Pengaruh DPK terhadap Jumlah Bank syaria

Pengaruh DPK terhadap Jumlah Bank syariah di
Indonesia 2007-2012 pada BPRS

DENDY F AMIN
WAHYU E. N. REPI
ANDREW MANDOLANG

UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KOTA MANADO
2014

1

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .................................................................................................................... i
Halaman Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
Abstrak ................................................................................................................................ iv

I.

Pendahuluan ................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 8

II. Landasan Teori ............................................................................................................. 9
III. Metode Penelitian ......................................................................................................... 11
IV. Pembahasan .................................................................................................................. 14
V. Penutup .......................................................................................................................... 16
5.1 Simpulan .................................................................................................................. 16
5.2 Saran ........................................................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................................................
Lampiran ................................................................................................................................

2

Abstrak

Peran lembaga keuangan dalam suatu perekonomian sangatlah vital sebab sektor
inilah yang dinilai dapat mampu menggairahkan atau melesukan suatu iklim perekonomian
dengan kebijakan-kebijakannya, sehingga pembangunan dan pertambahan unit-unit bank
syariah dinilai akan mampu untuk menjawab persoalan yang terjadi, bank syariah memiliki
mekanisme yang unik dengan tidak menerapkan bunga yang harus dibayarkan, tetapi lebih
mengutamakan pada sistem bagi hasil, sehingga tidak akan memberatkan bagi calon nasabah
hal inilah yang membuat jumlah bank syariah mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal
tersebut diindikasikan terjadi akibat informasi sistem pembayaran yang diterapkan oleh bank
syariah sudah dipahami dan terdengar langdung oleh para calon nasabah.

Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga, Jumlah Unit Bank Pembangunan Rakyat Syariah,
Globalisasi

Abstract
The role of financial institution in an economy is really vital for this sector, which is
considered can be able to excite or melesukan a temperate economy, with his policies so that
development and increase bank syariah units is going to be able to answer problems that
occur, bank syariah mechanisms unique with do not implement the flowers must be paid, but
prioritize on a system for result, so it will not burdensome for prospective customers this is
what makes the number of syariah banks increased every year.It indicated been caused by the

information a payments processing system applied by syariah banks have understood and
sounded langdung by the prospective customers.

Keywords : Third Party Funds, The Number Of Units Bank Syariah Development The
People, Globalization

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara
keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan
(idle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana
(Lukman Dendawijaya, 2003). Di dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 bank
merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.


Berdasarkan definisi pasal 1 UU No. 10 tahun 1998 diketahui bahwa kegiatan utama
bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Kegiatan menghimpun
dana tersebut dilakukan dengan mencari alternatif sumber dana, dan salah satu sumber utama
bank berasal dari masyarakat. Menurut Lukman Dendawijaya (2003) dana-dana yang
dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank.
Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk giro,
deposito, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan.
Semakin besar dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat menunjukkan besarnya
kepercayaan masyarakat untuk menempatkan dananya di bank. Dari berbagai sumber dana
yang berhasil dihimpun oleh bank, kemudian bank menyalurkannya kembali dana tersebut
kepada masyarakat secara efektif dan efisien.

Sejak tahun 1997 ketika Indonesia dilanda krisis perbankan maka terjadi pembuktian
kalau sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan di
dunia ini, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena menanamkan prinsip
keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah. Meskipun kala itu hanya ada satu
lembaga keuangan perbankan syariah, namun, diakui oleh banyak kalangan bahwa system
yang dianut dapat menjawab tantangan krisis yang terjadi pada tahun 1997-1998
(Khaidar,2007). Ini membuat perbankan syariah yang merupakan warisan dari umat Islam
dikenal bukan hanya oleh orang Islam tetapi juga orang non-islam.

Pada tahun 1998, bank syariah terbukti mampu survive ketika perekonomian
Indonesia diguncang krisis moneter. Sekarang, kemampuan bertahan bank syariah itu

4

kembali diuji. Oleh karena itu, pemain industri perbankan syariah harus menerapkan strategi
untuk fokus mempertahankan eksistensi agar kemudian dapat menaikkan posisinya pada
situasi pasar yang tidak menentu ini dengan mempertahankan prinsip yang ada.
Mengadopsi strategi survival menjadi suatu keharusan bagi manajemen bank syariah agar
tetap bisa menjalankan fungsi intermediasi di waktu krisis. Strategi ini mencakup pertama,
Strategi Konsolidasi. Strategi ini diaplikasikan melalui perlindungan dan penguatan posisi
bersaing bank syariah di pasar. Ini tidak berarti manajemen hanya diam menyaksikan
dinamika pasar dan invasi pesaing. Manajemen harus fokus pada core competence bank
syariah terutama komitmen pada penerapan prinsip-prinsip syariah, kekuatan struktur modal,
dan ketersediaan dana pihak ketiga. Kesadaran untuk memenuhi kompetensi akan membantu
peningkatan sumber daya yang dimiliki sehingga memberikan posisi bersaing yang lebih
baik.

Kedua, Keunggulan Biaya. Pencapaian tingkat keuntungan bagi pemegang saham dan
deposan yang lebih tinggi dari biasanya akan memudahkan bank syariah menerapkan strategi

konsolidasi di atas. Cara terbaik adalah dengan memotong biaya operasional (service cost)
yang dikeluarkan. Sesungguhnya struktur modal bank syariah tidak mengandung utang
sehingga tidak ada pembayaran bunga tetap kepada deposan atau shahibul maal lainnya. Hal
ini memberikan keunggulan bersaing bagi bank syariah dibanding bank konvensional karena
tekanan terhadap manajemen terkait pengambilan risiko dan keputusan investasi akan sedikit
mengendur. Oleh karena itu, biaya manajerial relatif lebih mudah ditangani daripada biaya
bunga.

Ketiga, Merger dan Akuisisi. Berdasarkan pengalaman lembaga keuangan maupun nonkeuangan, strategi ini merupakan strategi yang paling umum direkomendasikan.
Penggabungan usaha akan berpengaruh positif terhadap skala ekonomi, kemampuan bersaing
dan bersinergi bank syariah. Namun ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan, yaitu merger
dua bank syariah yang lemah hanya akan menghasilkan sebuah bank syariah yang tidak
cukup kuat. Perbedaan sifat (sumber dan penggunaan dana, struktur biaya) antara bank
syariah dan bank konvensional juga harus benar-benar dipertimbangkan jika diterapkan pada
dua

jenis

bank


yang

berlainan.

Strategi ini dapat digunakan bank syariah dengan mengambil inisiatif-inisiatif untuk
memaksimalkan peluang dan meminimalisir ancaman. Pertama, Ekspansi Pasar. Krisis

5

keuangan global akan memberikan bank syariah peluang yang cukup terbuka untuk
memasuki pasar yang selama ini kurang terjamah. Pasar ini menyediakan nasabah dari sektor
baru seperti pembiayaan UMKM, pemberdayaan perempuan, dan kebutuhan pendanaan
APBD bagi pemerintah daerah. Ini akan memberikan peluang emas bagi bank syariah untuk
memenangkan sektor-sektor baru. Bank syariah dapat memperluas aktivitas pembiayaan dan
mendiversifikasi sumber dananya melalui pendirian kantor cabang baru atau berafiliasi
dengan

bank

di


segmen

pasar

yang

belum

banyak

tersentuh

ini.

Kedua, Strategi Diversifikasi. Bank syariah bisa mengeluarkan produk baru atau melakukan
inovasi terhadap produk yang sudah ada, tentu dengan persetujuan Dewan Pengawas Syariah.
Hal ini dapat dikerjakan bersamaan dengan pengenalan segmen pasar yang baru. Strategi ini
meliputi pergerakan bank syariah menuju pasar dengan menawarkan produk baru. Bank
syariah dapat merambah pasar dengan membawa produk baru pada industri keuangan, seperti

pendirian dan investasi di asuransi syariah, reksadana syariah dan lembaga keuangan syariah
lainnya. Selain itu, bank syariah dapat melakukan diversifikasi investasinya di luar sektor
keuangan melalui investasi langsung ke sektor riil seperti pabrik-pabrik manufaktur, rumah
sakit,

dan

perusahaan

industri

lain.

Ketiga, Kepemimpinan Dinamis. Krisis juga otomatis memaksa bank syariah mengubah
sasarannya secara mendalam dan struktural. Oleh karena itu, pimpinan bank syariah dituntut
mengambil tindakan yang responsif, cerdas, dan cukup fleksibel. Karakter kepemimpinan
yang unik dan kuat akan menjadi faktor penentu berhasil tidaknya penerapan strategi-strategi
yang telah disusun. Para manajer puncak harus mampu mengendalikan aktivitas operasional
bank syariah secara stabil melewati badai krisis. Manajer-manajer bank syariah saat ini
ditantang untuk lebih berani mengambil keputusan bersifat strategis sebagai bentuk respon

atas situasi yang mendesak. Para manajer muda juga dapat diberi kesempatan untuk
mengawal bank syariah dan mencoba melakukan berbagai terobosan baru yang inovatif.

Kombinasi usaha di atas diharapkan dapat mewujudkan orientasi industri perbankan syariah
nasional menuju kesesuaian dengan fenomena krisis yang terjadi. Sebuah cara yang
terintegrasi merupakan isu utama dari strategi-strategi ini. Kerjasama diantara bank syariah
akan mempunyai peranan yang signifikan dalam mereduksi efek buruk dari krisis keuangan
global. Strategi ini juga berarti membangun kesadaran untuk saling membantu dalam
kebaikan (ta‟awanu „ala al-birri) dan menguatkan persaudaraan antar umat muslim (ukhuwah

6

islamiyah). Sebuah strategi komprehensif yang menyatukan industri perbankan syariah kita di
barisan terdepan.

Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip
bagi hasil dan resiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem perbankan
nasional, bank syariah mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian. Peranan
perbakan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan
konvensional (Banoon dan Malik,2007). Keberadaaan bank syariah diharapkan dapat

mendorong perkonomian suatu negara.

Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekomomian adalah : kemakmuran
ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum,
keadailan social ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas
nilai uang, mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil,
serta pelayanan yang efektif (Setiawan, 2006).

Momentum perkembangan ekonomi yang kondusif juga berdampak positif terhadap
perkembangan perbankan syariah. Volume usaha perbankan syariah yang terdiri atas Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) meningkat 48,6% (yoy) dari posisi Rp100,3 triliun pada tahun 2010, menjadi
Rp149,0 triliun pada tahun 2011 (Grafik 1.1). Laju pertumbuhan volume usaha tersebut
selain lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
industri secara nasional, sehingga pangsa perbankan syariah terhadap industri perbankan
meningkat menjadi 4,0%. Sejalan dengan ekspansi dimaksud, fungsi intermediasi perbankan
syariah masih dipertahankan pada tingkat yang cukup optimal, tercermin dari Financing to
Deposit ratio yang mencapai sebesar 89,9% (Bank Indonesia,2011).

7

Perkembangan Aset Perbankan Syariah

Secara regional, perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat terjadi di sejumlah
daerah. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga
(DPK) dan atau penyaluran pembiayaan terutama di kawasan Sumatera, kawasan Bali dan
Nusatenggara serta kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua yang melebihi laju pertumbuhan
secara nasional. Selain itu, beberapa daerah di kawasan Jawa juga menunjukkan pertumbuhan
yang cukup tinggi.

Pada tahun 1998 diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
sebagai pengganti Undang-undang No. 7 tahun 1992. Dengan adanya Undang-undang
tersebut perbankan syariah di Indonesai mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk
berkembang, menyelenggarakan kegiatan usaha, termasuk memberikan kesempatan kepada
bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang yang melaksanakan operasional
perbankan yang berdasarkan prinsip syariah.

Sumber dana merupakan hal terpenting bagi bank untuk dapat meningkatkan jumlah kredit
yang akan dilempar ke masyarakat. Menurut Kashmir (2008), sektor perbankan dalam
memberikan kredit memerlukan ketersediaan sumber dana. Semakin banyak dana yang
dimiliki oleh bank, maka akan semakin besar peluang bank untuk menjalankan fungsinya.

8

Dana-dana yang dimaksud meliputi dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang
bersumber dari lembaga lainnya, dan dana yang bersumber dari masyarakat.
Dana yang bersumber dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga (DPK) merupakan
sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Dana tersebut
dapat berasal dari simpanan berupa tabungan, giro, dan deposito. Lukman Dendawijaya
(2003) mengemukakan bahwa “dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai
80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank”. Bank melakukan berbagai cara untuk
menjaga kepercayaan dan memberi rasa aman bagi nasabah, yaitu dengan menjaga tingkat
likuiditasnya. Untuk dapat meyalurkan kredit sebesar-besarnya sektor perbankan berlombalomba untuk melakukan penghimpunan dana dari masyarakat. Dengan demikian
meningkatnya

pertumbuhan dana pihak ketiga akan menyebabkan meningkatnya

pertumbuhan kredit.

Dengan potensi ini maka Indonesia dengan kemajuan bank syariah bisa menciptakan
identitas perbankan sendiri di tengah-tengah ekonomi dunia. Namun yang perlu dicermati
adalah bagaimana kuatnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pertumbuhan bank
Syariah..

1. 2 Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap perkembangan perbankan syariah di
Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Mengetahui seberapa besar pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Pertumbuhan Bank
Syariah di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi bagi pihak- pihak yang
berkompeten dengan hasil penelitian, yang berimplikasi terhadap kebijakan di bidang
ekonomi secara umum dan ekonomi syariah khususnya. Hasil penelitian ini diharapkan juga
bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan penelitian lainnya.

9

B A B II
L AN D A S A N T E O R I
1.1 Sumber Dana Bank
Umber dana yang terlihat pada sisi pasiva neraca atau yang disebut pula dengan
manajemen pasiva adalah suatu proses dimana bank mengembangkan sumber-sumber
dana yang nontradisional melalui pinjaman di pasar uang atau dengan menerbitkan
instrumen utang digunakan secara menguntungkan terutama untuk memenuhi alokasi yang
produktif.
Secara umum manajemen pasiva mencakup aktivitas dalam rangka mengumpulkan
dana dari masyarakat serta sumber lainnya dan menetapkan komposisi dana tersebut sesuai
dengan yang dibutuhkan. Dalam arti sempit, manajemen pasiva diartikan dengan
kebutuhan likuiditas, yaitu aktivitas mencari dana pada waktu yang diperlukan.
Dana Masyarakat ( Dana Pihak Ketiga )
Adalah dana yang diperoleh dari masyarakat dalam arti masyarakat sebagai individu,
perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata
uang Rupiah ataupun dalam Valas. Pada sebagian besar bank, dana masyarakat ini pada
umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank. Hal ini sesuai dengan fungsi
bank yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat.
Terdapat beberapa jenis instrumen yang dapat digunakan oleh bangk, untuk
menghimpun dana dari masyarakat, yaitu :
a. Giro, merupakan simpanan masyarakat dalam bentuk Rupiah atau Valas pada
bank yang transaksinya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
Bilyet Giro, atau perintah bayar lainnya atau bisa juga dengan pemindah bukuan.
b. Tabungan, merupakan simpanan pihak ketiga dalam Rupiah atau Valas pada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu dari
masing-masing bank penerbit, tetapi tidak dapat ditarik deng cek, Bilyet Giro, atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
c.

Simpanan berjangka

10

1. Deposito berjangka, yaitu simpanan pihak ketiga dalam bentuk Rupiah atau
Valas yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan
dengan bank yang bersangkutan
2. Sertifikat Deposito, yaitu deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat
diperjualbelikan atau surat berharga atas unjuk Rupiah yang merupakan surat
pengakuan hutang dari bank dan lembaga keuangan non bank yang dapat
diperjualbelikan dalam pasar uang.
3. Deposit on Call, yaitu simpanan atas nama bank atau pihak ketiga bukan bank
dalam jumlah yang besar, tetapi berada di bank selama deposan belum
menggunakannya dan penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat
pemberitahuan sebelumnya.

11

B A B III
METODE PENELITIAN
3.1

Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder time series tahun
2007-2012 yang bersumber dari Bank Indonesia (BI).

3.2

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan cara
mendatangi langsung instansi terkait (BI Manado) untuk mengambil dan
mengumpulkan data yang telah diolah dan yang telah tersedia di instansi tersebut.
Selain itu, sebagai penunjang data peneltitian maka dilakukan studi kepustakaan dan
eksplorasi serta searching data melalui internet.

3.3

Definisi Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan dan diukur
sebagai berikut :
1. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diukur dalam nilai nominal
(Rp) per tahun
2. Jumlah Bank Perbankan Rakyat Syariah (BPRS) yang diukur dalam
nilai (unit) per tahun.

3.4

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Statistik Inferensia ; Analisis ini dipakai untuk menganalisa hal-hal berikut :

a. Besarnya proporsi atau sumbangan DPK terhadap variasi naik turunnya
perkembangan jumlah BPRS dengan menggunakan rumus koefisien determinasi
yakni : koefisien korelasi di kuadratkan ( r2 )
b. Pengaruh jumlah uang beredar

terhadap inflasi , melalui

sederhana dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + bX ; dimana :

12

analisis regresi

Y = Jumlah unit BPRS
a = Intercept
b = Koefisien regresi
X = Dana Pihak Ketiga ( independent variable )
Rumus untuk mencari b ( koefisien regresi ) adalah sebagai berikut :
n . ∑XY - ∑X . ∑Y
b

=
n . ∑X2 – (∑X)2

Rumus untuk mencari a ( intercept ) adalah sebagai berikut :
∑Y - b∑X
a

=
n

c. Untuk mengetahui tingkat ketelitian perkiraan digunakan rumus kesalahan baku atau
standar error sebagai berikut :

S
Sb =
∑X2 –( ∑X)2/n

dimana : S adalah standarr error of estimate dengan rumus :
∑ y – b2 ∑x2
S =
n–2

13

d. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Dana Pihak Ketiga)
terhadap variabel tidak bebas (jumlah unit BPRS) dilakukan pengujian terhadap
parameter pendugaan secara parsial dengan menggunakan uji t – student dengan :
t = b – β / Sb
dimana apabila :
t hitung ≥ t tabel ( α/2,n – k ), maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara DPK
terhadap jumlah BPRS .

14

B A B IV
PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah BPRS

TAHUN

JUMLAH UNIT BPRS

2005

95

2006

105

2007

114

2008

131

2009

138

2010

150

2011

155

2012

158

Seiring dengan makin berkembangnya kegiatan perekonomian di Indonesia dari tahun
ke tahun, dan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap mekanisme transaksi
dari bank syariah sendiri sehingga mengakibatkan berkembangnya bank syariah dari tahun ke
tahun seperti pada tabel diatas. Hal inilah yang mengakibatkan jumlah Dana Pihak Ketiga
yang berasal dari masyarakat yang masuk ke Bank syariah mengalami peningkatan.
Dengan melihat trend ini yang mengalami peningkatan setiap tahunnya diharapkan
kepercayaan dari masyarakat untuk menyimpan dananya di perbankan syariah bisa terus
meningkat karena bank syariah adalah alternatif yang muncul ketika masyarakat mulai ragu
dengan mekanisme yang ada pada bank konvensional, sehingga kelak ketika perekonomian
dunia sudah begitu menggeliat di Indonesia bank syariah tidak hanya menjadi institusi yang
di pandang sebelah mata, tetapi juga bisa menjadi pemain bahkan pemimpin di antara bankbank lain dalam menentukan perekonomian

15

Hasila analisis regresi sederhana Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah unit BPRS
dengan menggunakan program e-views sebagai berikut :

Y = 1,125 + 0,268 xi
Se (0,297) (0,021)
R2 = 0,9632

Hasil analisis pendugaan parameter X yaitu Dana Pihak Ketiga mempunyai tanda positif
(+), hal ini sesuai dengan teori dimana jika Dana Pihak Ketiga di Indonesia bertambah
maka jumlah BPRS akan meningkat, cateris paribus.
Besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah unit BPRS diperoleh nilai
koefisien regresi sebesar 0,268. Hal ini berarti bahwa jika Dana Pihak Ketiga bertambah
1 % maka jumlah unit BPRS akan meningkat sebesar 26,8 %
Hasil analisis diperoleh nilai koefisien determinasi (r2) sebesar 0,96 . Hal ini berarti
bahwa besarnya proporsi atau sumbangan Dana Pihak Ketiga terhadap naik - turunnya
jumlah BPRS di Indonesia adalah sebesar 96 % , sedangkan sisanya dijelaskan oleh
faktor-faktor lain.
Dari hasil penelitian terlihat jelas bahwa antara dasar teori yang digunakan dalam
penelitian ini dengan hasil penelitian terdapat kesesuaian dan dapat dibuktikan melalui
analisis yang digunakan sehingga hipotesis yang diajukan dapat dipertanggungjawabkan dan
dibuktikan sebagaimana yang diungkapkan dalam landasan teori bahwa jumlah Dana Pihak
Ketiga bertambah maka jumlah BPRS akan meningkat.

16

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dana pihak ketiga
mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan jumlah unit pada Bank Perbankan
Rakyat Syariah sehingga ketika ekonomi global sudah masuk sampai ke Indonesia, bukan
hanya bank konvensional yang merasakan dampaknya secara langsung tetapi bank syariah
juga, karena pada era globalisasi arus uang dan barang akan bergerak dengan sangat cepat
dengan jumlah yang besar, selain itu dengan masuknya era globalisasi diharapkan agar bank
syariah di Indonesia dapat berkembang pesat, seperti halnya di negara-negara lain yang
secara notabene jumlah penduduk muslimnya tidak sebesar dengan jumlah penduduk muslim
di Indonesia.

5.2 Saran

Saran kami sebaiknya pihak pemerintah maupun pihak dari bank syariah lebih
memperkenalkan/mensosialisasikan konsep yang ditawarkan oleh bank syariah kepada
masyarakat umum, sebab hal utama yang menyebabkan bank syariah berkembang namun
kecil merupakan akibat dari ketidaktahuan masyarakat akan konsep, mekanisme maupun
sistem yang ditawarkan oleh bank syariah hal inilah yang menjadi problem yang paling
mendasar, dan ternyata bank syariah juga bukan hanya menerima nasabah dari golongan
muslim, tetapi juga menerima dana dari kalangan manapun seperti halnya dengan bank
konvensional dan bank-bank lainnya. Hal itulah yang diharapkan, jima semua elemen telah
mengetahui seluk-beluk serta mekanisme dari bank syariah maka mereka dipastikan tidak
akan ragu lagi untuk menyimpan dananya di bank syariah.

17

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. Statistik Perbankan Syariah 2013

Sangadji Etta dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian,
PENERBIT ANDI, Yogyakarta. 2010

Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi Keempat, UPP
STIM YKPN, Yogyakarta. 2013.

18

Lampiran 1

Jaringan Kantor
TAHUN

Perbankan Syariah BPRS
(jumlah bank)

Dana Pihak Ketiga
(juta)

2005

92

340,892

2006

105

521,152

2007

114

717,858

2008

131

975,815

2009

138

1,250,603

2010

150

1,603,778

2011

155

2,095,333

2012

158

2,937,802

19