Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keharmonisan Keluarga pada Pasangan Pernikahan Dini terhadap Kesehatan Reproduksi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

17

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Keluarga merupakan organisasi yang paling penting dalam kelompok

masyarakat sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling
utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian
biologis anak manusia (Kartono, 1977). Keharmonisan keluarga itu akan terwujud
apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi dan berperan
sebagaimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama kita, maka
interaksi sosial yang harmonis antar unsur keluarga itu dapat diciptakan (Hawari
1997).
Keharmonisan keluarga dapat di klasifikasikan dan menjadi dua kutup yang
saling bertentangan yaitu keluarga harmonis dan keluarga tidak harmonis. Peran
keluarga harmonis dapat dibina sepanjang semua anggota keluarga sama fungsi dan
peranan masing-masing untuk saling mengerti sikap dan peranan masing-masing,

mengerti sikap dan kebutuhan individu. Oleh karena itu perlu di pupuk rasa saling
mencintai, saling pengertian, saling menghargai pendapat dan menciptakan
komunikasi atau intraksi positif dan terbuka untuk pasangan. Survei menunjukkan,
wanita yang menikah pada usia dini dibawah 17 tahun dua kali lebih beresiko untuk
bercerai ketimbang mereka yang menikah di usia 18-20 tahun. Tekanan usia masih

1
Universitas Sumatera Utara

18

remaja dan tekanan pernikahan usia dini ternyata memang tak bisa teraduk manis,
akibatnya mereka tidak kuat dan rumah tangganya berantakan. Hal ini terjadi karena
mereka yang melakukan pernikahan dini adalah karena hal yang terpaksa sehingga
berakibat tidak baik terhadap kelanggengan keluarga mereka dan banyak diantaranya
kurang memiliki keharmonisan keluarga. Salah satu faktor keharmonisan keluarga
adalah bila terjalinnya komunikasi inrterpersonal yang baik. Namun pada pasangan
pernikahan dini hal ini sangat kurang karena mereka masih mempertahan ego masingmasing yang pada kenyataanya mereka memang belum dewasa.
Pernikahan dini merupakan suatu pernikahan yang dilakukan pada usia yang
masih terlalu muda, dizaman modern seperti ini pernikahan dini masih banyak terjadi

disetiap daerah. Adapun yang menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini ini adalah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya karena rendahnya tingkat pendidikan
dalam pola pemikiran mereka dalam memahami dan mengerti tentang hakikat dan
tujuan pernikahan, orang tua yang memiliki ketakutan bahwa anak mereka akan
menjadi perawan tua alias tidak laku, faktor ekonomi maupun tingkat lingkungan
sekitar juga bisa menjadi faktor penyebab pernikahan dini.
Pernikahan dini menurut Negara yaitu tertulis dalam Undang-undang
Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika
pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah
mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun (UU Perkawinan di www.depag.go.id).
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya

Universitas Sumatera Utara

19

melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah
pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.
Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif
baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi

sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan
oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang.
Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak
negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19
tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.
Adapun dampak dari pernikahan dini akan menimbulkan persoalan rumah
tangga, seperti: pertengkaran percekcokan dan bentrokan antara suami istri dalam
rumah tangga. Emosi yang belum stabil juga dapat menyebabkan pertengkaran dalam
rumah tangga, dalam rumah tangga pertengkaran atau perselisihan paham itu adalah
hal yang sudah biasa terjadi dalam rumah tangga, namun apabila berlanjut secara
terus-terusan dan waktu yang lama biasanya akan mengakibatkan perceraian.
Dampak buruk menikah di usia muda bagi kesehatan reproduksi terutama anak
perempuan, sebagai pihak yang paling rentan sebagai korban kasus pernikahan dini,
juga mengalami sejumlah dampak buruk 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah
menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia15-16 tahun. Dari segi fisik, remaja
itu belum kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan
proses persalinan. Anak perempuan berusia 10-14 memiliki kemungkinan meninggal
lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara


20

perempuan berusia 20-25 tahun sementara itu anak perempuan berusia 15-19 tahun
memiliki kemungkinan dua kali lebih besar. Dampak pernikahan dini terhadap usia
dini perkawinan dalam usia muda merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
keganasan mulut rahim. Kanker serviks adalah yang menyerang bagian ujung bawah
rahim yang menonjol di vagina. Kanker serviks merupakan kanker yang berasal dari
leher rahim ataupun mulut rahim yang tumbuh dan berkembang dari serviks, dapat
menembus keluar serviks sehingga tumbuh di luar serviks bahkan terus tumbuh
sampai dinding panggul. Remaja tahap awal berisiko paling besar untuk menghadapi
masalah dalam masa hamil dan melahirkan anak, BBLR, kematian bayi, dan abortus.
(Rayani, 2013)
Dalam membangun suatu pernikahan yang harmonis, ternyata tidak semudah
seperti yang dibayangkan. Tingginya angka perceraian yang terjadi sebagai salah satu
bukti bahwa tidak semua pernikahan berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan
oleh setiap pasangan suami istri. Surya (2001), mengatakan bahwa keharmonisan
merupakan kondisi hubungan interpersonal yang melandasi keluarga bahagia.
Keharmonisan keluarga merupakan suatu perwujudan kondisi kualitas hubungan
interpersonal baik inter maupun antar keluarga. Hubungan interpersonal merupakan

awal dari keharmonisan. Hal ini mengandung arti bahwa keharmonisan sulit terwujud
tanpa adanya hubungan interpersonal, baik dalam keluarga maupun antar keluarga.
Suasana hubungan yang baik dapat terwujud dalam suasana yang hangat, penuh
pengertian, penuh kasih sayang satu dengan lainnya sehingga dapat menimbulkan
suasana yang akrab dan ceria. Dasar terciptanya hubungan ini adalah terciptanya

Universitas Sumatera Utara

21

komunikasi yang efektif, sehingga untuk membentuk suatu pernikahan yang
harmonis antara suami dan istri perlu adanya hubungan interpersonal yang baik antara
suami dan istri dengan menciptakan komunikasi yang efektif.
Dalam Riset Kesehatan Dasar 2010, sekitar 22.000 perempuan usia 10-14 tahun
di Indonesia terikat pernikahan, sementara hasil Survei Demografi dan Kesehatan
tahun 2012 menunjukkan 10 persen remaja usia 15-19 tahun sidah pernah melahirkan
atau sedang hamil anak pertama.
Jumlah perkara perceraian di PA (Pengadilan Agama) juga terus meningkat di
Kota Malang. Pada 2013 ini, angka perceraian di PA mencapai 1.591 kasus, dengan
rincian cerai gugat sebanyak 1.110 perkara dan cerai talak sebanyak 481 perkara.

Angka tersebut meningkat tajam dibandingkan angka perceraian pada 2008 yang
hanya 120 perkara. Dalam kurun waktu lima tahun ini, angka percerain terus
meningkat. Paling banyak cerai gugat yang diajukan oleh pihak perempuan. Perkara
cerai tersebut kebanyakan alasan ekonomi, perselingkuhan, kekerasan dalam rumah
tangga, dan faktor orang tua. Nikah di bawah umur juga menjadi pemicu perceraian
tersebut.
Masa remaja adalah suatu masa yang memiliki pengertian khusus sebab pada
masa ini remaja tidak memiliki kepastian status. Masa remaja juga merupakan masa
yang paling indah dan paling berkesan sepanjang hidup. Sarwono (dalam Nurmala,
2007)

mendefenisikan

remaja

sebagai

individu

yang


rentan

mengalami

perkembangan fisik dan mental.

Universitas Sumatera Utara

22

Menurut Hurlock, (1997) secara umum remaja adalah masa menjadi dua bagian
yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja adalah
berlangsung sekitar usia 13-16 tahun dan akhir masa remaja adalah bermula dari usia
16-17 atau 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum.
Menurut data hasil survey KPAI, sebanyak 32 persen remaja usia 14-18 tahun
di Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung pernah berhubungan seks. Salah satu
pemicunya, muatan pornografi yang diakses via internet. Fakta lainnya, sekitar 21,2
persen remaja putri di Indonesia pernah melakukan aborsi. Selebihnya, separuh
remaja wanita mengaku pernah bercumbu. Survei KPAI juga menyebutkan, 97 persen

perilaku seks remaja di Ilhami pornografi di internet. Dunia internet adalah dunia
yang menyebarkan "kebohongan yang positif", termasuk soal seks.
Sekarang ini kehidupan remaja telah sedemikian hancur. Seks bukan lagi
menjadi suatu yang agung malah terkesan hanya sebagai barang mainan. Hal tersebut
menyebabkan penghargaan terhadap keperawanan atau kesucian sangat minim.
Minimnya penghargaan tersebut menyebabkan munculnya istilah “pernikahan dini”.
Sarlito (1984) menyebutkan bahwa salah satu utama problem dalam pernikahan
ialah partner-partner yang belum dewasa. Faktor-faktor ketidakdewasaan ini lebih
banyak dalam pernikahan-pernikahan remaja. Memang kedewasaan pribadi seorang
tidak bergantung pada umur, tetapi kita tahu bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak dengan cara berpikir, nilai-nilai, sifat-sifat emosi dan moral
anak-anak menjadi dewasa. Sedikit sekali remaja yang sungguh-sungguh sudah
dewasa.

Universitas Sumatera Utara

23

Pernikahan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan memikul tanggung
jawab, begitu memutuskan siap untuk menikah mereka harus siap untuk memikul

tanggung jawab dan menanggung segala beban yang timbul, baik yang menyangkut
pemberian nafkah, pendidikan anak, maupun yang berkaitan dengan perlindungan
serta pergaulan yang baik. Tujuan lain dari pernikahan adalah untuk mendapatkan
keturunan. Dengan pernikahan yang sangat cukup muda ini biasanya sangat sulit
memperoleh keturunan yang berkualitas. Kedewasaan ibu juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak, karena secara psikologis akan lebih terkendalinya
emosi maupun tindakan seseorang bila dibandingkan dengan para ibu yang lainnya.
Komunikasi interpersonal merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
keharmonisan keluarga, karena sesuai pendapat Hurlock (1978) komunikasi akan
menjadikan seseorang mampu mengemukakan pendapat dan pandangannya, sehingga
mudah untuk memahami orang lain dan sebaliknya tanpa adanya komunikasi
kemungkinan besar dapat menyebabkan terjadinya kesalah pahaman yang memicu
terjadinya konflik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian Dewi (2013), maka
komunikasi interpersonal pasutri diidentifikasi sebagai faktor yang memberikan
pengaruh terhadap keharmonisan pernikahan. Sumbangan efektif komunikasi
interpersonal pasutri terhadap keharmonisan pernikahan sebesar 42,2%, namun
komunikasi interpersonal bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi
keharmonisan pernikahan. Masih ada 57,8% faktor-faktor lain yang mempengaruhi
yang tidak diteliti dalam penelitian tersebut.


Universitas Sumatera Utara

24

Konflik dalam rumah tangga kadang-kadang menjadi suatu yang indah dan
bermanfaat apabila kita mampu dalam mengelolanya. Bahkan ada pula konflik yang
terjadinya bersumber dari kesalahan dalam mengekspresikan cinta kekasihnya.
Manakala konflik berakhir, suasana keharmonisan suami istri justru semakin terjalin
mesra. Namun, tak kurang pula banyak konflik rumah tangga yang mengancam
keutuhan keluarga. Banyak konflik yang berubah menjadi prahara rumah tangga.
Konflik tersebut bukannya menjadi bumbu penyedap tapi berubah menjadi racun
yang mematikan. Berawal dari sebuah perselisihan kecil, jika tidak diatasi dengan
cermat dan bijak, konflik ini bisa terus membesar dan membesar, hingga akhirnya
mengancam keutuhan rumah tangga. Perlu dilakukan upaya agar konflik seperti ini
tidak sampai. Selain hal tersebut di atas konflik dalam sebuah perkawinan juga
disebabkan oleh beberapa hal.
Ada beberapa sumber konflik yang dialami oleh suami istri salah satunya
adalah komunikasi terbatas. Pasangan suami istri yang sama-sama sibuk biasanya tak
punya cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka saat mereka tidur

atau diakhir pekan. Kadang kala untuk sarapan pagi atau makan malam bersama pun
terlewatkan begitu saja. Kurang atau tidak adanya waktu untuk saling berbagi dan
berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu
masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu
bukannya mencurahkan kasih sayang, namun malah timbul pertengkaran.
Konflik yang sering muncul disebabkan oleh komunikasi yang buruk antara
suami dan istri, tetapi komunikasi juga dapat menyelesaikan masalah jika komunikasi

Universitas Sumatera Utara

25

berjalan dengan lancar. Davis, 2004 (dalam Rita Eka Chandrasari, 2009) menyatakan,
bahwa para pasangan yang mengalami masalah pernikahan seringkali menyebutkan
kurangnya komunikasi sebagai penyebab utama munculnya masalah antara mereka.
Dalam hal ini, pasangan suami-istri seharusnya memiliki keterampilan
komunikasi yang lebih baik. Agar mereka dapat belajar bagaimana cara menghadapi
perbedaan-perbedaan diantara mereka. Karena, komunikasi yang baik terjadi ketika
masing-masing pasangan mampu mengungkapkan isi hatinya secara terbuka dengan
kontrol emosi yang baik. Olson (dalam Olson, 2002) menemukan 79% pasangan
merasa senang apabila pasangannya mampu memahami dirinya, 96% pasangan
merasa senang apabila dapat mengekspresikan perasaannya, 83% pasangan merasa
senang apabila mereka menjadi pendengar yang baik, dan 79% pasangan merasa
senang apabila pasangannya menghargai setiap pendapat yang diberikan pasangannya.
Begitupun Navron & Orthner, 1976 (dalam Izzatul Jannah, 2008) menyampaikan
pendapat yang serupa, bahwa pasangan yang telah menikah akan merasa dimengerti
oleh pasangannya apabila mereka tahu bagaimana cara menyampaikan pesan mereka.
Sesuai penuturan Sarwan yang ditulis dalam Harian Jogja tanggal 9 Juni 2009,
dari sekian banyak kasus yang diterima Pengadilan Agama Sleman, kasus yang lebih
mendominasi adalah gugatan cerai yang diajukan oleh pihak istri. Beliau
menyebutkan dari 486 perkara cerai, 314 atau 65% diantaranya merupakan kasus
gugat cerai. Alasan gugat cerai tersebut menurut Sarwan adalah paling banyak
disebabkan oleh perselisihan ataupun pertengkaran secara terus menerus yang

Universitas Sumatera Utara

26

disebabkan oleh suami yang tidak bertanggung jawab, perselingkuhan, mabukmabukan ataupun tidak mengurus istri.
Hasil pendataan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Indra Kasih terdapat
13 Lingkungan dengan jumlah remaja sebanyak 3.138 orang, bahwa di Kelurahan
tersebut sampai saat ini masih banyak remaja yang menikah di usia dini, dengan
berbagai macam penyebab. Pada tahun 2011 didapati remaja yang menikah di usia
dini di Kelurahan Indra Kasih sebanyak 20 orang. Pada tahun 2012 didapati remaja
yang menikah di usia dini di Kelurahan Indra Kasih sebanyak 33 orang. Pada tahun
2012 didapati remaja yang menikah di usia dini di Kelurahan Indra Kasih sebanyak
16 orang. Data Tahun 2014 mulai dari bulan Januari – Maret 2014 didapati yang
menikah di usia dini sebanyak 8 pasangan dari 35 pasangan yang menikah di bulan
Januari – Maret 2014. Yang menikah di usia dini ini dikarenakan sudah hamil duluan
(hamil sebelum menikah). (Kantor Urusan Agama Kec. Medan Tembung)
Dari data yang diperoleh, ada sekitar 50% yang mengalami ketidak harmonisan
keluarga, bahkan 15% sampai mengalami perceraian. Kondisi inilah yang melatar
belakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan komunikasi
interpersonal dengan keharmonisan keluarga pada pasangan pernikahan dini di
Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Peneliti memilih pasangan
suami istri yang menikah dini atau di usia remaja dikarenakan pada umumnya
pasangan suami istri yang berusia muda dalam membina kehidupan rumah tangga
sangat rentan dengan konflik, mengingat secara fisik, psikis maupun ekonomi
pasangan tersebut masih labil.

Universitas Sumatera Utara

27

1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah “apakah ada hubungan komunikasi interpersonal dan
keharmonisan keluarga pada pasangan pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi
di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung?”.

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan

komunikasi interpersonal dan keharmonisan keluarga pada pasangan pernikahan dini
terhadap kesehatan reproduksi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

1.4

Hipotesis
Ada hubungan komunikasi interpersonal dan keharmonisan keluarga pada

pasangan pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi di Kelurahan Indra Kasih
Kecamatan Medan Tembung.

1.5

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis kepada ilmu
psikologi pendidikan dan kesehatan reproduksi sebagai sebuah informasi yang
nyata dan dapat dipercaya, terutama yang berhubungan dengan komunikasi

Universitas Sumatera Utara

28

interpersonal dan keharmonisan keluarga pada pasangan pernikahan dini
terhadap kesehatan reproduksi nya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua, pendidikan,
dan remaja mengenai faktor - faktor yang memengaruhi komunikasi
interpersonal dan keharmonisan keluarga pada pasangan pernikahan dini
terhadap kesehatan reproduksi.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Keluarga Lansia Tentang Insomnia Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Tahun 2010

0 42 79

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PASANGAN PERNIKAHAN DINI Komunikasi Interpersonal Pada Pasangan Pernikahan Dini.

0 2 16

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PASANGAN PERNIKAHAN DINI Komunikasi Interpersonal Pada Pasangan Pernikahan Dini.

0 3 17

Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keharmonisan Keluarga pada Pasangan Pernikahan Dini terhadap Kesehatan Reproduksi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

0 0 16

Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keharmonisan Keluarga pada Pasangan Pernikahan Dini terhadap Kesehatan Reproduksi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keharmonisan Keluarga pada Pasangan Pernikahan Dini terhadap Kesehatan Reproduksi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

0 0 36

Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keharmonisan Keluarga pada Pasangan Pernikahan Dini terhadap Kesehatan Reproduksi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

0 0 3

Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keharmonisan Keluarga pada Pasangan Pernikahan Dini terhadap Kesehatan Reproduksi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

0 0 11

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung

0 1 2

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung

0 0 5