gairah fashion indonesia di panggung dunia retas vol 6 desember 2017

Vol. 6 • Desember 2017

Peggy Hartanto
Sukses Menjadi Global Stockist

Khanaan Shamlan
Batik dengan Detail yang Apik

Jenahara Nasution
Mengusung Gaya Dinamis dan Wearable

Lusiana Limono
Kain Rajutan dan Sentuhan Batik Modern

Gairah Fashion Indonesia di Panggung Dunia
Kiprah Para Desainer Muda Memasuki Pasar Global

02

03


DAFTAR ISI

10-13 | P R O F I L
PEGGY HARTANTO

BESAR KARENA SADAR
AKAN PENTINGNYA
TIM YANG SOLID

Retas

Sebuah brand harus memiliki satu tim yang
masing-masing memiliki peran mulai dari
marketing, business, dan produksi.

04-07 | W A C A N A

16 | P R O F I L

GAIRAH FASHION INDONESIA

DI PANGGUNG DUNIA

LUSIANA LIMONO

PRIMADONA RAJUTAN
DAN BATIK

Lenggak-lenggok gerakan para model internasional di event Jakarta Fashion
Week 2018 (JFW) seolah mengantarkan kiprah fashion Indonesia ke tingkat dunia.
Di ajang ini diharapkan para desainar muda tanah air memasuki pasar global.

Benang dan kain bisa menjadi karya seni
bernilai tinggi dan menjadi daya jual yang
cukup memikat.
17 | P R O F I L
HANNIE HANANTO

RANCANGAN
SEDERHANA TAPI TEGAS


08-09 | P R O F I L
JENAHARA NASUTION

Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi

GAYA DINAMIS
DAN WEARABLE

Memiliki latar belakang sebagai arsitek,
Hannie membawa seni gambar ke dalam
industri mode Indonesia.
18 | G A L E R I F O T O
COVER STORY

14-15 | P R O F I L
KHANAAN SHAMLAN

MENGOMBINASIKAN

BATIK DENGAN DETAIL
YANG APIK

Jakarta
Fashion Week
Foto: Afri Prasetyo
Desain baju: Rinaldy Yunardi

EDITORIAL

Pentingnya
Keberagaman
dalam
Pengelolaan
Ekonomi
Kreatif

Kekuatan ekonomi
kreatif bersumber
pada kemampuan

kita mengelola
keragaman budaya.

Seperti kita ketahui bersama,
setelah kuliner, fashion adalah
penyumbang kedua terbesar
pendapatan domestik bruto
(PDB) untuk industri kreatif.
Bahkan untuk ekspor, fashion
menyumbang PDB paling
tinggi, disusul kuliner dan
kerajinan atau kriya.
Jakarta Fashion Week 2018
lalu bagian penting dari kegiatan
industri fashion di negeri kita. Ini adalah
upaya melahirkan desainer-desainer baru yang siap
masuk ke dunia retail. Untuk mengarah ke sana,
saya selalu menekankan pentingnya keragaman
dalam konteks pengelolaan ekonomi. Semakin
sering saya berkeliling Indonesia, semakin saya

yakin bahwa kekuatan ekonomi negeri di masa
depan bersumber pada kemampuan kita mengelola
keragaman budayanya.
Semakin banyak kreativitas baru dilahirkan
dari rahim-rahim budaya, semakin dibutuhkan
panggung-panggung untuk memasarkannya.
Dan dari situlah, tercipta nilai ekonomi bagi
kesejahteraan semua.
Dengan mengelola keberagaman, kita menguatkan
komitmen untuk mendukung industri kreatif
fashion. Harapannya bisa lebih luas lagi ke
depannya, termasuk memperluas Indonesia Fashion
Forward (IFF) agar menjangkau lebih banyak
pelaku kreatif. IFF menjadi wadah bagai para
desainer. Semakin banyak bersaing di ranah global,
kualitas desainer Indonesia semakin baik.
Triawan Munaf
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia

Badan Ekonomi Kreatif adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang

bertanggungjawab di bidang ekonomi kreatif dengan enam belas subsektor.
Pengelola Media

Email

Twitter

Kantor

GRID
Kompas Gramedia

info@bekraf.go.id
www.bekraf.go.id

@bekrafid

Gedung Kementerian BUMN, Lt 15, 17, 18
Jl. Merdeka Selatan No. 13, Jakarta Pusat - 10110.


04

05

WAC A N A

MUDA DAN BERKARYA BERSAMA INDONESIAN FASHION FORWARD

2012:
GENERASI PERTAMA
Albert Yanuar | Barli Asmara | Bretzel (Imelda Kartini) |
Cotton Ink (Carline Darjanto dan Ria Sarwono) | Dian Pelangi | Jefry Tan | Major Minor
(Ari Seputra, Sari Seputra, dan Inneke Margarethe) | Yosafat Dwi Kurniawan

2017:

2013:

GENERASI KEENAM
ATS he Label (Regina Raika) | PVRA (Kara

Nugroho dan Putri Katianda) | Reves Studio | Kami
Idea (Istaiana Candarini, Nadya Karina dan Aina
Candarini) | Vivian Lee | Danjyo Hiyoji (Dana
Maulana dan Liza Masitha) | Mazuki

GENERASI KEDUA
Milcah (Faustine dan Eda Arthaputri) | N.F.R.T.
(Prita Widyaputri and heresia Alit Widyasari)
| TOTON (Toton Januar) | Monday to Sunday
(Dita Addlecoat dan Mellyun Mutiara) | 8Eri
(Eridani) | NurZahra |La Spina (Lianna Gunawan)
| Friederich Herman | Jenahara | Vinora (Vinora
Ng) | Tex Saverio | Batik Chic (Novita Yunus)

2016:

2014:

GENERASI KELIMA
B-Y-O (Tommy Ambiyo Tedji) | Day

and Night / YELLE (Yelly dan Konny
Lumentu) | Rani Hatta | BATEEQ (Michelle
Tjokrosaputro) | Paulina Katarina (Surya
Paulina dan Ratna Katarina)

2015:

GENERASI KETIGA
Monstore (Nicholas Yudha, Michael Krisyanto, dan
Agatha Carolina) | TODJO (Sapto Djojokartiko)
| Peggy Hartanto | Patrick Owen | Rosalyn Citta
| Billy Tjong | fBudi (Felicia Budi) | Tertia (Tertia
Enda) | ETU (Restu Anggraini) | Andhita Siswandi
| Norma Moi (Norma Hauri) | JII (Gloria Agatha)

GENERASI KEEMPAT

Sumber: jakartafashionweek.co.id

LEKAT (Amanda Indah Lestari) | D’leia (Lea Maria) | Anthony Bachtiar

| I.K.Y.K. (Anandia Putri) | Ria Miranda | ShopAtVelvet / ByVelvet (Yessi
Kusumo dan Randy W. Sastra) | alex(a)lexa / SOE Jakarta (Monique dan Sandy
Soeriaatmadja) | Sean & Sheila (Sean Loh dan Sheila Agatha) | Lotuz (Michelle
E. Surjaputra) | Ellyhan / Valentino Mutiara (Lia Ellyhan)

GAIRAH FASHION INDONESIA
DI PANGGUNG DUNIA
Lenggak-lenggok gerakan para model internasional di event Jakarta Fashion Week 2018 (JFW)
seolah mengantarkan kiprah fashion Indonesia ke tingkat dunia. Di ajang ini diharapkan para
desainar muda tanah air memasuki pasar global.
Fashion bukan sekadar wacana
mengenai cara berpakaian, tetapi
juga gabungan dari berbagai lingkup
kehidupan seperti bisnis, tren
dan gaya hidup. Dinamika dari
berbagai sektor ini pulalah yang
diparadekan selama perhelatan Jakarta
Fashion Week 2018 (JFW) yang
diselenggarakan dari tanggal 21-27
Oktober lalu.

Selama seminggu, pekan mode
yang berlangsung di Senayan City
menampilkan peragaan busana
ratusan desainer Indonesia dan
mancanegara dari Australia, Swedia,
India, Jepang, Korea Selatan, dan
Inggris.
Parade busana ini diproyeksikan jadi
arahan fashion Indonesia di tahun

2018, sekaligus panggung atau
media ideal industri mode Indonesia
saat mendapat sorotan publik
internasional.
“Bhinneka dan Berkarya” dipilih
sebagai tema JFW 2018. Fashion
tidak dipungkiri merupakan industri
yang mampu merangkum berbagai
pengaruh dan warisan budaya, juga

Retas

berbagai titik pandang atau pilihan gaya
hidup.
Mengkutip rilis yang dikeluarkan oleh
Kedutaan Besar Australia (20/10) di
JFW, setiap tahunnya industri fesyen
mengkontribusi 15 milliar dollar pada
perekonomian Indonesia dan memberi
pekerjaan pada 4 juta penduduk. Itu
sebabnya sejak pertama kali dibentuk
pada 2015, Bekraf telah melakukan
banyak kolaborasi bersama JFW sebagai
upaya menggerakan sektor ekonomi
kreatif Indonesia.
Dibangun oleh Forum Mode Indonesia
Foundation, Indonesia Fashion Forward
(IFF) adalah proyek kolaborasi di antara
JFW, Bekraf, British Council, dan Center
for Fashion Enterprise (CFE) London.
Program intensif ini berfungsi sebagai
program pembangunan kapasitas
yang menyiapkan para desainer muda
Indonesia dapat memasuki pasar global.
Tujuan program IFF adalah untuk
membangun kapasitas industri
kreatif Indonesia melalui fashion dan
tujuan jangka panjangnya adalah
memantapkan Indonesia sebagai salah
satu ibu kota mode dunia pada tahun
2025.
Lenny Tedja, Direktur JFW, menjelaskan
desainer yang terpilih dalam IFF
adalah mereka yang telah memenuhi
serangkaian kriteria yang ditentukan.
“Para desainer muda yang terpilih akan
dimentor secara menyeluruh, mulai

dari branding, positioning, marketing,
promotion, public relation sampai
distribution. Contohnya, mengarahkan
bagaimana membuat booth agar
terlihat menarik saat tampil di luar
negeri. Atau, how you represent your
product to international buyers in ive
minutes.”
Dalam program pembangunan
kapasitas IFF, ada tiga kategori yang
dijalankan oleh para desainer. Pertama,
kategori desainer pemula (New Fashion
Pioneer) dimana perancang desainer
diajak untuk mengidentiikasi masalah
yang dihadapi dalam membangun
tahap awal usahanya, sekaligus
disiapkan jalan keluarnya sehingga
usaha mereka bisa berkembang.
Kategori kedua adalah kewiraswastaan
(New Fashion Venture) yang akan
melatih dan mentor desainer secara
intensif dengan mengakui kekuatan
perancang dan menyediakan solusi
secara holistik agar memperkuat usaha
mereka.

Mereka tidak hanya bisa mandiri
lewat kemampuan kreatif mereka,
tetapi juga sebagai pengusaha.
Program IFF telah berlangsung
enam tahun dan terbukti berhasil
mempercepat kemajuan ekonomi para
label lokal dan memampukan mereka
merambah pasar internasional.
Yang membuat menarik dari program
inkubasi ini dari tahun ke tahun
adalah JFW dan IFF berkolaborasi
dengan berbagai organisasi mode
dan pusat kebudayaan internasional
untuk memberi kesempatan kepada
para desainer IFF membawa,
memamerkan, serta memasarkan
koleksi mereka di negara-negara
terkait. Selain itu membangun jiwa
wiraswasta dalam tiap perancang
agar siap saat memasukkan pasar
internasional.

Program ini telah bekerja sama
dengan British Council, Korean
Cultural Centre (KCC), Japan
Fashion Week Organisation, DITP
Kategori terakhir adalah kategori
hailand, Council of Fashion
memasuki pasar baru (New Market
Designer of Korea, Fashion Design
Entry) dimana para perancang yang
Council India yang menggelar
sudah memulai sebagai startup
Amazon India Fashion Week,
dimentor dan diajarkan pengetahuan Australia-Indonesia Centre,
bagaimana membangun bisnis
Melbourne Fashion Festival, Isituto
mereka.
Marangoni, London College of
Fashion, Korea Creative Content
Proses mentor ini diharapkan
Agency (KOCCA), Guangzhou
perancang bisa memperbaiki dan
Fashion Week, University of the
memiliki infrastruktur dan strategi
Arts London, serta he Woolmark
yang dapat mengembangkan usahanya. Company.

07

WAC A N A

Retas

06

PERANCANG MUDA
MENDUNIA
Kisah sukses perancang muda
dari program ini Berderet. Tahun
lalu, Norma Hauri, yang dikenal
dengan kreasi dress warna-warna
berani berpotongan sleek dalam
desain kontemporer tetapi selalu
mengedepankan unsur kesopanan,
menampilkan koleksinya di Fashion
Week Tokyo, Jepang.
Bulan April lalu, Rani Hatta – yang
memiliki garis rancang sporty dan
maskulin dengan warna monokrom,
seperti hitam, abu-abu – juga
menampilkan koleksinya di Fashion
Week Tokyo.
Sementara Restu Anggraini, setelah
keluar sebagai pemenang AustraliaIndonesia Centre Young Indonesia
Fashion Designer Awards di Jakarta
Fashion Week 2016, desainer
dengan ciri khas garis rancangan
kontemporer, modern, dan sederhana
memamerkan koleksinya di runway
Melbourne Fashion Festival 2016.
Sepak terjang para desainer IFF tidak
hanya berhenti sampai pada peragaan
mode di berbagai fashion week dunia.
Kolaborasi ini juga mengantarkan
para perancang mengikuti trade show
dan buyer’s meet yang membuka
kesempatan para perancang ini untuk
go international.
Koleksi label Major Minor yang
dibangun oleh desainer Ari Seputra
bersama dengan istri Sari N Seputra

dan Inneke Margarethe kini bisa
ditemukan di Isetan Singapura dan
Harvey Nichols UK (Inggris). Selain
itu, mereka juga menyalurkan
label mereka di Tokyo dan Timur
Tengah.
Department store Fenwick yang
terletak di Bond Street, London,
memberikan ruang khusus untuk
pop up store bagi lima desainer
jebolan IFF, seperti Toton, Peggy
Hartanto, Major Minor, Sean &
Sheila, dan By Velvet.
Setelah masa pop up store selesai,
Peggy Hartanto dipercaya
Fenwick menjadi penyedia stok
koleksi terbaru miliknya setiap
musim. Ini menambah catatan
keberhasilan Peggy menjadi global
stockist (pemasok koleksi terbaru).
Label Peggy Hartanto kini bisa
ditemui di Kuwait, Lebanon,
Saudi Arabia, UAE dan, tahun
depan, Jerman.
Tex Saverio yang baju
rancangannya pernah dikenakan
oleh selebriti Hollywood seperti
Lady Gaga juga secara rutin
menjadi global stockist di Saudi
Arabia, Qatar, Kuwait dan
Tiongkok. Hal yang sama juga
dicapai oleh label Toton, Soe
Jakarta, Lotuz, Paulina Katarina
dan perancang modest wear,
Kami. Tex Saverio, Major Minor,
Toton, Peggy Hartanto hingga
kini kerap diundang untuk
berpartisipasi dalam trade show di
ajang Paris Fashion Week.

Untuk mengangkat kualitas para
perancang, rancangan para desainer
IFF ini kerap mengikuti berbagai
kompetisi fashion internasional.
Toton memenangkan piala
internasionnal untuk Woolmark
Prize 2016/2017 untuk kategori
pakaian wanita untuk kawasan Asia.
Patrick Owen, Peggy Hartanto dan
Restu Anggrainy adalah penerima
Australia Indonesia Fashion Awards.
Sedangkan kiprah perancang
modest wear pun telah kalah kuat,
terutama dalam merebut pasar
lokal. Rani Hatta, Norma Hauri dan
Restu Anggrainy dilirik oleh salah
satu department store ternama di
Indonesia, Matahari Department
Store. Rancangan mereka akan
diproduksi secara masal dan akan
dipasarkan melalui puluhan gerai
department store.
Sebagai tahap pertama, koleksi bisa
didapat di 16 gerai yang tersebar di
Indonesia. Ke depannya, koleksi ini
akan tersebar di 50 gerai.
“Bagi IFF, kolaborasi ini menjadi
kesempatan baik bagi para desainer
untuk semakin mengenal dunia ritel,
serta mengembangkan bisnis mereka
di pasar lokal karena jangkauan
koleksi mereka akan semakin luas,”
terang Lenni Tedja.
“Sebelumnya, kita sering ditanya lewat
Instagram kapan mereka yang ada di
berbagai daerah di Indonesia, di luar
Jakarta, bisa mendapatkan koleksi

terbaru. Jadi, kolaborasi ini jadi
jalan keluarnya,” terang Norma
saat menggelar konferensi pers di
JFW (24/10)
Di pasar Indonesia, perancang
jebolan program IFF yang kini
total ada 38 orang, memang
semakin mendapat tempat.
Kemunculan platform e-commerce
memberi peluang yang sangat
potensial bagi perkembangan
pemasaran koleksi para perancang.
Akses untuk mendapatkan koleksi
bisa menjadi lebih cepat dan luas,
tidak hanya di Jakarta atau kota
asal perancang.
Di JFW 2018, dua platform
e-commerce diajak kerja sama
untuk menawarkan konsumen
kesempatan berbelanja pada saat
yang sama saat mereka menikmati
tayangan langsung peragaan
mode melalui kedua platform
e-commerce, Blibli dan Zalora.
Selain menggandeng partner
e-commerce, JFW juga
membentuk Fashionlink.
Selama lima hari dari sepekan
penyelenggaraan JFW, Fashionlink
yang terdiri dari Fashionlink
Showroom dan Fashionlink
Market menjadi wadah komersil
yang akan melancarkan akses
bagi para desainer atau label lokal
untuk mencapai pasar global.
Secara spesiik, Fashionlink
Showroom didedikasikan bagi
para buyer atau retailer profesional.
Sedangkan Fashionlink market
dibuka agar pengunjung bisa
berbelanja dan menyaksikan
ragam kreativitas industri mode
tanah air.
Melalui Fashionlink, program
diharapkan dapat menyediakan
ruangan bagi para potensial buyers
untuk berinteraksi langsung
dengan para desainer.

“Fesyen Indonesia ingin menjadi
tuan rumah di negeri sendiri dan juga
sukses menembus pasar dunia, perlu
diciptakan program dan inisiatif yang
menciptakan ekosistem yang benar.
Karya fashion itu adalah penjualan
intelectual property (IP), penjualan
desain. Desainer paling hanya
punya lab kecil untuk men-develop
produknya. Setelah jadi karyanya,
mereka tampil di fashion show dan
bisa approach perusahaan atau
department store untuk menjual
desainnya. Sehingga desainer
mendapat royalty dari hasil karyanya.
Dan, itu ekosistem yang benar. Bekraf
sebagai badan pemerintah mendorong
terjadinya hal tersebut sehingga
ke depannya, desainer lokal bisa
menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Kesempatan fashion Indonesia bisa
melanglang buana (go international)
memang challanging tetapi bukan
berarti tidak mungkin.” - Joshua Mulia,
Deputi Pemasaran Bekraf.

yang tidak terkait langsung dengan dunia
fashion dan memperkaya khasanahnya,”
kata Svida Alisjahbana, Ketua Umum
Jakarta Fashion Week.
Kolaborasi JFW dan IFF dengan berbagai
pemangku kepentingan di industri bisa
dilihat dari kolaborasi keduanya dengan
lembaga Mandiri Art. Kolaborasi ini –
yang disebut program Bina – bersinergi
untuk bersama mengangkat martabat
para pengrajin, khususnya penenun,
ke tingkat yang lebih tinggi. Tidak saja
diperkenalkan secara luas di dalam
negeri, akan tetapi sekaligus dapat
dipasarkan ke luar negeri.
Program Bina berlangsung dalam tiga
tahap. Pertama adalah mentoring intensif
dalam hal desain motif, pewarnaan alam,
serta pemanfaatan limbah tekstil menjadi
produk sampingan yang memiliki nilai
jual. Selanjutnya, evaluasi dan presentasi
karya untuk melihat hasil akhir yang siap
diproduksi. Agar presentasi menarik,
kain diolah oleh desainer IFF yang
terpilih, Norma Hauri dan SOE Jakarta.
Dan, tahap terakhir adalah presentasi
karya di depan publik dan media massa
di JFW.

Itu sebabnya program IFF, JFW dan
Fashionlink menjadi penting untuk
menciptakan ekosistem yang lengkap.

Program Bina ini tidak hanya berhenti
tahun ini tetapi telah memiliki misi yang
lebih panjang ke depannya.

Merayakan tahun ke-10, JFW jelas
memegang peran penting dalam
pertumbuhan industri fashion di
Indonesia karena jadi platform penggerak
industri yang membawa desainer-desainer
Indonesia ke kancah mode internasional.

Terlepas dari berbagai kolaborasi ini,
para desainer IFF pun banyak juga yang
sukses membuka gerai mereka sendiri
secara independen label. Beberapa
yang kini cukup populer di kalangan
remaja adalah Cotton Ink, Major Minor,
Jenahara, Ria Miranda dan ETU.

“Perjalanan 10 tahun ini sangatlah penuh
dinamika dan tidak selalu mudah, tetapi
kami merasa bangga telah berhasil
mencapai level kolaborasi antara berbagai
pemangku kepentingan di industri mulai
dari desainer fashion dan asosiasinya,
pabrik tekstil dan garmen, retailers,
pemerintah daerah, pusat budaya
internasional, sekolah fesyen, dan juga
media, bloggers dan instagrammers.
Kolaborasi ini melibatkan industri lain

Sebagai hasil eksposure label dan mereka
serta manajemen infrastruktur yang
lebih baik, label fashion beserta para
perancang berhasil mengembangkan
bisnis usaha dan keuntungan pendapatan
mereka. Dalam booklet Bekraf mengenai
program IFF, perluasan bisnis mereka
hingga 70 persen, sedangkan keuntungan
dari pendapatan merek mencapai 300
persen.

08

09

P R O F I L

Jenahara Nasution

GAYA DINAMIS
DAN WEARABLE
Menurut Jehan, plagiarisme adalah hal yang
tidak dapat dihindari dalam dunia fashion.
Namun, di situlah kapabilitas seorang
desainer diuji.
Setiap pelaku bisnis pasti
merasakan ‘jatuh bangun’ dalam
mengembangkan usahanya. Itulah
mengapa, desainer Jenahara Nasution
menganggap setiap tantangan dalam
hidupnya sebagai suatu yang lumrah.

“Modal inansial utama saya awalnya
dari investor, lalu lambat laun usaha
saya berjalan, saya mendapatkan
modal saya dari bank dan sebagian
dari tabungan,” tutur Jehan, sapaan
akrab Jenahara.
Jenahara adalah seorang perancang
busana muslim dengan gaya yang
dinamis dan wearable. Karyanya
digandrungi banyak hijabers
Indonesia. Busana rancangannya
fokus pada potongan yang detail, serta
proses pembuatan dan material yang
berkualitas. Inspirasi busana hasil
rancangannya memadukan elemen
pakaian yang tak seluruhnya feminin.
Desain Jenahara sering menggunakan
gaya yang asimetris, sehingga nampak

Dokumentasi Pribadi

Perjalanan karir pemilik nama
Nanida Jenahara Nasution ini dimulai
dari bawah serta penuh lika-liku.
Meskipun sang ibu, artis senior
dan perancang busana kondang
Ida Royani, namun ia bertekad
menjalankan bisnis dan kariernya
sendiri tanpa campur tangan sang ibu
dengan modal yang ia miliki.

sangat stylish dan unik. Simple,
minimalis, dan modern, dengan
cutting edge yang mudah untuk di
mix and match.
Wanita kelahiran 27 Agustus 1985
ini mengatakan bahwa memulai
usaha dari nol itu tidaklah
mudah. “Semua saya kerjakan
sendiri mulai dari membeli bahan
hingga mencari penjahit untuk
menyelesaikan koleksi pertama
saya,” katanya.
Menurut Jehan, plagiarisme
adalah hal yang tidak dapat
dihindari dalam dunia fashion.

Namun, di situlah kapabilitas seorang
desainer diuji. “Saya rasa tantangan
terbesar seorang desainer adalah selalu
menciptakan ide-ide yang fresh setiap
kali menciptakan sebuah koleksi,”
ujarnya.
Dengan segala potensi yang ia
miliki, Jehan pantang mengenal
kata putus asa. Dengan melakukan
analisa terhadap kebutuhan pasar
dan menyusun berbagai strategi,
kini koleksi hasil rancangan Jehan
telah tersebar di seluruh tanah air,
bahkan sudah pernah dipamerkan
di luar negeri seperti di Hong Kong,
hailand, hingga Milan.

Namun, jika dalam perjalanan
menuju kesuksesan ternyata sang
pelaku usaha menemui hambatan,
kata Jehan, kunci utamanya adalah
sabar dan jangan pernah putus
asa. “Hidup ini bagaikan roda yang
berputar. Jatuh bangun dalam
usaha adalah bagian di mana
Tuhan mempersiapkan diri saya
untuk lebih kuat dan siap dalam
menghadapi stages berikutnya dalam
kehidupan saya,” tegasnya.

Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi

“Dalam sebuah usaha, sangat
penting dalam membuat business
plan, menganalisa pasar terutama
target market yang ingin kita
sasarkan. Indonesia bisa dibilang
memiliki potensi market yang
begitu besar dan setiap lapisan
masyarakatnya memiliki market
yang berbeda-beda. Tinggal
bagaimana kita mau memosisikan
brand kita dan menyasar kepada
siapa. Sebagai pelaku bisnis kreatif,
kita harus pintar dalam menyusun
strategi, menganalisa pasar dan
memahami betul kebutuhan
mereka,” beber Jehan.

Ya, perkembangan fashion di Indonesia
saat ini bisa dikatakan sudah maju
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Namun demikian, kata Jehan, diperlukan
fasilitas dan support dari berbagai pihak
terutama oleh pemerintah.
“Dunia tahu bahwa soon or later
Indonesia bakal menjadi pusat atau
kiblat fashion muslim di dunia. Tapi
ketika orang-orang datang ke Indonesia
untuk melihat fashion muslim mereka
harus kemana? Perlu adanya peran
pemerintah dalam memfasilitasi para
pelaku industri ini supaya industri
fashion bisa menjadi salah satu kekuatan
yang dimiliki Indonesia,” ujarnya.
Jehan mengaku, sebagai bagian dari
pelaku industri fashion terutama
sektor busana muslim, ia melihat
dan merasakan sendiri bagaimana
ia bersama para desainer lainnya
selalu berjuang dan menjalin
komunikasi untuk terus kompak dalam
mengembangkan misi. “Hal ini sangat
penting karena kalau mau industri
ini maju, kita harus bersama-sama
mewujudkannya,” katanya.

Kini, dengan adanya Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf)
sebagai lembaga pemerintah
nonkementerian yang bertanggung
jawab di bidang ekonomi kreatif,
Jehan berharap agar Bekraf bisa
lebih fokus pada isu-isu yang lebih
mendasar, terkait dengan industri
fashion.
“Selain adanya FGD, saya rasa
Bekraf juga perlu terjun langsung
ke dalam supaya lebih paham
terhadap berbagai polemik yang
dirasakan oleh pelaku bisnis. Dan
yang terpenting dari semua itu
adalah mencari solusi terbaik demi
kepentingan bersama,” tuturnya.
“Indonesia adalah potensi
market yang luar biasa. Ada
baiknya diadakan acara-acara
seperti pertemuan antara buyer
dan desainer, atau pemerintah
bisa menyumbang andil dalam
mempertemukan industri garmen
dengan desainer supaya bisa
menjalin kolaborasi,” kata Jehan
mengakhiri pembicaraan.

10

11

P R O F I L

Peggy Hartanto

BESAR KARENA
SADAR AKAN
PENTINGNYA
TIM YANG SOLID

Retas

Sebuah brand harus
memiliki satu tim yang
masing-masing memiliki
peran mulai dari marketing,
business, dan produksi.

Retas

Di tahun 2016, perancang Peggy
Hartanto terpilih sebagai salah satu
pengusaha muda sukses di bawah
usia 30 tahun oleh majalah Forbes.
Kiprahnya di luar negeri tidak hanya
diperhitungkan oleh media, tetapi
juga kalangan publik internasional.
Setahun sebelumnya lagi, dilansir
oleh situs Reinery 29, koleksinya
juga menarik minat Catherine
Smith, CEO Plan de Ville, sebuah
butik pakaian wanita bergengsi di
New York, Amerika Serikat.
“Saya percaya Peggy Hartanto
memiliki estetika dan patokan
harga yang bisa bersaing di special
occasion market (di luar koleksi
pernikahan) yang merupakan target
konsumen kami. Siluet bajunya
yang unik memungkinkan wanita
percaya diri datang ke sebuah acara
atau pesta tanpa khawatir akan ada
yang menggunakan baju yang sama
dengannya,” puji Catherine.
Saat ini, koleksi desainer asal
Surabaya ini bisa juga didapat di
Boutique 51 (Kairo, Mesir), Le
Charme De Fii et Fafa (Tokyo,
Jepang), Label Queen (Beirut,
Lebanon), Jawahir (Riyadh, Saudi
Arabia), Trixilini (Singapura), S*uce

(Dubai, UEA), Fenwick of Bond
Street (London, UK). Tahun depan,
koleksi Peggy bisa diperoleh melalui
sebuah department store di Jerman.
Di Indonesia, selain melalui
penjualan daring, koleksi Peggy bisa
didapat di Lafayette dan Ara Store.
Padahal, kiprah desainer kelahiran
19 April 1988 ini terbilang “baru.”
Labelnya dibangun sejak tahun
2012, bersama saudara kembarnya
Petty dan kakak perempuannya,
Lydia Hartanto.
Ide membangun label ini berawal
dari pengalaman yang tidak
mengenakkan saat ia menggelar
peragaan busana di Australia. Ketika
itu ia masih kuliah di Rales College
of Design and Commerce.
“Awalnya, saya pernah show di
Sydney. Waktu itu hanya buat
koleksi dan show. That’s it.
Tidak ada followup karena saya
bekerja sendirian. Dari situ, saya
menyadari jika ingin membuat
sebuah brand, saya harus memiliki
satu tim yang masing-masing
memiliki peran mulai dari
marketing, business dan produksi,”
kenang Peggy.

12

13

P R O F I L

Jadi, ketika mendapat tawaran
untuk menggelar peragaan busana
di Jakarta Fashion Week 2012
dari sekolah almamaternya, ia
menggunakan momen tersebut
untuk memulai usahanya.
“Yang terlintas dalam benak saya
adalah ‘Okay, why dont we just
start to make a proper label?’ Saya
konsentrasi khusus pada desain dan
kreatif. Petty di bagian pemasaran
dan public relation. Sedangkan,
Lydia dibagian produksi dan
penjualan,” terang Peggy.
Demi memiliki tim solid dan
bisa dipercaya, ia pun mengajak
saudaranya sendiri.
Retas

“Awalnya, we barely knew. Saya
ajak saudara karena merasa
nyaman. Pembagian tugas pun
terjadi secara organik saja, by
learning and doing. Semua tidak
instan,” jelas saudara kembar Petty.
Namun, dengan pembagian
tugas yang sudah jelas ini, Lydia
berharap ke depannya, label ini
bisa berjalan seperti bisnis yang
dikelola secara profesional dan
matang.

Dari penampilannya di JFW
inilah, ia akhirnya terlibat dalam
Indonesia Fashion Forward (IFF).
“Setelah tampil di JFW, kita
mulai mendapat awareness dari
media dan para fashionista. Kita

Retas

“Saya kembali ke Indonesia
karena saya merasa Indonesia
memiliki resource yang luar biasa
banyak. Tidak cuma material
resources, tetapi human resources
juga. Ongkos produksi pun
relatif afordable. Selain itu, saya
perhatikan talenta desainer untuk
terjun ke ready to wear, pada saat
saya kembali dari Australia, masih
jarang di sini. Jadi, pada saat itu
lah saya merasa it’s time to start my
own label.”

Retas

Walau mengenyam pendidikan
dan sempat bekerja pada desainer
sekelas Collette Dinnigan di
Australia, Peggy memilih untuk
membangun labelnya di Indonesia.

juga masuk dalam nominasi
kurasinya Indonesia Fashion
Forward. Pertama kali
dinominasi, kita gagal. Baru
yang ke dua kalinya, kita
bisa masuk. Kita merupakan
generasi ketiga IFF,” ujar Peggy.

MEMATANGKAN LABEL
Lebih lanjut, ia mengaku
IFF sangat membantu dalam
membentuk kematangan labelnya.
“Sebelum masuk dalam IFF, label
kita belum matang. Untuk pasar
lokal, mungkin kita sudah tahu
bagaimana memposisikan brand.
Namun, kita tidak tahu apa yang
harus dipersiapkan saat memasuki
pasar internasional. Ekspektasi
buyer dari luar negeri itu seperti
apa, kualitas dan material. Lewat
program IFF, kita dipersiapkan
secara matang dan diajarkan
bagaimana eksekusinya.”
Sebagai label baru, Peggy
menyebutkan jika setiap kesulitan
yang ia dan saudarinya temui,
dilihat sebagai tantangan.
“Tantangannya saat pertama coba
menembus pasar luar adalah
menyamakan kualitas produksi
agar sama dengan kompetitor,
sesuai dengan standar kualitas
internasional. Jahitannya harus
benar-benar rapi. Jadi kita harus
benar-benar meneliti sekaligus
men-training tim untuk melakukan
hal yang sama. Quality control
harus dijaga ketat agar produk
kita dipercaya dan diyakini bagus.
Tantangan kedua biasanya datang
dari materialnya. Di luar negeri,
kebanyakan mereka memiliki
empat musim. Jadi kesulitan kita
adalah mencari bahan material
untuk menyesuaikan keempat
musim tersebut. Di Indonesia kan
tidak terbiasa dengan material
seperti wol yang biasa dipakai
untuk koleksi fall winter. Nah,
resource material untuk bahan
seperti itu di Indonesia agak
kurang,” terang Lydia secara detail.
Terlepas dari tantangan di lini
produksi, tantangan juga dalam
membuat strategi dan presentasinya.

“Selain produksi, yang menjadi
tantangan juga adalah bagaimana
menciptakan strategi pemasaran
untuk label. Bagaimana kita
mempresentasikan label kita kepada
buyer,” tambah Peggy.
Setelah dimentor oleh profesional
di dunia fashion yang lebih
berpengalaman dalam program
capasity building IFF, Peggy
juga diberi kesempatan untuk
mempromosikan labelnya
lewat berbagai undangan untuk
berpartisipasi dalam ajang Fashion
Week atau trade show di luar
negeri. Undangan ini bagus bagi
sebuah label baru dalam membuka
koneksi dan menemukan peluang
bisnis.
“Atas undangan Bekraf, kita akhirnya
bisa melakukan peragaan busana di
Melbourne Fashion Week dimana
kita bertemu potential buyers.”
Atas kesuksesan Peggy di
pertengahan tahun ini, ia dipercaya
menjadi salah satu dari lima desainer
yang berjual di pop store department
store bergengsi di London. Kegiatan
ini kemudian dipantau langsung
oleh Presiden Joko Widodo yang
berkunjung ke sana.
“Bekerja sama dengan British
Council dengan IFF. Label kita jadi
salah satu dari lima label yang dipilih
untuk membuka pop up store di
Fendich Department Store. Setelah
program selesai, ternyata responnya
bagus. Akhirnya, baju kita dibeli
putus oleh Fendich. Kita melanjutkan
kerja sama dengan mereka menjadi
stockist (penyuplai) mereka sampai
sekarang,” ujar desainer yang
pertengahan tahun ini menggelar
pernikahannya di Bali.
Ditambahkan oleh Petty bukan
hal yang mudah bisa menembus
department store besar di luar negeri.
“Dan, yang menjadi good sign adalah

setiap musim jumlah pemesanan
atau kuantitasnya bertambah.”
Selain tergabung dalam program IFF,
ada beberapa upaya Peggy lain untuk
mempopulerkan labelnya di kalangan
internasional. Salah satu upayanya
adalah dengan menjalin koneksi
dengan PR agensi di luar. Agensi
inilah yang akan menyambungkan
koleksi Peggy dengan para
selebriti manca negara sehingga
pada saat selebriti menggunakan
rancangannya, secara tidak langsung,
label pun ikut terpromosikan.
“Pertama kali meluncurkan
brand, kita di-approach sama
sebuah agen PR di LA. Waktu itu
juga sebenarnya kita belum ada
pengetahuan tentang PR tetapi kita
bertiga setuju untuk mencoba. Kita
mengirimkan beberapa gambar
dari baju rancangan kita. Agensi
tersebut memilih mana yang cocok
dengan klien selebriti mereka. Kita
lalu mengirimkan baju-baju kita ke
sana. Dalam waktu dua minggu, baju
kita dipakai oleh Guilianna Rancic
(pembawa acara di channel E!). Dari
situ, terbuka pikiran kita mengenai
PR.”
Hingga kini, rancangannya pernah
dikenakan oleh supermodel Gigi
Hadid, aktris Anne Heche, Bella
horne, hingga penyanyi Demi
Lovato.
Kesuksesan label yang telah didapat
tidak membuatnya puas begitu saja.
Saat ditemui di press lounge JFW,
Peggy mengungkapkan keinginannya
untuk membentuk tim yang lebih
besar lagi.
“Rencana yang akan datang, saya
ingin membentuk tim yang lebih
besar lagi. Selain itu juga mencari
tempat produksi yang lebih besar
lagi. Sekarang ini kan, produksi
dilakukan hanya di Surabaya,
termasuk materialnya juga.”

14

15

P R O F I L

Industri fashion Indonesia saat ini
telah melesat menjadi salah satu
primadona subsektor Industri
Kreatif. Inovasi adalah kunci yang
harus dipegang bagi pelakunya
untuk bertahan (survive). Inovasi
membutuhkan kesabaran dan
pengertian/pemahaman, karena
inovasi akan menjamin keberlanjutan
(sustainability) usaha, yang tentunya
tak lepas dari berbagai faktor seperti
lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Dokumentasi Pribadi

Menyadari hal tersebut, desainer
Khanaan Shamlan mengaku selalu
berusaha menciptakan ide-ide kreatif
dalam merancang busana. Ciri khas
dari setiap rancangan Khanaan adalah
desain yang feminin, simple, dan
elegance, dengan mengusung kekuatan
lokal yaitu batik yang dikombinasikan
dengan detail yang apik. Tidak
hanya dibuat untuk pencinta fashion
indonesia akan tetapi juga masyarakat
dunia.
“Saya ingin menciptakan batik
kontemporer yang dapat dipakai
semua kalangan baik orang Indonesia
maupun masyarakat internasional,”
ungkap Khanaan.

Khanaan Shamlan

Tantangan awal dalam merintis usaha
di bidang fashion adalah bagaimana
khanaan menemukan brand DNA,
dan bagaimana ia menempatkan
busana hasil rancangannya pada
market yang tepat.

MENGOMBINASIKAN
BATIK DENGAN
DETAIL YANG APIK

“Tantangan terberat bagi saya adalah
banyaknya plagiarisme yang dilakukan
oleh beberapa pesaing. Namun hal itu
justru menjadi motivasi saya untuk
meningkatkan kualitas branding dan
inovasi produk, sehingga saya terpacu
untuk terus berkarya lebih baik lagi,”
tuturnya.

Tantangan awal dalam merintis usaha di bidang fashion
adalah bagaimana khanaan menemukan brand DNA, dan
bagaimana ia menempatkan busana hasil rancangannya
pada market yang tepat.

Lahir di Pekalongan pada tahun
1990, ketertarikan Khanaan Shamlan
dalam bidang desain dimulai sejak
umur 11 tahun. Saat itu Khanaan
mendesain dress untuk dirinya
sendiri, ibunya dan juga temantemannya. Termotivasi dari orangtua

“Awalnya saya bisnis kecil-kecilan.
Modal awal saya didapatkan dari
tabungan pribadi. Alhamdulillah,
bisnis ini akhirnya berkembang
sampai sekarang,” katanya.
Ya, sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit. Mungkin seperti
itulah peribahasa yang cocok bagi
Khanaan dalam mengembangkan
bisnisnya. Jatuh bangun dalam
perjalanan meraih kesuksesan adalah
hal biasa.
“Belajar dari kesalahan adalah kunci
kesuksesan. Jatuh bangun dalam
dunia usaha sangat wajar terjadi,
akan tetapi hal tersebut dapat
dihindari dengan memperbaiki
hal-hal yang kurang baik dan
meningkatkan hal yang sudah baik,”
ujar Khanaan diplomatis.
“Saya mengelola bisnis ini dengan
menyeimbangkan permintaan
pasar dengan kapasitas produksi
yang dihasilkan yaitu lebih memacu
laju produksi guna memenuhi
permintaan pasar yang terus
meningkat,” lanjutnya.
Hal ini tentunya tanpa menghiraukan
kualitas layanan terhadap para klien
demi menjaga kepercayaan yang
telah diberikan kepadanya.
“Menjaga hubungan dan
kepercayaan klien adalah hal
yang sangat penting, yaitu dengan

Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi

yang merupakan pengrajin batik, ia
memutuskan melanjutkan studinya
di Esmod dan lulus tahun 2008
lalu membuka butik pertamanya di
Jakarta Selatan.

memberikan pelayanan prima
terhadap semua klien, tanpa
membedakannya. Komunikasi yang
lancar dengan klien dan perhatian
terhadap klien sangat diutamakan,”
terang Khanaan.
Berdasarkan pengalaman tersebut,
Khanaan menaruh harapan besar
bagi para desainer-desainer muda
yang baru terjun ke dalam industri
fashion tanah air. “Untuk desainer
yang baru memulai usaha di bidang
fashion, mungkin dapat membuat
karakter desain yang kuat,
menempatkan market yang tepat,
dan melihat kebutuhan market
yang ada,” beber Khanaan berbagi
rahasia kesuksesannya.
Berkat keuletannya, Khanaan telah
sering mempresentasikan karyakaryanya dalam fashion week baik
di Indonesia, seperti Indonesia
Fashion Week, Jakarta Fashion
Week, Jogja Fashion Week, Jakarta
Fashion and Food Festival, Bazaar
Fashion Week, Esmod Fashion
Festival, hingga ajang internasional
seperti Hongkong Fashion Week,
dan Heya Fashion, Qatar.
Menurut Khanaan, dari segi
kreativitas, pekerja fashion di
Indonesia bisa dikatakan sangat
maju, hal ini bisa dilihat dari
beragamnya jenis fashion items di
pasaran dan juga semangat pemuda
indonesia untuk mengangkat
kekuatan lokal dalam negeri.
“Hanya saja terkadang kurang adanya
sinergi dari hulu ke hilir, seperti
masih sulitnya mendapatkan bahan
baku untuk produksi,” katanya.

Karena itu, ia berharap pemerintah
dapat berperan lebih besar lagi demi
kemajuan industri fashion Indonesia.
Apalagi, industri kreatif di Indonesia
sangat berkembang pesat dan
mendorong perekonomian nasional.
“Perlu adanya perhatian lebih
terhadap para pelaku industri
kreatif terutama fashion. Pemerintah
mungkin dapat membantu dalam
hal ketersediaan bahan baku dan
lainnya, agar industri kreatif ini dapat
berjalan dan berkembang lebih baik
lagi,” tukasnya.
Dengan adanya Bekraf, lanjut
Khanaan, ia merasa bersyukur.
Bekraf sebagai lembaga pemerintah
non kementerian yang bertanggung
jawab di bidang ekonomi kreatif
dinilai sangat baik dalam memajukan
industri fashion Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari antusiasme para
pelaku kreatif dalam menciptakan
karya-karyanya.
“Tidak hanya di dalam negeri, para
pelaku industri ekonomi kreatif
juga di-support oleh Bekraf untuk
mengembangkan usahanya ke
kancah internasional. Kami berharap,
di tahun mendatang lebih banyak
lagi kegiatan yang dilakukan Bekraf
dalam memajukan Industri ekonomi
kreatif tanah air,” ungkapnya.
Seperti diketahui, saat ini
perkembangan bisnis fashion sangat
pesat, dari mulai bisnis distro, bisnis
butik, factory outlet, hingga bisnis
clothing menjadi peluang bisnis yang
menghasilkan omset cukup besar.
Karena minat pasar terhadap fashion
semakin hari semakin tinggi. Oleh
karena itu, industri fashion tidaklah
akan pernah punah oleh perubahan
apapun, tapi industri fashion selalu
membutuhkan inovasi dan imajinasi
tanpa batas untuk menghadirkan
karya-karya fashion dengan mode
dan tren terbaru, yang mampu
menjawab kebutuhan dan kepuasan
para konsumen.

16

P R O F I L

PRIMADONA
RAJUTAN
DAN BATIK
Benang dan kain bisa
menjadi karya seni bernilai
tinggi dan menjadi daya jual
yang cukup memikat.
Berawal dari hobi, wanita yang akrab
disapa Lusi ini mulai memproduksi
rajutan dan kain batik untuk skala
komersial sejak tahun 2011. Namun,
ia mulai merintis bisnisnya ini sejak
tahun 2009. Meski masih produksi
sendiri, Lusi berhasil membuktikan
bahwa karyanya memang patut
mengudara.
“Tahun 2011 saya mencoba untuk
bekerja sama dengan salah satu toko
di Plaza Indonesia. Ternyata respon
pembeli sangat baik. Mulai dari
situ saya menilai kalau rajutan dan
batik buatan saya memiliki nilai jual.
Sampai saat ini saya terus mendapat
pesanan dari toko tersebut,” ceritanya.
Rajutan dan kain batik tak melulu
sekadar produk kerajinan tangan.
Benang dan kain bisa menjadi karya
seni bernilai tinggi dan menjadi daya
jual yang cukup memikat. Lewat
karyanya, Lusi ingin menggali akar

Lusi terus berkarya dan melakukan
inovasi baru. Produk kain batik keluaran
seri terbaru motif cap xiao yang ia
desain sendiri laku di pasaran dan
banyak dipesan.

Produk awal rajut karya Lusi berupa
selimut, topi, sepatu, dan aneka
perlengkapan bayi, kini produk
yang lebih dikenal dengan label
Kaithandmade mulai merambah ke
produksi baju, jaket, hingga selendang
untuk dewasa. Karya rajutan ibu dua
anak ini kini sukses dipasarkan di
beberapa pusat perbelanjaan papan
atas di Jakarta, Surabaya, serta Bali.

Menekuni profesi sebagai pengusaha,
Lusi mengakui ada pasang surutnya.
Saat ini tantangan terbesar dalam
usahanya adalah bagaimana
mengedukasi kepada konsumen, bahwa
kain batik yang dibuat dengan tangan,
dari bahan alami, dan bukan produk
massal ini merupakan hasil karya anak
bangsa yang patut diapresiasi.

Menyusul kesuksesan kain rajut, batik
ternyata masih menjadi primadona di
negeri sendiri. Bekerja sama dengan
para pengrajin batik di Pekalongan
dan Solo, Lusi menawarkan desain
batik yang unik dan berkualitas.
“Produk akan dilirik jika memiliki
nilai jual yang lebih dari produk
lainnya. Salah satunya memiliki

Saat ini batik sudah ditengok pasar
internasional bahkan mengikuti
beragam ajang kelas dunia. Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas
batik bisa bersaing. Lusi berharap
masyarakat di dalam negeri juga
memiliki minat yang sama bahkan
sepatutnya lebih tinggi dengan
masyarakat dunia untuk memakai
batik.

Dokumentasi Pribadi

Lusiana Limono

keunikan baik dari motif maupun
bahannya,” katanya.

Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi

dan mendorong potensi Indonesia
dengan memunculkan ciri khas
budaya Indonesia lewat sentuhan
modern yang mengikuti tren terkini.

Lalu, tantangan kedua adalah berasal
dari sumber daya manusia. Lusi
menyayangkan bahwa pengrajin
tradisional semakin lama berkurang.
Kegelisahan sekaligus menjadi sebuah
tantangan besar bagi wanita alumni
seni rupa Institute Kesenian Jakarta
(IKJ).
Peran Badan Ekonomi Kreatif
(Bekraf) pun menjadi salah satu
faktor penting dalam perjalanan
Lusi. Selama 7 tahun berkarya, ia
selalu didukung oleh Bekraf dalam
hal diskusi mengenai hak paten batik
hingga mengikuti berbagai workshop
bertema batik.
“Harapannya Bekraf lebih melirik
industri pendukung fashion di
seluruh lapisan baik pemula atau
sudah berkelas. Berikan perhatian
dan edukasi yang lebih agar kami,
para pengrajin dan pebisnis
batik semakin termotivasi untuk
berinovasi,” tutup Lusi.

P R O F I L

17

RANCANGAN
SEDERHANA
TAPI TEGAS

Bukan menyerah, Hannie yang
memutuskan keluar dari dunia
arsitektur justru membuktikan
kemampuannya menggambar bisa
juga mewarnai dunia mode. Kini,
bukan hanya sekadar mencoret
sketsa bangunan. Lebih dari itu,
pemilik brand Anemone ini mampu
menggambar dan merancang gaun,
atasan, celana, rok, syal, blezer, tunik,
hingga aksesoris. Sederet karya yang
sudah tentu bernilai tinggi.

Memiliki latar belakang sebagai
arsitek, Hannie membawa
seni gambar ke dalam industri Saat ini, nama Hannie semakin
berkibar berkat 3 brand miliknya
mode Indonesia.
Hannie Hananto membuktikan
bahwa kain pun bisa menjadi jelmaan
dari seni gambarnya dan menjadi
sebuah karya yang berkelas. Berkat
kegigihannya berkarya, Hannie yang
seorang desainer hijab, menghasilkan
desain yang sungguh ciamik.
Karyanya sangat berbeda karena
mengusung konsep rancangan
sederhana namun tegas. Kedua
konsep ini dibalut dengan warna yang
tak terlalu mencolok, hitam dan putih.
Hal ini yang lantas mengantarkan
Hannie menduduki posisi kedua
dalam ajang kompetisi desain busana
dari salah satu majalah muslim.
Kala itu, tren busana muslim dengan
aksen bordir dan payet sedang
mengalami kejayaan. Namun, jiwa
seni yang sudah merasuk di tubuhnya
justru menginginkan Hannie
menampilkan karya yang tak biasa.
“Tahun 2006 menjadi awal saya

Dokumentasi Pribadi

Hannie Hananto

Lebih jauh, Hannie menceritakan
bagaimana kehidupannya saat masih
menjadi seorang arsitek. Hampir
seluruh waktu yang dimilikinya hanya
digunakan untuk menggambar sketsa
bangunan, dunia kerja yang memang
ia sukai.

yaitu Hannie Hananto, Haneera,
dan Anemone. Bukan hal mudah
memiliki 3 brand di industri mode
yang sungguh dinamis. Para desainer
harus pandai berkarya dan mengikuti
tren teranyar.
Sejak bertekad masuk ke dunia
mode, Hannie tanpa henti
menghasilkan karya. Berkat kerja
keras dan komitmennya pada
industri mode, produknya berhasil
menembus pasar global. Hannie
bahkan berhasil menggelar peragaan
busana bertaraf internasional di
Amerika, Turki, Maroko, dan
Prancis.
Tak henti sampai di situ, Hannie
pernah melakukan tutorial jilbab
di Kedutaan Besar Indonesia untuk
Maroko. Negara yang sungguh kental
dengan mode nyentrik bagi busana
muslim.
Walau karyanya sudah dihargai kelas
dunia, Hannie terus bersemangat

Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi

berkarir sebagai desainer, hal ini
juga karena didukung suami. Dia
ingin saya tetap berkarya meski tak
lagi menjadi arsitek,” kenangnya saat
berbincang ringan.

untuk selalu bergerak cepat
menghasilkan karya yang berinovasi.
“Paling penting agar orang ingat
dengan karya kita adalah membuat
terobosan dengan ciri khas sendiri,
maka karakter brand akan mencuat ke
permukaan sesuai dengan kepribadian
desainer,” ujarnya.
Tak lupa, anggota APPMI (Asosiasi
Perancang Pengusaha Mode
Indonesia) ini berharap para desainer
terus menghasilkan karya dengan
tangannya sendiri. Bukan hal baru
lagi, banyak desain di industri
mode yang ditiru. Menurutnya, seni
merupakan jiwa yang berasal dari
pribadi seseorang. Tak elok rasanya
jika orang lain mengikuti jiwa
seseorang yang bukan miliknya.
“Seorang desainer misalnya, harus
punya ciri khas sendiri. Jangan
mencontek hasil orang lain. Agar
karya kita dikenang di dalam jiwa,”
kata Hannie.

18

19

G A L E R I

FOTO

Beragam Kegiatan Bekraf dalam
Membangkitkan Ekonomi Kreatif Indonesia

Foto-foto Dokumentasi Bekraf

Fashion adalah salah satu tulang punggung ekspor industri ekonomi kreatif.
Dibanding sub sektor lain, ekspor fashion lebih dari setengah total ekspor secara keseluruhan.

EKSPOR FASHION DI ANTARA SUB SEKTOR EKONOMI KREATIF

56%

6%

FASHION

KULINER

KRIYA

LAINNYA

37%

1%
sumber: Survei Khusus Ekonomi Kreatif BPS - Bekraf 2016