Problematika Plagiat Skripsi Thesis Dise
Problematika Plagiat Skripsi, Thesis/Disertasi | Kompasiana
1 of 3
Kompasiana
Kompas.com
Cetak
ePaper
Kompas TV
Bola
http://humaniora.kompasiana.com/edukasi/2012/06/15/2/470061/probl...
Entertainment
Tekno
Otomotif
Female
Health
Properti
Urbanesia
Images
More
Jumat, 22 Maret 2013
ANDI ANTO PATAK | DASHBOARD | LOGOUT
Home
Humaniora
Edukasi
Artikel
Edukasi
Andi Anto Patak
Kirim Pesan
Dosen Business English Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar
Problematika Plagiat Skripsi,
Thesis/Disertasi
OPINI | Jumat, 15 Juni 2012 | 16:15 WIB
Dibaca: 861
Komentar: 0
3 bermanfaat
Sejak abad ke-19, plagiat telah menjadi masalah serius dalam dunia akademik
yang tetap berlangsung hingga hari ini. Ini tentu memerlukan pertimbangan khusus
karena memiliki dampak yang tidak sehat dalam dunia pendidikan. Namun, seiring
meningkatnya akses internet, plagiatpun berjamuran. Plagiat bisa saja terjadi karena
sikap mahasiswa terhadap ketersediaan sumber bacaan di perpustakaan. Kondisi
nyata di perpustakaan menentukan cara mahasiswa mengakses dan mencari
referensi. Parafrase sebagai keterampilan dasar dalam menulis, masih dianggap sulit.
Demikian pula dengan mengutip pendapat penulis dalam jurnal, buku atau sumber
bacaan lainnya, banyak mahasiswa yang masih kalang kabut.
Keadaan demikian mendorong banyak mahasiswa berpikir singkat, hanya
“copas” (copy-and-paste) skripsi, thesis atau disertasi orang lain. Faktor lain yang
memungkinkan mahasiswa tidak melakukan parafrase yang tepat dan mengutip
pendapat dengan benar adalah persepsi yang keliru mengenai plagiat. Definisi yang
campur aduk antara plagiat dan imitasi dapat memicu sikap keliru mahasiswa dalam
menghadapi masalah ini. Oleh karena itu, menerapkan hukuman kepada mahasiswa
yang memplagiat akibat persepsinya yang keliru adalah tindakan yang lebih keliru.
Roberts (2008), dalam bukunya yang berjudul: “Student Plagiarism in an Online World
: Problems and Solutions”, memaparkan bahwa diperlukan pendekatan pedagogy
dalam kasus plagiat. Suatu pendekatan yang terintegrasi dengan kebijakan,
penanaman nilai, etika dan perilaku etis, serta deteksi plagiat yang lebih efisien.
Setelah itu, barulah hukuman lebih ketat diterapkan yang tentu saja diimbangi oleh
pemberian rewards yang layak bagi mahasiswa yang menulis skripsi, thesis dan
disertasi sebagaimana mestinya.
Meminimalkan plagiat dan meningkatkan kualitas penelitian juga dapat
dilakukan dengan digitalisasi skripsi tesis atau disertasi dan mempublikasikannya di
portal perpustakaan (perpustakaan online). Namun demikian, kurangnya kempetensi
petugas perpustakaan dalam pengarsipan dan publikasi elektronik skripsi, tesis atau
disertasi menjadi masalah yang rumit dan ruwet. Oleh karena itu, diperlukan pedoman
penulisan skripsi, thesis atau disertasi yang mengatur secara teknis tata cara
penulisan yang terhindar dari plagiat. Menanggapi kebijakan Direktorat Pendidikan
Tinggi yang mewajibkan mahasiswa S1, S2, dan S3 memiliki publikasi ilmiah sebelum
selesai kuliah adalah tepat. Bisa saja, artikel disimpulkan dari skrispi, thesis atau
disertasi sehingga sesuai dengan format artikel yang bisa dimuat di journal sehingga
mahasiswa dapat memiliki publikasi ilmiah sebelum menyelesaikan kuliahnya.
Sikap Perguruan Tinggi dalam Menyediakan Sumber Bacaan
Inovasi yang tak terelakkan dalam teknologi informasi telah merubah
perpustakaan tradisional menjadi digital. Sikap ketidakpastian Perguruan Tinggi dalam
hal kesiapan untuk menggunakan perpustakaan digital, yang seharusnya menjadi
salah satu cara untuk mencegah plagiat dapat mengakibatkan ketidakmampuan
mahasiswa untuk memaksimalkan perpustakaan digital. Pada akhirnya, mahasiswa
mengalami kesulitan dalam pencarian referensi. Rendahnya kompetensi mahasiswa
dalam mengakses teknologi informasi plus tidak profesionalnya petugas perpustakaan
sangat menentukan sukses atau gagalnya perpustakaan digital. Oleh karena itu, perlu
pertimbangan dari pengambil kebijakan untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa
PROMOTED ARTICLE
Tips Memilih Air Minum yang Baik
Club Air Mineral
INFO & PENGUMUMAN
KONTAK KOMPASIANA
INDEX
Yuk, Hadiri Acara “Kata Kita” ...
Pemenang Gempita Oscar 2013 Blog ...
[Get Urbanized XII] Anda Pecinta ...
TERAKTUAL
Duel Mutiara Selatan Vs Kutojaya, Tumbal Pertama
BHD??
Kompasiana Blogshop Solo: Menjadi Civil Journalism
itu Ternyata Mudah!
INSPIRATIF
BERMANFAAT
MENARIK
22/03/2013 5:11 PM
Problematika Plagiat Skripsi, Thesis/Disertasi | Kompasiana
2 of 3
http://humaniora.kompasiana.com/edukasi/2012/06/15/2/470061/probl...
sudah bisa akrab dengan perpustakaan digital dengan menyelenggarakan workshop
perpustakaan digital.
Digitalisasi sumber bacaan di perpustakaan adalah sebuah kebutuhan dalam
merespon kemajuan pengetahuan. Namun, banyak banyak Perguruan Tinggi yang
tidak siap menghadapi situasi seperti ini. Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia,
terutama di Provinsi Sulawesi Selatan mungkin tidak memiliki staf yang cukup
kompeten dalam urusan “maintenance” sumber bacaan digital. Di satu sisi, sumber
bacaan digital atau virtual library adalah pilihan terbaik dalam mengkses referensi
akademik ketika dikelola secara professional. Namun, di sisi lain, perpustakaan digital
justru akan menjadi semrawut, jika manajemennya masih dengan cara tradisional
alias manajemen jaman dahulu kala. Kekhawatiran ini membuat banyak Perguruan
Tinggi cenderung ragu beralaih dari perpustakaan tradisional ke perpustakaan digital.
Kompetensi Mahasiswa dalam Menulis
Tidak sedikit mahasiswa yang tidak memiliki pengetahuan memadai mengenai
parafrase. Parafrase dianggap secara sederhana sebagai tindakan menduplikasi
gagasan penulis. Memang, parafrase terkait dengan mengulangi teks penulis lain,
tetapi mahasiswa harus menyimpulkan kalimat penulis lain untuk mengungkapkan ide
pokok. Namun, mahasiswa merasa sulit dalam menyimpulkan ide pokok penulis lain,
mereka mungkin berpikir bahwa diperlukan waktu yang lama dan energi ekstra untuk
merumuskan kalimat baru. Ketidakbiasaan dalam hal parafrase dapat menyebabkan
sikap ceroboh mahasiswa sehingga dapat memperparah tindakan plagiat.
Demikian pula dengan sitasi, unsur essensial dalam menulis ini juga
memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, sitasi yang benar tentu memerlukan
pelatihan khusus untuk mencegah tindakan plagiat yang tidak disengaja. Mahasiswa
perlu dibiasakan dengan sitasi untuk memediasi ide penulis lain dan persepsi pribadi
mahasiswa terhubung ke pembaca. Menanggapi kemajuan teknologi dalam menulis
karya ilmiah, mahasiswa diperhadapkan dengan banyaknya pilihan untuk
menggunakan software “citation manager” yang sangat membantu dalam mengatur
referensi pada saat menulis. Zhang (2012) dalam laporan penelitiannya yang
diterbitkan oleh “Routledge” berjudul “Comparison of Select Reference Management
Tools” telah membandingkan empat “citation manager”. Zotero, Connotea, dan
mendeley; masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun demikian,
banyak mahasiswa yang mungkin belum terbiasa menggunakan sitasi otomatis dan
“citation manager”. Hal ini dapat menjebak mahasiswa terlibat dalam tindakan plagiat
hanya karena sitasi yang kurang tepat.
Persepsi Mahasiswa terhadap Plagiat
Cambridge Dictionary Online mendefinisikan plagiat sebagai tindakan untuk
menggunakan ide orang lain kemudian mengklaimnya sebagai ide pribadi (Cambridge
Dictionary Online, n.d.). Sutherland-smith (2008) dalam bukunya, “Plagiarism, the
Internet and Student Learning: Improving Academy Integrity, mendefinisikan plagiat
sebagai tindakan mencuri kekayaan intelektual pribadi penulis dan pelanggaran
terhadap hak cetak penerbit. Namun, isu plagiat tetap problematis yang tak berujung
dan bertepi. Apalagi, banyak mahasiswa yang bingung membedakan tindakan plagiat
dengan imitasi atau peniruan. Banyak mahasiswa yang berasumsi bahwa menyalin
teks dalam karya ilimiah orang lain adalah proses imitasi atau peniruan yang wajar
terjadi dalam proses belajar sebagaimana bayi belajar berbicara dengan meniru orang
dewasa berbicara. Oleh sebab itu, diperlukan definisi yang jelas yang secara teknis
tertuang dalam buku pedoman penulisan skripsi, thesis atau disertasi.
Hukuman terhadap Pelaku Tindakan Plagiat
Macdonald & Carroll (2006) dalam tulisannya yang berjudul: “Plagiarism—a
complex issue requiring a holistic institutional approach” menyatakan bahwa
pencegahan tindakan plagiat adalah tanggungjawab bersama antara mahasiswa,
dosen dan institusi dengan dukungan lembaga penjamin mutu independen. Namun
demikian, tingkat plagiat dan fase duplikasi karya ilmiah orang lain adalah prioritas
memutuskan hukuman plagiat. Untuk menghindari kesalahpahaman tentang
bagaimana menangani masalah plagiat, hukuman tidak boleh diserahkan kepada
dosen. Dosen dapat mengambil keputusan pribadi yang bisa mengarah kepada
tindakan yang berlebihan. Mendelegasikan wewenang kepada dosen untuk
menghukum mahasiswa yang memplagiat tulisan memiliki potensi subyektif. Dalam
konteks Indonesia, hukuman mungkin bukan cara terbaik untuk menghindari plagiat.
Leo (2010) dalam papernya yang berjudul “Preventing Plagiarism around Our Campus
in Indonesia, menyatakan bahwa melalui kegiatan belajar yang intensif dalam menulis,
panduan menulis yang cukup dan feedback yang konstruktif dari pendidik untuk
membangun kepercayaan diri mahasiswa adalah cara terbaik menghindari plagiat.
Meskipun demikian, hukuman tentu saja dapat mencegah mahasiswa melakukan
plagiat.
Skripsi, Thesis atau Disertasi Elektronik
Salah satu upaya yang mungkin signifikan untuk menghindari plagiat adalah
diterapkannya kebijakan kewajiban submit skrispi, thesis atau disertasi elektronik. Ini
bertujuan untuk membuat kesadaran konstruktif dan mengubah paradigma yang
apatis terhadap kualitas skrispsi, tesis atau disertasi. Perguruan Tinggi dapat
meningkatkan akses untuk kepentingan penelitian mahasiswa melalui persyaratan
penerbitan skripsi, tesis dan disertasi di direktori perpustakaan. Digitalisasi skripsi,
tesis atau disertasi ini diharapkan tidak ada lagi kasus skripsi, thesis atau disertasi
hanya ditempatkan di rak-rak perpustakaan tertutup oleh debu dan menjadi sarang
laba-laba selama bertahun-tahun. Revolusi baru dalam pengarsipan skripsi, thesis
atau disertasi telah mempengaruhi sikap mahasiswa dan dosen dalam menulis.
Mahasiswa dan dosen dituntut aktif dalam proses konsultasi untuk memberikan
Subscribe and Follow Kompasiana:
22/03/2013 5:11 PM
Problematika Plagiat Skripsi, Thesis/Disertasi | Kompasiana
3 of 3
http://humaniora.kompasiana.com/edukasi/2012/06/15/2/470061/probl...
jaminan integritas akademik dalam menulis karya ilmiah. Kebijakan ini bertujuan
mendorong mahasiswa program sarjana dan pascasarjana untuk meningkatkan
kompetensi menulis. Di samping itu, diperlukan upaya untuk memfasilitasi mahasiswa
melakukan penelitian kolaboratif dengan dosen sehingga kebijakan ini dapat
terwujudkan (*)
References:
Cambridge Dictionary Online. (n.d.). plagiarize verb - definition in British English
Dictionary. Retrieved May 17, 2012, from http://dictionary.cambridge.org/dictionary
/british/plagiarize?q=plagiarism
Leo, S. (2010). Preventing Plagiarism around Our Campus in Indonesia. Bandung:
TEFLIN. Retrieved from http://repository.upi.edu/operator/upload
/paps_2010_teflin_sutanto_leo.pdf
Macdonald, R., & Carroll, J. (2006). Plagiarism—a complex issue requiring a holistic
institutional approach. Assessment & Evaluation in Higher Education, 31(2),
233-245. Routledge. doi:10.1080/02602930500262536
Roberts, T. S. (2008). Student Plagiarism in an Online World : Problems and Solutions.
Hershey • New York: Information Science Reference.
Sutherland-smith, W. (2008). Plagiarism, the Internet and Student Learning: Improving
Academy Integrity. Higher Education. New YOrk and London: Routledge Taylor &
Francis Group.
Zhang, Y. (2012). Comparison of select reference management tools. Medical
Reference Services Quarterly, 31(1), 45-60. doi:10.1080/02763869.2012.641841
Laporkan Tanggapi
Siapa yang menilai tulisan ini?
Muhammad
Armand
3
Fajar
Bermanfaat
Andri Rosita
Aktual
Aktual
KOMENTAR BERDASARKAN :
Tulis Tanggapan Anda
About Kompasiana | Terms & Conditions | Tutorial | FAQ | Contact Us | Kompasiana Toolbar
© 2008 — 2013
22/03/2013 5:11 PM
1 of 3
Kompasiana
Kompas.com
Cetak
ePaper
Kompas TV
Bola
http://humaniora.kompasiana.com/edukasi/2012/06/15/2/470061/probl...
Entertainment
Tekno
Otomotif
Female
Health
Properti
Urbanesia
Images
More
Jumat, 22 Maret 2013
ANDI ANTO PATAK | DASHBOARD | LOGOUT
Home
Humaniora
Edukasi
Artikel
Edukasi
Andi Anto Patak
Kirim Pesan
Dosen Business English Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar
Problematika Plagiat Skripsi,
Thesis/Disertasi
OPINI | Jumat, 15 Juni 2012 | 16:15 WIB
Dibaca: 861
Komentar: 0
3 bermanfaat
Sejak abad ke-19, plagiat telah menjadi masalah serius dalam dunia akademik
yang tetap berlangsung hingga hari ini. Ini tentu memerlukan pertimbangan khusus
karena memiliki dampak yang tidak sehat dalam dunia pendidikan. Namun, seiring
meningkatnya akses internet, plagiatpun berjamuran. Plagiat bisa saja terjadi karena
sikap mahasiswa terhadap ketersediaan sumber bacaan di perpustakaan. Kondisi
nyata di perpustakaan menentukan cara mahasiswa mengakses dan mencari
referensi. Parafrase sebagai keterampilan dasar dalam menulis, masih dianggap sulit.
Demikian pula dengan mengutip pendapat penulis dalam jurnal, buku atau sumber
bacaan lainnya, banyak mahasiswa yang masih kalang kabut.
Keadaan demikian mendorong banyak mahasiswa berpikir singkat, hanya
“copas” (copy-and-paste) skripsi, thesis atau disertasi orang lain. Faktor lain yang
memungkinkan mahasiswa tidak melakukan parafrase yang tepat dan mengutip
pendapat dengan benar adalah persepsi yang keliru mengenai plagiat. Definisi yang
campur aduk antara plagiat dan imitasi dapat memicu sikap keliru mahasiswa dalam
menghadapi masalah ini. Oleh karena itu, menerapkan hukuman kepada mahasiswa
yang memplagiat akibat persepsinya yang keliru adalah tindakan yang lebih keliru.
Roberts (2008), dalam bukunya yang berjudul: “Student Plagiarism in an Online World
: Problems and Solutions”, memaparkan bahwa diperlukan pendekatan pedagogy
dalam kasus plagiat. Suatu pendekatan yang terintegrasi dengan kebijakan,
penanaman nilai, etika dan perilaku etis, serta deteksi plagiat yang lebih efisien.
Setelah itu, barulah hukuman lebih ketat diterapkan yang tentu saja diimbangi oleh
pemberian rewards yang layak bagi mahasiswa yang menulis skripsi, thesis dan
disertasi sebagaimana mestinya.
Meminimalkan plagiat dan meningkatkan kualitas penelitian juga dapat
dilakukan dengan digitalisasi skripsi tesis atau disertasi dan mempublikasikannya di
portal perpustakaan (perpustakaan online). Namun demikian, kurangnya kempetensi
petugas perpustakaan dalam pengarsipan dan publikasi elektronik skripsi, tesis atau
disertasi menjadi masalah yang rumit dan ruwet. Oleh karena itu, diperlukan pedoman
penulisan skripsi, thesis atau disertasi yang mengatur secara teknis tata cara
penulisan yang terhindar dari plagiat. Menanggapi kebijakan Direktorat Pendidikan
Tinggi yang mewajibkan mahasiswa S1, S2, dan S3 memiliki publikasi ilmiah sebelum
selesai kuliah adalah tepat. Bisa saja, artikel disimpulkan dari skrispi, thesis atau
disertasi sehingga sesuai dengan format artikel yang bisa dimuat di journal sehingga
mahasiswa dapat memiliki publikasi ilmiah sebelum menyelesaikan kuliahnya.
Sikap Perguruan Tinggi dalam Menyediakan Sumber Bacaan
Inovasi yang tak terelakkan dalam teknologi informasi telah merubah
perpustakaan tradisional menjadi digital. Sikap ketidakpastian Perguruan Tinggi dalam
hal kesiapan untuk menggunakan perpustakaan digital, yang seharusnya menjadi
salah satu cara untuk mencegah plagiat dapat mengakibatkan ketidakmampuan
mahasiswa untuk memaksimalkan perpustakaan digital. Pada akhirnya, mahasiswa
mengalami kesulitan dalam pencarian referensi. Rendahnya kompetensi mahasiswa
dalam mengakses teknologi informasi plus tidak profesionalnya petugas perpustakaan
sangat menentukan sukses atau gagalnya perpustakaan digital. Oleh karena itu, perlu
pertimbangan dari pengambil kebijakan untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa
PROMOTED ARTICLE
Tips Memilih Air Minum yang Baik
Club Air Mineral
INFO & PENGUMUMAN
KONTAK KOMPASIANA
INDEX
Yuk, Hadiri Acara “Kata Kita” ...
Pemenang Gempita Oscar 2013 Blog ...
[Get Urbanized XII] Anda Pecinta ...
TERAKTUAL
Duel Mutiara Selatan Vs Kutojaya, Tumbal Pertama
BHD??
Kompasiana Blogshop Solo: Menjadi Civil Journalism
itu Ternyata Mudah!
INSPIRATIF
BERMANFAAT
MENARIK
22/03/2013 5:11 PM
Problematika Plagiat Skripsi, Thesis/Disertasi | Kompasiana
2 of 3
http://humaniora.kompasiana.com/edukasi/2012/06/15/2/470061/probl...
sudah bisa akrab dengan perpustakaan digital dengan menyelenggarakan workshop
perpustakaan digital.
Digitalisasi sumber bacaan di perpustakaan adalah sebuah kebutuhan dalam
merespon kemajuan pengetahuan. Namun, banyak banyak Perguruan Tinggi yang
tidak siap menghadapi situasi seperti ini. Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia,
terutama di Provinsi Sulawesi Selatan mungkin tidak memiliki staf yang cukup
kompeten dalam urusan “maintenance” sumber bacaan digital. Di satu sisi, sumber
bacaan digital atau virtual library adalah pilihan terbaik dalam mengkses referensi
akademik ketika dikelola secara professional. Namun, di sisi lain, perpustakaan digital
justru akan menjadi semrawut, jika manajemennya masih dengan cara tradisional
alias manajemen jaman dahulu kala. Kekhawatiran ini membuat banyak Perguruan
Tinggi cenderung ragu beralaih dari perpustakaan tradisional ke perpustakaan digital.
Kompetensi Mahasiswa dalam Menulis
Tidak sedikit mahasiswa yang tidak memiliki pengetahuan memadai mengenai
parafrase. Parafrase dianggap secara sederhana sebagai tindakan menduplikasi
gagasan penulis. Memang, parafrase terkait dengan mengulangi teks penulis lain,
tetapi mahasiswa harus menyimpulkan kalimat penulis lain untuk mengungkapkan ide
pokok. Namun, mahasiswa merasa sulit dalam menyimpulkan ide pokok penulis lain,
mereka mungkin berpikir bahwa diperlukan waktu yang lama dan energi ekstra untuk
merumuskan kalimat baru. Ketidakbiasaan dalam hal parafrase dapat menyebabkan
sikap ceroboh mahasiswa sehingga dapat memperparah tindakan plagiat.
Demikian pula dengan sitasi, unsur essensial dalam menulis ini juga
memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, sitasi yang benar tentu memerlukan
pelatihan khusus untuk mencegah tindakan plagiat yang tidak disengaja. Mahasiswa
perlu dibiasakan dengan sitasi untuk memediasi ide penulis lain dan persepsi pribadi
mahasiswa terhubung ke pembaca. Menanggapi kemajuan teknologi dalam menulis
karya ilmiah, mahasiswa diperhadapkan dengan banyaknya pilihan untuk
menggunakan software “citation manager” yang sangat membantu dalam mengatur
referensi pada saat menulis. Zhang (2012) dalam laporan penelitiannya yang
diterbitkan oleh “Routledge” berjudul “Comparison of Select Reference Management
Tools” telah membandingkan empat “citation manager”. Zotero, Connotea, dan
mendeley; masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun demikian,
banyak mahasiswa yang mungkin belum terbiasa menggunakan sitasi otomatis dan
“citation manager”. Hal ini dapat menjebak mahasiswa terlibat dalam tindakan plagiat
hanya karena sitasi yang kurang tepat.
Persepsi Mahasiswa terhadap Plagiat
Cambridge Dictionary Online mendefinisikan plagiat sebagai tindakan untuk
menggunakan ide orang lain kemudian mengklaimnya sebagai ide pribadi (Cambridge
Dictionary Online, n.d.). Sutherland-smith (2008) dalam bukunya, “Plagiarism, the
Internet and Student Learning: Improving Academy Integrity, mendefinisikan plagiat
sebagai tindakan mencuri kekayaan intelektual pribadi penulis dan pelanggaran
terhadap hak cetak penerbit. Namun, isu plagiat tetap problematis yang tak berujung
dan bertepi. Apalagi, banyak mahasiswa yang bingung membedakan tindakan plagiat
dengan imitasi atau peniruan. Banyak mahasiswa yang berasumsi bahwa menyalin
teks dalam karya ilimiah orang lain adalah proses imitasi atau peniruan yang wajar
terjadi dalam proses belajar sebagaimana bayi belajar berbicara dengan meniru orang
dewasa berbicara. Oleh sebab itu, diperlukan definisi yang jelas yang secara teknis
tertuang dalam buku pedoman penulisan skripsi, thesis atau disertasi.
Hukuman terhadap Pelaku Tindakan Plagiat
Macdonald & Carroll (2006) dalam tulisannya yang berjudul: “Plagiarism—a
complex issue requiring a holistic institutional approach” menyatakan bahwa
pencegahan tindakan plagiat adalah tanggungjawab bersama antara mahasiswa,
dosen dan institusi dengan dukungan lembaga penjamin mutu independen. Namun
demikian, tingkat plagiat dan fase duplikasi karya ilmiah orang lain adalah prioritas
memutuskan hukuman plagiat. Untuk menghindari kesalahpahaman tentang
bagaimana menangani masalah plagiat, hukuman tidak boleh diserahkan kepada
dosen. Dosen dapat mengambil keputusan pribadi yang bisa mengarah kepada
tindakan yang berlebihan. Mendelegasikan wewenang kepada dosen untuk
menghukum mahasiswa yang memplagiat tulisan memiliki potensi subyektif. Dalam
konteks Indonesia, hukuman mungkin bukan cara terbaik untuk menghindari plagiat.
Leo (2010) dalam papernya yang berjudul “Preventing Plagiarism around Our Campus
in Indonesia, menyatakan bahwa melalui kegiatan belajar yang intensif dalam menulis,
panduan menulis yang cukup dan feedback yang konstruktif dari pendidik untuk
membangun kepercayaan diri mahasiswa adalah cara terbaik menghindari plagiat.
Meskipun demikian, hukuman tentu saja dapat mencegah mahasiswa melakukan
plagiat.
Skripsi, Thesis atau Disertasi Elektronik
Salah satu upaya yang mungkin signifikan untuk menghindari plagiat adalah
diterapkannya kebijakan kewajiban submit skrispi, thesis atau disertasi elektronik. Ini
bertujuan untuk membuat kesadaran konstruktif dan mengubah paradigma yang
apatis terhadap kualitas skrispsi, tesis atau disertasi. Perguruan Tinggi dapat
meningkatkan akses untuk kepentingan penelitian mahasiswa melalui persyaratan
penerbitan skripsi, tesis dan disertasi di direktori perpustakaan. Digitalisasi skripsi,
tesis atau disertasi ini diharapkan tidak ada lagi kasus skripsi, thesis atau disertasi
hanya ditempatkan di rak-rak perpustakaan tertutup oleh debu dan menjadi sarang
laba-laba selama bertahun-tahun. Revolusi baru dalam pengarsipan skripsi, thesis
atau disertasi telah mempengaruhi sikap mahasiswa dan dosen dalam menulis.
Mahasiswa dan dosen dituntut aktif dalam proses konsultasi untuk memberikan
Subscribe and Follow Kompasiana:
22/03/2013 5:11 PM
Problematika Plagiat Skripsi, Thesis/Disertasi | Kompasiana
3 of 3
http://humaniora.kompasiana.com/edukasi/2012/06/15/2/470061/probl...
jaminan integritas akademik dalam menulis karya ilmiah. Kebijakan ini bertujuan
mendorong mahasiswa program sarjana dan pascasarjana untuk meningkatkan
kompetensi menulis. Di samping itu, diperlukan upaya untuk memfasilitasi mahasiswa
melakukan penelitian kolaboratif dengan dosen sehingga kebijakan ini dapat
terwujudkan (*)
References:
Cambridge Dictionary Online. (n.d.). plagiarize verb - definition in British English
Dictionary. Retrieved May 17, 2012, from http://dictionary.cambridge.org/dictionary
/british/plagiarize?q=plagiarism
Leo, S. (2010). Preventing Plagiarism around Our Campus in Indonesia. Bandung:
TEFLIN. Retrieved from http://repository.upi.edu/operator/upload
/paps_2010_teflin_sutanto_leo.pdf
Macdonald, R., & Carroll, J. (2006). Plagiarism—a complex issue requiring a holistic
institutional approach. Assessment & Evaluation in Higher Education, 31(2),
233-245. Routledge. doi:10.1080/02602930500262536
Roberts, T. S. (2008). Student Plagiarism in an Online World : Problems and Solutions.
Hershey • New York: Information Science Reference.
Sutherland-smith, W. (2008). Plagiarism, the Internet and Student Learning: Improving
Academy Integrity. Higher Education. New YOrk and London: Routledge Taylor &
Francis Group.
Zhang, Y. (2012). Comparison of select reference management tools. Medical
Reference Services Quarterly, 31(1), 45-60. doi:10.1080/02763869.2012.641841
Laporkan Tanggapi
Siapa yang menilai tulisan ini?
Muhammad
Armand
3
Fajar
Bermanfaat
Andri Rosita
Aktual
Aktual
KOMENTAR BERDASARKAN :
Tulis Tanggapan Anda
About Kompasiana | Terms & Conditions | Tutorial | FAQ | Contact Us | Kompasiana Toolbar
© 2008 — 2013
22/03/2013 5:11 PM