ANALISIS KASUS PARTAI POLITIK (1)

ANALISIS KASUS PARTAI POLITIK

Nama

: PUTRIE INKA HAFIZHAH

Nim

: 1402111163

Mata Kuliah : UTS Anggaran Sektor Publik (Jumat, 07.30-09.10)

1. Isi Berita
Enam Parpol Diduga Manipulasi Laporan Dana Kampanye
Indonesia Corruption Watch (ICW) menduga enam partai politik (parpol) peserta Pemilu 2009
memanipulasi laporan dana kampanye pemilu legislatif (pileg) 2009 yang dilaporkan ke kantor
akuntan publik (KAP) yang ditunjuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) 24 April lalu.
Dugaan manipulasi ini didasarkan pada hasil penelusuran ICW yang menunjukkan adanya selisih
anggaran antara yang dilaporkan keenam parpol ke KAP dibanding dengan belanja iklan
kampanye enam parpol tersebut di media massa cetak dan elektronik. Keenam parpol itu masingmasing Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura),
Partai Amanat Nasional (PAN), PDI Perjuangan, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW Ibrahim Zuhdi Fahmi Badoh, Senin (25/5), mengatakan
dari data yang dikumpulkan dan laporan masyarakat ditemukan adanya indikasi manipulasi
laporan dana kampanye di enam parpol. Indikasi itu tercium dari selisih anggaran yang
dilaporkan parpol ke KAP dengan data rekapitulasi pembelanjaan aktual kampanye di media
massa cetak dan elektronik. Partai Golkar dengan selisih Rp 134,38 miliar, PKS dengan selisih
Rp 38,388 miliar, Hanura dengan selisih Rp 25,59 miliar, PAN dengan selisih Rp 53,231 miliar,
PDI Perjuangan dengan selisih Rp 95,63 miliar, dan PPP dengan selisih Rp 36,68 miliar.
"Dari hasil perbandingan ini sebanyak enam parpol terindikasi tidak melaporkan pembelanjaan
kampanye yang sebenarnya," kata Fahmi Badoh kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Melalui temuan indikasi manipulasi laporan dana kampanye pileg enam parpol tersebut ICW
meminta KPU untuk segera mempublikasikan hasil audit laporan dana kampanye peserta pemilu
kepada publik sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi. KPU juga harus segera
berkoordinasi dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) guna menindaklanjuti temuan hasil
audit dana kampanye, terutama indikasi pelanggaran pidananya.
Sementara, terkait persiapan penyelenggaraan pemilu presiden (pilpres) 2009 KPU harus segera
menetapkan peraturan KPU terkait pencatatan, pelaporan, dan audit dana kampanye pilpres.
Bawaslu juga harus segera mempersiapkan model pengawasan yang lebih efektif atas dana
kampanye pilpres mendatang.
"Kami juga mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat sipil terutama NGO, media,

mahasiswa, dan kalangan universitas untuk ikut serta mendorong keterbukaan dan pengawasan
bersama atas dana kampanye pilpres," kata Fahmi Badoh.
Terpisah, kelompok kerja (pokja) dana kampanye KPU Abdul Aziz mengatakan pihaknya telah
menerima laporan hasil audit 38 parpol tingkat nasional dan hasil audit 72 persen calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari KAP yang ditunjuk. Namun, KPU belum memplenokan
laporan hasil audit tersebut dan belum menentukan waktu untuk mengumumkannya kepada
masyarakat. KPU juga bersedia memberikan salinan laporan hasil audit dana kampanye pileg
kepada Bawaslu jika ada permintaan dari lembaga penyelenggara pemilu tersebut.
Terkait dengan adanya dugaan indikasi manipulasi laporan dana kampanye dari masyarakat, kata
Aziz sepenuhnya hal itu menjadi kewenangan Bawaslu. Pasalnya, KPU hanya akan membahas
hasil laporan audit dana kampanye parpol dari KAP.
"Laporan hasil audit dana kampanye itu masih disegel, belum dibuka, nanti kami plenokan samasama, buka sama-sama, mungkin kalau tidak sore ini nanti malam (kemarin)," kata Aziz. [by :
Arjuna Al Ichsan]
Sumber: Jurnal Nasional, 26 Mei 2009
2. Menurut Sudut Pandang Anggaran Sektor Publik

Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa keenam partai politik tersebut telah
melakukan penyelewengan dana, hal ini terlihat dari hasil penelusuran ICW yang menunjukkan
adanya selisih anggaran antara yang dilaporkan keenam parpol ke KAP dibanding dengan
belanja iklan kampanye enam parpol tersebut di media massa cetak dan elektronik.

Pertanggungjawaban keuangan organisasi Partai Politik, sebagai suatu entitas yang
menggunakan dana publik yang besar, haruslah transparan sehingga pertanggungjawaban
keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Sebagai bentuk kepatuhan terhadap
Undang-undang Partai Politik dan UU Pemilu, seluruh sumber daya keuangan yang
digunakan

harus

pertanggungjawaban

dipertanggungjawabkan

kepada

para

konstituennya.

Bentuk


pengelola keuangan partai politik serta pemilu adalah penyampaian

Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus untuk Partai
Politik) yang harus diaudit Akuntan Publik ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.
Dalam pasal 79 UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu disebutkan bahwa seluruh laporan dana
kampanye peserta Pemilu, baik penerimaan maupun pengeluaran, wajib diserahkan ke akuntan
publik terdaftar selambat-lambatnya 60 hari sesudah hari pemungutan suara. Sementara itu,
akuntan publik wajib menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari kemudian dan hasilnya
dilaporkan ke KPU selambatnya tujuh hari sesudah diaudit. Akan tetapi pada kenyataannya,
banyak sekali parpol yang melanggar aturan tarsebut.
3. Pelaksanaannya
Keenam parpol yang telah disebutkan diatas telah melakukan pelanggaran dalam penggunaan
dana partai politik, sebagai sebuah organisasi masyarakat, hal tersebut tidak sepantasnya untuk
dilakukan. Keenam parpol tersebut telah memanipulasi dana dan tidak melaporkan pembelanjaan
kampanye yang sebenarnya, serta menggunakan dana yang seharusnya untuk kepentingan
bersama tetapi malah digunakan demi kepentingan pribadi.