UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR S

UPAYA MENINGKATKAN
KONSENTRASI BELAJAR SISWA
http://nataliapranata.blogspot.co.id/2016/12/upaya-meningkatkankonsentrasi-belajar.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah proses interaksi antara individu dengan sumber
belajar yang menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Slameto (2003: 2).
Pada dasarnya tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar adalah agar siswa
menguasai materi pelajaran sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
Namun ketika dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, banyak pelajar yang
menganggap jika ruang kelas merupakan sebuah penjara yang tidak
menyenangkan. Sehingga siswa menganggap belajar sebagai beban dan merasa
tidak nyaman dalam belajar.
Kegiatan belajar mengajar di kelas tak dapat dipisahkan dari sosok guru.
Peranan guru sebagai fasilitator dan juga motivator, menjadi hal yang sangat
penting dalam berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Dan proses
belajar mengajar yang efektif itu sendiri memerlukan konsentrasi belajar dari
peserta didik.
Konsentrasi belajar merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam

menyerap ilmu yang disampaikan guru pada saat kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas. Konsentrasi belajar menurut Femi Olivia (2008: 40) adalah
pemusatan pikiran, atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh
seorang siswa selama periode belajar. Konsentrasi belajar dapat ditunjukkan oleh
beberapa hal di antaranya fokus pandangan, adanya perhatian, kemampuan
menjawab, bertanya, dan sambutan psikomotorik yang baik, namun banyak siswa
yang kehilangan konsentrasi belajar ketika proses pembelajaran berlangsung.
Maka dari itu karya ilmiah ini akan membahas upaya apa saja yang dapat kita
lakukan, terutama bagi para guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi belajar?
2. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dalam meningkat konsentrasi belajar siswa?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu konsentrasi belajar.
2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
konsentrasi belajar siswa.
 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini, supaya kita mengetahui upaya apa saja yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar, sehingga para
pendidik ataupun calon pendidik dapat mengaplikasikannya dalam proses belajar
mengajar di kelas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsentrasi
Konsentrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “Pemusatan
perhatian atau pikiran pada suatu hal.”
Konsentrasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses, dimana seluruh
pikiran dan perasaan terfokus sepenuhnya pada objek atau kegiatan tertentu,
sehingga otak akan reflek mengesampingkan hal-hal lainnya, hanya objek yang
merupakan target konsentrasilah yang menjadi fokus utama.
Konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan dan
menjaga pikiran terhadap suatu hal. Dengan kata lain, kegiatan tersebut dilakukan

secara sadar dan tidak ada paksaan. Ketika seseorang sedang berkonsentrasi,
objek yang difokuskan hanya objek yang menjadi target utama konsentrasi,
sehingga informasi yang diperoleh hanyalah informasi yang telah dipilih. Fokus
yang ditajamkan meningkatkan kemungkinan seseorang dapat menyerap dan
memahami informasi yang didapat.
Ada tiga hal yang menyebabkan sulitnya seseorang untuk berkonsentrasi,
yaitu:
1. Faktor Eksternal yaitu lingkungan, sebagian besar orang akan merasa kesulitan
untuk berkonsentrasi ketika mereka berada di lingkungan yang bising.

2. Faktor Internal, adanya gangguan perkembangan otak dan hormon yang
menyebabkan seseorang memiliki pikiran yang lamban sehingga dalam
berkonsentrasi-pun lamban.
3. Faktor Psikologis, seseorang yang tertekan atau sedang memiliki beban dalam
pikirannya cenderung mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi.
B. Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu
kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar

merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya.
Sedangkan menurut James Patrick Chaplin (Dictionary of Psychology
1985). Belajar dibatasi dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama Belajar
adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
latihan dan pengalaman. Rumusan kedua Belajar ialah proses memperoleh
respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of
Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada
dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan
terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan
serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Singkatmya, belajar merupakan proses atau usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dibedakan
dalam dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
factor fisiologis dan faktor psikologis.
 Faktor Fisiologis: keadaan fokus jasmani, dan keadaan fungsi jasmani.
 Faktor psikologis: kecerdasan siswa, motivasi, minat, ingatan, bakat, konsentrasi
belajar, rasa percaya diri, dan cita-cita.

b. Faktor Eksternal
 Lingkungan sosial: Lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat,
dan lingkungan sosial keluarga.
 Lingkungan non sosial: Lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, serta
faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Jika di dalam kegiatan belajar siswa mengalami masalah atau hambatan
dengan faktor-faktor di atas, maka sudah dapat dipastikan bahwa konsentrasi
belajar siswa akan terganggu dan siswa tidak akan fokus dalam menerima
pelajaran.


BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar menurut Femi Olivia (2008: 40) adalah pemusatan
pikiran, atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang
siswa selama periode belajar.
Konsentrasi belajar adalah suatu aktivitas untuk membatasi ruang lingkup
perhatian seseorang pada satu objek atau satu materi pelajaran (Benjamin, dalam
Hartanto, 1995 ).
Harahap (dalam Sari D.P. 2006) mendefinisikan konsentrasi belajar
sebagai suatu pemusatan, penyatuan, pernyataan adanya hubungan antara bagianbagian dalam pelajaran atau lebih.
Liang Gie (dalam Hartanto. 1995) yang menyimpulkan bahwa konsentrasi
belajar adalah pemusatan perhatian atau pikiran dengan mengesampingkan hal-hal
lain yang tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang dipelajari.
Alim (2008) menyebutkan bahwa konsentrasi belajar anak adalah
bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga
pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu.
Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa, konsentrasi belajar yaitu,
pemusatan perhatian, pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang sedang
dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan dengan objek yang

sedang dipelajari. Tujuan dari konsentrasi belajar sendiri adalah agar siswa lebih
fokus dan lebih mudah dalam menerima dan menangkap pelajaran yang diberikan
oleh guru, sehingga kemampuan berpikir dan pengetahuan siswa pun akan
meningkat.

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar







Menurut Veenstra (dalam Sari, 2006) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain:
Faktor Usia. Kemampuan untuk konsentrasi ini ikut tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usia individu.
Fisik. Kondisi sistem saraf (neurogical system) mempengaruhi kemampuan
individu dalam menyeleksi sejumlah informasi dalam kegiatan perhatian.
Faktor pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman turut

berperan dala usaha memusatkan perhatian pada objek yang belum bisa dikenali
polanya sehingga pengetahuan dan pengalamn individu dapat memudahkan untuk
berkonsentrasi.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain
suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.

2. Indikator Konsentrasi Belajar
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator konsentrasi
belajar adalah sebagai berikut:
a) Perilaku kognitif, ditandai dengan:
 Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.
 Komprehensif dalam penafsiran informasi.
 Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.
 Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.
b) Perilaku afektif, ditandai dengan:
 Perhatian pada materi pelajaran.
 Merespon bahan yang diajarkan.
 Mengemukakan suatu ide.
c) Perilaku psikomotor, ditandai dengan:
 Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru.

 Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh
arti.
 Adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.
3. Fakor-faktor Penyebab Kesulitan Konsentrasi Belajar
 Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.
 Perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, dan takut.
 Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
 Kondisi kesehatan jasmani.
 Bersifat pasif dalam belajar.
 Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.
4. Keuntungan Jika Siswa Dapat Berkonsentrasi Dalam Kedigatan Belajar
Mengajar










Siswa akan lebih mudah dan cepat menguasai materi ajar yang disampaikan oleh
guru.
Siswa yang konsentrasi dalam belajar merupakan salah satu tanda bahwa ia
sedang aktif belajar.
Menambah semangat/motivasi bagi siswa untuk lebih aktif beraktifitas dalam
belajar.
Memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Suasana belajar menjadi yang semakin kondusif.
Memudahkan siswa mendapatkan pengalaman yang baru.
Munculnya hal-hal yang positif (misalnya tidak mau menghayal) dalam diri
siswa.

B. Upaya meningkatkan Konsentrasi Belajar
Malas belajar yang dialami para siswa biasanya disebabkan oleh adanya
kurang kemampuan siswa dalam berkonsentrasi. Karena tidak adanya konsentrasi
ini membuat siswa sulit menguasai apa yang dibaca atau dipelajarinya. Akibatnya,
siswa mudah bosan, putus asa, dan enggan untuk belajar lagi. Oleh karena itu guru
sebaiknya mengetahui pasti apa saja yang harus dilakukan dalam menghadapi
konsentrasi belajar siswa yang kadangkala mudah sekali goyah. Di awal pelajaran

bisa saja siswa focus mengikuti pelajaran di dalam kelas dan fokus
memperhatikan materi yang sedang disampaikan oleh gurunya, namun ada
beberapa hal yang bisa membuat siswa menjadi kehilangan konsentrasi belajar,
misalnya ketika ditengah-tengah pelajaran siswa merasa bosan, sehingga timbul
keinginan untuk mengobrol dengan teman sebangku, atau bahkan siswa
mengantuk dan tertidur di kelas. Bisa juga siswa merasa bosan dan malas di awal
pelajaran namun bisa fokus mengikuti pelajaran ketika di tengah-tengah pelajaran
sedang berlangsung.
Hamalik (1995:50), Konsentrasi belajar dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Cara-cara tersebut dapat dilakukan
dengan meningkatkan hal-hal yang mempengaruhi konsentrasi belajar.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru yaitu :
1. Memberikan Motivasi kepada siswa
2. Membuat bahan pelajaran menjadi lebih menarik sehingga mudah dipahami oleh
siswa dan juga memberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan pelajaran yang
sedang dibahas.
3. Mempersiapkan alat bantu belajar.
4. Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.
Menurut kajian yang saya lakukan terhadap beberapa buku dan jurnal,
saya menyimpulkan bahwa, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan konsentrasi belajar siswa, yaitu diantaranya:
1. Lingkungan Belajar Kondusif

Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil
belajar secara optimal. Lingkungan kelas yang kondusif bisa dilakukan dengan
membuat ruang kelas menjadi bersih, rapih, indah, dan penyusunan bangku yang
teratur. Intinya, untuk membuat suasana yang kondusif, ruang kelas yang
digunakan untuk belajar haruslah dibuat seyaman mungkin untuk para siswa.
Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan
mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan asset penting untuk
belajar. Peserta didik dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal,
baik secara fisik maupun mental.
Menciptakan ruang belajar yang kondusif untuk membangun sugesti.
Misalnya, memasang musik latar di dalam kelas. Untuk ruangan kelas kita harus
memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur,
seperti meja, kursi, tujuannya adalah untuk menciptakan suasana yang
menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Karena keadaan santai dapat
mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu
belajar dengan sangat mudah.
2. Bermain Game Dalam Pembelajaran
Proses belajar yang menyerupai permainan akan membuat pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan tidak terlalu membosankan.
Bermain menciptakan keadaan emosional positif yang sangat kuat, guru
bisa merancang materi yang sulit dalam bentuk permainan, terutama untuk anakanak yang secara umum aktif atau sedikit hiperaktif (Dunn & Dunn, 1992,1993).
Guru bisa mengikuti gaya belajar yang disukai anak-anak secara umum,
sehingga guru bisa mengenali kebutuhan gaya belajar setiap anak dan membantu
siswa menggunakannya untuk lebih mengendalikan pembelajaran mereka.
Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa (2009), olahraga dan latihan
pada Brain Gym dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan
konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk
melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan. Brain Gym juga dapat
meningkatkan kemampuan belajar tanpa batasan umur (Ayinosa, 2009).
Brain Gym dilakukan dengan cara menstimulasi gelombang otak melalui
gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki seperti
gerakan Hooks-up (kait rileks), gerakan silang, saklar otak, titik positif, Lazy 8,
menguap berenergi, pengisi energi, luncuran gravitasi, tombol angkasa
dan pasang telinga dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Hal
tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar dan pemusatan perhatian atau
konsentrasi anak karena seluruh bagian otak digunakan dalam proses belajar
dan berkonsentrasi.
Selain Brain Gym, terdapat beberapa permainan ringan yang bisa
dilakukan guru dalam membantu siswa melatih konsentrasinya. Ketika guru
masuk ke dalam kelas, guru harus bisa melihat suasana dan kondisi para siswa di
kelas, jika siswa lemas dan tidak bersemangat, guru bisa menggunakan permainan
sebelum pelajaran dimulai, permainan dapat membuat siswa menjadi lebih
bersemangat dan juga melatih konsentrasi siswa. Atau ditengah-tengah jam

pelajaran ketika guru merasakan bahwa siswa bosan dan tidak fokus, guru bisa
mengajak siswa untuk bermain games ini. Permainan yang bisa dilakukan yaitu:

a) Katakan “DOR”
Pada permainan ini, guru mengajak seluruh siswa untuk duduk atau berdiri
dan membentuk lingkaran besar. Kemudian guru memberikan pengarahan pada
siswa untuk fokus dan berkonsentrasi. Siswa diminta untuk berhitung secara
bergatian ke arah kanan/kiri. Setelah semua siswa fokus, permainan dimulai
dengan mengurutkan angka, siswa kembali berhitung secara bergatian, dan
disetiap angka lima dan kelipatannya, siswa dilarang untuk menyebutkan angka
tersebut, melainkan harus menyebutkan kata ‘DOR’. Siswa yang tidak
mengucapkan kata ‘DOR’ atau telat mengucapkannya akan mendapat hukuman
yaitu menyingkir dari permainan, dan siswa yang masih bertahan akan
melanjutkan permainan sampai mendapatkan seorang pemenang.
b) Big Boss Berkata
Pada permainan ini guru akan berdiri di depan kelas dan meminta siswa untuk
focus dan memperhatikan. Dalam mempraktekkan permainan ini, guru akan
memberikan perintah pada siswa untuk memegang salah satu anggota tubuh
namun sang guru sendiri akan meracau dengan memegang anggota tubuh lain
yang tidak sesuai dengan apa yang diucapkan. Misalnya, guru memberikan
perintah “Big Boss berkata, pegang hidung” lalu sang guru akan memegang
telinga. Siswa yang salah yaitu siswa yang meniru sang guru memegang telinga,
dan siswa yang benar yaitu siswa yang mengikuti ucapan guru yang
memerintahkan untuk memegang hidung. Dari permainan ini dapat kita simpulkan
bahwa, siswa yang salah kurang berkonsentrasi dalam permainan dan tidak
memperhatikan perintah yang diminta, dan siswa yang benar adalah siswa yang
telah fokus dalam permainan dan sudah berkonsentrasi, sehingga ia tidak terkecoh
dan tetap focus pada perintah yang diberikan.
3. Musik Dalam Pembelajaran
Musik dan lagu memberi stimulasi yang cukup kuat terhadap otak,
sehingga mendorong perkembangan kognitif dengan cepat. Menyanyi atau
memainkan alat musik mengaktifkan otak kanan dan otak kiri.
Bobbi DePorter, dkk (1999) menyatakan bahwa music sekurangkurangnya bermamfaat untuk menata suasana hati, meningkatkan hasil belajar
yang diinginkan, dan menyoroti hal-hal yang penting.
Guru dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah
keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu
pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik juga dapat
membantu siswa masuk ke dalam situasi belajar yang optimal.
Dr. Georgi Lozanof mengatakan : “Relaksasi yang diiringi dengan musik
membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi”.

Menurut Dr. Lozanof musik yang paling membantu adalah musik klasik
sperti Bach, Handel, Pachebel, dan Vivaldi.
Selain itu, ada teori yang menyatakan bahwa dalam situasi otak kiri sedang
bekerja, seperti mempelajari materi baru, musik akan membangkitkan reaksi otak
kanan yang intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan
keseluruhan proses. Namun, justru otak kanan yang kreatif ini sering menganggu
otak kiri ketika sedang berpikir dan berkonsentrasi. Itulah sebabnya otak kanan
yang cenderung untuk terganggu selama belajar merupakan penyebab mengapa
seseorang kadangkala melamun dan memerhatikan pemandangan ketika anda
berniat untuk konsentrasi. Memasang musik adalah cara efektif untuk
menyibukkan otak kanan ketika sedang berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas
otak kiri.
4. Humor Dalam Pembelajaran
Humor dalam pembelajaran adalah komunikasi yang dilakukan guru
dengan menggunakan sisipan kata-kata bahasa dan gambar yang mampu
menggelitik siswa untuk tertawa. Sisipan humor yang diberikan dapat berbentuk
anekdot, cerita singkat, kartun, karikatur, peristiwa social, pengalaman hidup,
lelucon atau plesetan yang dapat merangsang terciptanya suasana riang, rileks,
dan menyenangkan dalam pembelajaran. Guru yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan humor di dalam kelas, dipastikan mampu mengurangi kecemasan
dan kebosanan peserta didik.
Secara garis besar terdapat empat mamfaat humor dalam pembelajaran,
yaitu : (1) membangun hubungan dan meningkatkan komunikasi antara guru dan
peserta didik, (2) mengurangi stress, (3) membuat pembelajaran menjadi menarik
sehingga siswa menjadi fokus dan berkonsentrasi pada pelajaran, dan (4)
meningkatkan daya ingat suatu materi pelajaran.
Treft & Blakeslee (2000) dalam studinya yang berhubungan dengan
pembelajaran perpustakaan, menemukan bahwa humor adalah salah satu cara
terbaik membuat materi pelajaran yang membosankan menjadi lebih menarik
bagi siswa dan para guru. Sudah pasti, jika siswa tidak merasakan bosan,
kemungkinan siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran-pun sangat besar.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu
kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju. Ada dua factor yang
memperngaruhi belajar, yaitu factor eksternal dan factor internal. Konsentrasi
belajar merupakan salah satu factor internal yang mempengaruhi belajar.
Konsentrasi belajar yaitu, pemusatan perhatian, pikiran dan perbuatan pada suatu
objek yang sedang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan
dengan objek yang sedang dipelajari. Konsentrasi belajar merupakan faktor
penentu keberhasilan siswa dalam menyerap ilmu yang disampaikan guru pada
saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Malas belajar yang dialami para siswa biasanya disebabkan oleh adanya
kurang kemampuan siswa dalam berkonsentrasi. Dalam proses belajar mengajar
tentu saja tidak dapat dipisahkan dari peran seorang guru. Oleh karena itu guru
harus memiliki pengetahuan mengenai cara apa saja yang dapat dilakukan supaya
para siswa tetap focus dalam mengikuti pelajaran, terutama cara untuk membuat
siswanya tetap beronsentrasi dalam belajar. Menurut saya ada beberapa hal yang
dapat guru lakukan dalam upaya meningkatkan konsentrasi belajar siswanya,
yaitu:1) Membuat ruang kelas menjadi kondusif; 2) Memainkan games singkat
yang bisa mengarahkan pikiran siswanya untuk berkonsentrasi; 3) Dengan
menggunakan music, namun tidak semua jenis music dapat dijadikan sebagai alat
meningkatkan konsentrasi; 4) Dan yang terakhir yaitu dengan menggunakan
humor.

B. Saran
Guru sebagai seorang pengajar dan pendidik hendaknya harus mengetahui
bagaimana keadaan siswanya ketika berada di dalam kelas, dan bagaimana
atmosfir di dalam kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung. Karena siswa
seringkali merasa bosan ditengah-tengah pelajaran ketika guru menyampaikan
materi pelajaran. Sudah pasti, guru harus memliki pengetahuan bagaimana cara
mengatasi kasus seperti itu. Ketika siswa bosan dalam mengikuti pelajaran, itu
merupakan salah satu ciri bahwa siswa telah kehilangan konsentrasi belajarnya.
Maka dari itu guru sebaiknya melakukan upaya untuk meningkatkan konsentrasi
siswanya, agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan focus dan siswa bisa
dengan mudah menangkap materi yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Barbara K. Given. 2007. Brain-Based Teaching. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fanny, R. (2009). Brain Gym Tingkatkan Potensi Seseorang.
(online).
Tersedia:http://kiatsehat.com/2009. (diakses tanggal 18 Mei 2016).
Hariyanto. 2010. Pengertian Belajar Menurut Ahli. (online). Tersedia
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/. (diakses: 15 Mei
2016).
Musbikin, Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar Ya…?.
Jogjakarta : DIVA Press.