Pengelolaan Dana Desa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Bidang Sosial Ekonomi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis mencantumkan hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu Pengelolaan
Dana Desa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Bidang Sosial
Ekonomi.
M. Rinaldi Aulia (2016) dengan judul skripsi Analisis Pengelolaan
Dana Desa Pada Pemerintahan Desa (studi kasus pada Kecamatan V Koto
Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman Tahun Anggaran 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dana desa
yang dilaksanakan di Nagari Campago dan Nagari Sikucur, yaitu dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawabannya apakah
sudah didasarkan pada prosedur dan aturan yang berlaku, apakah prinsip-prinsip
pengelolaannya sudah mampu diwujudkan. Dan faktor-faktor penunjang dan
penghambat
yang mempengaruhi pelaksanaan pemanfaatan dana desa.
Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif.
Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mendapatkan gambaran
yang menyeluruh tentang proses pengelolaan dana desa pada desa di Kecamatan
V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Jenis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
osbservasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan
dana desa yang dilakukan oleh dua nagari, yaitu Nagari Sikucur dan Nagari
27
Universitas Sumatera Utara
Campago cukup baik, yaitu mulai dari perencanaan sampai dengan
pertangungjawabannya. Dari segi perencanaan, wali nagari dari kedua nagari
mengadakan musrenbang terlebih dahulu setelah itu menyusun APBNagari. Dari
segi pelaksanaan, wali nagari meminta TPK untuk menjalankan kegiatan yang
telah diberikan kepadanya. Dari segi penatausahaan, Bendahara TPK dan
Bendahara
Nagari
bertugas
membuat
pembukuan
dan
laporan
pertanggungjawaban dana desa. Dari segi pertanggungjawaban, laporan
pertanggungjawaban yang disampaikan oleh wali nagari kepada bupati melalui
camat sedikit terlambat dikarenakan dana desa yang diterima datangnya
terlambat dan juga kemampuan SDM yang kurang memadai.
Penelitian Faizatul Karimah, choirul shaleh dan ike wanusmawatie
(2013), yang meneliti tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Deket Kulon Kecamatan Deket
Kabupaten Lamongan). Pengelolaan alokasi dana desa dalam pemberdayaan
masyarakat Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan secara
normatif dan admistratif sudah baik. Namun, secara substansi ada beberapa hal
yang harus di perbaiki yaitu partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan,
pengawasan, pertanggung-jawaban, dan transparansi yang belum maksimal
karena masyarakat tidak banyak mengetahui akan adanya kegiatan tersebut.
Peran stakeholder pada pengelolaan alokasi dana desa dalam pemberdayaan
masyarakat Desa Deket Kulon masih belum maksimal. Hanya kepala desa yang
terlibat aktif dalam setiap tahapan pengelolaan alokasi dana desa mulai dari
perencanaan, mekanisme penyaluran dan pencairan dana, pelaksanaan,
pengawasan,
pertanggungjawaban
sampai
pada
transparansi
anggaran.
28
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan stakeholder lain seperti karang taruna, tim penggerak, masyarakat
dan BPD peranannya hanya sebatas pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan
dalam penyusun Daftar Rencana Kegiatan (DRK) dan tahap pelaksanaan dengan
terlibatnya dalam pembangunan infrastruktur Desa Deket Kulon. Hasil-hasil
pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon yang didanai oleh anggaran
alokasi dana desa meliputi pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan
manusia.
Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini ingin melihat dan
menggambarkan bagaimana pengelolaan Dana Desa ini dapat meningkatkan
sosial ekonomi masyarakat, peneliti melihatnya dari apa yang akan dikelola
dengan menggunakan Dana Desa atau hasil dari penggunaan Dana Desa tersebut
mampu atau tidak memberikan perubahan bagi sosial ekonomi masyarakat
kemudian pada penelitian ini penulis juga ingin mengetahui prinsip-prinsip apa
saja yang diterapkan dalam pengelolaan Dana Desa serta tahapyang dilalui,
selain itu didalamnya juga membahas bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan Dana Desa. Dalam pemilihan lokasi penelitian juga ada perbedaan,
penelitian ini dilakukan di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten
Labuhanbatu.
2.2
Pengelolaan Dana Desa
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
49/PMK.07/2016 tentang tatacara pengalokasian, penyaluran, penggunaan,
pemantauan dan evaluasi Dana Desa, Dana Desa adalah dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan
29
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Penggunaan dana desa ini diperuntukkan untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
desa
dengan
cara
melakukan
pembangunan
infrastruktur desa dan melakukan program pemberdayaan masyarakat desa.
Penanggungjawab dalam pengelolaan dana desa adalah pemerintahan desa,
karena memiliki jabatan tertinggi didesa sehingga memiliki wewenang dalam
mengatur keuangan desa. Dalam proses pengelolaan dana desa kepala desa
dibantu Pelaksanaan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Pelaksanaan
Teknis Pengelolaan Keuangan Desa adalah perangkat desa yang dipilih dan
ditunjuk oleh kepala desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa,
yakni sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.
Keberhasilan dalam pengelolaan Dana Desa (DD) sangat ditentukan
oleh dukungan dan peran serta semua pihak khususnya instansi pengelola dana
desa mulai dari tingkat Kabupaten, Kecamatan dan tim pengelola tingkat Desa
serta masyarakat desa melalui pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing.
Pengelolaan Dana Desa diharapkan atas dasar transfaran dan swakelola
agar tidak terjadi penyelewengan dana dan agar dana yang tersalurkan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat, sebab itulah pengelolaan
dana desa dimulai dari tahap perencanaan, perencanaan ini diselenggarakan
dengan musrenbang yang bertujuan agar masyarakat memberikan gagasannya
dana desa dikelola untuk apa sehingga rencana pembangunan yang akan
dilaksanakan didasarkan pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa serta
melibatkan seluruh elemen masyarakat. Dengan begitu perencanaan berarti
30
Universitas Sumatera Utara
pengumpulan gagasan, ide atau pendapat dari masyarakat. Selanjutnya
pengelolaan meliputi pelaksanaan penggunaan dana desa yang diharapkan
melibatkan masyarakat, tujuannya agar masyarakat desa diberikan kepercayaan
untuk dapat mengelola proyek yang bersumber dari dana APBN dengan
mekanisme swakelola. Selanjutnya dilakukan pemantauan dan evaluasi yang
tujuannya agar pengelolaan dana diawasi secara ketat untuk mengurangi
kebocoran anggaran maupun berbagai penyimpangan, dalam pemantauan dan
evaluasi tidak cukup jika hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga formil saja
bahkan anggota masyarakat juga bisa turut mengawasi, sehingga pelaksanaannya
dapat dipertanggungjawabkan atau bisa sesuai dengan kepentingan masyarakat.
2.3
Dana Desa (DD)
Dana
Desa
adalah dana
yang
bersumber
dari APBN
yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran pendapatan belanja
Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat (dalam PP Nomor 43/2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa ).
Filosofi dana desa yaitu meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan publik didesa, memajukan
perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, serta
memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan. Dana Desa
yang kini digulirkan setiap tahun kepada seluruh desa dalam pengunaannya
harus dapat dipertangungjawabkan. Pertanggungjawaban keuangan merupakan
suatu dimensi penting dalam penggunaan keuangan termasuk Dana Desa.
31
Universitas Sumatera Utara
Pertanggungjawaban ini mengingatkan bahwa desa yang dulunya melaksanakan
pembangunan
hanya
mendapat
bantuan
keuangan
yang
terbatas
dan
pengelolaannya masih sangat sederhana, akan tetapi setelah kebijakan dana desa
diberlakukan sekarang ini, desa mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar
dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri.
Penggunaan Dana Desa
memiliki dua bidang yang diprioritas dan
harus dijalankan yaitu bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, yang ke duanya ini menjadi prioritas kegiatan, anggaran dan
belanja Desa yang disepakati dan diputuskan melalui Musyawarah Desa. Pada
bidang pembangunan desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, prioritas
penggunaan dana desa diarahkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan desa, meliputi: (dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2015
tentang penggunaan dana desa untuk pembangunan desa pasal 5).
a. pemenuhan kebutuhan dasar.
b. pembangunan sarana dan prasarana Desa.
c. pengembangan potensi ekonomi lokal. dan
d. pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Pada bidang pemberdayaan masyarakat prioritas penggunaan dana desa
untuk program dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat
desa,
dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas
warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan
pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok
32
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan desa. Antara lain sebagai berikut (dalam Peraturan menteri desa,
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi republik Indonesia nomor 5
tahun 2015 tentang penggunaan dana desa untuk pembangunan desa pasal 11) :
a.
Peningkatan kualitas proses perencanaan Desa.
b.
Mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa
maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa lainnya.
c.
Pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat
Desa.
d.
Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk
memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa.
e.
Penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat.
f.
Dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan Desa
dan Hutan Kemasyarakatan.
g.
Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui:
1) kelompok usaha ekonomi produktif
2) kelompok perempuan
3) kelompok tani
4) kelompok masyarakat miskin
5) kelompok nelayan
6) kelompok pengrajin
7) kelompok pemerhati dan perlindungan anak
8) kelompok pemuda
9) kelompok lain sesuai kondisi Desa.
33
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/KotaTahun Anggaran
2015
No
Nama Daerah
Alokasi
(dalam rupiah)
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Provinsi Sumatera Utara
Kab. Asaha
Kab. Dairi
Kab. Deli Serdang
Kab. Karo
Kab. Labuhanbatu
Kab. Langkat
Kab. Mandailing Natal
Kab. Nias
Kab. Simalungun
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kab. Padang Sidempuan
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Nias Selatan
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Serdang Bedagai
Kab. Samosir
Kab. Batu Bara
Kab. Padang lawas
Kab. Padang Lawas Utara
Kab. Padang Lawas Selatan
Kab. Labuhan Batu Utara
Kab. Nias Utara
Kab. Nias Barat
Kab. Gunungsitoli
Jumlah
49.651.593
36.494.629
105.940.761
67.583.746
21.663.628
67.300.828
99.394.520
46.241.140
102.699.807
57.679.485
43.043.384
64.235.734
60.617.160
12.256.060
15.040.704
121.416.580
41.284.514
64.319.789
35.153.931
39.707.460
79.483.465.
100.361.763
16.387.486
23.982.021
32.208.325
29.154.095
27.854.226
1.461.156.834
Sumber : https://bukuhariananggaran.files
Tabel 2.2 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran
2016
No
I
Nama Daerah
Jmlh
Desa
5418
1
Provinsi
Sumatera Utara
Kab. Asaha
2
Kab. Dairi
161
3
Kab. Deli
Serdang
380
177
Per
Desa
565.64
0
565.64
0
Per Kab
3.064.637
.520
100.118.2
80
565.64
0
565.64
0
91.068.04
0
214.943.2
00
Alokasi
Formula
228.644.68
6
11.285.752
Jumlah
3.293.282.20
6
111.404.032
7.142.603
98.210.643
22.820.444
237.763.644
34
Universitas Sumatera Utara
4
Kab. Karo
259
5
Kab.
Labuhanbatu
Kab. Langkat
75
6
7
240
377
8
Kab. Mandailing
Natal
Kab. Nias
9
Kab. Simalungun
386
10
Kab. Tapanuli
Selatan
Kab. Tapanuli
Tengah
Kab. Tapanuli
Utara
Kab. Toba
Samosir
Kab. Padang
Sidempuan
Kab. Pakpak
Bharat
Kab. Nias Selatan
211
153
19
Kab. Humbang
Hasundutan
Kab. Serdang
Bedagai
Kab. Samosir
20
Kab. Batu Bara
141
21
303
25
Kab. Padang
lawas
Kab. Padang
Lawas Utara
Kab. Padang
Lawas Selatan
Kab. Labuhan
Batu Utara
Kab. Nias Utara
26
Kab. Nias Barat
105
27
Kab. Gunungsitoli
98
11
12
13
14
15
16
17
18
22
23
24
170
159
241
231
42
52
459
237
128
387
52
82
112
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
146.500.7
60
42.423.00
0
135.753.6
00
213.246.2
80
96.158.80
0
218.337.0
40
119.350.0
40
89.936.76
0
136.319.2
40
130.662.8
40
23.756.88
0
29.413.28
0
259.628.7
60
86.542.92
0
134.056.6
80
72.401.92
0
79.755.24
0
171.388.9
20
218.902.6
80
29.413.28
0
46.382.48
0
63.351.68
0
59.392.20
0
55.432.72
0
7.339.550
153.840.310
6.199.618
48.622.618
15.275.455
151.029.055
9.662.640
222.908.920
7.577.701
103.736.501
12.067.738
230.404.778
7.713.086
127.063.126
6.626.233
96.562.993
5.712.062
142.031.302
5.867.497
136.530.337
3.758.478
27.515.358
4.342.027
33.755.307
12.708.532
272.337.292
6.067.226
92.610.146
10.246.170
144.302.850
6.465.578
78.867.498
9.354.169
89.109.409
6.911.064
178.299.984
6.658.877
225.561.557
7.369.765
36.783.045
7.430.773
53.813.253
8.932.700
72.284.380
6.027.684
65.419.884
7.081.264
62.513.984
Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id
35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran
2017
No
Nama Daerah
Jmlh
Per
Desa
Desa
5418 720.442
Per Kab
Jumlah
4.197.972.49
0
I
Provinsi
Sumatera Utara
1
Kab. Asaha
177
720.442
127.518.2
34
14.454.327
141.972.561
2
Kab. Dairi
161
720.442
10.105.628
126.096.790
3
Kab. Deli
Serdang
Kab. Karo
380
720.442
29.292.326
303.060.286
259
720.442
9.741.648
196.336.126
Kab.
Labuhanbatu
Kab. Langkat
75
720.442
8.336.132
62.369.282
240
720.442
19.957.743
192.863.823
377
720.442
12.441.884
284.048.518
8
Kab. Mandailing
Natal
Kab. Nias
170
720.442
10.451.108
132.926.248
9
Kab. Simalungun
386
720.442
15.956.928
294.047.540
10
Kab. Tapanuli
Selatan
Kab. Tapanuli
Tengah
Kab. Tapanuli
Utara
Kab. Toba
Samosir
Kab. Padang
Sidempuan
Kab. Pakpak
Bharat
Kab. Nias Selatan
211
720.442
9.656.744
161.670.006
159
720.442
8.842.956
123.393.234
241
720.442
7.072.304
180.698.826
231
720.442
7.041.625
173.463.727
42
720.442
4.391.637
34.650.201
52
720.442
5.020.897
42.483.881
459
720.442
16.135.592
346.818.470
153
720.442
7.285.660
117.513.286
237
720.442
13.105.061
183.849.815
19
Kab. Humbang
Hasundutan
Kab. Serdang
Bedagai
Kab. Samosir
128
720.442
7.811.227
100.027.803
20
Kab. Batu Bara
141
720.442
11.795.034
113.377.356
21
Kab. Padang
lawas
Kab. Padang
Lawas Utara
303
720.442
9.882.445
228.176.371
387
720.442
115.991.1
62
273.767.9
60
186.594.4
78
54.033.15
0
172.906.0
80
271.606.6
34
122.475.1
40
278.090.6
12
152.013.2
62
112.550.2
78
114.550.2
78
173.626.5
22
166.422.1
02
30.258.56
4
37.462.98
4
110.227.6
26
170.744.7
54
92.216.57
6
101.582.3
22
218.293.9
26
278.811.0
54
9.270.857
288.081.911
4
5
6
7
11
12
13
14
15
16
17
18
22
3.903.354
.756
Alokasi
Formula
294.617.73
4
36
Universitas Sumatera Utara
23
25
Kab. Padang
Lawas Selatan
Kab. Labuhan
Batu Utara
Kab. Nias Utara
26
27
24
52
720.442
82
720.442
112
720.442
Kab. Nias Barat
105
720.442
Kab. Gunungsitoli
98
720.442
37.462.98
4
59.076.24
4
80.689.50
4
75.646.41
0
70.603.31
6
8.559.478
46.022.462
9.570.695
68.646.939
11.134.690
91.824.194
8.088.286
83.734.696
9.214.822
79.818.138
Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id
2.4
Otonomi Desa
Otonomi adalah kewenangan dan kewajiban daerah dalam mengatur
dan menjalankan rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Tujuan otonomi adalah meningkatkan partisipasi
masyarakat, dan lembaga yang paling dekat dengan masyarakat adalah
pemerintahan desa. Lembaga inilah yang menjadi ujung tombak pemerintahan
yang berhadapan langsung dengan masyarakat.
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 1 ayat 5, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Provinsi, kabupaten atau kota, dan desa merupakan kategori daerah otonom
mulai dari tingkat teratas hingga terbawah yang memiliki kesatuan masyarakat
hukum dengan batas wilayah yang jelas serta hak dan wewenang untuk
mengatur rumah tangganya sendiri.
Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan
merupakan pemberian dari pemerintah, sebaliknya pemerintah berkewajiban
menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa,
37
Universitas Sumatera Utara
maka desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun
hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan
menuntut di muka pengadilan (Wijaya.2003 : 165).
Sebagai wujud demokrasi, maka di Desa dibentuk Badan Perwakilan
Desa yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawas terhadap
pelaksanaan peraturan Desa, anggaran pendapatan dan belanja desa serta
keputusan kepala desa. Untuk itu kepala desa dengan persetujuan badan
perwakilan desa mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan dengan pihak lain,
menetapkan sumber-sumber pendapatan desa, menerima sumbangan dari pihak
ketiga dan melakukan pinjaman desa. Kemudian berdasarkan hak atas asal usul
desa bersangkutan. kepala desa dapat mendamaikan perkara atau sengketa yang
terjadi di antara warganya.
Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut
tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa
dalam ikatan Negara kesatuan republik Indonesia dan tanggungjawab untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor pertauran
perundang-undangan yang berlaku.
2.5
Kesejahteraan Masyarakat Di Bidang Sosial Ekonomi
2.5.1
Pengertian Kesejahteraan
Definisi Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah
kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan
akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang
38
Universitas Sumatera Utara
dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang
mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya.
Kalau menurut HAM, maka definisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa
setiap laki laki ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk
hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa
sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM.
Adapun pengertian kesejahteraan menurut UU tentang kesejahteraan
yakni suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang
memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
2.5.2
Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan, dan lebih
sering dibahas secara terpisah. Sosial diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat. Dalam konsep sosiologi, manusia dikenal sebagai
makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain karena pada dasarnya mereka saling membutuhkan.
Sedangkan ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang
berarti pengelolaan rumah tangga. Ekonomi dipahami sebagai usaha pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya berhubungan dengan pengalokasian sumber daya
masyarakat
yang
terbatas
diantaranya
berbagai
anggotanya
dengan
mempertimbangkan kemampuan usaha, kemampuan, dan keinginan masing-
39
Universitas Sumatera Utara
masing (Damsar, 2011:11). Kegiatan ekonomi merupakan gejala bagaimana cara
orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan
jasa. Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara moral
maupun material. kebutuhan pokok manusia merupakan kebutuhan yang sangat
penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem sosial yaitu
keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan sebagai
kesatuan. Sosial ekonomi adalah perilaku sosial masyarakat yang menyangkut
interaksinya dan perilaku ekonomi dan bagaimana seseorang berusaha menekuni
kebutuhan sehari-hari serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
2.5.3
Kesejahteraan Sosial Ekonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Sosial diartikan
sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat seperti status, peran,
interaksi, solidaritas, kelompok sosial, stratifikasi, struktur, dan lainnya. Berarti
Kesejahteraan dalam bidang sosial terkait dengan terpenuhinya dan mudahnya
segala kegiatan sosial masyarakat misalnya interaksi antar individu ataupun
kelompok, interaksi antar desa maupun wilayah .
Sedangkan pada bidang ekonomi terkait dengan mudahnya masyarakat
melakukan kegiatan ekonomi misalnya menjual hasil bumi, memajukan usahausaha masyarakat, kemudian adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Dana
Desa yang diberikan oleh pemerintah pusat digunakan sebagai pembangunan
desa pada bidang prasarana jalan dan parit. Dari pembangunan jalan dan parit ini
tentunya sebagai sarana mempermudah masyarakat untuk melakukan kegiatan
40
Universitas Sumatera Utara
ekonomi kemudian didalam aktivitas pembangunan jalan dan parit masyarakat
sebagai
pekerjanya
sehingga
memberikan
tambahan
pendapatan
bagi
masyarakat. Pengembangan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari tiga segi
berikut ini:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Titik tolak pemikirannya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan, tidak ada masyarakat
yang sama sekali tanpa daya.
b. Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu. Dalam
rangka memperkuat potensi ekonomi masyarakat ini upaya yang amat pokok
adalah peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan, serta terbukanya
kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang ekonomi.
c. Mengembangkan ekonomi masyarakat juga mengandung arti melindungi
masyarakat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah. Upaya
melindungi masyarakat tersebut tetap dalam rangka proses pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat.
2.6
Teori fungsional struktural Robert K.Merton
Pendekatan fungsionalisme struktural dibangun atas asumsi dasar
bahwa masyarakat merupakan organisme biologis yang saling terhubung dan
berkaitan. Oleh karena itu penekanan dari pendekatan ini umumnya diberikan
kepada institusi sosial. Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem
sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan
dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu
41
Universitas Sumatera Utara
bagian akan membawa perubahan pula pada bagian yang lain. Asumsi dasarnya
adalah bahwa setiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat bagian atau elemen
yang bersifat fungsional terhadap bagian atau elemen yang lain. Sebaliknya jika
tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan
sendirinya (George Ritzer,2011:21).
Menurut Merton analisis struktural-fungsional memusatkan perhatian
pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kultur. Sasaran studi struktural
fungsional antara lain adalah : peran sosial, pola institusi, proses sosial, pola
kultur, norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, dan perlengkapan
untuk pengendalian sosial (George Ritzer,2010:137-138). Konsep-konsep utama
dalam
teori
struktural
fungsionalisme
adalah
disfungsi,
fungsi,
dan
keseimbangan.
Menurut Merton disfungsi terjadi sebagaimana struktur atau institusi
dapat menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur
ataupun institusi yang dapat menimbulkan akibat negatif terhadap sistem sosial.
fungsi didefenisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang
menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu. Konsep fungsi
terdiri dari fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (latent). Menurut
pengertian sederhana, fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan
fungsi yang tersembunyi adalah fungsi yang tak diharapkan.
Sebagaimana para penganut teori struktural fungsional melihat
masyarakat dengan menganalogikan masyarakat ibarat organisme biologis.
Terdiri dari unsur-unsur(struktur) yang masing-masing mempunyai fungsi dan
unsur tersebut bekerja sama dalam suatu kesatuan yang saling mempengaruhi.
42
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga dengan instansi pemerintahan desa yang terdiri dari Kepala desa,
perangkat desa, badan permusyawaratan desa (bpd), lembaga kemasyarakatan
desa dan masyarakat desa yang saling berhubungan satu sama lain dan saling
bekerjasama.
Didalam pencapaian keberhasilan pengelolaan Dana Desa sangat
dibutuhkan elemen-elemen yang saling berkaitan misal antar pemerintah desa
dengan masyarakatnya sebagaimana pemerintah desa harus bekerja sesuai
fungsinya begitu juga dengan masyarakat desa yang harus menjalankan
fungsinya dalam pengelolaan Dana Desa. Tujuannya agar apa yang akan
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan bagi pemerintah desa dan juga
masyarakat. Jika ditinjau dari segi fungsi, maka pengelolaan Dana Desa harus
mampu membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di bidang
sosial ekonomi.
2.7
Konsep Perencanaan Pembangunan Dari Bawah (Bottom Up
Planning)
Konsep Perencanaan Pembangunan dari bawah (Bottom Up Planning)
adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan
permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan
menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi
sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang pemerintahan, bottom
up planning atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun
besrdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai fasilitator.
Konsep Bottom Up Planning menjelaskan bahwa keikutsertaan masyarakat
dalam pembangunan pedesaan merupakan penunjang keberhasilan dan ke
43
Universitas Sumatera Utara
efektifan pembangunan desa. Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah
dilakukan secara luas tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari
pelibatan peran serta masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
pedesaan. Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai
obyek, tetapi harus dipandang pula sebagai subyek pembangunan. Sehingga
konsep yang ditawarkan Bottom Up Planing ini dianggap relevan dalam
pembangunan pedesaan pada saat ini sebab mengikut sertakan masyarakat sejak
awal sampai akhir kegiatannya. Dengan kata lain gagasan serta partisipasi
masyarakat merupakan faktor utama pembangunan desa, sedangkan pemerintah
hanyalah berperan memberikan arahan, bimbingan dan bantuan fasilitas yang
diperlukan.
Partisipasi
masyarakat
desa dalam pembangunan desa adalah
keterlibatan masyarakat desa baik secara emosional, mental maupun fisik, dalam
proses
pembangunan
desa
yang
mendorong
mereka
menyumbangkan
kemampuan sekaligus merasa ikut bertanggung jawab atas pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan dan menjadi keinginan bersama yakni meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat desa. Masyarakat desa dianggap yang
paling memahami keadaan daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan
yang
sangat
berharga.
Masyarakat
desa
dengan
pengetahuan
serta
pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan
pembangunan. Masyarakat desa-lah yang mengetahui apa permasalahan yang
dihadapi serta juga potensi yang dimiliki daerahnya.
Pembangunan pedesaan harus diletakkan dalam konteks: sebagai upaya
mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana
44
Universitas Sumatera Utara
pembangunan
untuk
memberdayakan
masyarakat,
dan
sebagai
upaya
mempercepat dan memperkokoh pembangunan ekonomi daerah dalam arti luas
secara efektif dan kokoh. Pembangunan pedesaan bersifat multi dimensional dan
multi aspek, oleh karena itu perlu dilakukan analisis pembahasan yang lebih
terarah dan dalam konteks serba keterkaitan dengan bidang atau sektor dan
aspek diluar pedesaan (fisik, dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosialbudaya, spasial, internal dan eksternal) (Adisasmita. 2006:24).
Pembangunan
pedesaan
menggunakan
pendekatan
partisipasi
masyarakat adalah sangat tepat dan relevan. Disamping itu seharusnya
dikembangkan pula pendekatan spasi (tata ruang), mengingat potensi dan
kondisi geografis masing-masing desa berbeda-beda. Jika ingin dicapai
keberhasilan, maka rencana pembangunnya harus disusun
berdasarkan
kemampuan berkembangannya masing-masing desa yang bersifat spasial,
sehingga perlu dilakukan penataan dan pengekolaan tata ruang pedesaan secars
efektif, efisien dan dinamis.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut
sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan,
dan
ikut
serta terlibat,
memanfaatkan
dan
menikmati
pembangunan. Dalam proses pembangunan masyarakat tidak semata-mata
diperlakukan sebagai objek, tetapi lebih sebagai subjek dan aktor atau pelaku.
Ada beberapa tahap partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu
(Soetomo.2006: 9-10);
1) Partisipasi masyarakat dalam perumusan program yang membuat
masyarakat tidak semata-mata sebagai penikmat dari sebuah program, tapi
45
Universitas Sumatera Utara
juga pembuat sebuah program karena telah ikut terlibat dalam proses
pembuat atau perumusan sebuah program, dengan begitu masyarakat akan
merasa memiliki tanggung jawab bagi keberhasilan programnya
2) Keterlibatan masyarakat dalam tahap pelaksanaan dan pengelolaan
program juga akan membawa dampak positif dalam jangka panjang,
kemandirian masyarakat akan lebih cepat terwujud karena masyarakat
menjadi terbiasa untuk mengelola program-program pembangunanpada
tingkat lokal.
3) Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi akan membawa dampak positif
bagi penyempurnaan dan pencarian alternatif yang terus-menerus. Hasil
evaluasi yang dilakukan akan menjadi umpan balik bagi perbaikan dan
penyempurnaan program berikutnya.
4) Partisipasi dalam menikmati hasil. Melalui bentuk partisipasi ini hasilhasil pembangunan dapat dinikmati secara lebih merata oleh seluruh
lapisan masyarakat secara proposional. Apabila keterlibatan masyarakat
dalam memikul beban pembangunan diberi makna sebagai bentuk
kewajiban dan tanggung jawab, maka partisipasi dalam menikmati hasil
dapat dilihat sebagai hak warga masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa
adanya partisipasi pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek
semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh
tak acuh” terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat
sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan
46
Universitas Sumatera Utara
berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
monitoring dan evaluasi pembangunan.
Konsep Bottom Up Planning menjelaskan bahwa keikutsertaan
masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan penunjang keberhasilan
dan keefektifan pembangunan desa. Begitu juga pengelolaan Dana Desa yang
sejak awal pengelolaan Dana Desa hingga akhir melibatkan masyarakat
menjadikan hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Desa dapat sesuai
dengan yang dibutuhkan masyarakat hasil tersebut sangat efektif dan efisien
serta membantu masyarakat dan memudahkan aktifitas sosial ekonomi
masyarakat.
47
Universitas Sumatera Utara
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis mencantumkan hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu Pengelolaan
Dana Desa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Bidang Sosial
Ekonomi.
M. Rinaldi Aulia (2016) dengan judul skripsi Analisis Pengelolaan
Dana Desa Pada Pemerintahan Desa (studi kasus pada Kecamatan V Koto
Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman Tahun Anggaran 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dana desa
yang dilaksanakan di Nagari Campago dan Nagari Sikucur, yaitu dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawabannya apakah
sudah didasarkan pada prosedur dan aturan yang berlaku, apakah prinsip-prinsip
pengelolaannya sudah mampu diwujudkan. Dan faktor-faktor penunjang dan
penghambat
yang mempengaruhi pelaksanaan pemanfaatan dana desa.
Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif.
Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mendapatkan gambaran
yang menyeluruh tentang proses pengelolaan dana desa pada desa di Kecamatan
V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Jenis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
osbservasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan
dana desa yang dilakukan oleh dua nagari, yaitu Nagari Sikucur dan Nagari
27
Universitas Sumatera Utara
Campago cukup baik, yaitu mulai dari perencanaan sampai dengan
pertangungjawabannya. Dari segi perencanaan, wali nagari dari kedua nagari
mengadakan musrenbang terlebih dahulu setelah itu menyusun APBNagari. Dari
segi pelaksanaan, wali nagari meminta TPK untuk menjalankan kegiatan yang
telah diberikan kepadanya. Dari segi penatausahaan, Bendahara TPK dan
Bendahara
Nagari
bertugas
membuat
pembukuan
dan
laporan
pertanggungjawaban dana desa. Dari segi pertanggungjawaban, laporan
pertanggungjawaban yang disampaikan oleh wali nagari kepada bupati melalui
camat sedikit terlambat dikarenakan dana desa yang diterima datangnya
terlambat dan juga kemampuan SDM yang kurang memadai.
Penelitian Faizatul Karimah, choirul shaleh dan ike wanusmawatie
(2013), yang meneliti tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Deket Kulon Kecamatan Deket
Kabupaten Lamongan). Pengelolaan alokasi dana desa dalam pemberdayaan
masyarakat Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan secara
normatif dan admistratif sudah baik. Namun, secara substansi ada beberapa hal
yang harus di perbaiki yaitu partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan,
pengawasan, pertanggung-jawaban, dan transparansi yang belum maksimal
karena masyarakat tidak banyak mengetahui akan adanya kegiatan tersebut.
Peran stakeholder pada pengelolaan alokasi dana desa dalam pemberdayaan
masyarakat Desa Deket Kulon masih belum maksimal. Hanya kepala desa yang
terlibat aktif dalam setiap tahapan pengelolaan alokasi dana desa mulai dari
perencanaan, mekanisme penyaluran dan pencairan dana, pelaksanaan,
pengawasan,
pertanggungjawaban
sampai
pada
transparansi
anggaran.
28
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan stakeholder lain seperti karang taruna, tim penggerak, masyarakat
dan BPD peranannya hanya sebatas pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan
dalam penyusun Daftar Rencana Kegiatan (DRK) dan tahap pelaksanaan dengan
terlibatnya dalam pembangunan infrastruktur Desa Deket Kulon. Hasil-hasil
pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon yang didanai oleh anggaran
alokasi dana desa meliputi pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan
manusia.
Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini ingin melihat dan
menggambarkan bagaimana pengelolaan Dana Desa ini dapat meningkatkan
sosial ekonomi masyarakat, peneliti melihatnya dari apa yang akan dikelola
dengan menggunakan Dana Desa atau hasil dari penggunaan Dana Desa tersebut
mampu atau tidak memberikan perubahan bagi sosial ekonomi masyarakat
kemudian pada penelitian ini penulis juga ingin mengetahui prinsip-prinsip apa
saja yang diterapkan dalam pengelolaan Dana Desa serta tahapyang dilalui,
selain itu didalamnya juga membahas bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan Dana Desa. Dalam pemilihan lokasi penelitian juga ada perbedaan,
penelitian ini dilakukan di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten
Labuhanbatu.
2.2
Pengelolaan Dana Desa
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
49/PMK.07/2016 tentang tatacara pengalokasian, penyaluran, penggunaan,
pemantauan dan evaluasi Dana Desa, Dana Desa adalah dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan
29
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Penggunaan dana desa ini diperuntukkan untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
desa
dengan
cara
melakukan
pembangunan
infrastruktur desa dan melakukan program pemberdayaan masyarakat desa.
Penanggungjawab dalam pengelolaan dana desa adalah pemerintahan desa,
karena memiliki jabatan tertinggi didesa sehingga memiliki wewenang dalam
mengatur keuangan desa. Dalam proses pengelolaan dana desa kepala desa
dibantu Pelaksanaan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Pelaksanaan
Teknis Pengelolaan Keuangan Desa adalah perangkat desa yang dipilih dan
ditunjuk oleh kepala desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa,
yakni sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.
Keberhasilan dalam pengelolaan Dana Desa (DD) sangat ditentukan
oleh dukungan dan peran serta semua pihak khususnya instansi pengelola dana
desa mulai dari tingkat Kabupaten, Kecamatan dan tim pengelola tingkat Desa
serta masyarakat desa melalui pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing.
Pengelolaan Dana Desa diharapkan atas dasar transfaran dan swakelola
agar tidak terjadi penyelewengan dana dan agar dana yang tersalurkan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat, sebab itulah pengelolaan
dana desa dimulai dari tahap perencanaan, perencanaan ini diselenggarakan
dengan musrenbang yang bertujuan agar masyarakat memberikan gagasannya
dana desa dikelola untuk apa sehingga rencana pembangunan yang akan
dilaksanakan didasarkan pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa serta
melibatkan seluruh elemen masyarakat. Dengan begitu perencanaan berarti
30
Universitas Sumatera Utara
pengumpulan gagasan, ide atau pendapat dari masyarakat. Selanjutnya
pengelolaan meliputi pelaksanaan penggunaan dana desa yang diharapkan
melibatkan masyarakat, tujuannya agar masyarakat desa diberikan kepercayaan
untuk dapat mengelola proyek yang bersumber dari dana APBN dengan
mekanisme swakelola. Selanjutnya dilakukan pemantauan dan evaluasi yang
tujuannya agar pengelolaan dana diawasi secara ketat untuk mengurangi
kebocoran anggaran maupun berbagai penyimpangan, dalam pemantauan dan
evaluasi tidak cukup jika hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga formil saja
bahkan anggota masyarakat juga bisa turut mengawasi, sehingga pelaksanaannya
dapat dipertanggungjawabkan atau bisa sesuai dengan kepentingan masyarakat.
2.3
Dana Desa (DD)
Dana
Desa
adalah dana
yang
bersumber
dari APBN
yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran pendapatan belanja
Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat (dalam PP Nomor 43/2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa ).
Filosofi dana desa yaitu meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan publik didesa, memajukan
perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, serta
memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan. Dana Desa
yang kini digulirkan setiap tahun kepada seluruh desa dalam pengunaannya
harus dapat dipertangungjawabkan. Pertanggungjawaban keuangan merupakan
suatu dimensi penting dalam penggunaan keuangan termasuk Dana Desa.
31
Universitas Sumatera Utara
Pertanggungjawaban ini mengingatkan bahwa desa yang dulunya melaksanakan
pembangunan
hanya
mendapat
bantuan
keuangan
yang
terbatas
dan
pengelolaannya masih sangat sederhana, akan tetapi setelah kebijakan dana desa
diberlakukan sekarang ini, desa mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar
dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri.
Penggunaan Dana Desa
memiliki dua bidang yang diprioritas dan
harus dijalankan yaitu bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, yang ke duanya ini menjadi prioritas kegiatan, anggaran dan
belanja Desa yang disepakati dan diputuskan melalui Musyawarah Desa. Pada
bidang pembangunan desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, prioritas
penggunaan dana desa diarahkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan desa, meliputi: (dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2015
tentang penggunaan dana desa untuk pembangunan desa pasal 5).
a. pemenuhan kebutuhan dasar.
b. pembangunan sarana dan prasarana Desa.
c. pengembangan potensi ekonomi lokal. dan
d. pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Pada bidang pemberdayaan masyarakat prioritas penggunaan dana desa
untuk program dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat
desa,
dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas
warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan
pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok
32
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan desa. Antara lain sebagai berikut (dalam Peraturan menteri desa,
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi republik Indonesia nomor 5
tahun 2015 tentang penggunaan dana desa untuk pembangunan desa pasal 11) :
a.
Peningkatan kualitas proses perencanaan Desa.
b.
Mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa
maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa lainnya.
c.
Pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat
Desa.
d.
Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk
memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa.
e.
Penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat.
f.
Dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan Desa
dan Hutan Kemasyarakatan.
g.
Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui:
1) kelompok usaha ekonomi produktif
2) kelompok perempuan
3) kelompok tani
4) kelompok masyarakat miskin
5) kelompok nelayan
6) kelompok pengrajin
7) kelompok pemerhati dan perlindungan anak
8) kelompok pemuda
9) kelompok lain sesuai kondisi Desa.
33
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/KotaTahun Anggaran
2015
No
Nama Daerah
Alokasi
(dalam rupiah)
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Provinsi Sumatera Utara
Kab. Asaha
Kab. Dairi
Kab. Deli Serdang
Kab. Karo
Kab. Labuhanbatu
Kab. Langkat
Kab. Mandailing Natal
Kab. Nias
Kab. Simalungun
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kab. Padang Sidempuan
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Nias Selatan
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Serdang Bedagai
Kab. Samosir
Kab. Batu Bara
Kab. Padang lawas
Kab. Padang Lawas Utara
Kab. Padang Lawas Selatan
Kab. Labuhan Batu Utara
Kab. Nias Utara
Kab. Nias Barat
Kab. Gunungsitoli
Jumlah
49.651.593
36.494.629
105.940.761
67.583.746
21.663.628
67.300.828
99.394.520
46.241.140
102.699.807
57.679.485
43.043.384
64.235.734
60.617.160
12.256.060
15.040.704
121.416.580
41.284.514
64.319.789
35.153.931
39.707.460
79.483.465.
100.361.763
16.387.486
23.982.021
32.208.325
29.154.095
27.854.226
1.461.156.834
Sumber : https://bukuhariananggaran.files
Tabel 2.2 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran
2016
No
I
Nama Daerah
Jmlh
Desa
5418
1
Provinsi
Sumatera Utara
Kab. Asaha
2
Kab. Dairi
161
3
Kab. Deli
Serdang
380
177
Per
Desa
565.64
0
565.64
0
Per Kab
3.064.637
.520
100.118.2
80
565.64
0
565.64
0
91.068.04
0
214.943.2
00
Alokasi
Formula
228.644.68
6
11.285.752
Jumlah
3.293.282.20
6
111.404.032
7.142.603
98.210.643
22.820.444
237.763.644
34
Universitas Sumatera Utara
4
Kab. Karo
259
5
Kab.
Labuhanbatu
Kab. Langkat
75
6
7
240
377
8
Kab. Mandailing
Natal
Kab. Nias
9
Kab. Simalungun
386
10
Kab. Tapanuli
Selatan
Kab. Tapanuli
Tengah
Kab. Tapanuli
Utara
Kab. Toba
Samosir
Kab. Padang
Sidempuan
Kab. Pakpak
Bharat
Kab. Nias Selatan
211
153
19
Kab. Humbang
Hasundutan
Kab. Serdang
Bedagai
Kab. Samosir
20
Kab. Batu Bara
141
21
303
25
Kab. Padang
lawas
Kab. Padang
Lawas Utara
Kab. Padang
Lawas Selatan
Kab. Labuhan
Batu Utara
Kab. Nias Utara
26
Kab. Nias Barat
105
27
Kab. Gunungsitoli
98
11
12
13
14
15
16
17
18
22
23
24
170
159
241
231
42
52
459
237
128
387
52
82
112
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
565.64
0
146.500.7
60
42.423.00
0
135.753.6
00
213.246.2
80
96.158.80
0
218.337.0
40
119.350.0
40
89.936.76
0
136.319.2
40
130.662.8
40
23.756.88
0
29.413.28
0
259.628.7
60
86.542.92
0
134.056.6
80
72.401.92
0
79.755.24
0
171.388.9
20
218.902.6
80
29.413.28
0
46.382.48
0
63.351.68
0
59.392.20
0
55.432.72
0
7.339.550
153.840.310
6.199.618
48.622.618
15.275.455
151.029.055
9.662.640
222.908.920
7.577.701
103.736.501
12.067.738
230.404.778
7.713.086
127.063.126
6.626.233
96.562.993
5.712.062
142.031.302
5.867.497
136.530.337
3.758.478
27.515.358
4.342.027
33.755.307
12.708.532
272.337.292
6.067.226
92.610.146
10.246.170
144.302.850
6.465.578
78.867.498
9.354.169
89.109.409
6.911.064
178.299.984
6.658.877
225.561.557
7.369.765
36.783.045
7.430.773
53.813.253
8.932.700
72.284.380
6.027.684
65.419.884
7.081.264
62.513.984
Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id
35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran
2017
No
Nama Daerah
Jmlh
Per
Desa
Desa
5418 720.442
Per Kab
Jumlah
4.197.972.49
0
I
Provinsi
Sumatera Utara
1
Kab. Asaha
177
720.442
127.518.2
34
14.454.327
141.972.561
2
Kab. Dairi
161
720.442
10.105.628
126.096.790
3
Kab. Deli
Serdang
Kab. Karo
380
720.442
29.292.326
303.060.286
259
720.442
9.741.648
196.336.126
Kab.
Labuhanbatu
Kab. Langkat
75
720.442
8.336.132
62.369.282
240
720.442
19.957.743
192.863.823
377
720.442
12.441.884
284.048.518
8
Kab. Mandailing
Natal
Kab. Nias
170
720.442
10.451.108
132.926.248
9
Kab. Simalungun
386
720.442
15.956.928
294.047.540
10
Kab. Tapanuli
Selatan
Kab. Tapanuli
Tengah
Kab. Tapanuli
Utara
Kab. Toba
Samosir
Kab. Padang
Sidempuan
Kab. Pakpak
Bharat
Kab. Nias Selatan
211
720.442
9.656.744
161.670.006
159
720.442
8.842.956
123.393.234
241
720.442
7.072.304
180.698.826
231
720.442
7.041.625
173.463.727
42
720.442
4.391.637
34.650.201
52
720.442
5.020.897
42.483.881
459
720.442
16.135.592
346.818.470
153
720.442
7.285.660
117.513.286
237
720.442
13.105.061
183.849.815
19
Kab. Humbang
Hasundutan
Kab. Serdang
Bedagai
Kab. Samosir
128
720.442
7.811.227
100.027.803
20
Kab. Batu Bara
141
720.442
11.795.034
113.377.356
21
Kab. Padang
lawas
Kab. Padang
Lawas Utara
303
720.442
9.882.445
228.176.371
387
720.442
115.991.1
62
273.767.9
60
186.594.4
78
54.033.15
0
172.906.0
80
271.606.6
34
122.475.1
40
278.090.6
12
152.013.2
62
112.550.2
78
114.550.2
78
173.626.5
22
166.422.1
02
30.258.56
4
37.462.98
4
110.227.6
26
170.744.7
54
92.216.57
6
101.582.3
22
218.293.9
26
278.811.0
54
9.270.857
288.081.911
4
5
6
7
11
12
13
14
15
16
17
18
22
3.903.354
.756
Alokasi
Formula
294.617.73
4
36
Universitas Sumatera Utara
23
25
Kab. Padang
Lawas Selatan
Kab. Labuhan
Batu Utara
Kab. Nias Utara
26
27
24
52
720.442
82
720.442
112
720.442
Kab. Nias Barat
105
720.442
Kab. Gunungsitoli
98
720.442
37.462.98
4
59.076.24
4
80.689.50
4
75.646.41
0
70.603.31
6
8.559.478
46.022.462
9.570.695
68.646.939
11.134.690
91.824.194
8.088.286
83.734.696
9.214.822
79.818.138
Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id
2.4
Otonomi Desa
Otonomi adalah kewenangan dan kewajiban daerah dalam mengatur
dan menjalankan rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Tujuan otonomi adalah meningkatkan partisipasi
masyarakat, dan lembaga yang paling dekat dengan masyarakat adalah
pemerintahan desa. Lembaga inilah yang menjadi ujung tombak pemerintahan
yang berhadapan langsung dengan masyarakat.
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 1 ayat 5, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Provinsi, kabupaten atau kota, dan desa merupakan kategori daerah otonom
mulai dari tingkat teratas hingga terbawah yang memiliki kesatuan masyarakat
hukum dengan batas wilayah yang jelas serta hak dan wewenang untuk
mengatur rumah tangganya sendiri.
Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan
merupakan pemberian dari pemerintah, sebaliknya pemerintah berkewajiban
menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa,
37
Universitas Sumatera Utara
maka desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun
hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan
menuntut di muka pengadilan (Wijaya.2003 : 165).
Sebagai wujud demokrasi, maka di Desa dibentuk Badan Perwakilan
Desa yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawas terhadap
pelaksanaan peraturan Desa, anggaran pendapatan dan belanja desa serta
keputusan kepala desa. Untuk itu kepala desa dengan persetujuan badan
perwakilan desa mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan dengan pihak lain,
menetapkan sumber-sumber pendapatan desa, menerima sumbangan dari pihak
ketiga dan melakukan pinjaman desa. Kemudian berdasarkan hak atas asal usul
desa bersangkutan. kepala desa dapat mendamaikan perkara atau sengketa yang
terjadi di antara warganya.
Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut
tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa
dalam ikatan Negara kesatuan republik Indonesia dan tanggungjawab untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor pertauran
perundang-undangan yang berlaku.
2.5
Kesejahteraan Masyarakat Di Bidang Sosial Ekonomi
2.5.1
Pengertian Kesejahteraan
Definisi Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah
kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan
akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang
38
Universitas Sumatera Utara
dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang
mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya.
Kalau menurut HAM, maka definisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa
setiap laki laki ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk
hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa
sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM.
Adapun pengertian kesejahteraan menurut UU tentang kesejahteraan
yakni suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang
memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
2.5.2
Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan, dan lebih
sering dibahas secara terpisah. Sosial diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat. Dalam konsep sosiologi, manusia dikenal sebagai
makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain karena pada dasarnya mereka saling membutuhkan.
Sedangkan ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang
berarti pengelolaan rumah tangga. Ekonomi dipahami sebagai usaha pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya berhubungan dengan pengalokasian sumber daya
masyarakat
yang
terbatas
diantaranya
berbagai
anggotanya
dengan
mempertimbangkan kemampuan usaha, kemampuan, dan keinginan masing-
39
Universitas Sumatera Utara
masing (Damsar, 2011:11). Kegiatan ekonomi merupakan gejala bagaimana cara
orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan
jasa. Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara moral
maupun material. kebutuhan pokok manusia merupakan kebutuhan yang sangat
penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem sosial yaitu
keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan sebagai
kesatuan. Sosial ekonomi adalah perilaku sosial masyarakat yang menyangkut
interaksinya dan perilaku ekonomi dan bagaimana seseorang berusaha menekuni
kebutuhan sehari-hari serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
2.5.3
Kesejahteraan Sosial Ekonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Sosial diartikan
sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat seperti status, peran,
interaksi, solidaritas, kelompok sosial, stratifikasi, struktur, dan lainnya. Berarti
Kesejahteraan dalam bidang sosial terkait dengan terpenuhinya dan mudahnya
segala kegiatan sosial masyarakat misalnya interaksi antar individu ataupun
kelompok, interaksi antar desa maupun wilayah .
Sedangkan pada bidang ekonomi terkait dengan mudahnya masyarakat
melakukan kegiatan ekonomi misalnya menjual hasil bumi, memajukan usahausaha masyarakat, kemudian adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Dana
Desa yang diberikan oleh pemerintah pusat digunakan sebagai pembangunan
desa pada bidang prasarana jalan dan parit. Dari pembangunan jalan dan parit ini
tentunya sebagai sarana mempermudah masyarakat untuk melakukan kegiatan
40
Universitas Sumatera Utara
ekonomi kemudian didalam aktivitas pembangunan jalan dan parit masyarakat
sebagai
pekerjanya
sehingga
memberikan
tambahan
pendapatan
bagi
masyarakat. Pengembangan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari tiga segi
berikut ini:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Titik tolak pemikirannya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan, tidak ada masyarakat
yang sama sekali tanpa daya.
b. Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu. Dalam
rangka memperkuat potensi ekonomi masyarakat ini upaya yang amat pokok
adalah peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan, serta terbukanya
kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang ekonomi.
c. Mengembangkan ekonomi masyarakat juga mengandung arti melindungi
masyarakat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah. Upaya
melindungi masyarakat tersebut tetap dalam rangka proses pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat.
2.6
Teori fungsional struktural Robert K.Merton
Pendekatan fungsionalisme struktural dibangun atas asumsi dasar
bahwa masyarakat merupakan organisme biologis yang saling terhubung dan
berkaitan. Oleh karena itu penekanan dari pendekatan ini umumnya diberikan
kepada institusi sosial. Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem
sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan
dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu
41
Universitas Sumatera Utara
bagian akan membawa perubahan pula pada bagian yang lain. Asumsi dasarnya
adalah bahwa setiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat bagian atau elemen
yang bersifat fungsional terhadap bagian atau elemen yang lain. Sebaliknya jika
tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan
sendirinya (George Ritzer,2011:21).
Menurut Merton analisis struktural-fungsional memusatkan perhatian
pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kultur. Sasaran studi struktural
fungsional antara lain adalah : peran sosial, pola institusi, proses sosial, pola
kultur, norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, dan perlengkapan
untuk pengendalian sosial (George Ritzer,2010:137-138). Konsep-konsep utama
dalam
teori
struktural
fungsionalisme
adalah
disfungsi,
fungsi,
dan
keseimbangan.
Menurut Merton disfungsi terjadi sebagaimana struktur atau institusi
dapat menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur
ataupun institusi yang dapat menimbulkan akibat negatif terhadap sistem sosial.
fungsi didefenisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang
menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu. Konsep fungsi
terdiri dari fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (latent). Menurut
pengertian sederhana, fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan
fungsi yang tersembunyi adalah fungsi yang tak diharapkan.
Sebagaimana para penganut teori struktural fungsional melihat
masyarakat dengan menganalogikan masyarakat ibarat organisme biologis.
Terdiri dari unsur-unsur(struktur) yang masing-masing mempunyai fungsi dan
unsur tersebut bekerja sama dalam suatu kesatuan yang saling mempengaruhi.
42
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga dengan instansi pemerintahan desa yang terdiri dari Kepala desa,
perangkat desa, badan permusyawaratan desa (bpd), lembaga kemasyarakatan
desa dan masyarakat desa yang saling berhubungan satu sama lain dan saling
bekerjasama.
Didalam pencapaian keberhasilan pengelolaan Dana Desa sangat
dibutuhkan elemen-elemen yang saling berkaitan misal antar pemerintah desa
dengan masyarakatnya sebagaimana pemerintah desa harus bekerja sesuai
fungsinya begitu juga dengan masyarakat desa yang harus menjalankan
fungsinya dalam pengelolaan Dana Desa. Tujuannya agar apa yang akan
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan bagi pemerintah desa dan juga
masyarakat. Jika ditinjau dari segi fungsi, maka pengelolaan Dana Desa harus
mampu membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di bidang
sosial ekonomi.
2.7
Konsep Perencanaan Pembangunan Dari Bawah (Bottom Up
Planning)
Konsep Perencanaan Pembangunan dari bawah (Bottom Up Planning)
adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan
permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan
menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi
sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang pemerintahan, bottom
up planning atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun
besrdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai fasilitator.
Konsep Bottom Up Planning menjelaskan bahwa keikutsertaan masyarakat
dalam pembangunan pedesaan merupakan penunjang keberhasilan dan ke
43
Universitas Sumatera Utara
efektifan pembangunan desa. Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah
dilakukan secara luas tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari
pelibatan peran serta masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
pedesaan. Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai
obyek, tetapi harus dipandang pula sebagai subyek pembangunan. Sehingga
konsep yang ditawarkan Bottom Up Planing ini dianggap relevan dalam
pembangunan pedesaan pada saat ini sebab mengikut sertakan masyarakat sejak
awal sampai akhir kegiatannya. Dengan kata lain gagasan serta partisipasi
masyarakat merupakan faktor utama pembangunan desa, sedangkan pemerintah
hanyalah berperan memberikan arahan, bimbingan dan bantuan fasilitas yang
diperlukan.
Partisipasi
masyarakat
desa dalam pembangunan desa adalah
keterlibatan masyarakat desa baik secara emosional, mental maupun fisik, dalam
proses
pembangunan
desa
yang
mendorong
mereka
menyumbangkan
kemampuan sekaligus merasa ikut bertanggung jawab atas pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan dan menjadi keinginan bersama yakni meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat desa. Masyarakat desa dianggap yang
paling memahami keadaan daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan
yang
sangat
berharga.
Masyarakat
desa
dengan
pengetahuan
serta
pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan
pembangunan. Masyarakat desa-lah yang mengetahui apa permasalahan yang
dihadapi serta juga potensi yang dimiliki daerahnya.
Pembangunan pedesaan harus diletakkan dalam konteks: sebagai upaya
mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana
44
Universitas Sumatera Utara
pembangunan
untuk
memberdayakan
masyarakat,
dan
sebagai
upaya
mempercepat dan memperkokoh pembangunan ekonomi daerah dalam arti luas
secara efektif dan kokoh. Pembangunan pedesaan bersifat multi dimensional dan
multi aspek, oleh karena itu perlu dilakukan analisis pembahasan yang lebih
terarah dan dalam konteks serba keterkaitan dengan bidang atau sektor dan
aspek diluar pedesaan (fisik, dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosialbudaya, spasial, internal dan eksternal) (Adisasmita. 2006:24).
Pembangunan
pedesaan
menggunakan
pendekatan
partisipasi
masyarakat adalah sangat tepat dan relevan. Disamping itu seharusnya
dikembangkan pula pendekatan spasi (tata ruang), mengingat potensi dan
kondisi geografis masing-masing desa berbeda-beda. Jika ingin dicapai
keberhasilan, maka rencana pembangunnya harus disusun
berdasarkan
kemampuan berkembangannya masing-masing desa yang bersifat spasial,
sehingga perlu dilakukan penataan dan pengekolaan tata ruang pedesaan secars
efektif, efisien dan dinamis.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut
sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan,
dan
ikut
serta terlibat,
memanfaatkan
dan
menikmati
pembangunan. Dalam proses pembangunan masyarakat tidak semata-mata
diperlakukan sebagai objek, tetapi lebih sebagai subjek dan aktor atau pelaku.
Ada beberapa tahap partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu
(Soetomo.2006: 9-10);
1) Partisipasi masyarakat dalam perumusan program yang membuat
masyarakat tidak semata-mata sebagai penikmat dari sebuah program, tapi
45
Universitas Sumatera Utara
juga pembuat sebuah program karena telah ikut terlibat dalam proses
pembuat atau perumusan sebuah program, dengan begitu masyarakat akan
merasa memiliki tanggung jawab bagi keberhasilan programnya
2) Keterlibatan masyarakat dalam tahap pelaksanaan dan pengelolaan
program juga akan membawa dampak positif dalam jangka panjang,
kemandirian masyarakat akan lebih cepat terwujud karena masyarakat
menjadi terbiasa untuk mengelola program-program pembangunanpada
tingkat lokal.
3) Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi akan membawa dampak positif
bagi penyempurnaan dan pencarian alternatif yang terus-menerus. Hasil
evaluasi yang dilakukan akan menjadi umpan balik bagi perbaikan dan
penyempurnaan program berikutnya.
4) Partisipasi dalam menikmati hasil. Melalui bentuk partisipasi ini hasilhasil pembangunan dapat dinikmati secara lebih merata oleh seluruh
lapisan masyarakat secara proposional. Apabila keterlibatan masyarakat
dalam memikul beban pembangunan diberi makna sebagai bentuk
kewajiban dan tanggung jawab, maka partisipasi dalam menikmati hasil
dapat dilihat sebagai hak warga masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa
adanya partisipasi pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek
semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh
tak acuh” terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat
sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan
46
Universitas Sumatera Utara
berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
monitoring dan evaluasi pembangunan.
Konsep Bottom Up Planning menjelaskan bahwa keikutsertaan
masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan penunjang keberhasilan
dan keefektifan pembangunan desa. Begitu juga pengelolaan Dana Desa yang
sejak awal pengelolaan Dana Desa hingga akhir melibatkan masyarakat
menjadikan hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Desa dapat sesuai
dengan yang dibutuhkan masyarakat hasil tersebut sangat efektif dan efisien
serta membantu masyarakat dan memudahkan aktifitas sosial ekonomi
masyarakat.
47
Universitas Sumatera Utara