Daya Saing Produk Unggulan Dalam Pembangunan Ekonomi di Kutacane Aceh Tenggara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Daya Saing Produk Unggulan

2.1.1 Pengertian Daya Saing
Pada umumnya seatu wilayah yang memiliki suatu produk akan berhasil
bila suatu produk yang dibuat memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain sehingga
memiliki nilai/harga yang tinggi. Maka dari itu banya produk yang dipasarkan
yang memiliki daya saing yang ketat serta dapat memenuhi syarat pengujian.
Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang
memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat
memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan
daerah dalam menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi
dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.
2.1.2 Dimensi Daya Saing dan Indikator Daya Saing
Dimensi daya saing suatu perusahaan yang dikemukakan oleh Muhardi
(2007:40) terdiri dari biaya (cost), kualitas (quality), waktu penyampaian
(delivery), dan fleksibilitas (flexibility).

Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator yaitu
biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan
persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya merupakan modal yang
mutlak dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan produksinya,
produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi perusahaan dan

7

Universitas Sumatera Utara

adanya cadangan produksi (persediaan) yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan
oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan tersebut.
Kualitas seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi adalah merupakan dimensi
daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator diantaranya
tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan produk, kecepatan
penyelesaian keluhan konsumen, dan kesesuaian produk terhadap spesifikasi
desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain produk atau layanannya,
tampilan produk yang baik adalah yang memiliki desain sederhana namun
mempunyai nilai yang tinggi. Jangka waktu penerimaan produk dimaksudkan
dengan lamanya umur produk dapat diterima oleh pasar, semakin lama umur

produk di pasar menunjukkan kualitas produk tersebut semakin baik. Adapun
daya tahan produk dapat diukur dari umur ekonomis penggunaan produk .
Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai
indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu
produksi, dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga indikator tersebut
berkaitan, ketepatan waktu penyampaian produk dapat dipengaruhi oleh ketepatan
waktu produksi dan lamanya waktu tunggu produksi.
Adapun fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi
berbagai indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan
menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.

8

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing adalah :
1. Lokasi
Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan pembeli
dan menjadi faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha yang

strategis akan menarik perhatian pembeli. Menurut Frans (2003:439) :
letak atau lokasi akan menjadi sangat penting untuk memenuhi
kemudahan pelanggan dalam berkunjung, konsumen tentu akan mencari
jarak tempuh terpendek. Walau tidak menutup kemungkinan konsumen
dari jarak jauh juga akan membeli, tapi persentasenya kecil.
2. Harga
Menurut Sunarto (2004:206) Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang
ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan
produk

atau

jasa

tersebut.

Harga

menentukan


apakah

sebuah

supermarket, minimarket, atau swalayan banyak dikunjungikonsumen
atau tidak. Faktor harga juga berpengaruh pada seorang pembeli untuk
mengambil keputusan. Harga juga berhubungan dengan diskon,
pemberian kupon berhadiah, dan kebijakan penjualan. Harga adalah nilai
suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Demi
mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya seorang
konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Bagi pelangggan yang
sensitif bias anya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting

9

Universitas Sumatera Utara

karena mereka akan mendapatkan value for moneyyang tinggi (Irawan,
2008:38).
3. Pelayanan

Program pelayanan/serviceseringkali menjadi pokok pemikiran pertama
seorang pengelola supermarket/minimarket. Pelayanan melalui produk
berarti konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk yang
ada, produk yang bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih
mengacu kepada kenyamanan peralatan (trolleyatau keranjang belanja),
tempat parkir yang nyaman, penerangan ruangan yang baik, juga
keramahan dari karyawan.
4. Mutu atau kualitas
Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat ditentukan
oleh kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Berkenaan dengan
kualitas produk,Muhardi dalam bukunya Strategi Operasi Untuk
Keunggulan Bersaing mengutip pendapat Adam dan Ebert yang
menyatakan : “product quality is the appropriateness of design
specifications to function and use as well as the degree to which the
product conforms to the design specifications”. Kualitas produk
ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi atau
kegunaan produk itu sendiri, dan juga kesesuaian produk dengan
spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila
perusahaan itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti sesuai
dengan kebutuhan pasarnya.


10

Universitas Sumatera Utara

5. Promosi
Semakin sering suatu supermarket/swalayan melakukan promosi,
semakin banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi
bisa dilakuka n melalui berbagai iklan baik di media cetak, elektronik,
maupun media lain. Sunarto (2004:298) mengatakan bahwa promosi
penjualan terdiri dari insentif jangka pendek untuk mendorong
pembelanjaan atau penjualan produk atau jasa, yang mana promosi
penjualan ini mencakup suatu variasi yang luas dari alat-alat promosi
yang didesain untuk merangsang respons pasar yang lebih cepat, atau
yang lebih kuat.
2.2

Sektor Unggulan Daerah
Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh


keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini
berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan
ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas
seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya:
pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi; kedua,
sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga,
sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan
maupun kebelakang; keempat, dapat juga diartikan sebagi sektor yang mampu
menciptakan nilai tambah yang tinggi (Sambodo dalam Usya, 2006).
Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah,inventarisasi potensi
wilayah/masyarakat/daerah mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan

11

Universitas Sumatera Utara

pola pengebangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu
langkah inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan
mengidentifikasi produk-produk potensial, andalan dan unggulan daerah pada
tiap-tiap sub sektor.

Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan
produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi
kesempatan

kerja,

mendatangkan

pemerintah,

memiliki

prospek

pendapatan
untuk

bagi

masyarakat


meningkatkan

maupun

produktivitas

dan

investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga
mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestic dan /atau menembus
pasar ekspor (Sudarsono, 2001).
Kriteria produk unggul menurut Unkris Satya Wacana salatiga, adalah
komoditi yang memenuhi persyaratan kecukupan sumberdaya local, keterkaitan
komoditas, posisi bersaing dan potensi bersaing. Dari kriteria ini memunculkan
pengelompokkan komoditas berikut:
a. Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi untuk
berkembang karena keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif terjadi
misalnya karena kecukupan ketersediaan sumberdaya, seperti bahan baku local,
keterampilan sumberdaya local, teknologi produksi local serta sarana dan

prasarana local lainnya.
b. Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat
dipersandingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping
memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi.

12

Universitas Sumatera Utara

Efisiensi usaha itu tercermin dari efisiensi produksi, produktivitas pekerja,
profitabilitas dan lain-lain.
c. Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif,
karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain.
Keunggulan kompetitif demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya
yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok,
pembeli, serta daya saignya yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru
maupun barang substitusi. Menurut direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Depdagri, bahwa berdasarkan Surat Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA
tanggal 7 Desember 1999, ditentukan kriteria kooditas unggulan sebgai berikut:
1. empunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian,

industri, dan jasa.
2. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga
yang kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri
maupun global
3. Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga
kerja setempat)
4. Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak,
stabil, dan berkelanjutan.
5. Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik
dalam kemasan maupun pengolahannya
6. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan
pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat

13

Universitas Sumatera Utara

7. Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak
merusak budaya setempat.
2.3

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran mengenai dampak kebijakan

pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan
ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor
ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui
keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang (Sirojuzilam: 2015).
Salah indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian
wilayah adalah perumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah
satu tujuan penting yang harus dicapai dalam setiap kebijakan ekonomi yang
direncanakan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan disertai dengan
pemerataan pembangunan, sehingga akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas hidup masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan akan dapat
meningkatkan pendapatan perkapita akan mendorong aktivitas ekonomi, karena
permintaan yang meningkat sebagai akibat dari peningkatan daya beli masyarakat,
dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Boediono (1999) pertumbuhan ekonimi adalah proses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses tersebut, karena

proses mengandung unsur dinamis. Para teoritis ilmu ekonomi pembangunan
hingga sekarang, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep
pertumbuhan ekonomi. Para teoritisi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan

14

Universitas Sumatera Utara

ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga
diberi bobot yang immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan
dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas.
Todaro (2008) menyatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama
dalam pertumbuhan ekonomi di setiap negara adalah :
1.

Akumulasi modal (capital accumulation ), meliputi semua jenis investasi baru
yang ditanamkan pada pabrik baru, tanah, peralatan fisik dan pembinaan
sumber daya manusia juga dapat meningkatkan kualitasnya, sehingga pada
akhirnya akan membawa dampak dampak positif yang sama terhadap angka
produksi. Akumulasi modal apabila sebagian dari pendapatan diinvestasikan
kembali dengan tujuan memperbesar output atau pendapatan pada masa yang
akan datang.

2.

Pertumbuhan penduduk (growth in population ) maksudnya adalah dengan
pertumbuhan penduduk diikuti oleh pertumbuhan tenaga kerja sebagai salah
satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Ini berarti dengan
pertambahan penduduk akan menambah jumlah produktivitas pertumbuhan
penduduk yang lebih besar akan menyababkan pertumbuhan pasar domestik
akan lebih besar, namun positif atau negatifnya pertumbuhan penduduk
dalam pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan
sistem perekenomian tersebut untuk menyerap setiap tambahan angkatan
kerja.

3.

Kemajuan

teknologi

(technological

progress)

merupakan

sumber

pertumbuhan ekonomi yang paling penting, karena dengan kemajuan

15

Universitas Sumatera Utara

teknologi akan ditentukan cara baru ataupun teknologi baru untuk
menggantikan cara-cara lama sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan cepat
Robert Solow dikutip oleh Todaro dan Smith (2006), mengembangkan
model pertumbuhan ekonomi yang disebut sebagai Model Pertumbuhan Solow.
Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut :
dimana Y adalah pendapatan domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan
modal manusia (akumulasi pendidikan dan pelatihan), L adalah tenaga kerja, dan
A merupakan produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara
eksogen. Faktor penting yang mempengaruhi modal fisik adalah investasi.
Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal (atau
persentase kenaikan GDP yang bersumber dari 1 persen penambahan modal fisik
dan modal manusia).
Arsyad (2005), menyebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan yang
dipopulerkan oleh ekonom Perroux menyatakan bahwa pertumbuhan tidak
muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di
beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan intensitas
yang berbeda. Inti teori dari Perroux adalah sebagai berikut :
1.

Dalam proses perubahan akan timbul industri unggulan yang merupakan
industri penggerak utama dalam pengembangan suatu wilayah. Karena
ketertarikan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri unggulan
akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat
dengan industri unggulan terse

16

Universitas Sumatera Utara

2.

Pemusatan industri pada suatu wilayah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi
yang berbeda antarwilayah sehingga perkembangan industri di wilayah
tersebut akan mempengaruhi perkembangan wilayah-wilayah lainnya.

3.

Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif
(industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri
yang tergantung dengan industri unggulan/pusat pertumbuhan. Wilayah yang
relatif maju/aktif akan mempengaruhi wilayah-wilayah yang relatif pasif.
Menurut Mankiw (2004) suatu negara memberikan perhatian lebih kepada

pendidikan terhadap masyarakatnya

cateris

paribus

akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya. Dengan kata
lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan
menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Apabila investasi tersebut dilaksankan secra relatif merata, termasuk terhadap
golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang.
2.4

Pertumbuhan ekonomi regional
Pembangunan derah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun

waktu tertentu suatu set variabel-variabel seperti produksi, penduduk, angkatan
kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor dalam daerah dibatasi secara
jelas. Laju pertumbuhan daerah-daerah dapat diukur menurut output atau tingkat
pendapatan yang berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran
jangka panjang.

17

Universitas Sumatera Utara

Menurut models Export-Base, pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh
eksploitas kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis eksport daerah yang
bersangkutan yang juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan eksternal dari
daerah-daerah lain. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan ekspor akan
mengakibatkan

berkembangnya

kegiatan-kegiatan

penduduk

setempat,

perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan-keuntungan eksternal, dan
perumbuhan regional lebih lanjut. Dengan demikian untuk meningkatkan
pertumbuhan suatu daerah memerlukan strategi pembagunan yang harus sesuai
dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidk harus sama dengan strategi
pembangunan pada tingkat nasional.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan
jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika
jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut
bertambah

besar

pada

tahun-tahun

berikutnya.

Indikator

keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat
secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah ( value added)
yang tercipta di suatu wilayah.
2.5

Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain: (Sadono

Sukirno, 2006:243-270).

18

Universitas Sumatera Utara

2.5.1 Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori o leh Adam Smit h, David Ricardo, Malthus, dan John
Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan
alam serta teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada
pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka
asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami
perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita den
gan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk optimal.
Menurut teori ini,pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan
kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah
maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi
produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa
pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.Pada keadaan
ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada
waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus
meningkat

melebihi

titik

optimal

maka

pertumbuhan

penduduk

akan

menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.
2.5.2 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Roy F.
Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Mereka
menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang
sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut

19

Universitas Sumatera Utara

teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes
melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Domar
melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Domar
didasarkan pada asumsi :
a) Perkonomian bersifat tertutup.
b) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.
c) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale).
d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk.
Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat
mencapai pertumbuhan yang kuat (steady growth)dalam jangka panjang. Asumsi
yang dimaksud di sini adalah kondisi dimana barang modal telah mencapai
kapasitas penuh, tabungan memiliki proposional yang ideal dengan tingkat
pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital Output
Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y = C + I).Atas dasar
asumsi-asumsi

khusus

tersebut,

Harrod-Domar

membuat

analisis

dan

menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh
kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi
syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :
g=K=n
Dimana :
g = Growth (tingkat pertumbuhan output)
K = Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

20

Universitas Sumatera Utara

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa
campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa
pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan
dalam sisi penawaran dan permintaan barang.
2.5.3 Teori Pertumbuhan Neo-klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970)
dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan
penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang
saling

berinteraksi.Perbedaan

utama

denganmodel

Harrod-Domar

adalah

dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, SolowSwan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya
substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat
adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow-Swan kurang
restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal
ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga
kerja.
Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat
menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak
mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga
sumber yaitu, akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan
peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan
teknik, sehingga produktivitas capital meningkat. Dalam model tersebut, masalah

21

Universitas Sumatera Utara

teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.
Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar
kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar
sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam ekonomi
model klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam
perdagangan, termasuk perpindahan orang, barang, dan modal. Harus dijamin
kelancaran arus barang, modal, dan tenaga kerja, dan perlunya penyebarluasan
informasi pasar. Harus diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang baik
dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Analisis lanjutan dari
paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang
mantap (steady growth ), diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh
keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.
2.5.4 Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan
mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
(enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah
ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja
tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.
Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi
tersebut, maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.
Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara. Kenaikan

22

Universitas Sumatera Utara

tersebut selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk
menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan bertambah.
Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu
perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin
berkurang, hal ini disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi
kebutuhannya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat
jalannya dan pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationary
state). Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan
pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu
dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan
klasik, keadaan tidak berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada
kondisi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.
2.6

Pendapatan Regional
Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat

dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Untuk
dapat mengukur seberapa jauh keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang
ekonomi salah satu alat yang dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan
ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan
regional. Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang
dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah
selama satu tahun (Sukirno, 1985:17). Sedangkan menurut Tarigan (2007:13),
pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah

23

Universitas Sumatera Utara

analisis. Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah
ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan
regional, diantaranya adalah:
1.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari
seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.
Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi ( output) dikurangi dengan
biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto
mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga,
sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi
dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor dan
kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha
yang tercakup dalam PDRB, yaitu:
a. Pertanian.
b. Pertambangan dan Penggalian.
c. Industri Pengolahan.
d.

Listrik, Gas dan Air Bersih.

e. Bangunan/Konstruksi.
f. Perdagangan, Hotel dan Restoran.
g.

Pengangkutan dan Komunikasi.

h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.

24

Universitas Sumatera Utara

i. Jasa-jasa.
2.

Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar. PDRN
dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan.
Penyusutan yang dimaksud di sini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan
nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lainlainnya) karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika
nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan,
hasilnya merupakan penyusutan keseluruhan.

3.

Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor. Jika
pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas Dasar Harga Pasar,
maka didapatkan Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi.
Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan
pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Perhitungan
pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan (Tarigan, 2007:24), yaitu:
1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach ).
Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan
menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang
diproduksi di dalam suatu wilayah. Total penyediaan barang dan jasa
dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta
yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap bruto (investasi), perubahan stok dan eskpor netto (ekspor-impor).
2. Pendekatan Produksi (Production Approach ).

25

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi
dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh
tiap-tiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk
menghitung pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi, maka
pertama-tama yang harus dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang
diciptakan oleh tiap-tiap sektor di atas. Pendapatan regional diperoleh
dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap
sektor.
3. Pendekatan Penerimaan (Income Approach).
Dengan cara ini pendapatan regional dihitung dengan menjumlahkan
pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi
barang-barang dan jasajasa. Jadi yang dijumlahkan adalah: upah dan gaji,
surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.
2.7

Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan kemampuan ekonomi nasional, dimana

keadaan ekonomi yang mula-mula relatif statis selama jangka waktu cukup lama,
untuk dapat menaikan dan mempertahankan laju pertumbuhan GNP-nya hingga
mencapai angka 5-7% atau lebih per tahun. Menurut Todaro & Smith (2003)
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai
pokok yaitu berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya, meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia, dan
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih yang merupakan salah satu
dari hak asasi manusia. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

26

Universitas Sumatera Utara

pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan rill per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang
disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
2.7.1 Indikator pembangunan ekonomi
Indikator pembangunan ekonomi diperlukan untuk mengukur kemanjuan
pembangunan ekonomi suatu negara. Manfaat utama dari indikator tersebut
adalah agar dapat digunakan untuk memperbandingkan tingkat kemajuna
pembangunan atau tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah atau negara
dan mengtahui corak pembangunan setiap wilayah atau negara.indikator-indikator
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Arsyad:2010:31)
1. Indikaor moneter
a. Pendapatan Per Kapita, merupakan indikator yang paling sering digunakan
sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara.
Pendapatn per kapita merupakan indikator atas kinerja perekonomian secara
keseluruhan. Pendapata per kapita adalah indikator moneter atas setiap
kegiatan ekonomi penduduk suatu negara.
b. Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih, indikator ini merupakan
penyempurna metode perhitungan GNP dalam upaya untuk memperoleh
suatu indikator pembangunan ekonomi yang lebih baik yaitu dengan
mengenal konsep Net Economic Welfare (NEW). Penyempurnaan metode
perhitungan GNP dilakukan dengan dua cara yaitu dengan koreksi postif
dan negatif. Koreksi positif ini mengharuskan untuk memperhatikan waktu
senggang dan perkembangan sektor ekonomi informal, sedangkan koreksi

27

Universitas Sumatera Utara

negatif berkaitan dengan masalah kerusakan lingkungan yang ditimbulkan
oleh kegiatan-kegiatan disektor produktif.
2. Indikator Non-Moneter
a. Indikator Sosial, indikator ini digunakan untuk mengelompokkan berbagai
studi mengenai metode untuk membandingkan tingkat kesejahteraan suatu
negara kedalam tiga kelompok yaitu kelompok yang membandingkan
tingkat kesejahteraan di beberapa negara dengan memperbaiki metode yang
digunakan dalam perhitungan pendapatan konvensional, dan kelompok yang
membandingkan tingkat kesejahteraan setiap negara berdasarkan pada data
yang tidak bersifat moneter seperti jumlah kendaraan bermotor, tingkat
elektrifikasi, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, dan
sebagainya.
b. Indeks kualitas hidup, dalam indikator ini ada tiga indikator utama yang
dijadikan acuan pada indeks ini yaitu indeks harapan hidup, indeks kematian
bayi, dan indeks melek huruf.
3. Indikator Campuran
a. Indikator

susenas

kesejahteraan

inti

rakyat

merupakan mengembangan

yang

meliputi

aspek

suatu

pendidikan,

indikator
kesehatan,

perumahan, angkatan kerja, keluarga berencana dan fertilitas, ekonomi,
kriminalitas, perjalanan wisata, akses ke media massa.
b. Indeks pembangunan manusia, yang diukur berdasarkan tiga indikator
sebagai acuannya yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan
pendapatan rill per kapita berdasarkan paritas daya beli.

28

Universitas Sumatera Utara

2.8

Konsep Basis Ekonomi
Pengertian ekonomi basis di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan

dinamis. Artinya pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan
sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sekor tersebut secara
otomatis menjadi sektor basis. Sektor basis bisa mengalami kemajuan ataupun
kemunduran.

Adapun

sebab-sebab

kemajuan

sektor

basis

adalah:

(1)

perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, (2) perkembangan
pendapatan dan penerimaan daerah, (3) perkembangan teknologi, dan (4) adanya
pengembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran
sektor basis adalah: (1) adanya perubahan permintaan di luar daerah, dan (2)
kehabisan cadangan sumberdaya.
Menurut Glasson (1977) semakin banyak sektor basis dalam suatu wilayah
akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut menambah permintaan
terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor
non basis. Dengan kata lain sektor basis berhubungan langsung dengan
permintaan dari luar, sedangkan sektor non basis berhubungan secara tidak
langsung, yaitu melalui sektor basis terlebih dahulu. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sekor basis merupakan penggerak utama dalam perekonomian
suatu wilayah.
Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah
atau lapangan kerja. Penggabungan lapangan kerja basis dan lapangan kerja non
basis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut.
Demikian pula penjumlahan pendapatan sektor basis dan pendapatan sektor non

29

Universitas Sumatera Utara

basis (Tarigan, 2005). Menurut Richarson (2001), konsep ekonomi basis pada
dasarnya pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah terjadi karena ada efek
pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui
penyediaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah dan dipasarkan keluar
wilayah.
2.9

Penelitian Terdahulu
Sebagai pelajaran dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan beberapa penelitian
terdahulu yang memiliki kemiripan dengan judul yang diambil peneliti. Penelitian
tersebut diantaranya :
1. Jurnal yang berjudul “Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian
Wilayah Kabupaten Bone Bolango Dengan Pendekatan Sektor
Pembentukan PDRB” oleh Fitri Amalia (2012) dengan hasil penelitian
sektor unggulan ekonomi di Kabupaten Bone Bolango sebagai
pertimbangan

perencanaan

pembangunan

ekonomi,

dengan

menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dapat di identifikasi
bahwa sektor pertanian, manufaktur, keuangan, penyewaan, dan jasa
perusahaan sebagai sektor basis di Bone Bolango. Hasil yang di dapat
menunjukkan bahwa sektor keuangan dan jasa dapat menjadi sektor
ekonomi unggulan di Bone Bolango.
2. Skripsi yang berjudul “Analisis Penentu Sektor Unggulan Perekonomian
Wilayah

Kabupaten

Aceh

Utara

Dengan

Pendekatan

Sektor

Pembentukan PDRB” oleh Fachrurrazy (2009) dengan hasil penelitian

30

Universitas Sumatera Utara

sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan
sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil analisis Location Quotient
(LQ)menunjukkan

sektor

pertanian,

sektor

pertambangan

dan

penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor pengangkutan dan
komunikasi merupakan sektor basis di Kabupaten Aceh Utara. Dapat
disimpulkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di
Kabupaten Aceh Utara dengan kriteri sektor maju dan tumbuh pesat.
Sektor basis dan kompetitif adalah sektor pertanian.
3. Skripsi yang berjudul “ Analisis Sektor Unggulan Dalam Meningkatkan
Perekonomian dan Pembangunan wilayah di Kabupaten Kuantan
Singingi” oleh Dylla Novrilasari (2008) dengan hasil penelitian dari
analisis Klassen Typologi dengan pendekatan sektural menunjukkan
sektor pertambangan dan penggalian menduduki kuadran I yaitu sektor
maju dan tumbuh cepat. Disusul oleh sektor pertanian pada kuadran II
yaitu sektor maju tetapi tertekan, setealah diketahui klasifikasi
pertumbuhan sektor ekonomi, selanjutnya analisis LQ melihat surplus
pendapatan dan penggandaan dari sektor basis. Hasil perhitungan LQ
diseluruh sektor perekonomian berdasarkan indikator pendapatan
terdapat dua sektor yang menjadi basis perekonomian Kabupaten
Kuantan Singingi yang dapat diprioritaskan menjadi sektor unggulan
yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan.

31

Universitas Sumatera Utara

2.10

Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual penulis sebagai landasan berpikir dalam

membuat skripsi ini ialah sebagai berikut:

Perekonomia
n Wilayah

Penentuan
Sektor Unggulan

Pembangunan
Daerah

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

32

Universitas Sumatera Utara