T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Buku Cerita Bergambar tentang Sejarah dan Keunikan Drumblek sebagai Media Komunikasi Massa T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH
Pernahkah Anda mendengar kata Drumblek? Istilah Drumblek secara

harafiah berarti drumband yang terbuat dari blek. Blek merupakan adopsi dari kata
Blik yang dalam Bahasa Belanda berarti kaleng yang digunakan untuk menyimpan

roti atau makanan ringan lainnya. Drumblek adalah gabungan dari beberapa alat
yaitu, blek atau tong bekas digunakan sebagai pengganti snare drum, drum plastik
bekas sebagai pengganti bass drum, serta bambu sebagai penambah suara khas
kentongan, dimainkan secara bersamaan mengikuti ketukan dan tempo sesuai

aransemen yang telah dibuat untuk menghasilkan bunyi yang harmonis (Kampoeng
Salatiga, 2013: 31). Bunyi harmonis yang dihasilkan alat-alat Drumblek ketika
dimainkan, dapat dikatakan bahwa Drumblek adalah sebuah kesenian, selaras
dengan pendapat Lilla Eridianti, Kepala Seksi Kebudayaan Dishubkombudpar Kota
Salatiga, Drumblek adalah sebuah kesenian dengan perspektif seni musik karena

mengeluarkan bunyi yang harmonis1. Lalu bagaimanakah sejarah Drumblek?
Tercatat Drumblek sudah ada di Kota Salatiga sejak tahun 1986, dipelopori
oleh warga Pancuran Kota Salatiga yaitu Didik Subiyantoro Masruri (selanjutnya
ditulis Didik). Berawal dari keterbatasan biaya untuk berpartisipasi dalam karnaval
HUT RI, Didik dan kawan-kawan Pancuran memilih barang bekas sebagai solusi.
Menggunakan tong sampah dan beberapa drum plastik pinjaman dari penjual ikan,
Didik mulai membentuk kelompok penabuh yang diberi nama Drumblek Tinggal
Kandas (Kampoeng Salatiga, 2013: 32). Sejarah tersebut sesuai dengan hasil
wawancara penulis dengan Didik, ketika ditemui di rumahnya Didik bercerita
bahwa pada saat itu dirinya ditunjuk sebagai koordinator warga kampung Pancuran
untuk ikut tampil dalam perayaan HUT RI 41, merasa bosan dengan perayaan HUT

1

Wawancara dengan Lilla Eridianti Kasi Kebudayaan Dishubkombudpar - Rabu, 16 November
2016

1

RI yang hanya menampilkan karnaval yang sama setiap tahunnya, Didik ingin

menampilkan sesuatu yang berbeda namun terkendala dengan biaya. Melihat
sekitar lingkungan Kampung Pancuran yang punya tempat jual beli barang bekas
dan juga banyak penjual ikan, sehingga terdapat banyak barang-barang seperti blek
bekas dan juga banyak drum plastik milik penjual ikan, akhirnya Didik
memutuskan untuk membuat semacam grup drumband namun menggunakan
barang-barang bekas. Menurut Didik, ketika mencetuskan ide tersebut, dirinya
membawa arti musik pada hakikatnya yaitu nada, suara, irama2.
Sejarah Drumblek telah membawa jati diri mereka menjadi sebuah keunikan.
Drumblek yang muncul karena kreativitas sebagai jalan keluar ketika biaya menjadi
kendala, menggunakan barang-barang bekas sebagai instrumen musik yang
harmonis, membuat kostum dengan barang-barang seadanya, tongkat sapu bekas
sebagai pengatur barisan dan memakai teklek sebagai alas kakinya, mereka siap
untuk berkeliling kota3.
Segala upaya telah sampai pada waktu yang dinantikan, HUT RI 43 tahun
1988, Drumblek Tinggal Kandas tampil perdana dalam karnaval kemerdekaan.
Mengusung tema yang berbau politik namun dikemas tidak terlalu vulgar, pada
penampilan perdana ini, Drumblek Tinggal Kandas mengusung tema “Jika tak
dapatku sumbangkan bunga pada bangsa, maka sebutir pasir pun jadi”4.
Menurut Didik, selain sebagai sarana merayakan hari kemerdekaan
Indonesia, Drumblek adalah ekspresi budi daya, budi adalah ide dan daya adalah

kemampuan. Sebuah seni menyampaikan ide melalui kemampuan yang mereka
miliki untuk menyuarakan suara rakyat kecil yang untuk ikut merayakan hari
kemerdekaan bangsanya sendiri saja masih terkendala biaya. Sehingga pada awalawal kemunculan Drumblek, kritik politik sedikit ikut campur dalam pemilihan
tema pada setiap penampilannya. Berbeda dengan perkembangan Drumblek

Wawancara dengan pencetus Drumblek, Didik – Kamis, 2 Maret 2017
Ibid
4
Ibid
2
3

2

sekarang yang menjadi seni untuk menghibur masyarakat. Namun Didik tetap
senang karena virus Drumblek tetap diteruskan5.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kesenian Drumblek di desa
Pancuran adalah kelompok kesenian yang mengadopsi kesenian Marching Band
dengan menggunakan instrumen tradisional seperti kentongan, blek, dan ember.
Fungsi kesenian Drumblek bagi masyarakat meliputi sepuluh hal yaitu fungsi

pengungkapan emosional, fungsi penghayatan estetis, fungsi hiburan, fungsi
komunikasi, fungsi perlambangan, fungsi reaksi jasmani, fungsi yang berkaitan
dengan norma sosial, fungsi pengesahan lembaga sosial, fungsi kesinambungan
budaya, serta fungsi pengintegrasian masyarakat. Perkembangan kesenian
Drumblek meliputi perkembangan busana, dan instrumen yang berkembang secara
kreatif dan inovatif mengikuti perkembangan jaman pada tahun 2005-2012 tanpa
meninggalkan nilai tradisional pada perkembangannya (Isdaryanto, 2014: vii).
Eksistensi Drumblek di Kota Salatiga dalam perkembangannya semakin
meningkat, peningkatan ini ditunjukkan dengan jumlah grup Drumblek yang ada di
Kota Salatiga sudah mencapai kurang lebih 50 grup Drumblek dan turut sertanya
institusi pendidikan seperti UKSW dan SMPN 2 Salatiga yang juga memiliki grup
Drumblek. Puncaknya, terbentuklah Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS) pada 25
Februari 2016 yang diketuai oleh Muhammad Edi Kurniawan. Namun baru
setengah dari total jumlah grup Drumblek yang mendaftar secara resmi di PDS6.
Namun dengan adanya acara Deklarasi Paguyuban Drumblek 30 Oktober 2016 di
lapangan Noborejo, jumlah grup Drumblek yang ikut bergabung meningkat pesat,
menjadi 102 grup Drumblek yang berasal dari Kota Salatiga dan sekitarnya7.
Drumblek selalu menjadi pilihan ketika ada penyelenggaraan sebuah
festival/acara di Kota Salatiga karena dapat memukau penonton. Sebagai contoh,
kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru UKSW yang menggunakan Drumblek sebagai


Wawancara dengan pencetus Drumblek, Didik – Kamis, 2 Maret 2017
Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga – Sabtu, 17 September 2016
7
Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga – Minggu, 8 Januari 2017

5

6

3

penampilan mereka8. Tidak hanya memukau penonton, Drumblek juga mengukir
prestasi juara, salah satunya grup Drumblek Panklima dari Desa Manggisan
Senjoyo, Kelurahan Tegal Waton, Kecamatan Tengaran menjadi Juara Umum
dalam kategori kesenian, khusus kesenian daerah di Jateng Fair 20169. Sementara
untuk prestasi tampil di acara nasional, yang terbaru adalah liputan6 Safari
Ramadhan SCTV di Kota Salatiga yang menampilkan Drumblek10.
Berdasar pada sejarah Drumblek sebagai salah satu keunikan Kota Salatiga,
memperkenalkan Drumblek kepada pendatang domestik maupun pendatang

mancanegara yang berada di Kota Salatiga maupun masyarakat global melalui
media yang tepat diharapkan dapat membantu promosi Kota Salatiga untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat global terhadap Kota Salatiga. Bukti nyata
dukungan pemerintah untuk mempromosikan Drumblek sebagai ikon Kota Salatiga
adalah dengan mengikutsertakan Drumblek dalam acara-acara budaya baik regional
maupun nasional11. Selain itu juga memberikan sejumlah uang pembinaan.
Dari data yang diperoleh hanya terdapat dua buku yang berisi informasi
tentang Drumblek, pertama adalah buku Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia
karya Kampung Salatiga, 2013. Kedua buku Drumblek Seni Budaya Asli Salatiga
karya Eddy Supangkat, dkk, 2014.
Buku tentang Drumblek yang terbit pertama kali adalah buku “Drumblek
Dari Salatiga Untuk Dunia” karya Kampung Salatiga pada tahun 2013. Ulasan
sejarah pada buku pertama ini sudah hampir mencakup semua hal pada awal
kemunculan Drumblek. Bercerita mulai dari sejarah marching band, drumband dan
orde baru, sejarah Drumblek, perkembangan Drumblek di Salatiga, hingga

8

Diakses 3 Oktober 2016 dari
http://www.uksw.edu/id.php/info/detail/type/fokus/stamp/1473848536/title/mahasiswa-baru-ukswsapa-warga-lewat-karnaval

9
Diakses 3 Oktober 2016 dari http://semarangpedia.com/jateng-fair-2016-berikan-penghargaankepada-stand-terbaik/
10
Diakses 3 Oktober dari https://www.vidio.com/watch/374676-safari-ramadan-keseniandrumblek-ramaikan-ramadan-di-salatiga
11
Wawancara dengan Lilla Eridianti Kasi Kebudayaan Dishubkombudpar – Rabu, 16 November
2016

4

fenomena Drumblek yang digunakan dalam upacara pembukaan Olimpiade
London 2012 yang mana pihak panitia Olimpiade London 2012 mengatakan
mendapat ide setelah melihat dari YouTube namun juga tidak mengklaim jika
Drumblek adalah ide asli mereka. Didik juga membenarkan bahwa buku ini sudah
sesuai, karena narasumber adalah Didik sendiri12.
Kelebihan buku pertama terletak pada judul yang mengundang minat baca
“Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia”, runtutan sejarah yang berusaha
menjelaskan sejarah marching band terlebih dahulu, kemudian menceritakan
sejarah Drumblek, dan sedikit mengulas beberapa grup Drumblek yang ada di Kota
Salatiga. Hal menarik lainnya adalah memasukkan fenomena Drumblek yang

digunakan dalam upacara pembukaan Olimpiade London 2012.
Kekurangan dari buku pertama ini adalah tampilan buku yang kurang
menarik dan hanya sebesar buku saku. Terdapat beberapa hal mendasar tentang
pencetusan Drumblek yang belum dimasukkan. Gambar pendukung berwarna
hitam putih. Ulasan sejarah Drumblek terlalu melebar.
Buku kedua tentang Drumblek adalah “Drumblek Seni Budaya Asli Salatiga”
karya Eddy Supangkat, dkk. Pada buku kedua ini berisi asal-usul Drumblek,
penyebaran virus Drumblek, dan Drumblek masuk kampus. Didik menyampaikan
bahwa dirinya tidak menjadi narasumber dari buku ini, hanya mengetahui jika Eddy
Supangkat menulis buku tentang Drumblek13.
Kelebihan buku kedua dibandingkan buku pertama, adalah pada buku kedua
ini bahasan tentang sejarah Drumblek lebih padat dan tidak melebar. Gambar
pendukung yang dipakai berwarna (tidak hitam putih) sehingga lebih menarik.
Kekurangan pada buku kedua ini adalah terdapat beberapa informasi yang
kurang sesuai. Setelah penulis melakukan wawancara secara langsung dengan
pencetus Drumblek yaitu Didik, beliau menyampaikan bahwa ada beberapa
informasi yang kurang tepat termuat pada buku ini. Dalam buku ini pencetus

12
13


Wawancara dengan pencetus Drumblek, Didik – Rabu, 15 Maret 2017
Ibid

5

Drumblek adalah Pak Ruri (Alm.) yang tidak lain adalah bapak dari Didik. Terdapat
pula tulisan mengenai “Pandawa Lima”, yaitu lima orang yang ditunjuk sebagai
motor atau penggerak Drumblek pada awal kemunculannya, yang kemudian
diklarifikasi oleh Didik bahwa pada saat itu tidak ada istilah “Pandawa Lima”. Pada
buku ini juga ditulis sejarah Drumblek juga pernah mengukir prestasi, ketika
mendapat kesempatan tampil di acara Peringatan Hari HAM ke 60 di Jakarta, pada
saat itu personel Drumblek tidak hanya dari warga Pancuran melainkan gabungan
dari beberapa daerah lain, dengan jumlah kurang lebih 600 orang, namun setelah
diklarifikasi oleh Didik, hanya kurang lebih 300 orang yang berangkat dalam acara
tersebut14. Selain itu terdapat juga tulisan bahwa penampilan Drumblek pertama
pada tahun 1991 (HUT RI 46) dengan nama Drumblek Kampung Pancuran,
kemudian diklarifikasi oleh Didik bahwa penampilan Drumblek pertama kali
adalah tahun 1988 (HUT RI 43) dengan nama Drumblek Tinggal Kandas.
Alasan mengapa membuat buku cerita bergambar tentang Drumblek sebagai

tugas akhir karena diketahui ada dua buku yang terbit tentang Drumblek namun
keduanya dalam bentuk teks. Buku dalam bentuk teks kurang menarik untuk dibaca
khususnya pada anak-anak. Sehingga penulis ingin membuat buku cerita bergambar
yang berisi informasi tentang sejarah dan keunikan Drumblek agar lebih menarik
dan dapat dinikmati oleh segala usia.
Melalui tugas akhir ini dengan hasil sebuah buku mengenai sejarah dan
keunikan Drumblek dalam bentuk cerita bergambar, diharapkan dapat
menyumbang media komunikasi massa yang berisi informasi sejarah dan keunikan
Drumblek. Menurut Wibowo, tidak dapat dipungkiri lagi membuat sebuah buku
dapat bermanfaat untuk mendidik, membagikan pengetahuan, keterampilan karena
segala pengetahuan yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat untuk mengajar
dan mendidik orang dalam kebenaran (Leo, 2010: 8).

14

Wawancara dengan pencetus Drumblek, Didik – Rabu, 15 Maret 2017

6

1.2.


RUMUSAN MASALAH
Rumusan

masalah

yang

perlu

dibahas

dalam

BUKU

CERITA

BERGAMBAR TENTANG SEJARAH DAN KEUNIKAN DRUMBLEK
SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI MASSA yaitu :
Bagaimana membuat buku cerita bergambar yang berisi informasi tentang
sejarah dan keunikan Drumblek sebagai media komunikasi massa?

1.3.

TUJUAN
Membuat buku cerita bergambar yang berisi informasi tentang sejarah dan

keunikan Drumblek untuk media komunikasi massa yang lebih menarik.

1.4.

MANFAAT

1.4.1. MANFAAT TEORETIS
Hasil tugas akhir ini secara teoretis diharapkan mampu memberi sumbangan
pemikiran, media komunikasi massa dan pembukuan atas sejarah dan keunikan
Drumblek yang berasal dari Kota Salatiga.

1.4.2. MANFAAT PRAKTIS
1. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan mampu menjadi bahan rujukan
untuk mengetahui sejarah dan keunikan Drumblek yang berasal dari Kota Salatiga.
2. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan mampu menjadi media sebagai
penyebaran kesadaran (awareness) sejarah dan keunikan Drumblek yang berasal
dari Kota Salatiga.

1.5.

DEFINISI KONSEP
Dua buku terbilang minim untuk media komunikasi massa, perlu adanya

sumbangan-sumbangan buku baru sebagai media komunikasi massa. Buku tentang
Drumblek yang sudah terbit berupa buku teks dengan beberapa gambar pendukung.
Hasil dari tugas akhir ini adalah sebuah buku cerita bergambar, di mana yang
membedakan dari dua buku sebelumnya adalah konten buku yang lebih banyak

7

memuat gambar dan sedikit teks. Mirip dengan buku cerita bergambar pada
umumnya namun pada buku ini cerita yang disajikan tidak terlalu banyak dan lebih
ditekankan pada gambar. Sumber gambar yang akan digunakan adalah foto-foto
yang diambil dari penelitian ke Desa Pancuran dan beberapa tambahan ilustrasi
berdasarkan pada urutan peristiwa hasil wawancara dengan narasumber karena
terdapat dokumentasi yang hilang. Namun tidak hanya sekedar menyusun foto
menjadi sebuah buku, foto yang didapat akan diilustrasikan kembali dalam bentuk
gambar kartun realis yang masih berpatokan pada elemen-elemen asli sesuai foto
dan hasil wawancara menggunakan bantuan aplikasi grafis komputer dengan
bantuan ilustrator dan sesuai gaya ilustrator tersebut.
Media komunikasi massa bergambar sebagai media grafis yang
dipergunakan dalam proses komunikasi, memiliki pengertian praktis, yaitu dapat
mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui
perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar (Sari, 2010: 34).
Yang membedakan hasil dari tugas akhir ini dan buku yang sudah ada
sebelumnya adalah konten yang dimuat lebih berfokus pada sejarah dan keunikan
dalam bentuk cerita bergambar. Tidak melebar sampai dengan fenomena Drumblek
yang digunakan dalam pembukaan Olimpiade London 2012. Teks hanya sebagai
narasi penjelasan dan pendukung, lebih banyak bercerita melalui gambar agar lebih
mudah dimengerti dan memiliki segmentasi lebih luas. Buku cerita bergambar
diharapkan juga dapat menjangkau anak kecil.

8

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24