Kepentingan Australia di Asia Tenggara

POLITIK DAN PEMERINTAHAN
AUSTRALIA
KEPENTINGAN NASIONAL AUSTRALIA DI NEGARANEGARA KAWASAN ASIA TENGGARA

Dosen : Dr. Nur Azizah, M.Si.

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Aulia Rahma
Martina Mayarizki
Firmanto Untung W

Alfredha Shinta Putri
Panji Lazuardi
Rangga Bayu Seto A
Alghi Mustika Luthfi
Putri Ara Azzahra
Agwi Darma Nugraha
Riski Wandesta Zen

(A/ 20100510125)-TIDAK AKTIF
(A/ 20110510331)-TIDAK AKTIF
(A/ 20120510166)-TIDAK AKTIF
(A/ 20130510006)-AKTIF
(A/ 20130510012)-AKTIF
(A/ 20130510033)-TIDAK AKTIF
(A/ 20130510052)-AKTIF
(A/ 20130510056)-TIDAK AKTIF
(A/ 20130510082)-AKTIF
(A/ 20130510086)-AKTIF

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015/ 2016
1

I.

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kepentingan nasional sebuah negara pasti sangat luas dan banyak. Australia pasti
memiliki kepentingan nasional baik secara domestik dan internasional. Disebabkan karena
Australia berposisi dan bertetangga dekat dengan negara-negara di kawasan Asia
Tenggara, maka sangat menarik bagi kami untuk mengetahui seperti apa kepentingan
nasional Australia terhadap negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Ada beberapa hal
mengapa Australia mempunyai kepentingan nasional di negara-negara kawasan Asia
Tenggara.
Pertama, menarik sekali melihat kondisi geografis dari negara Australia. Mengapa?
Karena Australia adalah suatu negara yang berada di kawasan Asia-Pasifik yang posisinya
dia dikelilingi oleh negara-negara yang memiliki budaya, etnis, ras, yang berbeda dengan

etnis dan ras yang ada di kawasan Asia Tenggara. Etnis dan ras dari Australia adalah
seperti etnis dan ras orang-orang Eropa. Etnis dan ras negara-negara di kawasan Asia
Tenggara mayoritas adalah melayu. Padahal letak geografis Australia dengan negaranegara di Eropa adalah sangat jauh. Hal ini tentu membawa keresahan sendiri bagi
Australia terhadap negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.
Dalam hal ini tentu Australia akan melakukan sebuah tindakan untuk membuat dirinya
merasa terlindungi dan aman. Australia akan berusaha menjalin hubungan dan kerjasama
yang baik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Dia berusaha akan menjauhi
konflik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, karena dia sadar bahwa dia
dikelilingi oleh negara yang memiliki etnis dan ras yang berbeda. Alasan tersebut dilihat
beradasarkan dari segi kemanan dan politik.
Kedua, jika dilihat dari segi ekonomi, mengapa Australia memiliki kepentingan
nasional di kawasan Asia Tenggara adalah mayoritas negara-negara di kawasan Asia
Tenggara adalah termasuk negara berkembang, kecuali Singapura. Negara berkembang
cenderung memiliki upah yang rendah dan mereka belum mampu menggunakan dan
memberdayakan sumber daya alam yang ada. Padahal jika dilihat, di kawasan Asia
Tenggara memiliki banyak sumber daya alam, seperti Indonesia yang memiliki timah,
emas, batu bara, dll. Begitu juga seperti Myanmar yang kaya akan sumber daya mineral.
Kondisi seperti ini pasti akan sangat menarik bagi Australia untuk memiliki kepentingan
nasional di kawasan Asia Tenggara.


2

Walaupun sebenarnya pernah terjadi hubungan yang buruk antara Asia dengan
Australia ketika di Australia membuat Partai Satu Bangsa atau ONP di tahun 1997. Sikap
anti-ras Asia dan anti-modal asing dari Asia yang dilontarkan oleh ONP, bukan hanya
menciptakan gangguan terhadap keharmonisan hubungan antar-ras yang telah tercipta
selama ini, tetapi juga akhirnya menciptakan kekhawatiran bagi perkembangan ekonomi
Australia dengan mitra dagang Asia. Kenyataannya telah terjadi penurunan permintaan
lokal terhadap produk-produk dari Asia semenjak isu rasialisme dilontarkan Pauline
Hanson (pendiri partai ONP).1
Itulah alasan kami mengapa, kami mengangkat topik kepentingan nasional Australia di
negara-negara kawasan Asia Tenggara. Hal ini sangat menarik bagi kami untuk
mengetahui lebih lanjut lagi kepentingan-kepentingan apa saja yang dimiliki Australia di
kawasan tersebut.

I.2. Rumusan Masalah
Bagaimana kepentingan nasional Australia di negara-negara kawasan Asia Tenggara?

I.2. Kerangka Berpikir
Sebagai sebuah negara tentu pasti memiliki sebuah kepentingan nasional. Kepentingan

nasional (national interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan
kebutuhan bangsa/ negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Kepentingan
nasional diidentikkan dengan dengan “tujuan nasional”.
Kepentingan nasional menurut para penganut realis menyamakan kepentingan
nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power , dimana power adalah segala sesuatu
yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol terhadap negara lain. Hubungan
kekuasaan atau pengendalian ini dapat melalui pemaksaan dan atau kerjasama.
Konsep kepentingan nasional juga dapat diartikan sebagai suatu kepentingan untuk
kesejateraan umum, hak untuk mempertahankan kelangsungan hidup (survival) suatu
negara, hak kepentingan ekonomi, hak perlindungan hukum, dan keamanan. Dalam arti
yang lebih khusus yaitu untuk mempertahankan dan memelihara identitas politik dan

1

Zulkifli Hamid. (1999). SISTEM POLITIK AUSTRALIA. Bandung: LIP-FISIP-UI/PT Remaja Rosdakarya.hal 415.

3

kulturalnya. Sehingga agar kepentingan nasionalnya terwujud, suatu negara bisa saja
membuat suatu kerjasama atau bahkan konflik sekalipun.2

Menurut Morgentau pada dasarnya terdiri dari dua elemen, yang pertama didasarkan
pada pemenuhan kebutuhan sendiri, yang kedua mempertimbangkan berbagai kondisi
lingkungan strategi di sekitarnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan sendiri, dapat
diperoleh dengan cara melindungi kelangsungan hidup bangsa dalam mempertahankan
kedaulatan integritas wilayah nasional, sistem politik, dan identitas budaya dari ancaman
bangsa lain. Adapun pertimbangan adanya berbagai kondisi lingkungan adalah dengan
menjalankan kebijakan politik luar negeri melalui upaya diplomasi demi terciptanya
perdamaian dunia.

Nilai-nilai kebangsaan, sejarah, dan letak geografis juga menjadi ciri khusus yang
mempengaruhi penilaian atas konsepsi kepentingan nasional suatu negara. Kepentingan
nasional mengacu kepada upaya perlindungan dari segenap potensi nasional terhadap
ancaman eksternal maupun upaya konkrit yang ditujukan guna meningkatan kesejahteraan
warga negara. Kepentingan nasional juga bisa diartikan subjektif, artinya kepentingan
nasional selalu berubah mengikuti preferensi subjektif para pembuat keputusan.

II.

PEMBAHASAN
II.1. Kepentingan Nasional Australia dari Segi Politik

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Australia merupakan deputi Sherif Amerika
Serikat dalam melayani berbagai kepentingan strategis negara paman Sam di kawasan
Asia Tenggara. Karena itu kita sangatlah beralasan untuk mewaspadai adanya
kesepakatan strategis dalam bidang keamanan yang ditandatangani oleh Australia dan
Jepang pada Maret 2007 lalu.
Sebagaimana sudah kita ketahui bersama, Jepang merupakan salah satu sekutu
strategis Amerika Serikat sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua. Sehingga masuk akal
jika beberapa kalangan yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang intelijen
strategis di Indonesia sangat cemas dengan kesepakatan baru bidang keamanan antara
Australia dan Jepang tersebut. Bahkan beberapa kalangan intelijen strategis dan
pengamat internasional The Global Future Institute (GFI), menilai bahwa kesepakatan

2

Timor Gap, Wonosobo dan Nasib Timor Portugis, Journal of Royal Australian Historical Society, Vol.88 Pt.1, Juni
2002, pp.75-103. Juga di: http://www.nla.gov.au/pathways/jnls/austjnls/view/324.html

4

antara negara Kanguru dan negara Matahari Terbit tersebut bisa dianggap sebagai

Tahapan akhir (The Ultimate Stages) dari pembentukan kerjasama militer segitiga
(triangle) Washington-Canberra-Tokyo di Asia Tenggara.
Terdapat data yang menjelaskan bahwa politisi parlemen Australia yang
berkunjung ke Asia ternyata sangat sedikit. Ini terlihat melalui tabel perjalanan dinas
para anggota parlemen Australia ke luar negeri. Berdasarkan Tabel Widyawisata yang
dilakukan oleh anggota parlemen Australia tahun 2007, ternyata hanya 3 orang anggota
parlemen yang berkunjung ke Asia, sedangkan 19 orang berkunjung ke Inggris,
Amerika Serikat dan Eropa. Jelaslah sudah melalui data ini, bahwa Asia dianggap
bukan prioritas.
Namun demikian, data ini sama sekali tidak menggugurkan adanya kepentingan
strategis Australia untuk menanam pengaruh baik secara militer maupun ekonomi di
Asia Tenggara, khususnya ASEAN. Teble Widyawisata tadi hanya sekadar untuk
memperkuat dugaan bahwa secara politis dan strategis Australia berada di pihak
Amerika dan Eropa daripada mewakili kepentingan strategis negara-negara di kawasan
Asia.
Kedekatan dan kepentingan strategis Australia yang lebih melayani kepentingan
strategis Amerika terlihat melalui dukungan negara Kangguru ini dalam mendukung
keberadaan perusahaan multinasional Freeport di Indonesia. Tiada lain kepentingan
mereka yaitu agar bisa menguasai akses sumberdaya alam di Indonesia baik minyak dan
energi, timah dan tembaga.

Sudah menjadi kecurigaan bahwa Australia memiliki misi politik dalam usahanya
membangun dan menguasai akses dalam bidang sumberdaya alam di Indonesia maupun
Timor Leste, melalui dalih Peace Keeping Operation dalam membantu menanggulangi
krisis di beberapa daerah konflik seperti Poso, Papua, dan Maluku.
Sejak awal tahun 2000, sempat berkembang opini yang cukup meluas di berbagai
kalangan bahwa situasi keamanan yang tidak stabil di Timor Leste, bagi Australia
justru sangat menguntungkan, karena dengan begitu pasukannya bisa punya alasan
untuk dihadirkan di sana dengan bendera Peace Keeping Forces. Padahal agenda
utamanya adalah bagaimana agar Australia bisa mendapat akses ke minyak bumi di
Timor Leste, khususnya di Timor Gap.

5

Contoh kasus :
Australia-Timor Leste

Keterlibatan Australia di Timor Leste sudah ada sejak wilayah tersebut masih
dalam satu kesatuan Republik Indonesia. Isu Timor Leste sejak lama telah dimasukan
kedalam persolan politik luar negeri Australia. Kepentingan politik Australia yang
paling terlihat yaitu Australia ingin menyebarluaskan pengaruhnya di Timor Leste

sebagaimana yang dilakukan Australia di Papua New Guine. Hingga saat ini pengaruh
yang diberikan kepada Timor Leste secara immaterial adalah memberikan dukungan
politik di PBB dan memberikan keleluasaan pada Timor Leste (Irfan,2011). Bahkan
pada saat peiode Perdana Menteri John Howard, Australia menunjukan dirinya sebagai
negara yang peduli terhadap isu-isu yang terjadi di Timor Leste. Di bawah
kepemimpinan Howard, Australia menyatakan bahwa Timor Leste harus segera
mendapatkan kemerdekaan dan menjadi negara yang merdeka. Hal tersebut disinyalir
sebagai bentuk dari permintaan maaf ketika pada pemerintahan Keating, Australia
mengakui eksistensi Indonesia di Timor Leste sehingga tidak mendapat pengakuan dari
PBB sampai tahun 1998.
Pada saat konflik Timor Leste mencapai titik kulminasi pada tahun 2008 dimana
ketika itu ada insiden penyerangan terhadap Presiden Jose Ramos Horta dan Perdana
Menteri Xanana Gusmao yang menyebabkan Ramos mengalami luka berat. Sejak
adanya insiden tersebut Australia dengan segera melakukan intervensi dengan
mengirimkan bantuan militer dan membawa Ramos untuk berobat di Darwin. Selain itu
keagresifan yang ditunjukan Australia dalam membantu Timor Leste terlihat ketika
adanya bantuan militer Australia untuk memulihkan kondisi Timor Leste pasca
referendum tahun 1999 dan krisis politik dan keamanan pada bulan April sampai Mei
2006.
Australia memiliki kepentingan yang cukup besar terhadap Timor Leste

khususnya dalam kepentingan politik. Australia menajadikan Timor Leste sebagai
perhatian publik di Australia. Dalam kacamata politik, tidak hanya kepentingan untuk
menyebarkan pengaruhnya, tetapi Australia melakukan politik luar negerinya dengan
melaksanakan kebijakan dalam mendorong masuknya tentara mereka ke Timor Leste
(Irfan,2011).
Politik luar negeri suatu negara sesungguhya merupakan hasil perpaduan dan
refleksi dari politik dalam negara yang dipengaruhi oleh situasi regional ataupun
6

internasional. Begitu juga dengan politik luar negeri Australia tidak terlepas dari
pengaruh beberapa faktor seperti, geografis yang strategis, potensi sumber daya alam,
dan sistem sosial politik. Dibawah kepemimpinan PM Kevin Rudd Australia sendiri
melakukan kepentingan politik di Timor Leste lebih kepada memainkan peran dalam
menjamin keamanan dan stabilitas Timor Leste. Australia merupakan negara yang
memiliki hubungan dekat dengan Amerika dan Eropa yang mana hal tersebut tentu saja
merupakan hal yang sangat menguntungkan karena keduanya merupakan salah satu
super power dunia terutama dalam hal politik keamanan. Australia sendiri tergabung

dalam pasukan perdamaian PBB di Timor Leste untuk menjaga stabilitas politik
keamanan di Timor Leste. Australia memberikan pengaruhnya kepada Timor Leste
dengan asumsi bahwa jika suatu negara tersebut memiliki kondisi politik keamanan
yang stabil, maka tidak akan terjadi isu-isu atau ketimpangan-ketimpangan di dalamnya.

II.2. Kepentingan Nasional Australia dari Segi Ekonomi
Hubungan ekonomi dengan negara-negara di Asia Tenggara dirasa penting bagi
Australia pasca perang dingin, terutama pada saat ASEAN tidak lama didirikan pada
tahun 1960an. Dengan membangun kerjasama ekonomi ini, Australia juga dapat
menanamkan kepentingannya dalam membendung pengaruh komunis pada masa itu.
Bahkan kerjasama ekonomi dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada
tahun 1960-an tersebut dianggap masih belum dapat menandingi prioritas untuk
membendung komunis di Asia Tenggara. Pada masa itu produk yang menjadi
komoditas utama ekspor Australia ke Asia tenggara ialah produk agrikultur dan
pertambangan.
Ketika Australia berada dibawah kepemimpinan Gough Whitlam yang
memenangkan pemilu pada tahun 1972. Australia menerapkan reformasi kebijakan
liberalisasi perdagangan guna meningkatkan kegiatan ekspor – impor dan menyaingi
perdagangan antara Asia Tenggara dan Uni Soviet, seperti pemotongan bea masuk
sebesar 25% dan diversifikasi pasar ekspor Australia. Resesi ekonomi tahun 1974 yang
melanda berbagai negara seperti Amerika, Jepang, Eropa, dan Australia mengakibatkan
kebijakan yang diterapkan oleh Gough Whitlam tersebut tidak berjalan dengan lancar.
Yang terjadi justru nilai ekspor Australia di Asia Tenggara menurun drastis. Kekuasaan
Whitlam berakhir setahun kemudian, yakni pada tahun 1975 dan digantikan dengan
Perdana Menteri dari Partai Liberal, Malcolm Fraser.
7

Pada masa kepemimpinan Malcolm Fraser, hubungan ekonomi Australia dan
Asia Tenggara diwarnai dengan berbagai kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Fraser membuat negara-negara Asia Tenggara kecewa karena ia menolak permintaan
negara-negara anggota ASEAN untuk membuka pasar domestik Australia bagi produkproduk dari Asia Tenggara. Fraser justru menawarkan bantuan pembangunan kepada
ASEAN yang menimbulkan kekecewaan anggota negara-negara ASEAN kepada
Australia dan mempertanyakan komitmen Australia akan kerjasama ekonomi antara dua
kawasan tersebut. Nampaknya kebijakan-kebijakan yang ‘ramah’ dalam perdagangan
dengan negara-negara ASEAN lebih menonjol saat Australia dipimpin oleh partai
buruh. Hal ini terbukti ketika Bob Hawke dan Paul Keating memimpin Australia.
Pada masa Bob Hawke (1983 – 1991), ia mengeluarkan berbagai kebijakan yang
meningkatkan hubungan ekonomi antara Australia dengan negara-negara di Asia
Tenggara. Kebijakan yang terpenting ialah, ia menerapkan penurunan tarif impor dan
menghilangkan kuota impor dalam jangka waktu sepuluh tahun. Hal ini berkaitan
dengan prioritas politik luar negeri Australia yang ingin meningkatkan kualitas
hubungan Australia dengan negara-negara Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara.
Upaya diplomasi perdagangan pun terus dilakukan hingga pada tahun 1980-an
terbentuk sebuah forum kerjasama ekonomi Asia Pasifik, yakni apa yang kita kenal
dengan APEC (Asia Pasific Economic Cooperation). Terbentuknya APEC ini juga
merupakan hasil dari diplomasi ekonomi Australia. Kebijakan-kebijakan yang ‘ramah’
terhadap negara-negara Asia Tenggara tersebut tetap dilanjutkan oleh Paul Keating
(1993 – 1996) yang juga dari Partai Buruh.
Saat kursi Perdana Menteri diduduki oleh John Howard (1995 – 2007) dari Partai
Liberal, Howard memiliki pandangan berbeda dengan Hawke dan Keating dalam
mengambil kebijakan ekonomi. Howard menilai bahwa perdagangan bilateral yang
dilakukan langsung dengan berbagai negara di Asia Tenggara lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan perdagangan multilateral dan untuk mencapai hal tersebut ia lebih
menekankan pada pendekatan bilateral. Oleh karena itu, pada masa John Howard
disepakati sejumlah Free Trade Area (FTA). Salah satu dari FTA tersebut ialah
ASEAN-Australia New Zealand FTA (AANZ-FTA). Tujuan dari AANZ-FTA ini
diantaranya ialah :


Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan barang dan jasa
serta investasi antara negara-negara anggota.
8




Meliberalisasi perdagangan secara progresif dan menciptakan suatu sistem yang
transparan untuk mempermudah investasi.
Menggali

bidang-bidang

kerjasama

yang

baru

dan

mengembangkan

kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negara-negara
anggota.
Langkah awal pembentukan AANZ-FTA tersebut ialah dengan disepakatinya
Joint Declaration of the Leaders ASEAN-Australia dan New Zealand Commemorative
Summit pada tanggal 30 November 2004 di Vientiane, Laos. Hal tersebut dilanjutkan

dengan proses negosiasi ASEAN-Australia New Zealand Free Trade Area yang dimulai
pada tahun 2005. Setelah melalui 15 perundingan, persetujuan AANZ-FTA diselesaikan
pada bulan Agustus 2008. Persetujuan tersebut akhirnya ditandatangani oleh para
Menteri Ekonomi ASEAN, Australia dan New Zealand pada tanggal 27 Februari 2008
di Hua Hin, Thailand.

II.3. Kepentingan Nasional Australia dari Segi Militer/ Keamanan
Kebijakan pertahanan Australia merujuk pada Defence White Paper 2009 yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Australia. Kebijakan pertahanan Australia
seperti yang tertuang dalam Defence White Paper 2009 mencakup beberapa hal sebagai
berikut:


Melanjutkan Kebijakan Pertahanan Australia dengan prinsip dasar Self-Reliance
dalam mempertahankan Australia untuk dapat mencapai kepentingan strategis
Australia, termasuk mampu menjaga/ mengontrol wilayah udara dan laut dari



masuknya musuh ke wilayah kedaulatan Australia.
Sharing dengan kekuatan negara lain dan tetap memelihara hubungan dengan

negara aliansinya serta menjalin hubungan/ kerjasama pertahanan dengan negara


lain untuk meningkatkan keamanan Australia.
Kekuatan militer Australia harus memiliki kemampuan untuk dapat beraktivitas
secara bebas dan mandiri dalam mempertahankan kepentingan nasionalnya tanpa
mengharapkan bantuan negara lain dan mampu untuk menjadi pemimpin pasukan
koalisi militer pada saat sharing dengan negara lain untuk kepentingan strategis
yang lebih luas.
Sejak 1986, Australia sudah berkonsentrasi membangun Angkatan Perangnya

dengan berorientasi kepada teknologi dan persenjataan yang modern. Di sisi lain,
9

kebijakan pertahanan Australia menganut prinsip total defense, yakni memaksimalkan
segala kemampuan yang ada –tidak hanya angkatan perang– untuk menangkal ancaman
yang datang. Dengan kata lain, sistem pertahanan Australia dikelola menuju “high
technology equipment” yang bersandar pada kekuatan seluruh rakyatnya.

Contoh kasus :
1. Kerjasama Pertahanan dan Keamanan Indonesia-Australia : Lombok Treaty

Pada Agustus 2006 di Jakarta dan September 2006 di Canberra, disepakati
Agreement between the Government of the Republic Indonesia and the Government
of Australia on Framework for Security Cooperation. Perjanjian keamanan tersebut

secara resmi ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Australia, Stephen Smith dan
Menteri Luar Negeri Indonesia, Hassan Wirajuda pada tanggal 13 November 2006
di Lombok, Mataram. Perjanjian keamanan tersebut dikenal dengan nama Lombok
Treaty. Perjanjian Lombok meliputi : (1) kerjasama pertahanan, (2) kerjasama

penegakan hukum, (3) kerjasama counter-terrorism, (4) kerjasama intelijen, (5)
keamanan maritim, (6) keamanan dan keselamatan penerbangan, (7) proliferasi
senjata pemusnah massal, (8) kerjasama tanggap darurat bencana alam (9)
organisasi multilateral dan (10) kerjasama antarmasyarakat (people to people
cooperation). Perjanjian Lombok telah berlaku secara efektif sejak Februari 2008.3

Mengapa Australia perlu melakukan ratifikasi kerjasama ini? Karena bagi
Australia, Indonesia memiliki wilayah strategis di kawasan Asia Pasifik. Indonesia
bisa menjadi penghubung bagi Australia untuk melakukan kerjasama dengan negara
– negara di Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Selatan terlebih di benua Asia.4
Alasan utama Australia melakukan kerjasama ini adalah ancaman terorisme.
Hal ini dapat dilihat dari kejadian

Bom Bali 1, Pengeboman Kedutaan Besar

Australia di Jakarta, dan Bom Bali 2 yang menyebabkan banyak korban berjatuhan
dari pihak Australia. Bagi Australia, kerjasama keamanan Lombok Treaty
dibutuhkan untuk mengatasi berbagai isu keamanan kontemporer khususnya
terorisme, penyelundupan obat – obatan terlarang, penyelundupan manusia dan

Prof. Anak Agung Banyu Perwita,Ph.D,”Signifikansi Perjanjian Lombok bagi Hubungan Indonesia dan
Australia”,SATRIA Studi Pertahanan Vol.4 No.4 (Oktober-Desember 2008),hal.43

3

Purnomo, I. (2012). KERJASAMA PERTAHANAN DAN KEAMANAN AUSTRALIA – INDONESIA STUDY
KASUS : LOMBOK TREATY
4

10

penangkapan ikan secara gelap, pencucian uang, dan proliferasi senjata pemusnah
massal yang mengancam kepentingan nasionalnya.5
Walaupun, perjanjian tersebut hanya melibatkan dua negara seperti Indonesia
dan Australia, tetapi Indonesia dan Australia dapat dianggap sebagai representatif
dari masing–masing regional, Indonesia dari Asia Tenggara dan Australia dari
Pasifik.

2. Kerjasama Australia dengan ASEAN

Kerjasama ASEAN dan Australia dalam bidang keamanan antara lain di bidang
kejahatan transnasional, korupsi, penyelundupan manusia, penangkapan ikan illegal,
perusakan hutan, disarmament and arms control , dan non-proliferation of Weapons
of Mass Destruction.6

Terkait upaya memerangi terorisme, ASEAN-Australia telah menandatangani
ASEAN-Australia Joint Declaration for Cooperation to Combat International
Terrorism pada tahun 2004 di Jakarta Sedangkan untuk pemberantasan perdagangan

dan penyelundupan manusia, ASEAN dan Australia berkolaborasi melalui Asia
Regional Trafficking in Persons Project (ARTIP) yang dimulai pada Agustus 2006 -

Agustus 2011.

Kerjasama

tersebut

antara

Australia

dan

Indonesia

maupun

ASEAN

memperlihatkan tentang kepentingan nasional Australia di dalam bidang keamanan.
Kerjasama ini memperlihatkan bahwa hal tersebut penting dilakukan demi terwujudnya
kepentingan nasional Australia di dalam bidang militer/ keamanan. Kerjasamakerjasama tersebut penting sekali untuk dilakukan karena demi menjaga keamanan,
perdamaian, dan stabilitas keamanan nasional Australia.

5

Ibid.
http://www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20ASEAN%20dan%20Mitra%20Wicara/Kerjasama%20ASEAN
%20dan%20Mitra%20Wicara.pdf.diakses pada 22 November 2015 pada pukul 16.52 WIB.

6

11

III. PENUTUP
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Australia memiliki kepentingan
nasional di negara-negara kawasan Asia Tenggara dalam bidang politik, ekonomi, dan
militer/ keamanan. Akan tetapi jika dilihat dari ketiga bidang tersebut, kepentingan
nasional Australia yang paling menonjol di negara-negara kawasan Asia Tenggara
adalah di bidang ekonomi. Mengapa? Pertama, dilihat dari kondisi negara Australia
sendiri bahwa dia memiliki tambang seperti bijih besi, pertanian, dan peternakan.
Australia membutuhkan mitra dagang yaitu negara lain agar dia dapat mengekspor hasil
produksinya, karena Australia sendiri perekonomiannya sangat bergantung dengan hal
tersebut. Tentu saja negara-negara tetangga yang paling dekat adalah negara-negara di
kawasan Asia Tenggara. Maka negara-negara di kawasan Asia Tenggara bisa dibilang
menjadi mitra yang utama dalam bekerjasama dalam hal perdagangan/ ekonomi agar
Australia dapat mewujudkan kepentingan nasionalnya. Kedua, jika dilihat dari sisi
negara-negara di kawasan Asia Tenggara, sebagian besar negara-negara di kawasan
Asia Tenggara adalah negara berkembang, sedangkan Australia adalah negara maju.
Biasanya negara maju akan “memanfaatkan” kondisi negara berkembang dalam sisi
ekonomi agar mereka dapat bergantung kepadanya. Ketiga, jika dilihat dari sisi
pemimpin Australia, hampir semua pemimpin Australia sangat mengedepankan
kepentingan nasionalnya dari segi ekonomi ke kawasan Asia Tenggara. Contohnya PM
Keating dan Howard sangat simpatik bekerjasama dengan Asia. Dalam masa
kepemimpinan PM Howard dia berjanji bahwa pemerintahannya akan tetap memainkan
peranan penting dalam membantu Asia melampaui krisis ekonomi dan keamanan
regional.7 Bahkan Australia bergabung dengan IGGI (Inter-Governmental Group on
Indonesia ) sebagai negara donor untuk membantu pembangunan ekonomi Indonesia.

Akan tetapi, walaupun kepentingan nasional yang paling menonjol Australia ke
negara-negara kawasan Asia Tenggrara adalah dari segi ekonomi, dia juga tidak
mengesampingkan kepentingan nasional dari segi politik dan militer. Ketika dibentuk
organisasi regional ASEAN, ini berdampak positif bagi Australia, karena hal tersebut
dapat mengurangi kekhawatiran terhadap isolasi negaranya, serta menjamin rasa aman
yang lebih besar bagi Australia.8

7
8

Zulkifli Hamid. (1999). SISTEM POLITIK AUSTRALIA. Bandung: LIP-FISIP-UI/PT Remaja Rosdakarya.hal 417
Ibid hal 423.

12

DAFTAR PUSTAKA
Andry, H. E. (2011). Kepentingan Australia di Timor Timur.
Elisabeth, A. (n.d.). Dinamika Hubungan Australia-Asia Timur. Jurnal Penelitian Politik, 89-91.
Gap, T. (Juni 2002). Wonosobo dan Nasib Timor Portugis,. Journal of Royal Australian
Historical Society, Vol.88 Pt.1,, 75-103.
Hamid, Z. (1999). SISTEM POLITIK AUSTRALIA. Bandung: LIP-FISIP-UI/PT Remaja
Rosdakarya.
Ninov, I. (2011). Kepentingan Australia di Timor Leste. Yogyakarta.
Purnomo, I. (2012). KERJASAMA PERTAHANAN DAN KEAMANAN AUSTRALIA –
INDONESIA STUDY KASUS : LOMBOK TREATY.

http://www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20ASEAN%20dan%20Mitra%20Wicara/Kerja
sama%20ASEAN%20dan%20Mitra%20Wicara.pdf. Diakses pada 22 November 2015 pada
pukul 16.52 WIB.
http://www.nla.gov.au/pathways/jnls/austjnls/view/324.html
http://www.theglobalreview.com/

13