Website Resmi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta - Lap Akhir FSVA 2016

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga ketahanan pangan menjadi semakin
penting bagi Indonesia karena jumlah penduduknya sangat besar dengan cakupan
geografis yang luas dan tersebar. Untuk itu upaya peningkatan ketahanan pangan
dan gizi di satu daerah, sangat penting guna mengetahui mengenai siapa, berapa
banyak yang rentan terhadap kerawanan pangan dan gizi serta dimana mereka
tinggal lalu apa saja sebenarnya yang membuat mereka rentan. Untuk
mewujudkan pengelolaan program ketahanan pangan yang efektif, diperlukan
informasi ketahanan pangan yang akurat dan tertata dengan baik, sehingga dapat
dilakukan intervensi efektif secara anggaran maupun program yang terkait dengan
ketahanan pangan dan gizi. Salah satu upaya untuk memenuhi tersedianya
informasi mengenai situasi ketahanan dan kerentanan pangan suatu daerah,
maka dilaksanakan monitoring situasi ketahanan pangan wilayah melalui
penyusunan dan pengembangan peta situasi ketahanan pangan. Melalui
pengembangan peta tersebut diharapkan dapat menjadi instrumen pemetaan
yang komprehensif terkait kerawanan pangan dan gizi di seluruh wilayah
Indonesia. Penyusunan peta digunakan untuk meningkatkan akurasi penentuan
sasaran, menyediakan informasi untuk para penentu kebijakan sehingga dapat
meningkatkan kualitas perencanaan dan program dalam mengurangi prevalensi

kerawanan pangan dan gizi. Sejak tahun 2002, Pemerintah Indonesia bekerja

1

sama dengan World Food Programme (WFP) untuk memperkuat pemahaman ini
melalui pengembangan peta ketahanan pangan dan gizi. Peta ini berfungsi
sebagai alat untuk meningkatkan pencapaian sasaran dan memberi informasi
kepada proses pembuatan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan gizi. Kerja
sama tersebut telah menghasilkan Peta Kerawanan Pangan (Food Security Atlas
– FIA) pada tahun 2005 dengan cakupan wilayah analisis sampai dengan tingkat
kabupaten. Peta tersebut kemudian dimutakhirkan dan diubah menjadi Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vurnerability Atlas –
FSVA) pada tahun 2009. Peta tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2015.
Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional, pada tahun 2010 mulai disusun
FSVA Provinsi dengan unit analisa sampai dengan tingkat kecamatan. Peta
tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2014. Untuk mempertajam tingkat
analisis ketahanan pangan dan kerentanan pangan pada tahun 2012 mulai
disusun FSVA Kabupaten dengan tingkat analisa sampai dengan level desa. Peta
ini mengklasifikasikan desa pada kabupaten berdasarkan tingkat kerentanan
terhadap kerawanan pangan. Seperti halnya FSVA Nasional dan Provinsi, FSVA

Kabupaten menyediakan sarana bagi para pengambil keputusan untuk secara
cepat dalam mengidentifikasi daerah yang lebih rentan, dimana investasi dari
berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan manusia dan infrastruktur
yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yang lebih
baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada tingkat
desa. Pada tahun 2016 kembali akan dilakukan penyempurnaan atas FSVA
Kabupaten 2012. Penyempurnaan ini dilakukan untuk mengakomodasi dinamika

2

dan perkembangan situasi ketahanan pangan yang ada pada tingkat kabupaten.
Penyusunan FSVA Kabupaten ini juga untuk menganalisa lebih lanjut hasil yang
diperoleh pada FSVA Nasional dan Provinsi pada tahun 2014 dan 2015. Buku
Peta FSVA ini selain memberikan pedoman atau arahan teknis juga memberikan
latar belakang pemilihan indikator dan metodologi dalam proses penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan – FSVA Kabupaten dengan dengan analisisnya
sesuai kondisi geografis dengan segala faktor pendukung dan ketersediaan data.

1.2. KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
Definisi Ketahanan Pangan berdasarkan Undang Undang Pangan No. 18 tahun

2012 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sebagaimana FSVA tahuntahun sebelumnya, FSVA Kabupaten 2016 disusun berdasarkan tiga pilar
ketahanan pangan: (i) ketersediaan pangan; (ii) keterjangkauan pangan; dan
(iii) pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya
pangan dari hasil produksi dalam negeri, cadangan pangan, serta pemasukan
pangan (termasuk didalamnya impor dan bantuan pangan), apabila kedua sumber
utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan dapat dihitung
pada tingkat nasional, regional, kabupaten dan tingkat masyarakat.

3

Akses atau keterjangkauan pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk
memperoleh cukup pangan yang bergizi, melalui satu atau kombinasi dari
berbagai sumber seperti: produksi dan persediaan sendiri, pembelian, barter,
hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di suatu daerah
tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu jika mereka tidak mampu
secara fisik, ekonomi atau sosial, mengakses jumlah dan keragaman makanan

yang cukup. Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh
rumah tangga dan kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme
zat gizi. Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan
penyiapan makanan, keamanan air untuk minum dan memasak, kondisi
kebersihan, kebiasaan pemberian makan (terutama bagi individu dengan
kebutuhan makanan khusus), distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai
dengan kebutuhan individu (pertumbuhan, kehamilan dan menyusui), dan status
kesehatan setiap anggota rumah tangga. Dampak gizi dan kesehatan merujuk
pada status gizi individu, termasuk defisiensi mikronutrien, pencapaian morbiditas
dan mortalitas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pangan, serta praktekpraktek perawatan umum, memiliki kontribusi terhadap dampak keadaan gizi pada
kesehatan masyarakat dan penanganan penyakit yang lebih luas.
Kerentanan dalam Peta ini selanjutnya merujuk pada kerentanan terhadap
kerawanan pangan dan gizi. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau
kelompok masyarakat ditentukan oleh pemahaman terhadap faktor-faktor risiko
dan kemampuan untuk mengatasi situasi tertekan.

4

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi (WFP, Januari 2009)


1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
(Food Security and Vulnerability Atlas/ FSVA) tingkat desa adalah menyediakan
informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan
target serta intervensi kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten, sehingga FSVA
dapat menjawab :

5

1. Dimana daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan?
Lokasi (Desa Se DIY).
2. Mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan?
Rasio jumlah warung dan toko terhadap rumah tangga, rasio jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan terendah, rasio rumah tangga dapat mengakses
listrik, jumlah desa tidak dapat dilalui roda 4, rasio anak usia 7 - 15 tahun tidak
bersekolah, rasio rumah tangga tanpa akses air bersih dan BAB dan rasio
tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk.
3. Berapa jumlah penduduk yang rentan terhadap kerawanan pangan?
Estimasi jumlah penduduk di daerah yang rentan terhadap rawan pangan.
Adapun bentuk penyajian hasil penyusunan FSVA tingkat desa di DIY adalah

sebagai berikut :
1. Tersusunnya indikator Ketahanan dan Kerentanan Pangan tingkat desa di DIY
dengan rincian sebagai berikut : kategori ketersediaan pangan (2 indikator),
Akses terhadap pangan dan penghidupan (3 indikator), pemanfaatan pangan (4
indikator)
2. Peta ketahanan dan kerentanan pangan berdasarkan masing-masing indikator
tunggal dan komposit, dengan perincian sebagai berikut : 9 peta kerawanan
pangan kronis, 1 peta komposit.

6

BAB II
INDIKATOR PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)
TINGKAT KABUPATEN
2.1.RINGKASAN INDIKATOR TERHADAP KERAWANAN PANGAN
Kerawanan pangan dan gizi adalah masalah multi-dimensional yang memerlukan
analisis dari sejumlah parameter yang berbeda yang berada di luar cakupan
masalah produksi pangan semata, dengan tidak ada satu ukuran yang langsung
dapat mengukur masalah ini. Kompleksitas masalah ketahanan pangan dan gizi
dapat dikurangi dengan mengelompokkan indikator proxy ke dalam tiga kelompok

yang

berbeda

tetapi

saling

berhubungan,

yaitu

ketersediaan

pangan,

keterjangkauan/akses rumah tangga terhadap pangan dan pemanfaatan pangan
secara individu. Pertimbangan gizi, termasuk ketersediaan dan keterjangkauan
bahan pangan bergizi tersebar dalam ketiga kelompok tersebut. Sembilan indikator
yang dipilih telah melalui proses penelaahan Tim Pengarah dan Kelompok Kerja

Teknis FSVA Pusat berdasarkan ketersediaan data di tingkat desa serta kapasitas
indikator-indikator tersebut dalam mencerminkan unsur-unsur inti dari tiga pilar
ketahanan pangan dan gizi (Tabel 2.1). Selaras dengan FSVA Nasional maupun
Provinsi, dalam Penyusunan FSVA Kabupaten ini meliputi indikator kerawanan
pangan dan gizi kronis. Dibandingkan dengan 7 indikator yang digunakan dalam
FSVA Kabupaten 2012, terdapat beberapa perubahan penting dalam definisi dan
penentuan indikator FSVA Kabupaten. Beberapa indikator dalam aspek ketahanan
pangan mengalami perubahan seperti: i) dalam aspek ketersediaan pangan

7

menggunakan Rasio toko terhadap Rumah Tangga serta Rasio warung terhadap
Rumah Tangga; ii) pada aspek pemanfaatan pangan ditambahkan Rasio anak tidak
bersekolah, Rasio Rumah Tangga tanpa akses air bersih, Rasio jumlah tenaga
kesehatan terhadap penduduk serta Rasio Rumah Tangga tanpa fasilitas BAB
(Buang Air Besar).
Kerentanan terhadap kerawanan pangan tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten, memiliki karakteristik masing-masing sehingga tidak semua indikator
nasional maupun provinsi dapat digunakan untuk memetakan kerentanan terhadap
kerawanan pangan sampai dengan tingkat kabupaten. Pemilihan indikator FSVA

Kabupaten tersebut juga dengan mempertimbangkan ketersediaan data sampai
dengan level desa.
Tabel 1. Indikator Ketahanan dan Kerawanan Pangan
Indikator
Ketersediaan Pangan
1. Rasio Warung terhadap Rumah
Tangga
2. Rasio Toko terhadap Rumah Tangga

Jenis Kerawanan Pangan
KERENTANAN TERHADAP
KERAWANAN PANGAN KRONIS

Pemanfaatan Pangan
3. Rasio penduduk dengan status
kesejahteraan terendah
4. Rasio Rumah Tangga tanpa akses
listrik
5. Desa yang tidak memiliki akses
penghubung memada

Pemanfaatan Pangan
6. Rasio anak tidak bersekolah
7. Rasio Rumah Tangga tanpa akses
air bersih
8. Rasio tenaga kesehatan terhadap
penduduk
9. Rasio Rumah Tangga tanpa fasilitas
BAB (Buang Air Besar

INDEKS KETAHANAN PANGAN
KOMPOSIT

8

2.2. JENIS DATA, CAKUPAN DATA DAN SUMBER DATA
Jenis data, definisi cakupan data dan sumber data untuk penyusunan FSVA
Kabupaten tertera dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. Jenis Data, Cakupan Data dan Sumber Data
Jenis Data


Cakupan Data

Sumber Data

1. Rasio Warung terhadap
Rumah Tangga

Desa

- PODES 2014, BPS
- Jumlah Rumah Tangga
2014 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010

2. Rasio Toko terhadap
Rumah Tangga

Desa

- PODES 2014, BPS
- Jumlah Rumah Tangga
2014 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010

3. Rasio penduduk
dengan status
kesejahteraan
terendah

Desa

- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah penduduk 2015
dari Proyeksi Sensus
Penduduk 2010

4. Rasio Rumah Tangga
tanpa akses listrik

Desa

- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010

Desa

9

5. Desa yang tidak
memiliki akses
penghubung memadai

- PODES 2014, BPS

6. Rasio anak tidak
bersekolah

Desa

- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)

7. Rasio Rumah Tangga
tanpa akses air bersih

Desa

- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010

8. Rasio tenaga
kesehatan terhadap
penduduk

Desa

- PODES 2014, BPS
- Jumlah penduduk 2014
dari Proyeksi Sensus
Penduduk 2010

9. Rasio Rumah Tangga
tanpa fasilitas BAB
(Buang Air Besar)

Desa

- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010

10

2.3. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
KABUPATEN
Untuk membantu kelancaran penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan (FSVA) Kabupaten, maka Badan Ketahanan Pangan perlu membentuk
tim asistensi di tingkat nasional dan tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan
kabupaten. Tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan kabupaten ini terdiri dari
tim pengarah dan tim pelaksana yang berasal dari lintas sektor. Di tingkat
nasional, Tim Asistensi Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Kabupaten mempunyai tugas:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Kabupaten tahun 2016;
2. Mengkaji

dan

menetapkan

metodologi

dan

indikator penyusunan Peta

Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;
3. Melakukan

pelatihan

metodologi dan

indikator untuk penyusunan Peta

Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;
4. Mengkonsolidasikan pengumpulan dan analisis data untuk pembuatan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016; dan
5. Membina dan memonitor pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016.
Di tingkat provinsi dan kabupaten, Tim Pengarah mempunyai tugas:
1.

Memberikan

arahan

dan

mengkoordinasikan

dalam

hal

pelaksanaan

penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat
provinsi dan kabupaten; dan
11

2. Mengkaji metodologi dan indikator penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten.
Sedangkan Tim Pelaksana mempunyai tugas:
1. Melakukan pertemuan dan pelatihan terkait metodologi dan indikator serta
penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi
dan kabupaten;
2. Melakukan konsolidasi dan kompilasi dalam hal pengumpulan data untuk indikator
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten;
3. Melakukan validasi dan analisis data indikator Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Kabupaten; dan
4. Menyusun buku Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten.
Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana FSVA tingkat Provinsi dan
Kabupaten;
2. Pertemuan teknis untuk melakukan review ketersediaan data;
3. Pelatihan FSVA (Metodologi dan analisis data indikator);
4. Pengumpulan data untuk tingkat desa;

12

5. Pertemuan untuk melakukan validasi data yang tersedia;
6. Analisa data dan pembuatan peta;
7. Workshop validasi hasil awal analisa data/tabel dan peta yang dihasilkan;
8. Penyusunan buku Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (FSVA) Kabupaten; dan
9. Launching Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Kabupaten.

13

BAB III
PENJELASAN INDIKATOR
PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)
TINGKAT KABUPATEN

I. ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN
Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pangan dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan
hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor, apabila
kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut,
perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki
oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau
organisasi lainnya.
Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun diimpor harus masuk terlebih
dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena itu, keberadaan
infrastruktur pasar,

distribusi,

dan

perdagangan akan terkait

erat

dengan

ketersediaan pada tingkat regional dan lokal. Indikator-indikator yang termasuk
dalam aspek ketersediaan pangan adalah :
1. Rasio Warung terhadap Rumah Tangga.
2. Rasio Toko terhadap Rumah Tangga;

14

1.1 Rasio Warung terhadap Rumah Tangga
Rasio Warung terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah warung/kedai
makanan minuman terhadap jumlah rumah tangga. Warung/kedai makanan dan
minuman adalah usaha pangan siap saji di bangunan tetap, pembeli biasanya
tidak dikenai pajak. Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah
tangga tahun 2014 hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010.
Warung/kedai makanan dan minuman juga diasumsikan sebagai salah satu
tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok pangan) yang terdapat di suatu
desa.
Oleh karena itu, semakin tinggi rasio jumlah warung/kedai makanan dan
minuman terhadap jumlah Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik
tingkat ketersediaan pangan di wilayah tersebut, begitu pula sebaliknya. Sumber
data:
 Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
 Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

1.2 Rasio Toko terhadap Rumah Tangga
Rasio Toko terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah toko/warung
kelontong terhadap jumlah Rumah Tangga.
Toko/warung kelontong adalah tempat usaha di bangunan tetap untuk menjual
barang keperluan sehari-hari termasuk pangan didalamnya secara eceran
tanpa ada sistem pelayanan mandiri.

15

Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah tangga tahun 2014
hasil

proyeksi

Sensus

Penduduk

(SP)

2010.

Toko/warung

kelontong

diasumsikan sebagai salah satu tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok
pangan) yang terdapat di suatu desa. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio
Toko terhadap Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik tingkat
ketersediaan pangan di wilayah tersebut. Sumber data:
 Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
 Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

II. ASPEK KETERJANGKAUAN PANGAN
Keterjangkauan Pangan atau Akses terhadap Pangan adalah kemampuan rumah
tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri,
stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan.
Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua
rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun
keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.
Ketersediaan pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh
penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah
tangga, modal/aset (sumber daya alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi dan
sosial) dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar –
penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.
Rumah tangga yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan
berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak berkecukupan,

16

tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin
dan rentan terhadap kerawanan pangan. Aspek keterjangkauan pangan, meliputi
indikator-indikator sebagai berikut:
1.Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah;
2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik;
3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai.

2.1. Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah
Penduduk dengan status kesejahteraan terendah adalah jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan pada Desil 1. Data tersebut diperoleh dari
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 yang dikoordinasikan oleh Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Data tersebut
kemudian

diolah

Tim

FSVA

menjadi

rasio

penduduk

dengan

status

kesejahteraan terendah dengan membandingkan terhadap jumlah penduduk
2015, hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010. Sumber data:


PBDT, TNP2K 2015;



Jumlah Penduduk tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

2.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik
Rumah tangga tanpa akses listrik adalah jumlah rumah tangga dengan
sumber penerangan utama bukan listrik. Data yang diperoleh dari PBDTTNP2K tersebut kemudian diolah dengan membandingkan dengan total
jumlah penduduk, hasil proyeksi Sensus Penduduk 2010.

17

Secara umum, tersedianya fasilitas listrik di suatu wilayah akan membuka
peluang yang lebih besar untuk akses pekerjaan dan roda perekonomian akan
lebih berkembang. Dengan demikian hal ini juga menjadi salah satu indikasi
kesejahteraan suatu wilayah atau rumah tangga. Semakin meningkat
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah maka kemampuan akses
masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan semakin baik pula di
wilayah tersebut. Sumber data:
 PBDT, TNP2K 2015;
 Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

2.3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai
Merupakan desa yang tidak memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4
atau lebih, yaitu:
1. Desa dengan sarana transportasi darat tidak dapat dilalui sepanjang tahun;
dan
2. Desa dengan sarana transportasi air namun tidak tersedia angkutan umum.
Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan ”kemiskinan lokal”,
dimana masyarakat tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan kondisi
geografis yang sulit dan ketersediaan pasar yang buruk, sehingga kurang
memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai serta tidak
atau

masih

kurang

dalam

mendapatkan

akses

terhadap

program

pembangunan pemerintah.

18

Jika suatu daerah telah memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4
atau lebih maka dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut memiliki jalur
distribusi pangan yang normal sehingga harga pangan pun relatif terjangkau.
Sumber data :
 Potensi Desa (PODES) 2014, BPS.

19

III. ASPEK PEMANFAATAN PANGAN
Dimensi ketiga dari ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan
pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan yang bisa di akses oleh rumah tangga,
dan b) kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pemanfaatan makanan
secara efisien oleh tubuh.
Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan, dan penyiapan
makanan

termasuk

penggunaan

air

dan

bahan

bakar

selama

proses

pengolahannya serta kondisi higiene, budaya, atau kebiasaan pemberian makan
terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan khusus, distribusi
makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu
(pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dll) dan status kesehatan masing-masing
anggota rumah tangga. Aspek pemanfaatan pangan meliputi indikator-indikator
sebagai berikut:
1. Rasio Anak Tidak Bersekolah;
2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih;
3. Rasio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk;
4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas BAB (Buang Air Besar).
3.1. Rasio Anak Tidak Bersekolah
Tingkat partisipasi sekolah anak usia 7-15 tahun diperoleh berdasarkan Data
PBDT-TNP2K pada semua Desil (1-4). Semakin tinggi rasio jumlah anak yang
tidak bersekolah (7-15 tahun) terhadap jumlah anak (jumlah anak bersekolah
dan tidak bersekolah usia 7-15 tahun) di suatu desa menjadi salah satu

20

indikasi yang menggambarkan tingkat pemanfaatan pangan yang rendah di
desa tersebut.
Hal ini terkait pengetahuan akan pangan dan gizi yang relatif lebih terbatas
dibandingkan dengan wilayah lain dengan tingkat partisipasi anak sekolah
yang lebih baik. Sumber data:
 PBDT, TNP2K 2015.

3.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak (Permenkes 416 Tahun 1990).
Air minum merupakan kebutuhan manusia yang penting. Air minum yang tidak
layak akan meningkatkan angka kesakitan dan menurunkan kemampuan
dalam menyerap makanan dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi
seseorang. Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang
terlindung meliputi: air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal
air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur
bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan
kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah.
Tidak termasuk: air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui
tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Rumah tangga tanpa akses ke
air bersih adalah rumah tangga dengan sumber air tidak layak minum yaitu
sumber air tidak terlindungi, terdiri atas (a) sumur tak terlindung; (b) mata air

21

tak terlindung (c) sungai/danau/waduk; (d) air hujan; dan (e) lainnya pada
semua desil. Sumber data:
 PBDT, TNP2K 2015;
 Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

3.3. Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk
Tenaga kesehatan berperan dalam menurunkan angka kesakitan (morbiditas)
penduduk dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
makanan

bergizi

seimbang.

Dengan

demikian

akan

meningkatkan

kemampuan seseorang dalam menyerap makanan ke dalam tubuh dan
memanfaatkannya.
Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk menunjukkan kemampuan
jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk melayani masyarakat. Jumlah
tenaga kesehatan yang memadai akan meningkatkan tingkat pemanfaatan
pangan masyarakat. Tenaga kesehatan terdiri atas: (i) Dokter Umum/Spesialis
(Pria/wanita), (ii) Dokter Gigi, (iii) Bidan dan (iv) Tenaga Kesehatan lainnya
(apoteker/asisten apoteker, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
perawat). Sumber data:
 Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
 Jumlah Penduduk tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

22

3.4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas Tempat Buang Air Besar (BAB)
Keberadaan fasilitas BAB pada rumah tangga menjadi salah satu indikasi
bahwa sanitasi di rumah tangga tersebut cukup memadai. Dengan sanitasi
yang

baik,

akan

menjaga

dan

meningkatkan

kesehatan

sehingga

pemanfaatan pangan di rumah tangga tersebut akan lebih baik. Rumah
tangga yang tidak memiliki fasilitas sanitasi memadai adalah rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas tempat BAB di semua Desil (I, II, III, dan IV).
Sumber data:
 PBDT, TNP2K 2015;
 Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

23

BAB IV
HASIL ANALISIS PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
(FSVA) TINGKAT KABUPATEN

I. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, dari 438 desa/kelurahan di DIY
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
No

Nama Kab

Nama Kec

Nama desa

1.
rasio
war
per rt

1.
rasio
war
per rt2

1.
prioritas
war

2.
rasio
toko
per rt

2. rasio
toko per
rt2

2. prioritas
toko

1.

kulon progo

temon

jangkaran

0,0065

0,1991

3,0000

0,0217

0,2986

2,0000

2.

kulon progo

temon

sindutan

0,0111

0,1945

3,0000

0,0221

0,2981

2,0000

3.

kulon progo

temon

palihan

0,0156

0,1900

4,0000

0,0415

0,2787

3,0000

4.

kulon progo

temon

glagah

0,0091

0,1965

3,0000

0,0569

0,2633

4,0000

5.

kulon progo

temon

kali dengen

0,0032

0,2024

2,0000

0,0253

0,2950

2,0000

6.

kulon progo

temon

plumbon

-

0,2056

1,0000

0,0132

0,3071

1,0000

7.

kulon progo

temon

kedundang

0,0017

0,2039

1,0000

0,0462

0,2741

4,0000

8.

kulon progo

temon

demen

0,0080

0,1975

3,0000

0,0134

0,3069

1,0000

9.

kulon progo

temon

kulur

0,0096

0,1960

3,0000

0,0384

0,2818

3,0000

10. kulon progo

temon

kaligintung

0,0021

0,2035

1,0000

0,0276

0,2927

2,0000

11. kulon progo

temon

temon wetan

0,0024

0,2032

1,0000

0,0143

0,3060

1,0000

12. kulon progo

temon

temon kulon

0,0067

0,1989

3,0000

0,1948

0,1255

4,0000

13. kulon progo

temon

kebonrejo

0,0128

0,1928

4,0000

0,0563

0,2640

4,0000

14. kulon progo

temon

janten

0,0032

0,2024

2,0000

0,0316

0,2887

3,0000

15. kulon progo

temon

karang wuluh

0,0199

0,1857

4,0000

0,0278

0,2924

2,0000

16. kulon progo

wates

karang wuni

0,0011

0,2044

1,0000

0,0379

0,2824

3,0000

17. kulon progo

wates

sogan

0,0056

0,1999

2,0000

0,0376

0,2827

3,0000

18. kulon progo

wates

kulwaru

0,0055

0,2001

2,0000

0,0287

0,2916

3,0000

19. kulon progo

wates

ngestiharjo

0,0048

0,2007

2,0000

0,0241

0,2961

2,0000

20. kulon progo

wates

triharjo

0,0054

0,2002

2,0000

0,0076

0,3127

1,0000

24

21. kulon progo

wates

bendungan

0,0179

0,1877

4,0000

0,0717

0,2486

4,0000

22. kulon progo

wates

giri peni

0,0098

0,1958

3,0000

0,0350

0,2853

3,0000

23. kulon progo

wates

wates

0,0263

0,1792

4,0000

0,1097

0,2105

4,0000

24. kulon progo

panjatan

garongan

0,0022

0,2033

1,0000

0,0269

0,2934

2,0000

25. kulon progo

panjatan

pleret

0,0091

0,1965

3,0000

0,0215

0,2987

2,0000

26. kulon progo

panjatan

bugel

0,0017

0,2039

1,0000

0,0110

0,3092

1,0000

27. kulon progo

panjatan

kanoman

-

0,2056

1,0000

0,0109

0,3094

1,0000

28. kulon progo

panjatan

depok

0,0036

0,2020

2,0000

0,0241

0,2961

2,0000

29. kulon progo

panjatan

bojong

0,0053

0,2003

2,0000

0,0372

0,2831

3,0000

30. kulon progo

panjatan

tayuban

0,0081

0,1975

3,0000

0,0259

0,2944

2,0000

31. kulon progo

panjatan

gotakan

0,0027

0,2028

1,0000

0,0123

0,3079

1,0000

32. kulon progo

panjatan

panjatan

0,0139

0,1917

4,0000

0,0278

0,2925

2,0000

33. kulon progo

panjatan

cerme

0,0043

0,2013

2,0000

0,0162

0,3041

1,0000

34. kulon progo

panjatan

krembangan

0,0052

0,2004

2,0000

0,0186

0,3016

2,0000

35. kulon progo

galur

karang sewu

0,0032

0,2023

2,0000

0,0120

0,3082

1,0000

36. kulon progo

galur

banaran

0,0045

0,2010

2,0000

0,0169

0,3034

1,0000

37. kulon progo

galur

kranggan

0,0220

0,1835

4,0000

0,0385

0,2817

3,0000

38. kulon progo

galur

nomporejo

0,0113

0,1943

4,0000

0,0387

0,2815

3,0000

39. kulon progo

galur

brosot

0,0125

0,1931

4,0000

0,0288

0,2914

3,0000

40. kulon progo

galur

pandowan

0,0140

0,1915

4,0000

0,0368

0,2834

3,0000

41. kulon progo

galur

tirta rahayu

0,0047

0,2008

2,0000

0,0221

0,2981

2,0000

42. kulon progo

lendah

wahyuharjo

-

0,2056

1,0000

0,0147

0,3055

1,0000

43. kulon progo

lendah

bumirejo

0,0136

0,1920

4,0000

0,0378

0,2825

3,0000

44. kulon progo

lendah

jatirejo

0,0065

0,1991

3,0000

0,0292

0,2911

3,0000

45. kulon progo

lendah

sidorejo

0,0019

0,2037

1,0000

0,0167

0,3035

1,0000

46. kulon progo

lendah

gulurejo

0,0089

0,1966

3,0000

0,0300

0,2903

3,0000

47. kulon progo

lendah

ngentakrejo

0,0034

0,2022

2,0000

0,0057

0,3146

1,0000

48. kulon progo

sentolo

demangrejo

0,0103

0,1952

3,0000

0,0149

0,3053

1,0000

49. kulon progo

sentolo

srikayangan

0,0031

0,2025

2,0000

0,0308

0,2895

3,0000

50. kulon progo

sentolo

tuksono

0,0036

0,2020

2,0000

0,0416

0,2787

3,0000

51. kulon progo

sentolo

salamrejo

0,0036

0,2020

2,0000

0,0386

0,2817

3,0000

52. kulon progo

sentolo

sukoreno

0,0038

0,2017

2,0000

0,0379

0,2824

3,0000

53. kulon progo

sentolo

kaliagung

0,0020

0,2036

1,0000

0,0196

0,3007

2,0000

54. kulon progo

sentolo

sentolo

0,0112

0,1943

3,0000

0,0267

0,2936

2,0000

25

55. kulon progo

sentolo

banguncipto

0,0076

0,1980

3,0000

0,0162

0,3040

1,0000

56. kulon progo

pengasih

tawangsari

0,0056

0,2000

2,0000

0,0462

0,2740

4,0000

57. kulon progo

pengasih

karangsari

0,0036

0,2020

2,0000

0,0314

0,2888

3,0000

58. kulon progo

pengasih

kedungsari

0,0079

0,1977

3,0000

0,0613

0,2590

4,0000

59. kulon progo

pengasih

margosari

0,0102

0,1954

3,0000

0,0362

0,2840

3,0000

60. kulon progo

pengasih

pengasih

0,0182

0,1873

4,0000

0,0426

0,2777

3,0000

61. kulon progo

pengasih

sendangsari

0,0073

0,1983

3,0000

0,0301

0,2902

3,0000

62. kulon progo

pengasih

sidomulyo

0,0027

0,2029

1,0000

0,0329

0,2874

3,0000

63. kulon progo

kokap

hargomulyo

0,0024

0,2032

1,0000

0,0072

0,3131

1,0000

64. kulon progo

kokap

hargorejo

0,0033

0,2023

2,0000

0,0082

0,3120

1,0000

65. kulon progo

kokap

hargowilis

0,0238

0,1818

4,0000

0,0122

0,3081

1,0000

66. kulon progo

kokap

kalirejo

-

0,2056

1,0000

0,0039

0,3163

1,0000

67. kulon progo

kokap

hargotirto

-

0,2056

1,0000

0,0504

0,2699

4,0000

68. kulon progo

girimulyo

jatimulyo

0,0015

0,2040

1,0000

0,0127

0,3075

1,0000

69. kulon progo

girimulyo

giripurwo

0,0058

0,1998

2,0000

0,0283

0,2919

3,0000

70. kulon progo

girimulyo

pendoworejo

0,0013

0,2043

1,0000

0,0065

0,3137

1,0000

71. kulon progo

girimulyo

purwosari

0,0007

0,2048

1,0000

0,0236

0,2966

2,0000

72. kulon progo

nanggulan

banyuroto

0,0072

0,1984

3,0000

0,0535

0,2668

4,0000

73. kulon progo

nanggulan

donomulyo

-

0,2056

1,0000

0,0394

0,2808

3,0000

74. kulon progo

nanggulan

wijimulyo

0,0041

0,2014

2,0000

0,0455

0,2747

4,0000

75. kulon progo

nanggulan

tanjungharjo

0,0035

0,2021

2,0000

0,0070

0,3132

1,0000

76. kulon progo

nanggulan

jati sarono

0,0057

0,1998

2,0000

0,0574

0,2629

4,0000

77. kulon progo

nanggulan

kembang

0,0267

0,1789

4,0000

0,0801

0,2401

4,0000

78. kulon progo

kalibawang

banjararum

0,0163

0,1893

4,0000

0,0436

0,2766

4,0000

79. kulon progo

kalibawang

banjarasri

0,0065

0,1991

3,0000

0,0543

0,2659

4,0000

80. kulon progo

kalibawang

banjarharjo

0,0053

0,2003

2,0000

0,0465

0,2738

4,0000

81. kulon progo

kalibawang

banjaroyo

0,0117

0,1939

4,0000

0,0269

0,2934

2,0000

82. kulon progo

samigaluh

kebon harjo

-

0,2056

1,0000

0,0301

0,2902

3,0000

83. kulon progo

samigaluh

banjarsari

0,0011

0,2045

1,0000

0,0299

0,2903

3,0000

84. kulon progo

samigaluh

purwoharjo

0,0073

0,1982

3,0000

0,0156

0,3047

1,0000

85. kulon progo

samigaluh

sidoharjo

0,0007

0,2049

1,0000

0,0257

0,2945

2,0000

86. kulon progo

samigaluh

gerbosari

0,0108

0,1948

3,0000

0,0239

0,2963

2,0000

87. kulon progo

samigaluh

ngargosari

0,0070

0,1986

3,0000

0,0368

0,2835

3,0000

88. kulon progo

samigaluh

pagerharjo

0,0022

0,2033

1,0000

0,0209

0,2994

2,0000

26

89. bantul

srandakan

poncosari

0,0204

0,1851

4,0000

0,0327

0,2876

3,0000

90. bantul

srandakan

trimurti

0,0037

0,2018

2,0000

0,0183

0,3020

2,0000

91. bantul

sanden

gadingsari

0,0052

0,2004

2,0000

0,0226

0,2977

2,0000

92. bantul

sanden

gadingharjo

0,0045

0,2011

2,0000

0,0449

0,2754

4,0000

93. bantul

sanden

srigading

0,0059

0,1997

2,0000

0,0173

0,3030

1,0000

94. bantul

sanden

murtigading

0,0117

0,1939

4,0000

0,0338

0,2865

3,0000

95. bantul

kretek

tirtohargo

0,0069

0,1987

3,0000

0,0206

0,2997

2,0000

96. bantul

kretek

parangtritis

0,0849

0,1207

4,0000

0,0636

0,2566

4,0000

97. bantul

kretek

donotirto

0,0083

0,1973

3,0000

0,0115

0,3088

1,0000

98. bantul

kretek

tirtosari

0,0173

0,1883

4,0000

0,0337

0,2865

3,0000

99. bantul

kretek

tirtomulyo

0,0127

0,1929

4,0000

0,0327

0,2876

3,0000

100. bantul

pundong

seloharjo

0,0041

0,2014

2,0000

0,0105

0,3098

1,0000

101. bantul

pundong

panjangrejo

0,0061

0,1995

3,0000

0,0132

0,3070

1,0000

102. bantul

pundong

srihardono

0,0049

0,2007

2,0000

0,0119

0,3084

1,0000

103. bantul

bambang lipuro

sidomulyo

0,0024

0,2032

1,0000

0,0177

0,3025

2,0000

104. bantul

bambang lipuro

mulyodadi

0,0020

0,2036

1,0000

0,0209

0,2994

2,0000

105. bantul

bambang lipuro

sumbermulyo

0,0063

0,1993

3,0000

0,0211

0,2992

2,0000

106. bantul

pandak

caturharjo

0,0139

0,1917

4,0000

-

0,3203

1,0000

107. bantul

pandak

triharjo

0,0029

0,2027

2,0000

0,0077

0,3126

1,0000

108. bantul

pandak

gilangharjo

0,0039

0,2017

2,0000

0,0142

0,3061

1,0000

109. bantul

pandak

wijirejo

0,0045

0,2011

2,0000

0,0328

0,2875

3,0000

110. bantul

bantul

palbapang

0,0109

0,1947

3,0000

0,0693

0,2510

4,0000

111. bantul

bantul

ringin harjo

0,0080

0,1975

3,0000

0,0281

0,2922

2,0000

112. bantul

bantul

bantul

0,0516

0,1540

4,0000

0,1210

0,1993

4,0000

113. bantul

bantul

trirenggo

0,0248

0,1808

4,0000

0,0716

0,2487

4,0000

114. bantul

bantul

sabdodadi

0,0186

0,1870

4,0000

0,0847

0,2355

4,0000

115. bantul

jetis

patalan

0,0137

0,1919

4,0000

0,0375

0,2828

3,0000

116. bantul

jetis

canden

0,0050

0,2006

2,0000

0,0334

0,2869

3,0000

117. bantul

jetis

sumber agung

0,0091

0,1965

3,0000

0,0285

0,2918

3,0000

118. bantul

jetis

trimulyo

0,0127

0,1928

4,0000

0,0279

0,2924

2,0000

119. bantul

imogiri

selopamioro

0,0019

0,2037

1,0000

0,0148

0,3054

1,0000

120. bantul

imogiri

sriharjo

0,0039

0,2017

2,0000

0,0357

0,2846

3,0000

121. bantul

imogiri

kebon agung

0,0205

0,1850

4,0000

0,0438

0,2765

4,0000

122. bantul

imogiri

karang tengah

0,0007

0,2049

1,0000

0,0367

0,2835

3,0000

27

123. bantul

imogiri

girirejo

-

0,2056

1,0000

0,0229

0,2974

2,0000

124. bantul

imogiri

karangtalun

0,0226

0,1830

4,0000

0,0282

0,2921

2,0000

125. bantul

imogiri

imogiri

0,0236

0,1820

4,0000

0,0454

0,2749

4,0000

126. bantul

imogiri

wukirsari

0,0099

0,1957

3,0000

0,0093

0,3110

1,0000

127. bantul

dlingo

mangunan

0,0025

0,2030

1,0000

0,0815

0,2388

4,0000

128. bantul

dlingo

muntuk

0,0063

0,1993

3,0000

0,0318

0,2884

3,0000

129. bantul

dlingo

dlingo

0,0078

0,1978

3,0000

0,0703

0,2499

4,0000

130. bantul

dlingo

temuwuh

0,0061

0,1995

3,0000

0,0233

0,2970

2,0000

131. bantul

dlingo

jatimulyo

0,0055

0,2001

2,0000

0,0218

0,2985

2,0000

132. bantul

dlingo

terong

0,0069

0,1987

3,0000

0,0224

0,2978

2,0000

133. bantul

pleret

wonokromo

0,0076

0,1980

3,0000

0,0097

0,3106

1,0000

134. bantul

pleret

pleret

0,0081

0,1975

3,0000

0,0311

0,2892

3,0000

135. bantul

pleret

segoroyoso

0,0021

0,2035

1,0000

0,0082

0,3120

1,0000

136. bantul

pleret

bawuran

0,0017

0,2039

1,0000

0,0271

0,2931

2,0000

137. bantul

pleret

wonolelo

0,0022

0,2034

1,0000

0,0130

0,3073

1,0000

138. bantul

piyungan

sitimulyo

0,0125

0,1930

4,0000

0,0426

0,2776

4,0000

139. bantul

piyungan

srimulyo

0,0206

0,1849

4,0000

0,0599

0,2604

4,0000

140. bantul

piyungan

srimartani

0,0063

0,1992

3,0000

0,0137

0,3066

1,0000

141. bantul

banguntapan

tamanan

0,0061

0,1995

3,0000

0,0145

0,3057

1,0000

142. bantul

banguntapan

jagalan

0,0121

0,1934

4,0000

0,0546

0,2656

4,0000

143. bantul

banguntapan

singosaren

0,0111

0,1945

3,0000

0,0178

0,3025

2,0000

144. bantul

banguntapan

wirokerten

0,0052

0,2003

2,0000

0,0209

0,2993

2,0000

145. bantul

banguntapan

jambidan

0,0087

0,1969

3,0000

0,0114

0,3089

1,0000

146. bantul

banguntapan

potorono

0,0094

0,1962

3,0000

0,0147

0,3056

1,0000

147. bantul

banguntapan

baturetno

0,0075

0,1980

3,0000

0,0408

0,2795

3,0000

148. bantul

banguntapan

banguntapan

0,0143

0,1913

4,0000

0,0427

0,2775

4,0000

149. bantul

sewon

pendowoharjo

0,0189

0,1867

4,0000

0,0619

0,2584

4,0000

150. bantul

sewon

timbulharjo

0,0270

0,1786

4,0000

0,0621

0,2581

4,0000

151. bantul

sewon

bangunharjo

0,0286

0,1770

4,0000

0,0472

0,2730

4,0000

152. bantul

sewon

panggungharjo

0,0235

0,1820

4,0000

0,0355

0,2847

3,0000

153. bantul

kasihan

bangunjiwo

0,0087

0,1968

3,0000

0,0275

0,2927

2,0000

154. bantul

kasihan

tirtonirmolo

0,0215

0,1840

4,0000

0,0308

0,2894

3,0000

155. bantul

kasihan

tamantirto

0,0218

0,1838

4,0000

0,0241

0,2962

2,0000

156. bantul

kasihan

ngestiharjo

0,0269

0,1787

4,0000

0,0311

0,2891

3,0000

28

157. bantul

pajangan

triwidadi

0,0036

0,2019

2,0000

0,0131

0,3071

1,0000

158. bantul

pajangan

sendangsari

0,0039

0,2016

2,0000

0,0240

0,2963

2,0000

159. bantul

pajangan

guwosari

0,0135

0,1920

4,0000

0,0254

0,2949

2,0000

160. bantul

sedayu

argodadi

0,0030

0,2026

2,0000

0,0073

0,3130

1,0000

161. bantul

sedayu

argorejo

0,0040

0,2016

2,0000

0,0071

0,3132

1,0000

162. bantul

sedayu

argosari

0,0047

0,2009

2,0000

0,0081

0,3122

1,0000

163. bantul

sedayu

argomulyo

0,0048

0,2008

2,0000

0,0562

0,2641

4,0000

164. gunung kidul

panggang

giriharjo

0,0069

0,1987

3,0000

0,0187

0,3015

2,0000

165. gunung kidul

panggang

giriwungu

-

0,2056

1,0000

0,0168

0,3035

1,0000

166. gunung kidul

panggang

girimulyo

0,0023

0,2033

1,0000

0,0264

0,2939

2,0000

167. gunung kidul

panggang

girikarto

0,0021

0,2034

1,0000

0,0450

0,2753

4,0000

168. gunung kidul

panggang

girisekar

0,0017

0,2039

1,0000

0,0056

0,3147

1,0000

169. gunung kidul

panggang

girisuko

0,0027

0,2029

1,0000

0,0255

0,2948

2,0000

170. gunung kidul

purwosari

girijati

0,0091

0,1965

3,0000

0,0273

0,2930

2,0000

171. gunung kidul

purwosari

giriasih

0,0077

0,1978

3,0000

0,0438

0,2764

4,0000

172. gunung kidul

purwosari

giricahyo

0,0019

0,2037

1,0000

0,0179

0,3024

2,0000

173. gunung kidul

purwosari

giripurwo

0,0030

0,2026

2,0000

0,0409

0,2793

3,0000

174. gunung kidul

purwosari

giritirto

0,0078

0,1978

3,0000

0,0498

0,2705

4,0000

175. gunung kidul

paliyan

karang duwet

0,0057

0,1999

2,0000

0,0456

0,2747

4,0000

176. gunung kidul

paliyan

karang asem

0,0077

0,1979

3,0000

0,0392

0,2811

3,0000

177. gunung kidul

paliyan

mulusan

0,0078

0,1978

3,0000

0,0381

0,2822

3,0000

178. gunung kidul

paliyan

giring

0,0037

0,2019

2,0000

0,0257

0,2946

2,0000

179. gunung kidul

paliyan

sodo

0,0016

0,2040

1,0000

0,0200

0,3002

2,0000

180. gunung kidul

paliyan

pampang

0,0052

0,2003

2,0000

0,0209

0,2994

2,0000

181. gunung kidul

paliyan

grogol

0,0029

0,2026

2,0000

0,0470

0,2733

4,0000

182. gunung kidul

sapto sari

krambil sawit

0,0027

0,2029

1,0000

0,0470

0,2733

4,0000

183. gunung kidul

sapto sari

kanigoro

0,0082

0,1974

3,0000

0,0387

0,2816

3,0000

184. gunung kidul

sapto sari

planjan

0,0028

0,2028

2,0000

0,0325

0,2878

3,0000

185. gunung kidul

sapto sari

monggol

0,0008

0,2048

1,0000

0,0178

0,3025

2,0000

186. gunung kidul

sapto sari

kepek

0,0015

0,2041

1,0000

0,0654

0,2549

4,0000

187. gunung kidul

sapto sari

nglora

0,0013

0,2042

1,0000

0,0267

0,2936

2,0000

188. gunung kidul

sapto sari

jetis

0,0109

0,1946

3,0000

0,0234

0,2969

2,0000

189. gunung kidul

tepus

sidoharjo

0,0417

0,1639

4,0000

0,0599

0,2604

4,0000

190. gunung kidul

tepus

tepus

0,0434

0,1622

4,0000

0,0177

0,3025

2,0000

29

191. gunung kidul

tepus

purwodadi

0,0040

0,2015

2,0000

0,0485

0,2717

4,0000

192. gunung kidul

tepus

giripanggung

0,0006

0,2050

1,0000

0,0296

0,2907

3,0000

193. gunung kidul

tepus

sumber wungu

0,0023

0,2033

1,0000

0,0178

0,3024

2,0000

194. gunung kidul

tanjungsari

kemadang

0,0667

0,1388

4,0000

0,0360

0,2843

3,0000

195. gunung kidul

tanjungsari

kemiri

0,0048

0,2008

2,0000

0,0167

0,3036

1,0000

196. gunung kidul

tanjungsari

banjarejo

0,0326

0,1730

4,0000

0,0288

0,2915

3,0000

197. gunung kidul

tanjungsari

ngestirejo

0,0145

0,1910

4,0000

0,0278

0,2925

2,0000

198. gunung kidul

tanjungsari

hargosari

0,0035

0,2021

2,0000

0,0287

0,2915

3,0000

199. gunung kidul

rongkop

melikan

-

0,2056

1,0000

0,0283

0,2920

2,0000

200. gunung kidul

rongkop

bohol

-

0,2056

1,0000

0,0724

0,2479

4,0000

201. gunung kidul

rongkop

pringombo

-

0,2056

1,0000

0,0222

0,2980

2,0000

202. gunung kidul

rongkop

botodayakan

-

0,2056

1,0000

0,0336

0,2866

3,0000

203. gunung kidul

rongkop

petir

0,0011

0,2045

1,0000

0,0245

0,2958

2,0000

204. gunung kidul

rongkop

semugih

0,0097

0,1959

3,0000

0,0813

0,2389

4,0000

205. gunung kidul

rongkop

karangwuni

0,0030

0,2025

2,0000

0,0212

0,2991

2,0000

206. gunung kidul

rongkop

pucanganom

-

0,2056

1,0000

0,0318

0,2885

3,0000

207. gunung kidul

girisubo

balong

-

0,2056

1,0000

0,0303

0,2900

3,0000

208. gunung kidul

girisubo

jepitu

0,0045

0,2011

2,0000

0,0449

0,2753

4,0000

209. gunung kidul

girisubo

karangawen

-

0,2056

1,0000

0,0434

0,2769

4,0000

210. gunung kidul

girisubo

tileng

0,0025

0,2030

1,0000

0,0269

0,2934

2,0000

211. gunung kidul

girisubo

nglindur

0,0015

0,2041

1,0000

0,0207

0,2996

2,0000

212. gunung kidul

girisubo

jerukwudel

0,0078

0,1978

3,0000

0,0798

0,2404

4,0000

213. gunung kidul

girisubo

pucung

0,0035

0,2021

2,0000

0,0593

0,2609

4,0000

214. gunung kidul

girisubo

songbanyu

0,0099

0,1957

3,0000

0,0069

0,3133

1,0000

215. gunung kidul

semanu

pacarejo

0,0018

0,2038

1,0000

0,0327

0,2875

3,0000

216. gunung kidul

semanu

candirejo

0,0028

0,2028

2,0000

0,0203

0,3000

2,0000

217. gunung kidul

semanu

dadapayu

0,0014

0,2042

1,0000

0,0356

0,2847

3,0000

218. gunung kidul

semanu

ngeposari

0,0014

0,2041

1,0000

0,0264

0,2939

2,0000

219. gunung kidul

semanu

semanu

0,0032

0,2024

2,0000

0,0320

0,2883

3,0000

220. gunung kidul

ponjong

gombang

0,0024

0,2032

1,0000

0,0252

0,2951

2,0000

221. gunung kidul

ponjong

sidorejo

0,0008

0,2048

1,0000

0,0166

0,3037

1,0000

222. gunung kidul

ponjong

bedoyo

0,0079

0,1976

3,0000

0,0178

0,3024

2,0000

223. gunung kidul

ponjong

karang asem

-

0,2056

1,0000

0,0419

0,2783

3,0000

224. gunung kidul

ponjong

ponjong

0,0045

0,2011

2,0000

0,0314

0,2888

3,0000

30

225. gunung kidul

ponjong

genjahan

0,0037

0,2019

2,0000

0,0527

0,2676

4,0000

226. gunung kidul

ponjong

sumber giri

0,0037

0,2019

2,0000

0,0535

0,2668

4,0000

227. gunung kidul

ponjong

kenteng

0,0012

0,2044

1,0000

0,0772

0,2431

4,0000

228. gunung kidul

ponjong

tambakromo

0,0036

0,2019

2,0000

0,0353

0,2850

3,0000

229. gunung kidul

ponjong

sawahan

0,0014

0,2042

1,0000

0,0521

0,2682

4,0000

230. gunung kidul

ponjong

umbul rejo

0,0023

0,2032

1,0000

0,0254

0,2949

2,0000

231. gunung kidul

karangmojo

bendungan

0,0016

0,2040

1,0000

0,0129

0,3073

1,0000

232. gunung kidul

karangmojo

bejiharjo

0,0026

0,2030

1,0000

0,0008

0,3195

1,0000

233. gunung kidul

karangmojo

wiladeg

0,0235

0,1821

4,0000

0,0407

0,2795

3,0000

234. gunung kidul

karangmojo

kelor

0,0022

0,2034

1,0000

0,0187

0,3016

2,0000

235. gunung kidul

karangmojo

ngipak

0,0010

0,2046

1,0000

0,0355

0,2847

3,0000

236. gunung kidul

karangmojo

karangmojo

0,0035

0,2021

2,0000

0,0570

0,2632

4,0000

237. gunung kidul

karangmojo

gedang rejo

0,0064

0,1991

3,0000

0,0292

0,2910

3,0000

238. gunung kidul

karangmojo

ngawis

0,0018

0,2038

1,0000

0,0161

0,3042

1,0000

239. gunung kidul

karangmojo

jati ayu

0,0024

0,2032

1,0000

0,0282

0,2920

2,0000

240. gunung kidul

wonosari

wunung

0,0010

0,2045

1,0000

0,0147

0,3056

1,0000

241. gunung kidul

wonosari

mulo

0,0106

0,1950

3,0000

0,0417

0,2785

3,0000

242. gunung kidul

wonosari

duwet

0,0147

0,1908

4,0000

0,0368

0,2835

3,0000

243. gunung kidul

wonosari

wareng

0,0042

0,2013

2,0000

0,0170

0,3033

1,0000

244. gunung kidul

wonosari

pulutan

0,0059

0,1996

2,0000

0,0263

0,2940

2,0000

245. gunung kidul

wonosari

siraman

0,0092

0,1963

3,0000

0,0204

0,2998

2,0000

246. gunung kidul

wonosari

karang rejek

0,0063

0,1993

3,0000

0,0521

0,2681

4,0000

247. gunung kidul

wonosari

baleharjo

0,0093

0,1962

3,0000

0,0175

0,3027

1,0000

248. gunung kidul

wonosari

selang

0,0081

0,1975

3,0000

0,0202

0,3001

2,0000

249. gunung kidul

wonosari

wonosari

0,0086

0,1969

3,0000

0,1109

0,2094

4,0000

250. gunung kidul

wonosari

kepek

0,0337

0,1718

4,0000

0,0337

0,2865

3,0000

251. gunung kidul

wonosari

piyaman

0,0101

0,1955

3,0000

0,0312

0,2891

3,0000

252. gunung kidul

wonosari

karang tengah

0,0109

0,1947

3,0000

0,0095

0,3108

1,0000

253. gunung kidul

wonosari

gari

0,0052

0,2004

2,0000

0,0183

0,3019

2,0000

254. gunung kidul

playen

banyusoco

0,0044

0,2012

2,0000

0,0201

0,3002

2,0000

255. gunung kidul

playen

plembutan

0,0054

0,2002

2,0000

0,0162

0,3041

1,0000

256. gunung kidul

playen

bleberan

0,0333

0,1723

4,0000

0,0423

0,2780

3,0000

257. gunung kidul

playen

getas

0,0035

0,2021

2,0000

0,0286

0,2917

3,0000

258. gunung kidul

playen

dengok

0,0028

0,2027

2,0000

0,0228

0,2975

2,0000

31

259. gunung kidul

playen

ngunut

0,0063

0,1993

3,0000

0,0250

0,2952

2,0000

260. gunung kidul

playen

playen

0,0051

0,2005

2,0000

0,0545

0,2657

4,0000

261. gunung kidul

playen

ngawu

0,0466

0,1590

4,0000

0,0314

0,2889

3,0000

262. gunung kidul

playen

bandung

0,0142

0,1914

4,0000

0,0417

0,2786

3,0000

263. gunung kidul

playen

logandeng

-

0,2056

1,0000

0,0840

0,2363

4,0000

264. gunung kidul

playen

gading

0,0088

0,1967

3,0000

0,0283

0,2920

2,0000

265. gunung kidul

playen

banaran

0,0032

0,2024

2,0000

0,0286

0,2917

3,0000

266. gunung kidul

playen

ngleri

0,0127

0,1928

4,0000

0,0408

0,2795

3,0000

267. gunung kidul

patuk

semoyo

0,0026

0,2030

1,0000

0,0334

0,2868

3,0000

268. gunung kidul

patuk

pengkok

0,0033

0,2022

2,0000

0,0446

0,2757

4,0000

269. gunung kidul

patuk

beji

0,0062

0,1994

3,0000

0,0235

0,2967

2,0000

270. gunung kidul

patuk

bunder

0,0190

0,1866

4,0000

0,0514

0,2689

4,0000

271. gunung kidul

patuk

nglegi

0,0023

0,2032

1,0000

0,0466

0,2737

4,0000

272. gunung kidul

patuk

putat

0,0265

0,1790

4,0000

0,0439

0,2764

4,0000

273. gunung kidul

patuk

salam

0,0011

0,2045

1,0000

0,0441

0,2762

4,0000

274. gunung kidul

patuk

patuk

0,0242

0,1814

4,0000

0,0560

0,2643

4,0000

275. gunung kidul

patuk

ngoro oro

0,0037

0,2019

2,0000

0,0417

0,2785

3,0000

276. gunung kidul

patuk

nglanggeran

0,0153

0,1903

4,0000

0,0430

0,2773

4,0000

277. gunung kidul

patuk

terbah

0,0027

0,2029

1,0000

0,0470

0,2732

4,0000

278. gunung kidul

gedang sari

ngalang

0,0095

0,1961

3,0000

0,0427

0,2775