Tehnik Persilangan Pada Tanaman Menyerbu

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah
penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman dapat timbul secara alami
karena adanya seleksi alam dan dapat juga timbul karena adanya campur tangan manusia
melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari
suatu populasi untuk mendapatkan genotip tanaman yang memiliki sifat-sifat keunggulan
yang selanjutnya dikembangkan dan diperbanyak sebagai bibit/benih unggul. Namun
demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena
sifat-sifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada suatu genotip saja,
melainkan terpisah pada genotip lainnya. Misalnya, suatu genotip mempunyai daya hasil
tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan genotip lainnya dimiliki sifat-sifat
sebaliknya. Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut
akan selalu terpisah pada genotip yang berbeda. Karena itu untuk mendapatkan genotip
baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui
rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen.
Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahkan tepung sari kekepala
putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman menyerbuk sendiri

(self pollinated crop) maupun tanaman menyerbuk silang (cross pollinated crop).
Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pengetahuan pemulia mengenai
struktur bunga, waktu berbunga, saat bunga mekar, kapan bunga betina siap menerima
bunga jantan(tepung sari), dan tipe penyerbukan(sendiri atau silang).
I.2 Tujuan
 Mempelajari teknik

persilangan pada tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman

menyerbuk silang.
 Menghitung keberhasilan persentase keberhasilan persilangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur seleksi dalam pemuliaan tanaman dengan cara penyerbukan silang
menempati bentuk hasil atau yang keluar sama seperti mereka dari tanaman dengan
tanaman menyerbuk sendiri, namun pada akhirnya hasilnya tidaklah sama karena
banyaknya perbedaan dari struktur populasi yang terdapat dari spesies tanaman
menyerbuk sendiri dengan tanaman menyerbuk silang (R.W Allard). Tanaman dengan
menyerbuk sendiri, seleksi tanaman individu total secara luas digunakan untuk

membentuk varietas bergalur murni seragam. Tetapi pada tanaman menyerbuk sendiri
seleksi tanaman individu sangat jarang, karena tanaman efektif dalam membentuk
varietas. Hal ini terjadi karena adanya pemisahan yang menyebabkan keturunan
menyimpang dari tipe yang terdapat pada induknya dan karena reduksi yang terjadi
secara drastis. Isi populasi yang demikian itu biasanya mempunyai efek yang tak
menguntungkan pada kekuatan dan produktivitas. Tanaman menyerbuk sendiri misalnya
tanaman kedelai, pepaya, dll(R.W.Allard).
Tanaman menyerbuk sendiri mempunyai arti ekonomi yang penting baik sebagai
tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman industri. Tanaman- tanaman ini telah di
usahakan petani sejakribuan tahun yang lalu dan telah banyak dilakukan usaha-usaha
peningkatan produksi maupun mutu, baik melalui cara bercocok tanam maupun seleksi.
Usaha perbaikan sifat tanaman lebih berkembang pesat setelah diperkenalkannya Hukum
Mendel, terutama melalui Hibridisasi dan di lanjutkan dengan seleksi. Usaha ini banyak
mendatangkan hasil dengan diciptakannya varietas-varietas unggul baru seperti harapan
petani. Tetapi penciptaan varietas tersebut tidaklah mudah, baik dalam pemilihan tetua
maupun seleksi pada keturunannya.
Pada dasarnya tanaman menyerbuk silang adalah heterozigot dan heterogenes.
Satu individu dengan individu lainnya secara genetis berbeda walaupun secara fenotipik
sama. Oleh karena itu, dalam menentukan kriteria seleksi sebaiknya melakukan secara
bertahap, dengan tujuan agar supaya tidak terjadi pencampuradukan sifat dan hal lainnya

didalam pengamatan. Sebagai contoh dalam seleksi hasil hendaknya jangan terpengaruh
oleh keragaman

lain seperti keragaman sifat

tinggi tanaman, umur tanaman, dan

sebagainya. Hal ini dapat ditempuh dengan cara seleksi bertahap terhadap sifat-sifat
tanaman yang mempunyai nilai ekonomis memperoleh prioritas utama, baru kemudian
berikutnya seleksi terhadap sifat-sifat yang lain. Hal inidisebabkan oleh adanya
keragaman genetis pada tanaman menyerbuk silang dan tanaman menyerbuk sendiri yang
sangat tinggi.Jagung merupakan contoh tanaman menyerbuk silang ( Anonim, 2004).
Prosedur pemuliaan tanaman menyerbuk silang, berbeda dengan tanaman
menyerbuk sendiri. Umumnya bertujuan memperoleh individu tanaman homozigot
sedang pada tanaman menyerbuk silang bertujuan untuk memperoleh populasi yang
terdiri dari tanaman heterozigot. Dengan demikian metode yang digunakan berbeda
terutama pada prosedur seleksinya. Metode pada tanaman menyerbuk sendiri dapat
ditetapkan secara jelas, namun pada tanaman menyerbuk silang tidak demikian.
Masalah pokok pada tanaman menyerbuk silang yang berkembang dengan biji
adalah :



Pembentukan populasi sebagai sumber keragaman untuk diseleksi.



Metode seleksi, berkaitan dengan macam varietas yang akan di bentuk.

Pada uraian selanjutnya akan banyak menggunakan cara dan contoh tanaman
jagung, karena tanaman ini banyak dijadikan bahan studi serta mempunyai arti ekonomis
cukup penting.(Soemardjo P., 1988)

BAB III
METODELOGI
3.1. Bahan dan Alat
Bahan : Benih kedelai, benih jagung, pupuk kandang, Urea, TSP,KCL,Furadan 3G,
Thiodan.
Alat

: Pinset,gunting,kaca pembesar, kertas label kecil, benang, alat tulis, kantong

kertas yang besar, klip dan kantong plastik.

3.2. Pelaksanaan
a. Persilangan tanaman kedelai
Setelah berumur 4 mst tanaman

sudah mulai berbunga, penyilangan dapat

dilakukan setiap hari pada pukul 7.30- 10.00 wib.
 Pilih bunga yang diperkirakan mekar besok harinya dengan cirri-ciri kuncup
bunga membengkak dan corolla mulai kelihatan muncul sedikit pada
kelopaknya (A). Kelopak bunga dibuang dengan pinset (B). Kemudian
buang mahkota dengan cara menarik perlahan-lahan mahkota (sepal),
sampai kelima sepal habis.
 Buang seluruh samen dengan menggunakan pinset(C). Sehingga hanya
tertinggal kepala putik.
 Pilih bunga yang mekar segar sebagai sumber serbuk sari (pejantan), lalu
buka mahkotanya dan ambil anter yang sudah siap untuk diserbukkan ke
kepala putik atau stigma (D).
 Lakukan pemindahan serbuk sari ke kepala putik (E).

 Setelah menyilangkan diberi label yang digantungkan pada tangkai atau
cabang bunga tersebut dengan menul;is nama tetua yang disilangkan (betina
dan jantan, tanggal persilangan, nama penyilang (pemulia).
 Apabila kira-kira satu minggu bunga yang silangkan masih segar dan hijau
berarti hibridisasi berhasil (F).

b. Persilangan Tanaman Jagung
Setelah berumur 5 MST, bunga jantan, penutupan bunga dapat dilakukan setiap
hari.
 Pilih bunga betina (tongkol) yang akan dserbuki sebelum rambut pada ujung
tongkol keluar, dibungkus dengan kantong kertas yang sudah disiapkan (A).
 Pilih tanaman yang akan dipakai pejantan (sumber serbuk sari) dengan
tanda-tanda bunga jantan sudah mekar, kemudian dibungkus bunga jantan
tersebut sampai rapat dengan kantong kertas, jagan sampai serbul sari jatuh
bertebaran (B).
 Setelah satu atau dua hari bunga jantan tersebut sudah siap diambil untuk
disilangkan. Untuk memastikan diperoleh tepung sari yang cukup, maka
tepuk bunga jantan yang terbungkus tersebut.
 Apabila bunga betina yang dipilih telah siap serbuki, yaitu pada tongkol
yang telah keluar rambut diujungnya, maka persilangan sudah dapat

dilaksanakan.
 Persilngan dilakukan dengan cara memindahkan bunga jantan (serbuk sari)
ke bunga betina (putik) dengan meletakkan serbuk sari pada rambut tongkol
(C).
 Tutup kembali tongkol yang telah diserbuki. Tulis dan gantungkan label
persilangan pada tongkol tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN PERSILANGAN
a. KEDELAI
Tetua
Persilangan

Jumlah bunga
yang disilang

Jumlah
persilangan
membentuk

polong

Persentase
keberhasilan

Jumlah biji per
polong

X

15 Bunga

14

93.33 %

3

b. JAGUNG
No Tetua persilangan

1
2

J1 + J3
J3 + J1

Panjang tongkol

Diameter Tongkol

19,75 cm
19 cm

3,46 cm
3,1 cm

Panjang tongkol
Bernas
7,5 cm
8,25


Jumlah
biji
67
15

c. CABAI
Tetua
Persilangan

Jumlah bunga
yang disilang

Jumlah
persilangan
membentuk
polong

Persentase
keberhasilan


Jumlah biji per
polong

CxA

15 Bunga

14

93.33 %

3

4.2 PEMBAHASAN
Tanaman menyerbuk sendiri yang kami silangkan pada praktikum ini adalah tanaman
kedelai. Tujuan utama pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri adalah sifat unggul dari tanaman
homozigot, kecuali untuk varietas hibrida (heterozigot).
Persilangan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Tetua dari persilangan yang
kami ambil adalah tetua dengan varietas impor dan varietas lokal. Persilangan dilakukan pada
tanaman yang terletak paling pinggir dari petakan lahan yang digunakan dalam praktikum.
Pada saat pelaksanaan persilangan dilakukan kami sering mengalami kendala karena pada
pagi hari sering datang hujan sehingga yang dapat kami silangkan hanya beberapa saja. Dalam
menyilangkan sangat diperlukan ketelitian yang sangat besar karena apabila dalam menyilangkan
tergesa-gesa akibatnya bunga akan lepas dari tangkainya dan persilangan akan gagal dilaksanakan

dan harus menunggu bunga yang akan mekar lagi pada keesokan harinya. Ketelitian dalam
menyilangkan juga sangat berpengaruh atas keberhasilan persilangan itu, bunga yang disilangkan
harus impor di silangkan dengan lokal atau untuk kelompok lain yang harus di silangkan adalah
varietas lokal dengan impor.
Pada pertumbuhannya menjadi polong memakan waktu beberapa minggu. Pada minggu
pertama bunga yang disilangkan tampak layu tetapi pada keesokan harinya akan segar kembali.
Bunga yang berhasil disilangkan akan membentuk polong, pada pengamatan yang kami lakukan
polong yang terbentuk berisi rata-rata 3 biji perpolong, walaupun ada sebagian kecil yang jumlah
biji perpolongnya mencapai 4. Pada saat pengamatan terakhir dilakukan biji dalam polong belum
terlalu tua tetapi sudah bisa di panen.
Tanaman jagung J1 dan J3 diperoleh hasil pada persilangan tersebut panjang tongkol
bernasnya 7,5 cm dan jumlah bijinya 67. Sedangkan pada persilangan J3 + J1 panjang tongkolnya
19 cm dan diameter tongkol 3,1 cm jumlah bijinya 15. Persilangan jagung ini dilakukan dengan
cara memotong tongkol yang belum keluar rambutnya  2 cm, kemudian ditutup dengan
menggunakan kantong plastik. Selanjutnya menutup bunga jantan dengan tujuan supaya serbuk
sarinya tidak berjatuhan. Setelah rambut betina muncul penyerbukan dapat dilakukan dengan
menepukkan serbuk sari ke kepala putik dan ditutup selam 1 hari agar supaya serbuk sari yang
lain tidak ikut menyerbuki kepala putik tersebut.
Hasil persilangan jagung terlihat jumlah biji yang dihasilkan tidak rata atau tongkol yang
bernas sedikit, hal ini menunjukkan serbuk sari pejantannya sedikit yang berhasil membuahi
putik. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pemulia dan faktor lingkungan yang mempengaruhi.

BAB V
KESIMPULAN
Adapun yang dapat kami simpulkan dari praktikum yang belangsung ini adalah :


Keberhasilan dalam melakukan persilangan sangat dibutuhkan ketelitian yang tinggi.



Dalam menyilangkan tanaman harus diketahui terlebih dahulu mana tetua yang akan
disilangkan.



Keberhasilan persentase yang diperoleh pada saat praktikum ini adalah sebesar
93.33% ini menunjukkan hampir seluruh kedelai yang kami silangkan berhasil dan ini
merupakan hasil yang sangat memuaskan, keberhasilan ini tampak pada bunga yang
disilangkan akan membentuk polong.



Pada persilangan jagung Persentase keberhasilannya 100 %, tetapi biji yang terbentuk
sangat sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
Allard, RW. 1995. Pemuliaan Tanaman. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. Bengkulu.
Anonim. 2004. Bahan Ajar Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Bengkulu.
Poespodarsono, Soemardjo. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMULIAAN TANAMAN
Tehnik Persilangan Pada Tanaman Menyerbuk
Sendiri dan Menyerbuk Silang

Oleh :
Nama
NPM
Dosen

Co-ass

: Arie Ondoro
: E1J008018
: Dwi Wahyuni G.
Dotti Suryati
Mohamad Chozin
Muhamad Taufik
Alnopri
: Yelvi Eka P.
Windri

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU

2011

ACARA V
KERAGAMAN GENOTIPE DAN HERETABILITAS
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Pengetahuan tentang besarnya keragaman genotipe dalam suatu populasi merupakan modal
penting dalam program pemuliaan tanaman, karena keragaman genotipe mencerminkan besarnya
potensi dan kecepatan dari populasi tersebut untuk menerima perbaikan. Populasi dengan
keragaman genotipe rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif
homogen sehingga seleksi untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat
menentukan besarnya kergaman genotipe suatu populasi perlu diketahui komponen-komponen
yng menyusun keragaan individu tanaman penyusun populasi.
Keragaan yang dapat diamati pada suatu individu tanaman merupakan perwujudan dari
faktor genetis yang menjadi ciri bawaan dari tanaman tersebut (genotipe) dan faktor lingkungan
yang menjadi tempat tumbuhnya. Secara sederhana hubungan tersebut dapat dilambangkan
sebagai berikut :
P=G+E
Dimana P adalah keragaman yangdapat diamati (fenotipe), G adalah ciri genetis tanaman
(genotipe) dan Enviroment adalah lingkungan. Oleh karena hanya P yang dapat diukur secara
langsung maka untuk mengetahui besarnya G dan Enviroment diperlukan penguraian. Penguraian
fenotipe menjadi komponen G dan Enviroment tidak mungkin dilakukan berdasarkan pengamatan
langsung individu tanaman, karena G maupun Enviroment tidak dapat diamati secara langsung.
Karena itu penguraian perlu dilakukan berdasarkan populasi tanaman dan hubungan diatas
menjadi :

2 P = 2 G + 2 E
dimana 2 P adalah keragaman fenotipe, 2 G adalah keragaman genotipe dan 2 E adalah
keragaman lingkungan. Jika populasi tanaman tersebut ditumbuhkan pada kondisi lingkungan
yang homogen, maka pengaruh lingkungan akan sama pada seluruh anggota populasi. Dengan
demikian jika terdapat keragaman dalam populasi maka keragaman tersebut jelas karena
2

2

perbedaan ciri genetis dari anggota penyusun populasi. Dengan kata lain jika  E = 0 maka  P
2

=  G. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang benar-benar homogen

bukan merupakan hal yang mudah sehingga untuk dapat menguraikan keragaman fenotipe
menjadi komponen yang diperlukan teknik analisis.
Teknik analisis yang paling banyak digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman atau tujuan
diatas adalah teknik analisis varians yang diikuti dengan penguraian komponen varians.
Berdasarkan analisis varians tersebut dapat diketahui besar dan kebermaknaan genotipe, namun
belum diketahui besarnya sumbangan keragaman genotipe tersebut terhadap keragaman
fenotipenya. Oleh karena itu, ada satu parameter genetis yang masih perlu ditaksir, yaitu
heretabilitas ( h2 ) atau daya waris (dalam hal ini adalah heretabilitas dalam arti luas).
Heretabilitas merupakan nilai relatif yang menunjukkan besarnya sumbangan keragaman
genotipe dan dapat dinyatakan sebagai berikut :
H2 = 2 P

2 P
nilai h2 menunjukkan besarnya potensi dari populasi untuk menerima perbaikan dan memiliki
nilai antara 0 dan 1, jika h 2 = 1 berarti bahwa keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena
adanya perbedaan genotipe, sebaiknya jika h 2 = 0 berarti keragaman fenotipe seluruhnya timbul
karena pengaruh lingkungan yang beragam. Kriteria heretabilitas : 0 – 20 (rendah) ; 20 – 50
(sedang) ; >50 (tinggi).
1.2. Tujuan
 Mempelajari cara penafsiran besarnya keragaman genotipe dan heretabilitas arti luas dari
sifat-sifat tanaman.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Besar kecilnya nillai pemuliaan ini erat hubungannya dengan kemampuan tanaman
untuk perbaikan sifat melalui seleksi tanaman itu serta tanaman keturunan generasi
selanjutnya. Bila pada populasi diketahui adanya pengaruh genotipa yang berbeda
diantara tanaman maka akan merupakan bahan yang baik pada program seleksi. Makin
tinggi perbedaan nilai genotipa berarti seleksi akan makin efektif sedangkan pengaruh
lingkungan mempunyai arti terutama pada kepentingan praktis.
Untuk dapat menaksir peran genotipa dan lingkungan ini dapat dihitung melalui
keragaman fenotipa pada suatu populasi. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka
keragaman fenotipa merupakan jumlah dari keragaman yang disebabkan genotipa dan
keragaman yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan.oleh karena yang ingin diketahui
terutama tentang pengaruh genotipa maka yang perlu dihitung hanya ratio keragaman
genotipa terhadap keragaman fenotipa.
Jadi heretabilitas dapat diartikan proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh
sifat menurun. Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menaksir nilai
heretabilitas. Pemilihan metode tergantung pada cara perkembangbiakan tanaman yang
dipelajari, apakah secara vegetatif, menyerbuk sendiri atau menyerbuk silang.
Heretabilitas yang disebutkan terdahulu dapat dikatakan mempunyai arti luas,
karena mempelajari keragaman genotipa yang berarti pengaruh semua gen dilibatkan
secara bersama-sama. Sedang dalam meningkatkan sifat tanaman sering ingin diketahui
adanya kegiatan gen-gen tertentu yang mempengaruhi perbaikan sifat yang diinginkan.
Pada suatu persilangan dengan adanya penyatuan gen dari tetua yang berbeda, timbul
suatu interaksi antara gen itu sehingga memberikan nilai tambah pada sifat yang
dikendalikannya. Nilai tambah inilah yang penting artinya dalam memperbaiki sifat yang
dimaksud.

BAB III
METODELOGI
3.1. Bahan dan Alat
Bahan : Benih kedelai 10 genotipe, pupuk kandang, Urea, TSP,KCL,Furadan 3G,
Thiodan.
Alat

: tali rafia, meteran, cangkul, tugal, koret, gembor, label.

3.2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman sampel untuk sifat-sifat berikut kecuali umur
bunga:
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman
tertinggi.
2. umur berbunga (hari), diamati setelah satu bunga muncul dibatang utama, dan
dihitung umur sejak tanam hingga 50% dari tiap petak sudah berbunga.
3. jumlah cabang primer, dihitung sebagai jumlah cabang yang terdapat pada batang
utama, termasuk cabang dengan satu buku.
4. jumlah buku subur (buku yang menghasilkan polong), semua buku yang
menghasilkan polong, baik pada batang utama maupun pada cabang.
5. jumlah dan bobot polong pertanaman (gr), diukur dalam bentuk polong basah
setelah panen.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
a. Tinggi tanaman
perlakuan
1
2
3
4
5
6

Fk 

1
117.75
132
77.25
143
162.5
150
782.5

ulangan
2
113
180
157.5
81.25
172
175.75
879.5

3
128.25
182
134
60.25
125
141.75
771.25

Total

rata-rata

359
494
368.75
284.5
459.5
467.5
2433.25

119.6667
164.6667
122.9167
94.83333
153.1667
155.8333
811.0833

( x ) 2
= 328,928.09
gr

Jk p

= (359 2 + 4942 + … + 467.52) – Fk
= 10,915.35

Jk total

= (117.752 + 1132 + … + 141.752) – Fk
= 21,608.85

Jk Kelompok

=

782.5 2  879.5 2  771.25 2
 Fk
5

= 1,180.76
Jk galat

= JK total – Jk p – JK Kelompok
= 9,512.27

Tabel Anava
sk

db

p

5

galat

10

KELOMPOK

2

jk
10,915.
35
9,512.
74
1,180.
76

TOTAL

17

21,608.85

kt
2,183.
07
951.
27
590.
38

f hit

f5%

2.29

3.325835

0.62

fk
328,928.
09

b. Diameter Batang

perlakuan
1
2
3
4
5
6

Fk 

1
1.74
1.84
1.19
2.107
1.6175
1.3
9.7945

ulangan
2
1.48
1.61
1.42
1.8125
1.89
1.35
9.5625

3 total
rata-rata
1.675
4.895 1.631667
3.17
6.62 2.206667
1.69
4.3 1.433333
1.82 5.7395 1.913167
1.91 5.4175 1.805833
1.275
3.925 1.308333
11.54 30.897
10.299

( x ) 2
= 53.03
gr

Jk total

= (1.742 + 1.482 + … + 3.9252) – Fk
= 3.32

Jk p

= (4.895 2 + 6.622 + … + 3.9252) – Fk
= 1.62

Jk Kelompok

=

9.7945 2  9.5625 2  11 .54 2
 Fk
6

= 0.39
Jk galat

= Jk total – Jk p – J Kelompok
=1.30

Tabel Anava
sk

db

jk

kt
1.

p

5

62

galat

10

30

KELOMPOK

2

39

TOTAL

17

32
1.

c. Jumlah Daun
perlakuan

ulangan

49
0.
0.

19

f5%

fk

3.325835

03

2.

13
0.

3.32

f hit
0.

1.
49

53.

1
2
3
4
5
6

Fk 

1
9.5
10.75
9
13
11.75
8.75
62.75

2
8.75
12.75
10.5
11.75
12
9
64.75

3 total
rata-rata
9.5
27.75
9.25
12.5
36
12
12
31.5
10.5
10.5
35.25
11.75
11.75
35.5 11.83333
7.75
25.5
8.5
64
191.5 63.83333

( x ) 2
= 2,037.35
gr

Jk total

= (9.52 + 8.752 + … + 7.752) – Fk
= 44.40

Jk p

= (27.75 2 + 362 + … + 25.52) – Fk
= 33.11

Jk Kelompok

62.75 2  64.75 2  64 2
 Fk
=
6

= 0.34
Jk galat

= JK total – Jk p – JK Kelompok
= 10.95

Tabel Anava
sk

db

jk

kt

p

5

.11

galat

10

.95

KELOMPOK

2

.34

TOTAL

17

44.40

33

6
.62

10

f5%
6

.05

3.325835

1
.10

0

4.2 PEMBAHASAN

f hit

0
.17

0
.16

fk
2,037.
35

Dari hasil pengamatan kami memperoleh data tentang tinggi dan jumlah cabang
tanaman. Heretabilitas disini digunakan untuk mengetahui apakah pada sesuatu populasi
terdapat keragaman genetik atau tidak. Heretabilitas juga digunakan sebagai labgkah
awal pada pekerjaan seleksi terhadap populasi yang bersegregasi. Populsi dengan
heretabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya dengan heretabilitas
rendah masih harus dinilai tingkat rendahya ini, yaitu bila terlalu rendah, hampir
mendekati 0, berarti tidak akan banyak berarti pekerjaan seleksi tersebut.
Berdasarkan penelitian –penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa sifat kuantitatif
umumnya cenderung mempunyai heretabilitas tinggi, sebaliknya sifat kuantitatif
mempunyai heretabilitas rendah. (Soemardjo, Poespodarsono. 1988). Hal ini dapat
dimengerti berdasarkan uraian terdahulu bahwa sifat kualitatif dikendalikan oleh gen
sederhana, sehingga penampakkan sifat tidak terlalu dikaburkan oleh lingkungan. Bila
terdapat keragaman sifat kualitatif pada suatu populasi terpancar pula keragaman genetik
untuk sifat itu.
Oleh karena heretabilitas berkaitan dengan keragaman genetik populasi, maka
analisis ini lebih banyak mempunyai arti pada tanaman menyerbuk silang yang hampir
selalu berbeda genotipenya diantara tanaman.
Data tinggi tanaman dapat dilihat analisisnya bahwa nilai heretabilitasnya rendah
sedangkan untuk data jumlah cabang hasil analisis menunjukkan nilai heretabilitas yang
lebih besar di bandingkan dengan tinggi tanaman, jumlah cabang ini masuk pada kategori
heretabilitas yang sedang.

BAB V
KESIMPULAN
Adapun yang bisa kami simpulkan dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut :


Heretabilitas digunakan untuk mengetahui apakah pada sesuatu populasi
terdapat
keragaman genetik atau tidak.

 Sifat kuantitatif umumnya cenderung mempunyai heretabilitas tinggi, sebaliknya
sifat kuantitatif mempunyai heretabilitas rendah.
 Populsi dengan heretabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya
dengan heretabilitas rendah masih harus dinilai tingkat rendahya ini, yaitu bila
terlalu rendah, hampir mendekati 0, berarti tidak akan banyak berarti pekerjaan
seleksi tersebut.

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN
KERAGAMAN GENOTIPE DAN HERETABILITAS

Oleh :
Nama
NPM
Dosen

Co-ass

: Arie Ondoro
: E1J008018
: Dwi Wahyuni G.
Dotti Suryati
Mohamad Chozin
Muhamad Taufik
Alnopri
: Yelvi Eka P.
Windri

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65