
kokap
hargorejo
0,0033
0,2023
2,0000
0,0082
0,3120
1,0000
65. kulon progo
kokap
hargowilis
0,0238
0,1818
4,0000
0,0122
0,3081
1,0000
66. kulon progo
kokap
kalirejo
-
0,2056
1,0000
0,0039
0,3163
1,0000
67. kulon progo
kokap
hargotirto
-
0,2056
1,0000
0,0504
0,2699
4,0000
68. kulon progo
girimulyo
jatimulyo
0,0015
0,2040
1,0000
0,0127
0,3075
1,0000
69. kulon progo
girimulyo
giripurwo
0,0058
0,1998
2,0000
0,0283
0,2919
3,0000
70. kulon progo
girimulyo
pendoworejo
0,0013
0,2043
1,0000
0,0065
0,3137
1,0000
71. kulon progo
girimulyo
purwosari
0,0007
0,2048
1,0000
0,0236
0,2966
2,0000
72. kulon progo
nanggulan
banyuroto
0,0072
0,1984
3,0000
0,0535
0,2668
4,0000
73. kulon progo
nanggulan
donomulyo
-
0,2056
1,0000
0,0394
0,2808
3,0000
74. kulon progo
nanggulan
wijimulyo
0,0041
0,2014
2,0000
0,0455
0,2747
4,0000
75. kulon progo
nanggulan
tanjungharjo
0,0035
0,2021
2,0000
0,0070
0,3132
1,0000
76. kulon progo
nanggulan
jati sarono
0,0057
0,1998
2,0000
0,0574
0,2629
4,0000
77. kulon progo
nanggulan
kembang
0,0267
0,1789
4,0000
0,0801
0,2401
4,0000
78. kulon progo
kalibawang
banjararum
0,0163
0,1893
4,0000
0,0436
0,2766
4,0000
79. kulon progo
kalibawang
banjarasri
0,0065
0,1991
3,0000
0,0543
0,2659
4,0000
80. kulon progo
kalibawang
banjarharjo
0,0053
0,2003
2,0000
0,0465
0,2738
4,0000
81. kulon progo
kalibawang
banjaroyo
0,0117
0,1939
4,0000
0,0269
0,2934
2,0000
82. kulon progo
samigaluh
kebon harjo
-
0,2056
1,0000
0,0301
0,2902
3,0000
83. kulon progo
samigaluh
banjarsari
0,0011
0,2045
1,0000
0,0299
0,2903
3,0000
84. kulon progo
samigaluh
purwoharjo
0,0073
0,1982
3,0000
0,0156
0,3047
1,0000
85. kulon progo
samigaluh
sidoharjo
0,0007
0,2049
1,0000
0,0257
0,2945
2,0000
86. kulon progo
samigaluh
gerbosari
0,0108
0,1948
3,0000
0,0239
0,2963
2,0000
87. kulon progo
samigaluh
ngargosari
0,0070
0,1986
3,0000
0,0368
0,2835
3,0000
88. kulon progo
samigaluh
pagerharjo
0,0022
0,2033
1,0000
0,0209
0,2994
2,0000
26
89. bantul
srandakan
poncosari
0,0204
0,1851
4,0000
0,0327
0,2876
3,0000
90. bantul
srandakan
trimurti
0,0037
0,2018
2,0000
0,0183
0,3020
2,0000
91. bantul
sanden
gadingsari
0,0052
0,2004
2,0000
0,0226
0,2977
2,0000
92. bantul
sanden
gadingharjo
0,0045
0,2011
2,0000
0,0449
0,2754
4,0000
93. bantul
sanden
srigading
0,0059
0,1997
2,0000
0,0173
0,3030
1,0000
94. bantul
sanden
murtigading
0,0117
0,1939
4,0000
0,0338
0,2865
3,0000
95. bantul
kretek
tirtohargo
0,0069
0,1987
3,0000
0,0206
0,2997
2,0000
96. bantul
kretek
parangtritis
0,0849
0,1207
4,0000
0,0636
0,2566
4,0000
97. bantul
kretek
donotirto
0,0083
0,1973
3,0000
0,0115
0,3088
1,0000
98. bantul
kretek
tirtosari
0,0173
0,1883
4,0000
0,0337
0,2865
3,0000
99. bantul
kretek
tirtomulyo
0,0127
0,1929
4,0000
0,0327
0,2876
3,0000
100. bantul
pundong
seloharjo
0,0041
0,2014
2,0000
0,0105
0,3098
1,0000
101. bantul
pundong
panjangrejo
0,0061
0,1995
3,0000
0,0132
0,3070
1,0000
102. bantul
pundong
srihardono
0,0049
0,2007
2,0000
0,0119
0,3084
1,0000
103. bantul
bambang lipuro
sidomulyo
0,0024
0,2032
1,0000
0,0177
0,3025
2,0000
104. bantul
bambang lipuro
mulyodadi
0,0020
0,2036
1,0000
0,0209
0,2994
2,0000
105. bantul
bambang lipuro
sumbermulyo
0,0063
0,1993
3,0000
0,0211
0,2992
2,0000
106. bantul
pandak
caturharjo
0,0139
0,1917
4,0000
-
0,3203
1,0000
107. bantul
pandak
triharjo
0,0029
0,2027
2,0000
0,0077
0,3126
1,0000
108. bantul
pandak
gilangharjo
0,0039
0,2017
2,0000
0,0142
0,3061
1,0000
109. bantul
pandak
wijirejo
0,0045
0,2011
2,0000
0,0328
0,2875
3,0000
110. bantul
bantul
palbapang
0,0109
0,1947
3,0000
0,0693
0,2510
4,0000
111. bantul
bantul
ringin harjo
0,0080
0,1975
3,0000
0,0281
0,2922
2,0000
112. bantul
bantul
bantul
0,0516
0,1540
4,0000
0,1210
0,1993
4,0000
113. bantul
bantul
trirenggo
0,0248
0,1808
4,0000
0,0716
0,2487
4,0000
114. bantul
bantul
sabdodadi
0,0186
0,1870
4,0000
0,0847
0,2355
4,0000
115. bantul
jetis
patalan
0,0137
0,1919
4,0000
0,0375
0,2828
3,0000
116. bantul
jetis
canden
0,0050
0,2006
2,0000
0,0334
0,2869
3,0000
117. bantul
jetis
sumber agung
0,0091
0,1965
3,0000
0,0285
0,2918
3,0000
118. bantul
jetis
trimulyo
0,0127
0,1928
4,0000
0,0279
0,2924
2,0000
119. bantul
imogiri
selopamioro
0,0019
0,2037
1,0000
0,0148
0,3054
1,0000
120. bantul
imogiri
sriharjo
0,0039
0,2017
2,0000
0,0357
0,2846
3,0000
121. bantul
imogiri
kebon agung
0,0205
0,1850
4,0000
0,0438
0,2765
4,0000
122. bantul
imogiri
karang tengah
0,0007
0,2049
1,0000
0,0367
0,2835
3,0000
27
123. bantul
imogiri
girirejo
-
0,2056
1,0000
0,0229
0,2974
2,0000
124. bantul
imogiri
karangtalun
0,0226
0,1830
4,0000
0,0282
0,2921
2,0000
125. bantul
imogiri
imogiri
0,0236
0,1820
4,0000
0,0454
0,2749
4,0000
126. bantul
imogiri
wukirsari
0,0099
0,1957
3,0000
0,0093
0,3110
1,0000
127. bantul
dlingo
mangunan
0,0025
0,2030
1,0000
0,0815
0,2388
4,0000
128. bantul
dlingo
muntuk
0,0063
0,1993
3,0000
0,0318
0,2884
3,0000
129. bantul
dlingo
dlingo
0,0078
0,1978
3,0000
0,0703
0,2499
4,0000
130. bantul
dlingo
temuwuh
0,0061
0,1995
3,0000
0,0233
0,2970
2,0000
131. bantul
dlingo
jatimulyo
0,0055
0,2001
2,0000
0,0218
0,2985
2,0000
132. bantul
dlingo
terong
0,0069
0,1987
3,0000
0,0224
0,2978
2,0000
133. bantul
pleret
wonokromo
0,0076
0,1980
3,0000
0,0097
0,3106
1,0000
134. bantul
pleret
pleret
0,0081
0,1975
3,0000
0,0311
0,2892
3,0000
135. bantul
pleret
segoroyoso
0,0021
0,2035
1,0000
0,0082
0,3120
1,0000
136. bantul
pleret
bawuran
0,0017
0,2039
1,0000
0,0271
0,2931
2,0000
137. bantul
pleret
wonolelo
0,0022
0,2034
1,0000
0,0130
0,3073
1,0000
138. bantul
piyungan
sitimulyo
0,0125
0,1930
4,0000
0,0426
0,2776
4,0000
139. bantul
piyungan
srimulyo
0,0206
0,1849
4,0000
0,0599
0,2604
4,0000
140. bantul
piyungan
srimartani
0,0063
0,1992
3,0000
0,0137
0,3066
1,0000
141. bantul
banguntapan
tamanan
0,0061
0,1995
3,0000
0,0145
0,3057
1,0000
142. bantul
banguntapan
jagalan
0,0121
0,1934
4,0000
0,0546
0,2656
4,0000
143. bantul
banguntapan
singosaren
0,0111
0,1945
3,0000
0,0178
0,3025
2,0000
144. bantul
banguntapan
wirokerten
0,0052
0,2003
2,0000
0,0209
0,2993
2,0000
145. bantul
banguntapan
jambidan
0,0087
0,1969
3,0000
0,0114
0,3089
1,0000
146. bantul
banguntapan
potorono
0,0094
0,1962
3,0000
0,0147
0,3056
1,0000
147. bantul
banguntapan
baturetno
0,0075
0,1980
3,0000
0,0408
0,2795
3,0000
148. bantul
banguntapan
banguntapan
0,0143
0,1913
4,0000
0,0427
0,2775
4,0000
149. bantul
sewon
pendowoharjo
0,0189
0,1867
4,0000
0,0619
0,2584
4,0000
150. bantul
sewon
timbulharjo
0,0270
0,1786
4,0000
0,0621
0,2581
4,0000
151. bantul
sewon
bangunharjo
0,0286
0,1770
4,0000
0,0472
0,2730
4,0000
152. bantul
sewon
panggungharjo
0,0235
0,1820
4,0000
0,0355
0,2847
3,0000
153. bantul
kasihan
bangunjiwo
0,0087
0,1968
3,0000
0,0275
0,2927
2,0000
154. bantul
kasihan
tirtonirmolo
0,0215
0,1840
4,0000
0,0308
0,2894
3,0000
155. bantul
kasihan
tamantirto
0,0218
0,1838
4,0000
0,0241
0,2962
2,0000
156. bantul
kasihan
ngestiharjo
0,0269
0,1787
4,0000
0,0311
0,2891
3,0000
28
157. bantul
pajangan
triwidadi
0,0036
0,2019
2,0000
0,0131
0,3071
1,0000
158. bantul
pajangan
sendangsari
0,0039
0,2016
2,0000
0,0240
0,2963
2,0000
159. bantul
pajangan
guwosari
0,0135
0,1920
4,0000
0,0254
0,2949
2,0000
160. bantul
sedayu
argodadi
0,0030
0,2026
2,0000
0,0073
0,3130
1,0000
161. bantul
sedayu
argorejo
0,0040
0,2016
2,0000
0,0071
0,3132
1,0000
162. bantul
sedayu
argosari
0,0047
0,2009
2,0000
0,0081
0,3122
1,0000
163. bantul
sedayu
argomulyo
0,0048
0,2008
2,0000
0,0562
0,2641
4,0000
164. gunung kidul
panggang
giriharjo
0,0069
0,1987
3,0000
0,0187
0,3015
2,0000
165. gunung kidul
panggang
giriwungu
-
0,2056
1,0000
0,0168
0,3035
1,0000
166. gunung kidul
panggang
girimulyo
0,0023
0,2033
1,0000
0,0264
0,2939
2,0000
167. gunung kidul
panggang
girikarto
0,0021
0,2034
1,0000
0,0450
0,2753
4,0000
168. gunung kidul
panggang
girisekar
0,0017
0,2039
1,0000
0,0056
0,3147
1,0000
169. gunung kidul
panggang
girisuko
0,0027
0,2029
1,0000
0,0255
0,2948
2,0000
170. gunung kidul
purwosari
girijati
0,0091
0,1965
3,0000
0,0273
0,2930
2,0000
171. gunung kidul
purwosari
giriasih
0,0077
0,1978
3,0000
0,0438
0,2764
4,0000
172. gunung kidul
purwosari
giricahyo
0,0019
0,2037
1,0000
0,0179
0,3024
2,0000
173. gunung kidul
purwosari
giripurwo
0,0030
0,2026
2,0000
0,0409
0,2793
3,0000
174. gunung kidul
purwosari
giritirto
0,0078
0,1978
3,0000
0,0498
0,2705
4,0000
175. gunung kidul
paliyan
karang duwet
0,0057
0,1999
2,0000
0,0456
0,2747
4,0000
176. gunung kidul
paliyan
karang asem
0,0077
0,1979
3,0000
0,0392
0,2811
3,0000
177. gunung kidul
paliyan
mulusan
0,0078
0,1978
3,0000
0,0381
0,2822
3,0000
178. gunung kidul
paliyan
giring
0,0037
0,2019
2,0000
0,0257
0,2946
2,0000
179. gunung kidul
paliyan
sodo
0,0016
0,2040
1,0000
0,0200
0,3002
2,0000
180. gunung kidul
paliyan
pampang
0,0052
0,2003
2,0000
0,0209
0,2994
2,0000
181. gunung kidul
paliyan
grogol
0,0029
0,2026
2,0000
0,0470
0,2733
4,0000
182. gunung kidul
sapto sari
krambil sawit
0,0027
0,2029
1,0000
0,0470
0,2733
4,0000
183. gunung kidul
sapto sari
kanigoro
0,0082
0,1974
3,0000
0,0387
0,2816
3,0000
184. gunung kidul
sapto sari
planjan
0,0028
0,2028
2,0000
0,0325
0,2878
3,0000
185. gunung kidul
sapto sari
monggol
0,0008
0,2048
1,0000
0,0178
0,3025
2,0000
186. gunung kidul
sapto sari
kepek
0,0015
0,2041
1,0000
0,0654
0,2549
4,0000
187. gunung kidul
sapto sari
nglora
0,0013
0,2042
1,0000
0,0267
0,2936
2,0000
188. gunung kidul
sapto sari
jetis
0,0109
0,1946
3,0000
0,0234
0,2969
2,0000
189. gunung kidul
tepus
sidoharjo
0,0417
0,1639
4,0000
0,0599
0,2604
4,0000
190. gunung kidul
tepus
tepus
0,0434
0,1622
4,0000
0,0177
0,3025
2,0000
29
191. gunung kidul
tepus
purwodadi
0,0040
0,2015
2,0000
0,0485
0,2717
4,0000
192. gunung kidul
tepus
giripanggung
0,0006
0,2050
1,0000
0,0296
0,2907
3,0000
193. gunung kidul
tepus
sumber wungu
0,0023
0,2033
1,0000
0,0178
0,3024
2,0000
194. gunung kidul
tanjungsari
kemadang
0,0667
0,1388
4,0000
0,0360
0,2843
3,0000
195. gunung kidul
tanjungsari
kemiri
0,0048
0,2008
2,0000
0,0167
0,3036
1,0000
196. gunung kidul
tanjungsari
banjarejo
0,0326
0,1730
4,0000
0,0288
0,2915
3,0000
197. gunung kidul
tanjungsari
ngestirejo
0,0145
0,1910
4,0000
0,0278
0,2925
2,0000
198. gunung kidul
tanjungsari
hargosari
0,0035
0,2021
2,0000
0,0287
0,2915
3,0000
199. gunung kidul
rongkop
melikan
-
0,2056
1,0000
0,0283
0,2920
2,0000
200. gunung kidul
rongkop
bohol
-
0,2056
1,0000
0,0724
0,2479
4,0000
201. gunung kidul
rongkop
pringombo
-
0,2056
1,0000
0,0222
0,2980
2,0000
202. gunung kidul
rongkop
botodayakan
-
0,2056
1,0000
0,0336
0,2866
3,0000
203. gunung kidul
rongkop
petir
0,0011
0,2045
1,0000
0,0245
0,2958
2,0000
204. gunung kidul
rongkop
semugih
0,0097
0,1959
3,0000
0,0813
0,2389
4,0000
205. gunung kidul
rongkop
karangwuni
0,0030
0,2025
2,0000
0,0212
0,2991
2,0000
206. gunung kidul
rongkop
pucanganom
-
0,2056
1,0000
0,0318
0,2885
3,0000
207. gunung kidul
girisubo
balong
-
0,2056
1,0000
0,0303
0,2900
3,0000
208. gunung kidul
girisubo
jepitu
0,0045
0,2011
2,0000
0,0449
0,2753
4,0000
209. gunung kidul
girisubo
karangawen
-
0,2056
1,0000
0,0434
0,2769
4,0000
210. gunung kidul
girisubo
tileng
0,0025
0,2030
1,0000
0,0269
0,2934
2,0000
211. gunung kidul
girisubo
nglindur
0,0015
0,2041
1,0000
0,0207
0,2996
2,0000
212. gunung kidul
girisubo
jerukwudel
0,0078
0,1978
3,0000
0,0798
0,2404
4,0000
213. gunung kidul
girisubo
pucung
0,0035
0,2021
2,0000
0,0593
0,2609
4,0000
214. gunung kidul
girisubo
songbanyu
0,0099
0,1957
3,0000
0,0069
0,3133
1,0000
215. gunung kidul
semanu
pacarejo
0,0018
0,2038
1,0000
0,0327
0,2875
3,0000
216. gunung kidul
semanu
candirejo
0,0028
0,2028
2,0000
0,0203
0,3000
2,0000
217. gunung kidul
semanu
dadapayu
0,0014
0,2042
1,0000
0,0356
0,2847
3,0000
218. gunung kidul
semanu
ngeposari
0,0014
0,2041
1,0000
0,0264
0,2939
2,0000
219. gunung kidul
semanu
semanu
0,0032
0,2024
2,0000
0,0320
0,2883
3,0000
220. gunung kidul
ponjong
gombang
0,0024
0,2032
1,0000
0,0252
0,2951
2,0000
221. gunung kidul
ponjong
sidorejo
0,0008
0,2048
1,0000
0,0166
0,3037
1,0000
222. gunung kidul
ponjong
bedoyo
0,0079
0,1976
3,0000
0,0178
0,3024
2,0000
223. gunung kidul
ponjong
karang asem
-
0,2056
1,0000
0,0419
0,2783
3,0000
224. gunung kidul
ponjong
ponjong
0,0045
0,2011
2,0000
0,0314
0,2888
3,0000
30
225. gunung kidul
ponjong
genjahan
0,0037
0,2019
2,0000
0,0527
0,2676
4,0000
226. gunung kidul
ponjong
sumber giri
0,0037
0,2019
2,0000
0,0535
0,2668
4,0000
227. gunung kidul
ponjong
kenteng
0,0012
0,2044
1,0000
0,0772
0,2431
4,0000
228. gunung kidul
ponjong
tambakromo
0,0036
0,2019
2,0000
0,0353
0,2850
3,0000
229. gunung kidul
ponjong
sawahan
0,0014
0,2042
1,0000
0,0521
0,2682
4,0000
230. gunung kidul
ponjong
umbul rejo
0,0023
0,2032
1,0000
0,0254
0,2949
2,0000
231. gunung kidul
karangmojo
bendungan
0,0016
0,2040
1,0000
0,0129
0,3073
1,0000
232. gunung kidul
karangmojo
bejiharjo
0,0026
0,2030
1,0000
0,0008
0,3195
1,0000
233. gunung kidul
karangmojo
wiladeg
0,0235
0,1821
4,0000
0,0407
0,2795
3,0000
234. gunung kidul
karangmojo
kelor
0,0022
0,2034
1,0000
0,0187
0,3016
2,0000
235. gunung kidul
karangmojo
ngipak
0,0010
0,2046
1,0000
0,0355
0,2847
3,0000
236. gunung kidul
karangmojo
karangmojo
0,0035
0,2021
2,0000
0,0570
0,2632
4,0000
237. gunung kidul
karangmojo
gedang rejo
0,0064
0,1991
3,0000
0,0292
0,2910
3,0000
238. gunung kidul
karangmojo
ngawis
0,0018
0,2038
1,0000
0,0161
0,3042
1,0000
239. gunung kidul
karangmojo
jati ayu
0,0024
0,2032
1,0000
0,0282
0,2920
2,0000
240. gunung kidul
wonosari
wunung
0,0010
0,2045
1,0000
0,0147
0,3056
1,0000
241. gunung kidul
wonosari
mulo
0,0106
0,1950
3,0000
0,0417
0,2785
3,0000
242. gunung kidul
wonosari
duwet
0,0147
0,1908
4,0000
0,0368
0,2835
3,0000
243. gunung kidul
wonosari
wareng
0,0042
0,2013
2,0000
0,0170
0,3033
1,0000
244. gunung kidul
wonosari
pulutan
0,0059
0,1996
2,0000
0,0263
0,2940
2,0000
245. gunung kidul
wonosari
siraman
0,0092
0,1963
3,0000
0,0204
0,2998
2,0000
246. gunung kidul
wonosari
karang rejek
0,0063
0,1993
3,0000
0,0521
0,2681
4,0000
247. gunung kidul
wonosari
baleharjo
0,0093
0,1962
3,0000
0,0175
0,3027
1,0000
248. gunung kidul
wonosari
selang
0,0081
0,1975
3,0000
0,0202
0,3001
2,0000
249. gunung kidul
wonosari
wonosari
0,0086
0,1969
3,0000
0,1109
0,2094
4,0000
250. gunung kidul
wonosari
kepek
0,0337
0,1718
4,0000
0,0337
0,2865
3,0000
251. gunung kidul
wonosari
piyaman
0,0101
0,1955
3,0000
0,0312
0,2891
3,0000
252. gunung kidul
wonosari
karang tengah
0,0109
0,1947
3,0000
0,0095
0,3108
1,0000
253. gunung kidul
wonosari
gari
0,0052
0,2004
2,0000
0,0183
0,3019
2,0000
254. gunung kidul
playen
banyusoco
0,0044
0,2012
2,0000
0,0201
0,3002
2,0000
255. gunung kidul
playen
plembutan
0,0054
0,2002
2,0000
0,0162
0,3041
1,0000
256. gunung kidul
playen
bleberan
0,0333
0,1723
4,0000
0,0423
0,2780
3,0000
257. gunung kidul
playen
getas
0,0035
0,2021
2,0000
0,0286
0,2917
3,0000
258. gunung kidul
playen
dengok
0,0028
0,2027
2,0000
0,0228
0,2975
2,0000
31
259. gunung kidul
playen
ngunut
0,0063
0,1993
3,0000
0,0250
0,2952
2,0000
260. gunung kidul
playen
playen
0,0051
0,2005
2,0000
0,0545
0,2657
4,0000
261. gunung kidul
playen
ngawu
0,0466
0,1590
4,0000
0,0314
0,2889
3,0000
262. gunung kidul
playen
bandung
0,0142
0,1914
4,0000
0,0417
0,2786
3,0000
263. gunung kidul
playen
logandeng
-
0,2056
1,0000
0,0840
0,2363
4,0000
264. gunung kidul
playen
gading
0,0088
0,1967
3,0000
0,0283
0,2920
2,0000
265. gunung kidul
playen
banaran
0,0032
0,2024
2,0000
0,0286
0,2917
3,0000
266. gunung kidul
playen
ngleri
0,0127
0,1928
4,0000
0,0408
0,2795
3,0000
267. gunung kidul
patuk
semoyo
0,0026
0,2030
1,0000
0,0334
0,2868
3,0000
268. gunung kidul
patuk
pengkok
0,0033
0,2022
2,0000
0,0446
0,2757
4,0000
269. gunung kidul
patuk
beji
0,0062
0,1994
3,0000
0,0235
0,2967
2,0000
270. gunung kidul
patuk
bunder
0,0190
0,1866
4,0000
0,0514
0,2689
4,0000
271. gunung kidul
patuk
nglegi
0,0023
0,2032
1,0000
0,0466
0,2737
4,0000
272. gunung kidul
patuk
putat
0,0265
0,1790
4,0000
0,0439
0,2764
4,0000
273. gunung kidul
patuk
salam
0,0011
0,2045
1,0000
0,0441
0,2762
4,0000
274. gunung kidul
patuk
patuk
0,0242
0,1814
4,0000
0,0560
0,2643
4,0000
275. gunung kidul
patuk
ngoro oro
0,0037
0,2019
2,0000
0,0417
0,2785
3,0000
276. gunung kidul
patuk
nglanggeran
0,0153
0,1903
4,0000
0,0430
0,2773
4,0000
277. gunung kidul
patuk
terbah
0,0027
0,2029
1,0000
0,0470
0,2732
4,0000
278. gunung kidul
gedang sari
ngalang
0,0095
0,1961
3,0000
0,0427
0,2775