EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU
VARIABEL DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA
SMP NEGERI SE-KABUPATEN REMBANG
Eriska Fitri Kurniawati, Tri Atmojo Kusmayadi,
Suyono
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang memberi prestasi belajar
matematika yang lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran Problem Solving atau
model pembelajaran kooperatif tipe TAI. (2) manakah yang memberikan prestasi belajar
matematika yang lebih baik, siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, sedang, atau rendah.
(3) pada masing-masing tingkatan minat belajar siswa (tinggi, sedang, dan rendah), manakah
yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran Problem Solving atau
model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2×3.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMP di Kabupaten Rembang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 194 peserta didik, dengan rincian 94 siswa pada kelas eksperimen satu dan 100
siswa pada kelas eksperimen dua. Pengumpulan datanya dilakukan melalui tes pilihan ganda
dan angket minat belajar siswa. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi, tingkat kesukaran,
daya pembeda, dan realibilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi menggunakan
metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi menggunakan Bartlett. Dengan α= 0,05,
diperoleh simpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai variansi yang homogen. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh simpulan bahwa: (1) model pembelajaran
Problem Solving memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. (2) prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat belajar
sedang maupun rendah dan siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi
belajar yang sama baik dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah. (3) model
pembelajaran Problem Solving memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI baik untuk siswa dengan minat
belajar tinggi, sedang, maupun rendah. Sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat belajar
sedang maupun rendah dan siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi
belajar yang sama baik dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah baik untuk siswa
yang diberi model pembelajaran Problem Solving maupun model pembelajaran kooperatif TAI.
Kata Kunci : Minat Belajar, Pembelajaran kooperatif, Problem Solving, Team Assisted
Individualization, Prestasi Belajar Matematika.
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
PENDAHULUAN
Matematika perlu diberikan kepada
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Di
semua siswa mulai dari sekolah dasar
dalam
sampai dengan sekolah menengah atas untuk
Pendidikan
membekali mereka dengan kemampuan
pelajaran matematika bertujuan agar siswa
92
Kurikulum
(KTSP)
Tingkat
Satuan
disebutkan
bahwa
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
memiliki
kemampuan
memahami
dalam
konsep
hal
matematika,
(1)
siswa adalah 7,60, dengan nilai tertinggi
(2)
10,00, terendah 0,25 dan standar deviasi
menggunakan penalaran, (3) memecahkan
1,57.
masalah, (4) mengkomunikasikan gangguan,
dan
(5)
memiliki
sikap
Berdasarkan
menghargai
Hasil
dan
Statistika Nilai Ujian Nasional (UN) SMP
kegunaan matematika dalam kehidupan.
Tahun Pelajaran 2009/2010 diperoleh rerata
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
nilai matematika siswa SMP Kota Rembang
International
adalah 6,94 dengan nilai tertinggi 10,00,
Mathematics and Science Study) yang
terendah 1,25 dan standar deviasi 2,01.
dipublikasikan 15 Agustus 2011, jumlah jam
Sedangkan rerata nilai matematika siswa
pengajaran matematika di Indonesia jauh
SMP Propinsi Jawa Tengah adalah 7,30
lebih banyak dibandingkan Malaysia dan
dengan nilai tertinggi 10,00, terendah 0,25
Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 7
dan standar deviasi 1,74. Jika dibandingkan
di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam
dengan rerata nasional dan propinsi, rerata
pelajaran
di
nilai matematika siswa SMP Kota Rembang
Malaysia hanya mendapat 120 jam dan
lebih rendah dari rerata nasional dan
Singapura 112 jam. Tapi kenyataannya,
propinsi. Data tersebut membuktikan bahwa
prestasi Indonesia berada jauh di bawah
penguasaan materi pelajaran matematika
kedua negara tersebut. Prestasi matematika
siswa yang masih kurang.
oleh
TIMSS
(Trends
matematika.
in
Laporan
Sementara
siswa Indonesia hanya menembus skor rata-
Berdasarkan informasi dari berbagai
rata 397. Sementara itu, Malaysia mencapai
guru
474 dan Singapura 593 (307 = rendah, 463 =
Rembang dan pengalaman beberapa peserta
menengah, 598 = tinggi, dan 500 = tingkat
didik
lanjut). Artinya “Waktu yang dihabiskan
mengemukakan bahwa salah satu kesulitan
siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding
peserta didik adalah pada materi persamaan
dengan
linear satu variabel. Informasi tersebut
prestasi
yang
diraih”.
(zainurie.wordpress.com).
matematika
SMP
di
SMP
di
Kabupaten
Kabupaten
Rembang,
dipertegas oleh hasil analisis daya serap
Rendahnya prestasi matematika siswa
peserta didik SMP di Kabupaten Rembang
tingkat nasional dipengaruhi oleh berbagai
pada
aspek. Salah satu pengaruhnya adalah
2009/2010. Hasil analisis serap terhadap
rendahnya prestasi matematika siswa tingkat
kemampuan yang berkaitan dengan materi
propinsi bahkan tingkat kabupaten/kota.
sistem persamaan linear satu variabel yang
Kondisi tersebut diperkuat oleh Laporan
diujikan
Hasil dan Statistika Nilai Ujian Nasional
pelajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa
(UN) SMP Tahun Pelajaran 2008/2009.
penguasaan konsep sistem persamaan linear
Secara nasional rerata nilai matematika
satu variabel oleh peserta didik SMP di
93
Ujian
Nasional
pada
Ujian
tahun
pelajaran
Nasional
tahun
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Kabupaten
Rembang
kurang
optimal
Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
dibanding tingkat Provinsi dan Nasional.
Tabel 1. Penguasaan Konsep Peserta Didik SMP di Kabupaten Rembang Berkaitan
dengan Materi Sistem Persamaan Linear Satu Variabel pada Ujian Nasional Tahun
Ajaran 2009/2010
No.
Kemampuan yang Diuji
Persentase Penguasaan Konsep
soal
(dalam %)
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Rayon
Provinsi
Nasional
12. Menyelesaikan masalah yang 68,83
78,16
86,42
berkaitan
dengan
sistem
persamaan linear satu variabel
(Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan)
kepada keaktifan siswa dalam membangun
Menurut data dan kenyataan di atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pengetahuan
belum
mereka
sendiri.
Tentunya
maksimalnya pendidikan matematika di
pembelajaran yang seperti disebutkan di atas
Indonesia.
(guru
meningkatkan
matematika
meningkatkan
Sehingga
belum
kualitas
siswa
sangat
dominan),
hendaknya
ditinggalkan atau setidak tidaknya dikurangi.
kemampuan
Indonesia.
kualitas
dapat
Salah satu strategi pembelajaran yang
Dalam
dapat
pendidikan
digunakan
guru
adalah
strategi
matematika, selain jam pelajaran, perlu
pembelajaran pemecahan masalah (Problem
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Solving) merupakan konsep belajar yang
pendidikan matematika. Terdapat beberapa
mengaitkan materi yang diajarkan dengan
faktor yang mempengaruhi proses belajar
masalah yang dihadapi sehari-hari. Dalam
mengajar matematika antara lain: strategi
stategi pembelajaran ini, siswa diharapkan
pembelajaran yang dipilih oleh guru, gaya
dapat menyelesaikan masalah matematika
belajar siswa, motivasi belajar siswa, minat
sesuai dengan pemahaman masing-masing
belajar siswa, lingkungan belajar siswa dan
siswa berlandaskan pada pengetahuan yang
tingkat kecerdasan siswa.
telah
dimiliki.
Dengan
strategi
ini
Ada kemungkinan penyebab rendahnya
diharapkan pembelajaran semakin bermakna
prestasi belajar matematika siswa pada saat
bagi siswa, sehingga apa yang sudah
ini adalah karena pelaksanaan pembelajaran
didapatkan
matematika di sekolah itu masih bersifat
pembelajaran
konvensional
guru
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
mendominasi proses pembelajaran). Dalam
siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya
hal ini guru berusaha menyelesaikan bahan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
ajar dengan cara menyampaikan materi
Selain strategi pembelajaran pemecahan
secara langsung kepada siswa. Cara seperti
masalah (Problem Solving), guru juga dapat
ini sangatlah bertentangan dengan teori
menggunakan
konstruktivisme yang lebih menekankan
kooperatif
(siswa
pasif
dan
94
tidak
mudah
dengan
lupa.
Problem
strategi
tipe
Team
Proses
Solving
pembelajaran
Assisted
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Individualization
Suyitno
(TAI).
(2006:9),
Menurut
model
kooperatif tipe TAI
Amin
yang tinggi akan sangat berpengaruh dengan
pembelajaran
merupakan
prestasi belajar.
model
Pendapat
yang
dikemukakan
oleh
pembelajaran yang membentuk kelompok
Lisnawaty (1993: 58) bahwa minat belajar
kecil yang heterogen dengan latar belakang
perlu mendapat perhatian yang khusus
cara berpikir yang berbeda untuk saling
karena minat merupakan salah satu faktor
membantu terhadap siswa yang lain yang
penunjang
membutuhkan bantuan. Dalam model ini,
Slameto (2003: 57) mengemukakan bahwa
diterapkan bimbingan antar teman yaitu
salah satu faktor internal yang sangat besar
siswa yang pandai dapat bertanggung jawab
pengaruhnya terhadap proses belajar siswa
terhadap siswa yang lemah. Di samping itu
adalah minat siswa itu sendiri, karena bila
dapat meningkatkan partisipasi siswa yang
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
lemah. Serta dapat pula meningkatkan
dengan minat siswa, maka siswa tidak akan
partisipasi siswa dalam kelompok kecil.
belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak
Siswa yang pandai dapat mengembangkan
ada daya tarik baginya. Sebaliknya bila
kemampuan
bahan pelajaran itu sesuai dengan minat
dan
keterampilannya,
keberhasilan
proses
belajar.
sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu
siswa
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
mempelajarinya karena minat menambah
Faktor lain yang mempengaruhi proses
belajar
mengajar
matematika
maka
akan
lebih
mudah
frekuensi belajar. Menurut Dalyono dalam
yang
Djamarah (2000:157) minat belajar yang
dikemukakan oleh Lester dan Alice Crow
tinggi cenderung menghasilkan prestasi
dalam The Liang Gie (1995:129) adalah “An
yang tinggi sebaliknya minat belajar rendah
interest in learning is a obligation which
akan menghasilkan prestasi yang rendah.
goes with you to class and accompanies you
Selain itu, juga terdapat faktor eksternal
during each study assignment, thereby,
yang merupakan faktor dari luar siswa.
enabling you to succed in the study activity.
Faktor ini terdiri dari 2 macam yaitu
Likewise, interest in basic to your life’s work
lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
if you to reach your anticipated goal or
Lingkungan sosial yang dapat berpengaruh
goals. Interest in your work, in yourstudy or
terhadap kegiatan dan prestasi belajar siswa
in your recreation projects is necessary for
adalah
genuine success in the outcome”. Dari
keluarga,
pendapat tersebut dapat disimpulkan minat
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan
merupakan
belajar, kondisi fisik rumah, kondisi fisik
dasar
jika
ingin
mencapai
lingkungan
dan
sekolah,
lingkungan
lingkungan
masyarakat.
keberhasilan dalam belajar atau memperoleh
perkampungan
prestasi belajar yang baik. Minat belajar
disenangi siswa untuk belajar termasuk
95
siswa
dan
waktu
yang
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
dalam
lingkungan
non
sosial
yang
pengajaran maka ia tidak tergantung
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
pada soal atau masalah yang khusus,
1. Model Pembelajaran Problem Solving
prosedur, atau metode, dan juga isi
Pembelajaran dengan problem solving
matematika. Anggapan yang penting
(pemecahan masalah) dipandang sebagai
dalam
pembelajaran
pembelajaran
yang
meningkatakan
hal
ini
adalah
tentang
bahwa
bagaimana
kemampuan siswa dalam berpikir tinggi.
menyelesaikan
Karena
problems) merupakan “alasan utama”
siswa
setiap
harinya
selalu
masalah
(solve
(primary reason) belajar matematika.
dihadapkan pada suatu masalah, disadari
atau tidak. Karena itu pembelajaran dengan
2)
Problem solving sebagai proses
problem solving sejak dini diperlukan agar
Pengertian lain tentang problem solving
siswa dapat menyelesaikan problematika
adalah sebagai sebuah proses yang
kehidupannya.
pembelajaran
dinamis. Dalam aspek ini, problem
matematika ini aspek pemecahan masalah
solving dapat diartikan sebagai proses
menjadi semakin penting. Ini dikarenakan
mengaplikasikan segala pengetahuan
matematika merupakan pengetahuan yang
yang dimiliki pada situasi yang baru
logis, sistematis, berpola, abstrak, dan yang
dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini,
tak kalah penting menghendaki pembuktian.
yang perlu diperhatikan adalah metode,
Dalam
problem
Istilah
solving
sering
prosedur, strategi dan heuristik yang
digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan
digunakan siswa dalam menyelesaikan
memiliki pengertian yang berbeda-beda
suatu masalah. Masalah proses ini
pula.
Tetapi
problem
solving
dalam
sangat
penting
dalam
belajar
matematika memiliki kekhasan tersendiri.
matematika dan yang demikian ini
Secara garis besar terdapat tiga macam
sering menjadi fokus dalam kurikulum
interpretasi istilah problem solving menurut
matematika. Sebenarnya, bagaimana
Branca, N. A.dalam Krulik, S. & Reys, R. E.
seseorang melakukan proses problem
(1980: 3-6) dalam pembelajaran matematika,
solving
yaitu:
mengajarkannya
1)
dan
bagaimana
tidak
seseorang
sepenuhnya
Problem solving sebagai tujuan
dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk
Para pendidik, matematikawan, dan
membuat dan menguji beberapa teori
pihak yang menaruh perhatian pada
tentang pemrosesan informasi atau
pendidikan
seringkali
proses problem solving telah banyak
menetapkan problem solving sebagai
dilakukan. Dan semua ini memberikan
salah
beberapa prinsip dasar atau petunjuk
satu
matematika.
matematika
tujuan
Bila
pembelajaran
problem
solving
dalam belajar problem solving dan
ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan
aplikasi dalam pengajaran.
96
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
3)
Problem solving sebagai keterampilan
2)
Devise a plan (buat sebuah rencana).
dasar
3)
Carry out the plan (terapkan rencana
Pengertian problem solving sebagai
tadi).
keterampilan dasar lebih dari sekedar
4)
Look
back
(periksa
kembali)
menjawab tentang pertanyaan: apa itu
(Sumardyono, 2006:24)
problem solving?
Pentingnya problem solving juga dapat
Problem
solving
adalah
suatu
dilihat pada perannya dalam pembelajaran.
pendekatan pembelajaran dalam menghadapi
Stanic
masalah. Problem solving juga merupakan
McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:8) dalam
suatu prosedur yang didalamnya terdapat
buku ”Tips dalam Penerapan Pembelajaran
langkah-langkah yang harus diikuti dalam
Problem
memecahkan sebuah masalah yang dihadapi
membagi peran problem solving sebagai
seseorang sebagai perorangan atau seseorang
konteks menjadi beberapa hal:
bagai pemimpin organisasi atau anggota
1)
organisasi. Sedangkan menurut Dr.Marlow
&
Kilpatrick
Solving”
Untuk
seperti
(Suyadi,
pembenaran
dikutip
2009:27),
pengajaran
matematika.
Ediger ”problem solving is a vital skill for
2)
Untuk menarik minat siswa akan nilai
all to develop. Developmentally and at
matematika, dengan isi yang berkaitan
increasing levels of diffuculty, pupils must
dengan masalah kehidupan nyata.
be able to solve personal mathematics
3)
Untuk
memotivasi
siswa,
problems”. Yaitu pemecahan masalah adalah
membangkitkan perhatian siswa pada
suatu keterampilan yang penting untuk
topik atau prosedur khusus dalam
berkembang.
matematika
Saat
perkembangan
dan
dengan
meningkatnya tingkat kesulitan, siswa harus
kegunaan
mampu memecahkan masalah matematika
kehidupan nyata).
secara pribadi.
Sedangkan
4)
menurut
Polya
(1945)
yaitu
(dalam
Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas
belajar rutin.
used to solve a problem that does not have
solutions”
kontekstualnya
menyenangkan yang memecah suasana
”defines problem-solving as the process
obvious
menyediakan
5)
Sebagai
latihan,
penguatan
Polya
keterampilan dan konsep yang telah
problem solving adalah
diajarkan secara langsung (mungkin ini
proses untuk menyelesaikan masalah yang
peran yang paling banyak dilakukan
tidak mempunyai jawaban yang jelas.
oleh kita selama ini).
Adapun empat langkah cara menyelesaikan
Suatu soal dapat dijadikan sebagai
mendefinisikan
sarana dalam pembelajaran dengan problem
masalah menurut Polya (1971), yaitu:
1)
Understand the problem (memahami
solving, jika dipenuhi syarat-syarat antara
masalah).
lain: siswa memiliki pengetahuan prasyarat
97
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
untuk mengerjakan soal yang diberikan,
heterogen dan selanjutnya diikuti dengan
siswa belum tahu algoritma/cara pemecahan
pemberian bantuan secara individu bagi
soal, soal terjangkau oleh siswa, siswa mau
siswa
dan berkehendak untuk menyelesaikan soal.
pembelajaran kelompok, diharapkan para
Sedangkan
disebut
siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya,
”problem” dalam perspektif ini paling tidak
kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang
memuat
tersebut
tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa
menantang pikiran (challenging) dan soal
diajarkan bagaimana bekerjasama dalam
tersebut
suatu kelompok. Siswa dilatih menjadi
ciri-ciri
dua
hal
tidak
suatu
soal
yaitu:
otomatis
soal
diketahui
cara
penyelesaiannya (non routine).
yang
memerlukannya.
Dengan
pendengar yang baik, dapat memberikan
Jika problem solving ini diterapkan,
penjelasan
kepada
teman
sekelompok,
maka langkah-langkah yang dapat ditempuh
berdiskusi, mendorong teman lain untuk
guru adalah sebagai berikut:
bekerjasama, menghargai kemampuan siswa
1)
Guru mengajarkan materi pelajaran
untuk bekerjasama dalam kelompok kecil
seperti
biasanya,
alat
yang heterogen. Masing-masing anggota
peraga
atau
masih
dalam kelompok memiliki tugas yang setara.
dimungkinkan,
2)
3)
pemanfaatan
media
apalagi
Karena
untuk anak
pada
pembelajaran
kooperatif
Sekolah Dasar.
keberhasilan kelompok sangat diperhatikan,
Guru dengan tanya jawab memberikan
maka siswa yang pandai ikut bertanggung
contoh soal.
jawab membantu temannya yang lemah
Guru memberikan satu atau dua soal
dalam kelompoknya. Dengan demikian,
yang
siswa yang pandai dapat mengembangkan
harus
dipecahkan
siswa
berdasarkan persyaratan soal sebagai
kemampuan
dan
sebuah problem solving.
sedangkan siswa yang lemah akan terbantu
Siswa dengan dipandu guru menyelesaikan
dalam
soal yang dipakai sebagai bahan ajar dalam
diselesaikan dalam kelompok tersebut.
pembelajaran
problem
dengan
memahami
keterampilannya,
permasalahan
yang
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI
solving
(Suyadi, 2009:30)
merupakan
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe
membentuk kelompok kecil yang heterogen
TAI (Team Assisted Individualization)
dengan latar belakang cara berpikir yang
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI
pembelajaran
yang
berbeda untuk saling membantu terhadap
Individualization)
siswa yang lain yang membutuhkan bantuan.
termasuk dalam pembelajaran kooperatif.
Dalam model ini, diterapkan bimbingan
Dalam model pembelajaran Team Assisted
antar teman yaitu siswa yang pandai dapat
Individualization, siswa ditempatkan dalam
bertanggung jawab terhadap siswa yang
kelompok-kelompok
lemah. Di samping itu dapat meningkatkan
(Team
Assisted
model
kecil
(4-5)
yang
98
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
partisipasi siswa yang lemah. Serta dapat
yang dipandang kurang berhasil dalam
pula meningkatkan partisipasi siswa dalam
menyelesaikan tugas.
f) Teaching Group
kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat
mengembangkan
kemampuan
Yaitu pemberian
dan
keterampilannya, sedangkan siswa yang
guru
lemah
menyelesaikan
kelompok.
permasalahan yang dihadapi (Amin Suyitno,
g) Facts Test
dapat
terbantu
menjelang
Yaitu
2006:9).
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI
materi singkat dari
pemberian
tugas
tes-tes
kecil
pelaksanaan
berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
h) Whole Class Units
memiliki 8 komponen (Amin Suyitno,
2006:10) yakni sebagai berikut.
Yaitu pemberian materi oleh guru
a) Teams
kembali ke akhir waktu pembelajaran
Pembentukan kelompok heterogen yang
dengan strategi pemecahan masalah
terdiri atas 4-5 siswa.
(Amin Suyitno, 2006:10).
b) Placement Test
Dengan
Yakni pemberian pre-test kepada siswa
mata pelajaran pada siswa, maka tahapan
agar guru mengetahui kelemahan siswa
pembelajaran TAI pada penelitian ini adalah
pada bidang tertentu.
sebagai berikut.
c) Student Creative
tugas
dalam
a) Guru menjelaskan kepada seluruh siswa
suatu
tentang
kelompok dengan menciptakan situasi
dipengaruhi
oleh
Team
model
Assisted
model pembelajaran. Guru menjelaskan
kepada siswa tentang pola kerjasama
d) Team Study
antar siswa dalam suatu kelompok.
Yaitu tahapan tindakan belajar yang
dilaksanakan
diterapkannya
Individualization, sebagai suatu variasi
keberhasilan
kelompoknya.
harus
akan
pembelajaran
dimana keberhasilan individu ditentukan
atau
model
pembelajaran TAI untuk mengajarkan suatu
atau melihat rata-rata nilai harian siswa
Melaksanakan
mengadopsi
oleh
b) Guru menjelaskan materi secara singkat
kelompok
(mengadopsi komponen teaching group).
dalam tahap ini guru dapat memberikan
c) Guru membentuk kelompok-kelompok
bantuan secara individual kepada siswa
kecil yang beranggotakan 4-5 siswa
yang membutuhkannya.
dengan
e) Team Scores and Team Recognition
tingkat
heterogen
Yaitu pemberian skor terhadap hasil
dengan
keharmonisan
kerja kelompok dan memberikan kriteria
kepandaian
yang
mempertimbangkan
kerja
kelompok
(mengadopsi komponen teams).
penghargaan terhadap kelompok yang
d) Guru
berhasil secara cemerlang dan kelompok
memberikan
tugas
kelompok
dengan bahan yang telah disiapkan yaitu
99
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
LKS siswa. Dengan buku paket dan LKS,
Minat seseorang sering dikaitkan dengan
melalui kerja kelompok, siswa mengisi
perhatian,
LKS (mengadopsi komponen student
tidaknya minat seseorang terhadap sesuatu
creative)
dapat diketahui dari ada tidaknya perhatian
e) Ketua
kelompok
melaporkan
artinya
untuk
melihat
ada
terhadap hal tersebut.
keberhasilan kelompoknya atau melapor
Salah satu faktor yang mempengaruhi
kepada guru tentang hambatan yang
belajar adalah minat, karena bila bahan
dialami
Jika
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
memberikan
minat siswa, maka siswa tidak akan belajar
bantuan secara individual (mengadopsi
dengan sebaik-baiknya. Bahan pelajaran
komponen team study)
yang menarik minat siswa, lebih mudah
anggota
diperlukan,
guru
kelompoknya.
dapat
f) Ketua kelompok harus dapat menetapkan
dipelajari dan disimpan, karena minat
bahwa setiap anggota telah memahami
menambah kegiatan belajar.
materi bahan ajar yang diberikan guru,
Minat mempunyai peranan penting
dan siap untuk diberi tes oleh guru
dalam dunia pendidikan, karena minat
(mengadopsi komponen team scores dan
merupakan
team recognition). Setelah diberi ulangan,
memungkinkan siswa lebih konsentrasi,
guru harus mengumumkan hasilnya dan
lebih semangat dan menimbulkan perasaan
menetapkan kelompok terbaik sampai
gembira sehingga siswa tidak mudah bosan,
kelompok yang belum berhasil (jika ada).
tidak mudah lupa dalam usahanya untuk
g) Pada saat guru memberikan tes, tindakan
akhir
waktu,
satu
faktor
yang
belajar.
ini mengadopsi komponen fact test.
h) Menjelang
salah
Pada
hakekatnya
secara
psikis
guru
seseorang memiliki suatu kegiatan pada
memberikan latihan pendalaman secara
dirinya berbeda-beda, misalnya motivasi,
klasikal dengan menekankan strategi
minat, bakat dan sebagainya. Sedangkan
pemecahan
minat sendiri merupakan ungkapan psikis
masalah
(mengadopsi
komponen whole class units).
yang sangat penting untuk mencapai suatu
i) Guru memberikan test formatif, sesuai
kebutuhan manusia.
dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.
Menurut Slameto (2003:180) minat
1.
Minat Belajar Siswa
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
a.
Pengertian Minat Belajar
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas
Seseorang tidak akan merasa bosan
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
menekuni sesuatu apabila dia memang
dasarnya adalah penerimaan akan suatu
mempunyai minat terhadap hal tersebut.
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
Sehingga minat seseorang terhadap sesuatu
dari luar. Semakin kuat atau semakin dekat
akan mempengaruhi sikap dan perhatiannya.
hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
100
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Abu Ahmadi (1992:151) mengatakan
pelajaran tersebut dan diharapkan siswa
bahwa antara minat dan perhatian pada
memperoleh hasil yang baik.
umumnya dianggap sama atau tidak ada
b.
perbedaan. Memang keduanya hampir sama,
Macam-macam Minat Belajar
Setelah diketahui penjelasan tentang
dan dalam praktek selalu berhubungan satu
minat,
sama lain. Apa yang menarik minat dapat
bermacam-macam. Minat merupakan salah
menyebabkan adanya perhatian terhadap
satu pendorong keberhasilan proses belajar
sesuatu tertentu disertai dengan minat.
siswa.
Dari beberapa pengertian minat di atas
terdapat
maka
minat
sendiri
ada
Menurut Slavin (2010:64) ada tiga
kesamaan
yaitu
merupakan
macam minat yaitu:
psikis,
adanya
pemusatan
1)
kesamaan
itu
Minat yang diekspresikan (Exspressed
perhatian terhadap obyek atau aktivitas
interest)
tertentu.
Seseorang dapat mengungkapkan minat
Dari pernyataan di atas dapat ditarik
atau pilihannya dengan kata tertentu.
kesimpulan bahwa minat belajar adalah
Contoh : Seorang anak mengungkapkan
pernyataan
menunjukkan
pada orang tuanya bahwa kalau rajin
seseorang untuk memusatkan perhatiannya
belajar dan mendapat nilai hasil belajar
pada kegiatan belajar dan untuk mempelajari
baik,
sesuatu untuk mencapai tujuan belajar
Perguruan Tinggi (PT) yang terkenal di
psikis
yang
Dalam hubungannya dengan belajar,
dia
ingin
melanjutkan
ke
Indonesia.
minat merupakan salah satu unsur yang
2) Minat yang diwujudkan/manifestasikan
diperlukan dalam aktivitas belajar. Minat
(manifest Interest)
akan timbul jika memiliki harapan dan hasil
Seseorang
partisipasi yang diperoleh dalam suatu
minat bukan melalui kata-kata tetapi
aktivitas dengan demikian penunjang minat
melalui tindakan atau perbuatan, ikut
yang terpenting adalah kemampuan yang
berperan aktif dalam suatu aktifitas
menuntut siswa untuk mengatur proses
tertentu. Contoh : Seseorang anak ikut
internalnya
terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler,
mempelajari,
dalam
mengendalikan,
mengingat,
dan
berpikir
mengajar.
Oleh karena itu seorang guru dalam
pelajaran
harus
mengekspresikan
anak aktif dalam kegiatan belajar
tentang subyek yang diminatinya.
menyampaikan
dapat
3)
Minat
yang
di
inventarisasikan
(Inventorist interest)
mampu
membuat siswa senang dalam belajar.
Seseorang
Dengan adanya minat yang timbul maka
diukur dengan menjawab pertanyaan
besar
terhadap sejumlah pertanyaan tertentu
juga
usaha
untuk
mempelajari
menilai
minatnya
dapat
atau urutan pilihannya untuk kelompok
101
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
aktifitas tertentu. Rangkaian pertanyaan
pelajarannya. Konsentrasi tidak ada atau
semacam ini sering disebut Inventori
kurang bilamana tidak terdapat minat yang
minat. Jadi pada minat ini terdapat
memadai dalam diri siswa tersebut.
unsur pengenalan (kognitif) emosi-
Pendapat Lester dan Alice Crow dalam
emosi atau unsur afektif, dan kemauan
The Liang Gie (1995:129) dibawah ini yang
atau
mengatakan bahwa:
unsur
volutif,
konatif
untuk
“An interest in learning is a obligation
which goes with you to class and
accompanies you during each study
assigment, thereby, enabling you to
succed in the study activity. Like wise,
interest in basic to your life’s work if
you to reach your anticipated goal or
goals. Interest in your work, in you
study or in your recreation projects is
necessary for genuine success in the out
come”.
mencapai obyek atau tujuan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
diperoleh gambaran bahwa minat yang
ada pada seseorang sudah ada sejak
lahir dan menjadi arah dalam segala
tindakannya serta timbul karena adanya
perasaan suka pada obyek. Sehingga
segala kelakuan tindakan dan segala
Hal tersebut dapat diartikan sebagai:
kegiatan yang tidak didasari minat yang
suatu minat dalam belajar merupakan suatu
kuat cenderung akan memberikan hasil
kewajiban yang menyertai anda ke kelas dan
belajar yang kurang baik, sebab antara
minat
dan
kelakuan
sangat
menemani anda selama setiap tugas studi,
erat
dengan
hubungannya. Dengan demikian apabila
sungguh-sungguh
anda kalau anda ingin mencapai tujuan atau
tujuan-tujuan anda yang diharapkan. Minat
mencapai prestasi yang baik, siswa
dalam pekerjaan anda, dalam studi anda atau
yang berminat belajar dapat dilihat dari
dalam
usahanya yang sungguh-sungguh dalam
Menurut Dalyono dalam Djamarah
Setiap siswa yang menuntut ilmu harus
melakukan konsentrasi dalam belajarnya.
Konsentrasi dalam belajar adalah pemusatan
suatu mata
mengesampingkan
semua
berhasil
minat
belajar
cenderung
menghasilkan
yang
tinggi
prestasi
yang
menghasilkan prestasi yang rendah. Dalam
hal
kegiatan belajar sangat diperlukan adanya
minat. Prestasi belajar akan menjadi optimal
pelajaran tersebut. Tanpa konsentrasi tidak
ia
(2000:157)
tinggi sebaliknya minat belajar rendah akan
pelajaran
lainnya yang tidak berhubungan dengan
mungkin
anda
d. Fungsi Minat dalam Belajar
Pentingnya Minat
dengan
hiburan
hasilnya.
maupun di rumah.
terhadap
kegiatan-kegiatan
adalah perlu untuk sukses sejati dalam
belajar baik di lingkungan sekolah
pikiran
anda
pula minat merupakan dasar dari tugas hidup
maka
kemungkinan kurang optimal dalam
c.
memungkinkan
berhasil dalam kegiatan studi. Demikian
siswa tidak mempunyai minat belajar
yang
demikian
jika adanya minat yang tinggi pada diri
menguasai
102
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Penelitian ini menggunakan teknik
siswa, makin tinggi minat belajar yang
Stratified
sampel
Cluster
dimiliki siswa maka akan semakin bagus
pengambilan
hasil belajar yang diperolehnya. Jadi dengan
Random Sampling yaitu dengan mengambil
minat yang tinggi dan kemampuan siswa
secara acak 3 sekolah yang ada dalam
untuk melaksanakannya maka siswa akan
populasi yaitu 1 sekolah pada kelompok
senantiasa menentukan intensitas belajarnya.
atas, 1 sekolah pada kelompok sedang dan 1
Sehubungan dengan hal di atas maka
sekolah pada kelompok bawah dan masing –
fungsi minat adalah:
masing sekolah diambil 2 kelas sebagai
1) Mendorong manusia untuk bertindak
kelompok eksperimen 1 dan kelompok
sebagai penggerak yang melepaskan
eksperimen 2. Untuk menentukan kelompok
energi agar dapat menggerakkan setiap
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
kegitan yang akan dikerjakannya.
pada masing-masing sekolah sampel dengan
melakukan
2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah
undian.
Undian
dilakukan
dengan
dengan mengambil 2 kelas dari banyaknya
demikian minat memberikan arah dan
kelas paralel pada sekolah yang dijadikan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
sebagai sekolah sampel.
tujuan
yang
ingin
dicapai,
Data yang diperoleh dalam penelitian
tujuan yang dicita-citakan.
ini berupa 2 jenis data, yaitu data tentang
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
harus
prestasi belajar siswa dan data tentang
dikerjakan sesuai dengan apa yang di
tingkat minat belajar siswa. Data prestasi
lakukan untuk mencapai tujuan dan
belajar meliputi 2 tahapan, yaitu tahap awal
mampu untuk memilah-milah kegiatan
(nilai UN Matematika SD) dan tahap akhir
yang bermanfaat dengan kegiatan yang
(nilai
mendukung dalam pencapaian cita-cita
Matematika SD diambil pada awal sebelum
tersebut.
penelitian dilakukan dengan tujuan untuk
perbuatan-perbuatan
apa
yang
tes
prestasi
belajar). Nilai
UN
mengetahui apakah sampel yang diambil
METODE PENELITIAN
berasal dari populasi yang normal, homogen
Penelitian ini, yakni siswa-siswa Kelas
dan
VII SMP Negeri di Kabupaten Rembang
yang
meliputi
rata-rata
belajar
siswa setelah diadakan perlakuan. Sebelum
eksperimen, dibagikan angket minat belajar
sedang, dan rendah. Dalam pengkategorian
nilai
prestasi
digunakan untuk mengetahui prestasi belajar
SMP yang mempunyai prestasi tinggi,
berdasarkan
Tes
dilaksanakan setelah eksperimen dan tes ini
54 SMP. Populasi ini
kemudian dibagi menjadi 3 kategori, yaitu
SMP
seimbang.
siswa. Soal tes prestasi belajar dan angket
UN
minat belajar, sebelum dibagikan ke obyek
Matematika tahun pelajaran 2009/2010.
penelitian,
kedua
diujicobakan.
103
instrumen
ini
telah
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Untuk instrumen yang berupa angket
diberlakukan
validitas,
Hasil uji normalitas data UN Matematika
konsistensi internal dan reliabitas. Angket
SD kelompok eksperimen 1 dan kelompok 2
ini
nampak pada Tabel 2.
dibuat
disesuaikan
pengukuran
dalam uji normalitas adalah uji Lilliefors.
berdasarkan
Dari pengolahan angket minat belajar
penelitian. Angket yang sudah dibuat diuji
untuk kelompok eksperimen 1 dan 2
validitasnya dengan menggunakan prinsip
diperoleh rata-rata 77,317 dan standar
uji validitas isi. Untuk menilai apakah suatu
deviasi
instrumen mempunyai validitas isi yang
Lampiran 23. Hasil perhitungan rata-rata dan
tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
standar
melalui expert judgment (penilaian yang
menentukan tingkat minat belajar siswa,
dilakukan oleh pakar). Adapun langkah-
yaitu
langkah yang dilakukan dalam uji validitas
pengisian angket lebih besar dari 81,133,
isi
angket,
minat belajar sedang jika hasil pengisian
menyusun soal angket, dan menelaah butir
angket berada pada interval 73,609 sampai
angket.
dengan 81,133 dan minat belajar rendah jika
membuat
kemampuan
dan
obyek
adalah
dengan
indikator
kisi-kisi
7,524 untuk perhitungan
deviasi
minat
belajar
digunakan
tinggi
pada
untuk
jika
hasil
hasil pengisian angket kurang dari 73,609.
1.Data Prestasi Belajar Matematika
Dari data prestasi belajar yang telah
diperoleh, disajikan Tabel 4 dan Tabel 5.
HASIL PENELITIAN
Uji normalitas menggunakan data UN
Matematika SD. Teknik yang digunakan
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data UN SD Matematika
Kelompok
Lobs
n
Ltabel
Keputusan Uji Kesimpulan
eksperimen 1 0,0685 94
0,0914
H0 diterima
Populasi berdistribusi
normal
eksperimen 2 0,0680 100 0,0886
H0 diterima
Populasi berditribusi
normal
Tabel 3 Jumlah Siswa Berdasarkan Model Pembelajaran dan Minat Belajar
Minat Belajar
Kelompok
Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Problem Solving
33
31
30
94
TAI
28
37
35
100
Jumlah
61
68
65
Tabel 4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran
Statistik
Kelompok
deskriptif
Problem Solving
TAI
Rata-rata
72,596
68,000
Median
76,000
72,000
Modus
76,000
72,000
Nilai maksimum
88,000
88,000
Nilai minimum
48,000
40,000
Standar deviasi
11,328
13,716
104
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Tabel 5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Minat Belajar
Statistik
Tingkat Minat Belajar
deskriptif
Tinggi
Sedang
Rendah
Rata-rata
75,082
69,353
66,585
Median
76,000
72,000
64,000
Modus
76,000
76,000
64,000
Nilai maksimum
88,000
88,000
88,000
Nilai minimum
40,000
44,000
40,000
Standar deviasi
10,618
12,471
13,719
Dalam penelitian ini, uji normalitas
Uji homogenitas prestasi belajar yang
meliputi uji normalitas untuk kelompok
dilakukan adalah uji homogenitas antar
problem solving, kelompok TAI, kelompok
baris, yaitu berdasar model pembelajaran
dengan minat belajar tinggi, kelompok
(kelompok problem solving dan kelompok
dengan minat belajar sedang, dan kelompok
TAI) dan uji homogenitas antar kolom, yaitu
dengan minat belajar rendah sebagaimana
berdasar tingkat minat belajar sebagaimana
Tabel 6.
Tabel 7.
No
1
2
4
5
6
No.
1
2
Tabel 6 Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar
Keputusan
Kelompok
Lobs
Ltabel
Kesimpulan
uji
Populasi berdistribusi
Problem Solving
0,0869 0,0914 H0 diterima
normal
Populasi berdistribusi
TAI
0,0779 0,0886 H0 diterima
normal
Minat
belajar
Populasi berdistribusi
0,1112 0,1134 H0 diterima
tinggi
normal
Minat
belajar
Populasi berdistribusi
0,0969 0,1074 H0 diterima
sedang
normal
Minat
belajar
Populasi berdistribusi
0,0830 0,1099 H0 diterima
rendah
normal
Tabel 7 Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar
Uji
Ket
��
� �� Keputusan
Antar baris
3,4554 3,8410 H0 diterima
Variansi populasi sama
Antar kolom 3,9874 5,9910 H0 diterima
Variansi populasi sama
Tabel 8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Sumber
JK
dk
RK
Fobs
FTabel Keputusan uji
Model
852,707
1
852,707
5,680
3,89
H0A ditolak
pembelajaran (A)
Minat Belajar (B)
2168,154
2
1084,077
7,222
3,04
H0B ditolak
Interaksi (AB)
192,418
2
96,209
0,641
3,04
H0AB diterima
Galat (G)
28221,494 188 150,114
Total
31434,772 193
Perhitungan uji hipotesis dengan
rangkuman perhitungan seperti pada Tabel
analisis variansi dua jalan 2×3 dengan sel
8.
tidak sama dan taraf signifikansi α = 5%
terdapat
pada
Lampiran
33,
Berdasarkan Tabel 8 tampak bahwa:
dengan
105
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
a.
Pada
efek
utama
A
(model
dengan demikian H0AB diterima. Hal ini
pembelajaran), harga statistik uji FA =
berarti pada tingkat signifikan = 5%
5,680 dan Ftabel = 3,89, ternyata FA >
tidak terdapat interaksi antara
Ftabel dengan demikian H0A ditolak. Hal
pembelajaran dan tingkat minat belajar
ini berarti pada tingkat signifikansi =
siswa
5% terdapat perbedaan prestasi belajar
matematika.
antara model pembelajaran kooperatif
tipe
b.
problem
dan
prestasi
belajar
Uji Lanjut Pasca Anava
Sebelum melakukan uji lanjut pasca
model
pembelajaran kooperatif tipe TAI.
anava, pada Tabel 9 disajikan rangkuman
Pada efek utama B (tingkat minat
rerata antar sel lengkap dengan rerata
belajar siswa), harga statistik uji FB =
marginalnya.
7,222 dan Ftabel = 3,04, ternyata FB >
Berdasarkan hasil analisis variansi dua
Ftabel dengan demikian H0B ditolak. Hal
jalan dengan sel tak sama diperoleh bahwa
ini berarti pada tingkat signifikansi =
H0A dan H0B ditolak. Untuk H0A, cukup
5% tingkat minat belajar siswa yang
dengan membandingkan rerata marginal
tinggi,
sedang
memberikan
c.
solving
2.
terhadap
model
maupun
rendah
baris pertama dengan baris kedua. Untuk
yang
berbeda
H0B dilakukan uji lanjut untuk melacak
efek
terhadap prestasi belajar matematika.
perbedaan rerata. Dalam penelitian ini uji
Pada
(model
lanjut menggunakan uji komparasi ganda
pembelajaran dan tingkat minat belajar
dengan metode Scheffe’s sebagaimna Tabel
siswa), harga statistik uji FAB = 0,641
10.
efek
interaksi
AB
dan Ftabel = 3,04, ternyata FAB < Ftabel
Tabel 9. Rerata Prestasi Belajar Berdasar Model Pembelajaran dan Minat Belajar
Kelompok
Minat Belajar
Rerata Marginal
Tinggi
Sedang
Rendah
Problem Solving
78,303
70,710
68,267
72,596
TAI
71,286
68,216
65,143
68,000
Rerata marginal
75,082
69,353
66,585
Tabel 10 Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom
H0
Fobs
F=2Ftabel
Keputusan Uji
6,00
H0 ditolak
7,0304
.1 = .2
6,00
H0 ditolak
15,1258
.1 = .3
6,00
H0 diterima
1,6961
.2 = .3
Keterangan:
.1 : rerata prestasi belajar matematika untuk minat belajar tinggi
.2 : rerata prestasi belajar matematika untuk minat belajar sedang
.3 : rerata prestasi belajar matematika untuk minat belajar rendah
Berdasarkan hasil perhitungan
uji
komparasi rataan antar kolom, diperoleh
KESIMPULAN
kesimpulan yaitu:
106
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
1. .1 ≠ .2 (H0 ditolak). Ini berarti ada
dilaksanakan
dapat
perbedaan terhadap prestasi belajar jika
menghasilkan prestasi belajar siswa
dilihat dari minat belajar siswa. Dari
yang lebih baik.
b.
tabel rerata marginal dapat disimpulkan
Peningkatan minat belajar siswa di
bahwa siswa yang mempunyai minat
sekolah perlu diperhatikan karena minat
belajar
prestasi
belajar siswa berpengaruh terhadap
belajar lebih baik jika dibandingkan
prestasi belajar, siswa dengan minat
dengan siswa yang mempunyai minat
belajar
belajar sedang.
belajar yang lebih baik.
tinggi
mempunyai
2. .1 ≠ .3 (H0 ditolak), yang artinya
tinggi
mempunyai
prestasi
2. Implikasi Praktis
terdapat perbedaan hasil belajar antara
Untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa yang mempunyai minat belajar
siswa Kelas VII SMP Kabupaten Rembang
tinggi dibandingkan dengan siswa yang
dapat
mempunyai minat belajar rendah. Dapat
kooperatif, salah satunya tipe problem
dilihat dari tabel rataan marginal bahwa
solving. Selain itu, perlu dikembangkan pula
siswa yang minat belajarnya tinggi
lingkungan
mempunyai hasil belajar yang lebih
mempengaruhi meningkatnya minat belajar
baik dibandingkan dengan siswa yang
siswa. Siswa yang mempunyai minat belajar
mempunyai minat belajar rendah.
tinggi, akan berpengaruh pada kreativitas
3. .2 = .3 (H0 diterima). Ini berarti
dilakukan
melalui
yang
pembelajaran
kondusif yang dapat
diri siswa sehingga hasil karya diri siswa
tidak ada perbedaan hasil belajar antara
dapat
siswa yang mempunyai minat belajar
prestasi belajarnya.
sedang dengan siswa yang mempunyai
Saran
meningkat
Berdasarkan
minat belajar rendah. Perhitungan uji
komparasi ganda selengkapnya dapat
dikemukakan
dilihat pada Lampiran 34.
berikut:
a. Guru
Implikasi
1.
karena
dan
dan
tidak
penelitian
beberapa
Kepala
terkecuali
ini
saran
Sekolah
dapat
sebagai
perlu
Implikasi Teoritis
menerapkan
model
pembelajaran
Berikut merupakan implikasi teoritis
kooperatif
pada
pembelajaran
yang diperoleh berdasarkan kesimpulan:
matematika karena dapat menghasilkan
a.
kooperatif
prestasi belajar siswa yang lebih baik
merupakan suatu model pembelajaran
khususnya model pembelajaran Problem
yang
Solving.
Model
pembelajaran
yang
menerapkan
kerjasama.
b. Guru
Penerapan model pembelajaran ini,
dan
Kepala
Sekolah
perlu
terutama untuk model pembelajaran
menciptakan kondisi lingkungan yang
problem
kondusif dan positif karena interaksi
solving
perlu
dikaji
dan
107
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
dengan lingkungan di sekitar, dapat
mempengaruhi
minat
belajar
Improve Students Generic Skills?
Journal Articles; Reports– Evaluative.
Education & Training, v49, n2, p126137.
siswa,
sehingga dimungkinkan akan terjadi
peningkatan pencapaian prestasi belajar
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
siswa.
c. Peneliti lain, dapat mengembangkan hasil
Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian
Edisi Ke-2. : UNS Press.
penelitian ini sebagai salah satu referensi
untuk penelitian yang relevan. Para peneliti
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata
Pelajaran
Matematika
SMP/MTs.
Jakarta:Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas.
dapat mengembangkan penelitian untuk
variabel lain yang sejenis atau model
pembelajaran lain. Untuk penelitian lanjut,
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22
98 Tahun
2006 Tanggal 23 Mei 2006 Standar
Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
diharapkan para peneliti dapat memilih
model pembelajaran yang tidak hanya untuk
meningkatkan prestasi belajar, tetapi juga
untuk meningkatkan minat belajar siswa.
Djamarah, Syaiful Bahri.2000. Psikologi
Belajar. Banjarmasin : Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi,. 1992. Psikologi Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Doymus, K. 2007. Effects of a Cooperative
Learning Strategy and Learning Phases
of Matter and One-Component Phase
Diagrams. Journal of Chemical
Education, v84, n11, p1857-1860.
Adeyemi, B. 2008. Effects of Cooperative
Learning and
Problem Solving
Strategies on Junior Secondary School
students’ Achievement in Social
Studies. Electronic Journal of Research
in Educational Psychology, v6, n3,
p691-708.
Enco Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Erman
Suherman.
2003.
Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer.
Bandung:
JICAIMSTEP.
Agus
Suprijono.
2009.
Cooperative
Learning. Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Amin Suyitno. 2006. Dasar-Dasar dan
Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: Jurusan Matematika FMIPA
UNNES.
Erman Suherman. 2009. Model Belajar dan
Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. EDUCARE: Jurnal pendidikan
dan
Budaya.
Diunduh
dari
http://www.educare.e-fkipunla.net
tanggal 25 mei 2009.
Anas Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Fitri Nur Rohmah. 2005. Eksperimentasi
Pengajaran Matematika Dengan Model
Kontruktivisme Pada Pokok Bahasan
Bangun Ruang Ditinjau Dari Aktivitas
Belajar Siswa. Tesis. Program Studi
Pendidikan
Matematika
Program
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo.
Ballantine, J dan Larres, P. 2007.
Cooperative learning: A Pedagogy to
108
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
pada pokok bahasan relasi dan fungsi
ditinjau dari kemampuan awal siswa
kelas VIII MTs Kabupaten Klaten tahun
pelajaran 2009/2010. Tesis. Prodi
Pendidikan Matematika Program Pasca
Sarjana UNS, Surakarta.
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Gillies, Robyn M., Boyle, Michael. 2010.
(School of Education, The University
of Queensland, Brisbane, Queensland
4072, Australia). Teachers' reflections
on cooperative learning: Issues of
implementation. Journal of Teaching &
Teacher Education; May2010, Vol. 26
Issue 4, p933-940, 8p.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009.
Konsep
Strategi
Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Otong Kardisaputra. Penelitian tentang
manfaat tujuan pembelajaran khusus
dalam proses belajar mengajar.
Hornby, G. 2009. The effectiveness of
cooperative learning with trainee
teachers. Journal of Education for
Teaching, Volume 35, Issue 2 May
2009 , pages 161 – 168.
http://educare.efkinpula.net/index.php?optio
n=com
Partono.
2009.
Pengaruh
Model
Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Prestasi Belajar Barisan Dan Deret
Ditinjau Dari Kemampuan Awal. Tesis.
Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Ibrahim,
dkk.
2000.
Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Isjoni.
2009.
Cooperative
learning:
Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
Lisnawaty Simanjuntak, dkk. 1993. Metode
Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Maria Purwaningsih. 2008. Hubungan antara
Konsep Diri dan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas IX sebuah
SMP Swasta di Kabupaten Semarang.
Jurnal Widya Sari. Vol. 15. No 9. Hal.
96–108.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning:
Theory, Research and Practice. Second
Edition. Boston: Ally and Bacon.
Maswins. 2010, 20 Juni. Pengertian
matematika. :http://Maswins.com//
Slavin, R. E. 2010. Cooprative Learning:
Teori, Riset, dan Praktik. Cetakan VI.
Bandung: Nusa Media.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sutratinah
Tirtonegoro.
2001.
Anak
Supernormal
dan
Program
Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujapar.
2010.
Eksperimentasi
pembelajaran matematika dengan
metode jigsaw pada pokok bahasan
peluang ditinjau dari motivasi belajar
siswa kelas XI ilmu pengetahuan alam
SMA Negeri Surakarta. Tesis. Prodi
Pendidikan Matematika Program Pasca
Sarjana UNS, Surakarta.
Suyadi. 2009. Eksperimentasi Model
Pembelajaran Pemecahan Masalah
(PROBLEM SOLVING) Pada Materi
Pokok Lingkaran Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas 8
SMP Di Kabupaten Sragen. Laporan
Penelitian Thesis UNS. Program
M.Wahid Syaifuddin. 2010. Eksperimentasi
model pembelajaran kooperatif tipe
teams assisted individualization (TAI)
109
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Pendidikan
Matematika
Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
www.Zainurie.wordpress.com.
2009.
“Pakar Matematika” Bicara Tentang,
Prestasi
Pendidikan
Matematika
Indonesia. Diakses pada tanggal 5-122009 pukul 14:02.
The Liang Gie. 1995. Cara Belajar Yang
Efisien Jilid II. Yogyakarta: Liberty
110
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU
VARIABEL DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA
SMP NEGERI SE-KABUPATEN REMBANG
Eriska Fitri Kurniawati, Tri Atmojo Kusmayadi,
Suyono
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang memberi prestasi belajar
matematika yang lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran Problem Solving atau
model pembelajaran kooperatif tipe TAI. (2) manakah yang memberikan prestasi belajar
matematika yang lebih baik, siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, sedang, atau rendah.
(3) pada masing-masing tingkatan minat belajar siswa (tinggi, sedang, dan rendah), manakah
yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran Problem Solving atau
model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2×3.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMP di Kabupaten Rembang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 194 peserta didik, dengan rincian 94 siswa pada kelas eksperimen satu dan 100
siswa pada kelas eksperimen dua. Pengumpulan datanya dilakukan melalui tes pilihan ganda
dan angket minat belajar siswa. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi, tingkat kesukaran,
daya pembeda, dan realibilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi menggunakan
metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi menggunakan Bartlett. Dengan α= 0,05,
diperoleh simpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai variansi yang homogen. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh simpulan bahwa: (1) model pembelajaran
Problem Solving memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. (2) prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat belajar
sedang maupun rendah dan siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi
belajar yang sama baik dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah. (3) model
pembelajaran Problem Solving memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI baik untuk siswa dengan minat
belajar tinggi, sedang, maupun rendah. Sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat belajar
sedang maupun rendah dan siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi
belajar yang sama baik dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah baik untuk siswa
yang diberi model pembelajaran Problem Solving maupun model pembelajaran kooperatif TAI.
Kata Kunci : Minat Belajar, Pembelajaran kooperatif, Problem Solving, Team Assisted
Individualization, Prestasi Belajar Matematika.
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
PENDAHULUAN
Matematika perlu diberikan kepada
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Di
semua siswa mulai dari sekolah dasar
dalam
sampai dengan sekolah menengah atas untuk
Pendidikan
membekali mereka dengan kemampuan
pelajaran matematika bertujuan agar siswa
92
Kurikulum
(KTSP)
Tingkat
Satuan
disebutkan
bahwa
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
memiliki
kemampuan
memahami
dalam
konsep
hal
matematika,
(1)
siswa adalah 7,60, dengan nilai tertinggi
(2)
10,00, terendah 0,25 dan standar deviasi
menggunakan penalaran, (3) memecahkan
1,57.
masalah, (4) mengkomunikasikan gangguan,
dan
(5)
memiliki
sikap
Berdasarkan
menghargai
Hasil
dan
Statistika Nilai Ujian Nasional (UN) SMP
kegunaan matematika dalam kehidupan.
Tahun Pelajaran 2009/2010 diperoleh rerata
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
nilai matematika siswa SMP Kota Rembang
International
adalah 6,94 dengan nilai tertinggi 10,00,
Mathematics and Science Study) yang
terendah 1,25 dan standar deviasi 2,01.
dipublikasikan 15 Agustus 2011, jumlah jam
Sedangkan rerata nilai matematika siswa
pengajaran matematika di Indonesia jauh
SMP Propinsi Jawa Tengah adalah 7,30
lebih banyak dibandingkan Malaysia dan
dengan nilai tertinggi 10,00, terendah 0,25
Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 7
dan standar deviasi 1,74. Jika dibandingkan
di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam
dengan rerata nasional dan propinsi, rerata
pelajaran
di
nilai matematika siswa SMP Kota Rembang
Malaysia hanya mendapat 120 jam dan
lebih rendah dari rerata nasional dan
Singapura 112 jam. Tapi kenyataannya,
propinsi. Data tersebut membuktikan bahwa
prestasi Indonesia berada jauh di bawah
penguasaan materi pelajaran matematika
kedua negara tersebut. Prestasi matematika
siswa yang masih kurang.
oleh
TIMSS
(Trends
matematika.
in
Laporan
Sementara
siswa Indonesia hanya menembus skor rata-
Berdasarkan informasi dari berbagai
rata 397. Sementara itu, Malaysia mencapai
guru
474 dan Singapura 593 (307 = rendah, 463 =
Rembang dan pengalaman beberapa peserta
menengah, 598 = tinggi, dan 500 = tingkat
didik
lanjut). Artinya “Waktu yang dihabiskan
mengemukakan bahwa salah satu kesulitan
siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding
peserta didik adalah pada materi persamaan
dengan
linear satu variabel. Informasi tersebut
prestasi
yang
diraih”.
(zainurie.wordpress.com).
matematika
SMP
di
SMP
di
Kabupaten
Kabupaten
Rembang,
dipertegas oleh hasil analisis daya serap
Rendahnya prestasi matematika siswa
peserta didik SMP di Kabupaten Rembang
tingkat nasional dipengaruhi oleh berbagai
pada
aspek. Salah satu pengaruhnya adalah
2009/2010. Hasil analisis serap terhadap
rendahnya prestasi matematika siswa tingkat
kemampuan yang berkaitan dengan materi
propinsi bahkan tingkat kabupaten/kota.
sistem persamaan linear satu variabel yang
Kondisi tersebut diperkuat oleh Laporan
diujikan
Hasil dan Statistika Nilai Ujian Nasional
pelajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa
(UN) SMP Tahun Pelajaran 2008/2009.
penguasaan konsep sistem persamaan linear
Secara nasional rerata nilai matematika
satu variabel oleh peserta didik SMP di
93
Ujian
Nasional
pada
Ujian
tahun
pelajaran
Nasional
tahun
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Kabupaten
Rembang
kurang
optimal
Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
dibanding tingkat Provinsi dan Nasional.
Tabel 1. Penguasaan Konsep Peserta Didik SMP di Kabupaten Rembang Berkaitan
dengan Materi Sistem Persamaan Linear Satu Variabel pada Ujian Nasional Tahun
Ajaran 2009/2010
No.
Kemampuan yang Diuji
Persentase Penguasaan Konsep
soal
(dalam %)
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Rayon
Provinsi
Nasional
12. Menyelesaikan masalah yang 68,83
78,16
86,42
berkaitan
dengan
sistem
persamaan linear satu variabel
(Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan)
kepada keaktifan siswa dalam membangun
Menurut data dan kenyataan di atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pengetahuan
belum
mereka
sendiri.
Tentunya
maksimalnya pendidikan matematika di
pembelajaran yang seperti disebutkan di atas
Indonesia.
(guru
meningkatkan
matematika
meningkatkan
Sehingga
belum
kualitas
siswa
sangat
dominan),
hendaknya
ditinggalkan atau setidak tidaknya dikurangi.
kemampuan
Indonesia.
kualitas
dapat
Salah satu strategi pembelajaran yang
Dalam
dapat
pendidikan
digunakan
guru
adalah
strategi
matematika, selain jam pelajaran, perlu
pembelajaran pemecahan masalah (Problem
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Solving) merupakan konsep belajar yang
pendidikan matematika. Terdapat beberapa
mengaitkan materi yang diajarkan dengan
faktor yang mempengaruhi proses belajar
masalah yang dihadapi sehari-hari. Dalam
mengajar matematika antara lain: strategi
stategi pembelajaran ini, siswa diharapkan
pembelajaran yang dipilih oleh guru, gaya
dapat menyelesaikan masalah matematika
belajar siswa, motivasi belajar siswa, minat
sesuai dengan pemahaman masing-masing
belajar siswa, lingkungan belajar siswa dan
siswa berlandaskan pada pengetahuan yang
tingkat kecerdasan siswa.
telah
dimiliki.
Dengan
strategi
ini
Ada kemungkinan penyebab rendahnya
diharapkan pembelajaran semakin bermakna
prestasi belajar matematika siswa pada saat
bagi siswa, sehingga apa yang sudah
ini adalah karena pelaksanaan pembelajaran
didapatkan
matematika di sekolah itu masih bersifat
pembelajaran
konvensional
guru
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
mendominasi proses pembelajaran). Dalam
siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya
hal ini guru berusaha menyelesaikan bahan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
ajar dengan cara menyampaikan materi
Selain strategi pembelajaran pemecahan
secara langsung kepada siswa. Cara seperti
masalah (Problem Solving), guru juga dapat
ini sangatlah bertentangan dengan teori
menggunakan
konstruktivisme yang lebih menekankan
kooperatif
(siswa
pasif
dan
94
tidak
mudah
dengan
lupa.
Problem
strategi
tipe
Team
Proses
Solving
pembelajaran
Assisted
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Individualization
Suyitno
(TAI).
(2006:9),
Menurut
model
kooperatif tipe TAI
Amin
yang tinggi akan sangat berpengaruh dengan
pembelajaran
merupakan
prestasi belajar.
model
Pendapat
yang
dikemukakan
oleh
pembelajaran yang membentuk kelompok
Lisnawaty (1993: 58) bahwa minat belajar
kecil yang heterogen dengan latar belakang
perlu mendapat perhatian yang khusus
cara berpikir yang berbeda untuk saling
karena minat merupakan salah satu faktor
membantu terhadap siswa yang lain yang
penunjang
membutuhkan bantuan. Dalam model ini,
Slameto (2003: 57) mengemukakan bahwa
diterapkan bimbingan antar teman yaitu
salah satu faktor internal yang sangat besar
siswa yang pandai dapat bertanggung jawab
pengaruhnya terhadap proses belajar siswa
terhadap siswa yang lemah. Di samping itu
adalah minat siswa itu sendiri, karena bila
dapat meningkatkan partisipasi siswa yang
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
lemah. Serta dapat pula meningkatkan
dengan minat siswa, maka siswa tidak akan
partisipasi siswa dalam kelompok kecil.
belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak
Siswa yang pandai dapat mengembangkan
ada daya tarik baginya. Sebaliknya bila
kemampuan
bahan pelajaran itu sesuai dengan minat
dan
keterampilannya,
keberhasilan
proses
belajar.
sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu
siswa
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
mempelajarinya karena minat menambah
Faktor lain yang mempengaruhi proses
belajar
mengajar
matematika
maka
akan
lebih
mudah
frekuensi belajar. Menurut Dalyono dalam
yang
Djamarah (2000:157) minat belajar yang
dikemukakan oleh Lester dan Alice Crow
tinggi cenderung menghasilkan prestasi
dalam The Liang Gie (1995:129) adalah “An
yang tinggi sebaliknya minat belajar rendah
interest in learning is a obligation which
akan menghasilkan prestasi yang rendah.
goes with you to class and accompanies you
Selain itu, juga terdapat faktor eksternal
during each study assignment, thereby,
yang merupakan faktor dari luar siswa.
enabling you to succed in the study activity.
Faktor ini terdiri dari 2 macam yaitu
Likewise, interest in basic to your life’s work
lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
if you to reach your anticipated goal or
Lingkungan sosial yang dapat berpengaruh
goals. Interest in your work, in yourstudy or
terhadap kegiatan dan prestasi belajar siswa
in your recreation projects is necessary for
adalah
genuine success in the outcome”. Dari
keluarga,
pendapat tersebut dapat disimpulkan minat
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan
merupakan
belajar, kondisi fisik rumah, kondisi fisik
dasar
jika
ingin
mencapai
lingkungan
dan
sekolah,
lingkungan
lingkungan
masyarakat.
keberhasilan dalam belajar atau memperoleh
perkampungan
prestasi belajar yang baik. Minat belajar
disenangi siswa untuk belajar termasuk
95
siswa
dan
waktu
yang
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
dalam
lingkungan
non
sosial
yang
pengajaran maka ia tidak tergantung
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
pada soal atau masalah yang khusus,
1. Model Pembelajaran Problem Solving
prosedur, atau metode, dan juga isi
Pembelajaran dengan problem solving
matematika. Anggapan yang penting
(pemecahan masalah) dipandang sebagai
dalam
pembelajaran
pembelajaran
yang
meningkatakan
hal
ini
adalah
tentang
bahwa
bagaimana
kemampuan siswa dalam berpikir tinggi.
menyelesaikan
Karena
problems) merupakan “alasan utama”
siswa
setiap
harinya
selalu
masalah
(solve
(primary reason) belajar matematika.
dihadapkan pada suatu masalah, disadari
atau tidak. Karena itu pembelajaran dengan
2)
Problem solving sebagai proses
problem solving sejak dini diperlukan agar
Pengertian lain tentang problem solving
siswa dapat menyelesaikan problematika
adalah sebagai sebuah proses yang
kehidupannya.
pembelajaran
dinamis. Dalam aspek ini, problem
matematika ini aspek pemecahan masalah
solving dapat diartikan sebagai proses
menjadi semakin penting. Ini dikarenakan
mengaplikasikan segala pengetahuan
matematika merupakan pengetahuan yang
yang dimiliki pada situasi yang baru
logis, sistematis, berpola, abstrak, dan yang
dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini,
tak kalah penting menghendaki pembuktian.
yang perlu diperhatikan adalah metode,
Dalam
problem
Istilah
solving
sering
prosedur, strategi dan heuristik yang
digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan
digunakan siswa dalam menyelesaikan
memiliki pengertian yang berbeda-beda
suatu masalah. Masalah proses ini
pula.
Tetapi
problem
solving
dalam
sangat
penting
dalam
belajar
matematika memiliki kekhasan tersendiri.
matematika dan yang demikian ini
Secara garis besar terdapat tiga macam
sering menjadi fokus dalam kurikulum
interpretasi istilah problem solving menurut
matematika. Sebenarnya, bagaimana
Branca, N. A.dalam Krulik, S. & Reys, R. E.
seseorang melakukan proses problem
(1980: 3-6) dalam pembelajaran matematika,
solving
yaitu:
mengajarkannya
1)
dan
bagaimana
tidak
seseorang
sepenuhnya
Problem solving sebagai tujuan
dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk
Para pendidik, matematikawan, dan
membuat dan menguji beberapa teori
pihak yang menaruh perhatian pada
tentang pemrosesan informasi atau
pendidikan
seringkali
proses problem solving telah banyak
menetapkan problem solving sebagai
dilakukan. Dan semua ini memberikan
salah
beberapa prinsip dasar atau petunjuk
satu
matematika.
matematika
tujuan
Bila
pembelajaran
problem
solving
dalam belajar problem solving dan
ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan
aplikasi dalam pengajaran.
96
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
3)
Problem solving sebagai keterampilan
2)
Devise a plan (buat sebuah rencana).
dasar
3)
Carry out the plan (terapkan rencana
Pengertian problem solving sebagai
tadi).
keterampilan dasar lebih dari sekedar
4)
Look
back
(periksa
kembali)
menjawab tentang pertanyaan: apa itu
(Sumardyono, 2006:24)
problem solving?
Pentingnya problem solving juga dapat
Problem
solving
adalah
suatu
dilihat pada perannya dalam pembelajaran.
pendekatan pembelajaran dalam menghadapi
Stanic
masalah. Problem solving juga merupakan
McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:8) dalam
suatu prosedur yang didalamnya terdapat
buku ”Tips dalam Penerapan Pembelajaran
langkah-langkah yang harus diikuti dalam
Problem
memecahkan sebuah masalah yang dihadapi
membagi peran problem solving sebagai
seseorang sebagai perorangan atau seseorang
konteks menjadi beberapa hal:
bagai pemimpin organisasi atau anggota
1)
organisasi. Sedangkan menurut Dr.Marlow
&
Kilpatrick
Solving”
Untuk
seperti
(Suyadi,
pembenaran
dikutip
2009:27),
pengajaran
matematika.
Ediger ”problem solving is a vital skill for
2)
Untuk menarik minat siswa akan nilai
all to develop. Developmentally and at
matematika, dengan isi yang berkaitan
increasing levels of diffuculty, pupils must
dengan masalah kehidupan nyata.
be able to solve personal mathematics
3)
Untuk
memotivasi
siswa,
problems”. Yaitu pemecahan masalah adalah
membangkitkan perhatian siswa pada
suatu keterampilan yang penting untuk
topik atau prosedur khusus dalam
berkembang.
matematika
Saat
perkembangan
dan
dengan
meningkatnya tingkat kesulitan, siswa harus
kegunaan
mampu memecahkan masalah matematika
kehidupan nyata).
secara pribadi.
Sedangkan
4)
menurut
Polya
(1945)
yaitu
(dalam
Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas
belajar rutin.
used to solve a problem that does not have
solutions”
kontekstualnya
menyenangkan yang memecah suasana
”defines problem-solving as the process
obvious
menyediakan
5)
Sebagai
latihan,
penguatan
Polya
keterampilan dan konsep yang telah
problem solving adalah
diajarkan secara langsung (mungkin ini
proses untuk menyelesaikan masalah yang
peran yang paling banyak dilakukan
tidak mempunyai jawaban yang jelas.
oleh kita selama ini).
Adapun empat langkah cara menyelesaikan
Suatu soal dapat dijadikan sebagai
mendefinisikan
sarana dalam pembelajaran dengan problem
masalah menurut Polya (1971), yaitu:
1)
Understand the problem (memahami
solving, jika dipenuhi syarat-syarat antara
masalah).
lain: siswa memiliki pengetahuan prasyarat
97
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
untuk mengerjakan soal yang diberikan,
heterogen dan selanjutnya diikuti dengan
siswa belum tahu algoritma/cara pemecahan
pemberian bantuan secara individu bagi
soal, soal terjangkau oleh siswa, siswa mau
siswa
dan berkehendak untuk menyelesaikan soal.
pembelajaran kelompok, diharapkan para
Sedangkan
disebut
siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya,
”problem” dalam perspektif ini paling tidak
kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang
memuat
tersebut
tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa
menantang pikiran (challenging) dan soal
diajarkan bagaimana bekerjasama dalam
tersebut
suatu kelompok. Siswa dilatih menjadi
ciri-ciri
dua
hal
tidak
suatu
soal
yaitu:
otomatis
soal
diketahui
cara
penyelesaiannya (non routine).
yang
memerlukannya.
Dengan
pendengar yang baik, dapat memberikan
Jika problem solving ini diterapkan,
penjelasan
kepada
teman
sekelompok,
maka langkah-langkah yang dapat ditempuh
berdiskusi, mendorong teman lain untuk
guru adalah sebagai berikut:
bekerjasama, menghargai kemampuan siswa
1)
Guru mengajarkan materi pelajaran
untuk bekerjasama dalam kelompok kecil
seperti
biasanya,
alat
yang heterogen. Masing-masing anggota
peraga
atau
masih
dalam kelompok memiliki tugas yang setara.
dimungkinkan,
2)
3)
pemanfaatan
media
apalagi
Karena
untuk anak
pada
pembelajaran
kooperatif
Sekolah Dasar.
keberhasilan kelompok sangat diperhatikan,
Guru dengan tanya jawab memberikan
maka siswa yang pandai ikut bertanggung
contoh soal.
jawab membantu temannya yang lemah
Guru memberikan satu atau dua soal
dalam kelompoknya. Dengan demikian,
yang
siswa yang pandai dapat mengembangkan
harus
dipecahkan
siswa
berdasarkan persyaratan soal sebagai
kemampuan
dan
sebuah problem solving.
sedangkan siswa yang lemah akan terbantu
Siswa dengan dipandu guru menyelesaikan
dalam
soal yang dipakai sebagai bahan ajar dalam
diselesaikan dalam kelompok tersebut.
pembelajaran
problem
dengan
memahami
keterampilannya,
permasalahan
yang
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI
solving
(Suyadi, 2009:30)
merupakan
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe
membentuk kelompok kecil yang heterogen
TAI (Team Assisted Individualization)
dengan latar belakang cara berpikir yang
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI
pembelajaran
yang
berbeda untuk saling membantu terhadap
Individualization)
siswa yang lain yang membutuhkan bantuan.
termasuk dalam pembelajaran kooperatif.
Dalam model ini, diterapkan bimbingan
Dalam model pembelajaran Team Assisted
antar teman yaitu siswa yang pandai dapat
Individualization, siswa ditempatkan dalam
bertanggung jawab terhadap siswa yang
kelompok-kelompok
lemah. Di samping itu dapat meningkatkan
(Team
Assisted
model
kecil
(4-5)
yang
98
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
partisipasi siswa yang lemah. Serta dapat
yang dipandang kurang berhasil dalam
pula meningkatkan partisipasi siswa dalam
menyelesaikan tugas.
f) Teaching Group
kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat
mengembangkan
kemampuan
Yaitu pemberian
dan
keterampilannya, sedangkan siswa yang
guru
lemah
menyelesaikan
kelompok.
permasalahan yang dihadapi (Amin Suyitno,
g) Facts Test
dapat
terbantu
menjelang
Yaitu
2006:9).
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI
materi singkat dari
pemberian
tugas
tes-tes
kecil
pelaksanaan
berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
h) Whole Class Units
memiliki 8 komponen (Amin Suyitno,
2006:10) yakni sebagai berikut.
Yaitu pemberian materi oleh guru
a) Teams
kembali ke akhir waktu pembelajaran
Pembentukan kelompok heterogen yang
dengan strategi pemecahan masalah
terdiri atas 4-5 siswa.
(Amin Suyitno, 2006:10).
b) Placement Test
Dengan
Yakni pemberian pre-test kepada siswa
mata pelajaran pada siswa, maka tahapan
agar guru mengetahui kelemahan siswa
pembelajaran TAI pada penelitian ini adalah
pada bidang tertentu.
sebagai berikut.
c) Student Creative
tugas
dalam
a) Guru menjelaskan kepada seluruh siswa
suatu
tentang
kelompok dengan menciptakan situasi
dipengaruhi
oleh
Team
model
Assisted
model pembelajaran. Guru menjelaskan
kepada siswa tentang pola kerjasama
d) Team Study
antar siswa dalam suatu kelompok.
Yaitu tahapan tindakan belajar yang
dilaksanakan
diterapkannya
Individualization, sebagai suatu variasi
keberhasilan
kelompoknya.
harus
akan
pembelajaran
dimana keberhasilan individu ditentukan
atau
model
pembelajaran TAI untuk mengajarkan suatu
atau melihat rata-rata nilai harian siswa
Melaksanakan
mengadopsi
oleh
b) Guru menjelaskan materi secara singkat
kelompok
(mengadopsi komponen teaching group).
dalam tahap ini guru dapat memberikan
c) Guru membentuk kelompok-kelompok
bantuan secara individual kepada siswa
kecil yang beranggotakan 4-5 siswa
yang membutuhkannya.
dengan
e) Team Scores and Team Recognition
tingkat
heterogen
Yaitu pemberian skor terhadap hasil
dengan
keharmonisan
kerja kelompok dan memberikan kriteria
kepandaian
yang
mempertimbangkan
kerja
kelompok
(mengadopsi komponen teams).
penghargaan terhadap kelompok yang
d) Guru
berhasil secara cemerlang dan kelompok
memberikan
tugas
kelompok
dengan bahan yang telah disiapkan yaitu
99
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
LKS siswa. Dengan buku paket dan LKS,
Minat seseorang sering dikaitkan dengan
melalui kerja kelompok, siswa mengisi
perhatian,
LKS (mengadopsi komponen student
tidaknya minat seseorang terhadap sesuatu
creative)
dapat diketahui dari ada tidaknya perhatian
e) Ketua
kelompok
melaporkan
artinya
untuk
melihat
ada
terhadap hal tersebut.
keberhasilan kelompoknya atau melapor
Salah satu faktor yang mempengaruhi
kepada guru tentang hambatan yang
belajar adalah minat, karena bila bahan
dialami
Jika
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
memberikan
minat siswa, maka siswa tidak akan belajar
bantuan secara individual (mengadopsi
dengan sebaik-baiknya. Bahan pelajaran
komponen team study)
yang menarik minat siswa, lebih mudah
anggota
diperlukan,
guru
kelompoknya.
dapat
f) Ketua kelompok harus dapat menetapkan
dipelajari dan disimpan, karena minat
bahwa setiap anggota telah memahami
menambah kegiatan belajar.
materi bahan ajar yang diberikan guru,
Minat mempunyai peranan penting
dan siap untuk diberi tes oleh guru
dalam dunia pendidikan, karena minat
(mengadopsi komponen team scores dan
merupakan
team recognition). Setelah diberi ulangan,
memungkinkan siswa lebih konsentrasi,
guru harus mengumumkan hasilnya dan
lebih semangat dan menimbulkan perasaan
menetapkan kelompok terbaik sampai
gembira sehingga siswa tidak mudah bosan,
kelompok yang belum berhasil (jika ada).
tidak mudah lupa dalam usahanya untuk
g) Pada saat guru memberikan tes, tindakan
akhir
waktu,
satu
faktor
yang
belajar.
ini mengadopsi komponen fact test.
h) Menjelang
salah
Pada
hakekatnya
secara
psikis
guru
seseorang memiliki suatu kegiatan pada
memberikan latihan pendalaman secara
dirinya berbeda-beda, misalnya motivasi,
klasikal dengan menekankan strategi
minat, bakat dan sebagainya. Sedangkan
pemecahan
minat sendiri merupakan ungkapan psikis
masalah
(mengadopsi
komponen whole class units).
yang sangat penting untuk mencapai suatu
i) Guru memberikan test formatif, sesuai
kebutuhan manusia.
dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.
Menurut Slameto (2003:180) minat
1.
Minat Belajar Siswa
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
a.
Pengertian Minat Belajar
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas
Seseorang tidak akan merasa bosan
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
menekuni sesuatu apabila dia memang
dasarnya adalah penerimaan akan suatu
mempunyai minat terhadap hal tersebut.
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
Sehingga minat seseorang terhadap sesuatu
dari luar. Semakin kuat atau semakin dekat
akan mempengaruhi sikap dan perhatiannya.
hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
100
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Abu Ahmadi (1992:151) mengatakan
pelajaran tersebut dan diharapkan siswa
bahwa antara minat dan perhatian pada
memperoleh hasil yang baik.
umumnya dianggap sama atau tidak ada
b.
perbedaan. Memang keduanya hampir sama,
Macam-macam Minat Belajar
Setelah diketahui penjelasan tentang
dan dalam praktek selalu berhubungan satu
minat,
sama lain. Apa yang menarik minat dapat
bermacam-macam. Minat merupakan salah
menyebabkan adanya perhatian terhadap
satu pendorong keberhasilan proses belajar
sesuatu tertentu disertai dengan minat.
siswa.
Dari beberapa pengertian minat di atas
terdapat
maka
minat
sendiri
ada
Menurut Slavin (2010:64) ada tiga
kesamaan
yaitu
merupakan
macam minat yaitu:
psikis,
adanya
pemusatan
1)
kesamaan
itu
Minat yang diekspresikan (Exspressed
perhatian terhadap obyek atau aktivitas
interest)
tertentu.
Seseorang dapat mengungkapkan minat
Dari pernyataan di atas dapat ditarik
atau pilihannya dengan kata tertentu.
kesimpulan bahwa minat belajar adalah
Contoh : Seorang anak mengungkapkan
pernyataan
menunjukkan
pada orang tuanya bahwa kalau rajin
seseorang untuk memusatkan perhatiannya
belajar dan mendapat nilai hasil belajar
pada kegiatan belajar dan untuk mempelajari
baik,
sesuatu untuk mencapai tujuan belajar
Perguruan Tinggi (PT) yang terkenal di
psikis
yang
Dalam hubungannya dengan belajar,
dia
ingin
melanjutkan
ke
Indonesia.
minat merupakan salah satu unsur yang
2) Minat yang diwujudkan/manifestasikan
diperlukan dalam aktivitas belajar. Minat
(manifest Interest)
akan timbul jika memiliki harapan dan hasil
Seseorang
partisipasi yang diperoleh dalam suatu
minat bukan melalui kata-kata tetapi
aktivitas dengan demikian penunjang minat
melalui tindakan atau perbuatan, ikut
yang terpenting adalah kemampuan yang
berperan aktif dalam suatu aktifitas
menuntut siswa untuk mengatur proses
tertentu. Contoh : Seseorang anak ikut
internalnya
terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler,
mempelajari,
dalam
mengendalikan,
mengingat,
dan
berpikir
mengajar.
Oleh karena itu seorang guru dalam
pelajaran
harus
mengekspresikan
anak aktif dalam kegiatan belajar
tentang subyek yang diminatinya.
menyampaikan
dapat
3)
Minat
yang
di
inventarisasikan
(Inventorist interest)
mampu
membuat siswa senang dalam belajar.
Seseorang
Dengan adanya minat yang timbul maka
diukur dengan menjawab pertanyaan
besar
terhadap sejumlah pertanyaan tertentu
juga
usaha
untuk
mempelajari
menilai
minatnya
dapat
atau urutan pilihannya untuk kelompok
101
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
aktifitas tertentu. Rangkaian pertanyaan
pelajarannya. Konsentrasi tidak ada atau
semacam ini sering disebut Inventori
kurang bilamana tidak terdapat minat yang
minat. Jadi pada minat ini terdapat
memadai dalam diri siswa tersebut.
unsur pengenalan (kognitif) emosi-
Pendapat Lester dan Alice Crow dalam
emosi atau unsur afektif, dan kemauan
The Liang Gie (1995:129) dibawah ini yang
atau
mengatakan bahwa:
unsur
volutif,
konatif
untuk
“An interest in learning is a obligation
which goes with you to class and
accompanies you during each study
assigment, thereby, enabling you to
succed in the study activity. Like wise,
interest in basic to your life’s work if
you to reach your anticipated goal or
goals. Interest in your work, in you
study or in your recreation projects is
necessary for genuine success in the out
come”.
mencapai obyek atau tujuan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
diperoleh gambaran bahwa minat yang
ada pada seseorang sudah ada sejak
lahir dan menjadi arah dalam segala
tindakannya serta timbul karena adanya
perasaan suka pada obyek. Sehingga
segala kelakuan tindakan dan segala
Hal tersebut dapat diartikan sebagai:
kegiatan yang tidak didasari minat yang
suatu minat dalam belajar merupakan suatu
kuat cenderung akan memberikan hasil
kewajiban yang menyertai anda ke kelas dan
belajar yang kurang baik, sebab antara
minat
dan
kelakuan
sangat
menemani anda selama setiap tugas studi,
erat
dengan
hubungannya. Dengan demikian apabila
sungguh-sungguh
anda kalau anda ingin mencapai tujuan atau
tujuan-tujuan anda yang diharapkan. Minat
mencapai prestasi yang baik, siswa
dalam pekerjaan anda, dalam studi anda atau
yang berminat belajar dapat dilihat dari
dalam
usahanya yang sungguh-sungguh dalam
Menurut Dalyono dalam Djamarah
Setiap siswa yang menuntut ilmu harus
melakukan konsentrasi dalam belajarnya.
Konsentrasi dalam belajar adalah pemusatan
suatu mata
mengesampingkan
semua
berhasil
minat
belajar
cenderung
menghasilkan
yang
tinggi
prestasi
yang
menghasilkan prestasi yang rendah. Dalam
hal
kegiatan belajar sangat diperlukan adanya
minat. Prestasi belajar akan menjadi optimal
pelajaran tersebut. Tanpa konsentrasi tidak
ia
(2000:157)
tinggi sebaliknya minat belajar rendah akan
pelajaran
lainnya yang tidak berhubungan dengan
mungkin
anda
d. Fungsi Minat dalam Belajar
Pentingnya Minat
dengan
hiburan
hasilnya.
maupun di rumah.
terhadap
kegiatan-kegiatan
adalah perlu untuk sukses sejati dalam
belajar baik di lingkungan sekolah
pikiran
anda
pula minat merupakan dasar dari tugas hidup
maka
kemungkinan kurang optimal dalam
c.
memungkinkan
berhasil dalam kegiatan studi. Demikian
siswa tidak mempunyai minat belajar
yang
demikian
jika adanya minat yang tinggi pada diri
menguasai
102
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Penelitian ini menggunakan teknik
siswa, makin tinggi minat belajar yang
Stratified
sampel
Cluster
dimiliki siswa maka akan semakin bagus
pengambilan
hasil belajar yang diperolehnya. Jadi dengan
Random Sampling yaitu dengan mengambil
minat yang tinggi dan kemampuan siswa
secara acak 3 sekolah yang ada dalam
untuk melaksanakannya maka siswa akan
populasi yaitu 1 sekolah pada kelompok
senantiasa menentukan intensitas belajarnya.
atas, 1 sekolah pada kelompok sedang dan 1
Sehubungan dengan hal di atas maka
sekolah pada kelompok bawah dan masing –
fungsi minat adalah:
masing sekolah diambil 2 kelas sebagai
1) Mendorong manusia untuk bertindak
kelompok eksperimen 1 dan kelompok
sebagai penggerak yang melepaskan
eksperimen 2. Untuk menentukan kelompok
energi agar dapat menggerakkan setiap
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
kegitan yang akan dikerjakannya.
pada masing-masing sekolah sampel dengan
melakukan
2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah
undian.
Undian
dilakukan
dengan
dengan mengambil 2 kelas dari banyaknya
demikian minat memberikan arah dan
kelas paralel pada sekolah yang dijadikan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
sebagai sekolah sampel.
tujuan
yang
ingin
dicapai,
Data yang diperoleh dalam penelitian
tujuan yang dicita-citakan.
ini berupa 2 jenis data, yaitu data tentang
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
harus
prestasi belajar siswa dan data tentang
dikerjakan sesuai dengan apa yang di
tingkat minat belajar siswa. Data prestasi
lakukan untuk mencapai tujuan dan
belajar meliputi 2 tahapan, yaitu tahap awal
mampu untuk memilah-milah kegiatan
(nilai UN Matematika SD) dan tahap akhir
yang bermanfaat dengan kegiatan yang
(nilai
mendukung dalam pencapaian cita-cita
Matematika SD diambil pada awal sebelum
tersebut.
penelitian dilakukan dengan tujuan untuk
perbuatan-perbuatan
apa
yang
tes
prestasi
belajar). Nilai
UN
mengetahui apakah sampel yang diambil
METODE PENELITIAN
berasal dari populasi yang normal, homogen
Penelitian ini, yakni siswa-siswa Kelas
dan
VII SMP Negeri di Kabupaten Rembang
yang
meliputi
rata-rata
belajar
siswa setelah diadakan perlakuan. Sebelum
eksperimen, dibagikan angket minat belajar
sedang, dan rendah. Dalam pengkategorian
nilai
prestasi
digunakan untuk mengetahui prestasi belajar
SMP yang mempunyai prestasi tinggi,
berdasarkan
Tes
dilaksanakan setelah eksperimen dan tes ini
54 SMP. Populasi ini
kemudian dibagi menjadi 3 kategori, yaitu
SMP
seimbang.
siswa. Soal tes prestasi belajar dan angket
UN
minat belajar, sebelum dibagikan ke obyek
Matematika tahun pelajaran 2009/2010.
penelitian,
kedua
diujicobakan.
103
instrumen
ini
telah
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Untuk instrumen yang berupa angket
diberlakukan
validitas,
Hasil uji normalitas data UN Matematika
konsistensi internal dan reliabitas. Angket
SD kelompok eksperimen 1 dan kelompok 2
ini
nampak pada Tabel 2.
dibuat
disesuaikan
pengukuran
dalam uji normalitas adalah uji Lilliefors.
berdasarkan
Dari pengolahan angket minat belajar
penelitian. Angket yang sudah dibuat diuji
untuk kelompok eksperimen 1 dan 2
validitasnya dengan menggunakan prinsip
diperoleh rata-rata 77,317 dan standar
uji validitas isi. Untuk menilai apakah suatu
deviasi
instrumen mempunyai validitas isi yang
Lampiran 23. Hasil perhitungan rata-rata dan
tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
standar
melalui expert judgment (penilaian yang
menentukan tingkat minat belajar siswa,
dilakukan oleh pakar). Adapun langkah-
yaitu
langkah yang dilakukan dalam uji validitas
pengisian angket lebih besar dari 81,133,
isi
angket,
minat belajar sedang jika hasil pengisian
menyusun soal angket, dan menelaah butir
angket berada pada interval 73,609 sampai
angket.
dengan 81,133 dan minat belajar rendah jika
membuat
kemampuan
dan
obyek
adalah
dengan
indikator
kisi-kisi
7,524 untuk perhitungan
deviasi
minat
belajar
digunakan
tinggi
pada
untuk
jika
hasil
hasil pengisian angket kurang dari 73,609.
1.Data Prestasi Belajar Matematika
Dari data prestasi belajar yang telah
diperoleh, disajikan Tabel 4 dan Tabel 5.
HASIL PENELITIAN
Uji normalitas menggunakan data UN
Matematika SD. Teknik yang digunakan
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data UN SD Matematika
Kelompok
Lobs
n
Ltabel
Keputusan Uji Kesimpulan
eksperimen 1 0,0685 94
0,0914
H0 diterima
Populasi berdistribusi
normal
eksperimen 2 0,0680 100 0,0886
H0 diterima
Populasi berditribusi
normal
Tabel 3 Jumlah Siswa Berdasarkan Model Pembelajaran dan Minat Belajar
Minat Belajar
Kelompok
Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Problem Solving
33
31
30
94
TAI
28
37
35
100
Jumlah
61
68
65
Tabel 4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran
Statistik
Kelompok
deskriptif
Problem Solving
TAI
Rata-rata
72,596
68,000
Median
76,000
72,000
Modus
76,000
72,000
Nilai maksimum
88,000
88,000
Nilai minimum
48,000
40,000
Standar deviasi
11,328
13,716
104
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Tabel 5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Minat Belajar
Statistik
Tingkat Minat Belajar
deskriptif
Tinggi
Sedang
Rendah
Rata-rata
75,082
69,353
66,585
Median
76,000
72,000
64,000
Modus
76,000
76,000
64,000
Nilai maksimum
88,000
88,000
88,000
Nilai minimum
40,000
44,000
40,000
Standar deviasi
10,618
12,471
13,719
Dalam penelitian ini, uji normalitas
Uji homogenitas prestasi belajar yang
meliputi uji normalitas untuk kelompok
dilakukan adalah uji homogenitas antar
problem solving, kelompok TAI, kelompok
baris, yaitu berdasar model pembelajaran
dengan minat belajar tinggi, kelompok
(kelompok problem solving dan kelompok
dengan minat belajar sedang, dan kelompok
TAI) dan uji homogenitas antar kolom, yaitu
dengan minat belajar rendah sebagaimana
berdasar tingkat minat belajar sebagaimana
Tabel 6.
Tabel 7.
No
1
2
4
5
6
No.
1
2
Tabel 6 Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar
Keputusan
Kelompok
Lobs
Ltabel
Kesimpulan
uji
Populasi berdistribusi
Problem Solving
0,0869 0,0914 H0 diterima
normal
Populasi berdistribusi
TAI
0,0779 0,0886 H0 diterima
normal
Minat
belajar
Populasi berdistribusi
0,1112 0,1134 H0 diterima
tinggi
normal
Minat
belajar
Populasi berdistribusi
0,0969 0,1074 H0 diterima
sedang
normal
Minat
belajar
Populasi berdistribusi
0,0830 0,1099 H0 diterima
rendah
normal
Tabel 7 Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar
Uji
Ket
��
� �� Keputusan
Antar baris
3,4554 3,8410 H0 diterima
Variansi populasi sama
Antar kolom 3,9874 5,9910 H0 diterima
Variansi populasi sama
Tabel 8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Sumber
JK
dk
RK
Fobs
FTabel Keputusan uji
Model
852,707
1
852,707
5,680
3,89
H0A ditolak
pembelajaran (A)
Minat Belajar (B)
2168,154
2
1084,077
7,222
3,04
H0B ditolak
Interaksi (AB)
192,418
2
96,209
0,641
3,04
H0AB diterima
Galat (G)
28221,494 188 150,114
Total
31434,772 193
Perhitungan uji hipotesis dengan
rangkuman perhitungan seperti pada Tabel
analisis variansi dua jalan 2×3 dengan sel
8.
tidak sama dan taraf signifikansi α = 5%
terdapat
pada
Lampiran
33,
Berdasarkan Tabel 8 tampak bahwa:
dengan
105
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
a.
Pada
efek
utama
A
(model
dengan demikian H0AB diterima. Hal ini
pembelajaran), harga statistik uji FA =
berarti pada tingkat signifikan = 5%
5,680 dan Ftabel = 3,89, ternyata FA >
tidak terdapat interaksi antara
Ftabel dengan demikian H0A ditolak. Hal
pembelajaran dan tingkat minat belajar
ini berarti pada tingkat signifikansi =
siswa
5% terdapat perbedaan prestasi belajar
matematika.
antara model pembelajaran kooperatif
tipe
b.
problem
dan
prestasi
belajar
Uji Lanjut Pasca Anava
Sebelum melakukan uji lanjut pasca
model
pembelajaran kooperatif tipe TAI.
anava, pada Tabel 9 disajikan rangkuman
Pada efek utama B (tingkat minat
rerata antar sel lengkap dengan rerata
belajar siswa), harga statistik uji FB =
marginalnya.
7,222 dan Ftabel = 3,04, ternyata FB >
Berdasarkan hasil analisis variansi dua
Ftabel dengan demikian H0B ditolak. Hal
jalan dengan sel tak sama diperoleh bahwa
ini berarti pada tingkat signifikansi =
H0A dan H0B ditolak. Untuk H0A, cukup
5% tingkat minat belajar siswa yang
dengan membandingkan rerata marginal
tinggi,
sedang
memberikan
c.
solving
2.
terhadap
model
maupun
rendah
baris pertama dengan baris kedua. Untuk
yang
berbeda
H0B dilakukan uji lanjut untuk melacak
efek
terhadap prestasi belajar matematika.
perbedaan rerata. Dalam penelitian ini uji
Pada
(model
lanjut menggunakan uji komparasi ganda
pembelajaran dan tingkat minat belajar
dengan metode Scheffe’s sebagaimna Tabel
siswa), harga statistik uji FAB = 0,641
10.
efek
interaksi
AB
dan Ftabel = 3,04, ternyata FAB < Ftabel
Tabel 9. Rerata Prestasi Belajar Berdasar Model Pembelajaran dan Minat Belajar
Kelompok
Minat Belajar
Rerata Marginal
Tinggi
Sedang
Rendah
Problem Solving
78,303
70,710
68,267
72,596
TAI
71,286
68,216
65,143
68,000
Rerata marginal
75,082
69,353
66,585
Tabel 10 Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom
H0
Fobs
F=2Ftabel
Keputusan Uji
6,00
H0 ditolak
7,0304
.1 = .2
6,00
H0 ditolak
15,1258
.1 = .3
6,00
H0 diterima
1,6961
.2 = .3
Keterangan:
.1 : rerata prestasi belajar matematika untuk minat belajar tinggi
.2 : rerata prestasi belajar matematika untuk minat belajar sedang
.3 : rerata prestasi belajar matematika untuk minat belajar rendah
Berdasarkan hasil perhitungan
uji
komparasi rataan antar kolom, diperoleh
KESIMPULAN
kesimpulan yaitu:
106
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
1. .1 ≠ .2 (H0 ditolak). Ini berarti ada
dilaksanakan
dapat
perbedaan terhadap prestasi belajar jika
menghasilkan prestasi belajar siswa
dilihat dari minat belajar siswa. Dari
yang lebih baik.
b.
tabel rerata marginal dapat disimpulkan
Peningkatan minat belajar siswa di
bahwa siswa yang mempunyai minat
sekolah perlu diperhatikan karena minat
belajar
prestasi
belajar siswa berpengaruh terhadap
belajar lebih baik jika dibandingkan
prestasi belajar, siswa dengan minat
dengan siswa yang mempunyai minat
belajar
belajar sedang.
belajar yang lebih baik.
tinggi
mempunyai
2. .1 ≠ .3 (H0 ditolak), yang artinya
tinggi
mempunyai
prestasi
2. Implikasi Praktis
terdapat perbedaan hasil belajar antara
Untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa yang mempunyai minat belajar
siswa Kelas VII SMP Kabupaten Rembang
tinggi dibandingkan dengan siswa yang
dapat
mempunyai minat belajar rendah. Dapat
kooperatif, salah satunya tipe problem
dilihat dari tabel rataan marginal bahwa
solving. Selain itu, perlu dikembangkan pula
siswa yang minat belajarnya tinggi
lingkungan
mempunyai hasil belajar yang lebih
mempengaruhi meningkatnya minat belajar
baik dibandingkan dengan siswa yang
siswa. Siswa yang mempunyai minat belajar
mempunyai minat belajar rendah.
tinggi, akan berpengaruh pada kreativitas
3. .2 = .3 (H0 diterima). Ini berarti
dilakukan
melalui
yang
pembelajaran
kondusif yang dapat
diri siswa sehingga hasil karya diri siswa
tidak ada perbedaan hasil belajar antara
dapat
siswa yang mempunyai minat belajar
prestasi belajarnya.
sedang dengan siswa yang mempunyai
Saran
meningkat
Berdasarkan
minat belajar rendah. Perhitungan uji
komparasi ganda selengkapnya dapat
dikemukakan
dilihat pada Lampiran 34.
berikut:
a. Guru
Implikasi
1.
karena
dan
dan
tidak
penelitian
beberapa
Kepala
terkecuali
ini
saran
Sekolah
dapat
sebagai
perlu
Implikasi Teoritis
menerapkan
model
pembelajaran
Berikut merupakan implikasi teoritis
kooperatif
pada
pembelajaran
yang diperoleh berdasarkan kesimpulan:
matematika karena dapat menghasilkan
a.
kooperatif
prestasi belajar siswa yang lebih baik
merupakan suatu model pembelajaran
khususnya model pembelajaran Problem
yang
Solving.
Model
pembelajaran
yang
menerapkan
kerjasama.
b. Guru
Penerapan model pembelajaran ini,
dan
Kepala
Sekolah
perlu
terutama untuk model pembelajaran
menciptakan kondisi lingkungan yang
problem
kondusif dan positif karena interaksi
solving
perlu
dikaji
dan
107
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
dengan lingkungan di sekitar, dapat
mempengaruhi
minat
belajar
Improve Students Generic Skills?
Journal Articles; Reports– Evaluative.
Education & Training, v49, n2, p126137.
siswa,
sehingga dimungkinkan akan terjadi
peningkatan pencapaian prestasi belajar
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
siswa.
c. Peneliti lain, dapat mengembangkan hasil
Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian
Edisi Ke-2. : UNS Press.
penelitian ini sebagai salah satu referensi
untuk penelitian yang relevan. Para peneliti
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata
Pelajaran
Matematika
SMP/MTs.
Jakarta:Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas.
dapat mengembangkan penelitian untuk
variabel lain yang sejenis atau model
pembelajaran lain. Untuk penelitian lanjut,
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22
98 Tahun
2006 Tanggal 23 Mei 2006 Standar
Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
diharapkan para peneliti dapat memilih
model pembelajaran yang tidak hanya untuk
meningkatkan prestasi belajar, tetapi juga
untuk meningkatkan minat belajar siswa.
Djamarah, Syaiful Bahri.2000. Psikologi
Belajar. Banjarmasin : Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi,. 1992. Psikologi Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Doymus, K. 2007. Effects of a Cooperative
Learning Strategy and Learning Phases
of Matter and One-Component Phase
Diagrams. Journal of Chemical
Education, v84, n11, p1857-1860.
Adeyemi, B. 2008. Effects of Cooperative
Learning and
Problem Solving
Strategies on Junior Secondary School
students’ Achievement in Social
Studies. Electronic Journal of Research
in Educational Psychology, v6, n3,
p691-708.
Enco Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Erman
Suherman.
2003.
Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer.
Bandung:
JICAIMSTEP.
Agus
Suprijono.
2009.
Cooperative
Learning. Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Amin Suyitno. 2006. Dasar-Dasar dan
Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: Jurusan Matematika FMIPA
UNNES.
Erman Suherman. 2009. Model Belajar dan
Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. EDUCARE: Jurnal pendidikan
dan
Budaya.
Diunduh
dari
http://www.educare.e-fkipunla.net
tanggal 25 mei 2009.
Anas Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Fitri Nur Rohmah. 2005. Eksperimentasi
Pengajaran Matematika Dengan Model
Kontruktivisme Pada Pokok Bahasan
Bangun Ruang Ditinjau Dari Aktivitas
Belajar Siswa. Tesis. Program Studi
Pendidikan
Matematika
Program
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo.
Ballantine, J dan Larres, P. 2007.
Cooperative learning: A Pedagogy to
108
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
pada pokok bahasan relasi dan fungsi
ditinjau dari kemampuan awal siswa
kelas VIII MTs Kabupaten Klaten tahun
pelajaran 2009/2010. Tesis. Prodi
Pendidikan Matematika Program Pasca
Sarjana UNS, Surakarta.
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Gillies, Robyn M., Boyle, Michael. 2010.
(School of Education, The University
of Queensland, Brisbane, Queensland
4072, Australia). Teachers' reflections
on cooperative learning: Issues of
implementation. Journal of Teaching &
Teacher Education; May2010, Vol. 26
Issue 4, p933-940, 8p.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009.
Konsep
Strategi
Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Otong Kardisaputra. Penelitian tentang
manfaat tujuan pembelajaran khusus
dalam proses belajar mengajar.
Hornby, G. 2009. The effectiveness of
cooperative learning with trainee
teachers. Journal of Education for
Teaching, Volume 35, Issue 2 May
2009 , pages 161 – 168.
http://educare.efkinpula.net/index.php?optio
n=com
Partono.
2009.
Pengaruh
Model
Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Prestasi Belajar Barisan Dan Deret
Ditinjau Dari Kemampuan Awal. Tesis.
Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Ibrahim,
dkk.
2000.
Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Isjoni.
2009.
Cooperative
learning:
Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
Lisnawaty Simanjuntak, dkk. 1993. Metode
Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Maria Purwaningsih. 2008. Hubungan antara
Konsep Diri dan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas IX sebuah
SMP Swasta di Kabupaten Semarang.
Jurnal Widya Sari. Vol. 15. No 9. Hal.
96–108.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning:
Theory, Research and Practice. Second
Edition. Boston: Ally and Bacon.
Maswins. 2010, 20 Juni. Pengertian
matematika. :http://Maswins.com//
Slavin, R. E. 2010. Cooprative Learning:
Teori, Riset, dan Praktik. Cetakan VI.
Bandung: Nusa Media.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sutratinah
Tirtonegoro.
2001.
Anak
Supernormal
dan
Program
Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujapar.
2010.
Eksperimentasi
pembelajaran matematika dengan
metode jigsaw pada pokok bahasan
peluang ditinjau dari motivasi belajar
siswa kelas XI ilmu pengetahuan alam
SMA Negeri Surakarta. Tesis. Prodi
Pendidikan Matematika Program Pasca
Sarjana UNS, Surakarta.
Suyadi. 2009. Eksperimentasi Model
Pembelajaran Pemecahan Masalah
(PROBLEM SOLVING) Pada Materi
Pokok Lingkaran Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas 8
SMP Di Kabupaten Sragen. Laporan
Penelitian Thesis UNS. Program
M.Wahid Syaifuddin. 2010. Eksperimentasi
model pembelajaran kooperatif tipe
teams assisted individualization (TAI)
109
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Pendidikan
Matematika
Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
www.Zainurie.wordpress.com.
2009.
“Pakar Matematika” Bicara Tentang,
Prestasi
Pendidikan
Matematika
Indonesia. Diakses pada tanggal 5-122009 pukul 14:02.
The Liang Gie. 1995. Cara Belajar Yang
Efisien Jilid II. Yogyakarta: Liberty
110