Analisis Peran Institusi Pendidikan Agama Islam sebagai Dharma Pendidikan Terhadap Pembangunan Pemuda Dalam Masyarkat Ekonomi Asean

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Situmorang (2004), melakukan penelitian terkait Dampak Kehadiran Institusi
Pendidikan Terhadap Migrasi dan Perkembangan Ekonomi Masyarakat yang
menunjukkan bahwa lembaga pendidikan adalah institusi yang bertanggung jawab
dalam peningkatan sumber daya manusia, melalui sekolah-sekolah swasta dan
negeri. Karena tidak meratanya pelaksanaan pembangunan didaerah-daerah maka
terjadi perpindahan dari daerah yang minim fasilitas kedaerah memiliki fasilitas
yang lengkap. Gerak perpindahan inilah yang disebut dengan migrasi desa ke kota.
Mariani (2009), melakukan penelitian mengenai Perencanaan Sumber Daya
Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri Di
Kota Tanjung Balai, bahwa perencanaan sumber daya pendidikan untuk kelompok
SMA/MA dan SMK secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap mutu
lulusan yang masuk PTN dan yang bekerja. Secara parsial yang berpengaruh nyata
pada SMA/MA adalah perencanaan tenaga kependidikan dan pembiayaan dan
untuk kelompok SMK adalah perencanaan tenaga kependidikan dan sarana
prasarana. Perencanaan partisipasi masyarakat tidak memiliki pengaruh nyata
terhadap mutu lulusan baik yang berhasil masuk PTN maupun yang bekerja.
Wibisono (2015), melakukan kajian tentang AEC 2015 dan Reformasi
Pendidikan Indonesia, Bertambahnya tenaga kerja yang memiliki kualifikasi

pendidikan yang tinggi akan membuat Indonesia menjadi pemain potensial dalam
sektor tenaga kerja regional dan global. Walaupun memasuki AEC 2015 dengan
banyak ketidaksiapan melalui reformasi kebijakan pendidikan yang tepat, saya

11
Universitas Sumatera Utara

12

yakin dalam waktu beberapa tahun ke depan Indonesia akan bisa mengambil
momentum ini.
Hakim (2013), melakukan penelitian tentang ASEAN Community 2015 dan
Tantangannya padaPendidikan Islam Di Indonesia, Berdasarkan hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa dampak dariintegrasi tersebut ternyata juga berimbas pada
sektor pendidikan, termasukpendidikan Islam. Pendidikan yang diharapkan mampu
menjadi penopang danpenguat keberadaan komunitas ASEAN tersebut pada
akhirnya harus merumuskankebijakan-kebijakan yang strategis dalam merespon
berbagai tantangan yangmuncul di kawasan.Pendidikan Islam di Indonesia yang
masih banyak kekurangan di berbagaiaspek kemudian mendapatkan berbagai
tantangan dari kesepakatan komunitasASEAN, diantaranya adalah; pertama,

tantangan akan pergeseran paradigma (shifting paradigm) masyarakat yang
materialistik-sekuler. Pergeseran paradigma masyarakat Asia Tenggara, khususnya
Indonesia ini menjadi niscaya. Pasalnya, diakui atau tidak, bahwa proses integrasi
ekonomi akan menimbulkan efeksampingan bagi masyarakat, terutama lahirnya
kecenderungan masyarakat kepadahal-hal yang bersifat konsumtif, materialistik
dan individualistik. Hal tersebutterjadi dikarenakan masing-masing individu
dituntut untuk memenuhi kebutuhanriil sesuai dengan tuntutan integrasi ekonomi
di kawasan. Kedua, melihattantangan yang muncul tersebut, maka harus ada
paradigma baru tentangrevitalisasi pendidikan Islam. Pendidikan Islam harus
dikembangkan berdasarkantuntutan acuan perubahan tersebut dan berdasarkan
karakteristik masyarakat yangdinamis. Posisi pendidikan Islam di Indonesia
idealnya adalah tetap menjaga nilai-nilai keagamaan yang dipeganginya selama ini,

Universitas Sumatera Utara

13

namun tidak meninggalkan perkembangan sains dan teknologi yang berkembang
dewasa ini.
2.2Teori Peran

MenurutAhmadi (1982), peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia
terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang
berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Pengertian peran menurut Soerjono (2002),
yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan.
Sementara itu menurut Robert Merton (1936), teori peran menggambarkan
interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa
yang ditetapkan oleh budaya. Menurut Tolman peran suatu perilaku keseluruhan
yang mempunyai arti tersendiri, dan akan kehilangan maknanya apabila di reduksi,
maksudnya satu-kesatuan yang tertuju kepada arah tujuan tertentu, (Darmayanti,
2009).
2.3Teori Pendidikan
2.3.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya proses memanusiakan manusia, dengan maksud
mengembangkan potensi yang ada serta pewarisan budaya. Pendidikan merupakan
proses humanisasi melalui pengangkatan manusia ke taraf insani. Artinya,
pendidikan adalah usaha membawa manusia keluar dari kebodohan, dengan
membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humanness). Proses
belajar juga menuntut upaya memahami bagaimana individu berbeda dengan yang


Universitas Sumatera Utara

14

lain (individual differences). Disisi lain, memahami bagaimana menjadi manusia
seperti manusia lain, (Wibowo, 2013).
Usiono (2009), menyebutkan bahwa pendidikan mengandung pengertian
yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan
menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan.
Dengan

pendidikan

manusia

ingin

berusaha


untuk

meningkatkan

dan

mengembangkan serta memperbaiki nilai-nilai hati nuraninya, perasaannya,
pengetahuannya, dan keterampilannya. Sementara Ki Hajar Dewantara berpendapat
bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan
batin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan
masyarakatnya, (Wibowo, 2013).
Menurut Ivan Illich pendidikan bermakna membebaskan manusia dari
keterbelakangan, ketidaktahuan, ketidakberadaban, membebaskan manusia dari
belenggu-belenggu yang mengikat kemanusiaannya dan seterusnya, (Hanani,
2013).
Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya mewariskan nilai yang akan
menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan
sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa
pendidikan, manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa
lampau, yang apabila dibandingkan dengan manusia sekarang telah sangat

tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya,
(Martono, 2014).
Sedangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Universitas Sumatera Utara

15

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
2.3.2 Pendidikan Islam
Menurut Al Abrasyi pendidikan islam adalah mendidik akhlak dan jiwa anak
didik, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan anak didik dengan
kesopanan yang tinggi, mempersiapkan suatu kehidupan yang suci seluruhnya,
ikhlas dan jujur, (Fauzi, 2012). Pendidikan islam berfungsi mengarahkan para
pendidik dalam membina generasi penerus yang mandiri, cerdas dan
berkepribadian sempurna (sehat jasmani dan rohaninya) serta bertanggung jawab

dalam menjalani hidupnya sebagai hamba Allah, makhluk individu, dan sosial
menuju terbentuknya kebudayaan islam, (Syafaruddin, 2006).
Muchsin, dkk (2010), memberikan pengertian tentang pendidikan agama
islam merupakan bimbingan secara sadar dan terus menerus dari seseorang kepada
orang lain sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya
(pengaruh dari luar) baik secara individual maupun secara kelompok, sehingga
manusia mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam secara
utuh dan benar meliputi; aqidah (keimanan), syariah (ibadah dan muamalah), dan
akhlak (budi pekerti).
2.3.3 Tujuan Pendidikan
Dalam pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan tujuan pendidikan ialah
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membenuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

Universitas Sumatera Utara

16

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan islam menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah
untuk menghasilkan orang yang baik (to produce a good man). Kata Al-Attas, The
aim of education in Islam is therefore to produce a goodman… the fundamental
element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of
adab,(Adian Husaini, 2010).
Tujuan pendidikan islam menurut Shalih menjadi lima macam sebagai
berikut:
a.

Tujuan pendidikan jasmani dengan keterampilan fisik, yaitu untuk
mempersiapkan diri manusia sebagai khalifah di muka bumi melalui
keterampilan fisik.

b.

Tujuan pendidikan ruhani, yaitu untuk meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang
hanya menyembah Allah semata dan melaksanakan moralitas islami yang
diteladani dari Rasulullah Saw.


c.

Tujuan pendidikan akal, yaitu pengerahan kecerdasan untuk kekuasaan Allah
dan menentukan pesan ayat-ayatnya yang berimplikasi kepada peningkatan
iman dan takwa kepada dan pencinta.

d.

Tujuan pendidikan sosial, yaitu membentuk kepribadian yang utuh yang
menjadi bagian dari komunitas sosial.

e.

Tujuan pendidikan karirer, yaitu untu mempersiapkan anak didik dalam
memasuki dunia kerja dan karier, (Fauzi, 2012).

Universitas Sumatera Utara

17


2.3.4 Peran Pendidikan Tinggi
Martani (1999), tridharma perguruan tinggi meliputi, pendidikan, penelitian,
dan pengabadian. Pertama darma pendidikan, perguruan tinggi memerlukan
berbagai komponen dalam proses belajar-mengajar, pengembangan kurikulum,
maupun peningkatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Proses belajar-mengajar
dengan pendekatan sistem input-output. Kedua darma penelitian, perguruan tinggi
mempunyai tugas memelihara, mengembangkan,

dan

menemukan

ilmu

pengetahuan dan teknologi. Tugas ini akan dapat terlaksana dengan baik, apabila
sivitas akademika melakukan pengkajian dan penelitian dengan baik. Perguruan
tinggi harus mampu melakukan penelitian untuk memecahkan masalah praktis
maupun pengembangan ilmu dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan pembangunan. Ketiga darma pengabdian masyarakat, agar perguruan

tinggi tidak dijauhi oleh masyarakat, maka harus mampu melakukan kegiatan
kemasyarakatan. Hal ini dapat berupa penerapan ilmu dan hasil penelitian untuk
kepentingan memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Asmawi

(2005),perguruan

tinggi

merupakan

yangdiharapkan mampu mengembangkan ilmu

wahana

tenaga

pengetahuandan

ahli

memberi

sumbangan kepada pembangunan.Hanya dengan pengetahuan yang mendalam
tentang apayang dibutuhkan pembangunan tersebut, pendidikanakan dapat lebih
mencapai hasil sesuai dengan misi, visidan fungsinya. Upaya menciptakan
keterkaitan dan kesepadanan tersebut mengacu pada tri dharma perguruan tinggi,
yang meliputi kegiatan-kegiatan pendidikan (proses belajar mengajar), penelitian
danpengabdian kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

18

Lubis (2004), menyebutkan bahwa tujuan pendidikan di tingkat perguruan
tinggi seperti Universitas dan Institut ada dua, yaitu:
a.

Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai
kemampuan

akademik

dan

profesional

yang

dapat

menerapkan,

mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
b.

Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Selanjutnya Lubis (2004), memberi pengertian tentang tri dharma perguruan

tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian, ialah;
a.

Dharma pendidikan ialah pendidikan yang mampu mengembangkan wawasan
kebangsaan,

wawasan

keterbukaan,

dan

wawasan

kecendikiawanan

mahasiswa. Mahasiswa yang berjiwa patriotik, mahasiswa bepikiran yang
fleksibel dan tidak sempit, dan mahasiswa yang mampu mensintesis dan
mengadakan panduan perspektif dari berbagai pendapat, argumentasi yang
berbeda-beda.
b.

Dharma penelitian merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan
pengetahuan empirik, teori, konsep, metodologi, model, atau informasi baru
yang memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

c.

Dharma pengabdian kepada masyarakat pada hakikatnya membantu
masyarakat agar masyarakat mau dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Dengan demikian azas pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan azas
kemanusiaan yang menekankan pada usaha pengembangan masyarakat sebagai

Universitas Sumatera Utara

19

subjek pembangunan. Pengabdian kepada masyarakat harus dilandasi pada
kepercayaan, kemampuan dan kekuatan masyarakat itu sendiri.
2.4 Teori Pembangunan
Menurut Hubeis dan Mulyandari (2010), pembangunan dalam pandangan
Rodriguez merupakan sebuahdiskursus historis dalam mana manusiadidefinisikan,
dibentuk, diartikulasikan– dinamakan – olehorang lain dalamlingkungan yang
memiliki kekuasaan. Perbaikan dan peningkatankualitas SDM bersifat multi
dimensi,baik

pendidikan,

keterampilan,kesempatan

kerja

dan

berusaha,

maupungizi dan kesehatan.
Menurut Irawan dan Suparmokomengartikan pembangunan sebagai proses
transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai dengan perubahan struktural
yakni perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan
ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya pembangunan selalu
disertai dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan
pembangunan. Pada tingkat permulaan, pembangunan ekonomi dibarengi pula
dengan pertumbuhan dan sebaliknya (Nurhuda, dkk, 2011).
Sedangkan Sirojuzilam dan Mahalli (2010), mendefenisikan pembangunan
disini ialah pembangunan ekonomi. Karena pada dasarnya seluruh aktivitas
pembangunan urutan pertamanya adalah pembangunan ekonomi. Menurut Todaro
pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang
melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi,
perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi
ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

20

2.5 Teori Pemuda
2.5.1. Pengertian Pemuda
Menurut UU kepemudaan nomor 40 tahun 2009, pemuda adalah mereka yang
berusia 16 tahun hingga 30 tahun, Sejarah membuktikan bahwa pemuda berperan
penting dalam kemerdekaan dimana saja, dinegara mana saja kemerdekaan tidak
pernah luput dari peran serta pemuda. Karena pemudalah memiliki semangat dan
ambisius

yang

tinggi

dalam

mencapai

keinginannya,

memperjuangkan,

mempertahankan perubahan kearah yang lebih baik. Pemuda memiliki banyak
potensi yang tertanam dalam dirinya, pemuda harus berani bermimpi dan bercitacita setinggi-tingginya.
Sedangkan menurut Thahan (2002), pemuda selalu berada di garis terdepan
dalam perjuangan ummatdan mampu terlibat di semua sektor, yaitu:
a.

Sektor Pembebasan dan Kemerdekaan
Pemuda adalah kemampuan, tekad, keberanian, dan kesabaranmenghadapi
tantangan. Dengannya ummat menghalau musuh danmengangkat bendera
kejayaannya.

b.

Sektor Pemikiran dan Pembentukannya
Pemuda adalah unsur kokoh yang mampu belajar keras, menguasai dan
menghasilkan pemikiran serta pembaruan. Ibarat ranting yang masih segar,
kelenturannya

cukup

untuk

terbentuknya

pemikiran

sekaligus

mentransformasikan pemikiran tersebut kepada orang lain.
c.

Sektor Iman dan Amal

Universitas Sumatera Utara

21

Iman yang diam dan kehilangan dinamika tidak ada harganya, sedangkan
keimanan pemuda selalu memunculkan energi tersembunyi yang besar dalam
bentuk gerakan membina ummat.
d.

Sektor Perubahan
Pemuda adalah pelopor dan sarana perubahan. Allah Suhhanahu wata'ala tidak
akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah kondisi jiwa
mereka. Sedangkan pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar, maka
perubahan yang dilakukannya pun besar.
Pemuda merupakan aset bangsa yang akan melanjutkan estafet pembangunan

bangsa dimasa yang akan datang. Pemuda memiliki dinamisasi dan semangat yang
tinggi dalam berbagai aspek dimasyarakat, pemuda dapat lebih diterima
dilingkungannya jika membawa suasana-suasana kebaikan dan mengarah pada
perubahan, perubahan yang diharapan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat. Semangat yang tinggi dan ide-ide memberikan peran kepada pemuda
dalam setiap sektor kehidupan.
2.6.2 Pembangunan Pemuda Menurut UU No.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan
Pembangunan kepemudaan menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009
diwujudkan dalam 3 hal, yaitu; kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan.
1.

Pembangunan kepemimpinan pemuda disebutkan dalam BAB I ketentuan
umum pasal 7 yang berbunyi “Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah
kegiatan mengembangkan potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta
penggerakan pemuda.”

2.

Pembangunan kewirausahaan pemuda. Kewirausahaan termaktub dalam BAB
I ketentuan umum pasal 8 bunyinya “Pengembangan kewirausahaan pemuda

Universitas Sumatera Utara

22

adalah kegiatan mengembangkan potensi keterampilan dan kemandirian
berusaha”.
3.

Pembangunan kepeloporan pemuda, termaktub dalam BAB I ketentuan umum
pasal 9 berbunyi “Kepeloporan pemuda adalah kegiatan mengembangkan
potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab tantangan, dan
memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.”
Sedangkan yang menjadi asas pembangunan pemuda disebutkan dalam BAB

II pasal 2 berdasarkan; Pertama, ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, kemanusiaan.
Ketiga, kebangsaan. Keempat, kebhinekaan. Kelima, demokratis. Keenam,
keadilan. Ketujuh, partisipatif. Kedelapan, kebersamaan. Kesembilan, kesetaraan.
Kesepuluh, kemandirian.
Selanjutnya tujuan pembangunan kepemudaan disebutkan dalam BAB II
pasal 3 untuk mewujudkan pemuda yang; Pertama, Beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, Berakhlak mulia. Ketiga, Sehat. Keempat, Cerdas.
Kelima, Kreatif. Keenam, Inovatif. Ketujuh, Mandiri. Kedelapan, Demokratis.
Kesembilan, Bertanggungjawab. Kesepuluh, Berdaya saing. Kesebelas, Memiliki
jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.6. Teori Asean Community
Nizar (2014), paling tidak terdapat tiga gelombang integrasi regional sejak
General Agreement on Tariff and Trade (GATT) disepakati pada tahun 1947.
Gelombang pertama adalah integrasi regional Eropa di tahun 70-an yang
menempatkan Eropa sebagai aktor utama dalam perdagangan global. Gelombang

Universitas Sumatera Utara

23

kedua dipicu oleh ketidakpuasan Amerika terhadap prinsip non diskriminasi dalam
GATT yang bermuara pada pembentukan North American Free Trade Agreement
(NAFTA) di awal era 90-an. Gelombang ketiga adalah diinisiasi oleh negara-negara
Asia dengan memperkenalkan preferensi tarif seperti Economic Cooperation
Organization (ECO), South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC),
dan Association of South-East Asian Nation (ASEAN).
Arifin (2007), langkah ASEAN diatas sejalan dengan tuntutan global yang
ditandai dengansemakin menjamurnya bentuk integrasi keuangan dan ekonomi di
berbagai kawasan.Sebut misalnya Eropa, integrasi regionalnya diawali dengan
integrasi ekonomi (sektor riil) yang kemudian diikuti dengan integrasi moneter dan
diakhiri dengan pembentukan mata uang Euro. Di kawasan Afrika juga memiliki
institusi regional (CFA Franc Zonedan Gulf Area) yang bertugas mengintegrasikan
ekonomi di kawasan tersebut denganmembentuk dan menggunakan mata uang
bersama. Artinya, meskipun di kawasan AsiaTenggara belum dimunculkan mata
uang bersama, namun ASEAN sebagai leading sector bentuk integrasi di kawasan,
melakukan upaya kesepakatan-kesepakatan,diantaranya Komunitas ASEAN 2015
(ASEAN Community 2015).
Hakim (2013), ASEAN Declaration, Bangkok, 08 Agustus 1967,
memutuskan bahwa kawasan Asia Tenggara memiliki organisasi regional yang
bernama ASEAN.Dengan fokus pada isu keamanan dan perdamaiandi kawasan
Asia

Tenggara.

Dimulai

dari

lima

negara

pendiri,

yakni

Indonesia,

Filipina,Malaysia, Singapura dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh
Negara yangbergabung kemudian, yakni Brunai Darussalam (1984), Vietnam
(1995), Myanmar danLaos (1997), serta Kamboja (1999).

Universitas Sumatera Utara

24

Komunitas

ASEAN

2015

(ASEAN

Community

2015)

adalah

suatukesepakatan tentang pembentukan komunitas yang terdiri dari tiga pilar,
yakni; Pertama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community).
Kedua, Masyarakat Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community). Ketiga,
Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-cultural Community).
Ketiga pilar ini saling berkaitan satu sama lain dan saling memperkuat tujuan
pencapaian

perdamaian

yang

berkelanjutan,

stabilitas

serta

pemerataan

kesejahteraan di kawasan, (ASEAN Summit, Januari 2007).
2.6.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN
Nizar (2014), dalam blue print AEC, disebutkan bahwa terdapat empat
karakteristik utama AEC yang saling terkait dan mendukung, yaitu:
1.

Pasar dan basis produksi tunggal, yang terdiri dari lima komponen yaitu
pergerakan yang bebas untuk barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja
terampil.

2.

Wilayah yang memiliki ekonomi berdaya saing tinggi, termasuk membangun
kebijakan persaingan yang sehat, perlindungan konsumen, perlindungan hak
cipta, pembangunan infrastruktur, penghindaran pajak berganda, dan ecommerce untuk mendukung perdagangan on-line antar anggota ASEAN.

3.

Wilayah yang memiliki pembangunan ekonomi yang berkeadilan, meliputi
pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan inisiatif integrasi ASEAN
yang bertujuan untuk mengatasi perbedaan tingkat pembangunan ekonomi
antar anggota ASEAN.

4.

Wilayah yang terintegrasi dengan ekonomi global sepenuhnya, yang meliputi
pendekatan yang koheren untuk membangun hubungan ekonomi eksternal

Universitas Sumatera Utara

25

seperti negosiasi Free Trade Area (FTA) dan Comprehensive Economic
Partnership (CEP) dan meningkatkan partisipasi dalam jaringan produksi dan
distribusi global.
2.6.2 Masyarakat Keamanan ASEAN
Hakim (2013), ASEAN Security Communityadalah proliferasigerakan teroris.
Di era globalisasi ini, gerakan terorisme seringkali melibatkanbeberapa negara dan
tidak memandang garis perbatasan internasional (transnasional).Nassar (2010),
menambahkan

bahwa

globalisasi

meningkatkan

aktivitas

kekerasan

yangdiwujudkan dalam bentuk teror. Perubahan pesat yang dibawa proses
globalisasi telahmenyebabkan masyarakat terpolarisasi. Singkat kata, globalisasi
memproduksi marjinalisasi dan kemiskinan, sedangkan marjinalisasi dan
kemiskinan merangsangorang untuk melakukan aksi teror. Belum lagi ancaman
keamanan di kawasan terkaitdengan perdagangan obat terlarang, perdagangan
manusia (trafficking), perdagangansenjata, pencurian ikan (illegal fishing), yang
kesemuanya itu membutuhkan kerjasamakeamanan intra ASEAN dalam kerangka
ASEAN Security Community.
2.6.3 Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN
Hakim (2013), ASEAN Socio-cultural Community adalah Masyarakat SosialBudaya ASEAN. Roadmap ASEAN Socio-cultural Community terkandung enam
program kerja yangharus diwujudkan oleh semua Negara ASEAN, yakni; human
development, social welfare and protection, social justice and rights, ensuring
environmental sustainability, narrowing the development GAP and building the
ASEAN identity, (A Roadmap for An ASEAN Community, 2009-2015).

Universitas Sumatera Utara

26

Dalam

kerangka

sosial-budaya,

terdapat

aspek

pendidikan

yang

diharapkanmampu menopang ASEAN Community 2015. Sebelumnya, pada tahun
1995,ASEANmemiliki jaringan pendidikan tinggi, yakni ASEAN University
Network (AUN). AUNsebagai hasil Konferensi Tingkat Tinggi ke-4 ASEAN pada
tahun 1992 silam. Latarbelakang pendirian AUN ini tidak lain adalah untuk
mempercepat solidaritas danpengembangan identitas regional melalui promosi
pengembangan sumber dayamanusia dengan jalan penguatan jaringan yang sudah
ada di tingkat universitas daninstitusi pendidikan unggulan di kawasan.
2.7 Kerangka Berpikir
Perlu diteliti mengenai peran jurusan Pendidikan Agama Islam sebagai
dharma pendidikan terhadap pembangunan pemuda setelah terjadinya masyarakat
ekonomi asean, sehingga para lulusan jurusan Pendidikan Agama Islam mampu
terus bersaing dengan jurusan perguruan tinggi lainnya serta mampu menghadapi
masyarakat ekonomi Asean. Adapun kerangka pemikiran dari permasalahan diatas
digambarkan:

Universitas Sumatera Utara

27

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
(UIN SU)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK)

Peran PAI terhadap Pendidikan
sebagai dharma pendidikan

1.
2.
3.
4.

IP Kumulatif
Bahasa Inggris/Asing
Kepribadian Berakhlak
Kegiatan ko- dan ekstrakurikuler
5. Karya tulis ilmiah

Pembangunan Pemuda dalam
Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)

6. Kepemimpinan (Y1)
7. Kewirausahaan (Y2)
8. Kepeloporan (Y3)

Masyarakat
Ekonomi
Asean

Gambar 2.1Skema analisis peran Pendidikan Agama Islam sebagai dharma
pendidikanterhadappembangunan pemuda dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

2.8 Hipotesis Penelitian
Peran Institusi Pendidikan Agama Islam sebagai dharma pendidikan
berpengaruh positif terhadap pembangunan pemuda dalam masyarakat ekonomi
ASEAN.

Universitas Sumatera Utara