studi kasus revisi ibu etri rg,mawar
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran
mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb),
Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin
itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah
dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah
merah, peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau
mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth
Corwin,2002).Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia.
Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan
atau kehilangan darah akibat infeksi parasit gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl,
tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya
Anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ
tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan kematian. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru,
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik
di seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat,
terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat
gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi,
terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12.
Setelah menentukan diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu
disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai
dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.H dengan diagnosa medis
Anemia Diruang Mawar RSUD dr.Doris SylvanusPalangka Raya?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.H dengan diagnosa
medis Anemia Diruang Mawar RSUD dr.Doris SylvanusPalangka Raya?
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada Bayi Ny. H
Palangka Raya.
2.
Mahasiswa mampu melaksanakan diagnosa keperawatan pada Bayi
Ny.H Palangka Raya.
3.
Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan pada Bayi Ny. H
Palangka Raya.
4.
Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Bayi Ny. H
Palangka Raya.
5.
Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi pada Bayi Ny. H Palangka
Raya.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.
Konsep Dasar Anemia
2.1
Pengertian Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut okesigen ke
jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan
perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb
di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi.
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006).
2.2
Etiologi
Penyebab anemia pada dewasa terbagi menjadi dua, yakni :
1. Kehilangan sel darah merah
a) Perdarahan Perdarahan dapat diakibatkan berbagai penyebab diantaranya
adalah trauma, ulkus, keganasan, hemoroid, perdarahan pervaginam, dan
lain-lain.
b) Hemolisis yang berlebihan
Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi dikenal sebagai hemolisis,
terjadi jika gangguan pada sel darah merah itu sendiri memperpendek siklus
hidupnya (kelainan intrinsik) atau perubahan lingkungan yang menyebabkan
penghancuran sel darah merah (kelainan ekstrinsik). Sel darah merah
mengalami kelainan pada keadaan :
Hemoglobinopati atau hemoglobin abnormal yang diwariskan, contohnya
adalah pada penderita penyakit sel sabit (sickle cell anemia)
Gangguan sintesis globin, contohnya pada penderita thalasemia
Kelainan membrane sel darah merah, contohnya pada sferositosis herediter
dan eliptositosis
Difvisiensi enzim, seperti defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD)
dan defisiensi piruvat kinase (Price, 2006).
2. Kekurangan zat gizi seperti Fe, asam folat, dan vitamin B12.
2.3
Tanda dan Gejala
Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya
gejala:
(1) kecepatan kejadian anemia
(2) durasinya
(3) kebutuhan metabolisme pasien bersangkutan
(4) adanya kelainan lain atau kecacatan dan
(5) komplikasi tertentu atau keadaan yang mengakibatkan anemia.
Secara umum gejala klinis anemia yang muncul merefleksikan gangguan
fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal
anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5
gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah
munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Namun pada anemia berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).
2.5
Komplikasi
Anemia juga
menyebabkan daya
tahan tubuh
berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batukpilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu
perkembangan
organ-organ
tubuh,
termasuk
otak
(Sjaifoellah, 1998).
2.6
Patofisologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya (mis., apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dL),
hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin
(hemoglobinuria).
Jadi
ada
atau
tidak
adanya
hemoglobinemia
dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel
darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan
petunjuk untuk mengetahui sifat hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah, (2) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsy; dan (3) ada atau
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemian.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting. Salah satunya otak, otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
2.7
Pencegahan
Selama masa kehamilan terdapat sejumlah perubahan hormonal yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan glukosa pada janin. Pada trimester I
kehamilan, mulai terjadi peningkatan human placental lactogen dan prolaktin
yang mencapai puncaknya pada akhir trimester III (minggu ke 35). Human
placental lactogen(hPL) memiliki struktur kimia yang mirip dengan prolaktin dan
growth hormone. Efek utama hPL adalah terhadap insulin dan metabolisme
glukosa (Prawirohardjo, 2009).
Kombinasi hPL dan prolaktin memicu semacam resisten insulin yang
dapat dideteksi dengan adanya hiperinsulinemia 2 jam pos prandial. Sebagai
akibat mekanisme resistensi insulin tersebut, pada sebagian ibu hamil akan terjadi
hiperglikemia relatif (diabetes mellitus gestasional). Keadaan hiperglikemia pada
ibu tentu sangat berpengaruh pada janin, karena transfer glukosa dari darah ibu ke
sirkulasi janin terjadi secara difusi melalui placenta, sehingga janin juga
mengalami hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia janin tersebut selanjutnya akan
memicu hiperinsulinemia pada janin denagn akibat semakin banyak glikogen
janin yang disintesis, sehingga terbentuknya makrosomia(Current,2007).
2.8
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
3.
Konsep Dasar Keperawatan
3.1
Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada penderita anemia meliputi (Doenges,
1999) :
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala : - Keletihan, kelemahan, malaise umum.
- Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat bekerja
- Toleransi terhadap latihan rendah
- kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : - Takikardi/takipnea; dispneu pada bekerja atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
- Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
- .Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu turun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lainnya yang
menunjukkan keletihan
2.
Sirkulasi
Gejala : - Riwayat kehilangan darah kronis, mis., perdarahan GI kronis, menstruasi berat;
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebih)
- Riwayat endo karditis infeksi kronik
- Palpitasi
Tanda : - TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural
- Disritmia : Abnormalitas EKG, mis., depresi segmen ST dan pendataran arau
depresi gelombang T; takikardia
- Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit daan membran mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku; kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (PA)
- Sklera (Biru atau utih)
- Pengisian kapiler melambat
- kuku mudah patah
- Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.
3.
Eliminasi
Gejala : - Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran urin
Tanda : Distensi Abdomen
4.
Makanan/cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, mual/muntah, dyspepsia, adanya penurunn berat badan.
Tanda : Lidah tampak merah (AP ; defisiensi as. folat dan vit. B12)
- Membran mukosa kering, pucat
- Turgor kulit : buruk, kering, tampakkisut/hilang elastisitas
- Stomatitis dan glositis
5.
Neurosensori
Gejala
:Sakit
kepala,
berdenyut,
pusing,
vertigo,
ketidakmampuan
berkonsentrasi,insomnia, keseimbangan buruk, sensasi menjadi dingin.
Tanda : gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, epitaksis (aplastik)
6.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar ; sakit kepala
Tanda : Perilaku distraksi, gelisah
7.
Pernapasan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, ortopnea, dispnea
8.
Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, mis., menoragia atau amenore, hilang libido (pria
dan wanita), impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
H.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa muncul pada pasien dengan sindrom nefrotik menurut
Nurarif & Kusuma (2013), meliputi :
.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
.
Keletihan
I.
Fokus Intervensi
1.
Peningkatan perfusi jaringan
2.
Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan
3.
Mencegah komplikasi
J.
Perencanaan keperawatan
Diagnosa
Ketidakefekti
f-an
Tujuan
Setelah
dilakukan
Intervensi
tindakan - Kaji warna kulit, suhu dan
perfusi keperawatan diharapkan perfusi kelembaban,
jaringan
jaringan perifer pasien efektif seluruh
perifer
dengan kriteria hasil :
Indikator
Tissue perfusion: cellular
Tekanan darah sistol
Tekanan darah diastol
Saturasi oksigen
Capillary refill
Mual
Penurunan kesadaran
untuk
kebutuhan
tubuh
anemia klien
Berikan cairan, elektrolit
2.
Keluhan berat
indikasi
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
Tidak ada keluhan
dari nutrisi:
intake
okesigen
sesuai
tindakan Nutrition Therapy
angan nutrisi: keperawatan diharapkan status kurang
tablet
yang sesuai dengan kondisi
dan
dilakukan
pemberian
penambah darah atau agen
Keluhan ekstrim
Setelah
atau
sensorik
- Kolaborasi dengan dokter
1.
Ketidakseimb
tubuh
terlokalisir
- Ukur CRT
- Palpasi nadi perifer
- Kaji fungus motorik dan
-
Keterangan :
apakah
nutrient
Lengkapi
pengkajian
dan nutrisi sesuai kebutuhan
- Monitor makanan/cairan
biochemical
measures
yang dicerna dan hitung
menunjukkan perbaikan dengan
intake kalori sehari-hari
kriteria hasil :
Tentukan
dengan
Indikator
kolaborasi dengan ahli diet,
Nutritional status: nutrient
jumlah
kaloro
intake
Intake besi
Intake protein
Intake kalori
Intake vitamin
Intake mineral
Nutritional status :
kalori
yang
untuk
capacity
dibutuhkan
tepat
Berikan
nutrisi
yang
edukasi
pada
pasien dan keluarga untuk
konsumsi makanan yang
tinggi protein, kalori, zat
-
besi dan vitamin
Tentukan apakah klien
membutuhkan
Keterangan :
tipe
mendapatkan
kebutuhan
biochemical measures
Hemoglobin
Hematokrit
Serum albumin
Total iron binding
dan
enteral
feeding
- Berikan nutrisi melalui
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
keluarga
4.
Keluhan ringan
kebutuhan
enteral apabila dibutuhkan
- Berikan penjelasan kepada
Tidak ada keluhan
mengenai
nutrisi
yang
dibutuhkan oleh klien
-
Nutritional Monitoring
Monitor albumin, total
protein,
hemoglobin
dan
hematokrit
- Monitor mual/ muntah
Monitor kalori dan intake
Keletihan
Setelah
dilakukan
makanan
tindakan - Kaji tingkat keletihan klien
keperawatan diharapkantingkat dan tanyakan perasaan klien
keletihan
pasien
berkurang dengan adanya keletihan
dengan kriteria hasil :
Indikator
Fatigue level
Kelelahan
Kelesuan
Sakit kepala
yang dialami klien
Review kemampuan dan
kebutuhan bantuan dalam
melakukan aktivitas sehari
-
-hari
Berikan terapi oksigen
Aktivitas sehari-hari
-
sesuai kebutuhan
Sarankan untuk beristirahat & tidak terlalu lelah
Keterangan :
dalam melakukan aktivitas
1.
Tidak pernah menunjukkan
2.
Jarang menunjukkan
3.
Kadang-kadang menunjukkan
4.
Sering menunjukkan
5.
Selalu menunjukkan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien
: By. Ny.H
Diangnosa Medic : Anemia
Tanggal
: 25 September 2017
Ruang
: Mawar /p 2
Gestasi
: 32 Minggu
No. RM
: 27.25.09
Data – data
Masalah keperawatan dan kolaborasi
1. Pernafasan
Spontan : Ya
Tidak
Frekuensi :45
Kali/Mnt
:45Kali/Mnt
Oksigen
:
Nasal
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Head
Box
Cat
SaturasiOksigen : %
Nilai Apgar :9/9
:9/9
Umur Kehamilan : 32 Minggu
Ketuban :
Dipecahkan
Pecah Sendiri Jam : :
Warna Air Ketuban :
Jernih
Keruh
Hijau
Keadaan
Saat
Ini
:
Lendir
Sesak
Retraksi
Terpasang WSD Sianosis Wheezing
Ronchi
Continous Suction
Alat Bantu Nafas :
ETT
Ventilator
CPAP
Hasil Analisis Gas
Darah
:
AsidosisRespiratorik
Asidosis Metabolic
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Metabolic
Keterangan :
Resiko/Aktual Pola Nafas Tidak Efektif
Resiko/Aktual
Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
Resiko/Aktual
Gangguan Pertukaran Gas
Lain-lain
Pola Nafas Tidak Efektif
2. Sirkulasi
Tekanan Darah - Mmhg
Nadi 120 Kali/Mnt
Reguler
Irreguler
Pengisian Kembali Kapiler
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran
mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb),
Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin
itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah
dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah
merah, peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau
mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth
Corwin,2002).Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia.
Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan
atau kehilangan darah akibat infeksi parasit gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl,
tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya
Anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ
tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan kematian. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru,
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik
di seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat,
terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat
gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi,
terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12.
Setelah menentukan diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu
disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai
dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.H dengan diagnosa medis
Anemia Diruang Mawar RSUD dr.Doris SylvanusPalangka Raya?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.H dengan diagnosa
medis Anemia Diruang Mawar RSUD dr.Doris SylvanusPalangka Raya?
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada Bayi Ny. H
Palangka Raya.
2.
Mahasiswa mampu melaksanakan diagnosa keperawatan pada Bayi
Ny.H Palangka Raya.
3.
Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan pada Bayi Ny. H
Palangka Raya.
4.
Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Bayi Ny. H
Palangka Raya.
5.
Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi pada Bayi Ny. H Palangka
Raya.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.
Konsep Dasar Anemia
2.1
Pengertian Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut okesigen ke
jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan
perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb
di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi.
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006).
2.2
Etiologi
Penyebab anemia pada dewasa terbagi menjadi dua, yakni :
1. Kehilangan sel darah merah
a) Perdarahan Perdarahan dapat diakibatkan berbagai penyebab diantaranya
adalah trauma, ulkus, keganasan, hemoroid, perdarahan pervaginam, dan
lain-lain.
b) Hemolisis yang berlebihan
Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi dikenal sebagai hemolisis,
terjadi jika gangguan pada sel darah merah itu sendiri memperpendek siklus
hidupnya (kelainan intrinsik) atau perubahan lingkungan yang menyebabkan
penghancuran sel darah merah (kelainan ekstrinsik). Sel darah merah
mengalami kelainan pada keadaan :
Hemoglobinopati atau hemoglobin abnormal yang diwariskan, contohnya
adalah pada penderita penyakit sel sabit (sickle cell anemia)
Gangguan sintesis globin, contohnya pada penderita thalasemia
Kelainan membrane sel darah merah, contohnya pada sferositosis herediter
dan eliptositosis
Difvisiensi enzim, seperti defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD)
dan defisiensi piruvat kinase (Price, 2006).
2. Kekurangan zat gizi seperti Fe, asam folat, dan vitamin B12.
2.3
Tanda dan Gejala
Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya
gejala:
(1) kecepatan kejadian anemia
(2) durasinya
(3) kebutuhan metabolisme pasien bersangkutan
(4) adanya kelainan lain atau kecacatan dan
(5) komplikasi tertentu atau keadaan yang mengakibatkan anemia.
Secara umum gejala klinis anemia yang muncul merefleksikan gangguan
fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal
anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5
gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah
munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Namun pada anemia berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).
2.5
Komplikasi
Anemia juga
menyebabkan daya
tahan tubuh
berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batukpilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu
perkembangan
organ-organ
tubuh,
termasuk
otak
(Sjaifoellah, 1998).
2.6
Patofisologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya (mis., apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dL),
hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin
(hemoglobinuria).
Jadi
ada
atau
tidak
adanya
hemoglobinemia
dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel
darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan
petunjuk untuk mengetahui sifat hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah, (2) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsy; dan (3) ada atau
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemian.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting. Salah satunya otak, otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
2.7
Pencegahan
Selama masa kehamilan terdapat sejumlah perubahan hormonal yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan glukosa pada janin. Pada trimester I
kehamilan, mulai terjadi peningkatan human placental lactogen dan prolaktin
yang mencapai puncaknya pada akhir trimester III (minggu ke 35). Human
placental lactogen(hPL) memiliki struktur kimia yang mirip dengan prolaktin dan
growth hormone. Efek utama hPL adalah terhadap insulin dan metabolisme
glukosa (Prawirohardjo, 2009).
Kombinasi hPL dan prolaktin memicu semacam resisten insulin yang
dapat dideteksi dengan adanya hiperinsulinemia 2 jam pos prandial. Sebagai
akibat mekanisme resistensi insulin tersebut, pada sebagian ibu hamil akan terjadi
hiperglikemia relatif (diabetes mellitus gestasional). Keadaan hiperglikemia pada
ibu tentu sangat berpengaruh pada janin, karena transfer glukosa dari darah ibu ke
sirkulasi janin terjadi secara difusi melalui placenta, sehingga janin juga
mengalami hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia janin tersebut selanjutnya akan
memicu hiperinsulinemia pada janin denagn akibat semakin banyak glikogen
janin yang disintesis, sehingga terbentuknya makrosomia(Current,2007).
2.8
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
3.
Konsep Dasar Keperawatan
3.1
Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada penderita anemia meliputi (Doenges,
1999) :
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala : - Keletihan, kelemahan, malaise umum.
- Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat bekerja
- Toleransi terhadap latihan rendah
- kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : - Takikardi/takipnea; dispneu pada bekerja atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
- Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
- .Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu turun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lainnya yang
menunjukkan keletihan
2.
Sirkulasi
Gejala : - Riwayat kehilangan darah kronis, mis., perdarahan GI kronis, menstruasi berat;
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebih)
- Riwayat endo karditis infeksi kronik
- Palpitasi
Tanda : - TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural
- Disritmia : Abnormalitas EKG, mis., depresi segmen ST dan pendataran arau
depresi gelombang T; takikardia
- Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit daan membran mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku; kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (PA)
- Sklera (Biru atau utih)
- Pengisian kapiler melambat
- kuku mudah patah
- Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.
3.
Eliminasi
Gejala : - Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran urin
Tanda : Distensi Abdomen
4.
Makanan/cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, mual/muntah, dyspepsia, adanya penurunn berat badan.
Tanda : Lidah tampak merah (AP ; defisiensi as. folat dan vit. B12)
- Membran mukosa kering, pucat
- Turgor kulit : buruk, kering, tampakkisut/hilang elastisitas
- Stomatitis dan glositis
5.
Neurosensori
Gejala
:Sakit
kepala,
berdenyut,
pusing,
vertigo,
ketidakmampuan
berkonsentrasi,insomnia, keseimbangan buruk, sensasi menjadi dingin.
Tanda : gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, epitaksis (aplastik)
6.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar ; sakit kepala
Tanda : Perilaku distraksi, gelisah
7.
Pernapasan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, ortopnea, dispnea
8.
Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, mis., menoragia atau amenore, hilang libido (pria
dan wanita), impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
H.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa muncul pada pasien dengan sindrom nefrotik menurut
Nurarif & Kusuma (2013), meliputi :
.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
.
Keletihan
I.
Fokus Intervensi
1.
Peningkatan perfusi jaringan
2.
Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan
3.
Mencegah komplikasi
J.
Perencanaan keperawatan
Diagnosa
Ketidakefekti
f-an
Tujuan
Setelah
dilakukan
Intervensi
tindakan - Kaji warna kulit, suhu dan
perfusi keperawatan diharapkan perfusi kelembaban,
jaringan
jaringan perifer pasien efektif seluruh
perifer
dengan kriteria hasil :
Indikator
Tissue perfusion: cellular
Tekanan darah sistol
Tekanan darah diastol
Saturasi oksigen
Capillary refill
Mual
Penurunan kesadaran
untuk
kebutuhan
tubuh
anemia klien
Berikan cairan, elektrolit
2.
Keluhan berat
indikasi
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
Tidak ada keluhan
dari nutrisi:
intake
okesigen
sesuai
tindakan Nutrition Therapy
angan nutrisi: keperawatan diharapkan status kurang
tablet
yang sesuai dengan kondisi
dan
dilakukan
pemberian
penambah darah atau agen
Keluhan ekstrim
Setelah
atau
sensorik
- Kolaborasi dengan dokter
1.
Ketidakseimb
tubuh
terlokalisir
- Ukur CRT
- Palpasi nadi perifer
- Kaji fungus motorik dan
-
Keterangan :
apakah
nutrient
Lengkapi
pengkajian
dan nutrisi sesuai kebutuhan
- Monitor makanan/cairan
biochemical
measures
yang dicerna dan hitung
menunjukkan perbaikan dengan
intake kalori sehari-hari
kriteria hasil :
Tentukan
dengan
Indikator
kolaborasi dengan ahli diet,
Nutritional status: nutrient
jumlah
kaloro
intake
Intake besi
Intake protein
Intake kalori
Intake vitamin
Intake mineral
Nutritional status :
kalori
yang
untuk
capacity
dibutuhkan
tepat
Berikan
nutrisi
yang
edukasi
pada
pasien dan keluarga untuk
konsumsi makanan yang
tinggi protein, kalori, zat
-
besi dan vitamin
Tentukan apakah klien
membutuhkan
Keterangan :
tipe
mendapatkan
kebutuhan
biochemical measures
Hemoglobin
Hematokrit
Serum albumin
Total iron binding
dan
enteral
feeding
- Berikan nutrisi melalui
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
keluarga
4.
Keluhan ringan
kebutuhan
enteral apabila dibutuhkan
- Berikan penjelasan kepada
Tidak ada keluhan
mengenai
nutrisi
yang
dibutuhkan oleh klien
-
Nutritional Monitoring
Monitor albumin, total
protein,
hemoglobin
dan
hematokrit
- Monitor mual/ muntah
Monitor kalori dan intake
Keletihan
Setelah
dilakukan
makanan
tindakan - Kaji tingkat keletihan klien
keperawatan diharapkantingkat dan tanyakan perasaan klien
keletihan
pasien
berkurang dengan adanya keletihan
dengan kriteria hasil :
Indikator
Fatigue level
Kelelahan
Kelesuan
Sakit kepala
yang dialami klien
Review kemampuan dan
kebutuhan bantuan dalam
melakukan aktivitas sehari
-
-hari
Berikan terapi oksigen
Aktivitas sehari-hari
-
sesuai kebutuhan
Sarankan untuk beristirahat & tidak terlalu lelah
Keterangan :
dalam melakukan aktivitas
1.
Tidak pernah menunjukkan
2.
Jarang menunjukkan
3.
Kadang-kadang menunjukkan
4.
Sering menunjukkan
5.
Selalu menunjukkan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien
: By. Ny.H
Diangnosa Medic : Anemia
Tanggal
: 25 September 2017
Ruang
: Mawar /p 2
Gestasi
: 32 Minggu
No. RM
: 27.25.09
Data – data
Masalah keperawatan dan kolaborasi
1. Pernafasan
Spontan : Ya
Tidak
Frekuensi :45
Kali/Mnt
:45Kali/Mnt
Oksigen
:
Nasal
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Head
Box
Cat
SaturasiOksigen : %
Nilai Apgar :9/9
:9/9
Umur Kehamilan : 32 Minggu
Ketuban :
Dipecahkan
Pecah Sendiri Jam : :
Warna Air Ketuban :
Jernih
Keruh
Hijau
Keadaan
Saat
Ini
:
Lendir
Sesak
Retraksi
Terpasang WSD Sianosis Wheezing
Ronchi
Continous Suction
Alat Bantu Nafas :
ETT
Ventilator
CPAP
Hasil Analisis Gas
Darah
:
AsidosisRespiratorik
Asidosis Metabolic
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Metabolic
Keterangan :
Resiko/Aktual Pola Nafas Tidak Efektif
Resiko/Aktual
Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
Resiko/Aktual
Gangguan Pertukaran Gas
Lain-lain
Pola Nafas Tidak Efektif
2. Sirkulasi
Tekanan Darah - Mmhg
Nadi 120 Kali/Mnt
Reguler
Irreguler
Pengisian Kembali Kapiler