Pengaruh Fear Of Failure Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Pada Siswa SMA Al-Ulum Medan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ujian Nasional (UN) merupakan sistem evaluasi standar pendidikan secara
nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan
oleh pusat penelitian pendidikan (UU RI No.20 Tahun 2003, dalam Dinas
Pendidikan Aceh, 2015). UN dilaksanakan setiap tahun oleh siswa-siswa kelas 6
SD, 9 SMP dan 12 SMA, sebagai salah satu ujian penentu kelulusan siswa. Akan
tetapi, UN ini sering mengalami kecurangan dalam prosesnya seperti kebocoran
akan soal ujian dan beredarnya kunci jawaban (Sumut Pos, 2015). Hal ini
merupakan salah satu contoh kecurangan akademik yang paling sering menjadi
sorotan masyarakat.
Selain UN, kecurangan akademik juga dapat terjadi dalam ujian semester,
tugas bahkan Pekerjaan Rumah (PR). Perilaku kecurangan akademik sudah
dianggap lumrah oleh sebahagian pihak dan dianggap sudah biasa dilakukan
dalam dunia pendidikan (Aji, 2013). Laporan dalam berita di Amerika (ABCNews
Production, 2004) menyatakan bahwa perilaku kecurangan akademik mengalami
peningkatan. Penelitian Ericson dan Smith mengemukakan bahwa 43% siswa
melakukan perilaku kecurangan akademik ketika ada kesempatan dan Whitley
melaporkan bahwa 70,4% siswa pernah melakukannya (dalam Veronikha, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Lambert, dkk (2003) mengenai perilaku

1
Universitas Sumatera Utara

2

kecurangan akademik diungkapkan bahwa 83% siswa menyatakan mereka pernah
melakukan perilaku kecurangan akademik lebih dari sekali.
Perilaku

kecurangan

akademik

dapat

terjadi

diberbagai


jenjang

pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi (Anderman dan
Murdock, 2007). Anderman dan Murdock (dalam Hartanto, 2012) menemukan
perilaku kecurangan akademik juga terjadi di sekolah menengah pertama dan
sekolah menengah atas (dalam Pamungkan, 2015). Menurut Hurlock (dalam
Veronikha, 2011) siswa di sekolah menengah banyak melakukan perilaku
kecurangan akademik dalam menyelesaikan tugas-tugas dan ujian. Menurut
Davis, dkk (2009) perilaku kecurangan akademik pada Siswa Menengah Atas
(SMA) paling sering terjadi pada penyalinan tugas rumah dibandingkan dengan
plagiat dan perilaku kecurangan akademik saat ujian.
Menurut Davis, dkk (2009:2) perilaku kecurangan akademik merupakan
strategi untuk menipu, menyesatkan atau membodohi guru agar berfikir bahwa
karya akademik yang diajukannya adalah hasil pekerjaannya sendiri. Perilaku
kecurangan akademik tinggi terjadi pada individu yang memiliki inteligesi yang
rendah (Davis, dkk, 2009). Kegiatan ini dapat berupa menyontek seperti melihat
lembar jawaban teman, membuat catatan kecil; mencuri seperti mengambil
salinan soal atau kunci jawaban dari lemari arsip guru; memalsukan seperti
bekerja sama dengan pihak staff untuk membenarkan jawaban; dan plagiat.

Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dan beberapa orang siswa, beberapa
siswa mengatakan bahwa mereka melakukan perilaku kecurangan akademik
paling sering dalam penyalinan PR dan bertanya saat ulangan harian, dan

Universitas Sumatera Utara

3

kebanyakan siswa mengatakan mereka justru takut melakukan perilaku
kecurangan akademik saat ujian semester.
Menurut Newstead dkk (1995) perilaku kecurangan akademik terjadi
karena 21% kurangnya waktu untuk belajar, 20% karena ingin mendapatkan nilai
yang lebih baik, 16% karena sudah tradisi, 14% karena ingin membantu teman
dan 10% karena kemalasan. Hendricks mengemukakan beberapa faktor yang
mendorong siswa melakukan perilaku kecurangan akademik salah satunya adalah
faktor individual seperti tuntutan akan prestasi akademik, pendidikan orangtua,
dan pengalaman akan kegagalan dimasa lalu menambah tekanan pada siswa,
sehingga mendorong mereka untuk berperilaku tidak jujur. Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa siswa, mereka mengatakan perilaku kecurangan
akademik yang terjadi biasanya karena kemalasan mereka dalam mengerjakan

tugas yang diberikan guru, karena ingin membantu teman, dan karena tidak tahu
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Menurut Davis, dkk (2009) siswa
melakukan perilaku kecurangan akademik karena mereka takut mendapatkan hasil
yang di bawah rata-rata yang dapat mengakibatkan mereka gagal.
Gagal menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah ketidakcapaian
atau ketidakberhasilan dalam tujuan tertentu. Interpretasi negatif yang terjadi pada
individu terhadap suatu situasi merupakan ketakutan akan kegagalan atau fear of
failure (Hardiansyah, 2011). Kegagalan ini dapat menimbulkan rasa ketakutan

pada diri individu agar terhindar. Menurut Conroy, dkk (2007) faktor ketakutan
akan kegagalan (fear of failure) pada individu yaitu, karena adanya pengalaman
diawal masa kanak-kanak seperti orangtua yang selalu mengkritik dan membatasi

Universitas Sumatera Utara

4

segala kegiatan anak, tekanan dari keluarga untuk berprestasi dan tekanan akan
kompetisi di sekolah dapat menimbulkan rasa fear of failure, pengalaman belajar
akan kegagalan dan kesuksesan akan mempengaruhi perasaan fear of failure pada

individu, dan faktor subjektif dan kontekstual seperti lingkungan yang tidak
mentolerir terjadinya kegagalan. Fear of failure berkaitan dengan tugas yang
dihadapi oleh individu. Perasaan fear of failure akan mucul saat individu merasa
sulit dan muncul rasa ketidakmampuannya (Burka dkk, 2008).
Menurut Conroy,dkk (2007) fear of failure merupakan perasaan cemas
yang timbul ketika situasi melibatkan kemungkinan terjadinya berbagai macam
konsekuensi negatif, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Fear of
failure yang terjadi dapat menimbulkan rasa ketakutan akan penghinaan dan

menimbulkan rasa malu, ketakutan akan penurunan estimasi diri, ketakutan akan
hilangnya pengaruh sosial, ketakutan akan ketidakpastian akan masa depan, dan
ketakutan akan mengecewakan orang yang penting bagi individu (Conroy dkk,
2007).
Menurut Hurlock (2007) perasaan fear of failure pada siswa SMA dapat
meningkat karena kompetisi akan prestasi yang semakin meningkat pula.
Tuntutan pada siswa SMA semakin besar dibandingkan siswa SMP, karena
kompetisi yang terjadi akan semakin besar pula. Tiap siswa pasti akan
menghadapi ujian, baik ujian semester, ujian kenaikan kelas bahkan ujian
nasional. Fear of failure pada siswa muncul ketika tes yang berperan menentukan
lulus atau tidaknya siswa untuk jenjang pendidikan tersebut. Harapan dan tuntutan

akan berprestasi yang tinggi dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap harapan

Universitas Sumatera Utara

5

yang ingin dicapai dan dapat mengakibatkan ketidak tercapainya sasaran yang
dikehendaki (Hurlock, 1993)
Pada siswa SMA kompetisi akan berprestasi dapat berupa pemerolehan
nilai yang tinggi dalam tugas/ujian sekolah, berkompetisi untuk persiapan ke
tahapan selanjutnya seperti kelulusan, kulaih/bekerja. Ketika mereka tidak dapat
menyelesaikan ujian-ujian tersebut dengan baik, maka mereka akan dianggap
gagal. Hal ini dapat mengancam dan menimbulkan kecemasan yang berlebih,
bahkan kadang beberapa hari sebelum menghadapi ujian.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Ulum Medan merupakan sekolah
dengan latar belakang pendidikan agama Islam dan setiap siswa yang ingin
melanjutkan pendidikan di sekolah ini harus mengikuti ujian seleksi. Sekolah ini
memiliki dua program studi yaitu program studi reguler dan plus. Program studi
reguler merupakan program studi yang biasa seperti sekolah umum lainnya. Siswa
memulai pembelajaran di sekolah dari pukul 07.30 sampai pukul 13.30, dengan

pembagian jurusan kelas IPA dan IPS. Kelas reguler pada siswa SMA Al-Ulum
memiliki tuntutan akademis dan beban akademis pendidikan yang sama dengan
sekolah umumnya yaitu 10 mata pelajaran wajib masing-masing jurusan.
Siswa kelas program plus berbeda dengan kelas reguler. Program plus ini
sangat baik, karena dapat memupuk lebih banyak mengenai agama Islam pada
siswa, membantu siswa untuk lebih berani dan percaya diri, dengan guru yang
selalu siap membantu siswa-siswanya dan sekolah ini memiliki lingkungan yang
sangat kekeluargaan. Siswa kelas plus memiliki tuntutan akademis dan beban
akademis pendidikan yang lebih besar daripada siswa kelas reguler. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

6

dikarenakan, siswa kelas plus menghabiskan waktu mereka berada di sekolah
untuk belajar. Mereka memulai pembelajaran dari pukul 07:30 hingga pukul
16:00, dan mereka hanya memiliki satu jurusan pendidikan yaitu Ilmu
Pengetahuan Campuran (IPC) yang merupakan campuran dari IPA dan IPS. Kelas
plus ini juga mendapatkan tambahan mata pelajaran agama di sore hari seperti
aqidah akhlak, Al-Qur’an, Bahasa Arab dan Ibadah. Sehingga beban mata

pelajaran yang wajib diikuti lebih besar dari kelas regular yaitu 17 mata pelajaran
wajib dalam seminggu, dengan jumlah waktu pada beberapa mata pelajaran lebih
panjang dibandingkan kelas reguler. Siswa kelas plus juga memiliki jadwal untuk
melakukan kultum (kuliah tujuh menit) di depan seluruh siswa dan guru dengan
tema yang telah mereka persiapkan terlebih dahulu.
Siswa kelas plus memiliki beban akademik yang lebih banyak daripada
kelas regular, sehingga beban akan berprestasi pada siswa plus SMA Al-Ulum
Medan lebih tinggi. Mereka juga memiliki waktu yang sangat terbatas untuk
mengulang-ulang mata pelajaran. Mengingat beban siswa kelas plus yang
tergolong tinggi akan tuntutannya sehingga dapat menimbulkan rasa fear of
failure. Fear of failure dapat menjadi motivasi bagi seseorang untuk mencapai

prestasi tetapi fear of failure juga dapat menimbulkan dampak negatif yang
akhirnya membuat seseorang kehilangan motivasinya (Nainggolan dalam
Sebastian, 2013). Fear of failure ini juga dapat memunculkan keinginan siswa
untuk melakukan perilaku kecurangan akademik.

Universitas Sumatera Utara

7


Maka berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecurangan akademik pada
siswa SMA Al-Ulum Medan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA
Al-Ulum Medan?

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh fear of failure terhadap
perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan dalam bidang
psikologi pendidikan mengenai fear of failure dengan perilaku kecurangan
akademik.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai tambahan informasi bagi

peneliti selanjutnya dalam bidang psikologi pendidikan mengenai fear of
failure dan perilaku kecurangan akademik.

Universitas Sumatera Utara

8

2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran
dan wacana kepada pembaca mengenai fear of failure dan perilaku
kecurangan akademik.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi sekolah mengenai
pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecurangan akademik sehingga
dapat menjadi pertimbangan dalam upaya pembinaan siswa

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan
permasalahan. Teori-teori yang dimuat antara lain: teori mengenai perilaku
kecurangan akademik dan fear of failure. Bab ini diakhiri dengan
memaparkan hipotesa penelitian.
BAB III: Metode Penelitian
Pada bab ini dijelaskan mengenai metode-metode dasar yang digunakan
dalam penelitian yang mencakup metode penelitian kuantitatif, yaitu:
identifikasi variabel, defenisi operasional variabel, populasi dan teknik

Universitas Sumatera Utara

9

pengambilan sampel, metode pengumpulan data, uji coba alat ukur,
prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisis data.
BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan
Dalam analisa data akan dipaparkan mengenai gambaran umum subjek
penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian, deskripsi data
penelitian, dan hasil analisa tambahan.
BAB V: Kesimpulan dan Saran
Dalam kesimpulan akan dijabarkan kesimpulan yang didapatkan oleh
peneliti berdasarkan analisa dan pembahasan, dan saran dibuat dengan
mempertimbangkan hasil penelitian yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara