Seminar Regional Inovasi Teknologi Perta

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU UBI JALAR
DI LAHAN SAWAH SESUDAH PADI DI KABUPATEN MINAHASA
August Polakitan dan L.Taulu
Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi utara
Jl. Kampus Pertanian Kalasey

ABSTRAK
Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru ubi jalar di lahan sawah sesudah padi dilaksanakan
di desa Sumarayar Kabupaten Minahasa sejak bulan Mei sampai September 2009. Empat
varietas unggul baru ubi jalar yaitu varietas kidal, papua patipi, book dan jago serta varietas D.
putih (local) (pembanding) sebagai perlakuan. Pengujian dilakukan di lahan sawah sesudah
tanaman padi, untuk mengoptimalkan lahan sawah yang biasanya hanya satu kali penanaman
padi karena air tidak mencukupi. Ubi jalar biasanya ditanam sesudah tanaman padi.
Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok dan diulang tiga kali. Hasil kajian
menunjukan produksi umbi jalar varietas kidal 66 ton/ha, varietas papua patipi, 48.5 ton/ha,
boko 41 ton/ha, jago 58.5 ton/ha dan lokal 20 t/ha.
Hasil tersebut menunjukkan varietas
ubijalar yang diuji dapat beradaptasi baik di Kabupaten Minahasa terutama di lokasi kajian

Desa Sumarayar sebagai salah satu wilayah pengembangan ubi jalar dan dapat dikembangkan
pada lahan sawah sesudah padi pada musim kemarau.
Kata kunci: Uji adaptasi, lahan sawah, ubi jalar, varietas , kidal, jago, papua patipi, book.

PENDAHULUAN
Luas sawah irigasi di kabupaten Minahasa terus menyusut disebabkan
oleh antara lain
ketersedian air irigasi semakin surut dan tidak mampu
mengairi lahan sawah secara terus menerus sepanjang tahun. Saat ini petani
hanya mampu menanam padi 1-2 kali pertahun sehingga terdapat lahan yang
bero. Dari data kantor statistik Sulawesi Utara melaporkan luas lahan sawah di
Sulut sekitar 80.000 ha dengan produksi sekitar 356.5 ton GKG dengan tingkat
produktivitas yang masih sangat beragam antara 2,5 – 5,0 t/ha.
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi, Tahun 2008 di
Kab.Minahasa dilaksanakan demplot PTT dan modifikasi PTT sesuai dengan
kondisi setempat. Namun demikian teknologi tersebut hanya sesuai diterapkan
dalam kondisi ketersediaan air yang cukup yaitu hanya 1 musim tanam/tahun.
Kondisi saat ini petani mamanfaatkan lahan sesudah padi dengan
menanam ubi jalar menggunakan bibit lokal dengan jarak tanam tidak
beraturan hasilnya rata-rata 4 -7 ton/ha dan masih subsisten. Varietas lokal


86

Keragaan VUB ubi jalardi lahan sawah sesudah padi di Kab. Minahasa

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

ubijalar rentan terserang hama boleng (cylasformicarius) dan penyakit kudis
(Sphaceloma batatas). Varietas unggul yang dihasilkan saat ini adalah sari,
suku, boko, jago, dan kidal dengan tipe tanaman semi kompak, umur panen
3,5-5 bulan, dengan produktivitas 25 – 30 ton/ha (Taher 2006).
Ubi jalar membutuhkan suhu rata-rata optimum 21-27Co atau pada
ketinggian antara 0-500 mdpl. Lama penyinaran 11-12 jam/hari. Ketersediaan
air cukup dan tidak tahan terhadap drainase jelek. Kondisi tanah harus gembur
dengan pH 4,5-7,4 kondisi tersebut baik untuk pertumbuhan umbi. Kebutuhan
air terpenuhi
bila curah hujan 500-5000mm/thn optimalnya 7501500mm/thn.pada waktu tanaman mudah kelembaban tanah harus cukup.
Menurut Jusuf et al. (2002). tanggapan suatu klon ubi jalar pada umumnya
beragam bila di uji pada lingkungan yang berbeda hal ini disebabkan karena

ada interaksi antara varietas dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwah
pengembangan ubijalar dilahan sawah sesudah padi akan berbeda hasilnya bila
dibandinggkan dengan pada lahan tegalan atau ladang.
Penanaman ubi jalar yang baik dilakukan secara tegak 2-3 ruas
terbenam dalam tanah, jarak 100cm antar guludan dan dalam baris 25 cm.
Untuk mengatasi hama boleng yang merupakan hama penting pada tanaman
ubi jalar di aplikasi dengan 20kg/ha Curater (Jusuf et al 2002).
Pemberian air pada pertanaman ubi jalar 3 hari sekali memberikan
pertumbuhan vegetatif dan umbi lebih baik dari pada frekuensi pemberian air 5
dan 7 hari sekali. Pemberian air 7 hari sekali menghambat pertumbuhan
panjang sulur dan menurunkan bobot umbi segar klon ubi jalar. Karakter
panjang sulur, luas daun, jumlah stomata, bobot tajuk dan umbi dipengaruhi
oleh klon/varietas ubi jalar, sedang kandungan klorofil-a, klorofil-b dan
klorofil total tidak berbeda antar varietas ubi jalar (Rahayuningsi 2002). Untuk
melihat kesesuaian teknologi varietas ubi jalar unggul pada kondisi iklim dan
lahan sesudah padi di Kabupaten Minahasa diperlukan pengkajian penampilan
beberapan varietas baru ubi jalar agar dapat diketahui varietas yang potensi
hasilnya tinggi.

METODOLOGI

Pengujian ini dilakukan disentra pengembangan ubi jalar di Kabupaten
Minahasa di desa Sumarayar, menggunakan rancangan acak kelompok dengan
varietas ubijalar sebagai perlakuan yaitu varietas, kidal, jago, papua patipi,
boko, local yang diulang 3 kali dan ditanam pada lahan sawah sesudah padi.
Pengkajian dilakukan mulai bulan Mei sampai September 2009 (musim
kemarau). Parameter yang diamati adalah keragaan agronomi dan keragaan

Keragaan VUB ubi jalardi lahan sawah sesudah padi di Kab. Minahasa

87

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

hasil. Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis. Teknis budidaya
tanaman ubi jalar sebagai berikut:
Persiapan lahan didahului dengan pembabatan gulma, penggemburan,
pembuatan bedengan. Tinggi bedengan 30 cm lebar 1 m panjang tergantung
kondisi lapangan. ubi jalar ditanam dalam bentuk stek, dengan panjang 25-30
cm atau 3-5 ruas dipilih lingkar batang yang cukup besar, jarak tanam 60 x 35

cm dengan letak miring kedalam lobang 15 cm, 1 lobang 1-2 stek. Pemupukan
menggunakan pupuk kandang 5 ton/ha, 200 kg urea, 100kg SP36 diberikan
saat tanam, pupuk 200 kg urea, 100kg SP36 di aplikasikan secara angsuran
1/3 dosis diberikan pada umur 3 minggu sesudah tanam, 5 minggu dan 7
minggu ditempatkan kurang lebih 10 cm di samping tanaman. Pemeliharaan
tanaman dilakukan 14 hari setelah tanam dan selanjutnya tergantung kondisi
gulma. Pembumbunan dimaksudkan untuk menutup akar dan umbi yang
menyebul keluar. Pembalikan sulur diilakukan 2 minggu sekali dan dimulai 3
minggu setelah tanam, saat itu tanaman sudah mualai membentuk umbi.
Pengendalian hama/penyakit dilakukan pemantauan, baru tetetapkan jenis obat
dan dosis pengenalian. Panen dilakukan pada 6 bulan setelah tanam.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan agronomi awal seperti daya tumbuh dari tanaman ubi jalar
yang menunjuk pada kemampuan tanaman ubi jalar untuk memanen matahari,
dalam proses fotosintesis untuk mengisi sink atau umbi menunjukan semua
varietas tidak berbeda nyata karena daya tumbuhnya mencapai 97%, berarti
semua benih yang digunakan baik. Keragaan agronomi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. K0mponen agronomi ubi jalar dilahan sawah sesudah tanaman padi
pada umur tanaman 6 bulan (180 hari) di desa Sumarayar Tahun 2009

Varietas
Kidal
Papua . patipi
Boko
Jago
D.Putih lokal

Berat brangkasan
per rumpun (kg)
2.95
3.025
1.76
2.45
2.28

Panjang
sulur (cm)
2.87
2.37
2.15

2.62
99.83

Jumlah cuping

Tipe tumbuhan

1
3
3
5
1

Semi kompak
Menyebar
Semi kompak
Semi kompak
Kompak

Pada pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 5 varietas yang dikaji

varietas ubi jalar Boko memiliki barangkasan segar yang rendah 1.76
kg/rumpun, varietas lokal 2.28 kg/brangkasan, jago 2.45 kg/rumpun, kidal 2.95
kg/rumpun, sementara panjang sulur varietas kidal memiliki sulur terpanjang
kemudian diikuti oleh jago,pamua patipi kemudian varietas boko dan yang

88

Keragaan VUB ubi jalardi lahan sawah sesudah padi di Kab. Minahasa

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

terendah varietas lokal. Dari kelima varietas yang diuji hanya boko yang
memiliki tipe pertumbuhan yang menyebar dan yang lainnya adalah
semikompak sementara yang lokal memiliki pertumbuhan yang kompak.
Penampilan agronomi sangat menentukan besarnya hasil yang
diperoleh Karena pertumbuhan vegetative ini berupa daun yang akan memanen
sinar matahari. Bila terpenuhinnya unsure hara dan air dan matahari yang
cukup maka makin tinggi hasil fotosintesis yang disimpan di Sink atau
terbentuk nya umbi yang berat dan besar. Bila terjadi kekurangan sinar

matahari akibat seringnya mendung atau ternaungi maka ubi jalar pertumbuhan
vegetative lebih tinggi dari pada generative, sehingga hasil fotosintesis tidak
disimpan tetapi energy tersebut dipakai hanya untuk kebutuhan rumah
tangganya sendiri akibanya hasil umbi sedikit.
Table 2. Komponen hasil ubi jalar pada lahan sawah sesudah padi pada umur
180 hari yang di tanam sesudah padi di Kabupaten Minahasa. MT
2009
Varietas

Kidal
Papua patipi
Boko
Jago
D.Putih lokal

Rata-rata
berat
umbi/rumpun
(kg)
2.53

1.61
1.36
1.95
2.05

Rata-rata
jumlah
umbi/rumpun
(kg)
3
2.3
2
2.4
7

Rata-rata
berat per
umbi (kg)

Produksi

Hasil
(t/ha)

0.72
0.69
0.68
0.81
0.29

66
48.5
41
58.5
20

Produktivitas ubi jalar dilihat dari kemampuan tanaman ubi jalar untuk
menghasilkan umbi pada lahan sawah pada musim kering. Besarnya
produktivitas tanaman ubi jalar menghasilkan umbi sangat tergantung pada
potensi genetic yang terkandung dalam varietas ubi jalar dengan faktor
lingkungan tempat tumbuhnya. Semakin sesuai lingkungan tumbuhnya dengan
ubi jalar makan akan terekspresi semua potensi genetiknya.
Tabel 2. Menunjukkan bahwa varietas ubi jalar yang diintroduksi
menghasilkan 2-3 kali lipat lebih tinggi dibanding dengan varietas lokal. Dari
varietas introduksi varietas kidal memiliki produksi lebih tinggi (66 ton/ha)
dengan berat umbi yang besar yaitu rata –rata 0.72-1 kg per umbih, varietas
papua patipi menghasilkan 48 ton/ha, varietas boko 41 ton/ha dan jago 58
ton/ha. Hal ini menunjukkan semua varietas umbi jalar yang diintroduksi
memiliki berat umbih lebih berat dibandingkan dengan D. Putih (varietas
lokal).
Varietas introduksi/unggul rata-rata umbi/rumpun 2-3 sementara
Varietas lokal memiliki jumlah umbi perumpun lebih banyak (7 umbi per

Keragaan VUB ubi jalardi lahan sawah sesudah padi di Kab. Minahasa

89

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

rumpun). Hal ini mengakibatkan umbi varietas lokal kecil-kecil (berat hanya
rata-rata 0,25 kg/umbi) yang tidak disukai petani karena tidak dapat dipanen
serempak melainkan hanya dicicil akibatnya biaya panen menjadi tinggi.
Ukuran umbi yang besar sangat disukai pasar (pabrik) sehingga varitas unggul
ubi jalar diminati oleh petani.
Analisis usaha tani
Tabel 3. Analisis Input- output/dampak inovasi di tingkat usahatani Varietas
unggul ubi jalar kidal pada lahan sawah
Perubahan

kinerja teknologi

teknologi petani (var lokal)

ubi jalar

Fisik
D.putih
(lokal)

1. varietas ubi jalar
2. bibit (stek pucuk)

Finansial Rp

Teknologi introduksi
(var kidal)
Fisik

Finansial Rp

Dampak inovasi
fisik

finansial

Kidal

33000

720000

33000

720000

Urea

100

200000

200

400000

Sp36

100

400000

100

400000

2000000

1000000

100

500000

3. pupuk (kg/ha)

pupuk kandang (kg)
KCl (kg)

0
100

500000

1000000

Total
4. biaya usahatani
borongan pengolahan tanah

1200000

1200000

pembuatan bedengan

1200000

1200000

tanam

1200000

1200000

480000

480000

1500000

1500000

250000

250000

1500000

1500000

Penyiangan
Pembumbunan
pengendalian hama
Panen
Pengangkutan

500000

500000

5. total biaya

8450000

10850000

6.penerimaan ubi (kg)

20500

15000000

76000

49500000

45,500

(ton/ha)
7. pendapatan

6550000

38650000

8. rasio R/C)

1.775147929

4.56

9. Rasio B/C

0.775147929

3.56

usaha tani(Rp/ha)

Catatan :Harga jual ubi jalar ditingkat harga tingkat petani Rp 750/kg

90

Keragaan VUB ubi jalardi lahan sawah sesudah padi di Kab. Minahasa

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Tabel 3. menunjukkan varietas kidal memiliki hasil yang tinggi 66
ton/ha sementara varietas lokal hanya 20.5 ton/ha dengan demikian terlihat
dampak fisik sebagai akibat dari penerapan teknologi varietas kidal terjadi
perubahan peningkatan produksi lebih besar 45500 ton/ha. Pada Tabel 4 .
Disaajikan dampak fisik dan finansial usahatani ubi jalar.
Tabel 4. Dampak fisik dan finansial demplot yang ditanam di Desa Sumarayar
Kabupaten Minahasa tahun 2009
Pendapatan
R/C
Dampak
Hasil
Varietas
Teknologi
bersih per ha
fisik
dalam
petani
(ton/ha)
(ton/ha)
(ton/ha)
Kidal
66
45.5
38.650.000
3.56
Boko
41
20.5
19.900.000
1.83
Papua patipi
48.5
28
25.525.000
2.35
Jago
58.5
38
33.025.000
3.04
D.Putih
20,5
6.550.000
1,7
(lokal)
Harga ubi jalar saat itu dihitung Rp 750/kg ditingkat petani
Pada Tabel 3. terlihat bahwa semua varietas yang ditanam memiliki
nilai R/C lebih besar dari 1 sehingga semua varietas yang ditanam
menguntungkan dan layak di kembangkan. Varietas kidal dan boko memeri
kontribusi keuntungan tertinggi hal ini ditunjukkan dengan nilai R/C lebih
besar 3. Lebih tinggi dibandingkan dengan varietas boko dan lokal.

KESIMPULAN
Varietas ubi jalar kidal, jago, papua patipi dan boko dapat
dikembangkan di desa Sumarayar Kabupaten Minahasa dengan produktivitas
yang tinggi berturut-turut 66 ton/ha, 58.5 ton/ha, 48.5 ton/ha, 41 ton/ha dan
20.5. dan teknologi benih tersebut layak dikembangkan dan menguntungkan
bagi petani hal ini ditunjukkan dengan nilai R/C >1.

Keragaan VUB ubi jalardi lahan sawah sesudah padi di Kab. Minahasa

91

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

DAFTAR PUSTAKA
Jusuf M. A. Rahayuningsi A dan S. Pambudi. 2002. Adaptasi dan stabilitas
hasil klon-klon harapan ubi jalar. Balai penelitian kacang-kacangandan
umbi-umbian. Teknologi Adaptif tanaman kacang-kacangan dan umbiumbian. Badan Penelitian dan pengembangan pertanian. Pusat penelitian
dan pengembangan tanaman pangan.
Rahayuningsi A. 2002. Pengaruh selang pemberian air terhadap pertumbuhan
beberapa varietas ubi jalar. Balai penelitian kacang-kacangandan umbiumbian. Teknologi Adaptif tanaman kacang-kacangan dan umbiumbian. Badan Penelitian dan pengembangan pertanian. Pusat penelitian
dan pengembangan tanaman pangan.
Pajow S dan Polakitan A. Mokoginta 2004. Laporan hasil kajian SIPT di
Bolaang Mogondow Dumoga BPTP Sulawesi utara.
Polakitan A.L. 2003. Kajian interaksi ubi jalar dan kedelai. Tesis pasca Sarjana
UGM
Taher Ridwan, Djayanegara A. 2006. Panduan penerapan inovasi teknologi
dalam Prima tani

92

Keragaan VUB ubi jalardi lahan sawah sesudah padi di Kab. Minahasa

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Lampiran. Diskusi
Pertanyaan: dari Umar Buchari dari Dinas Pertanian Sulawesi Utara dan
Kepala Sekolah pertanian: Bagaimana dengan varietas lokal
karena dengan mengintroduksi VUB padi unggul dikuatirkan
varitas lokal akan puna.

Jawab : pengkajian teknologi tanaman padi tidak terbatas pada VUB padi tapi
juga perbaikan teknologi dilakukan pada varietas lokal terutama
yang memiliki keunggulan spesifik lokasi.

Keragaan VUB ubi jalardi lahan sawah sesudah padi di Kab. Minahasa

93