Identitas Sosial Etnik Tionghoa Golongan Pernakan di Kota Medan (Studi Kasus Autobiografi KeluargaLiem Ki Lio)

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1.Sejarah Dan Gambaran Umum Kota Medan
Pada zaman dahulu kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan
keadaan tanahnya berupa rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai
melintasi kota ini yang kesemuanya bermuara di selat malaka. Sungai sungai itu
antaral lain: Sei Deli, Sei Babura, Sei Sekambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei
Badra, Sei Belawan, dan Sei Sulang Saling/ Sei Kera. Pada mulanya yang
membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, Lokasinya terletak di
Tanah Deli. Hal ini yang menyebabkan orang sering menyebutnya dengan
Medan Deli. Setelah Zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli
secara berangsur angsur lenyap sehingga akhirnya kurang populer. Dahulu orang
menamakan Tanah Deli mulai dari sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke sungai
Wampu di Langkat sedangkan kesultanan Deli yang berkuasa pada saat itu
wilayah kekuasaannya tidak mencakup diantara kedua sungai tersebut.
Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat,
tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah cokelat, dan tanah merah. Hal
ini merupakan ppenelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang kemudian
dilanjutkan oleh penelitian Vrins tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah
seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada
era kolonial Belanda bera di tempat yang bernama Bakaran Batu (Sekarang

Medan Tenggara atau Menteng) Orang membakar batu bata yang berkwalitas
tinggi dan salah satu pabrik batu bata terkenal pada zaman itu adalah Deli Klei.

Universitas Sumatera Utara

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan atas dua macam,
yakni: Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada
bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedangkan Maksima Tambahan antar
bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000
pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun
1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuaramuara sungai sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal
dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda
mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona
Tanah Deli. Sejak saat itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan
menjadi psat perekonomian di Sumatera Utara[15].
Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590.
John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833
menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kmpung ini berpenduduk
200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak
beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan sampan

pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada Tahun 1886, Medan secara resmi
memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur
serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota penting di
luar jawa, terutama setelah pemerintah kolonial Belanda membuka perusahaan
perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12
anggota orang Eropa, dua orang bumiputera, dan seorang Tionghoa.

[15]

http://www.pemkomedan.go.id/selayang_sejarah.php.

Universitas Sumatera Utara

Diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi
besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan etnik Tionghoa dan
Jawa sebagai kuli kontrak di perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan
perkebunan berhenti mendatangkan etnik Tionghoa, karena sebagian besar dari
mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusahan. Perusahaan
kemudian sepenuhnya mendatangkan etnik Jawa sebagai kuli kontrak di
perkebunan. Etnik Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong

mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan etnik
Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk
bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan
ulama.
Tahun ketahun kota Medan telah beberapa kali melakukan perluasan
areal. Mulai dari 1853 Ha di tahun 1950 menjadi 26.510 Ha di tahun 1974.
Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota
Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.
Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Saat ini walikota Medan
dijabat oleh Dzulmi Eldin dengan jabatan wakil walikota dijabat oleh. Wilayah
kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 kelurahan, yaitu:
TABEL 2.1.
TABEL NAMA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA MEDAN
( SUMBER WEB : HTTP://WWW.ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/KOTA_MEDAN )

No.

Kecamatan

Kelurahan


Universitas Sumatera Utara

1

Medan Tuntungan

Tanjung Selamat
Simalingkar B
Simpang Selayang
Kemenangan Tani
Lau Cih
Namu Gajah
Sidomulyo
Ladang Bambu
Mangga

2

Medan Johor


Kwala Bekala
Pangkalan Mansyhur
Gedung Johor
Kedai Durian
Suka Maju
Titi Kuning

3

Medan Amplas

Harjosari I
Harjosari II
Timbang Deli
Bangun Mulia
Sitirejo II
Sitirejo III
Amplas


Universitas Sumatera Utara

4

Medan Denai

Tegal Sari Mandala I
Tegal Sari Mandala II
Tegal Sari Mandala III
Denai
Binjai
Medan Tenggara

5

Medan Area

Pandau Hulu II
Sei Rengas II
Sei Rengas Permata

Kota Matsum I
Kota Matsum II
Kota Matsum IV
Sukaramai I
Sukaramai II
Tegal Sari I
Tegal Sari II
Tegal Sari III
Pasar Merah Timur

6

Medan Kota

Pandau Hulu I
Pasar Baru
Pusat Pasar
Mesjid

Universitas Sumatera Utara


Sei Rengas I
Kota Matsum III
Pasar Merah Barat
Teladan Barat
Teladan Timur
Sudi Rejo I
Sudi Rejo II
Siti Rejo I
7

Medan Maimun

Aur
Hamdan
Jati
Kampung Baru
Sei Mati
Suka Raja


8

Medan Polonia

Anggrung
Madras Hulu
Polonia
Sari Rejo
Suka Damai

9

Medan Baru

Darat
Petisah Hulu
Babura

Universitas Sumatera Utara


Merdeka
Padang Bulan
Titi Rantai/Rante
10

Medan Selayang

Beringin
Padang Bulan Selayang I
Padang Bulan Selayang II
Sempakata
Tanjung Sari
Asam Kumbang

11

Medan Sunggal

Babura Sunggal
Sei Sikambing B

Simpang Tanjung
Tanjung Rejo
Lalang
Sunggal

12

Medan Helvetia

Dwi Kora

Sei Sikambing C II
Helvetia
Helvetia Tengah
Helvetia Timur
Tanjung Gusta
Cinta Damai

Universitas Sumatera Utara

13

Medan Petisah

Petisah Tengah
Sekip
Sei Putih Barat
Sei Putih Tengah
Sei Putih Timur I
Sei Putih Timur II
Sei Sikambing D

14

Medan Barat

Kesawan
Silalas
Glugur Kota
Pulo Brayan Kota
Karang Berombak
Sei Agul

15

Medan Timur

Gang Buntu
Perintis
Sidodadi
Durian
Gaharu
Glugur Darat I
Glugur Darat II
Pulo Brayan Bengkel
Pulo Brayan Bengkel Baru

Universitas Sumatera Utara

Pulo Brayan Darat I
Pulo Brayan Darat II
16

Medan Perjuangan

Pandau Hilir
Pahlawan
Sei Kera Hulu
Sei Kerah Hilir I
Sei Kerah Hilir II
Sidorame Barat I
Sidorame Barat II
Sidorame Timur
Tegal Rejo

17

Medan Tembung

Indra Kasih
Sidorejo
Sidorejo Hilir
Bandar Selamat
Bantan
Bantan Timur
Tembung

18

Medan Deli

Tanjung Mulia
Tanjung Mulia Hilir
Mabar
Mabar Hilir

Universitas Sumatera Utara

Kota Bangun
Titi Papan
19

Medan Labuhan

Besar
Martubung
Sei Mati
Pekan Labuhan
Nelayan Indah
Tangkahan

20

Medan Marelan

Tanah Enam Ratus
Paya Pasir
Labuhan Deli
Rengas Pulau
Desa Terjun

21

Medan Belawan

Belawan I
Belawan II
Belawan Sicanang
Bagan Deli
Belawan Bahari
Belawan Bahagia

Adapun nama-nama Walikota yang pernah menjabat di kota Medan dari
masa berdirinya sampai sekarang adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

TABEL.2.2
TABEL NAMA WALIKOTA MEDAN SERTA PERIODE MENJABAT
( SUMBER WEB : HTTP://WWW.ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/KOTA_MEDAN )

No. Nama

Masa Jabatan

1

Daniel Mackay

1918-1931

2

J.M. Wesselink

1931-1935

3

G. Pitlo

1935-1938

4

C.E.E Kuntze

1938-1942

5

Shinichi Hayasaki

1942-1945

6

Luat Siregar

3 Oktober - 10 November 1945

7

M. Yusuf

10 November 1945 - Agustus 1947

8

Djaidin Purba

1 November 1947 - 12 Juli 1952

9

A.M Jalaluddin

12 Juli 1952 - 1 Desember 1954

10

Hadji Muda Siregar

6 Desember 1954 - 14 Juni 1958

11

Madja Purba

3 Juli 1958 - 28 Februari 1961

12

Basyrah Lubis

28 Februari 1961 - 30 Oktober 1964

13

P.R Telaumbanua

30 Oktober 1964 - 28 Februari 1965

Universitas Sumatera Utara

14

Aminurrasyid

28 Agustus 1965 - 26 September 1966

15

Sjoerkani

26 September 1966 - 3 juli 1974

16

M. Saleh Arifin

3 Juli 1974 - 31 Maret 1980

17

Agus Salim Rangkuti

1 April 1980 - 31 maret 1990

18

Bachtiar Djafar

1 April 1990 - 31 maret 2000

19

Abdillah

1 April 2000 - 20 Agustus 2008

20

Afifudin Lubis (Penjabat)

20 Agustus 2008 - 22 Juli 2009

21

Rahudman Harahap (Penjabat)

23 Juli 2009 - 16 Februari 2010

22

Syamsul Arifin (penjabat)

16 Februari 2010 - 25 Juli 2010

23

Rahudman Harahap

26 Juli 2010 - 14 Mei 2013

24

Dzulmi Eldin(Penjabat)

15 Mei 2013 – 2014

25

Dzulmi Eldin

2014 – Sekarang

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera
Utara, kedudukan,fungsi dan peranan kota Medan cukup enting dan strategis
secara regional. Bahkan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara, kota Medan
sering dijadikan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintah daerah. Secara geografis, kota Medan memiliki kedudukan strategis
sebab berbatasan langsung dengan selat malaka dibagian utara, sehingga relatif

Universitas Sumatera Utara

dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,
Singapura, dan lain-lain.Demikian juga secara demografis kota Medan
diperkirakan memiliki pangsa pasar barang dan jasa yang relatif besar. Hal ini
tidak lepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana pada tahun 2007
diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomi
yang didominasi sektor tertier dan sekunder, kota Medan sangat potensial
berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional.
2.2.Kota Medan Secara Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar ( 265,10 km²) atau 3.6%dari
keseluruhan wilaayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kota/kabupaen lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan
jumlah penduduk yang relatif besar. Secara Geografis Kota Medan terletak pada
3º 30´- 3º 43´Lintang Utara dan 98º 35´-98º 44´ Bujur timur untuk itu Topografi
Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5
meter diatas permukaan laut.
Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut :
TABEL 2.3
TABEL BATAS WILAYAH KOTA MEDAN
( SUMBER WEB : HTTP://WWW.ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/KOTA_MEDAN )

Sebelah Utara

Selat Malaka

Sebelah Selatan

Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat

Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

Sebelah Timur

Kabupaten Deli Serdang

Secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya
sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli
Utara Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dn lain-lain. Kondisi ini
menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbabagi
kerjasama dan keitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya.
Disamping itu sebagai daerah pinggir jalur pelayaran Selat malaka, Kota
Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang ( pintu masuk ) kegiatan
perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (
ekspor-impor ). Posisi geografis kota Medan ini telah mendorong perkembangan
kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat
Kota Medan saat ini.
Secara umum ada 3 ( tiga ) faktor utama yang mempengaruhi kinerja
perkembangan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis, (3) faktor sosial
ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkit satu dengan lainnya, yang secara
stimulan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk
pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah
administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.
Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21
tanggal Sepetember 1951, yang menentapkan luas Kota Medan menjadi 5.130
Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan

Universitas Sumatera Utara

dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor
66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas
menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
22 tahun 1973 Kota Medan kmudin mengalami pemekaran wilayah menjadi
26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan
luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam
Negeri Nmor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, kota Medan melakukan
pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembngan terakhir erdasarkan
Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat

I Suamtera Utara Nomor

140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefisitan 7
Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Perturan
Pememrintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan
Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara
administrasi Kota Medan dimekarkan kembal, dibagi atas 21 Kecamatan yang
mencakup 151 Kelurahan. Berdasarakan perkembangan administratif ini, Kota
Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis, dan secara ssialekonomis akibat penanaman modal ( investasi ). Secara administratif, wilayah
Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten
Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang Wilayah
Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan
salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan
Sumber Daya Alam ( SDA ), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan.
Kaenanya secara geografis Kota Medn didukung oleh daerah-daerah yang kaya

Universitas Sumatera Utara

Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli
Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi
ini menjadikan Kota Medan secara Ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkn, saling memperkuat
dengan daerahdaerah sekitarnya.
Disamping itu sebagai daerah yang terletak pada pinggiran jalur
pelayaran Selat Malaka maka Kota Medan memiliki posisi yang sangat strategis
sebagai gerbang ( pintu masuk ) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik
perdagangan domestik maupun luar negeri ( ekpor-impor ). Posisi geografis
Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub
pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota saat
ini.
2.3.Kota Medan Secara Demografis
Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan
diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar
dari pria, ( 1.010.174 jiwa> 995.968 jiwa 0 jumlah penduduk tersebut diketahui
merupakan penduduk tetap, sedagkn penduduk tidak tetap diperkirakan
mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan
demikian Kota medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk
terbesar.
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan
berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan
1.068.659 perempuan.

Universitas Sumatera Utara

Disisang hari jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa
dengan dihitungnya jumlah komuter. Sebagian besar penduduk Kota Medan
berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun ( masing-masing 41% dan
37% dari total penduduk ).
Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang
1.377.751 jiwa berusia produktif, ( 15-59 tahun ). Selanjutnya dilihat dari tingkat
pendidikan, rata-rata lama sekolah pnduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan
demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja
pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri
manufaktur.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode 2000-2004 cenderung
mengalami peningkatan tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah
0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak
terdapat di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan
Tembung. Jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Medan Baru,
Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk teringgi ada
di kecamatan Medan Perjuangan , Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun
2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 9 tahun sedangkan bagi wanita
adalah 71 tahun.
TABEL 2.4
TABEL SENSUS JUMLAH PENDUDUK KOTA MEDAN
( SUMBER WEB : HTTP://WWW.ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/KOTA_MEDAN )

Tahun

Jumlah Penduduk

Universitas Sumatera Utara

2001

1.926.052

2002

1.963.086

2003

1.993.060

2004

2.006.014

2005

2.036.018

2007

2.083.156

2008

2.102.105

2009

2.121.053

2010

2.109.339

2012

2.122.804

Mayoritas penduduk Kota Medan sekarang ialah Suku Jawa, dan sukusuku dari Tapanuli ( Batak, Mandailing, Karo ). Di Kota Medan banyak pula
orang keturunan India dan Tionghoa. Medan salah satu Kota di Indonesia yang
memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak.
Keanekaragaman Etnis di Kota Medan terlihat dari jumlah Mesjid,
gereja, dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di
sekitar Jl.Zainul arifin dikenal sebagai Kampung keling, yang merupakan daerah
pemukiman org keturunan India.

Universitas Sumatera Utara

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826
jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan
Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya bersal dari ras Timur
lainnya.
Tabel 2.5.
Tabel Persentase Penduduk Kota medan berdasarkan etnik
( Sumber : 1930 dan 1980 : Usman Pelly; 1983, 2000: BPS SUMUT )

Perbandingan etnik di kota Medan pada tahun 1930, 1980, 2000
Etnik

Tahun 1930

Tahun 1980

Tahun 2000

Jawa

24,89%

29,41%

30,03%

Batak

2,93%

14,11%

20,93%*

Tionghoa

35,63%

12,8%

10,65%

Mandailing

6,12%

11,91%

9,36%

Minangkabau

7,29%

10,93%

8,6%

Melayu

7,06%

8,57%

6,59%

Karo

0,19%

3,99%

4,10%

Aceh

--

2,19%

2,78%

Sunda

1,58%

1,90%

--

Universitas Sumatera Utara

Lain-lain

14,31%

4,13%

3,95%

*Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan “Batak” sebagai suku bangsa,
total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah
20,93%
Angka Harapan Hidup penduduk kota Medan pada tahun 2007 adalah
71,4 tahun sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148100
jiwa[16].
Penduduk kota medan memiliki ciri majemuk meliputi unsur agama,
etnik,

adat

istiadat,

dan

keanekaragaman(diversitas)

budaya.

Hal

ini

memmunculkan karakter sebagian besar penduduk kota medan bersifat terbuka.
Secara demografi, kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa
transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu
keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana
tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang
mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir
masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Disisi lain adanya faktor
perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingka kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini
mangacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian

[16]

http://www.id.wikipedia.org/wiki/kota_medan

Universitas Sumatera Utara

rendah. Penurunan pada tingkkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain perubahan pola pikir akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga
disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat
kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan
pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah
tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung tidak
mengalami banyak perubahan, kecuali adanya faktor migrasi atau urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),
meingkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang alik (Commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan
yang diterapkan. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun
kematian sudah tidak banyak mengalami perubahan, akibatnya jumlah penduduk
juga cenderung untuk tidak berubah banyak, kecuali disebabkan faktor migrasi
dan urbanisasi.
2.4.Kota Medan Secara Kultural
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak
awal kota Medan telah memiliki keragaman suku ( etnik ), dan agama . oleh
karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat beragam yang berdampak
pada beragamnya nilai-nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan,
sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (

Universitas Sumatera Utara

moderenisasi ), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai
budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan.
Keragaman suku, tarian, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik dan
sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan
industi pariwisata di Kota Medan. Adanya keberagaman ( diversitas ) menuntut
adanya pluralisme, pluralisme ini juga yang nantinya akan menjadi peredam
munculnya isu-isu primordialisme yang dapat menggangu sendi-sendi kehidupan
sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan kota
Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus
dipelihara secara harmonis.
2.5.Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
keamanan, dan ketertiban, agama, dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Keberadaan sarana
pendidikan, kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital
bagi masyarakat untuk medapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh
pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.
Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan
merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya
kompleks dan multi dimensional yang fenomenanya dipengaruhi berbagai faktor
yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan,
gender dan lokasi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas
ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan

Universitas Sumatera Utara

perbedaan perlakuan bagi seorang atau sekelompok orang dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat.
2.5.1.Pekerjaan
Sebagai kota terbesar dipulau Sumatera dan di Selat Malaka, Penduduk
Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha
Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah
kemerdekaan sektor perdagangan secara konsisten didominasi etnik Tionghoa
dan Minangkabau. Di bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orangorang Mandailing, sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan
tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh
orang Minangkabau.
TABEL 2.6.
TABEL PERSENTASE KLASIFIKASI ETNIK BERDASARKAN BIDANG PEKERJAAN
( SUMBER WEB : HTTP://WWW.ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/KOTA_MEDAN )

Komposisi Etnik Berdasarkan Okupasi Profesional
Etnik

Pengacara

Dokter

Notaris

Wartawan

2,6%

3,9%

--

3,7%

Batak

13,2%

15,9%

18,5%

8,5%

Jawa

5,3%

15,9%

11,1%

10,4%

Karo

5,3%

10%

7,4%

0,6%

Aceh

Universitas Sumatera Utara

Mandailing

23,6%

14,1%

14,8%

18,3%

Minang

36,8%

20,6%

29,7%

37,7%

Melayu

5,3%

5,9%

3,7%

17,7%

Sunda

--

--

3,7%

10,4%

Tionghoa

--

14,7%

7,4%

1,2%

2.5.2.Pola Pemukiman
Perluasan Kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman
kelompok - kelompok etnik. Etnik Melayu yang merupakan penduduk asli kota,
banyak yang tinggal dipinggiran kota. Etnik Tionghoa dan Minangkabau yang
sebagian besar hidup dibidang perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar
pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan
dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang
Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh
karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk
menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid,
Kota Maksum, dan Sungai Mati[ 17]

[17]

http://id.wikipedia.org/wiki/kota_medan.

Universitas Sumatera Utara