Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261 Pid.b 2013 PN.GS)

BAB II
PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA
PENGUASAAN DAN PENGGUNAAN SENJATA API

A. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang pendaftaran dan pemberian
izin pemakaian senjata api
Senjata api merupakan bukanlah benda yang umum digunakan ataupun dibawabawa oleh masyarakat sipil, Negara telah membuat regulasi mengenai kepemilikan
senjata api. Walaupun demikian penyalahgunaan senjata api tetap tidak dapat
dihindarkan. Hal ini bisa saja dikarenakan kurang konsekuennya pihak-pihak terkait
dalam mengeluarkan izin kepemilikan senjata api. Sekarang masyarakat berpandangan
pemberian izin senjata api sama saja dengan memberikan izin untuk membunuh.
Dalam artian orang yang memegang izin senjata api lebih besar kemungkinan untuk
membahayakan nyawa orang lain dengan senjata yang dimilikinya.
Ketika mendengar kata senjata api, seringkali terlintas di kepala sebuah aksi
kejar-kejaran antara pelaku kejahatan dengan polisi. Kata senjata api memang sulit
untuk dipisahkan dari tindakan kejahatan dan polisi sebagai aparat penegak hukum
yang bertugas untuk menanggulangi kejahatan. Hal ini juga berlaku di Indonesia, baik
polisi maupun pelaku kejahatan memiliki dan menggunakan senjata pai sebagai alat
untuk kepentingan masing-masing. Polisi menggunakan senjata api untuk menangani
kejahatan, sementara pelaku kejahatan menggunakan senjata api sebagai alat untuk
melakukan kejahatan. 24


24

A. Josias Runturambi dan Atin Sri Pujiastuti, Op.Cit, halaman 15

19

Universitas Sumatera Utara

Undang-undang No 8 Tahun 1948 mengatur mengenai pendaftaran dan
pemberian izin pemakaian Senjata Api. Senjata Api milik masyarakat sipil yang ingin
didaftarkan harus didaftarkan ke kepolisisan daerah tempat orang tersebut berdomisili.
Dalam Undang-Undang ini ditetapkan bahwa orang yang bukan anggota TNI atau
POLRI yang memegang senjata api harus mempunyai surat izin. Hal yang demikian
diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1948 tentang pendaftaran dan pemberian
izin pemakaian senjata api. Yang dimaksud dengan senjata api dalam Undang-undang
ini, ialah : senjata api dan bagian-bagiannya, alat penyembur api dan bagian-bagiannya,
mesiu dan bagian-bagiannya seperti "patroonhulsen ", "slaghoedjes" dan lain-lainnya,
bahan peledak, termasuk juga benda-benda yang mengandung peledak seperti geranat
tangan, bom dan lain-lainnya.25 Dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari terhitung

mulai berlakunya Undang-undang ini semua senjata api harus didaftarkan.26 Mulai hari
berlakunya Undang-undang ini pemindahan senjata api kelain tangan dilarang, kecuali
pemindahan sejata api ke tangan lain.27 Mulai hari berlakunya Undang-undang ini
sampai hari penutupan pendaftaran yang dimaksud, pemindahan senjata api kelain
tempat dilarang, kecuali pemindahan seperti9tersebut.28
Senjata api yang berada ditangan orang bukan anggauta Tentara atau Polisi
harus didaftarkan oleh Kepala Kepolisian Karesidenan (atau Kepala Kepolisian Daerah
Istimewa selanjutnya disebut Kepala Kepolisian Karesidenan saja) atau orang yang
ditunjukkannya. 29 Senjata api yang berada ditangan anggauta Angkatan Perang
25

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1948 Tentang Mencabut Peraturan Dewan Pertahanan
Negara Nomor 14 dan Menetapkan Peraturan Tentang Pendaftaran Dan Pemberian Idzin Pemakaian
Senjata Api, Pasal 1
26
Ibid, Pasal 2
27
Ibid, Pasal 3
28
Ibid, Pasal 4

29
Ibid, Pasal 5 ayat (1)

20

Universitas Sumatera Utara

didaftarkan menurut instruksi Menteri Pertahanan, dan yang berada ditangan Polisi
menurut instruksi Pusat Kepolisian Negara.30Tiap-tiap senjata api yang akan
didaftarkan dan harus dibawa ketempat pendaftaran untuk diperlihatkan kepada Kepala
Kepolisian Karesidenan atau orang yang ditunjukkannya. 31 Mereka yang mendaftarkan
senjata apinya menerima tanda pendaftaran menurut contoh yang ditetapkan oleh
Kepala Pusat Kepolisian Negara. 32 Tanda pendaftaran untuk senjata-senjata api yang
didaftarkan, berlaku sebagai surat idzin pemakaian senjata api untuk sementara waktu,
selanjutnya disebut surat idzin sementara. 33Dalam waktu 7 hari mulai hari penutupan
pendaftaran tersebut, Kepala Kepolisian Karesidenan melaporkan hasil pendaftaran
kepada Kepala Pusat Kepolisian Negara. 34
Setiap orang bukan anggauta Tentara atau Polisi yang mempunyai dan
memakai senjata api harus mempunyai surat idzin pemakaian senjata api menurut
contoh yang ditetapkan oleh Kepala Kepolisian Negara.35 Untuk tiap senjata api harus

diberikan sehelai surat idzin. 36 Yang berhak memberi surat idzin pemakaian senjata api
ialah Kepala Kepolisian Karesidenan atau orang yang ditunjukkannya. 37 Semua senjata
api menjadi milik Negara, bilamana sehabis waktu 16 hari terhitung mulai hari
penutupan pendaftaran senjata api, senjata api tadi belum mempunyai surat idzin
pemakaian senjata api. 38 Surat idzin pemakaian senjata api (termasuk idzin sementara)

30

Ibid, Pasal 5 ayat (2)
Ibid, Pasal 6 ayat (2)
32
Ibid, Pasal 7 ayat (1)
33
Ibid, Pasal 7 ayat (2)
34
Ibid, Pasal 8
35
Ibid, Pasal 9 ayat (1)
36
Ibid, Pasal 9 ayat (2)

37
Ibid, Pasal 9 ayat (3)
38
Ibid, Pasal 10 ayat (2)
31

21

Universitas Sumatera Utara

dapat dicabut oleh fihak yang berhak memberikannya bila senjata api itu salah
dipergunakan, dan senjata api tersebut dapat dirampas. 39
Menurut ketentuan yang berlaku, cara kepemilikan senjata api harus memenuhi
persyaratan-persyaratan berikut ini :
1. Pemohon ijin kepemilikan senjata api harus memenuhi syarat medis dan psikologis
tertentu. Secara medis pemohon harus sehat jasmani, tidak cacat fisik yang dapat
mengurangi keterampilan

membawa


dan

menggunakan

senjata

api

dan

berpenglihatan normal;
2. Pemohon haruslah orang yang tidak cepat gugup dan panik, tidak emosional dan
tidak cepat marah. Pemenuhan syarat ini harus dibuktikan dengan hasil psikotes
yang dilaksanakan oleh tim yang ditunjuk Dinas Psikologi Mabes Polri;
3. Harus dilihat kelayakan, kepentingan, dan pertimbangan keamanan lain dari calon
pengguna

senjata

api,


untuk

menghindari

adanya

penyimpangan

atau

membahayakan jiwa orang lain;
4. Pemohon harus berkelakuan baik dan belum pernah terlibat dalam suatu kasus
tindak pidana yang dibuktikan dengan SKKB;
5. Pemohon harus lulus screening yang dilaksanakan Kadit IPP dan Subdit
Pamwassendak.
6. Pemohon harus berusia 21 tahun hingga 65 tahun; dan
7. Pemohon juga harus memenuhi syarat administratif dan memiliki Izin Khusus Hak
Senjata Api (IKHSA). 40


39

Ibid, Pasal 13
http://mediaburuh.com/persyaratan-ijin-kepemilikan-senjata-api-karet-tajam.html, diakses
tanggal 24 Mei 2015
40

22

Universitas Sumatera Utara

Setelah memenuhi persyaratan diatas, maka pemohon juga harus mengetahui
bagaimana prosedur selanjutnya yang diarahkan menurut ketentuan yang ada, antara
lain :
1. Prosedur awal pengajuan harus mendapatkan rekomendasi dari Kepolisian Daerah
(Polda) setempat, dengan maksud untuk mengetahui domisili pemohon agar
mudah terdata, sehingga kepemilikan senjata mudah terlacak.
2. Setelah mendapat rekomendasi dari Polda, harus lulus tes psikologi, kesehatan
fisik, bakat dan keahlian di Mabes Polri sebagaimamana


yang telah

dipersyaratkan.
3. Untuk mendapatkan sertifikat lulus hingga kualifikasi kelas I sampai kelas III
calon harus lulus tes keahlian. Kualifikasi pada kelas III ini harus bisa berhasil
menggunakan sepuluh peluru dan membidik target dengan poin antara 120 sampai
129. (dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Institusi Pelatihan
Menembak yang sudah mendapat izin Polri dan harus disahkan oleh pejabat Polri
yang ditunjuk).
4. Proses pemberian izin dan tes memiliki senjata harus diselesaikan dalam rentang
waktu antara tiga sampai enam bulan. Bila gagal dalam batas waktu tersebut, Polri
akan menolak melanjutkan uji kepemilikan. 41
Dalam undang-undang disebutkan bahwa ijin kepemilikan senjata api hanya
diberikan kepada pejabat tertentu, antara lain :
1. Pejabat swasta atau perbankan, yakni presiden direktur, presiden komisaris,
komisaris, diretur utama, dan direktur keuangan;

41

http://www.gtmshootingclub.com/2012/05/prosedur-teknis-kepemilikan-senjata-api.html,

diakses tanggal 24 Mei 2015

23

Universitas Sumatera Utara

2. Pejabat pemerintah, yakni Menteri, Ketua MPR/DPR, Sekjen, Irjen, Dirjen, dan
Sekretaris Kabinet, demikian juga Gubernur, Wakil Gubernur, Sekwilda,
Irwilprop, Ketua DPRD-I dan Anggota DPR/MPR;
3. TNI/Polri dan purnawirawan. 42
Hingga saat ini banyak sekali warga dari kalangan sipil yang mengajukan izin
kepemilikan senjata api. Baik ditujukan untuk alat proteksi diri, olahraga, berburu,
hingga hobby mengkoleksi hal-hal terkait ragam jenis senjata api. Hal ini tentu
menimbulkan suatu problem tersendiri mengingat benda yang diperizinkan tersebut
merupakan benda yang dapat dikatakan sangat berbahaya. Masyarakat sipil pada
dasarnya diperbolehkan menggunakan senjata api dengan kategori peruntukkan bela
diri, koleksi, olahraga, dan berburu dengan persyaratan-persyaratan administrasi
perizinan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Pemberian izin senjata api bagi
masyarakat sipil merupakan bentuk dispensasi oleh pejabat aparatur negara. Dan
apabila izin kepemilikan (dispensasi) senjata api telah diperoleh, maka senjata api

tersebut menjadi tanggung jawab pemegang izin selain Kepolisian yang mengeluarkan
kebijakan tersebut. Baik dalam penggunaaan, penyimpanan, serta pengawasan senjata
api.43

B. Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api
Senjata adalah suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh, atau
menghancurkan suatu benda. Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk
mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat
42

http://www.gtmshootingclub.com/2012/05/prosedur-teknis-kepemilikan-senjata-api.html,
diakses tanggal 24 Mei 2015
43
http://www.distrodoc.com/314077-perizinan-kepemilikan-senjata-api-bagi-masyarakat-sipildi.html, diakses tanggal 24 Mei 2015

24

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk merusak (bahkan psikologi dan tubuh manusia) dapat dikatakan
senjata. Senjata bisa sederhana seperti pentungan atau kompleks seperti peluru kendali
balistik.44
Senjata api (bahasa Inggris: firearm) adalah senjata yang melepaskan satu atau
lebih proyektil yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang dihasilkan oleh
pembakaran suatu propelan. Proses pembakaran cepat ini secara teknis disebut
deflagrasi. Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam sebagai propelan,
sedangkan senjata api modern kini menggunakan bubuk nirasap, cordite , atau propelan
lainnya. Kebanyakan senjata api modern menggunakan laras melingkar untuk
memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah kestabilan lintasan.45
Senjata api diartikan sebagai setiap alat, baik yang sudah terpasang ataupun yang
belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang dirancang atau diubah, atau
yang dapat diubah dengan mudah agar mengeluarkan proyektil akibat perkembangan gasgas yang dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah terbakar didalam alat tersebut, dan
termasuk perlengkapan tambahan yang dirancang atau dimaksudkan untuk dipasang pada
alat demikian.

Senjata Api diartikan sebagai setiap alat, baik yang sudah terpasang ataupun
yang belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang dirancang atau
diubah, atau yang dapat diubah dengan mudah agar mengeluarkan proyektil akibat
perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah terbakar

44
45

http://sekolah007.blogspot.ca/2013/04/pengertian-senjata.html, diakses tanggal 24 Mei 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Senjata_api.html, diakses tanggal 24 Mei 2015

25

Universitas Sumatera Utara

didalam alat tersebut, dan termasuk perlengkapan tambahan yang dirancang atau
dimaksudkan untuk dipasang pada alat demikian. 46
Indonesia memiliki 2 (dua) buah Undang-undang yang walaupun sudah berusia
“lanjut” namun tetap berlaku secara efektif, salah satunya yaitu Undang-undang
Nomor 12/Drt Tahun 1951 tentang Senjata Api (Undang-undang senjata Api). Undangundang ini merupakan satu-satunya Undang-undang yang masih efektif diberlakukan
terhadap pelaku penyalahgunaan Senjata Api. Dalam Undang-undang tersebut, secara
tegas diatur unsur-unsur dari tindak pidana penyalahgunaan Senjata Api di Indonesia.
Ketentuan UU Drt No 12 Tahun 1951 pada dasarnya mengatur mengenai
peraturan hukuman istimewa sementara. Melalui peraturan ini pula ditetapkan sanksi
pidana terhadap seseorang yang melakukan penyalahgunaan senjata api dan bahan
peledak.
Barangsiapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima,
mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,
menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari
Indonesia sesuatu senjata api, munisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan
hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara
setinggi-tingginya dua puluh tahun. 47Yang dimaksudkan dengan pengertian senjata api
dan munisi termasuk juga segala barang yang telah diubah dengan Ordonnantie tanggal
30 Mei 1939 (Stbl. No.278), tetapi tidak termasuk dalam pengertian itu senjata-senjata
yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang yang ajaib
46

http://www.bumn.go.id/pindad/berita/358/Senjata.Api,.Definisi.Dan.Pengaturannya.html,
diakses tanggal 24 Mei 2015
47
Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api, Pasal 1 ayat (1)

26

Universitas Sumatera Utara

(merkwaardigheid), dan bukan pula sesuatu senjata yang tetap tidak dapat terpakai atau

dibikin sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipergunakan. 48Yang dimaksudkan
dengan pengertian bahan-bahan peledak termasuk semua barang yang dapat meledak,
yang dimaksudkan dalam Ordonnantie tanggal 9 Mei 1931 (Stbl. No.168), semua jenis
mesiu, bom-bom pembakar, ranjau-ranjau (mijnem), granat-granat tangan dan pada
umumnya semua bahan peledak, baik yang merupakan luluhan kimia tunggal
(enkelvoudige chemische verbindingen) maupun yang merupakan adukan bahan-bahan

peledak (explosieven mengsels ) atau bahan peledak pemasuk (inleidende explosieven ),
yang dipergunakan untuk meledakkan lain-lain barang peledak, sekedar belum
termasuk dalam pengertian munisi. 49
Peraturan ini bisanya digunakan untuk kasus-kasus penyalahgunaan senjata api,
maupun kasus penyelundupan senjata api ke Indonesia. Sebab UU Darurat No 8 Tahun
1951 ini merupakan perundang-undangan yang masih berlaku dan belum dicabut, di
dalamnya juga mengatur secara khusus mengenai sanksi penyalahgunaan senjata api.
Akan tetapi sebagaimana disebutkan dalam rumusan pasal-pasal di atas, hal
yang dilarang tersebut dapat dilakukan jika orang tersebut memiliki hak untuk
melakukan kepemilkan senjata api, senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata
penusuk (slag-, steek-, of stootwapen ).50
Barangsiapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima,
mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,

48

Ibid, Pasal 1 ayat (2)
Ibid , Pasal 1 ayat (3)
50
http://syafruddinmoha.blogdetik.com/2013/10/04/alat-pertahanan-diri-yang-diperbolehkandi-indonesia/.html, diakses tanggal 25 Mei 2015
49

27

Universitas Sumatera Utara

menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari
Indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slag, steek
of stoot wapen), dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun. 51

Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk dalam pasal
ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata dimaksudkan untuk dipergunakan
guna pertanian, atau untuk pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan
melakukan dengan sah pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai
barang pusaka atau barang kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid) .52Perbuatanperbuatan yang dapat dihukum menurut Undang-undang ini dipandang sebagai
kejahatan.53 Bilamana sesuatu perbuatan yang dapat dihukum menurut Undang-undang
ini dilakukan oleh atau atas kekuasaan suatu badan hukum, maka penuntutan dapat
dilakukan dan hukuman dapat dijatuhkan kepada pengurus atau kepada wakilnya
setempat.54Barang-barang atau bahan-bahan dengan mana atau terhadap mana sesuatu
perbuatan yang terancam hukuman dapat dirampas, juga bilamana barang-barang itu
tidak kepunyaan si tertuduh. 55Barang-barang atau bahan-bahan yang dirampas harus
dirusak, kecuali apabila terhadap barang-barang itu oleh atau dari pihak Menteri
Pertahanan untuk kepentingan Negara diberikan suatu tujuan lain. 56
Yang diserahi untuk mengurus perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum
berdasarkan pasal 1 dan 2 selain dari orang-orang yang pada umumnya telah ditunjuk
untuk mengusut perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum juga orang-orang, yang

51

Ibid,Pasal 2 ayat (1)
Ibid,Pasal 2 ayat (2)
53
Ibid,Pasal 3
54
Ibid,Pasal 4 ayat (1)
55
Ibid,Pasal 5 ayat (1)
56
Ibid,Pasal 5 ayat (2)
52

28

Universitas Sumatera Utara

dengan peraturan Undang-undang telah atau akan ditunjuk untuk mengusut kejahatankejahatan dan pelanggaran-pelanggaran yang bersangkutan dengan senjata api, munisi
dan bahan-bahan peledak. 57 Pegawai-pegawai pengusut serta orang-orang yang
mengikutnya senantiasa berhak memasuki tempat-tempat, yang mereka anggap perlu
dimasukinya, untuk kepentingan menjalankan dengan saksama tugas mereka. Apabila
mereka dihalangi memasukinya, mereka jika perlu dapat meminta bantuan dari alat
kekuasaan.58

C. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas
Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang menjadi kewenangannya untuk
mengamankan hak-hak negara dan dipatuhinya ketentuan dibidang kepabeanan dan
cukai, Pejabat Bea dan Cukai dapat menggunakan segala upaya terhadap orang atau
barang agar dipenuhinya ketentuan Undang-undang. Dalam rangka melaksanakan
penegakan hukum, Pejabat Bea dan Cukai perlu dilengkapi dengan sarana operasi
termasuk Kapal Patroli. Mengingat tugas penegakan hukum dan penggunaan Kapal
Patroli kemungkinan menghadapi bahaya yang mengancam jiwa atau keselamatan,
dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, Pejabat Bea dan Cukai dan Kapal
Patroli dapat dilengkapi dengan Senjata Api Dinas. Sesuai dengan tugas dan fungsi
yang menjadi kewenangan Pejabat Bea dan Cukai, maka jumlah, jenis, macam, dan
ukuran/kaliber Senjata Api Dinas yang digunakan dalam penegakan hukum perlu
dilakukan pembatasan. Mengingat besarnya bahaya bagi keselamatan dan keamanan,
penggunaan Senjata Api Dinas perlu dibatasi hanya dalam hal yang sangat mendesak.
57
58

Ibid,Pasal 6 ayat (1)
Ibid,Pasal 6 ayat (2)

29

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka perlu diatur tentang Senjata Api
Dinas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam suatu Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Senjata Api dan Amunisi adalah sebagaimana dimaksud dalam Ordonansi
Senjata Api 1937 (Staatsblad 1937 Nomor 170) sebagaimana telah diubah dengan
Ordonansi tanggal 30 Mei 1939 (Staatsblad 1939 Nomor 278) serta Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata
Api.59 Peralatan Keamanan adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan
keamanan, yang digolongkan sama dengan senjata api. 60
Pengadaan Senjata Api Dinas hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin
dari Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 61Pengadaan Senjata Api Standar
ABRI hanya dapat dilakukan dengan cara pinjam pakai dari Panglima Angkatan. 62
Pemilikan Senjata Api Non Standar ABRI dan Peralatan Keamanan
berdasarkan izin pengadaan wajib dilengkapi dengan izin pemilikan. 63 Izin pemilikan
diberikan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia kepada Direktur
Jenderal.64 Untuk memperoleh izin pemilikan Direktur Jenderal mengajukan daftar
Senjata Api Non Standar ABRI berdasarkan izin pengadaan. 65 Izin pemilikan berlaku
selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama kepada
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 66 Senjata Api Standar ABRI

59

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas Direktorat Jenderal
Bea Dan Cukai, Pasal 1 angka 1
60
Ibid,Pasal 1 angka 4
61
Ibid,Pasal 2 ayat (4).
62
Ibid, Pasal 2 ayat (5)
63
Ibid, Pasal 3 ayat (1)
64
Ibid, Pasal 3 ayat (2)
65
Ibid, Pasal 3 ayat (3)
66
Ibid,Pasal 3 ayat (4)

30

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan persetujuan pengadaan pemilikannya tetap berada pada Panglima
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. 67Penguasaan Senjata Api Standar ABRI
diberikan berdasarkan izin hak pakai oleh Panglima Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia kepada Direktur Jenderal. 68Senjata Api Dinas disimpan di tempat yang
memenuhi persyaratan keamanan. 69
Pengangkutan Senjata Api Dinas dalam rangka distribusi wajib dilengkapi
dengan izin pengangkutan. 70 Izin pengangkutan diberikan oleh Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia kepada Direktur Jenderal.71 Untuk memperoleh izin
pengangkutan Direktur Jenderal mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia. 72
Pejabat Bea dan Cukai dan Kapal Patroli wajib memiliki izin penguasaan
pinjam pakai.73 Izin penguasaan pinjam pakai diberikan oleh Direktur Jenderal atas
kuasa Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 74 Izin penguasaan pinjam pakai
berlaku untuk seluruh Daerah Pabean. 75
Pemeliharaan Senjata Api Dinas dilakukan secara rutin guna menjaga kondisi
senjata siap pakai. 76 Perbaikan Senjata Api Dinas dilakukan oleh bengkel pemeliharaan
milik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau bengkel swasta yang telah
mendapat

izin

dari

Kepala

Kepolisian

Negara

Republik

Indonesia. 77

67

Ibid , Pasal 4
Ibid,Pasal 5
69
Ibid,Pasal 6
70
Ibid,Pasal 7 ayat (1)
71
Ibid,Pasal 7 ayat (2)
72
Ibid,Pasal 7 ayat (3)
73
Ibid,Pasal 9 ayat (2)
74
Ibid,Pasal 9 ayat (3)
75
Ibid,Pasal 9 ayat (4)
76
Ibid,Pasal 10 ayat (1)
77
Ibid,Pasal 10 ayat (2)
68

31

Universitas Sumatera Utara

Pertanggungjawaban senjata api yang hilang diselesaikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.78Pengawasan Senjata Api Dinas dilakukan dengan
sistem pelaporan tentang : jumlah dan posisi Senjata Api Dinas; dan perubahan jumlah
dan penghapusan Senjata Api Dinas. 79Izin Pemilikan Senjata Api Non Standar ABRI
yang sudah dimiliki oleh Direktorat Jenderal sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah
ini masih tetap berlaku sampai dengan berakhir masa berlakunya dan dapat
diperpanjang sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. 80

D. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Nomor 8 Tahun 2012 Tentang
Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Untuk Kepentingan Olahraga
Penggunaan senjata api di kalangan masyarakat sipil setidaknya disebabkan
beberapa hal seperti kurangnya rasa keamanan yang dirasakan masyarakat. Rasa aman
tidak cukup didapat hanya dengan adanya perangkat hukum. Sehingga masyarakat
merasa perlu untuk mengamankan dirinya sendiri dari segala ancaman marabahaya
yang bisa muncul. Alasan lain bagi masyarakat sipil memiliki senjata adalah karena
proses kepemilikan tersebut bias dilakukan dengan proses yang relatif mudah.81
Senjata Api adalah suatu alat yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam
yang mempunyai komponen atau alat mekanik seperti laras, pemukul/pelatuk, trigger,
pegas, kamar Peluru yang dapat melontarkan anak

Peluru atau gas melalui laras

dengan bantuan bahan peledak.82 Penggunaan Senjata Api adalah hak atas Senjata Api
dan peluru dengan tujuan untuk menggunakannya sebagai kepentingan olahraga sesuai
78

Ibid,Pasal 11 ayat (4)
Ibid,Pasal 12 ayat (1)
80
Ibid,Pasal 13
81
http://digilib.unila.ac.id/3903/10/BAB%20I.pdf.html, diakses tanggal 25 Mei 2015
82
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pengawasan dan
Pengendalian Senjata Api Untuk Kepentingan Olahraga, Pasal 1 angka 2
79

32

Universitas Sumatera Utara

dengan ketentuan perundang-undangan.83 Penyimpanan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menyimpan

Senjata Api dan peluru di tempat yang aman agar

terhindar dari pencurian, kerusakan dan disalahgunakan oleh orang yang tidak
berhak.84
Jenis senjata api olahraga, meliputi: senjata api; pistol angin (air Pistol) dan
senapan angin (air Rifle); dan airsoft gun.85 Senjata api digunakan untuk kepentingan
olahraga: menembak sasaran atau target, menembak reaksi; dan berburu. 86 Pistol angin
(air Pistol) dan senapan angin (air Rifle) digunakan untuk kepentingan olahraga

menembak sasaran atau target. 87 Airsoft Gun hanya digunakan untuk kepentingan
olahraga menembak reaksi. 88
Jumlah senjata api olahraga yang dapat dimiliki dan dibawa/digunakan oleh
atlet menembak sasaran atau target dan reaksi, dibatasi paling banyak 2 (dua) pucuk
untuk setiap kelas yang dipertandingkan. 89 Senjata api hanya digunakan di lokasi
pertandingan, latihan dan lokasi berburu.90 Pistol angin (air Pistol) dan senapan angin
(air Rifle) dan Airsoft Gun hanya digunakan di lokasi pertandingan dan latihan. 91
Persyaratan untuk dapat memiliki dan/atau menggunakan senjata api untuk
kepentingan olahraga sebagai berikut:
1. memiliki kartu tanda anggota Perbakin;

83

Ibid, Pasal 1 angka 18
Ibid, Pasal 1 angka 19
85
Ibid, Pasal 4 ayat (1)
86
Ibid, Pasal 4 ayat (2)
87
Ibid, Pasal 4 ayat (3)
88
Ibid, Pasal 4 ayat (4)
89
Ibid, Pasal 5 ayat (1)
90
Ibid, Pasal 5 ayat (2)
91
Ibid, Pasal 5 ayat (3)
84

33

Universitas Sumatera Utara

2. berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh
lima) tahun;
3. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dokter
Polri serta Psikolog Polri; dan
4. memiliki keterampilan menembak, merawat dan mengamankan senjata api yang
dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkanoleh Perbakin. 92
Persyaratan usia, dikecualikan bagi atlet olahraga menembak berprestasi yang
mendapatkan rekomendasi dari PB Perbakin. 93Izin senjata api olahraga, meliputi:
pemasukan dari luar negeri (impor), pemasukan (impor) dan pengeluaran (re-ekspor),
pengeluaran (ekspor), pengeluaran (ekspor) dan pemasukan (re-impor), pembelian dari
dalam negeri, pemilikan, penghibahan, pembaharuan, penyimpanan, pemindahan
(mutasi), pengangkutan, penggunaan, pemusnahan; dan/atau gudang. 94
Dalam hal pemilik senjata api meninggal dunia dan belum sempat
menghibahkan kepada orang lain maka status senjata api: dimiliki oleh salah satu ahli
waris yang sah dan memenuhi persyaratan untuk kepemilikan senjata api setelah ada
pernyataan tertulis dari seluruh ahli waris yang berhak, dihibahkan oleh ahli waris
yang sah kepada orang lain yang memenuhi persyaratan kepemilikan senjata api,
diserahkan kepada negara oleh ahli waris untuk dimusnahkan; atau ahli waris yang sah
telah memenuhi persyaratan diantaranya sudah dewasa atau belum dewasa tetapi telah
mendapat penetapan sebagai ahli waris dari pengadilan.95

92

Ibid, Pasal 11 ayat (1)
Ibid, Pasal 11 ayat (2)
94
Ibid, Pasal 14 ayat (1)
95
Ibid, Pasal 21 ayat (2)
93

34

Universitas Sumatera Utara

Permohonan izin penggunaan senjata api olahraga diajukan kepada: Kapolda
u.p. Dirintelkam, untuk penggunaan dalam satu wilayah Polda; dan Kapolri u.p.
Kabaintelkam Polri, untuk penggunaan lebih dari satu wilayah Polda atau di wilayah
Polda lain.96Izin pemasukan senjata api olahraga berlaku selama 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang sebanyak 1 (satu) kali
untuk jangka waktu 6 (enam) bulan, diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
habis masa berlakunya. 97 Izin kepemilikan senjata api (Buku Pas) berlaku selama 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal dikeluarkan, dan wajib didaftar ulang setiap tahun
di Polda setempat. 98 Izin penggunaan/membawa senjata api di luar wilayah Polda
setempat untuk mengikuti kejuaraan/pertandingan menembak, berlaku selama
pertandingan berlangsung. 99 Izin penggunaan/membawa senjata api di luar wilayah
Polda setempat untuk kegiatan olahraga berburu, berlaku paling lama 10 (sepuluh) hari
dan untuk olahraga safari berburu berlaku paling lama 14 (empat belas) hari.100
Pengesahan izin senjata api olahraga dilaksanakan oleh Kabaintelkam Polri atas
nama Kapolri dan Dirintelkam Polda atas nama Kapolda.101Sebelum mengeluarkan
surat rekomendasi, Dirintelkam Polda meminta saran/pertimbangan kepada Kapolres
tempat domisili atlet yang mengajukan permohonan izin senjata api. 102
Pengawasan dan pengendalian perizinan senjata api, peluru, Pistol Angin (Air
Pistol) dan Senapan Angin (Air Rifle), dan Airsoft Gun dilaksanakan pada

96

Ibid, Pasal 26 ayat (1)
Ibid, Pasal 29 ayat (1)
98
Ibid, Pasal 29 ayat (2)
99
Ibid, Pasal 29 ayat (3)
100
Ibid, Pasal 29 ayat (4)
101
Ibid, Pasal 33
102
Ibid, Pasal 34 ayat (1)
97

35

Universitas Sumatera Utara

tingkat:Polres, Polda; dan Mabes Polri. 103 Pengawasan dan pengendalian pada tingkat
Polres dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. kegiatan yang dilakukan sebelum terbit izin
a. menerima/mencatat dan meneliti tembusan surat permohonan rekomendasi
yang diajukan oleh Pemohon;
b. melaksanakan pengecekan di lapangan;
c. membuat dan menyampaikan surat saran kepada Kapolda u.p. Dirintelkam
Polda dengan tembusan Kapolres, atas hasil penelitian dan pengecekan di
lapangan; dan
d. mengadakan koordinasi dan pengecekan terhadap senjata api olahraga yang
dimohonkan serta meneliti biodata anggota Perbakin yang akan mengadakan
latihan, pertandingan, atau berburu.
2. kegiatan yang dilakukan setelah terbit izin:
a. menerima dan mencatat tembusan surat izin yang dikeluarkan oleh
Kapolri/Kapolda;
b. mengadakan pengecekan dan pengamanan terhadap pelaksanaan izin yang telah
diberikan kepada pemohon;
c. mengadakan

penyelidikan

dan

penyidikan

bilamana

terjadi

penyimpangan/penyalahgunaan izin; dan
d. melaporkan hasilnya kepada Kapolda u.p. Dirintelkam Polda.104
Pengawasan dan pengendalian pada tingkat Polda, dilakukan sebagai berikut:
1. kegiatan yang dilakukan sebelum terbit izin:

103
104

Ibid, Pasal 35
Ibid, Pasal 36

36

Universitas Sumatera Utara

a. menerima, mencatat dan meneliti surat permohonan rekomendasi serta
kelengkapan persyaratan dan mengadakan pengecekan di lapangan; dan
b. mengadakan koordinasi dan pengecekan terhadap senjata api olahraga yang
dimohonkan serta meneliti biodata anggota Perbakin yang akan mengadakan
latihan, pertandingan, atau berburu;
c. membuat rekomendasi ditujukan kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri sesuai
hasil pengecekan di lapangan atau surat saran Kapolres.
2. kegiatan yang dilakukan setelah terbit izin:
a. menerima dan mencatat tembusan surat izin yang telah dikeluarkan oleh
Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri;
b. mengadakan pengamanan atas pelaksanaan realisasi izin yang telah diberikan
kepada pemohon;
c. melaporkan kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri bilamana ditemukan
adanya penyimpangan/penyalahgunaan izin;
d. melakukan pengecekan gudang Pengprov Perbakin terhadap kepemilikan
senjata api olahraga setiap 3 (tiga) bulan sekali;
e. memberikan teguran/sanksi kepada pemegang izin bilamana menyimpang dari
ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam surat izin dan bilamana perlu
mengadakan penyelidikan dan penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. mencabut izin kepemilikan dan melakukan penggudangan senjata api apabila:
1) izin kepemilikannya sudah mati/tidak diperbarui/tidak didaftarkan ulang
setiap tahunnya di Polda setempat; dan

37

Universitas Sumatera Utara

2) terbukti melakukan penyalahgunaan izin. 105
Pengawasan dan pengendalian pada tingkat Mabes Polri, dilakukan sebagai
berikut:
1. kegiatan yang dilakukan sebelum terbit izin:
a. menerima, mencatat dan meneliti surat permohonan rekomendasi serta
kelengkapan persyaratan dan mengadakan pengecekan di lapangan; dan
b. mengadakan koordinasi dan pengecekan terhadap senjata api olahraga yang
dimohonkan serta meneliti biodata anggota Perbakin yang akan mengadakan
latihan, pertandingan, atau berburu;
c. membuat rekomendasi ditujukan kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri sesuai
hasil pengecekan di lapangan atau surat saran Kapolres;
2. kegiatan yang dilakukan setelah terbit izin:
a. menyampaikan surat izin dan/atau surat penolakan kepada pemohon serta
mendistribusikan surat tembusan ke alamat yang dituju sebagaimana tersebut
dalam surat izin/surat penolakan;
b. mencatat dan membukukan untuk surat izin yang telah dikeluarkan serta
menerima laporan realisasi surat izin;
c. memberikan

petunjuk

arahan

kepada

kewilayahan

berkaitan

dengan

pengawasan dan pengendalian terhadap senjata api dan peluru yang telah
mendapat izin dari Kapolri; dan
d. memberikan teguran/sanksi kepada pemegang izin bilamana menyimpang dari
ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam surat izin yang telah diberikan

105

Ibid, Pasal 37

38

Universitas Sumatera Utara

dan mengadakan penyelidikan dan penyidikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. 106
Pemegang Senjata Api untuk kepentingan olahraga dilarang menggunakan atau
menembakkan senjata api di luar lokasi latihan, pertandingan, dan berburu. 107 Pada saat
peraturan ini mulai berlaku, izin Senjata Api untuk kepentingan olahraga yang
diterbitkan berdasarkan peraturan lama, dinyatakan tetap sah sampai habis masa
berlakunya.108

106

Ibid, Pasal 38
Ibid, Pasal 41
108
Ibid, Pasal 42

107

39

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261/Pid.b/2013/PN.GS)

12 173 88

Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai)

1 52 120

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN SENJATA API DAN AMUNISI ILEGAL OLEH MASYARAKAT SIPIL (Studi Putusan Pengadilan Nomor 1072/Pid.B/2011/Pn.Tk)

4 17 59

PENULISAN HUKUM / SKRIPSITINDAKAN POLISI TERHADAP PENYALAHGUNAAN SENJATA API TINDAKAN POLISI TERHADAP PENYALAHGUNAAN SENJATA API LEGAL YANG DIMILIKI OLEH WARGA SIPIL.

0 2 11

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH WARGA SIPIL.

0 0 8

STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN NO. 253/PID.B/2013/PN JR MENGENAI AKSES TANPA HAK DAN MELAWAN HUKUM MENGUBAH LAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

0 0 1

Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261 Pid.b 2013 PN.GS)

0 0 8

Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261 Pid.b 2013 PN.GS)

0 1 1

Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261 Pid.b 2013 PN.GS)

0 0 18

Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261 Pid.b 2013 PN.GS)

0 1 4