TAP.COM - STUDI AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN LARVA IKAN KUWE ... 1956 4323 1 SM

Studi aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang ..... (Titiek Aslianti)

STUDI AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN LARVA IKAN KUWE,
Gnathanodon speciosus YANG DIPELIHARA
DENGAN JENIS PAKAN AWAL BERBEDA
T it iek Asliant i dan Af if ah
Balai Besar Penelit ian dan Pengem bangan Budidaya Laut
Jl. Br. Gondol Kec. Gerokgak Kab. Buleleng, Kot ak Pos 140, Singaraja- Bali 81101
E- m ail: tiaspriyono@yahoo.com
(Naskah diterima: 31 Oktober 2011; Disetujui publikasi: 16 Maret 2012)
ABSTRAK
Upaya kontinuitas produksi benih ikan kuwe, Gnathanodon speciosus telah dilakukan
nam un sintasan yang diperoleh belum stabil. Jenis dan ukuran pakan pada larva stadia
awal seringkali m enjadi penyebab utam a kegagalan produksi benih. Aktivitas enzim
p encer naan d ik et ahui sangat t er k ait d engan j enis p ak an yang d ik onsum si lar va
sehingga berdam pak terhadap pertum buhan dan sintasannya. Enzim protease, am ilase,
dan lipase m erupakan indikator biologis yang dapat m enunjukkan kesesuaian jenis
pak an yang dik onsum si larva m elalui k em am puannya unt uk m encerna. Penelit ian
bertujuan untuk m engetahui aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang diberi
ransum pak an awal berbeda yait u rot if er, gonad k erang, dan k uning t elur ayam .
Penelit ian dilak uk an dengan m enggunak an r ancangan acak lengk ap 3 per lak uan

dengan 3 ulangan. Hasil penelit ian m enunjukkan bahwa akt ivit as enzim prot ease,
am ilase, d an lip ase p ad a k et iga p er lak uan m em p unyai k or elasi p osit if t er had ap
pertum buhan. Aktivitas enzim pencernaan cenderung m eningkat pada saat larva m ulai
m enerim a pakan eksogen (D- 2), kem udian m enurun pada D- 3 –D- 7 selanjutnya relatif
st ab i l h i n g g a ak h i r p en el i t i an (D- 3 0 ). Pak an awal k u n i n g t el u r m en g h asi l k an
pertum buhan (TL = 13,3± 1,77 m m ) dan sintasan benih (55,42%) paling tinggi daripada
rotifer (TL = 10,6± 1,51 m m ; SR 52,42%) m aupun gonad kerang (TL = 12,7± 2,67 m m ;
52,45%). Hasil penelitian diharapkan dapat m eningkatkan produksi benih sebagai pasok
yang kontinu dalam m endukung pengem bangan budidaya.
KATA KUNCI: ak t ivit as enz im pencer naan, ik an k uw e, lar va, pak an aw al

ABST RACT :

Study of the digestive enzyme activity of Gnathanodon speciosus
lar vae f ed b y d if f er ent init ial f eed s. By: T it iek Asliant i and
Af i f ah

Seed production continuity of Gnathanodon speciosus had been conducted, but the
results were still un-consistent. Inability of initial feed is the main problem unsuccessful
seed production. The enzymatic function of larval digestive tract has correlation with

feeding consumed and it affected to growth and survival rate. Protease, amylase,
and lipase enzymes were used as a biological indicator to measure the digestion of
feed. The aim of this study was to describe digestive enzyme activity of larvae with
different initial feed. The experiment was conducted in a completely randomized
design consisted of 3 treatments in terms of different initial feed i.e., rotifer, trochopore
gonad, and egg yolk emulsion with 3 replicates each. The result of the study showed
that the enzymes activity (protease, amylase, and lipase) of the different initial feed
were positively correlated with the growth. Digestive enzymes activity was increased

49

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 49-59
when larvae started on exogenous feed (D-2), becomes down on D-3–D-7 and there
were stabilized while the research was terminated on D-30. Egg yolk emulsion feed
gave the highest growth (TL = 13.3±1.77 mm) and survival rate (55.42%) than rotifer
(TL = 10.6±1.51 mm; 52.42%) or trochopore (TL = 12.7±2.67 mm; 52.45%). Result of
the experiment could be supported continuity seed production as supplies for
aquaculture development.

KEYWORD S:


digest enz ym e act ivit y, golden t r evally, init ial f eed, lar vae

PENDAHULUAN
Ik an k u we d ar i j en i s Gol d en t r eval l y,
Gnathanodon speciosus (Forsskal) t erm asuk
j enis ik an k ar ang yang r elat if m ud ah d ibudidayakan (Kordi, 2005) dan m em punyai
pangsa pasar cukup t inggi sehingga sangat
prospektif dalam mendukung pengembangan
budidaya laut (Perist iwadi, 2006). Ikan kuwe
selain diminati untuk konsumsi juga berpotensi
seb ag ai i k an h i as t er u t am a p ad a u k u r an
yuwana (5- 10 cm) yang dikenal dengan nama
Pidana kuning at au Simbha kuning (Hadi,
2009). Gerak renang yang lincah dengan warna
cerah kuning keem asan sert a t erdapat lebih
dari 10 garis hitam yang melingkar vertikal pada
badan (Shobo, 1991) menambah nilai estetika
tersendiri sehingga harga jualnya m eningkat.
Up aya p r o d u k si m assal b en i h secar a

t erkont rol t elah dilakukan m elalui berbagai
penelit ian yang m engarah pada peningkat an
sintasan guna m endukung kontinuitas pasok
benih (Set iadharm a et al., 2008). Nam un,
kegagalan produksi benih masih sering dialami
t erut am a disebabkan t idak sesuainya jenis
p ak an p ad a st ad ia awal sehingga t ingk at
kem at ian cukup t inggi (Hadi, 2009). Pakan
merupakan unsur utama yang mempengaruhi
pertumbuhan dan sintasan benih. Fungsi pakan
pada ik an sangat t erk ait dengan ak t ivit as
enzim pencer naan yang dipengar uhi oleh
ukuran (fisiologis), um ur, dan organ spesifik
ikan selam a f ase pert um buhan, sert a m usim
(Hepher, 1988). Peningkat an akt ivit as enzim
pencernaan ak an sej alan dengan pert um b uhan l ar va. Dem i k ian halnya p er b ed aan
k u al i t as p ak an y an g d i b er i k an sel am a
p em el i har aan ak an m em b er i k an ek sp r esi
akt ivit as enzim at ik yang berbeda pula.
Aktivitas enzimatik pada sistem pencernaan

larva ikan stadia awal umumnya masih sangat
sed er hana, d id uga sangat t er k ait d engan
kemampuan larva untuk mencerna pakan yang
dikonsumsinya (Suryanti, 2002). Dikatakan pula
bahwa enzim prot ease, am ilase, dan lipase
m erupakan indikat or biologis unt uk m enge-

50

tahui kemampuan larva dalam mencerna pakan
yang diterimanya. Stadia awal larva ikan kuwe
pada saat m ulai m enerim a ransum pak an
eksogen merupakan masa kritis yang seringkali
m enyebabkan kem at ian m assal (Afifah et al.,
2010). Kesesuaian jenis, ukuran, dan kandungan nut risi pakan awal perlu diket ahui
dalam hubungannya dengan akt ivit as enzim
pencernaan yang akan berdam pak t erhadap
pertum buhan dan sintasannya.
Tiga jenis pakan (gonad kerang, kuning
t elur ayam , dan rot ifer) t elah dicoba sebagai

ransum pakan awal pada pem eliharaan larva
kerapu sunu (Plectropomus leopardus) dan
mampu meningkatkan sintasan hingga 3,97%
(Asliant i et al., 2008). Dit injau dari ukuran
b uk aan m ul ut l ar va i k an k uwe p ad a D- 2
mempunyai ukuran sebesar 112± 34 µm (Hadi,
2 0 0 9 ), sed ang k an uk ur an p ar t ik el g onad
kerang (62,84± 3,87 µm ) dan part ikel em ulsi
kuning telur (73,44± 14,82 µm); jauh lebih kecil
daripada ukuran bukaan m ulut larva. Oleh
karenanya kedua jenis pakan t ersebut relat if
cocok dan dapat digunakan sebagai pakan
awal pada pem elihar aan lar va ik an k uwe.
Sementara rotifer yang tersedia dan digunakan
dalam penelitian ini mempunyai kisaran ukuran
lebih besar (140- 200 µm ) daripada ukuran
bukaan m ulut larva. Nam un dem ikian selam a
pem eliharaan larva, sering kali rot ifer dalam
wadah pem eliharaan berkem bang biak dan
menghasilkan nauplii- nauplii yang berukuran

kecil (< 140 m m ), sehingga larva ikan yang
dipelihara dapat m em anf aat kannya. Pengg u n aan r o t i f er d al am p en el i t i an i n i d i m aksudkan sebagai pem banding walaupun
ukurannya lebih besar daripada ukuran bukaan
m ulut larva ikan kuwe. Jenis pakan awal yang
sesuai (ukuran dan nutrisinya) dapat meningk at k an ak t i vi t as en z i m p en cer n aan d an
diprediksi mempunyai korelasi positif terhadap
pert um buhan sehingga sint asan larva dapat
dit ingkat kan. Dengan m enget ahui akt ivit as
enzim pencernaan larva m aka dapat dit entukan jenis pakan awal yang cocok dan sesuai
serta mendukung sintasan larva terutama pada

Studi aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang ..... (Titiek Aslianti)

st adia awal yang m erupak an st adia k rit is.
Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung
p en i n g k at an p r o d u k si b en i h i k an k u w e
sehingga usaha budidaya pembesaran hingga
ukuran konsumsi dapat berkesinambungan.
BAHAN DAN METODE
Penelit ian dilakukan di hat cheri ikan laut

Balai Besar Penelit ian dan Pengem bangan
Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali dengan
menggunakan 9 buah wadah berupa bak fiber
berbent uk silinder berkapasit as 1 m 3 . Set iap
wadah diisi air laut (33- 34 ppt) sebanyak 600 L
dan telur ikan kuwe dengan kepadatan 10.000
b u t i r / b ak . Lar va yan g m en et as set el ah
dihit ung daya t et asnya (hatching rate), m ulai
D- 2 –D- 10 dipelihara dengan pemberian pakan
awal berbeda yang merupakan perlakuan yakni
(A) rot ifer, (B) gonad kerang, dan (C) kuning
t elur. Set iap perlakuan diulang 3 kali. Jum lah
pak an yang diberik an disesuaik an dengan
perkembangan larva, selanjutnya pakan buatan
kom ersial (powder ukuran 200- 300 µm ) dan
nauplii Artemia d i b er i k an h i n g g a l ar va
m encapai st adia yuwana (D- 30). Prosedur
pemberian pakan dijelaskan dalam Diagram 1,
sedangkan pengaruh perbedaan jenis pakan
awal t erhadap pert um buhan dan sint asan

benih dapat diket ahui m elalui analisis sidik
ragam . Pengam at an pert um buhan panjang
t ot al dan bobot badan dilakukan set iap hari
selam a 10 hari (hingga D- 10), selanjut nya
setiap 5 hari yaitu pada D- 15, D- 20, D- 25, dan
D- 30 (saat dilakukan panen). Pengam bilan
sam pel dari m asing- m asing perlakuan di-

l ak u k an secar a acak seb an yak 1 0 ek o r ,
sedangkan sintasan benih dihitung pada akhir
penelitian (D- 30).
Unt uk m enget ahui akt ivit as enzim pencernaan larva (prot ease, am ilase, dan lipase)
d ar i m asing - m asing p er lak uan d ilak uk an
p en g am b i l an sam p el p ad a k o n d i si su h u
0 o C- 4 o C sebanyak 0,5- 1 g at au ± 1.000 ekor
pada larva D- 1–D- 10, dan 100- 500 ekor pada
larva D- 15, D- 20, D- 25, dan D- 30. Analisis enzim
dilak uk an di Labor at or ium Nut r isi BBPPBL
Go n d o l d en g an m en g g u n ak an m et o d e
Bergmeyer & Grassl (1983) dan menggunakan

al at sp ek t r o f o t o m et er d en g an p an j an g
gelombang 340- 560 nm. Pengukuran aktivitas
enzim diawali dengan m engekst raksi sam pel
dengan cara m enghaluskan (digerus) unt uk
mendapatkan substratnya.
Ak t i vi t as en z i m p r o t ease d i t en t u k an
dengan m engukur kem am puan enzim dalam
m enghidrolisis prot ein sehingga dihasilkan
tirosin yang dibebaskan. Pengukuran dilakukan
dengan m enggunakan subst rat kasein dan
tirosin sebagai standar dengan menggunakan
alat spektrofotometer (Suryanti, 2002).
Aktivitas enzim amilase diketahui dengan
car a m enguk ur k em am p uan enz im unt uk
menghidrolisis larutan pati hingga dibebaskan
gula pereduksi. Gula pereduksi yang dihasilkan
diukur dengan m et ode Shaf f er Hart m an dan
automatic analysis Bochringer Mannheim amilase PNP (Suryanti, 2002).
Ak t i vi t as enz i m l i p ase d i uk ur d eng an
m enggunakan subst rat t riolein. Asam lem ak


Umur larva ( hari)
Peng elo laan p akan

Da y a f t er h a t ch in g (d a y)

Feed in g m a n a g em en t
0-1 2-10

11-15

16-20

21-25

26-30

1-2 x 10 6

Nannochloropsis (sel (cell )/ mL)
Perlakuan (Treatment ):
A. Rotifer (ind./ mL)

5-10

15-18

20-25

B. Gonad kerang (Trochopor ) (g)

3

Ro t if er 15-18

Ro t if er 20-25

C. Kuning telur (Egg yolk emulsion ) (g)

3

Ro t if er 15-18

Ro t if er 20-25

Pakan buat an (Artificial feed ) (g)
Nauplii Artemia (Artemia nauplii ) (ind./ mL)

Diagram 1.

1

1.5-2
0.5-1

1.5

2

Skema prosedur pemberian pakan masing- masing perlakuan selama pemeliharaan
larva ikan kuwe hingga mencapai fase yuwana (D30 )

Diagram 1. Schematic representation feeding management of each treatment while golden
trevally larval reared up to juvenile stage (D30)

51

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 49-59

yang dibebask an ak an m em bent uk garam
asam lem ak yang m engendap, selanjut nya
garam t ersebut diukur secara t urbidim et rik
pada panjang gelom bang 340 nm (Suryant i,
2002). Aktivitas enzim protease, amilase, dan
lipase m asing- m asing dinyatakan dalam unit
akt ivit as enzim / m L sam pel/ m enit (Affandi et
al., 1994).

larva, terlihat bahwa aktivitas enzim protease
(Gambar 2) pada ketiga perlakuan menunjukkan
pola polinom ial relat if sam a, dengan nilai R
berturut- turut adalah (A) R2= 0,2049; (B) R2= 0,16;
dan (C) R2 = 0,2086. Hal ini menunjukkan bahwa
persent ase hubungan ant ara akt ivit as enzim
p r ot ease d engan um ur lar va p ad a sem ua
perlakuan berkisar antara 16,0%- 20,8%.

Sebagai dat a dukung t erhadap akt ivit as
enzim pada larva, dilakukan pula pengamatan
k u al i t as ai r sel am a p em el i h ar aan h i n g g a
penelitian berakhir.

Dem i k i an h al n ya d en g an p er sam aan
r egr esi, hub ungan ant ar a ak t ivit as enz im
am ilase dan um ur larva (Gam bar 3), m enghasilkan nilai R berturut- turut (A) R2 = 0,2294;
(B) R2 = 0,2008; dan (C) R2 = 0,2023 sehingga
persent ase hubungan ant ara akt ivit as enzim
am ilase dengan um ur larva berkisar ant ara
20,00%- 22,94%.

HASIL DAN BAHASAN
Diagram hasil analisis m asing- m asing
aktivitas enzim pencernaan (protease, amilase,
dan lipase) dari set iap perlakuan disajikan
pada Gambar 1.
Dari Gam bar 1, dapat diket ahui bahwa
akt ivit as enzim prot ease, am ilase, dan lipase
pada sem ua perlak uan m enunj uk k an pola
akt ivit as yang relat if sam a yait u m eningkat
pada D- 2, kemudian menurun pada D- 3–D- 7
dan cenderung st abil hingga D- 30. Hal ini
m enunjukkan bahwa enzim pencernaan larva
m ulai ak t if seiring dengan m ulainya larva
m ener im a pak an exogenus. Meningk at nya
akt ivit as enzim prot ease, am ilase, dan lipase
p ad a D - 2 m en u n j u k k an b ah w a p r o ses
m et abolism e pakan pada organ pencernaan
larva m engandung asam am ino, zat pat i, dan
lem ak yang selanjutnya akan dihidrolisis oleh
enzim prot ease, am ilase, dan lipase yang
m enghasilkan energi bebas, sehingga larva
memperoleh energi dari hasil katabolisme asam
amino fosfolipid. Meningkatnya aktivitas enzim
pencernaan oleh adanya subst rat m akanan
yang dik onsum si oleh larva (yait u rot if er,
gonad kerang, dan kuning telur) m em berikan
k ont ribusi sebagai enzim ek sogenus yang
m em icu perkem bangan larva karena aktivitas
en z i m - en z i m t er seb u t san g at b er k ai t an
dengan perkem bangan alat pencernaan yang
su d ah m u l ai sem p u r n a d an su d ah d ap at
dibedakan ant ara usus, saluran pencernaan
(pylorus), dan lambung. Dengan bertambahnya
u m u r l ar va, m ak a al at p en cer n aan ak an
b er k em b an g seh i n g g a m em p en g ar u h i
produk si enzim pencernaan k arena enzim
t ersebut diproduksi oleh kelenjar pankreas,
lambung, dan dinding usus (Kapoor et al., 1975
dalam Suryant i, 2002).
Berdasarkan persamaan regresi, hubungan
antara aktivitas masing- masing enzim dan umur

52

Sedangkan persam aan regresi hubungan
ant ara akt ivit as enzim lipase dan um ur larva
(Gambar 4), menghasilkan persamaan dengan
n i l ai R b er t u r u t - t u r u t (A) R2 = 0 ,7 5 3 4 ; (B)
R2 = 0,9062; dan (C) R2 = 0,6608 yang m enunjukkan bahwa persent ase hubungan berkisar
antara 66,08%- 90,62%.
Dari persam aan regresi hubungan ant ara
ak t ivit as k et iga enzim dengan um ur larva
t ersebut , t erlihat bahwa persent ase akt ivit as
enzim lipase cenderung lebih tinggi (66,08%90,62%) daripada persent ase akt ivit as enzim
p r ot ease (1 6 ,0 %- 2 0 ,8 %) m au p u n am i l ase
(20,00%- 22,94%). Hal ini menunjukkan bahwa
lem ak (lipid) yang t erkandung dalam pakan
awal (rotifer, gonad kerang, dan kuning telur)
m em p u n yai p er an p en t i n g d al am p r oses
m et ab o l i sm e seh i n g g a d i h asi l k an en z i m
pencernaan yang dapat m em acu perk em b ang an or g an t ub uh sesuai d eng an b er t am b ah n ya u m u r l ar va. Hasi l p en el i t i an
Palinggi et al. (2002), t erhadap ikan kuwe
(Caranx sexfasciatus) yang m asih sat u f am ili
(Carangidae) dengan Gnathanodon speciosus
t er l i h at ad an ya p er b ed aan p er t am b ah an
panjang badan pada ikan kuwe yang diberi
p ak an d en g an su m b er l em ak b er b ed a.
Selanjut nya dikat akan bahwa ikan kuwe yang
p ak annya d it am b ah d engan m inyak ik an,
m em p er l i h at k an p er t u m b u h an p an j an g
t ert inggi (2,2 cm / ind.) dibandingkan dengan
ikan yang dalam pakannya diberi t am bahan
m inyak cum i (1,2 cm / ind.) at aupun dengan
t am bahan cam puran ant ara m inyak ikan +
m inyak cum i + m inyak kedelai (1,9 cm / ind.).
Kondisi ini didukung dengan hasil analisis
proksim at (Tabel 1) bahwa kandungan lem ak
pada m asing- m asing jenis pakan awal juga

Studi aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang ..... (Titiek Aslianti)

Protease

Unit (mL/ menit)
Unit (mL/minute)

0.60

A: Rotifer
B: Trochopore
C: Egg yolk emulsion

0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0
Telur
Eggs

D2

D4

5.00
Unit (mL/ menit)
Unit (mL/minute)

D6

D8

D10

D20

D30

Umur larva (hari)
Day after hatching (days)

Amilase
A: Rotifer
B: Trochopore
C: Egg yolk emulsion

4.00
3.00
2.00
1.00
0
Telur
Eggs

D2

D4

D8

D10

D20

D30

Umur larva (hari)
Day after hatching (days)

Lipase

2.50
Unit (mL/ menit)
Unit (mL/minute)

D6

A: Rotifer
B: Trochopore
C: Egg yolk emulsion

2.00
1.50
1.00
0.50
0
Telur
Eggs

D2

D4

D6

D8

D10

D20

D30

Umur larva (hari)
Day after hatching (days)

Gambar 1. Diagram aktivitas enzim pencernaan (protease, am ilase, dan
lipase) larva ikan kuwe dari set iap perlakuan pakan awal
(rotifer, gonad kerang, dan kuning telur) selama penelitian
Figure 1.

Schematic of digest enzymes activity (protease, amylase, and
lipase) of each treatment with different initial feed (rotifer,
trochopor, and egg yolk emulsion) while experiment

53

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 49-59

Protease

Unit (mL/ menit)
Unit (mL/minute)

0.60

A: y = 0.0011x 2 – 0.0292x + 0.3529
R2 = 0.2049

0.50
0.40

B: y = 0.001x 2 – 0.0252x + 0.3308
R2 = 0.16

0.30
0.20
0.10

C: y = 0.001x 2 – 0.0277x + 0.3621
R2 = 0.2086

0
Telur
Eggs

D2

D4

D6

D8

Poly. (B: Trochopore)

Poly. (A: Rotifer)

D10

D20

D30

Poly. (C: Egg yolk emulsion)

Umur larva (hari)
Day after hatching (days)

Gambar 2. Diagram korelasi antara aktivitas enzim protease dan umur larva
ikan kuwe dari masing- masing perlakuan
Figure 2.

Correlation between protease enzyme activity and age of golden
trevally larvae of each treatment
Amilase

Unit (mL/ menit)
Unit (mL/minute)

6.00
2

A: y = 0.0134x – 0.3259x + 3.5173
R2 = 0.2294

5.00
4.00

B: y = 0.0116x 2 – 0.2963x + 3.505
R2 = 0.2008

3.00
2.00
1.00

C: y = 0.0095x 2 – 0.2501x + 3.2374
R2 = 0.2023

0
Telur
Eggs
Poly. (A: Rotifer)

D2

D4

D6

Poly. (B: Trochopore)

D8

D10

D20

D30

Poly. (C: Egg yolk emulsion)

Umur larva (hari)
Day after hatching (days)

Gambar 3. Diagram korelasi antara aktivitas enzim amilase dan umur larva
ikan kuwe dari masing- masing perlakuan pakan awal
Figure 3.

Correlation between amylase enzyme activity and age of
golden trevally larvae of each treatment

berbeda dan terlihat lem ak pada kuning telur
jauh lebih t inggi (63,49%) daripada rot if er
(17,28%) ataupun gonad kerang (13,43%).
Adapun akt ivit as enzim yang m enurun
pada D- 3–D- 7 diduga bahwa larva berada pada
f ase perk em bangan organ spesif ik sepert i
p er t um b uhan si r i p p ung g ung , si r i p d ad a

54

ataupun perkembangan kesempurnaan tulang
belakang. Sesuai dengan pendapat Asm anik
et al. (2007) bahwa salah sat u fakt or yang
m em pengaruhi pert um buhan dan perkem bangan t ulang belakang ikan kuwe adalah
k an d u n g an n u t r i si p ak an yan g d i b er i k an
selama masa pemeliharaan. Dikatakan pula oleh

Studi aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang ..... (Titiek Aslianti)

Lipase

Unit (mL/ menit)
Unit (mL/minute)

3.00
2.50

A: y = 0.0136x 2 – 0.3414x + 2.5417
R2 = 0.7534

2.00

B: y = 0.008x 2 – 0.2757x + 2.4527
R2 = 0.9062

1.50
C: y = 0.0083x 2 – 0.2207x + 1.9556
R2 = 0.6608

1.00
0.50
0
Telur
Eggs

D2

D4

D6

D8

D10

Poly. (B: Trochopore)

Poly. (A: Rotifer)

D20

D30

Poly. (C: Egg yolk emulsion)

Umur larva (hari)
Day after hatching (days)

Gambar 4. Diagram korelasi antara aktivitas enzim lipase dan umur larva
ikan kuwe dari masing- masing perlakuan pakan awal
Figure 4.

Correlation between lipase enzyme activity and age of golden
trevally larvae of each treatment

Tabel 1.

Ukuran pakan awal dan komposisi nutrien hasil analisis proksimat serta asam lemak
dalam pemeliharaan larva ikan kuwe, golden trevally

Table 1.

Size of initial feed and nutrient composition of proximate and fatty acid analyzed
on golden trevally larval reared
Perlakuan ( T r ea t m en t s )

Paramet er

Pa r a m et er s

Ukuran (Size ) (µm)

A
Ro t if er

B

C

Go nad kerang Kuning t elur

Rot if er

T r ochopor

( ind ./ mL)

(g)

Eg g yolk
em ulsion ( g )

Ar t if icia l
f eed

n a uplii
Ar t em ia
Ar t em ia
n a uplii

(g)

( ind ./ mL)

Pakan
b uat an

140-200

62.84

73.44

48.44

>500

Protein (Protein ) (%)

66.31

42.24

29.93

48.00

54.48

Lemak (Lipid ) (%)

17.28

13.43

63.49

28.00

16.78

Serat (Fiber ) (%)

6.29

6.42

0.57

1.00

3.80

Abu (Ash ) (%)

5.13

10.86

5.50

7.00

8.10

EPA (%)

7.700

10.403

-

-

2.433

DHA (%)
Total ω -3 HUFA

0.121

4.858

-

-

0.042

10.988

16.608

-

16.825

2.676

Kit ajim a et al. (1994) dalam Asliant i (2005)
yang m enyat akan bahwa kekurangan nut risi
p ad a r o t i f er a d an nauplii Artemia ak an
m en g ak i b at k an p er t u m b u h an g el em b u n g
renang yang rendah dan berdam pak pada
m en i n g k at n ya lordosis (k el ai n an t u l an g
belakang) pada larva ikan red sea bream.

Berdasarkan pengam at an pert um buhan
panjang, bobot, dan korelasinya terhadap umur
larva pada perlakuan C (kuning telur) (Gambar
5), menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang
dan bobot badan m em punyai korelasi yang
positif dengan pertam bahan um ur larva yang
d i n y at ak an d en g an p er sam aan r eg r esi

55

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 49-59

Panjang total
Total length (mm)

15
y = 0.0814x 2 – 0.4866x + 3.0681
R2 = 0.9711

12
9
6
3
0
1

2

3

4

5

A

6

7

8

B

9

10 15

C

20 25 30

Poly. (C)

Umur larva (hari)
Day after hatching (days)
16

Bobot badan
Body weight (g)

14
y = 0.135x 2 – 1.2452x + 2.2669
R2 = 0.9446

12
10
8
6
4
2
0
-2

1

2

3

4

5

A

6
B

7

8

9

10 15

C

20 25 30

Poly. (C)

Umur larva (hari)
Day after hatching (days)

Gambar 5. Diagram korelasi hubungan panjang dan bobot badan dengan
umur larva ikan kuwe pada perlakuan C (kuning telur)
Figure 5.

Diagram of correlation between total length and body weight
with age of golden trevally larvae of treatment C (egg yolk
emulsion)

polinomial berturut- turut untuk panjang badan
adalah Y = 0,0814x 2 - 0,4866x + 3,0681
(R2 = 0,9711) dan untuk bobot badan adalah Y =
0,135x 2 - 1,2452x + 2,2669 (R2 = 0,9446). Hal
ini m enunjukkan bahwa persent ase korelasi
an t ar a p an j an g b ad an d an b o b o t b ad an
perlakuan C t erhadap um ur larva m asingmasing adalah sebesar 97,11%dan 94,46%.

aw al k u n i n g t el u r t er l i h at l eb i h t i n g g i
(13,3± 1,77 mm) daripada rotifer (10,6± 1,51 mm)
ataupun gonad kerang (12,7± 2,67 mm), namun
secara statistik tidak berbeda nyata (P> 0,05).
Demikian juga sintasan yang dihasilkan pakan
awal kuning t elur m enunjukkan nilai lebih
t i ng g i (5 5 ,4 2 %) d ar i p ad a r ot i f er (5 2 ,4 2 %)
maupun gonad kerang (52,45%) (Tabel 2).

Dar i h asi l p en g am at an p er t u m b u h an
(panjang t ot al) pada akhir penelit ian (D- 30)
m enunjukkan bahwa larva yang diberi pakan

Hasil p engam at an k ualit as air selam a
pem eliharaan larva disajikan pada Tabel 3.
Dalam hal ini kualitas air pemeliharaan terlihat

56

Studi aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang ..... (Titiek Aslianti)

Tabel 2.

Hasil pengam at an pert um buhan (panjang dan bobot badan) pada
akhir penelitian (D- 30) serta nilai sintasan dari masing- masing perlakuan

Table 2.

Observation of growth (total length and body weight) at the end experiment (D-30) and survival rate of each treatment
Perlakuan ( T r ea t m en t s )

Paramet er

A

B

C

Pa r a m et er s
Ro t if er

Go nad kerang

Kuning t elur

Rot if er

T r ocoph or e

Eg g yolk em ulsion

10.6±1.51 a

12.7±2.67 a

13.3±1.37 a

Bobot badan
Body weight (g)

14.49

15.29

13.31

Sintasan
Survival rate (%)

52.42

52.45

55.42

Panjang total
Total length (mm)

Ket erangan (Note):
Nilai dalam kolom yang diikut i dengan huruf sam a m enunjukkan t idak berbeda nyat a
Values in column followed by the same superscript are not significantly different (P>0.05)

Tabel 3.

Data kualitas air selama pemeliharaan
larva ikan kuwe

Table 3.

Value of water quality during larval
reared of golden trevally

Paramet er

Kisaran nilai

Pa r a m et er s

Ra n g e of va lue

Suhu
Temperature (o C)

26-28

Salinitas
Salinity (ppt)

35-36

pH

8.11-8.25

NH3 (mg/ L)

0.108-0.418

NO 2 (mg/ L)

0.027-0.503

NO 3 (mg/ L)

0.065-0.73

PO 4 (mg/ L)

0.038-0.332

m asih t erj aga dan cuk up m enduk ung k ehidupan larva hingga akhir penelitian (D- 30).
Pem bersihan dasar wadah m elalui alat sipon
dan pergant ian air sebesar 25%- 50% secara
b er t ah ap y an g d i l ak u k an m u l ai D - 1 0
nam pak nya cuk up m enduk ung k ehidupan
larva. Kondisi kualit as air yang m endukung
p ad a g i l i r an n ya d ap at m em p er b ai k i p er t um buhan dan m eningkat kan sint asan larva
h i n g g a d i h asi l k an b en i h d en g an k i sar an

sint asan sebesar 52,42%- 55,42%. Dari hasil
penelitian ini nampaknya sintasan benih dapat
d i p er b ai k i d an d i t i n g k at k an d i b an d i n g
p en el i t i an yan g p er n ah d i l ak u k an o l eh
Setiadharm a et al. (2008) yang m enghasilkan
sintasan ± 14%.
Selam a pem eliharaan larva ik an k uwe,
suhu air bervariasi ant ara 26 o C- 28 o C dan
salinit as ant ara 35- 36 ppt . Sebagai bahan
p er b and ingan d engan ik an k uwe (Caranx
sexfasciatus), yang dipelihara Palinggi et al.
(2002), bahwa suhu air selam a penelit ian
berkisar ant ara 28 o C- 29 o C dan salinit as 29
ppt. Dengan dem ikian dapat diketahui bahwa
ik an k uwe (Gnathanodon speciosus) p ad a
penelit ian ini m asih t oler an dengan suhu
sekitar 26 oC dan salinitas ± 35 ppt.
Derajat keasam an air (pH) berkisar 8,118 ,2 5 . Ki sar an t er seb u t m asi h l ayak b ag i
pert um buhan ikan. Dalam Boyd (1990) dinyatakan bahwa pH yang baik untuk kehidupan
ikan berkisar 6,5- 9,0.
Kadar amoniak dan nitrit selama penelitian
m asing- m asing berkisar 0,108- 0,418 m g/ L
dan 0,027- 0,503 mg/ L. Upaya untuk menjaga
agar kondisi kualit as air t et ap opt im al yait u
d en g an car a m el ak u k an p en yi p on an d an
pergantian air setiap 2 hari sebanyak 25%- 50%
yang dimulai dari D- 10. Pescod (1973) dalam
Set iawat i et al. (2005) m enyat ak an bahwa

57

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 49-59

kandungan amoniak sebaiknya tidak melebihi
1 mg/ L untuk perairan tropik. Sedangkan nitrit
m erupakan produk perant ara dalam oksidasi
am oniak dan dapat m enyebabkan t idak berfungsinya haem oglobin (Hb) dalam t ransfer
oksigen karena bent ukan m et ahem oglobin
(HbNO2). Kandungan nitrit, nitrat, amoniak, dan
f osf at d alam p enelit ian ini t er lihat m asih
r el evan d an m end uk ung k ehi d up an l ar va
sehingga sintasan benih yang dihasilkan pada
akhir penelit ian (D- 30) cukup t inggi berkisar
52,42%- 55,42%.
KESIMPULAN
z Ak t ivit as enzim pencer naan (pr ot ease,
am ilase, dan lipase) dari ketiga perlakuan
pakan awal m enghasilkan korelasi positif
terhadap pertumbuhan larva ikan kuwe.
z Kuning t elur dapat digunak an sebagai
pakan awal sebelum larva m am pu m engkonsumsi rotifer dan menghasilkan sintasan
tertinggi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terim a kasih yang am at sangat disam paikan kepada Sdr. Akhmad Gufron Arif, Wiwin
Adiwinata, dan Katimin selaku teknisi litkayasa
bidang larva rearing; Sdr . Dar sudi selak u
t eknisi lit kayasa bidang nut risi, juga Sdri. Ni
Put u Ayu Kenak dan Ni Kadek Ariani selaku
teknisi litkayasa bidang kualitas air atas peran
sert a dan part isipasinya dalam m em bant u
pelaksanaan penelit ian ini hingga selesai.
DAFTAR ACUAN
Afifah, Aslianti, T., & Hadi, C.S. 2010. Pola
pem angsaan dan pertum buhan larva ikan
kuwe (Gnathanodon speciosus) berdasark an j enis p ak an awal yang d ib er ik an.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 Buku 2. Puslitbang Perikanan
Budidaya, hlm. 633- 638.
Affandi, R., Mokoginta, I., & Suprayudi, A. 1994.
Perkem bangan enzim pencernaan benih
i k an g u r am e, Osphronemus goramy,
Lacap ed e. J. Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia, II(2): 63- 71.
Aslianti, T. 2005. Evaluasi kualitas benih kerapu
macan, Epinephelus fuscoguttatus produksi
beberapa hat chery di Bali berdasark an
pengamatan pertumbuhan tulang belakang.
Fakultas Teknologi Kelautan dan Perikanan.
Un i ver si t as Han g Tu ah Su r ab aya. J.
Perikanan, I(2): 56- 62.

58

Asliant i, T., Suwirya, K., & Asm anik. 2008.
Teknologi pemeliharaan larva kerapu sunu
(Plectropomus leopardus) secara m assal.
Puriskan Budidaya. Badan Riset Kelautan
dan Perikanan. J. Ris. Akuakultur, 3(1): 1- 11.
Asmanik, Aslianti, T., & Setiadharma, T. 2007.
Pengamatan awal perkembangan dan pertumbuhan tulang belakang larva ikan kuwe,
Golden trevally (Gnathanodon speciosus,
Forsskal). Buku Pengembangan Teknologi
Budidaya Perikanan. Badan Riset Kelautan
dan Perikanan Tahun 2007, hlm. 456- 460.
Bergmeyer, H.V. & Grassl, M.G.1983. Determin at i o n w i t h g l u co se o x i d i z e an d
perox idese: Methods of enzym atic analysis. 2 nd edition. verlag chemie weinhem, p.
1,205- 1,202.
Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for
aquaculture. Aburn University. Alabam a
USA, 482 pp.
Hadi, C.S. 2009. Pengaruh perbedaan jenis
pakan awal terhadap sifat biologi larva ikan
kuwe (Gnathanodon speciosus). Skripsi.
M ah asi sw a Fak . Per t an i an , Ju r u san
Per i k an an Un i ver si t as Gad j ah Mad a.
Yogyakarta, 89 hlm.
Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge University Press, Cam bridge, New
York, 388 pp.
Kordi, K.M.G.H. 2005. Budidaya ikan laut di
Karam ba Jaring Apung. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta, hlm. 33- 40.
Palinggi, N.N., Rachmansyah, & Usman. 2002.
Pengaruh Pem berian Sum ber Lem ak Berbeda dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan
Ikan Kuwe, Caranx sexfasciatus. Badan
Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen
Kelautan dan Perikanan. J. Pen. Perik. Indonesia, (8)3: 25- 29.
Peristiwadi. 2006. Ikan- ikan laut ekonom is
penting di Indonesia. Petunjuk identifikasi.
LIPI. Jakarta, hlm. 93- 94.
Setiadharm a, T., Syahidah, D., Alit, A.A.K., &
Priyono, A. 2008. Pengkayaan pakan alami
j en i s r o t i f er a t er h ad ap p en i n g k at an
keragaman benih ikan kuwe (Gnathanodon
speciosus Forsskal). Prosiding Teknologi
Perikanan Budidaya 2008. Pu r i sk an
Budidaya, hlm. 289- 293.
Setiawati, K.M., Melianawati, R., Supii, A.I., &
Johnny, F.R. 2 0 0 5 . St ud i Pend ahuluan
Pemeliharaan Benih Kakap Merah (Lutjanus
argentimaculatus) pada Salinit as yang
Berbeda. Buku Perikanan Budidaya Ber-

Studi aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang ..... (Titiek Aslianti)

kelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, hlm .
142- 149.
Shobo, M. 1991. Aquaculture in Tropical Areas.
(Eds.) Shokita, S., Kakazu, K., Tomori, A., &
Tom a, T. English edition prepared by:

Yam aguchi, M. Midori Shobo Co., Lt d.
Tokyo, p. 146- 149.
Suryant i, Y. 2002. Perkem bangan akt ivit as
enzim pencernaan pada larva/ benih ikan
baung (Mystus nemurus C.V.), J. Pen. Perik.
Indonesia, 8(3): 15- 18.

59