EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN SRAGEN
commit to user
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TAI
(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU
DARI MINAT BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN SRAGEN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Wharyanti Ika Purwaningsih S850809222
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TAI
(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU
DARI MINAT BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN SRAGEN
Oleh :
Wharyanti Ika Purwaningsih S850809222
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pembimbing I Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP. 19530915 197903 1 003 ... ...
Pembimbing II Drs. Suyono, M.Si.
NIP. 19500301 197603 1 002
... ...
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
Dr. Mardiyana, M.Si.
(3)
commit to user
iii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TAI
(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU
DARI MINAT BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN SRAGEN
Oleh :
Wharyanti Ika Purwaningsih S850809222
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ...
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP. 19660225 199302 1 002 ... Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si.
NIP. 19670116 199402 1 001
...
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. NIP. 19530915 197903 1 003
...
2. Drs. Suyono, M.Si.
NIP. 19500301 197603 1 002
...
Surakarta, Pebruari 2011 Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Universitas Sebelas Maret Surakarta Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. Dr. Mardiyana, M.Si.
(4)
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Wharyanti Ika Purwaningsih NIP : S850809222
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan TAI (Team Assisted Individualization) Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Sragen“ adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Pebruari 2011 Yang membuat pernyataan,
(5)
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur Kepada Allah SWT. sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Sragen“.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Asisten Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.
3. Dr. Mardiyana, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
5. Drs. Suyono, M.Si. Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.
(6)
commit to user
vi
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Kepala UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen yang telah memberikan ijin dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Kepala SMP Negeri 5 Sragen, Kepala SMP negeri 1 Tangen, Kepala SMP dan Negeri 1 Mondokan yang telah memberi kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap siswanya.
9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009 Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Pebruari 2011
(7)
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TESIS ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pemilihan Masalah ... 6
D. Pembatasan Masalah ... 7
E. Perumusan Masalah ... 7
F. Tujuan Penelitian ... 8
G. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS... 10
A. Landasan Teori ... 10
1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 10
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 19
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI... 22
4. Minat Belajar Siswa... 26
5. Prestasi Belajar... 32
B. Penelitian yang Relevan ... 35
C. Kerangka Berpikir ... 37
(8)
commit to user
viii
BAB III : METODE PENELITIAN ... 43
A. Tempat, Subyek, Waktu, dan Jenis Penelitian ... 43
B. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel ... 45
C. Desain Penelitian Dan Variabel Penelitian ... 46
D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen, dan Ujicoba Instrumen... 49
E. Uji Keseimbangan.. ……….. 56
1. Uji Prasyarat……… 56
a. Uji Normalitas... 56
b. Uji Homogenitas... 57
c. Uji Keseimbangan ... 58
F. Teknik Analisa Data... 60
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 61
2. Metode Scheffe’s untuk Anava Dua Jalan... 67
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
A Uji Keseimbangan... 69
1. Uji Normalitas... 69
2. Uji Homogenitas..………... 70
3. Uji Keseimbangan ………... 70
B. Hasil Ujicoba Instrumen ... ………... 71
1. Instrumen Angket Minat Belajar Siswa... 71
2. Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa...………... 72
C. Deskripsi Data... 74
D. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Prestasi Belajar... 76
E. Uji Hipotesis Penelitian ... 77
F. Uji Lanjut Pasca ANAVA ... 79
G. Pembahasan Hasil Analisis Data……… 81
1. Hipotesis Pertama ………... 81
2. Hipotesis Kedua ...………... 82
3. Hipotesis Ketiga ……….………... 84
BAB V : PENUTUP ... 86
(9)
commit to user
ix
B. Implikasi ... 87
1. Implikasi Teoritis ... 87
2. Implikasi Praktis ... 87
C. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ……… 89
(10)
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Kelas Sampel Penelitian... 46
Tabel 3.2 Banyak Siswa Pada Kelas Sampel Penelitian... 46
Tabel 3.3 Desain Faktorial Penelitian... 47
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Kesukaran Soal (P)... 53
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Beda Soal (D) ... 54
Tabel 3.6 Tata Letak Data Sampel ANAVA 2 Jalan dengan Sel Tak Sama... 64
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data UN SD Matematika... 70
Tabel 4.2 Jumlah Siswa Berdasarkan Model Pembelajaran dan Minat Belajar. 74 Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran… 75 Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Minat Belajar. 75 Tabel 4.5 Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar ... 76
Tabel 4.6 Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar... 77
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ... 78
Tabel 4.8 Rerata Prestasi Belajar Berdasar Model Pembelajaran dan Minat Belajar... 79
(11)
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kelengkapan Instrumen Berupa Angket Minat Belajar ... 92
Lampiran 2. Kelengkapan Instrumen Berupa Soal Tes Prestasi Belajar ... 98
Lampiran 3. Uji Validitas Isi Angket Minat Belajar dan Soal Tes Prestasi Belajar... 108
Lampiran 4. Daftar Siswa Uji Coba Instrumen ... 111
Lampiran 5. Data Prestasi Uji Coba Angket Minat belajar ... 113
Lampiran 6. Konsistensi Internal Uji Coba Angket Minat Belajar ... 116
Lampiran 7. Indeks Reliabilitas Uji Coba Angket Minat Belajar ... 116
Lampiran 8. Angket Minat Belajar Setelah Uji Coba ... 122
Lampiran 9. Data Uji Coba Soal Tes Prestasi Belajar ……… 125
Lampiran 10. Tingkat Kesukaran Soal Uji CobaTes Prestasi Belajar ………… 128
Lampiran 11. Daya Beda Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar ………. 131
Lampiran 12. Indeks Reliabilitas Soal Uji CobaTes Prestasi Belajar ………… 135
Lampiran 13. Soal Tes Prestasi Belajar Setelah Uji Coba ………. 139
Lampiran 14. Nilai UN Matematika SD Kelompok Jigsaw dan TAI ... 142
Lampiran 15. Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw ……… 144
Lampiran 16. Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok TAI ……….. 145
Lampiran 17. Uji Homogenitas Kemampuan Awal ………... 146
Lampiran 18. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal ... 147
Lampiran 19. Daftar nama siswa kelompok Jigsaw dan TAI……… 148
Lampiran 20. Data Prestasi Belajar Matematika dan Skor nilai Minat belajar siswa ... 153
Lampiran 21 Data Prestasi Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran... 159
Lampiran 22 Data Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Minat Belajar... 161
Lampiran 23. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelompok Jigsaw ... 163
Lampiran 24. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelompok TAI ... 164
Lampiran 25. Uji Normalitas Prestasi Belajar Tingkat Minat Belajar Tinggi ... 165
(12)
commit to user
xii
Lampiran 27. Uji Normalitas Prestasi Belajar Tingkat Minat Belajar Rendah ... 167 Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Untuk Model Pembelajaran … 168 Lampiran 29. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Untuk Tingkat Minat Belajar … 169 Lampiran 30. Uji Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama …………... 170 Lampiran 31. Uji Lanjut Pasca Anava ……….. 172 Lampiran 32. Daftar Rincian Nilai UN Matematika Kabupaten Sragen………. 173 Lampiran 33. Rencana pembelajaran ………. 177 Lampiran 34. Perijinan ... 343
(13)
commit to user
xiii
ABSTRAK
Wharyanti Ika Purwaningsih. S850809222. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Sragen. Komisi Pembimbing I, Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, dan Pembimbing II Drs. Suyono, M.Si.. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Penelitian ini bertujuan: 1). untuk mengetahui manakah pembelajaran yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI. 2). untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar sedang lebih baik daripada prestasi belajar metematika siswa yang mempunyai minat belajar rendah. 3). untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pada tiap-tiap tingkat minat belajar siswa dan apakah prestasi belajar pada tingkat minat belajar siswa akan berbeda pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI.
Penelitian ini termasuk eksperimental semu dengan desain faktorial 2×3 yang dilakukan di Kelas VII SMP Kabupaten Sragen semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified cluster random sampling. Pengumpulan datanya dilakukan melalui tes pilihan ganda dan angket minat belajar siswa. Teknik analisis datanya menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, 1). model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. 2). prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baik dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah. 3). model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI baik untuk siswa dengan minat belajar tinggi, sedang, maupun rendah. Sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baik dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah baik untuk siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun TAI.
Kata Kunci : Minat Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, Team Assisted Individualization.
(14)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas untuk membekali mereka dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam hal (1) memahami konsep matematika, (2) menggunakan penalaran, (3) memecahkan masalah, (4) mengkomunikasikan gangguan, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Data Puspendik (Pusat Penelitian Pendidikan) 2009 menunjukkan hasil rata-rata UN Matematika SMP Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah 8,57 dengan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai matematika 1,00 sampai 2,99 dan nilai matematika 3,00 sampai 4,24 sebanyak 16 siswa sebesar 0,13%. Secara keseluruhan persentase siswa yang tidak lulus mencapai 0,084% yaitu sebanyak 10 siswa. Sedangkan data Puspendik (Pusat Penelitian Pendidikan) 2010 diperoleh hasil rata-rata UN Matematika SMP Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 7,59 dengan jumlah siswa yang dipastikan tidak lulus dengan nilai matematika 1,00 sampai 1,99 sebanyak 6 siswa sebesar 0,04%, nilai matematika 2,00 sampai 2,99 sebanyak 22 siswa sebesar 0,16%, serta nilai matematika 3,00 sampai 4,24 sebanyak 166 siswa sebesar 1,18% dan 4,25 sampai 5,49 sebanyak 501 siswa sebesar 3,56% dimungkinkan tidak lulus. Secara
(15)
commit to user
keseluruhan persentase siswa yang tidak lulus mencapai 3,833% yaitu sebanyak 539 siswa. Berdasarkan gambaran-gambaran tersebut terlihat bahwa ada penurunan prestasi belajar dari Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan prestasi belajar pada Tahun Pelajaran 2009/2010.
Tingkat pencapaian prestasi belajar setiap siswa berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar masing-masing siswa. Menurut Muhibbin Syah (2003:144), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal tergolong menjadi dua aspek yaitu fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) merupakan kondisi jasmani yang ditandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tingkat kesehatan organ seperti indera pendengaran dan indera penglihatan dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menerima dan menyerap informasi yang disajikan di kelas. Aspek psikologis merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan prestasi belajar. Yang termasuk aspek psikologis diantaranya tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
Menurut pendapat Lester dan Alice Crow dalam The Liang Gie (1995:129) yang mengatakan “An interest in learning is a obligation which goes with you to class and accompanies you during each study assigment, thereby, enabling you to succed in the study activity. Like wise, interest in basic to your life’s work if you to
(16)
commit to user
reach your anticipated goal or goals. Interest in your work, in you study or in your recreation projects is necessary for genuine success in the out come”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan minat merupakan dasar jika ingin mencapai keberhasilan dalam belajar atau meperoleh prestasi belajar yang baik. Minat belajar yang tinggi akan sangat berpengaruh dengan prestasi belajar.
Pendapat yang dikemukakan oleh Lisnawaty (1993: 58) bahwa minat belajar perlu mendapat perhatian yang khusus karena minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Slameto (2003: 57) mengemukakan bahwa salah satu faktor intern yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar siswa adalah minat siswa itu sendiri, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya bila bahan pelajaran itu sesuai dengan minat siswa maka akan lebih mudah mempelajarinya karena minat menambah frekuensi belajar. Menurut Dalyono dalam Djamarah (2000:157) minat belajar yang tinggi cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar rendah akan menghasilkan prestasi yang rendah.
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar siswa. Faktor ini terdiri dari 2 macam yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan dan prestasi belajar siswa adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar, kondisi fisik rumah, kondisi fisik perkampungan siswa dan waktu yang disenangi siswa untuk belajar termasuk dalam lingkungan non sosial yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
(17)
commit to user
Selama ini model pembelajaran yang banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional, dimana kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru dan siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai pengamatan yang penulis lakukan. Pembelajaran konvensional, yaitu suatu cara belajar mengajar dimana bahan disajikan oleh guru secara monolog sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Adapun aktivitas siswa hanya terbatas kepada memperhatikan, mendengarkan, mencatat, dan kalau perlu diberi kesempatan menjawab dan atau mengemukakan pertanyaan. Pembelajaran yang seperti ini kurang sesuai dengan yang diungkapkan Slavin (1995:18), siswa akan lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi bersama dengan temannya. Dalam diskusi ini siswa akan lebih aktif pada pembelajaran.
Pembelajaran dengan diskusi yang dapat menjadikan siswa aktif sehingga memperoleh prestasi belajar yang optimal hendaknya guru mencari inovasi baru dalam pembelajaran. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan model-model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan suatu materi kepada siswa. Dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) dimana guru mempunyai kebebasan dalam menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan, serta menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Maka guru dapat merancang dan membangun suasana kelas sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu dengan lainnya yang menjadikan siswa-siswa aktif dalam pembelajaran.
(18)
commit to user
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman, 2003:260). Dalam kelompok diskusi, memungkinkan siswa untuk saling berkomunikasi dengan teman dan saling bertukar pikiran dengan saling menghargai pendapat. Hal ini memungkinkan bagi siswa untuk menikmati pembelajaran matematika sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Ada beberapa model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Menurut Amin Suyitno (2006:9), model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa yang lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Di samping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa yang lemah. Serta dapat pula meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberi kesempatan pada siswa untuk bertukar pengetahuan dengan teman yang lebih banyak. Adanya kelompok ahli dan kelompok asal mengharuskan siswa berdiskusi dengan teman yang
(19)
berbeda-commit to user
beda, sehingga perbedaan pendapat dan keanekaragaman informasi lebih sering siswa temui. Hal tersebut akan memperkaya pengetahuan siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi belajar matematika mungkin karena siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas sehingga perlu diadakan penelitian untuk membandingkan efektivitas pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dengan pembelajaran yang terpusat pada guru.
2. Rendahnya prestasi belajar matematika, mungkin karena masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Maka perlu diadakan penelitian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI. 3. Rendahnya prestasi belajar matematika dimungkinkan karena minat belajar
siswa yang rendah dalam belajar sehingga perlu mengadakan penelitian mengenai pengaruh minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
C. Pemilihan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis melakukan pemilihan masalah yaitu 1). Rendahnya prestasi belajar matematika, karena masih menggunakan model pembelajaran konvensional maka perlu diadakan penelitian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI. 2). Rendahnya prestasi belajar matematika dimungkinkan karena minat belajar siswa yang rendah dalam belajar sehingga perlu mengadakan penelitian mengenai pengaruh antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
(20)
commit to user
D. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji dapat lebih terarah dan mendalam maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI dipilih dalam penelitian ini, karena menurut hasil penelitian terdahulu, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada pembelajaran konvensional (M. Wahid Syaifuddin, 2010) dan pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik daripada pembelajaran konvensional (Mujapar, 2010).
2. Minat belajar siswa adalah tanggapan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan dan model pembelajaran yang digunakan. Minat belajar siswa dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu minat belajar tinggi, sedang, dan rendah.
3. Prestasi belajar Matematika siswa dibatasi pada hasil tes prestasi belajar, setelah siswa mengikuti proses pembelajaran pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.
E. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Manakah pembelajaran yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI?
(21)
commit to user
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, sedang, dan rendah?
3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pada tiap-tiap tingkat minat belajar dan apakah prestasi belajar pada tiap-tiap tingkat minat belajar akan berbeda pada model pembelajaran Jigsaw dan TAI?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui manakah pembelajaran yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI.
2. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar sedang lebih baik daripada prestasi belajar metematika siswa yang mempunyai minat belajar rendah.
3. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pada tiap-tiap tingkat minat belajar siswa dan apakah prestasi belajar pada tingkat minat belajar siswa akan berbeda pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI.
(22)
commit to user
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Bahan pertimbangan bagi pengelola pendidikan, bahwa perlu adanya inovasi dalam pembelajaran untuk menyiapkan SDM yang berkualitas. Salah satu diantaranya adalah agar lebih mengembangkan model pembelajaran kooperatif yang merupakan bagian dari pembelajaran yang berdasarkan paradigma belajar, sehingga diharapkan siswa menjadi lebih kreatif dan aktif mengolah informasi, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
2. Bahan masukan kepada guru matematika khususnya tingkat SMP dalam menentukan model pembelajaran matematika yang berorientasi pada proses sehingga dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
(23)
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman, 2003:260).
Menurut Anita Lie (2002:28), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama atau gotong royong, kelompok yang dimaksud bukanlah semata-mata kumpulan orang, tetapi menurut pakar dinamika kelompok bernama Shaw dalam Agus Suprijono (2009:57) memberikan pengertian kelompok “ as two or more people who interact with and influence one another” yang artinya kelompok adalah 2 atau lebih orang yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan menurut Isjoni (2009:20), pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar. Lingkup penyelesaian tugas bukan saja dalam hal menjawab pertanyaan-pertanyaan, tetapi lebih dari itu siswa bernalar berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dalam pemahaman atas materi yang dipelajarinya.
Tiga konsep utama pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2010:10): a. Penghargaan pada kelompok
(24)
commit to user
Suatu tim akan mendapatkan penghargaan bila tim tersebut berhasil melampaui nilai tertentu yang ditetapkan.
b. Tanggung jawab individu
Kesuksesan tim tergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggungjawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap anggota tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu tim.
c. Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk sukses Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota tim ada nilainya.
Beberapa keuntungan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif, diantaranya:
a. Melatih perilaku positif dalam kelompok
b. Meningkatkan relasi di antara siswa, saling membantu dan terbuka. c. Meningkatkan motivasi siswa dan saling menghargai satu sama lain.
d. Mengembangkan kemampuan individu dan merupakan strategi untuk memecahkan konflik.
e. Meningkatkan kemampuan untuk memberi opini, argumentasi dan melatih mendengarkan pendapat orang lain, serta menerima pendapat.
(25)
commit to user
f. Mengembangkan kemampuan dalam menyampaikan pendapat. g. Mendidik siswa bertanggung jawab.
Suatu model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif menurut Sharan dan Johnson (dalam Isjoni,2009:43) di antaranya sebagai berikut: a. Mempunyai motivasi yang tinggi.
b. Meningkatkan kemampuan akademik . c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis. d. Membentuk hubungan persahabatan.
e. Meningkatkan motivasi siswa memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik.
f. Membantu para siswa untuk menghargai pokok pikiran atau pendapat orang lain.
Menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2009:44) kelebihan lain yang diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah:
a. Saling ketregantungan positif
b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang
(26)
commit to user
Dengan melihat keuntungan dan kelebihan yang telah diuraikan di atas pembelajaran kooperatif sangat penting untuk diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Alasan penting ini ditujukan terutama bagi efek pembelajaran tersebut bagi siswa yang berdampak positif.
Senada dengan pendapat para pakar di atas, penelitian yang dilakukan oleh Adeyemi (2008:691-708), menyatakan bahwa “the results showed that students exposed to cooperative learning strategy performed better than their counterparts in the other groups” yang berarti pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan strategi pemecahan masalah pada siswa setara SMP pada kelas sosial. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Doymus (2007:1857-1860), menyatakan bahwa “the results indicate that the instruction based on cooperative learning yielded significantly better achievement in terms of the Chemistry Achievement Test (CAT) and Phase Achievement Test (PAT) scores compared to the test scores of the control group, which was taught with traditionally designed chemistry instruction” iniberarti bahwa pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran kooperatif secara signifikan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada menggunakan pembelajaran tradisional.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Hornby (2009: 161–168), menyatakan:
“A plethora of research studies has found cooperative learning to be effective in promoting academic achievement with students of all ages. It has been suggested that key elements of cooperative learning are individual accountability and positive interdependence. Results indicate that academic learning was greater in the experimental group, in which individual accountability and positive interdependence were structured into the activity”.
(27)
commit to user
Hal tersebut dapat diartikan sebagai: kebanyakan penelitian telah menyatakankan bahwa Cooperative Learning merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa untuk segala usia. Disarankan bahwa unsur-unsur kunci dari Cooperative Learning adalah akuntabilitas individu dan saling ketergantungan yang positif. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa hasil belajar akademik lebih baik pada kelompok eksperimen, di mana akuntabilitas individu dan saling ketergantungan yang positif terstruktur dalam kegiatan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ballantine dan Larres (2007:126-137) menyatakan bahwa “students found the cooperative learning approach beneficial in developing their generic skills”. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan umum para siswa.
Penelitian Gillies, Robyn, Boyle, Michael (2010:933-940) menyatakan bahwa:
“Cooperative learning is a well documented pedagogical practice that promotes academic achievement and socialization, yet many teachers struggle with implementing it in their classes. Data from the interviews indicated that while the teachers had positive experiences with, a number encountered difficulties with implementing it in their classrooms. Issues identified included students socializing during group activities and not working, managing time effectively, and the preparation required. Other issues that the teachers identified as being important for successful group work included the composition of the groups, the task the group was to undertake, the social skills training needed, and the assessment of the learning that occurred in the group.
Hal tersebut dapat diartikan sebagai: Pembelajaran kooperatif adalah praktik pedagogis yang terdokumentasikan dengan baik untuk meningkatkan prestasi akademik dan sekaligus proses sosialisasi, dan banyak guru berusaha
(28)
commit to user
menerapkan dalam kelas mereka. Data dari wawancara menunjukkan bahwa para guru memiliki pengalaman positif dengan, meski beberapa menemui kesulitan-kesulitan dalam menerapkannya di dalam kelas. Masalah-masalah yang teridentifikasi diantaranya sosialisasi siswa selama kegiatan kelompok dan tidak bekerja, mengelola waktu secara efektif, dan persiapan yang diperlukan. Masalah lain yang diidentifikasi dalam adalah pentingnya keberhasilan kerja kelompok, termasuk di dalamnya komposisi kelompok, tugas yang harus dilaksanakan, latihan ketrampilan sosial yang diperlukan, dan penilaian atas kelompok.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut pembelajaran kooperatif juga memiliki kekurangan-kekurangan, di antaranya yaitu:
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
b. Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan pembelajaran kooperatif.
d. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
Walaupun kelemahan-kelemahan tersebut melekat pada pembelajaran kooperatif, tetapi dapat diminimalkan dengan beberapa tindakan alternatif. Untuk kelemahan yang pertama dan kedua, dalam pembelajaran kooperatif digunakan LKS yang memungkinkan siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Bagi guru, penggunaan LKS dapat mengurangi dominasi guru dalam menjelaskan materi. Berarti alokasi waktu yang digunakan untuk menjelaskan dapat dikurangi.
(29)
commit to user
Selain itu, pengelolaan kelas ke arah siswa aktif dengan segera dapat diwujudkan. Selain itu pembagian kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dan guru telah menata kelas sesuai dengan kelompok yang ada. Dengan demikian terjadi penghematan waktu yang dibutuhkan. Sedangkan untuk kelemahan ketiga, pada dasarnya guru dapat dilatih terlebih dahulu, sehingga guru telah memiliki kemampuan yang diharapkan. Demikian pula untuk kelemahan keempat, dengan digunakannya pendekatan psikologis, pembelajaran kooperatif akan membentuk sifat-sifat tertentu yang diinginkan sekaligus dapat dilatih. Hal ini didukung dengan pemberian motivasi dan tantangan tugas serta tanggung jawab yang dibebankan kepada tiap kelompok melalui kerja sama anggota-anggotanya.
Guru hendaknya jangan mengasumsikan bahwa siswa menguasai keterampilan-keterampilan sosial atau kelompok untuk bekerja secara kooperatif. Siswa mungkin tidak mengetahui bagaimana saling berinteraksi, bagaimana mengembangkan rencana kerja kooperatif, bagaimana mengkoordinasi sumbangan-sumbangan dari berbagai kelompok, atau bagaimana menilai kemajuan kelompok dalam tugas-tugas tertentu. Untuk menjadikan pembelajaran kooperatif berlangsung sesuai dengan harapan, guru perlu mengajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif yang diperlukan.
Ada tiga tingkatan keterampilan kooperatif yang dapat dilatihkan menurut Lungdren (dalam Isjoni 2009:65) yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, keterampilan kooperatif tingkat menengah, dan keterampilan kooperatif tingkat mahir. Tetapi dalam tesis ini hanya diambil beberapa dari masing-masing tingkatan tersebut yang dianggap sangat penting, yaitu:
(30)
commit to user a. Keterampilan kooperatif tingkat awal
1) Menggunakan kesepakatan dan menghargai kontribusi
Memiliki kesepakatan yang dijadikan komitmen dalam meningkatkan hubungan kerja kelompok. Saat anggota mengajukan pendapat, ide, atau suatu jawaban patut diperhatikan atau dikerjakan oleh anggota lain dalam kelompok setelah disepakati. Implikasinya, dalam kelompok akan menghasilkan perasaan kebersamaan dalam kelompok tersebut. Merasa satu dalam kelompok.
2) Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi berarti memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Jika satu atau dua anggota tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit kontribusi, maka tugas dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya atau hasilnya kurang memuaskan.
3) Mengambil giliran dan berbagi tugas
Menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Implikasinya, setiap anggota kelompok akan tumbuh rasa sebagai anggota kelompok kerja untuk mencapai suatu tujuan bersama.
4) Berada dalam tugas dan kelompok
Meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga akan terselesaikan pada waktunya dengan ketelitian yang lebih baik dan kreatif. Berada dalam kelompok berarti tetap dalam kelompok selama kegiatan
(31)
commit to user
berlangsung. Implikasinya, kelompok akan lebih bangga terhadap peningkatan efisiensi dan efektifitas dalam mempersiapkan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah 1) Mendengarkan dengan aktif
Jika mendengar dengan aktif maka siswa akan mampu menggunakan pesan fisik dan lisan, sehingga pembicara akan tahu bahwa orang lain secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian dari suatu konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi. Sebagai implikasinya, perasaan bangga bagi siswa yang memberikan partisipasi akan merasa bahwa apa yang mereka sumbangkan itu berharga, paling tidak ia akan merasa dihargai pendapatnya.
2) Bertanya
Maksud dari bertanya adalah meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan lebih lanjut. Dengan bertanya sesorang yang sedang tidak aktif dapat dimotivasi untuk ikut serta, termasuk anggota kelompok yang pemalu. Dari hal ini berarti memperbaiki kemampuan komunikasi, juga interaksi.
3) Menafsirkan
Menafsirkan berarti menyatakan kembali informasi dengan kalimat berbeda. Ini akan menimbulkan pemahaman yang lebih, sebab apa yang diperoleh diungkapkan dengan cara yang berbeda.
(32)
commit to user 4) Memeriksa ketepatan
Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Pekerjaan akan cenderung bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman akan berkembang. Hal ini berakibat siswa menjadi kritis dan hasil kelompok akan lebih baik.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir: mengelaborasi
Mengelaborasi, maksudnya adalah mampu memperluas konsep, kesimpulan, dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Keterampilan ini penting karena akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi.
Semua keterampilan kooperatif tersebut (tidak langsung keseluruhan) dilatihkan guru dalam kegiatan pembelajaran, tetapi dapat dipilih sedikit demi sedikit yang dianggap sesuai dengan kepentingan hingga mencapai harapan dan seluruh keterampilan kooperatif.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggungjawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas
(33)
commit to user
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Ibrahim dkk., 2000: 21)
Hal yang paling mendasar pada penerapan Jigsaw di kelas adalah adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen, dengan kemampuan belajar, jenis kelamin atau bila mungkin latar belakang, dan tingkat sosial dan budaya yang berbeda-beda.
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim/kelompok ahli.
Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerjasama.
(34)
commit to user
Diagram 1. Penempatan siswa pada pembelajaran Jigsaw
b. Guru menerangkan materi yang akan digunakan .
c. Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa tertentu untuk dikerjakan.
d. Ketua kelompok membagi tugas guru untuk dikerjakan oleh masing-masing anggota kelompok (misalnya, setiap siswa dalam kelompok mendapat 1 soal yang berbeda).
e. Dari beberapa kelompok yang telah terbentuk, anggota kelompok yang mendapat soal yang sama bertemu untuk mendiskusikan soal tersebut sampai mengerti benar cara menyelesaikan soal tersebut.
f. Kemudian siswa itu kembali ke kelompok asalnya dan bergantian menjelaskan hasil penyelesaian soal kepada anggota dalam kelompok asal.
Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut.
Keterangan : # adalah siswa yang bertugas menyelesaikan soal nomor 1 O adalah siswa yang bertugas menyelesaikan soal nomor 2 * adalah siswa yang bertugas menyelesaikan soal nomor 3
Kelompok asal
# O * @
@@ @@
# # # #
O O O O
* * * * # O
* @
# O * @
# O * @
(35)
commit to user
@ adalah siswa yang bertugas menyelesaikan soal nomor 4
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran Team Assisted Individualization, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4-5) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa dilatih menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa yang lain yang
(36)
commit to user
membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Di samping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa yang lemah. Serta dapat pula meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (Amin Suyitno, 2006:9).
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 komponen (Amin Suyitno, 2006:10) yakni sebagai berikut.
a. Teams
Pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4-5 siswa. b. Placement Test
Yakni pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
c. Student Creative
Melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Team Study
Yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dalam tahap ini guru dapat memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.
(37)
commit to user
Yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching Group
Yaitu pemberian materi singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
g. Facts Test
Yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. h. Whole Class Units
Yaitu pemberian materi oleh guru kembali ke akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
(Amin Suyitno, 2006:10)
Dengan mengadopsi model pembelajaran TAI untuk mengajarkan suatu mata pelajaran pada siswa, maka tahapan pembelajaran TAI pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran Team Asstisted Individualization, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerjasama antar siswa dalam suatu kelompok.
b. Guru menjelaskan materi secara singkat (mengadopsi komponen teaching group).
(38)
commit to user
c. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kepandaian yang heterogen dengan mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok (mengadopsi komponen teams).
d. Guru memberikan tugas kelompok dengan bahan yang telah disiapkan yaitu LKS siswa. Dengan buku paket dan LKS, melalui kerja kelompok, siswa mengisi LKS (mengadopsi komponen student creative)
e. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual (mengadopsi komponen team study)
f. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi bahan ajar yang diberikan guru, dan siap untuk diberi tes oleh guru (mengadopsi komponen team scores dan team recognition). Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang belum berhasil (jika ada).
g. Pada saat guru memberikan tes, tindakan ini mengadopsi komponen fact test. h. Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal
dengan menekankan strategi pemecahan masalah (mengadopsi komponen whole class units).
i. Guru memberikan test formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.
(39)
commit to user
4. Minat Belajar Siswa
a. Pengertian Minat Belajar
Seseorang dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut dipengaruhi dan didorong oleh motif yang berasal dari dalam dan dari luar Semakain besar dorongan untuk melaksanakan suatu kegiatan maka semakin keras usaha seseorang untuk mencapai keberhasilan yang diinginkannya. Dorongan yang paling kuat berasal dari individu yang disebut minat. (Surtinah, 2004:16)
Minat mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan, karena minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan siswa lebih konsentrasi, lebih semangat dan menimbulkan perasaan gembira sehingga siswa tidak mudah bosan, tidak mudah lupa dalam usahanya untuk belajar.
Pada hakekatnya secara psikis seseorang memiliki suatu kegiatan pada dirinya berbeda-beda, misalnya motivasi, minat, bakat dan sebagainya. Sedangkan minat sendiri merupakan ungkapan psikis yang sangat penting untuk mencapai suatu kebutuhan manusia.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih luas tentang minat maka akan dikemukakan definisi dari minat.
1) Menurut Dewa Ketut Sukardi (1994:46) bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
(40)
commit to user
2) Menurut Dakir (1996:130) bahwa minat sering dikacaukan dengan istilah perhatian yang artinya keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang ada dalam maupun diluar kita.
3) Menurut Crow and Crow (1988:351) mengatakan bahwa “Minat adalah kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang distimuli oleh kegiatan itu sendiri”. 4) Menurut Slameto (1991:182) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktiviatas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar.
5) Menurut Kartini Kartono (1990:111) menjelaskan bahwa perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek. Perhatian sangat dipengaruhi oleh perasaan senang dan suasana hati dan ditimbulkan oleh kemauan. Perhatian akibat dari kemampuan psikis yang disebut minat.
6) Abu Ahmadi (1992:151) mengatakan bahwa antara minat dan perhatian pada umumnya dianggap sama atau tidak ada perbedaan. Memang keduanya hampir sama, dan dalam praktek selalu berhubungan satu sama lain. Apa
(41)
commit to user
yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian terhadap sesuatu tertentu disertai dengan minat.
7) Loekmono (1994:62) menyatakan bahwa minat kecenderungan untuk merasa tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu.
Dari beberapa pengertian minat diatas terdapat kesamaan yaitu merupakan kesamaan psikis, adanya pemusatan perhatian terhadap obyek atau aktivitas tertentu.
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar adalah pernyataan psikis yang menunjukan seseorang untuk memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar dan untuk mempelajari sesuatu untuk mencapai tujuan belajar
Dalam hubungannya dengan belajar, minat merupakan salah satu unsur yang diperlukan dalam aktivitas belajar. Minat akan timbul jika memiliki harapan dan hasil partisipasi yang diperoleh dalam suatu aktivitas dengan demikian penunjang minat yang terpenting adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk mengatur proses internalnya dalam mengendalikan, mempelajari, mengingat dan berpikir tentang subyek yang diminatinya.
Oleh karena itu seorang guru dalam menyampaikan pelajaran harus mampu membuat siswa senang dalam belajar. Dengan adanya minat yang timbul maka besar juga usaha untuk mempelajari pelajaran tersebut dan diharapkan siswa memperoleh hasil yang baik.
(42)
commit to user
b. Macam-macam Minat Belajar
Setelah diketahui penjelasan tentang minat, maka minat itu sendiri ada bermacam-macam. Minat merupakan salah satu pendorong keberhasilan proses belajar siswa.
Menurut Pasaribu dkk. (1983:52) Minat dibedakan atas:
1) Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek yang ada pada suatu saat dan ruangan yang konkrit.
2) Minat disposisional atau arah minat yang dasarnya pembawaan (disposisi) akan menjadi ciri sikap hidup seseorang.
Dari pendapat tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa minat yang ada pada seseorang sudah ada sejak lahir dan menjadi arah dalam segala tindakannya serta timbul karena adanya perasaan suka pada obyek. Sehingga segala kelakuan, tindakan dan segala kegiatan yang tidak didasari minat yang kuat cenderung akan memberikan hasil yang kurang baik, sebab antara minat dan kelakuan sangat erat hubungannya. Pasaribu (1983:52) mengatakan “Minat dan kelakuan berhubungan erat, malahan dapat dikatakan bahwa semua kelakuan ditentukan minat”.
Menurut Sukardi (1988:64) ada tiga macam minat yaitu: 1) Minat yang diekspresikan (Exspressed interest)
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata tertentu. Contoh : Seorang anak mengungkapkan pada orang tuanya bahwa kalau rajin belajar dan mendapat nilai hasil belajar baik, dia ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi (PT) yang terkenal di Indonesia.
(43)
commit to user
Seseorang dapat mengekspresikan minat bukan melalui kata-kata tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut berperan aktif dalam suatu aktifitas tertentu. Contoh : Seseorang anak ikut terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler, anak aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Minat yang di inventarisasikan (Inventorist interest)
Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab pertanyaan terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktifitas tertentu. Rangkaian pertanyaan semacam ini sering disebut Inventori minat. Jadi pada minat ini terdapat unsur pengenalan (kognitif) emosi-emosi atau unsur afektif, dan kemauan atau unsur volutif, konatif untuk mencapai obyek atau tujuan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diperoleh gambaran bahwa minat yang ada pada seseorang sudah ada sejak lahir dan menjadi arah dalam segala tindakannya serta timbul karena adanya perasaan suka pada obyek. Sehingga segala kelakuan tindakan dan segala kegiatan yang tidak didasari minat yang kuat cenderung akan memberikan hasil belajar yang kurang baik, sebab antara minat dan kelakuan sangat erat hubungannya. Dengan demikian apabila siswa tidak mempunyai minat belajar yang sungguh-sungguh maka kemungkinan kurang optimal dalam mencapai prestasi yang baik, siswa yang berminat belajar dapat dilihat dari usahanya yang sungguh-sungguh dalam belajar baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.
(44)
commit to user
c. Pentingnya Minat
Setiap siswa yang menuntut ilmu harus melakukan konsentrasi dalam belajarnya. Konsentrasi dalam belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran tersebut. Tanpa konsentrasi tidak mungkin ia berhasil menguasai pelajarannya. Konsentrasi tidak ada atau kurang bilamana tidak terdapat minat yang memadai dalam diri siswa tersebut.
Pendapat Lester dan Alice Crow dalam The Liang Gie (1995:129) dibawah ini yang mengatakan bahwa:
“An interest in learning is a obligation which goes with you to class and accompanies you during each study assigment, thereby, enabling you to succed in the study activity. Like wise, interest in basic to your life’s work if you to reach your anticipated goal or goals. Interest in your work, in you study or in your recreation projects is necessary for genuine success in the out come”.
Hal tersebut dapat diartikan sebagai: suatu minat dalam belajar merupakan suatu kewajiban yang menyertai anda ke kelas dan menemani anda selama setiap tugas studi, dengan demikian memungkinkan anda berhasil dalam kegiatan studi. Demikian pula minat merupakan dasar dari tugas hidup anda kalau anda ingin mencapai tujuan atau tujuan-tujuan anda yang diharapkan. Minat dalam pekerjaan anda, dalam studi anda atau dalam kegiatan-kegiatan hiburan anda adalah perlu untuk sukses sejati dalam hasilnya.
d. Fungsi Minat dalam Belajar
Menurut Dalyono dalam Djamarah (2000:157) minat belajar yang tinggi cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar rendah akan menghasilkan prestasi yang rendah. Dalam kegiatan belajar sangat
(45)
commit to user
diperlukan adanya minat. Prestasi belajar akan menjadi optimal jika adanya minat yang tinggi pada diri siswa, makin tinggi minat belajar yang dimiliki siswa maka akan semakin bagus hasil belajar yang diperolehnya. Jadi dengan minat yang tinggi dan kemampuan siswa untuk melaksanakannya maka siswa akan senantiasa menentukan intensitas belajarnya.
Sehubungan dengan hal di atas maka fungsi minat adalah:
1) Mendorong manusia untuk bertindak sebagai penggerak yang melepaskan energi agar dapat menggerakkan setiap kegitan yang akan dikerjakannya. 2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai, dengan
demikian minat memberikan arah dan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan sesuai dengan apa yang di lakukan untuk mencapai tujuan dan mampu untuk memilah-milah kegiatan yang bermanfaat dengan kegiatan yang mendukung dalam pencapaian cita-cita tersebut.
5. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan guru dan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kurikulum digunakan alat ukur yang dikenal dengan istilah “prestasi belajar”. Menurut Louis dalam Kriswandani (2009), prestasi belajar adalah pernyataan khusus tentang apa yang diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa, sebagai hasil kegiatan belajar, biasanya
(46)
commit to user
berupa pengetahuan (knowlegde), keterampilan (skill), atau sikap (attitude) atau pencapaian kompetensi siswa.
Menurut Sadali dalam Maria Purwaningsih (2008), prestasi belajar siswa berhubungan dengan kinerja akademik yang dalam Bahasa Inggris disebut Academic Performance berupa hasil belajar siswa. Prestasi belajar adalah hasil dari usaha, kemampuan dan sikap siswa dalam menyelesaikan kegiatan dalam bidang pendidikan. Menurut Arikunto dalam Maria Purwaningsih (2008:238), prestasi belajar juga diartikan sebagai hasil yang mencerminkan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap jenjang studi. Gambaran prestasi siswa dinyatakan dengan angka 0 sampai dengan 10.
Menurut Slameto (dalam Kriswandani, 2009), prestasi belajar siswa adalah pernyataan tentang tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sekolah, setelah usai satu satuan program pengalaman pembelajaran, dalam satu periode waktu tertentu (semester atau tahun pelajaran). Tujuan pembelajaran dapat berupa penguasaan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap akademik. Pencapaian tujuan pembelajaran sering diukur dengan skor tes/ulangan/ujian standar atau buatan guru, dan tugas-tugas lain, termasuk pekerjaan rumah (PR) untuk mata pelajaran tertentu. Skor tes, tugas, dan PR mencerminkan perilaku hasil pengalaman, berkaitan dengan konsep, topik, atau masalah tertentu dalam mata pelajaran yang diikuti. Pengalaman yang memungkinkan terbentuknya hasil belajar siswa tersebut dapat berupa pengetahuan siswa dan apa yang ingin diketahuinya, apa yang telah dipelajari, serta apa yang benar-benar dapat dilakukan, dari apa yang telah
(47)
commit to user
diketahuinya. Selain itu, dapat juga berupa kepercayaan diri dan motivasinya dalam mendemonstrasikan apa yang dapat dilakukannya. Pada akhirnya, ciri hasil belajar tersebut bersifat baru, menetap, positif, disadari, dan fungsional.
Dari definisi-definisi prestasi belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan pernyataan tentang tingkat keberhasilan siswa sebagai hasil kegiatan belajar, biasanya berupa pengetahuan (knowlegde), keterampilan (skill), atau sikap (attitude) atau pencapaian kompetensi siswa. Prestasi belajar dapat diwujudkan dengan angka atau huruf.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tingkat pencapaian prestasi belajar di setiap siswa berbeda-beda tergantung dari tingkat intensitas dari faktor-faktor ekstern dan intern yang mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Muhibbin Syah (2006:144), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu: a) Aspek fisiologis (bersifat jasmaniah)
Kondisi jasmani yang ditandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tingkat kesehatan organ seperti indera pendengaran dan indera penglihatan dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menerima dan menyerap informasi yang disajikan di kelas.
(48)
commit to user b) Aspek psikologis (bersifat rohaniah)
Beberapa aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan prestasi belajar, diantaranya tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam faktor, yaitu: a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan dan prestasi belajar siswa adalah lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga.
b) Lingkungan nonsosial
Lingkungan nonsosial yang dimaksudkan disini meliputi sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar, kondisi fisik rumah, kondisi fisik perkampungan siswa dan waktu yang disenangi siswa untuk belajar.
3) Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efesiensi proses mempelajari materi tertentu.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Berdasarkan teori pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit serta memecahkan suatu persoalan apabila siswa tersebut dapat saling mendiskusikan dalam kelompok.
(49)
commit to user
Dengan demikian dalam belajar kelompok diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Teori ini ternyata sesuai dengan hasil penelitian:
1. Adeyemi (2008) yang berjudul “Effects of Cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Junior Secondary School Students Achievement in Social Studies” menghasilkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan strategi pemecahan masalah pada siswa setara SMP pada kelas sosial.
2. Doymus (2007) yang berjudul “Effects of a Cooperative Learning Strategy and Learning Phases of Matter and One-Component Phase Diagrams” menghasilkan pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran kooperatif secara signifikan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada menggunakan pembelajaran tradisional.
3. Hornby (2009) yang yang berjudul “The effectiveness of cooperative learning with trainee teachers” menghasilkan Cooperative Learning merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa untuk segala usia.
4. Ballantine dan Larres (2007) yang berjudul “Cooperative learning: A Pedagogy to Improve Students Generic Skills?” menghasilkan bahwa pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan umum para siswa.
5. Gillies, Robyn, Boyle, Michael (2010) yang berjudul “Teachers' reflections on cooperative learning” menghasilkan Pembelajaran kooperatif (CL) adalah
(50)
commit to user
praktik pedagogis yang terdokumentasikan dengan baik untuk meningkatkan prestasi akademik.
6. M.Wahid Syaifuddin (2010) yang berjudul “Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) pada pokok bahasan relasi dan fungsi ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas VIII MTs Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010” menghasilkan kesimpulan prestasi belajar siswa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik dari pada prestasi belajar siswa pada penggunaan pembelajaran konvensional.
7. Mujapar (2010) yang berjudul “Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan metode Jigsaw pada pokok bahasan peluang ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Alam SMA Negeri Surakarta” menghasilkan kesimpulan prestasi belajar siswa pada penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar siswa pada penggunaan pembelajaran konvensional.
C. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir merupakan suatu kerangka pemikiran yang bertujuan untuk memperoleh kejelasan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap penelitian. Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Belajar matematika bukanlah pelajaran yang membosankan dan bersifat memaksa bila pelajaran itu disampaikan dengan baik dan menarik. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, di
(51)
commit to user
antaranya adalah penggunaan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika dan minat belajar siswa.
Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan guru, bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa lebih aktif. Karena pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberi kesempatan pada siswa untuk bertukar pengetahuan dengan teman yang lebih banyak. Adanya kelompok ahli dan kelompok asal mengharuskan siswa berdiskusi dengan teman yang berbeda-beda, sehingga perbedaan pendapat dan keanekaragaman informasi lebih sering siswa temui. Hal tersebut akan memperkaya pengetahuan siswa. Dengan begitu pemilihan model kooperatif tipe jigsaw akan mampu mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran. Sistem penilaian individu dan kelompok dalam jigsaw akan memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya agar dapat lebih banyak menyumbang poin untuk kemenangan kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai model pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk belajar lebih bermakna dengan cara siswa bekerja/mengalami sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilannya. Kegiatan yang merujuk hal tersebut terjadi pada saat siswa berada pada proses diskusi dalam kelompok ahli. Dalam kelompok asal terjadi proses saling bertukar pengetahuan atau sharing dan tanya jawab sesama anggota tentang materi yang telah dibahas
(52)
commit to user
pada kelompok ahli oleh masing-masing anggota. Siswa yang mempunyai minat belajar tinggi dan sedang akan dapat mengeksplorasi kemampuan mereka sehingga prestasi belajarnya akan semakin meningkat. Pada Siswa yang mempunyai minat belajar rendah, model pembelajaran ini tidak mereka suka. Tetapi pada model ini semua siswa mempunyai kewajiban menyelesaikan tugas yang sama untuk diselesaikan, sehingga mengharuskan siswa dengan tingkat minat belajar apapun untuk aktif memahami dan menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Hal ini untuk memenuhi tanggung jawab dari tiap-tiap anggota dalam kelompok asal. Mereka akan cenderung menarik diri dan berusaha berlindung pada teman-temannya yang aktif. Oleh karena itu, siswa yang mempunyai minat belajar rendah cenderung tidak menyukai pembelajaran ini.
Model pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu siswa yang lain. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Membantu teman lain dalam satu kelompok agar dapat lebih menguasai konsep dan materi, menjadi salah satu cara untuk meraih keberhasilan kelompok. Proses saling bertukar pengetahuan dapat meningkatkan pemahaman masing-masing siswa terhadap seluruh konsep dan materi. Tetapi dalam penyelesaian tugas masing-masing anggota baru sebatas dalam kelompok tersebut, masing-masing siswa yang memiliki kemampuan menyelesaikan tugas rendah akan lebih bergantung pada siswa dengan kemampuan menyelesaikan tugas lebih atau siswa yang lebih pintar. Hal ini menjadikan model pembelajaran
(53)
commit to user
TAI kurang memberikan hasil optimal dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Siswa dengan minat belajar tinggi dan sedang lebih menyukai pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Karena pada model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw, siswa lebih aktif daripada pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Pembagian tugas dalam kelompok asal kepada siswa dan kewajiban siswa untuk menjelaskan penyelesaian tugas kepada siswa lain dalam kelompok asal memicu siswa untuk bediskusi dalam kelompok ahli sungguh-sungguh. Sedangkan siswa dengan minat belajar rendah lebih menyukai pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Karena dalam pembelajaran dengan model TAI siswa tidak harus aktif seperti dalam model Jigsaw, siswa dengan minat rendah lebih bisa menikmati pembelajaran dengan model TAI.
Model pembelajaran dan minat belajar siswa adalah faktor penting yang harus diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI menuntut siswa dengan kemampuan sama untuk saling berkompetisi menjadi yang terbaik. Pengetahuan bukanlah suatu hal yang sudah jadi, tetapi suatu proses yang berkembang secara terus menerus. Dalam proses inilah siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan sedang akan aktif, ingin tahu, serta berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
Hubungan antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa inilah yang diteliti dalam penelitian ini. Hubungan antar variabel dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran dan atau minat belajar
(54)
commit to user
siswa terhadap prestasi belajar dapat digambarkan dalam pola paradigma penelitian sebagai berikut:
Diagram 2. Paradigma Penelitian dengan 2 Variabel Bebas
D.
HIPOTESISBerdasarkan kajian teori dari masalah yang diajukan serta kerangka berpikir yang ada dalam penelitian ini, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
2. Siswa dengan minat belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah dan siswa dengan minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar rendah.
3. Pada siswa dengan minat belajar tinggi dan sedang, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Pada siswa dengan minat belajar rendah, model pembelajaran kooperatif tipe TAI memberikan prestasi belajar
Model pembelajaran
Minat Belajar
(55)
commit to user
yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dengan minat belajar tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baik, siswa dengan minat belajar tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar rendah. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI siswa dengan minat belajar tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baik, siswa dengan minat belajar rendah mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar tinggi dan sedang.
(56)
commit to user 43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat, Subyek, Waktu dan Jenis Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sragen mempunyai 112 SMP yang meliputi SMP Negeri dan Swasta.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Tahap Perencanaan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta pengajuan ijin penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2010 sampai dengan bulan Juli 2010.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan meliputi pengambilan data awal tentang prestasi belajar, pengambilan data minat belajar siswa, pelaksanaan eksperimen, dan pengumpulan data penelitian. Sebelum eksperimen, dilakukan pengambilan data awal untuk prestasi belajar menggunakan nilai UN Matematika SD siswa. Minat
(1)
commit to user
belajar sedang, dorongan belajar masih kurang. Siswa dengan minat belajar sedang mengalami kesulitan memahami materi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai minat belajar sedang pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa F.1-.3 = 15,1258 dan 2Ftabel = 6,00, ternyata F.1-.3 > 2Ftabel sehingga F.1-.3ÎDK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =5% siswa yang mempunyai minat belajar tinggi secara signifikan prestasi belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.
Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Lampiran 31, diperoleh rerata hasil belajar matematika yang mempunyai minat belajar tinggi sebesar 75,082sedang rerata prestasi belajar siswa yang mempunyai minat belajar rendah sebesar 66,585. Ini menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih tinggi dari siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Ini sangat dimungkinkan karena siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai dorongan belajar yang tinggi untuk belajar, sehingga dapat menguasai materi dengan lebih cepat. Sedang pada siswa dengan minat belajar rendah dorongan belajarnya sangat minim sehingga siswa dengan minat belajar rendah lambat untuk memahami materi yang diberikan. Dapat disimpulkan bahwa siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai minat belajar rendah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
(2)
commit to user
Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa F.2-.3= 1,6961dan 2Ftabel= 6,00, ternyata F.2-.3 < 2Ftabel sehingga F.2-.3 ÏDK dengan demikian H0 diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =5% siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Ini sangat dimungkinkan karena siswa dengan minat belajar sedang dan rendah mempunyai dorongan belajar yang kurang untuk belajar. Siswa dengan minat belajar sedang dan rendah kesulitan dalam memahami materi. Sehingga disimpulkan bahwa siswa dengan minat belajar sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang sama pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh harga statistik uji FAB = 0,641 dan Ftabel = 3,04 ternyata FAB < Ftabel sehingga FABÏDK dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a=5% tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika tidak tergantung oleh kategori minat belajar siswa, demikian juga pengaruh minat belajar yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar tidak tergantung model pembelajaran yang diberikan. Dengan kata lain perbedaan prestasi belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI konsisten pada tiap-tiap tingkat minat belajar siswa dan perbedaan prestasi
(3)
commit to user
belajar matematika pada tiap tingkat minat belajar siswa konsisten pada tiap-tiap model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI.
(4)
commit to user
86 PENUTUP
Dalam Bab ini berisi tentang kesimpulan, implikasi, dan saran penelitian. A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada Kelas VII SMP di Kabupaten Sragen Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baik dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI baik untuk siswa dengan minat belajar tinggi, sedang, maupun rendah. Sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baik dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah baik untuk siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun TAI.
(5)
commit to user
B.Implikasi
Pada bagian implikasi, terbagi menjadi dua bagian implikasi, yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis.
1. Implikasi Teoritis
Berikut merupakan implikasi teoritis yang diperoleh berdasarkan kesimpulan:
a. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang yang menerapkan kerjasama. Penerapan model pembelajaran ini, terutama untuk model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dikaji dan dilaksanakan karena dapat menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
b. Peningkatan minat belajar siswa di sekolah perlu diperhatikan karena minat belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar, siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik.
2. Implikasi Praktis
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VII SMP Kabupaten Sragen dapat dilakukan melalui pembelajaran kooperatif, salah satunya tipe Jigsaw. Selain itu, perlu dikembangkan pula lingkungan yang kondusif yang dapat mempengaruhi meningkatnya minat belajar siswa. Siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, akan berpengaruh pada kreativitas diri siswa sehingga hasil karya diri siswa dapat meningkat dan tidak terkecuali prestasi belajarnya.
(6)
commit to user
Berdasarkan penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
a. Guru dan Kepala Sekolah, model pembelajaran kooperatif perlu diterapkan pada pembelajaran matematika karena dapat menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik khususnya model pembeljaran kooperatif tipe Jigsaw. b. Guru dan Kepala Sekolah perlu menciptakan kondisi lingkungan yang
kondusif dan positif karena interaksi dengan lingkungan di sekitar, dapat mempengaruhi minat belajar siswa, sehingga dimungkinkan akan terjadi peningkatan pencapaian prestasi belajar belajar siswa.
c. Peneliti lain, dapat mengembangkan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk penelitian yang relevan. Para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel lain yang sejenis atau model pembelajaran lain. Untuk penelitian lanjut, diharapkan para peneliti dapat memilih model pembelajaran yang tidak hanya untuk meningkatkan prestasi belajar, tetapi juga untuk meningkatkan minat belajar siswa.