Makalah Perkembangan Bisnis Syariah di I
PERKEMBANGAN BISNIS SYARIAH di INDONESIA DAN PROSPEK PARIWISATA
SYARIAH KE DEPAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Ekonomi
Syariah
Dosen Pengampu : DR. H. Didiek Ahmad Supadie, MM
Nama: Khoirul Anwar
NIM
: 30501202500
FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN SYARIAH PRODI AHWAL SYAHSIYAH
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Ekonomi syariah sekarang ini banyak diperbincangkan
di Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar
pemerintah
Indonesia
segera
mengimplementasikan
sistem
ekonomi islam dalam sistem perekonomian Indonesia seiring
dengan hancurnya sistem ekonomi kapitalis.
Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak pula
gabungan dari keduanya. Islam memberikan perlindungan hak
kepemilikan individu, sedngkan untuk kepentingan masyarakat
didukung dan diperkuat, dengan tetap menjaga keseimbangan
kepentingan publik dan individu serta menjaga moral. Di dalam
bermuamalah, islam menganjurkan untuk mengatur muamalah
diantara manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan
kemerdekaan bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba.
Seiring dengan kesadaran masyarakat Indonesia–yang
mayoritas
penduduknya
muslim—terhadap
keharusan
menggunakan dan memanfaatkan produk (barang maupun jasa)
yang halal dan barokah, maka peran produsen atau perusahaanperusahaan berbasis syariah menjadi sebuah alternative masa
depan yang sangat menjanjikan. Barangkali ini dianggap terlalu
optimis. Tapi itulah trend yang sekarang sedang menuju ke arah
sana.
B. Pokok Masalah
Ada beberapa hal yang akan dibahas oleh penulis terkait
perkembangan Bisnis syariah di Indonesia, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan bisnis syariah?
2. Apa saja ruang lingkup bisnis syariah?
2
3. Bagaimana perkembangan bisnis syariah di indonesia di masa
mendatanag?
4. Bagaimana prospek bisnis wisata syariah di Indonesia?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bisnis Syariah
Secara bahasa, Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum
(mawrid al-ma’ li al istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm).
Sedang secara istilah syariah bermakna perundang-undangan yang
diturunkan Allah Swt melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk
seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak,
makanan, minuman pakaian maupun muamalah (interaksi sesama
manusia
dalam
berbagai
aspek
kehidupan)
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Syafi’I Antonio, syariah
guna
mempunyai
meraih
keunikan
tersendiri, syariah tidak saja komprehensif, tetapi juga universal.
Universal bermakna bahwa syariah dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat oleh setiap manusia. Keuniversalan ini terutama
pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membeda-bedakan antara
kalangan Muslim dan non-Muslim.1
Dengan mengacu pada pengertian
tersebut,
Hermawan
Kartajaya dan Syakir Sula memberi pengertian bahwa Bisnis syariah
adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan
penghormatan atas hak masing-masing. 2 Pengertian yang hari lalu
cenderung normatif dan terkesan jauh dari kenyataan bisnis kini
dapat dilihat dan dipraktikkan dan akan menjadi trend bisnis masa
depan.
B. Ruang Lingkup Bisnis Syariah
Bisnis syariah mempunyai keunikan sendiri, tidak hanya
bersifat konperhensif tetapi bisnis syariah juga memiliki sifat yang
universal yang artinya dapat diterapkan kapan saja dan oleh siapa
saja baik muslim maupun non musim. Bisnis syariah memiliki 4
1 Muhammad Syakir Sula dan Hermawan kertajaya, syariah marketing, Mizan, Bandung,
2006, Hal.169
2 Ibid, Hlm. 45
4
prinsip dalam melakukan kegiatan ekonominya yaitu Keseimbangan
atau Kesejajaran, Tanggung Jawab, Tauhid dan Kehendak Bebas.
1. Keseimbangan atau Kesejajaran
Suatu konsep yang mengharuskan adanya keadilan social
didalam jalannya bisnis yang berdasarkan syariah.
2. Tanggung Jawab
Manusia dan segala aktivitas yang dijalaninya memiliki tanggung
jawab kepada Allah dan kepada sesame manusia lainnya, karena
manusia tidak dapat hidup sendiri mereka hidup berdampingan
dan tidak lepas dari hokum yang berlaku didunia maupun
diakhirat nanti.
3. Tauhid
Manusia harus menyakini bahwa Allah lah yang menjadi pemilik
mutlak dan absolute atas semua yang berada didunia ini, dari
Dial ah sumbernya dan akan berakhir kepadaNya. Maka dari itu
kita sebagai manusia harus mengikuti aturannya dan batas-batas
yang ditetapkan.
4. Kehendak Bebas
Manusi diciptakan dengan satu potensi yaitu, mereka bebas
memilih apa yang mereka mau kerjakan. Tetapi kehendak bebas
yang di berikan Allah haruslah sejalan dengan prinsip dasar
diciptakannya manusia dan harus sejalan dengan kepentingan
individu terutama lagi kepada kepentingan umum.
Jadi ruang lingkup bisnis syariah itu dapat dipelajari dalam
agama karena bisnis syariah suatu ilmu bisnis yang petunjukpetunjuknya terdapatdidalam Al-Qur’an.3
Abdalla Hanafi dan Hamid Salam, Guru Besar Business
Administration di Mankata State Univeristy menambahkan cakupan
berupa nilai ketulusan, keikhlasan berusaha, persaudaraan dan
keadilan. Sifatnya juga universal dan bisa dipraktekkan siapa saja.
Etika bisnis syariah bisa diwujudkan dalam bentuk ketulusan
perusahaan dengan orientasi yang tidak hanya pada keuntungan
perusahaan namun juga bermanfaat bagi masyarakat dalam arti
sebenarnya. Pendekatan win-win solution menjadi prioritas. Semua
pihak diuntungkan sehingga tidak ada praktek “culas” seperti
3 https://adzaniahdinda.wordpress.com/2013/04/07/ruang-lingkup-bisnis-syariah/ diakses
pada 31 Desember 2014,
5
menipu masyarakat atau petugas pajak dengan laporan keuangan
yang rangkap dan lain-lain.
Bisnis juga merupakan wujud memperkuat persaudaraan
manusia
dan
bukan
mencari
musuh.
Jika
dikaitkan
dengan
pertanyaan, apakah etika bisnis syariah juga bisa meminimalisir
keuntungan
bagaimana
atau
kita
malah
merugikan
melihatnya.
Bisnis
?.
Jawabnya
yang
tergantung
dijalankan
dengan
melanggar prinsip-prinsip etika dan syariah seperti pemborosan,
manipulasi,
ketidakjujuran,
monopoli,
kolusi
dan
nepotisme
cenderung tidak produktif dan menimbulkan inefisiensi.
Etika yang diabaikan bisa membuat perusahaan kehilangan
kepercayaan dari masyarakat bahkan mungkin dituntut di muka
hukum. Manajemen yang tidak menerapkan nilai-nilai etika dan
hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan
mampu bertahan (survive) dalam jangka panjang. Jika demikian,
pilihan berada di tangan kita. Apakah memilih keuntungan jangka
pendek dengan mengabaikan etika atau memilih keuntungan jangka
panjang dengan komit terhadap prinsip-prinsip etika –dalam hal ini
etika bisnis syariah.4
C. Perkembangan Bisnis Syariah di Indonesia
Perkembangan bisnis syariah mengalami perkembangan yang
pesat, bisnis dengan menggunakan label syariah ini menjadi trend
yang cukup menggoda. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ragam
bisnis yang saat ini diberi label syariah. Perbankan syariah mungkin
dapat kita sebut sebagai pionirnya, disusul kemudian industri yang
bergerak di sektor jasa keuangan lainnya, ada koperasi jasa
keuangan syariah (KJKS), asuransi syariah, pegadaian syariah,
obligasi syariah dan sebagainya.
Jika perkembangan bisnis syariah ini tumbuh berawal dari sektor
keuangan, tentu sangat mudah utuk dipahami. Sebab, bisnis
disektor keuangan merupakan bisnis yang basis penggeraknya
4 http://reza-rahmat.blogspot.com/2012/06/ruang-lingkup-bisnis-syariah.html diakses
pada 30 desember 2014,
6
adalah bunga. Ketika kemudian ada fatwa yang menjelaskan bahwa
bunga bank adalah riba, maka tentu saja bisnis disektor ini
mengalami guncangan (meski banyak juga yang masih merasa
nyaman). Maka upaya-upaya untuk mensyariahkan bisnis di sektor
ini terus menerus dilakukan.
Melihat kenyataan yang telah disebutkan diatas, dapat dipastikan
bisnis syariah akan mengalami perkembangan yang cukup pesat
dan bukan tidak mungkin akan mengalahkan dominasi bisnis
konvensional yang saat ini masih mendominasi bisnis Indonesia.
D. Peluang Bisnis Wisata Syariah di Indonesia
Negara-negara muslim memiliki banyak potensi wisata yang
belum dimanfaatkan secara optimal, salah satunya adalah
pengembangan pariwisata syariah. Trend wisata syariah semakin
tinggi dan menjadi ladang bisnis bagi para pengusaha untuk
menggarap keuntungan. Sejalan dengan perkembangan wisata
syariah, produk halal ternyata tidak hanya dikonsumsi oleh turis
muslim saja, namun juga oleh turis non-muslim.
Hal ini menyusul semakin sadarnya masyarakat akan manfaat
konsep halal yang diterapkan Islam, baik dalam hal makanan,
wisata, jasa keuangan dan lainnya.
Sektor pariwisata berbasis syariah di indonesia ke depan kian
terlihat menjanjikan, karena pemerintah melalui kementerian
pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan dukungan penuh pada
pengembangan wisata syariah di Indonesia. Dukungan formal dari
pemerintah tersebut mulai digaungkan sejak era presiden SBY, hal
ini terbukti dengan diselenggerakanya Konferensi Wisata Syariah
Negara-negara Anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang
berlangsung di Jakarta selama dua hari pada tanggal 2-3 Juni 2014
menghasilkan 13 rekomendasi untuk ditindaklanjuti dalam
pengembangan wisata syariah ke depan.
Dalam rangka pengembngan wisata syariah ke depan, maka
pada 1st Organization Islamic Conference (OIC) International Forum
on Islamic Tourism menghasilkan beberapa rekomendasi :
7
1. Perlu
adanya
mengenai
peningkatan
wisata
awareness
syariah
dan
dan
penjelasan
signifikansinya
terhadap
perekonomian yang dapat membuat hubungan sesama umat
muslim dan lingkungan sekitarnya menjadi semakin erat.
2. Sekretariat Jenderal OKI bersama dengan negara-negara
anggota hendaknya menyelenggarakan sejumlah pertemuan
lanjutan
mengenai
mengembangkan
wisata
branding
syariah,
dan
termasuk
positioning
dalam
pada
pasar
pariwisata dunia.
3. Mendorong Sekretariat Jenderal dan negara anggota OKI
untuk
mengadakan
event
internasional
tahunan
wisata
syariah.\
4. Mendorong arus wisatawan antara negara-negara OKI dengan
mengimplementasikan kebijakan nasional melalui fasilitasi
visa,
pembangunan
kapasitas,
dan
menyediakan
iklim
kondusif bagi investasi wisata syariah.
5. Mengimbau Statistical, Economic and Social Research and
Training Centre for Islamic Countries (SESRIC), Islamic Centre
for Development of Trade, Research Centre for Islamic History,
Art and Culture (IRCICA), Islamic Educational, Scientific and
Cultural Organization dan Islamic Development Bank Group,
memberi
dukungan
pembangunan
kapasitas
untuk
pengembangan wisata syariah di negara-negara anggota OKI.
6. SESRIC
hendaknya
mendetail
muslim
mengenai
dan
dapat
menyediakan
wisata
peluang
syariah,
investasi
studi
perilaku
wisata
dan
riset
wisatawan
syariah
serta
memberikan hasilnya pada Konferensi Menteri Pariwisata OKI
yang ke-9 di Niger pada 2015.
7. IRCICA
juga
diharapkan
dapat
menghasilkan
studi
pengembangan situs budaya dan menyediakan informasi
sejarah,
seni,
dan
ilmu
8
pengetahuan
dan
Islam,
dan
menyerahkan hasilnya pada Konferensi Menteri Pariwisata OKI
yang ke-9 di Niger pada 2015.
8. Standard and Metrology Institute for Islamic Countries (SMIIC)
diharapkan dapat mengaktifkan kembali Komite Wisata dan
membuat standar industri wisata syariah, produk dan jasanya.
9. Kamar Dagang dan Industri Syariah hendaknya mendorong
transaksi bisnis wisata syariah diantara negara-negara OKI.
10.
Meminta IDB Group membuat skema pembiayaan untuk
pengembangan wisata syariah di negara-negara anggota OKI.
11.
Pelaku industri wisata syariah di negara-negara anggota
OKI hendaknya (lanjutan dibawah) :
12.
Mengusulkan membentuk Working Group Wisata Syariah
dan mengeksplorasi kemungkinan untuk membuat Rencana
Aksi Wisata Syariah pada Konferensi Menteri Pariwisata OKI.
13.
Laporan dan rekomendasi dari forum ini diharapkan
dapat diadopsi pada Konferensi Menteri Pariwisata OKI yang
ke-9 di Niger pada 2015.
Jauh sebelum pemerintah memberikan dukungan pada wisata
syariah dengan wujud menyelenggarakan Konferensi Wisata Syariah
Negara-negara Anggota Organisasi Konferensi Islam, Dewan Syariah
Nasional MUI Sejak beberapa tahun terakhir ini, turut aktif
mendukung pemerintah, khususnya dari Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, guna mengembangkan wisata syariah di Indonesia.
Menurut
DSN MUI, Wisata Syariah merupakan satu ruang
yang sangat luas dan sangat strategis, karena ddalamnya banyak
unsur-unsur yang terkait dengan upaya membangun peradaban
Islam
yang
kaffah,
dan
rahmatan
lil
alamin.
Karena
faktor
lingkungan, SDM, budaya, seni, dan berbagai derivatif lainnya, pasti
akan menjadi komponen-komponen yang menyatu, yang tidak bisa
dipisahkan. Dan semua ini sebetulnya adalah sebuah peradaban
yang sejak lama didirikan oleh manusia. Ini juga tak terlepas dari
9
upaya meningkatkan ekonomi kreatif, sehingga akan meningkatkan
nilai-nilai ekonomis dari obyek-obyek wisata yang kita miliki, yang
nantinya
juga
akan
berdampak
pada
peningkatan
nilai-nilai
ekonomi, baik secara mikro maupun makro. Karena itulah, DSN MUI
merasa
terpanggil
untuk
men-support
Pemerintah
dalam
mengembangkan wisata syariah ini.5
Peran DSN MUI sangatlah vital dalam pengembangan wisata
syariah ini, untuk itu DSN MUI melakukan beberapa langkah-langkah
diantaranya; DSN MUI mengambil peran yang dituangkan didalam
MOU bersama Kemenparekraf yang isinya :
1. DSN MUI menyusun Pedoman Umum yang menyangkut wisata
syariah, dan juga pedoman-pedoman khusus yang terkait dengan
elemen-elemen dari wisata syariah yang diperlukan, seperti
misalnya, menyangkut perrhotelan syariah, restoran, atau rumah
makan, atau hal-hal yang terkait dengan produk-produk
konsumen wisata syariah.
2. DSN MUI menyiapkan sertifikasi bagi perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang jasa wisata syariah. DSN juga akan
memberikan pelathan dan sertifikasi pula bagi para tour guide,
karena posisi-posisi ini memang sangat penting.
3. DSN MUI juga akan menempatkan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) pada biro-biro perjalanan wisata, guna memberikan
arahan, bimbingan, dan juga memberikan opini-opini syariah
yang terkait dengan pengembangan wisata syariah yang
berkelanjutan.
4. DSN MUI juga akan memberikan fatwa-fatwa yang menjadi
pedoman dasar dari wisata syariah ini.
Dan tentu saja, DSN MUI juga ikut mensosialisasikan
5 Diolah dari wawancara mysharing.com dengan DSN MUI. http://mysharing.co/wisatasyariah/ .diakses pada 02 januari 2015
10
pengembagan wisata syariah di tanah air ini, bersama-sama
dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya.
Dari catatan yang ada, spending muslim travel pada 2013
mencapai US$ 137 miliar. Dalam laporan berjudul State of The
Global Islamic Economy 2013 Report, disebutkan jumlah ini sama
dengan 12,5 persen dari keseluruhan nilai belanja pariwisata dunia.
Angka itu belum termasuk belanja untuk umrah dan haji.
Menurut perkiraan mereka, pada 2018 belanja muslim untuk
keperluan wisata menembus US$ 181 miliar. Tingkat pertumbuhan
muslim travel di dunia jauh di atas tingkat pertumbuhan wisatawan
mancanegara yang lain. Sebagai catatan, wisatawan mancanegara
yang masuk ke Indonesia mencapai 8,8 juta turis, dengan total US$
1,66 miliar.
Namun,
para
ahli
mengamati
industri
perjalanan
dan
pariwisata halal di negara-negara nonmuslim jauh lebih baik
daripada di negara-negara muslim. Dewan Crescent Tours di Inggris,
Elnur Seyidli berpendapat pertumbuhan pariwisata halal seperti
yang terlihat di Selandia Baru dan Australia menunjukkan, negaranegara nonmuslim lebih disukai turis
negara-negara muslim.
Menurutnya, dunia nonmuslim mampu menggarap potensi tersebut
lebih maksimal. Contohnya, Jepang yang memiliki ruang salat di
bandara dan sebagian besar hotel di sana menyediakan makanan
halal. Thomson Reuters baru-baru ini melaporkan, Eropa menjadi
tujuan wisata terpopuler secara global pada 2012. Di bagian daftar
teratas adalah Prancis dengan 83 juta kedatangan. Amerika Serikat
menduduki posisi kedua dengan 67 juta kedatangan, diikuti China
dan Spanyol dengan 58 juta kunjungan. Turki dan Malaysia
menduduki peringkat ke-6 dan ke-10.6
6 http://mugipanji.wordpress.com/2014/08/19/indonesia-serius-kembangkan-wisata-syariah/
diakses pada 02 januari 2015
11
Indonesia
memiliki
potensi
besar
dalam
pengembangan
wisata syariah mengingat sebagian besar penduduknya adalah
Muslim dan adanya faktor pendukung seperti ketersediaan produk
halal. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
secara
alami
budayanya
telah
menjalankan
kehidupan
bermasyarakat yang Islami, sehingga di sebagian besar wilayahnya
yang merupakan destinasi wisata telah ramah terhadap Muslim
Traveller. Terkait kebutuhan umat muslim dunia, dari 6,8 milyar lebih
penduduk dunia, tercatat tidak kurang dari 1,57 milyar atau sekitar
23%
adalah
muslim.
Bahkan
di
Indonesia,
penganut
Islam
diperkirakan mencapai angka 203 juta jiwa atau sekitar 88,2% dari
jumlah penduduk. Hal ini merupakan potensi bagi pengembangan
wisata syariah, misalnya dengan menciptakan paket-paket wisata
syariah di destinasi pariwisata Indonesia.
Menurut
penelitian
dari
Crescentrating,
pengeluaran
wisatawan muslim dalam suatu perjalanan wisata sangat tinggi,
dapat dibayangkan uang yang dihabiskan wisatawan muslim di
dunia pada tahun 2011 mencapai 126 milyar dolar AS atau setara
Rp 1.222,1 Triliun. Angka ini dua kali lebih besar dari seluruh uang
yang dikeluarkan oleh wisatawan Cina yang mencapai 65 miliar
dolar AS atau setara Rp 630 Triliun. Target kita wisatawan dari Timur
Tengah, Afrika Selatan, Asia, China, India, dan Eropa.
Menurut Dirjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuti,
untuk
memenuhi
mengembangkan
kebutuhan
dan
tersebut
mempromosikan
pemerintah
usaha
jasa
mencoba
di
bidang
perhotelan, restoran, biro perjalanan wisata, dan SPA di 12 destinasi
wisata syariah di Indonesia antara lain Aceh, Sumatera Barat, Riau,
Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, NTB serta Sulawesi Selatan. Kedua belas destinasi
tersebut
merupakan
proyek
percontohan
dan
tidak
kemungkinan diperluas ke destinasi lainnya di Indonesia.
12
menutup
Produk baru dari Kemeparekraf ini tentunya membutuhkan
tenaga professional di bidang pariwisata khususnya wisata syariah.
Untuk Mendukung program pemerintah tersebut, Universitas yang
membuka
fakultas
pariwisata
perlu
mempersiapkan
hingga
melahirkan tenaga kerja profesional di bidang kepariwisataan yang
berkualitas dan bersertifikat taraf internasional. Program wisata
syariah yang digalakkan oleh Kemenparekraf harus sejalan dengan
visi & misi fakultas pariwisata yang berdasarkan nilai-nilai Islam
dalam menngembangkan dan memajukan Pariwisata Sumatera
Barat khususnya dan Indonesia umumnya.
Dengan nilai-nilai keislaman yang ada pada pariwisata syariah
bukan
hanya
bermanfaat
bagi
industri
pariwisata
tapi
juga
bermanfaat bagi masyarakat dalam meningkatkan keimanan &
menjadi manusia yang lebih baik dan mencegah terjadinya hal hal
yang bersifat mudharat bagi manusia dan lingkungan. Bahkan ketua
MUI sendiri menyampaikan bahwa Wisata Syariah adalah bagian
dari Dakwah, Subhanallah. Selaras Sumbar sendiri wisata syariah
yang menghilangkan hal hal yang tidak sesuai dengan syariah islam
sangat sesuai dengan.7
Dengan adanya wisata Syariah ini mungkin bisa menjawab
pertanyaan dari kalangan masyarakat yang insha Allah bisa
mengubah stigma masyarakat tentang pariwisata di Indonesia.
Produk baru Kemenparekraf ini bisa menjadi Jati Diri Pariwisata
Indonesia yang bersinergi dengan seluruh lapisan masyarakat dan
dapat menjadi insan pariwisata yang agamis dan profesional.
insyaallah, wisata syari’ah yang paling barokah.
Meski terkesan terlambat, namun pengembangkan sektor
“sharia tourism” ini akan memberikan nilai tambah ekonomi
sekaligus khazanah budaya bagi Indonesia sendiri, sehingga dikenal
7 Riyanto Sofyan, Bisnis syariah, mengapa tidak?, jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hal. 117
13
di manca Negara, utamanya di kalangan dunia Islam. Dewasa ini
konsep priwisata Islam (Islamic tourism) – berkaitan pula dengan
konsep
wisata
halal
–
sebuah
paket
wisata
yang
sekaligus
mengandung nilai-nilai dakwah, manfaat serta pengenalan tentang
kebudayaan
Islam
(Islamic
culture).
Negara-negara di Timur Tengah, sudah lebih dulu mengawalinya
secara professional, contoh seperti Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA)
, yang mengemas paket wisata mereka dengan basis syariah dari
hulu ke hilir, semua unsure yang terkait dengan pariwisata
dibungkus dengan nili-nilai Islami, dari bentuk pelayanan, hotel,
area destinasi hingga makanan yang disajikan. Sehingga para
wisatawan memandang pejalanan yang dialkukannya adalah penuh
manfaat, bernilai tadabur alam serta rekreasi yang tidak sia-sia.
Saat ini “Sharia Tourism” atau Wisata berbasis syariah sangat
menarik untuk dikembangkan, setelah berbagai bisnis berbasis
syariah mengemuka, yakni perbankan syariah, asuransi syariah dan
lain-lain, kini bergulir ide Wisata Syariah. Melihat pada kenyataan
yang dipaparkan
primadona
baru
diatas, bisnis wisata syariah akan menjadi
bagi
dunia
pariwisata
nasional
bahkan
internasional.8
Peluang Yang Bisa Saya Akses
Dengan adanya dukungan dari MUI dan pemerintah, serta
kebutuhan masyarakat indonesia akan wisata halal, maka wisata
syariah di indonesia akan semakin mudah berkembang. Saya
melihat,Di indonesia belum banyak Jasa Tour yang memiliki konsep
syariah. Kalaupun ada, baru beberapa jenis wisata yang memang
dari asalnya sudah syar’i, seperti ziarah wali 9, atau juga Umrah.
Dengan kenyataan ini tentunya wisata syariah akan menjadi
lapangan bisnis yang menjanjikan. Akses untuk membuka bisnis
wisata syariah di Indonesia akan lebih mudah mengingat sekarang
8 http://mugipanji.wordpress.com/2014/08/19/indonesia-serius-kembangkan-wisatasyariah/ diakses pada 02 januari 2015
14
ini belum banyak kompetitor yang dalam persaingan bisnis wisata
syariah.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hermawan Kartajaya dan Syakir Sula memberi pengertian
bahwa Bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh
kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-masing.
Bisnis syariah mempunyai keunikan sendiri, tidak hanya
bersifat konperhensif tetapi bisnis syariah juga memiliki sifat yang
universal yang artinya dapat diterapkan kapan saja dan oleh siapa
saja baik muslim maupun non musim. Bisnis syariah memiliki 4
prinsip dalam melakukan kegiatan ekonominya yaitu Keseimbangan
atau Kesejajaran, Tanggung Jawab, Tauhid dan Kehendak Bebas.
Perkembangan bisnis syariah mengalami perkembangan yang
pesat, bisnis dengan menggunakan label syariah ini menjadi trend
yang cukup menggoda. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ragam
bisnis yang saat ini diberi label syariah. Perbankan syariah mungkin
dapat kita sebut sebagai pionirnya, disusul kemudian industri yang
bergerak di sektor jasa keuangan lainnya, ada koperasi jasa
keuangan syariah (KJKS), asuransi syariah, pegadaian syariah,
obligasi syariah dan sebagainya.
Indonesia
memiliki
potensi
besar
dalam
pengembangan
wisata syariah mengingat sebagian besar penduduknya adalah
Muslim dan adanya faktor pendukung seperti ketersediaan produk
halal. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
secara
alami
budayanya
telah
menjalankan
kehidupan
bermasyarakat yang Islami, sehingga di sebagian besar wilayahnya
yang merupakan destinasi wisata telah ramah terhadap Muslim
Traveller. Terkait kebutuhan umat muslim dunia, dari 6,8 milyar lebih
16
penduduk dunia, tercatat tidak kurang dari 1,57 milyar atau sekitar
23%
adalah
muslim.
Bahkan
di
Indonesia,
penganut
Islam
diperkirakan mencapai angka 203 juta jiwa atau sekitar 88,2% dari
jumlah penduduk. Hal ini merupakan potensi bagi pengembangan
wisata syariah, misalnya dengan menciptakan paket-paket wisata
syariah di destinasi pariwisata Indonesia.
Meski terkesan terlambat, namun pengembangkan sektor
“sharia tourism” ini akan memberikan nilai tambah ekonomi
sekaligus khazanah budaya bagi Indonesia sendiri, sehingga dikenal
di manca Negara, utamanya di kalangan dunia Islam. Melihat pada
kenyataan yang dipaparkan diatas, bisnis wisata syariah akan
menjadi primadona baru bagi dunia pariwisata nasional bahkan
internasional.
17
DAFTAR PUSTAKA
Syakir Sula, Muhammad, dan kertajaya, Hermawan, syariah marketing,
Mizan, Bandung, 2006
Sofyan, Riyanto. Bisnis syariah, mengapa tidak?, jakarta, PT. Gramedia
Pustaka Utama.
https://adzaniahdinda.wordpress.com/2013/04/07/ruang-lingkup-bisnissyariah/ diakses pada 31 Desember 2014,
http://reza-rahmat.blogspot.com/2012/06/ruang-lingkup-bisnissyariah.html diakses pada 30 desember 2014,
http://mugipanji.wordpress.com/2014/08/19/indonesia-seriuskembangkan-wisata-syariah/ diakses pada 02 januari 2015
wawancara mysharing.com dengan DSN MUI. http://mysharing.co/wisatasyariah/ .diakses pada 02 januari 2015
18
SYARIAH KE DEPAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Ekonomi
Syariah
Dosen Pengampu : DR. H. Didiek Ahmad Supadie, MM
Nama: Khoirul Anwar
NIM
: 30501202500
FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN SYARIAH PRODI AHWAL SYAHSIYAH
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Ekonomi syariah sekarang ini banyak diperbincangkan
di Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar
pemerintah
Indonesia
segera
mengimplementasikan
sistem
ekonomi islam dalam sistem perekonomian Indonesia seiring
dengan hancurnya sistem ekonomi kapitalis.
Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak pula
gabungan dari keduanya. Islam memberikan perlindungan hak
kepemilikan individu, sedngkan untuk kepentingan masyarakat
didukung dan diperkuat, dengan tetap menjaga keseimbangan
kepentingan publik dan individu serta menjaga moral. Di dalam
bermuamalah, islam menganjurkan untuk mengatur muamalah
diantara manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan
kemerdekaan bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba.
Seiring dengan kesadaran masyarakat Indonesia–yang
mayoritas
penduduknya
muslim—terhadap
keharusan
menggunakan dan memanfaatkan produk (barang maupun jasa)
yang halal dan barokah, maka peran produsen atau perusahaanperusahaan berbasis syariah menjadi sebuah alternative masa
depan yang sangat menjanjikan. Barangkali ini dianggap terlalu
optimis. Tapi itulah trend yang sekarang sedang menuju ke arah
sana.
B. Pokok Masalah
Ada beberapa hal yang akan dibahas oleh penulis terkait
perkembangan Bisnis syariah di Indonesia, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan bisnis syariah?
2. Apa saja ruang lingkup bisnis syariah?
2
3. Bagaimana perkembangan bisnis syariah di indonesia di masa
mendatanag?
4. Bagaimana prospek bisnis wisata syariah di Indonesia?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bisnis Syariah
Secara bahasa, Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum
(mawrid al-ma’ li al istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm).
Sedang secara istilah syariah bermakna perundang-undangan yang
diturunkan Allah Swt melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk
seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak,
makanan, minuman pakaian maupun muamalah (interaksi sesama
manusia
dalam
berbagai
aspek
kehidupan)
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Syafi’I Antonio, syariah
guna
mempunyai
meraih
keunikan
tersendiri, syariah tidak saja komprehensif, tetapi juga universal.
Universal bermakna bahwa syariah dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat oleh setiap manusia. Keuniversalan ini terutama
pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membeda-bedakan antara
kalangan Muslim dan non-Muslim.1
Dengan mengacu pada pengertian
tersebut,
Hermawan
Kartajaya dan Syakir Sula memberi pengertian bahwa Bisnis syariah
adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan
penghormatan atas hak masing-masing. 2 Pengertian yang hari lalu
cenderung normatif dan terkesan jauh dari kenyataan bisnis kini
dapat dilihat dan dipraktikkan dan akan menjadi trend bisnis masa
depan.
B. Ruang Lingkup Bisnis Syariah
Bisnis syariah mempunyai keunikan sendiri, tidak hanya
bersifat konperhensif tetapi bisnis syariah juga memiliki sifat yang
universal yang artinya dapat diterapkan kapan saja dan oleh siapa
saja baik muslim maupun non musim. Bisnis syariah memiliki 4
1 Muhammad Syakir Sula dan Hermawan kertajaya, syariah marketing, Mizan, Bandung,
2006, Hal.169
2 Ibid, Hlm. 45
4
prinsip dalam melakukan kegiatan ekonominya yaitu Keseimbangan
atau Kesejajaran, Tanggung Jawab, Tauhid dan Kehendak Bebas.
1. Keseimbangan atau Kesejajaran
Suatu konsep yang mengharuskan adanya keadilan social
didalam jalannya bisnis yang berdasarkan syariah.
2. Tanggung Jawab
Manusia dan segala aktivitas yang dijalaninya memiliki tanggung
jawab kepada Allah dan kepada sesame manusia lainnya, karena
manusia tidak dapat hidup sendiri mereka hidup berdampingan
dan tidak lepas dari hokum yang berlaku didunia maupun
diakhirat nanti.
3. Tauhid
Manusia harus menyakini bahwa Allah lah yang menjadi pemilik
mutlak dan absolute atas semua yang berada didunia ini, dari
Dial ah sumbernya dan akan berakhir kepadaNya. Maka dari itu
kita sebagai manusia harus mengikuti aturannya dan batas-batas
yang ditetapkan.
4. Kehendak Bebas
Manusi diciptakan dengan satu potensi yaitu, mereka bebas
memilih apa yang mereka mau kerjakan. Tetapi kehendak bebas
yang di berikan Allah haruslah sejalan dengan prinsip dasar
diciptakannya manusia dan harus sejalan dengan kepentingan
individu terutama lagi kepada kepentingan umum.
Jadi ruang lingkup bisnis syariah itu dapat dipelajari dalam
agama karena bisnis syariah suatu ilmu bisnis yang petunjukpetunjuknya terdapatdidalam Al-Qur’an.3
Abdalla Hanafi dan Hamid Salam, Guru Besar Business
Administration di Mankata State Univeristy menambahkan cakupan
berupa nilai ketulusan, keikhlasan berusaha, persaudaraan dan
keadilan. Sifatnya juga universal dan bisa dipraktekkan siapa saja.
Etika bisnis syariah bisa diwujudkan dalam bentuk ketulusan
perusahaan dengan orientasi yang tidak hanya pada keuntungan
perusahaan namun juga bermanfaat bagi masyarakat dalam arti
sebenarnya. Pendekatan win-win solution menjadi prioritas. Semua
pihak diuntungkan sehingga tidak ada praktek “culas” seperti
3 https://adzaniahdinda.wordpress.com/2013/04/07/ruang-lingkup-bisnis-syariah/ diakses
pada 31 Desember 2014,
5
menipu masyarakat atau petugas pajak dengan laporan keuangan
yang rangkap dan lain-lain.
Bisnis juga merupakan wujud memperkuat persaudaraan
manusia
dan
bukan
mencari
musuh.
Jika
dikaitkan
dengan
pertanyaan, apakah etika bisnis syariah juga bisa meminimalisir
keuntungan
bagaimana
atau
kita
malah
merugikan
melihatnya.
Bisnis
?.
Jawabnya
yang
tergantung
dijalankan
dengan
melanggar prinsip-prinsip etika dan syariah seperti pemborosan,
manipulasi,
ketidakjujuran,
monopoli,
kolusi
dan
nepotisme
cenderung tidak produktif dan menimbulkan inefisiensi.
Etika yang diabaikan bisa membuat perusahaan kehilangan
kepercayaan dari masyarakat bahkan mungkin dituntut di muka
hukum. Manajemen yang tidak menerapkan nilai-nilai etika dan
hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan
mampu bertahan (survive) dalam jangka panjang. Jika demikian,
pilihan berada di tangan kita. Apakah memilih keuntungan jangka
pendek dengan mengabaikan etika atau memilih keuntungan jangka
panjang dengan komit terhadap prinsip-prinsip etika –dalam hal ini
etika bisnis syariah.4
C. Perkembangan Bisnis Syariah di Indonesia
Perkembangan bisnis syariah mengalami perkembangan yang
pesat, bisnis dengan menggunakan label syariah ini menjadi trend
yang cukup menggoda. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ragam
bisnis yang saat ini diberi label syariah. Perbankan syariah mungkin
dapat kita sebut sebagai pionirnya, disusul kemudian industri yang
bergerak di sektor jasa keuangan lainnya, ada koperasi jasa
keuangan syariah (KJKS), asuransi syariah, pegadaian syariah,
obligasi syariah dan sebagainya.
Jika perkembangan bisnis syariah ini tumbuh berawal dari sektor
keuangan, tentu sangat mudah utuk dipahami. Sebab, bisnis
disektor keuangan merupakan bisnis yang basis penggeraknya
4 http://reza-rahmat.blogspot.com/2012/06/ruang-lingkup-bisnis-syariah.html diakses
pada 30 desember 2014,
6
adalah bunga. Ketika kemudian ada fatwa yang menjelaskan bahwa
bunga bank adalah riba, maka tentu saja bisnis disektor ini
mengalami guncangan (meski banyak juga yang masih merasa
nyaman). Maka upaya-upaya untuk mensyariahkan bisnis di sektor
ini terus menerus dilakukan.
Melihat kenyataan yang telah disebutkan diatas, dapat dipastikan
bisnis syariah akan mengalami perkembangan yang cukup pesat
dan bukan tidak mungkin akan mengalahkan dominasi bisnis
konvensional yang saat ini masih mendominasi bisnis Indonesia.
D. Peluang Bisnis Wisata Syariah di Indonesia
Negara-negara muslim memiliki banyak potensi wisata yang
belum dimanfaatkan secara optimal, salah satunya adalah
pengembangan pariwisata syariah. Trend wisata syariah semakin
tinggi dan menjadi ladang bisnis bagi para pengusaha untuk
menggarap keuntungan. Sejalan dengan perkembangan wisata
syariah, produk halal ternyata tidak hanya dikonsumsi oleh turis
muslim saja, namun juga oleh turis non-muslim.
Hal ini menyusul semakin sadarnya masyarakat akan manfaat
konsep halal yang diterapkan Islam, baik dalam hal makanan,
wisata, jasa keuangan dan lainnya.
Sektor pariwisata berbasis syariah di indonesia ke depan kian
terlihat menjanjikan, karena pemerintah melalui kementerian
pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan dukungan penuh pada
pengembangan wisata syariah di Indonesia. Dukungan formal dari
pemerintah tersebut mulai digaungkan sejak era presiden SBY, hal
ini terbukti dengan diselenggerakanya Konferensi Wisata Syariah
Negara-negara Anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang
berlangsung di Jakarta selama dua hari pada tanggal 2-3 Juni 2014
menghasilkan 13 rekomendasi untuk ditindaklanjuti dalam
pengembangan wisata syariah ke depan.
Dalam rangka pengembngan wisata syariah ke depan, maka
pada 1st Organization Islamic Conference (OIC) International Forum
on Islamic Tourism menghasilkan beberapa rekomendasi :
7
1. Perlu
adanya
mengenai
peningkatan
wisata
awareness
syariah
dan
dan
penjelasan
signifikansinya
terhadap
perekonomian yang dapat membuat hubungan sesama umat
muslim dan lingkungan sekitarnya menjadi semakin erat.
2. Sekretariat Jenderal OKI bersama dengan negara-negara
anggota hendaknya menyelenggarakan sejumlah pertemuan
lanjutan
mengenai
mengembangkan
wisata
branding
syariah,
dan
termasuk
positioning
dalam
pada
pasar
pariwisata dunia.
3. Mendorong Sekretariat Jenderal dan negara anggota OKI
untuk
mengadakan
event
internasional
tahunan
wisata
syariah.\
4. Mendorong arus wisatawan antara negara-negara OKI dengan
mengimplementasikan kebijakan nasional melalui fasilitasi
visa,
pembangunan
kapasitas,
dan
menyediakan
iklim
kondusif bagi investasi wisata syariah.
5. Mengimbau Statistical, Economic and Social Research and
Training Centre for Islamic Countries (SESRIC), Islamic Centre
for Development of Trade, Research Centre for Islamic History,
Art and Culture (IRCICA), Islamic Educational, Scientific and
Cultural Organization dan Islamic Development Bank Group,
memberi
dukungan
pembangunan
kapasitas
untuk
pengembangan wisata syariah di negara-negara anggota OKI.
6. SESRIC
hendaknya
mendetail
muslim
mengenai
dan
dapat
menyediakan
wisata
peluang
syariah,
investasi
studi
perilaku
wisata
dan
riset
wisatawan
syariah
serta
memberikan hasilnya pada Konferensi Menteri Pariwisata OKI
yang ke-9 di Niger pada 2015.
7. IRCICA
juga
diharapkan
dapat
menghasilkan
studi
pengembangan situs budaya dan menyediakan informasi
sejarah,
seni,
dan
ilmu
8
pengetahuan
dan
Islam,
dan
menyerahkan hasilnya pada Konferensi Menteri Pariwisata OKI
yang ke-9 di Niger pada 2015.
8. Standard and Metrology Institute for Islamic Countries (SMIIC)
diharapkan dapat mengaktifkan kembali Komite Wisata dan
membuat standar industri wisata syariah, produk dan jasanya.
9. Kamar Dagang dan Industri Syariah hendaknya mendorong
transaksi bisnis wisata syariah diantara negara-negara OKI.
10.
Meminta IDB Group membuat skema pembiayaan untuk
pengembangan wisata syariah di negara-negara anggota OKI.
11.
Pelaku industri wisata syariah di negara-negara anggota
OKI hendaknya (lanjutan dibawah) :
12.
Mengusulkan membentuk Working Group Wisata Syariah
dan mengeksplorasi kemungkinan untuk membuat Rencana
Aksi Wisata Syariah pada Konferensi Menteri Pariwisata OKI.
13.
Laporan dan rekomendasi dari forum ini diharapkan
dapat diadopsi pada Konferensi Menteri Pariwisata OKI yang
ke-9 di Niger pada 2015.
Jauh sebelum pemerintah memberikan dukungan pada wisata
syariah dengan wujud menyelenggarakan Konferensi Wisata Syariah
Negara-negara Anggota Organisasi Konferensi Islam, Dewan Syariah
Nasional MUI Sejak beberapa tahun terakhir ini, turut aktif
mendukung pemerintah, khususnya dari Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, guna mengembangkan wisata syariah di Indonesia.
Menurut
DSN MUI, Wisata Syariah merupakan satu ruang
yang sangat luas dan sangat strategis, karena ddalamnya banyak
unsur-unsur yang terkait dengan upaya membangun peradaban
Islam
yang
kaffah,
dan
rahmatan
lil
alamin.
Karena
faktor
lingkungan, SDM, budaya, seni, dan berbagai derivatif lainnya, pasti
akan menjadi komponen-komponen yang menyatu, yang tidak bisa
dipisahkan. Dan semua ini sebetulnya adalah sebuah peradaban
yang sejak lama didirikan oleh manusia. Ini juga tak terlepas dari
9
upaya meningkatkan ekonomi kreatif, sehingga akan meningkatkan
nilai-nilai ekonomis dari obyek-obyek wisata yang kita miliki, yang
nantinya
juga
akan
berdampak
pada
peningkatan
nilai-nilai
ekonomi, baik secara mikro maupun makro. Karena itulah, DSN MUI
merasa
terpanggil
untuk
men-support
Pemerintah
dalam
mengembangkan wisata syariah ini.5
Peran DSN MUI sangatlah vital dalam pengembangan wisata
syariah ini, untuk itu DSN MUI melakukan beberapa langkah-langkah
diantaranya; DSN MUI mengambil peran yang dituangkan didalam
MOU bersama Kemenparekraf yang isinya :
1. DSN MUI menyusun Pedoman Umum yang menyangkut wisata
syariah, dan juga pedoman-pedoman khusus yang terkait dengan
elemen-elemen dari wisata syariah yang diperlukan, seperti
misalnya, menyangkut perrhotelan syariah, restoran, atau rumah
makan, atau hal-hal yang terkait dengan produk-produk
konsumen wisata syariah.
2. DSN MUI menyiapkan sertifikasi bagi perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang jasa wisata syariah. DSN juga akan
memberikan pelathan dan sertifikasi pula bagi para tour guide,
karena posisi-posisi ini memang sangat penting.
3. DSN MUI juga akan menempatkan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) pada biro-biro perjalanan wisata, guna memberikan
arahan, bimbingan, dan juga memberikan opini-opini syariah
yang terkait dengan pengembangan wisata syariah yang
berkelanjutan.
4. DSN MUI juga akan memberikan fatwa-fatwa yang menjadi
pedoman dasar dari wisata syariah ini.
Dan tentu saja, DSN MUI juga ikut mensosialisasikan
5 Diolah dari wawancara mysharing.com dengan DSN MUI. http://mysharing.co/wisatasyariah/ .diakses pada 02 januari 2015
10
pengembagan wisata syariah di tanah air ini, bersama-sama
dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya.
Dari catatan yang ada, spending muslim travel pada 2013
mencapai US$ 137 miliar. Dalam laporan berjudul State of The
Global Islamic Economy 2013 Report, disebutkan jumlah ini sama
dengan 12,5 persen dari keseluruhan nilai belanja pariwisata dunia.
Angka itu belum termasuk belanja untuk umrah dan haji.
Menurut perkiraan mereka, pada 2018 belanja muslim untuk
keperluan wisata menembus US$ 181 miliar. Tingkat pertumbuhan
muslim travel di dunia jauh di atas tingkat pertumbuhan wisatawan
mancanegara yang lain. Sebagai catatan, wisatawan mancanegara
yang masuk ke Indonesia mencapai 8,8 juta turis, dengan total US$
1,66 miliar.
Namun,
para
ahli
mengamati
industri
perjalanan
dan
pariwisata halal di negara-negara nonmuslim jauh lebih baik
daripada di negara-negara muslim. Dewan Crescent Tours di Inggris,
Elnur Seyidli berpendapat pertumbuhan pariwisata halal seperti
yang terlihat di Selandia Baru dan Australia menunjukkan, negaranegara nonmuslim lebih disukai turis
negara-negara muslim.
Menurutnya, dunia nonmuslim mampu menggarap potensi tersebut
lebih maksimal. Contohnya, Jepang yang memiliki ruang salat di
bandara dan sebagian besar hotel di sana menyediakan makanan
halal. Thomson Reuters baru-baru ini melaporkan, Eropa menjadi
tujuan wisata terpopuler secara global pada 2012. Di bagian daftar
teratas adalah Prancis dengan 83 juta kedatangan. Amerika Serikat
menduduki posisi kedua dengan 67 juta kedatangan, diikuti China
dan Spanyol dengan 58 juta kunjungan. Turki dan Malaysia
menduduki peringkat ke-6 dan ke-10.6
6 http://mugipanji.wordpress.com/2014/08/19/indonesia-serius-kembangkan-wisata-syariah/
diakses pada 02 januari 2015
11
Indonesia
memiliki
potensi
besar
dalam
pengembangan
wisata syariah mengingat sebagian besar penduduknya adalah
Muslim dan adanya faktor pendukung seperti ketersediaan produk
halal. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
secara
alami
budayanya
telah
menjalankan
kehidupan
bermasyarakat yang Islami, sehingga di sebagian besar wilayahnya
yang merupakan destinasi wisata telah ramah terhadap Muslim
Traveller. Terkait kebutuhan umat muslim dunia, dari 6,8 milyar lebih
penduduk dunia, tercatat tidak kurang dari 1,57 milyar atau sekitar
23%
adalah
muslim.
Bahkan
di
Indonesia,
penganut
Islam
diperkirakan mencapai angka 203 juta jiwa atau sekitar 88,2% dari
jumlah penduduk. Hal ini merupakan potensi bagi pengembangan
wisata syariah, misalnya dengan menciptakan paket-paket wisata
syariah di destinasi pariwisata Indonesia.
Menurut
penelitian
dari
Crescentrating,
pengeluaran
wisatawan muslim dalam suatu perjalanan wisata sangat tinggi,
dapat dibayangkan uang yang dihabiskan wisatawan muslim di
dunia pada tahun 2011 mencapai 126 milyar dolar AS atau setara
Rp 1.222,1 Triliun. Angka ini dua kali lebih besar dari seluruh uang
yang dikeluarkan oleh wisatawan Cina yang mencapai 65 miliar
dolar AS atau setara Rp 630 Triliun. Target kita wisatawan dari Timur
Tengah, Afrika Selatan, Asia, China, India, dan Eropa.
Menurut Dirjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuti,
untuk
memenuhi
mengembangkan
kebutuhan
dan
tersebut
mempromosikan
pemerintah
usaha
jasa
mencoba
di
bidang
perhotelan, restoran, biro perjalanan wisata, dan SPA di 12 destinasi
wisata syariah di Indonesia antara lain Aceh, Sumatera Barat, Riau,
Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, NTB serta Sulawesi Selatan. Kedua belas destinasi
tersebut
merupakan
proyek
percontohan
dan
tidak
kemungkinan diperluas ke destinasi lainnya di Indonesia.
12
menutup
Produk baru dari Kemeparekraf ini tentunya membutuhkan
tenaga professional di bidang pariwisata khususnya wisata syariah.
Untuk Mendukung program pemerintah tersebut, Universitas yang
membuka
fakultas
pariwisata
perlu
mempersiapkan
hingga
melahirkan tenaga kerja profesional di bidang kepariwisataan yang
berkualitas dan bersertifikat taraf internasional. Program wisata
syariah yang digalakkan oleh Kemenparekraf harus sejalan dengan
visi & misi fakultas pariwisata yang berdasarkan nilai-nilai Islam
dalam menngembangkan dan memajukan Pariwisata Sumatera
Barat khususnya dan Indonesia umumnya.
Dengan nilai-nilai keislaman yang ada pada pariwisata syariah
bukan
hanya
bermanfaat
bagi
industri
pariwisata
tapi
juga
bermanfaat bagi masyarakat dalam meningkatkan keimanan &
menjadi manusia yang lebih baik dan mencegah terjadinya hal hal
yang bersifat mudharat bagi manusia dan lingkungan. Bahkan ketua
MUI sendiri menyampaikan bahwa Wisata Syariah adalah bagian
dari Dakwah, Subhanallah. Selaras Sumbar sendiri wisata syariah
yang menghilangkan hal hal yang tidak sesuai dengan syariah islam
sangat sesuai dengan.7
Dengan adanya wisata Syariah ini mungkin bisa menjawab
pertanyaan dari kalangan masyarakat yang insha Allah bisa
mengubah stigma masyarakat tentang pariwisata di Indonesia.
Produk baru Kemenparekraf ini bisa menjadi Jati Diri Pariwisata
Indonesia yang bersinergi dengan seluruh lapisan masyarakat dan
dapat menjadi insan pariwisata yang agamis dan profesional.
insyaallah, wisata syari’ah yang paling barokah.
Meski terkesan terlambat, namun pengembangkan sektor
“sharia tourism” ini akan memberikan nilai tambah ekonomi
sekaligus khazanah budaya bagi Indonesia sendiri, sehingga dikenal
7 Riyanto Sofyan, Bisnis syariah, mengapa tidak?, jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hal. 117
13
di manca Negara, utamanya di kalangan dunia Islam. Dewasa ini
konsep priwisata Islam (Islamic tourism) – berkaitan pula dengan
konsep
wisata
halal
–
sebuah
paket
wisata
yang
sekaligus
mengandung nilai-nilai dakwah, manfaat serta pengenalan tentang
kebudayaan
Islam
(Islamic
culture).
Negara-negara di Timur Tengah, sudah lebih dulu mengawalinya
secara professional, contoh seperti Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA)
, yang mengemas paket wisata mereka dengan basis syariah dari
hulu ke hilir, semua unsure yang terkait dengan pariwisata
dibungkus dengan nili-nilai Islami, dari bentuk pelayanan, hotel,
area destinasi hingga makanan yang disajikan. Sehingga para
wisatawan memandang pejalanan yang dialkukannya adalah penuh
manfaat, bernilai tadabur alam serta rekreasi yang tidak sia-sia.
Saat ini “Sharia Tourism” atau Wisata berbasis syariah sangat
menarik untuk dikembangkan, setelah berbagai bisnis berbasis
syariah mengemuka, yakni perbankan syariah, asuransi syariah dan
lain-lain, kini bergulir ide Wisata Syariah. Melihat pada kenyataan
yang dipaparkan
primadona
baru
diatas, bisnis wisata syariah akan menjadi
bagi
dunia
pariwisata
nasional
bahkan
internasional.8
Peluang Yang Bisa Saya Akses
Dengan adanya dukungan dari MUI dan pemerintah, serta
kebutuhan masyarakat indonesia akan wisata halal, maka wisata
syariah di indonesia akan semakin mudah berkembang. Saya
melihat,Di indonesia belum banyak Jasa Tour yang memiliki konsep
syariah. Kalaupun ada, baru beberapa jenis wisata yang memang
dari asalnya sudah syar’i, seperti ziarah wali 9, atau juga Umrah.
Dengan kenyataan ini tentunya wisata syariah akan menjadi
lapangan bisnis yang menjanjikan. Akses untuk membuka bisnis
wisata syariah di Indonesia akan lebih mudah mengingat sekarang
8 http://mugipanji.wordpress.com/2014/08/19/indonesia-serius-kembangkan-wisatasyariah/ diakses pada 02 januari 2015
14
ini belum banyak kompetitor yang dalam persaingan bisnis wisata
syariah.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hermawan Kartajaya dan Syakir Sula memberi pengertian
bahwa Bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh
kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-masing.
Bisnis syariah mempunyai keunikan sendiri, tidak hanya
bersifat konperhensif tetapi bisnis syariah juga memiliki sifat yang
universal yang artinya dapat diterapkan kapan saja dan oleh siapa
saja baik muslim maupun non musim. Bisnis syariah memiliki 4
prinsip dalam melakukan kegiatan ekonominya yaitu Keseimbangan
atau Kesejajaran, Tanggung Jawab, Tauhid dan Kehendak Bebas.
Perkembangan bisnis syariah mengalami perkembangan yang
pesat, bisnis dengan menggunakan label syariah ini menjadi trend
yang cukup menggoda. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ragam
bisnis yang saat ini diberi label syariah. Perbankan syariah mungkin
dapat kita sebut sebagai pionirnya, disusul kemudian industri yang
bergerak di sektor jasa keuangan lainnya, ada koperasi jasa
keuangan syariah (KJKS), asuransi syariah, pegadaian syariah,
obligasi syariah dan sebagainya.
Indonesia
memiliki
potensi
besar
dalam
pengembangan
wisata syariah mengingat sebagian besar penduduknya adalah
Muslim dan adanya faktor pendukung seperti ketersediaan produk
halal. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
secara
alami
budayanya
telah
menjalankan
kehidupan
bermasyarakat yang Islami, sehingga di sebagian besar wilayahnya
yang merupakan destinasi wisata telah ramah terhadap Muslim
Traveller. Terkait kebutuhan umat muslim dunia, dari 6,8 milyar lebih
16
penduduk dunia, tercatat tidak kurang dari 1,57 milyar atau sekitar
23%
adalah
muslim.
Bahkan
di
Indonesia,
penganut
Islam
diperkirakan mencapai angka 203 juta jiwa atau sekitar 88,2% dari
jumlah penduduk. Hal ini merupakan potensi bagi pengembangan
wisata syariah, misalnya dengan menciptakan paket-paket wisata
syariah di destinasi pariwisata Indonesia.
Meski terkesan terlambat, namun pengembangkan sektor
“sharia tourism” ini akan memberikan nilai tambah ekonomi
sekaligus khazanah budaya bagi Indonesia sendiri, sehingga dikenal
di manca Negara, utamanya di kalangan dunia Islam. Melihat pada
kenyataan yang dipaparkan diatas, bisnis wisata syariah akan
menjadi primadona baru bagi dunia pariwisata nasional bahkan
internasional.
17
DAFTAR PUSTAKA
Syakir Sula, Muhammad, dan kertajaya, Hermawan, syariah marketing,
Mizan, Bandung, 2006
Sofyan, Riyanto. Bisnis syariah, mengapa tidak?, jakarta, PT. Gramedia
Pustaka Utama.
https://adzaniahdinda.wordpress.com/2013/04/07/ruang-lingkup-bisnissyariah/ diakses pada 31 Desember 2014,
http://reza-rahmat.blogspot.com/2012/06/ruang-lingkup-bisnissyariah.html diakses pada 30 desember 2014,
http://mugipanji.wordpress.com/2014/08/19/indonesia-seriuskembangkan-wisata-syariah/ diakses pada 02 januari 2015
wawancara mysharing.com dengan DSN MUI. http://mysharing.co/wisatasyariah/ .diakses pada 02 januari 2015
18