T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kemandirian Belajar dan Interaksi Sosial terhadap Literasi Keuangan Dikalangan Siswa Kelas 2 SMK Kristen BM Salatiga T1 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Literasi Keuangan
2.1.1

Pengertian Literasi Keuangan
Kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia modern adalah kecerdasan

keuangan yaitu kecerdasan dalam mengelola keuangan pribadi.
Menurut Lusardi & Mitchaell (Yushita 2017), “literasi keuangan dapat diartikansebagai
pengetahuan keuangan yang memiliki tujuan untuk mencapai kesejahteraan”. Definisi
literasi keuangan menurut Mason & Wilson (Krisna,2010) “Kemampuan seseorang
untuk mendapatkan, memahami, dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk
pengambilan keputusan dengan memahami konsekuensi finansial yang
ditimbulkannya”.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengaplikasikan manajemen
keuangan pribadi seperti merencanakan pengendalian keuangan. Menurut buku
pedoman Strategi Nasional Literasi Keunagan Indonesia (2013) “Rangkaian
proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keyakinan
(convidence), dan keterampilan (skill) konsumen dan masyarakat luas sehingga

mereka mampu mengelola keuangan yang lebih baik”. Literasi keuangan terjadi
manakala seorang individu memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuanyang
membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan.
Menurut lembaga Otoritas Jasa Keuangan (2013) menyatakan bahwa
secara defenisi literasi diartikan sebagai kemampuan memahami, jadi literasi
keuangan adalah “kemampuan mengelola dana yang dimiliki agar berkembang
dan hidup bisa lebih sejahtera dimasa yang akan datang”. OJK menyatakan
bahwa misi penting dari program literasi keuangan adalah untuk melakukan
edukasi dibidang keuangan kepada masyarakat Indonesia agar dapat mengelola
keuangan secara cerdas, supaya rendahnya pengetahuan tentang industri
keuangan dapat diatasi dan masyarakat tidak mudah tertipu pada produk-produk
investasi yang menawarkan keuntungan tinggi dalam jangka pendek tanpa
mempertimbangkan resikonya. Untuk memastikan pemahaman masyarakat
tentang produk dan layanan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan,

7

program strategi nasional literasi keuangan mencanangkan empat pilar utama
yaitu :

1. Well literate (21,84%) memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang
lembaga keuangan sert produk jasa keuangan,manfaat den resiko, hak
dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan serta memiliki
keterampilan dalam menggukanan produk dan jasa keuangan.
2. Sufficient literate (75,69%), memiliki pengetahuan dan keyakian tentang
lembaga jasa kauangan serta produk dan jasa keuangan, manfaat dan
resiko, hak dan kewajiban terkait produk jasa keuagan.
3. Less literate (2,06%) hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa
keunagan, produk dan jasa keuangan.
4. Not literate (0,41%), tidak meiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap
lembaga jasa keuangan dan jasa keuangan, seta tidak memiliki
keterampilan dalam mengunakan produk dan jasa keuangan.
Penerapan keempat pilar tersebut diharapkan dapat mewujudkan
masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi
sehingga masyarakat dapat memilih dan memanfaatkan produk jasa keuangan
guna meningkatkan kesejahteraan. Literasi keuangan dibagi menjadi empat
aspek yang terdiri dari pengetahuan dasar keuangan (basic financial knowladge),
simpanan dan pinjaman (saving & borrowing), proteksi (insurance), dan
investasi. Penegtahuan keuangan dasar yang mencangkup pengeluaran,
pendapatan, aset, hutang, ekuitas, dan resiko. Pengetahuan dasar ini

berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam melakukan investasi atau
biaya - biaya yang bisa mempengaruhi perilaku individu dalam mengelola
keuangannya.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksut literasi keungan dalam
penelitian ini adalah merupakan serangkaian tingkat pengetahuan keuangan
yang berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola
keuangan sehingga dapat terhindar dari masalah keuangan.

8

2.1.2 Aspek-aspek literasi keuangan
Uang merupakan aspek inti dari literasi keuangan. Aspek ini termasuk
kesadaran akan perbedaan bentuk dan tujuan uang serta penanganan transaksi
moneter sederhana seperti pembayaran keperluan sehari-hari, belanja, nilai uang,
kartu bank, cek, rekening bank dan mata uang. Mencakup aspek kemampuan
literasi keuangan yang penting, seperti perencanaan dan pengelolaan pendapatan
dan kekayaan yang lebih baik dalam jangka pendek dan panjang,
khususnya pengetahuan dan kemampuan untuk memonitor pendapatan dan biaya
serta memanfaatkan pendapatan dan sumber daya lain yang tersedia untuk
meningkatkan kesejahteraan keuangan.


Menurut Programme for International Student Assessment/ PISA 2012 (Widayati,
2012), aspek-aspek dalam literasi keuangan adalah: (1)Uang dan Transaksi; (2)
Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan; (3) Risiko dan Keuntungan; (4) Fiancial
Landscape; (5) Fiancial Landscape.

Aspek ini berisi kemampuan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk
mengelola dan menyeimbangkan risiko termasuk melalui asuransi dan produk
tabungan serta pemahaman tentang keuntungan atau kerugian potensial dalam
berbagai konteks keuangan dan produk, seperti perjanjian kredit dengan suku
bunga variabel dan produk investasi. Berkaitan dengan karakter dan fitur dari
dunia keuangan, hal ini termasuk mengetahui hak dan tanggung jawab dari
konsumen di pasar keuangan dan lingkungan keuangan umum, serta implikasi
utama kontrak keuangan.Aspek ini juga menggabungkan pemahaman tentang
konsekuensi dari perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan masyarakat, seperti
perubahan suku bunga dan perpajakan.
2.1.3 Indikator literasi keuangan
Memahami dan menerapkan konsep dasar ekonomi

secara


tepat

tercermin dalam perilaku seseorang dalam mengelola keuangan. Dalam
literasi keungan ada beberapa indikator.

9

Widayati (2012) mengembangkan 15 indikator literasi keuangan yang telah
disesuaikan dengan kondisi di Indonesia yaitu: (a). Mencari pilihan-pilihan dalam
berkarir; (b). Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi gaji bersih; (c). Mengenal
sumber-sumber pendapatan; (d). Menjelaskan bagaimana mencapai kesejahteraan dan
memenuhi tujuan keuangan; (e). Memahami anggaran menabung; (f). Memahami
asuransi; (g). Menganalisis risiko, pengembalian dan likuiditas; (h). Mengevaluasi
alternatif-alternatif investasi; (i). Menganalisis pengaruh pajak dan inflasi terhadap hasil
investasi; (j). Menganalisis keuntungan dan kerugian berhutang; (k). Menjelaskan tujuan
dari rekam jejak kredit dan mengenal hak-hak debitur;( l). Mendeskripsikan cara-cara
untuk menghindari atau memperbaiki masalah hutang; (m). Mengetahui hukum dasar
perlindungan konsumen dalam kredit dan hutang; (n). Mampu membuat pencatatan
keuangan; (o). Memahami laporan neraca, laba rugi dan arus kas.


Masyarakat luas diharapkan tidak hanya mengetahui dan memahami
lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, melainkan juga dapat
mengubah
keuangan

atau memperbaiki
sehingga

perilaku

masyarakat

mampu meningkatkan

dalam

kesejahteraan

pengelolaan


mereka. Literasi

keuangan terjadi manakala seorang individu memiliki sekumpulan keahlian
dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber
daya yang ada untuk mencapai tujuan.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi keuangan
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), faktor-faktor

yang

mempengaruhi tingkat literasi keuangan, yaitu:
1) Jenis kelamin
2) Tingkat pendidikan
3) Tingkat pendapatan.
Menurut Widayati (2012) faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat
literasi keuangan yaitu:
1) Status social ekonomi orang tua
2) Pendidikan pengelolaan keuangan keluarga
3) Pembelajaran keuangan di perguruan tinggi negeri.

2.2 Kemandirian Belajar
2.2.1 Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai tanggung
jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam
mengembangkan kemampuan belajar atau kemauan sendiri. Sikap - sikap
10

tersebut perlu dimiliki oleh siswa dapat memanfaatkan waktu belajar di
rumah dan di sekolah secara efektif, dan menggunakan sumber belajarnya.
Menurut Haris Mujiman (2007: 7) “Kemandirian Belajar dapat diartikan
sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan
belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi
yang telah dimiliki”. Kemandirian belajar yang dimiliki oleh siswa dapat
merubah karakter dari diri siswa tersebut menjadi siswa yang bertanggung
jawab dalam mengelola keungan pribadinya dan disiplin dalam mengunaan
uang.
Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2010: 50) “Kemandirian Belajar
diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab dari diri
pembelajar”. Menurut Abu Ahmadi (Aini, 2012), “Kemandirian Belajar

adalah sebagai belajar mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain”.
Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu
berinisiatif dalam mengelola keuangan pribadi mereka dengan baik, mampu
mengatasi hambatan/masalah keuangan pribadinya, dan tidak memerlukan
pengarahan dari orang lain untuk mengelola keuangannya. Siswa yang
memiliki kemandirian belajar akan memiliki keuangan yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang hanya bergantung kepada orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksut kemandirian belajar
adalah suatu aktivitas atau kegiatan belajar secara sendiri yang dilakukan oleh
siswa atas kemauannya sendiri, mempunyai rasa percaya diri tinggi dan
bertanggung jawab dalam mengelola keuangan.
2.2.2 Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Keadaan yang terdapat pada kemandirian belajar dapat diperjelas dengan
mengetahui ciri-ciri belajar mandiri. Adapun ciri-ciri belajar mandiri menurut
Haris Mujiman (2007: 9-10) yaitu:
a)

Kegiatan belajarnya bersifat self-directing atau mengarahkan diri sendiri, tidak
dependent atau tidak tergantung orang lain
b) Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri

atas dasar dasar pengalaman, tidak mengharapkan jawaban dari guru atau
orang lain

11

c)

Tidak mau didikte guru, karena tidk mengharapkan secara terus menerus
diberitahu apa yang seharusnya dilakukan
d) Lebih senang dengan partisipasi aktif daripada pasif mendengarkan ceramah
guru
e) Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki, karena sebagai seorang
siswa mereka tidak mau datang belajar dengan kepala kosong
f) Perencanaan dan evaluasi belajar dilakukan sendiri oleh siswa
g) Belajar harus dengan berbuat, tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan
menyerap

Seeorang yang mandiri cenderung lebih tergantung pada didri sendiri dari
pada pihak lain, akan ada sifat yang bebas dan kreatif. Kemauan yang kuat akan
mendorong untuk tidak lekas putus asa dalam menghadapi kesulitan, disiplin juga

perlu supaya kegiatan belajar juga sesua dengan jadwal waktu yang diaturnya
seniri.
2.2.3 Kegiatan – kegiatan dalam kemandirian belajar
Sebagaimana aspek-aspek psikologi lainnya, kemandirian belajar juga
bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada dari
individu sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai
stimulus yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang dimiliki sejak
lahir sebagai keturunan dari orang tuanya. Ada beberapa faktor menurut
Mohammad Ali dan Asrori (Astuti,2005) yang mempengaruhi Kemandirian
Belajar yaitu:
a) Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian belajar tinggi seringkali
menurunkan anak memiliki kemandirian juga.
b) Pola asuh orang tua
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi
kemandirian belajar siswa. Orang tua terlalu banyak melarang atau
mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan
yang rasional akan menghambat kemandirian siswa. Sebaliknya, orang tua
yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat
mendorong kelancaran kemandirian belajar.
c) Sistem pendidikan di sekolah

12

Proses

pendidikan

di

sekolah

yang

tidak

mengembangkan

demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa
argumentasi akan menghambat kemandirian belajar siswa. Demikian juga,
proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi
atau hukuman juga dapat menghambat kemandirian belajar siswa. Sebaliknya
proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap
potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan
memperlancar kemandirian belajar siswa.
d) Sistem kehidupan di masyarakat
Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya
hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang
menghargai manifestasi potensi siswa dalam kegiatan produktif dapat
menghambat

kelancaran

kemandirian

siswa.

Sebaliknya,

lingkungan

masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi siswa dalam bentuk
berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarki akan merangsang dan mendorong
perkembangan kemandirian siswa.
2.3 Interaksi Sosial
Soerjono Soekanto (2012:55) “Interaksi sosial merupakan hubunganhubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang
perorang, antarkelompok manusia, serta antara orang peroarang dan kelompok
manusia”. Proses sosial pada hakikatnya adalah pengaruh timbal balik antara
berbagai bidang kehidupan bersama, hakikat hidup bermasyarakat itu sebenarnya
adalah terdiri dari relasi-relasi yang mempertemukan mereka dalam usaha-usaha
bersama dalam aksi dan tindakan yang berbalas-balasan. Sehingga orang saling
menggapi tindakan mereka. Walgito (2010:11) “Interaksi sosial merupakan
Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul
dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat adanya stimulus atau rangsang yang
mengenai individu atau organisme itu”. Perilaku atau aktivitas itu merupakan
jawaban atau respons terhadap stimulus yang mengenainya.
Menurut Sadjiarto (2010:5) “interaksi sosial adalah interaksi antar
berbagai segi kehidupan manusia, apabila orang per orang dan kelompok manusia
13

saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut”. Hasil
interaksi ini sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan
oleh pihak-Pihak yang terlibat dalam interaksi ini.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksut interaksi sosial adalah
kualitas hubungan antara satu orang dengan orang lain atau keeratan hubungan
antara individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi sehingga terjadi
hubungan timbal balik dan pada akhirnya membentuk struktur sosial.
2.3.1 Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (Pradiptasari, 2016), syarat-syarat terjadinya interaksi
sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi
1) Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa Latin Con atau Cum (yang artinya
bersama-sama) dan tango yang artinya menyentuh). Jadi artinya secara
harfiah bersama-sama menyentuh. Secsra fisik, kontak sosial baru terjadi
apabila terjadi hubungan badaniah, sedangkan dalam gejala sosial tidak selalu
berarti hubungan badaniah. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negative.
Bersifat positif mengarah pada kerjasama, danyang bersifat negative
mengarah pada suatu pertentangan. Kontak sosial juga akan bersifat primer
dan sekunder apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
berhadapan muka, Adapun kontak sekunder merupakankontak yang
memerlukan perantara.Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini,
orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telefon,
telegraf, radio, termasuk TV dan tdak memerlukan suatu hubungan badaniah.
2) Komunikasi
Komun ikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada
perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau
sikap), persaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Orang yang bersangkutan tersebut kemudian memberikan reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya
komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-persaan suatu kelompok
manusia atau orang-perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau
14

orang lainnya. Hal itu merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang
akan dilakukannya.
2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi interaksi sosial
Interaksi sosial tidak akan terjadi jika manuasia mengadakan
hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak
berpengaruh terhadap dirinya sebagai akibat hubugan tersebut. Menurut
Sadjiarto (2010:5-6) Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada
berbagai faktor, antara lain:
a.

b.

c.

d.

Imitasi
Imitasi atau doroangan untuk meniru mempunyai peran penting dalam proses
interaksi sosial.
Sugesti
Sugesti timbul apabila seseorang menerima suatu pandangan atau sikap yang
berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
Indentifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama (identik atau serupa) dengan pihak lain
Simpati
Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain.

2.3.3 Bentuk – bentuk interaksi sosial
Sadjiarto (2010:9-15) berpendapat bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial ialah:
1. Kerja sama
Kerjasama timbul apabila orang menyadari, bahwa mereka mempunyai
kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan tersebut melalui kerja sama.
2. Pertikaian
Pertikaian (konflik) adalah suatu proses sosial dimana orang per orang
atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
3. Persaingan
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses diamana orang per orang
atau kelompok manusia bersaing untuk mencari keuntungan melalui
bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian orang banyak, dengan

15

jalan menarik perhatian publik tanpa menggunakan ancaman atau
kekerasan.
4. Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tersebut kehilangan
kepribadiannya.
2.3.4 Asperk – aspek interaksi sosial
Slamet Santoso (2010:184-185) mengemukakan aspek dalam proses interaksi
sosial adalah :
1. Motif/tujuan yang sama. Suatu kelompok tidak terbentuk secara spontan,
tetapi kelompok terbentuk atas dasar motif/tujuan yang sama
2. Suasana emosional yang sama. Jalan kehidupan kelompok, setiap
anggotamempunyai emosional yang sama. Motif/tujuan dan suasana
emosional yang sama dalam suatu kelompok disebut sentiment
3. Ada aksi interaksi. Tiap-tiap anggota kelompok saling mengadakan
hubungan yang disebut interaksi, membantu, atau kerjasama. Dalam
mengadakan interaksi, setiap anggota melakukan tingkah laku yang
disebut dengan aksi.
4. Proses segi tiga dalam interaksi sosial (aksi, interaksi dan sentimen)
kemudian menciptakan bentuk piramida dimana pimpinan kelompok
dipilih secara spontan dan wajar serta pimpinan menempati puncak
piramida tersebut.
5. Dipandang dari sudut totalitas, setiap anggota berada dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungan secara terus-menerus.
6. Hasil

penyesuaian

diri

tiap-tiap

anggota

kelompok

terhadap

lingkungannya tanpa tingkah laku anggota kelompok yang seragam.

16

2.4 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Herlindawati, (2015) Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kontrol diri, jenis kelamin, dan
pendapatan terhadap pengelolaan keuangan pribadi mahasiswa Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya baik secara parsial maupun simultan. Penelitian yang
dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
mahasiswa Pascasarajana Universitas Negeri Surabaya angkatan tahun 2014
sebanyak 910 dengan jumlah sampel sebanyak 278 mahasiswa yang terdiri atas
128 mahasiswa dan 150 mahasiswi. Metode analisis data menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial kontrol diri dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan
keuangan pribadi mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya,
sedangkan jenis kelamin tidak memiliki pengaruh terhadap pengelolaan keuangan
pribadi mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Secara simultan
kontrol diri, jenis kelamin, dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap
pengelolaan keuangan pribadi mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya.
Penelitian

Diniaty

(2016)

Pengaruh

Karakteristtik

Demografi

dan

Karakteristik Personalia Terhadap Tingkat literasi Keuangan Mahasiswa Studi
Manajemen Universitas Maranatha. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
menganalisis pengaruh variabel karakteristik demografi dan personalitas terhadap
tingkat literasi keuangan. Variabel karakteristik demografi terdiri dari usia, jenis
kelamin, pendapatan. Variabel kaakteristik personalia terdiri dari perilaku
keuangan dan sikap keuangan. Dalam penelitian ini popilas berasal dari
mahasiswa program studi manajemen Universitas Marantha. Target populasi yang
relevanadalah mahasiswa angkatan 2012 sampai 2014. Peneiti mengguakan
sampling bebas berstrata sebagai teknik pengambilan sampel yang mewakili
populasinya. Metode analisis data yang digunakan adalah model pengujian
struktural. Hasil peneitian menyimpulkan bahwa seluruh variabel karakteristik
demografi berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan. Untuk variabel
karakteristik persoalia, sikap keuangan berpengaruh terhadap tingkat literasi

17

keuangan dan prilaku keuangan tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi
keuangan.
2.5 Kerangka Berpikir
SMK Kristen BM Salatiga memiliki siswa yang heterogin dan belum
pernah dilakukan penelitian mengenai literasi keuangan. Literasi keungan
sebenarnya dapat dipengaruhi oleh kemandirian belajar dan interaksi sosial.
Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang
dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar sendiri, yang didorong oleh
motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki terutama mengenai
tentang keuangan dalam diri siswa. Semakin siswa mandiri dalam menggalih
informasi di sekolahan maupun diluar sekolah tentang pengelolaan keuangan
maka siwa mampu memilih kebutuhan yang dipilihnya seperti kebutuhan yang
mendesak maupun kebutuhan yang tidak mndesak. Siswa memperoleh
pengetahuan

yang

mereka

dapatkan

tentang

keuangan

lalu

mereka

mengevalusainya sendiri maka siswa mampu mengelola keuangan pribadinya
demi mencukupi kebutuhannya. Tapi mereka yang tidak memiliki kemandiirian
belajar dengan mencari tahu tentang cara mengelola keuangan demi mencukupi
kebutuhan dirinya maka mereka tidak mampu mengelola keuangannya sendiri
bahkan cenderung kurang perduli tentang cara mengelola keuangannya.
kecerdasan yang dmiliki siswa dalam dirinya mampu membantu siswa untuk
membaca, menganalisis dan mengelola kondisi keuangan saat saat akan
mengambil keputusan keuangan untuk terhindari dari masalah keuangan
Interaksi sosial juga merupakan salah satu yang mempengaruhi literasi
keuangan seperti pengaruh dari teman sebaya, kebanyakan remaja hanya ikut –
ikut temannya seperti membeli brang yang tidak berguna bagi dirinya. Teman
sebaya juga mempengaruh cara siswa mengelola keuangannya dengan cara
bertukar pikiran dengan temannya cara menabung atau biasanya siswa mencari
tahu bagaimana cara temannya dapat mengelola keungannya sendiri untuk
memenuhi kebutuhannya.
Literasi keuangan seseorang dapat dilihat dari proses belajar sendiri atau
pengetahuan yang dimiliki dalam mengelola keuangan dan interaksi sosial yang
18

terjadi dapat berpengaruh dalam siskap terhdap keuangan pribadi yang akan
mempengaruhi perilaku keaunagan atau keputusan dalam mengelola keuangan.
Uraian tersebut dapat dikatakan kemandirian belajar dan interaksi sosial
mempunyai pengaruh terhadap literasi keuangan. Maka model hipotetis sebagai
beriku :
(X1)

(Y)
(X2)

Gambar 2.1 Model Hipotetis Pengaruh Kemandirian Belajar dan Interaksi
Sosial Terhadap Literasi Keuangan Dikalangan Siswa Kelas 2 SMK Kristen
BM Salatiga
Keterangan :
X1

: kemandiirian belajar (independen)

X2

: interaksi sosial (independen)

Y

: literasi keuangan (dependen)
: menyatakan pengaruh asosiatif

2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara terhadap suatu
permasalahan yang dihadapi, dan harus dibuktikan kebenarannya, Nyoman Dantes
(2012: 28). Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis
dalam penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:
1. Hipotesis Kerja
Terdapat pengaruh yang signifikan antara

kemandirian belajar

terhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM
Salataiga.
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar
terhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM
Salataiga.
19

Hipotesis statistik
Ho : β = 0
H1 : β ≠ 0
2. Hipotesis Kerja
Terdapat pengaruh yang signifikan antara interaksi sosial terhadap
literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM Salataiga.
Tidak terdapat pengaruh yang signifikanantara teman sebaya terhadap
literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM Salataiga.
Hipotesis statistic
Ho : β = 0
H1 : β ≠ 0
3. Hipotesis Kerja
Terdapat Pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar dan
interaksi sosial terhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2
SMK Kristen BM Salataiga.
Tidak terdapat Pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar
dan interaksi soasialterhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas
2 SMK Kristen BM Salataiga.
Hipotesis statistik
Ho : β1, β2 = 0
H1 : β1, β2 ≠ 0

20

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24