Evaluasi Perkuatan dan Pengembangan Sentra dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Unggulan
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah subhanallaahu wa ta’ala, kegiatan Evaluasi Perkuatan dan Pengembangan Sentra Dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Unggulan dapat diselesaikan dengan baik sampai pada tahap Laporan Akhir.
Laporan Akhir ini terdiri dari 8 (delapan) bagian, yaitu: Bab 1 mengenai Pendahuluan, Bab 2 mengenai Desain Kajian, Bab 3 Kajian Literatur, Bab 4 mengenai Kajian Perkuatan Sentra UKM, Bab 5 mengenai Kerjasama dalam Sentra UKM, Bab 6 Peran Koperasi dan BDS-P Kepada Sentra, Bab 7 Perkuatan dan Daya Saing Sentra UKM, dan Bab 8 mengenai Kesimpulan. Kepada Laporan Akhir ini dilampirkan pula beberapa hasil pengolahan data awal dan questioner penelitian.
Sebagaimana telah dicanangkan, tujuan akhir dari kegiatan ini adalah diketahuinya dampak dukungan finansial dan non finansial terhadap perkuatan dan pengembangan dinamika UKM, terutama dalam upaya peningkatan daya saing UKM. Dalam kajian ini, arah kajian akan lebih dititikberatkan kepada Sentra dan Pengusaha UMKM yang ada di dalam sentra. Hal ini dilakukan karena kajian ke arah ini dinilai belum banyak dilakukan. Diharapkan hasil studi ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan dalam merumuskan berbagai kebijakan pengembangan UKM di masa datang.
Kami menyadari adanya kekurangan dari Laporan Akhir ini, untuk itu kami terbuka terhadap saran dan masukkan dari berbagai pihak untuk lebih menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia yang telah mempercayai kami untuk melaksanakan kegiatan ini.
Jakarta, September 2004 PT. Arah Cipta Guna
Agung Nur Fajar
(2)
BAB HALAMAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR BAGAN... iv
DAFTAR LAMPIRAN... vi
BAB 1. Pendahuluan ... 1
BAB 2. Desain Kajian ... 4
BAB 3. Kajian Literatur ... 13
BAB 4. Kajian Perkuatan Sentra UKM... 35
BAB 5. Kerjasama Dalam Sentra UKM... 56
BAB 6. Peran Koperasi dan BDS-P Kepada Sentra ... 70
BAB 7. Perkuatan dan Daya Saing Produk Sentra ... 86
BAB 8. Kesimpulan...101
DAFTAR PUSTAKA ...117
LAMPIRAN...119
Isi
(3)
TABEL HALAMAN
2.1. Nama Sektor, Produk, dan Propinsi yang dikunjungi dalam Survey... 11
3.1. Kriteria Penetapan dan Penilaian Sentra... 15
3.2. Konsep Pengukur Daya Saing ... 27
3.3. Konsep Pengukur Jejaring Usaha... 28
3.4. Karakteristik Tahap Dalam Daur Hidup Produk... 30
3.5. Komponen Kapasitas dan Produktifitas... 32
3.6. Karakteristik Kwadran Matriks Kapasitas-Produktifitas Sentra UKM ... 33
4.1. Rata-Rata Jumlah Tenaga Kerja, UKM dan Omzet Sentra ... 38
4.2. Tabel Silang Tahap Produk dan Tahap Sentra... 43
4.3. Koefisien Fungsi Diskriminan Untuk Perubahan Daya Saing ... 45
4.4. Koefisien Fungsi Diskriminan Untuk Perubahan Omzet... 45
5.1. Hubungan Kerjasama Yang Dilakukan (dalam Persen) ... 58
5.2. Hubungan Dengan Pemasok ... 65
5.3. Kekuatan Relatif Terhadap Pelanggan ... 65
6.1. JenisLayanan BDS-Provider ... 81
6.2. Sebaran BDS-P Menurut Propinsi... 83
7.1. Variabel Pengamatan... 87
7.2. Rekapitulasi Hasil Uji Asosiasi Antar Variabel ... 88
7.3. Koefisien Fungsi Diskriminan Untuk Perubahan Daya Saing ... 94
7.4. Koefisien Fungsi Diskriminan Untuk Perubahan Omzet... 95
(4)
BAGAN HALAMAN
2.1. Butir Dimensi Informasi Yang Ditelusur Dalam Kajian... 5
2.2. Lokasi Sentra Yang Diamati ...10
3.1. Kurva Daur Hidup Produk ...29
3.2. Pilihan Strategi Pengembangan Pasar Yang Dapat Dipilih Sentra ...31
3.3. Matriks Kapasitas-Produktifitas Sentra UKM ...33
4.1. Grafik Rata-Rata Omzet Sentra Sebelum dan Sesudah Perkuatan...38
4.2. Grafik Rata-Rata Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Perkuatan...39
4.3. Grafik Rata-Rata Omzet per Unit Usaha dan Omzet per Tenaga Kerja Dalam Sentra Sebelum dan Sesudah Perkuatan ...39
4.4. Kurva Daur Hidup Produk ...40
4.5. Produk Sentra Dalam Daur Hidup Produk...41
4.6. Tahap Perkembangan Sentra – Marshall ...42
4.7. Pengelompokkan Sentra Dalam Tahapan Permebangan Sentra...43
4.8. Matriks Kapasitas –Produktifitas Sentra Sebelum dan Sesudah Perkuatan ...46
4.9. Matriks Kapasitas –Produktifitas Sentra Tahun 2001-2004 ...48
4.10. Pergerakan Sentra Dalam Matriks Kapasitas –Produktifitas Sentra Tahun 2001-2004...48
4.11. Faktor Pembentuk Sentra...50
4.12. Faktor Pengembang Sentra ...51
5.1. Keberadaan Kelompok dan Tingkat Kerjasama Dalam Sentra ...57
5.2. Hubungan Kerjasama Anggota Sentra ...59
5.3. Proporsi Kerjasama Pemasaran...60
5.4. Proporsi Sentra Yang Melaksanakan Kerjasama Bahan Baku...61
5.4. Notasi Peta Sentra ...63
(5)
5.5. Peta Sentra Shuttle Cock di Nganjuk, Jawa Timur...64
5.6. Peta Sentra Shuttle Cock di Nganjuk, Jawa Timur. Menurut Jumlah Aktor...64
5.7. Peta Sentra Kerupuk Ikan di Gresik, Jawa Timur ...67
5.8. Peta Sentra Meubel Rotan di Medan, Sumatera Utara ...67
5.9. Peta Sentra Pengolahan Kaleng di Semarang, Jawa Tengah...68
5.5. Peta Pemanfaatan Limbah Kaleng dan Drum di Jawa Tengah dan Jawa Timur ...69
6.1. Profil Efektifitas Peran BDS-P Terhadap Perkembangan Daya Saing Sentra ...72
6.2. Profil Keaktifan Koperasi Terhadap Perkembangan Sentra...73
6.3. Pemanfaatan Dana MAP...75
6.4. Pertumbuhan MAP Tahun 2001-2002...76
6.5. Perputaran/Sebaran Pemanfaatan MAP Tahun 2001-2002 ...76
6.6. Perkembangan Indikator KSP Tahun 2001-2002 ...77
6.7. Matriks Pertumbuhan MAP-Kinerja Koperasi Pengelola MAP Tahun 2001-2003...79
6.8. Sebaran BDS-P Menurut Pulau Utama...82
6.9. Matriks Kinerja BDS-Kemampuan Kesinambungan ...84
7.1. Bagan Asosiasi Antar Variabel Dengan Tingkat Signifikansi 5% ...89
7.2. Bagan Asosiasi Antar Variabel Dengan Tingkat Signifikansi 10%...90
7.3. Peta Korespondensi Perubahan Daya Saing vs Komponen Daya Saing...91
7.4. Peta Korespondensi Perubahan Daya Saing vs Komponen Kerjasama...92
7.5. Peta Korespondensi Perubahan Daya Saing vs Peran Koperasi, BDS dan Kelompok...93
(6)
LAMPIRAN HALAMAN
L.1. Sebaran Sentra UKM ...102
L.2. Daftar Produk Hasil Sentra...104
L.3. Peta Produk Sentra UKM TA 2001-2003...106
L.4. Pendekatan Pemilihan Daerah Survey...112
L.5. Daftar Sentra Yang Dipertimbangkan Menjadi Daerah Survey...122
L.6. Questioner Penelitian...131
L.7. Paparan Sentra (Beberapa) ...147
(7)
B A B
P
erkuatan sentra UKM,
kendati pernah dilakukan
sebelumnya, namun baru dijalankan
secara integral sejak tahun 2001
lalu. Meskipun belum sepenuhnya
sempurna namun banyak pelajaran
yang dapat ditarik daripadanya
Pendahuluan
(8)
L A TA R B E L A K A N G
Hingga saat ini Program Perkuatan dan Pengembangan UKM di sentra telah berlangsung selama tiga tahun. Kendati dari pantauan umum secara kualitatif diperoleh indikasi adanya masalah dan perkembangan sentra yang belum optimal, namun semua pengalaman ini merupakan wahana pengumpulan informasi yang sangat berharga yang dapat digunakan untuk mengkaji dan mengembangkan UKM di masa depan. Untuk itu, sebuah studi perlu dilakukan untuk mengevaluasi dampak perkuatan yang telah dijalankan kepada sentra dalam meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan UKM.
T U J UA N DA N M A N FA A T
Studi Ini bertujuan untuk:
Mengevaluasi pelaksanaan program-program perkuatan dalam pengembangan sentra bisnis UKM
Mengevaluasi perkembangan dinamika UKM di sentra bisnis yang mendapat dukungan finansial dan non finansial dalam mengembangkan produk unggulan UKM, sebagai motor pengerak ekonomi di wilayahnya
Menganalisis dampak kehadiran sentra UKM terhadap lingkungannya
Mengevaluasi dampak program perkuatan dan pengembangan UKM dalam meningkatkan daya saing produk unggulan UKM
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari studi ini adalah diketahuinya dampak perkuatan dukungan financial dan non financial terhadap perkuatan dan pengembangan dinamika UKM, terutama dalam upaya peningkatan daya saing UKM. Diharapkan hasil studi ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan dalam merumuskan berbagai kebijakan pengembangan UKM.
(9)
R UA N G L I N G K U P
Kajian ini dilaksanakan dengan ruang lingkup:
Studi dilaksanakan di 10 Propinsi di Indonesia
Mengidentifikasikan program perkuatan dan pengembangan sentra bisnis UKM
Menganalisis kinerja UKM yang mendapat perkuatan dan pengembangan UKM
Menganalisis dampak dukungan finansial dan non-finansial terhadap perkembangan UKM
Menganalisis kinerja dan pelayanan LPB/BDS-P, KSP dan USP terhadap UKM di sentra bisnis
Menganalisis networking UKM di dalam sentra dan atau antar sentra di sekitarnya
Mengidentifikasikan perkembangan jaringan bisnis UKM di dalam sentra dan dengan masyarakat sekitarnya
Menganalisis perkembangan penyerapan tenaga kerja dan kegiatan ekonomi di dalam sentra
(10)
B A B
D
esain
Kajian
menjelaskan tentang
metode yang digunakan untuk
mendekati tujuan kajian.
Desain
(11)
A . I N F O R M A S I Y A N G D I B U T U H K A N
Hal utama yang ingin di jawab dari kajian ini adalah: Bagaimana dampak dari perkuatan finansial dan non-finansial yang telah diberikan kepada sentra? Jawaban atas pertanyaan ini setidaknya ingin dilihat dari 3 hal, yaitu:
1) Perkembangan kinerja sentra (apakah terjadi peningkatan aktivitas bisnis di dalam sentra?)
2) Perkembangan jejaring kerja sentra (apakah terjadi kerjasama dalam sentra dalam mewujudkan aktivitas bisnis tersebut dan apakah aktivitas bisnis tersebut berkembang ke luar sentra?)
3) Peningkatan daya saing produk sentra (apakah daya saing produk sentra meningkat?)
Bagan 2.1. Butir Dimensi Informasi Yang Ditelusur Dalam Kajian
DINAMIKA Bagaimana dinamika sentra setelah memperoleh perkuatan MAP dan BDS dari Kementerian Koperasi dan UKM?
KERJASAMA Bagaimana kerjasama diantara pengusaha dalam sentra, antara pengusaha sentra dengan aktor lain di dalam dan di luar sentra, dan antar sentra?
DAYA SAING Apakah daya saing produk sentra meningkat setelah mendapat perkuatan MAP dan BDS dari Kementerian Koperasi dan UKM?
(12)
Informasi mengenai 3 hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran atas dampak perkuatan tersebut. Disamping itu, dampak perkuatan terhadap perkembangan ekonomi daerah pun ingin dilihat seperti: (1) perkembangan penyerapan tenaga kerja dalam sentra.
Karena kinerja pengembangan sentra tidak terlepas dari kinerja LPB/BDS dan KSP/USP yang mendampinginya, maka informasi mengenai kinerja ke dua lembaga ini pun akan diamati.
DINAMIKA
Sentra yang dinamis merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh program perkuatan Sentra UKM oleh Kementerian Koperasi. Setelah perkuatan financial dan non-finansial diberikan, diharapkan pengusaha dalam sentra menjadi aktif dan dinamis. Dimensi Dinamika sentra berupaya mengidentifikasikan aktivitas bisnis yang terjadi di dalam sentra, baik sebelum maupun sesudah periode perkuatan.
Indikator utama sebuah sentra yang dinamis adalah pertumbuhan omzet (penjualan) nya. Sebuah sentra yang dinamis diperkirakan akan melipatduakan omzet sentranya dalam waktu 2 hingga 5 tahun. Disamping omzet indikator dinamika ingin dilihat dari:
Pertumbuhan omzet
Pertumbuhan unit usaha
Penyerapan tenaga kerja
Perkembangan tahapan sentra, khususnya ketika memasuki fase standarisasi dan spesialisasi.
(13)
Ke-5 elemen dinamika ini akan diolah dalam bentuk grafik, matriks ruang dan uji beda dua rata-rata untuk melihat perbedaan antara dinamika sebelum dan sesudah periode perkuatan.
DAYA SAING
Dalam konteks ekonomi manajemen, konsep Daya Saing menjadi penting untuk diamati karena sebuah produk dari suatu perusahaan/negara tidak akan menghasilkan pertumbuhan kesejahteraan dan ekonomi yang berkelanjutan tanpa keberhasilan menumbuhkan daya
saing yang berkelanjutan dari produk yang bersangkutan. Pengukuran daya saing seharusnya melibatkan pandangan dari sisi pesaing, pelanggan dan lingkungan, karena daya saing sebuah perusahaan tidak terlepas dari pengaruh ke – 3 pihak tersebut.
Untuk itu, elemen daya saing yang akan diukur dari pengaruh perkuatan yang diterima terhadap:
Biaya produksi pengusaha dalam sentra
Kualitas produk yang dihasilkannya, dan
Kemampuan memenuhi pesanan secara baik
Dua butir terakhir memerlukan pembanding/masukan dari pesaing dan pelanggan. Namun karena beberapa keterbatasan, kajian hanya dapat menemui perusahaan untuk melihat dimensi daya saing ini. Untuk itu, pendekatan yang paling mungkin dilakukan adalah dengan mengukur perkembangan indikator daya saing satu perusahaan tanpa upaya membandingkannya dengan perkembangan pesaing dan pendapat/ekspektasi pelanggannya. Untuk itu dua butir terakhir
Lingkungan
PERUSAH AAN
PESAING PELANG
(14)
terhadap perkembangan kualitas produk sentra dan kemampuan memenuhi pesanan.
KERJASAMA
Dimensi kerjasama meliputi pengetahuan mengenai pertumbuhan social capital yang terjadi di dalam sentra dan perkembangan jejaring usaha yang diperlukan untuk menghasilkan/memasarkan produk yang ada di dalam sentra.
Seperti yang disampaikan oleh kajian JICA, kemauan untuk bekerjasama antara pengusaha dalam sentra dan antara anggota sentra dan non-sentra merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan perkembangan sentra. Keberadaan unsur kerjasama ini akan didekati dengan pertanyaan-pertanyaan probing dalam kuesioner.
Kerjasama lain adalah dalam bentuk perkembangan jejaring usaha. Hal ini lebih mengarah pada upaya untuk menggambarkan secara grafis hubungan kerjasama yang terjadi di dalam sentra dan antara sentra dengan pihak-pihak di luar sentra. Peta ini akan membantu pembuat kebijakan untuk lebih memahami kondisi sentra. Peta kerjasama ini harus digambarkan secara jelas dan lengkap oleh enumerator dalam bentuk Peta Sentra.
INFORMASI LAIN
Disamping pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan langsung dengan 3 dimensi tersebut diatas, kusioner juga mengandung beberapa pertanyaan tambahan yang bertujuan melihat perbandingan karakteristik antar segmen pengusaha yang berbeda di dalam sentra.
C . M E T O D E P E N G U M P U L A N D A TA
Menilik kebutuhan data tersebut diatas, maka sebagian data dikumpulkan secara langsung dari sentra. Beberapa data untuk mencerminkan kondisi obyektif sentra dan daftar masalah yang dihadapinya dikumpulkan langsung dari sentra.
(15)
Data-data primer ini dikumpulkan dengan bantuan kuesioner yang dipandu petugas, pengamatan dan wawancara. Untuk data-data tertentu, seperti data masalah, diperkaya dengan metode diskusi kelompok terarah (focus group discussion).
Secara umum, kuesioner yang dipersiapkan dibagi menurut jenis responden yang dituju. Dengan demikian, ada kuesioner untuk pengusaha, pengelola BDS, dan pengelola KSP/USP Koperasi penyalur (kuesioner terlampir).
D . S A M P E L P E N E L I T I A N
Data dikumpulkan dari 10 lokasi pengkajian. Lokasi kajian dipilih dengan mempertimbangkan keberadaan sentra yang memiliki produk unggulan. Pertimbangan keberadaan produk unggulan dilakukan agar dapat dilihat dampak perkuatan terhadap peningkatan daya saing produk unggulan tersebut.
Sentra yang diamati mewakili sentra fasilitasi TA 2001, 2002, dan 2003, serta BDS-P dan Koperasi yang terlibat dengannya.
Hal yang diperhatikan dalam pemilihan sampel adalah sentra yang dipilih harus membuat produk yang tergolong produk unggulan. Kajian literatur dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa karakteristik produk unggulan dapat ditentukan berdasarkan beberapa hal seperti (1) daya sebar dan indeks kepekaan, (2) jumlah Nilai Tambah Bruto dan Output yang dihasilkan, (3) Kedudukan sektor dalam struktur permintaan di perekonomian nasional, (4) sumbangan terhadap permintaan luar negeri (ekspor) dan (5) sumbangan kepada total permintaan akhir.
Kajian ini mencoba menggunakan ke lima cara yang ada untuk mendapat masukkan tentang sentra yang sebaiknya dijadikan sampel. Konfirmasi hasil dilakukan kepada pihak Kementerian Koperasi dan UKM untuk melihat kebenaran nalarnya. Hasil proses pencarian daerah sampel dapat dilihat dalam lampiran.
Survey Kajian Sentra sudah dilakukan terhadap sentra-sentra UKM yang berada di Propinsi (1) Sumatera Utara, (2) Sumatera Selatan, (3) Jawa Barat, (4)
(16)
Jawa Tengah, (4) Jawa Timur, (5) DI Yogyakarta, (6) Bali, (7) Nusa Tenggara Barat, (8) Kalimantan Timur, (9) Kalimantan Selatan, dan (10) Sulawesi Selatan.
Bagan 2.2. Lokasi Sentra Yang Diamati
Dari 10 Propinsi tersebut diatas, telah diamati sentra-sentra yang produknya merupakan bagian dari sektor-sektor (1) Padi, (2) Tanaman perkebunan dan tanaman lainnya, (3) Peternakan, (4) Unggas dan hasil-hasilnya, (5) Perikanan laut dan hasil-hasilnya, (6) Industri pakaian jadi dan barang rajutan, (7) Industri barang-barang kayu, bambu dan rotan, (8) Industri barang-barang-barang-barang dari tanah liat, (9) Industri alat dapur, pertukangan dan pertanian, dan (10) industri alat musik, olah raga, dan barang lainnya. Lihat tabel 2.1.
Ke sepuluh sektor ini merupakan bagian dari sektor-sektor produk unggulan yang telah dipilih untuk diamati dalam kajian ini. Metode pemilihan sektor unggulan dapat dilihat dalam Lampiran 1 di Laporan Kemajuan 2.
Sentra yang diamati tersebar di 12 Propinsi, meliputi Propinsi (1) Sumatera Utara, (2) Sumatera Selatan, (3) Jawa Barat, (4) Jawa Tengah, (5) DI Yogyakarta, (6) Jawa Timur, (7) Kalimantan Selatan, (8)Kalimantan Timur, (10) Sulawesi Selatan, (11) Bali, dan (12) Nusa Tenggara Barat. Sedangkan jumlah sentra yang diamati berjumlah 30 sentra, dengan produk-produk yang dihasilkan seperti tampak dalam tabel 2.1.
(17)
Tabel 2.1. Nama Sektor, Produk dan Propinsi Sentra Yang Diamati
KODE NAMA PRODUK SENTRA KABUPATEN/KOTA PROPINSI
1 Padi Pengolahan gabah Pinrang Sulsel
Hortikultura Kab. Semarang Jateng Bibit jeruk Tatakan Kalsel Rumput Laut Jeneponto Sulsel Jagung Kuning Jeneponto Sulsel 49 Tanaman Perkebunan
Cengkeh Sinjai Sulsel
52 Peternakan Penggemukan sapi Gianyar Bali DOD (bibit itik) Kapetakan jabar 55 Unggas dan hasil-hasilnya
Telur itik Babirik Kalsel
61 Perikanan laut dan hasil-hasilnya Kerupuk Ikan Gresik Jatim Kerajinan kulit Denpasar Bali
Konveksi Dupak Jatim
Songket Palembang Sumsel
119 Industri pakaian jadi
Bordir/Konveksi Binjai Sumut
Kayu ukir Badung Bali
Kerajinan bambu Leuwisari jabar Anyaman pandan Rajapolah jabar Anyaman pandan Rajapolah jabar
Meubel Kendal jateng
Meubel Sleman DIY
Lampit Amuntai Kalsel
Anyaman purun Margasari Kalsel Kerajinan cukli Mataram NTB
Meubel Makassar Sulsel
Anyaman lontar Takalar Sulsel ukiran khas palembang Palembang sumsel
Meubel Palembang sumsel
128
Industri barang-barang dari kayu, bambu dan rotan
Kerajinan rotan Kota Medan Sumut 154 Industri barang-barang dari
tanah liat
Kerajinan Gerabah Lombok Barat NTB Pengolahan kaleng Bugangan Jateng 162 Industri alat dapur, pertukangan
dan pertanian Alat kebersihan rumah tangga Palembang sumsel 180 Industri alat-alat musik, olah
raga, dan barang lainnya
(18)
E . M E T O D E P E N G O L A H A N D A TA
Kebanyakan Data yang terkumpul diolah dengan metode statistik deskriptif. Pencarian nilai sentral, dispersi dan tampilan grafis dari respon yang diperoleh mendominasi cara pengolahan data dalam penelitian ini.
Cara pendeskripsian/pemaparan menggunakan pendekatan matriks/pemetaan agar diperoleh tampilan visual yang lebih mudah dipahami. Matriks yang digunakan adalah: Matriks Kapasitas-Produktivitas Sentra, analisis spatial menggunakan analisis korespondensi dan pendugaan arah hubungan dengan memperhatikan signifikansi asosiasi antar variabel yang diamati secara bebas berdasarkan logik dan kajian literatur.
Metode inferensi yang digunakan berkisar pada pengujian beda rata-rata, tabulasi silang, dan analisis chi-square untuk menguji asosiasi antara 2 variabel. Metode ini digunakan terutama karena jenis data yang dimiliki kebanyakan berskala nominal. Analisis diskriminan sempat digunakan menduga variabel yang berperan penting untuk memisahkan kelompok sentra yang diamati.
(19)
B A B
K
ajian literature
memapar-kan
mengenai
konsep-konsep yang digunakan dalam kajian
dan
beberapa
literature
yang
membentuk latar belakang analisis
dan pemahaman
Kajian
Literatur
(20)
D E F I N I S I DA N P E N G E R T I A N S E N T R A
Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra UKM, SENTRA didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster.
Sedangkan KLASTER didefinisikan sebagai pusat kegiatan UKM pada sentra yang telah berkembang, ditandai oleh munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju, terjadi spesialisasi proses produksi pada masing-masing UKM dan kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung.
Kedua istilah ini dalam pembahasan mengenai UKM kerap digunakan dalam arti yang saling bergantian.
KRITERIA PEMILIHAN SENTRA FASILITASI
Pada saat ini, kriteria penetapan sentra yang layak difasilitasi oleh Kementerian Koperasi adalah sebagai berikut:
1) Terdapat sejumlah UKM, dengan kapasitas produksi yang memadai dalam kawasan sentra yang memiliki prospek untuk berkembang menjadi klaster UKM dengan pangsa pasar yang layak.
2) Mempunyai omzet penjualan minimal mencapai Rp 200 juta/bulan.
3) Mempunyai prospek pasar yang berkelanjutan.
4) Mempunyai jaringan kemitraan dalam pengadaan bahan baku maupun pemasaran.
(21)
Tabel 3.1. Kriteria Penetapan dan Penilaian Sentra
NO KRITERIA BOBOT KETERANGAN NILAI
1. Jumlah UKM 10 20-29 UKM
30-49 UKM lebih dari 50 UKM
= 1 = 2 = 3
2. Omzet 25 200-274 juta Rp/bulan
275-349 juta Rp/bulan 350-424 juta Rp/bulan 425-499 juta Rp/bulan lebih dari 500 juta Rp/bulan = 1 = 2 = 3 = 4 = 5 3. Pemasaran produk
Lokal/Dalam Negeri Luar Negeri 15 7 8 Kurang luas Luas Sangat luas = 1 = 2 = 3 4. Kemitraan
Kerjasama pasar Kerjasama bahan baku
10 5 5 Kurang bermitra Cukup bermitra Sangat bermitra = 1 = 2 = 3
5. Tenaga kerja 10 Kurang dari 100 orang
100-149 orang lebih dari 150 orang
= 1 = 2 = 3 6. Bahan Baku
Rasio bahan baku lokal/impor
Kontinuitas
10 5
5
L=40% ; I = 60% L=60% ; I = 40% L=100% ; I = 0% Kurang Cukup Lancar = 1 = 2 = 3 = 1 = 2 = 3
7. Teknologi 10 Sederhana
Madya Tinggi
= 1 = 2 = 3
8. Sarana dan Prasarana 10 Kurang (3 sarana)
Memadai (4 sarana) Lengkap (listrik, telepon, jalan, pelabuhan, sarana ekonomi: bank, pasar)
= 1 = 2 = 3
Total 100
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM
5) Mampu menyerap tenaga kerja minimal 40 orang dalam sentra. 6) Mengutamakan bahan baku lokal.
(22)
8) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung.
Terhadap 8 butir kriteria tersebut kemudian diturunkan ukuran penilaian sentra seperti tersaji dalam tabel 3.1.
Penilaian ini digunakan oleh Instansi yang membidangi Koperasi dan UKM untuk menilai sentra-sentra yang potensial dan prospektif untuk difasilitasi pembinaannya oleh Kementerian Koperasi dan UKM.
Sebuah sentra yang akan dibina diusulkan oleh instansi yang membidangi koperasi dan UKM di tingkat kabupaten/kota untuk kemudian diverifikasi oleh instansi yang membidangi di tingkat Propinsi untuk kemudian diputuskan oleh Kementerian Koperasi di tingkat Pusat.
Pengajuan ini sedikit berbeda dengan cara pengajuan yang dilakukan tahun anggaran 2001. Pada saat itu pengajuan dilakukan tanpa melibatkan instansi yang membidangi koperasi dan UKM di tingkat Kabupaten.
D E F I N I S I DA N K R I T E R I A B D S - P
Pengembangan sentra di Indonesia saat ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra UKM, fasilitasi perkuatan BDS-P dan penyediaan modal awal dan padanan (MAP).
BUSINESS DEVELOPMENT SERVICES (BDS) adalah suatu lembaga berbadan hukum atau bagian dari lembaga berbadan hukum yang memberikan layanan pengembangan bisnis dalam rangka meningkatkan kinerja UKM. Lembaga tersebut bukan lembaga keuangan serta dapat memperoleh fee dari jasa layanannya.
SENTRA adalah pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster.
(23)
KLASTER adalah pusat kegiatan UKM pada sentra yang telah berkembang, ditandai oleh munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju, terjadi spesialisasi proses produksi pada masing-masing UKM dan kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung.
FASILITAS PERKUATAN BDS adalah dukungan dana operasional kepada BDS untuk meningkatkan layanan pengembangan bisnis kepada UKM di dalam sentra terpilih yang penggunaannya harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah c.q. Kementerian Koperasi dan UKM secara berkala, maupun pada masa akhir kontrak. BDSBARU adalah BDS yang belum mengikuti program fasilitasi perkuatan dari Kementerian Koperasi dan UKM, sedangkan BDS Lama adalah BDS yang telah mengikuti program fasilitasi perkuatan dan memiliki kinerja baik.
LAYANAN PENGEMBANGAN BISNIS BDS adalah layanan yang diberikan BDS kepada UKM yang antara lain layanan informasi, layanan konsultasi, layanan pelatihan, melakukan bimbingan/pendampingan, menyelenggarakan kontak bisnis, fasilitasi dalam memperoleh permodalan, fasilitasi dalam pengembangan organisasi dan manajemen, fasilitasi dalam pengembangan teknologi serta penyusunan proposal pengembangan bisnis.
KELOMPOK KERJA BDS PUSAT adalah Pokja/Tim di tingkat Pusat yang dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM adalah Lembaga yang menangani pembinaan dan pengembangan Koperasi dan UKM baik di tingkat Propinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota.
KELOMPOK KERJA KEUANGAN, selanjutnya disebut POKJA KEUANGAN adalah Tim Pelaksana Program pada Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota yang bersangkutan, yang membidangi kegiatan pengembangan KUKM yang berkaitan dengan penyaluran, pengendalian dan monitoring kegiatan kompensasi BBM, Penjaminan Kredit KUKM, MAP, BDS dan Sentra UKM sesuai dengan Surat
(24)
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 140/KEP/M.KUKM/XII/2002.
Tujuan Perkuatan Business Development Services dalam pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah adalah untuk meningkatkan kemampuan sumber daya lokal dalam upaya memacu pertumbuhan daya saing UKM.
Sasaran Perkuatan Business Development Services dalam Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah adalah:
a) Tumbuh dan berkembangnya sentra UKM di seluruh Indonesia dan berfungsinya UKM sebagai wujud pembangunan sistem ekonomi kerakyatan. b) Terlaksananya program perkuatan BDS dalam rangka mewujudkan BDS yang
mampu memberikan layanan pengembangan bisnis dan pemecahan masalah UKM sehingga tercipta peningkatan kinerja dan daya saing serta kemampuan akses pasar UKM dalam sentra terpilih.
KRITERIA PENETAPAN BDS
BDS baru calon peserta program pengembangan sentra Usaha Kecil dan Menengah wajib memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Keberadaan lembaga jelas dan reputasinya baik: 1) Mempunyai akte/badan hukum pendirian. 2) Mempunyai kantor berada dekat sentra UKM. 3) Mempunyai struktur organisasi.
4) Pengurus/pengelola dan tenaga ahli memiliki identitas dan pengalaman yang dituangkan dalam curicullum vitae.
b) Memiliki sarana dan peralatan: 1) Komputer dan mesin ketik. 2) Menempati kantor sendiri.
(25)
c) Mempunyai riwayat yang baik sebagai BDS:
1) Telah memberikan bimbingan dan layanan bisnis kepada UKM 2) Kinerja telah dikenal oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. d) Mempunyai komitmen dan kompetensi dalam pengembangan UKM:
1) Mampu mengelola SDM yang berkeahlian. 2) Sekurang-kurangnya memiliki 3 tenaga ahli. e) Mempunyai manajemen yang profesional:
1) Memiliki tenaga-tenaga yang kompeten.
2) Pengelolaan BDS dilakukan dengan manajemen yang baik dan transparan. 3) Pengurus BDS tidak merangkap jabatan di KSP/USP Koperasi terpilih di
sentra.
f) Mempunyai pola pendanaan yang jelas: 1) Neraca Rugi/Laba 2 (dua) tahun terakhir. 2) Rencana arus kas (cash flow).
g) Mempunyai kedekatan akses pada sentra:
1) Berasal dari wilayah Kabupaten/Kota yang sama. 2) Membuka kantor layanan di Sentra.
h) Mampu menghidupi dirinya dari fee/jasa layanan: 1) Adanya rencana program layanan yang jelas 2) Adanya rencana perolahan fee atas jasa layanan 3) Ada rencana pendapatan dan pengeluaran. i) Memenuhi syarat administratif:
1) Telah mengisi formulir aplikasi BDS
(26)
KRITERIA BDS LAMA
BDS LAMA calon peserta program yang membina sentra UKM selain memenuhi persyaratan sebagaimana pada BDS Baru ditambah dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Adanya peningkatan permintaan jasa layanan oleh KUKM. b) Adanya peningkatan produktivitas usaha KUKM.
c) Adanya pengembangan jasa layanan yang sesuai dengan kebutuhan sentra. d) Terjadinya peningkatan kerjasama/kemitraan.
e) Memenuhi persyaratan administrasi dengan mengisi formulir aplikasi BDS yang membina satu sentra tambahan dan membuat proposal pengembangan sentra UKM.
f) Telah ada hasil evaluasi kinerja BDS dari Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota.
TUGAS BUSINESS DEVELOPMENT SERVICES
BDS penerima dukungan dana operasional memberikan layanan pengembangan bisnis kepada sentra UKM wajib melakukan:
a) Pendataan usaha UKM.
b) Inventarisasi dana analisis permasalahan yang dihadapi oleh UKM. c) Merumuskan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi UKM. d) Menyusun strategi pengembangan UKM.
e) Membuat rencana kerja dalam rangka pengembangan UKM.
f) Bersinergi dengan KSP/USP Koperasi dalam pemantauan pemanfaatan dana MAP, mendampingi dalam pembinaan manajemen keuangan UKM dan berhubungan dengan pihak-pihak lain termasuk fasilitasi dana penjaminan kredit dan pemanfaatan jaringan komunikasi bisnis.
g) Mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dalam pengembangan UKM dengan pihak terkait.
(27)
h) Melaporkan kegiatan layanan BDS kepada Kementerian Koperasi dan UKM Cq. Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha setiap triwulan dan tahunan.
i) Mengajukan permohonan tertulis kepada Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota untuk mencarikan jasa bunga yang menjadi bagian BDS yang dilampiri dengan laporan perkembangan dana MAP seperti tercantum pada bagian VIII Monitoring dan Evaluasi butir a.3 Petunjuk Teknis Business Development Services (BDS) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Tahun 2003.
MONITORING DAN EVALUASI
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan program perkuatan BDS dalam pengembangan sentra UKM, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik sebagai berikut:
a) BDS menyampaikan laporan Triwulan dan Tahunan kepada Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM Propinsi dan Kementerian Koperasi dan UKM cq Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha meliputi:
1) Perkembangan layanan dan penggunaan dana operasional BDS sesuai dengan lampiran 9 dan 10 keputusan ini.
2) Perkembangan usaha UKM dalam sentra binaan sesuai dengan lampiran 11 keputusan ini.
3) Perkembangan dana MAP sesuai dengan lampiran 12 keputusan ini, sebagai persyaratan untuk memperoleh imbalan jasa atas pelaksanaan fungsi dan perannya sebagai fasilitator.
b) Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota menyampaikan laporan Triwulan dan Tahunan kepada Dinas/Badan yang
(28)
membidangi Koperasi dan UKM Propinsi sesuai lapiran 13 keputusan ini meliputi:
1) Pelaksanaan program fasilitasi perkuatan BDS
2) Permasalahan dan pemecahan masalah yang dihadapi BDS dalam pengembangan sentra.
c) Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM Propinsi menyampaikan laporan kepada Kementerian Koperasi dan UKM cq Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha sesuai lampiran 14 keputusan ini meliputi:
1) Pelaksanaan program fasilitasi perkuatan BDS seluruh Kabupaten/Kota 2) Permasalahan dan pemecahan masalah yang tidak dapat diselesaikan di
daerah.
3) Langkah pemecahan masalah di tingkat Propinsi.
d) Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha menyampaikan laporan kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM meliputi:
1) Pelaksanaan program fasilitasi perkuatan BDS
2) Perkembangan kegiatan layanan pengembangan bisnis BDS kepada sentra UKM
SANKSI
Apabila berdasarkan hasil pengawasan dan audit Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM/Pokja Keuangan Kabupaten/Kota dan Propinsi atau pihak-pihak lainnya yang ditunjuk ditemukan adanya indikasi penyimpangan atau kelalaian pengelolaan dana dan pelaksanaan pembinaan terhadap UKM, maka Dinas/Badan yang membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota dan Propinsi memiliki wewenang untuk menarik hak pembinaan maupun pengelolaan dana BDS bersangkutan dan akan mengalihkan kepada BDS lainnya.
(29)
Apabila ditemukan indikasi pelanggaran pidana maupun perdata akan dikenakan tindakan secara hukum sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
D E F I N I S I DA N P E N G E R T I A N M A P DA N K S P / U S P K O P E R A S I P E N YA L U R
Pengembangan sentra di Indonesia saat ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra UKM, fasilitasi perkuatan BDS-P dan penyediaan modal awal dan padanan (MAP).
Beberapa definisi yang berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam pedoman penumbuhan/pengembangan sentra UKM tersebut adalah sebagai berikut.
Modal Awal dan Padanan atau disingkat MAP adalah dana stimulan dari Pemerintah untuk disalurkan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) melalui KSP/USP Koperasi.
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah Koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam.
Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi adalah unit usaha Koperasi yang bergerak dibidang simpan pinjam, sebagai unit usaha otonom dari kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam.
KRITERIA KSP/USP KOPERASI PENYALUR DANA MAP
Kriteria yang perlu dimiliki oleh KSP/USP Koperasi agar dapat menjadi penyalur dana MAP bagi sentra diatur dalam surat keputusan sebagai berikut.
(30)
KRITERIA KSP/USP KOPERASI
A) KSP/USP KOPERASI
1) Apabila telah berbadan hukum lebih dari 1 tahun harus telah menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan dalam 1 Tahun terakhir.
2) Melayani anggota atau calon anggota dalam sentra/klaster UKM yang akan melakukan pengembangan usaha, memiliki dampak peningkatan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja.
3) Menyiapkan rencana usaha pengelolaan dana MAP 3 tahun yang memberikan indikasi layak dan dapat diwujudkan/diimplementasikan 4) Mendapat penilaian sehat atau cukup sehat dari Dinas yang menangani
penilaian kesehatan KSP/USP Koperasi.
5) Mudah dijangkau oleh Usaha Mikro dan Kecil yang berada di dalam sentra (diprioritaskan bagi KSP/USP Koperasi yang berada di dalam sentra) 6) Bagi KSP harus melampirkan neraca dan laba/rugi, khusus untuk USP
Koperasi melampirkan Neraca dan Laba/Rugi tersendiri.
7) Jumlah anggota yang mengajukan pinjaman pertama kali minimal 20 orang yang mempunyai usaha produktif/non konsumtif.
8) Telah memiliki modal sendiri untuk Usaha Simpan Pinjam minimal sebesar 7,5% dari dana MAP yang akan diterima atau sekurang-kurangnya sebesar Rp. 15juta.
9) Diprioritaskan kepada KSP/USP Koperasi yang bersedia bekerjasama dan mendapatkan dukungan Bank Pelaksana/Lembaga Keuangan dalam hal:
a) Penyediaan dana padanan atau cadangan likuiditas. b) Pembinaan dan supervisi manajemen.
c) Paket teknologi komputerisasi sistem manajemen KSP/USP Koperasi dengan Bank Pelaksana/Lembaga Keuangan yang bersangkutan.
(31)
10) Prioritas yang kedua diberikan kepada KSP/USP Koperasi yang telah bersedia dan mendapatkan dukungan dari pihak lain seperti Pemerintah Daerah, lembaga keuangan bank maupun non-bank terutama dalam hal:
a) Penyediaan dana padanan atau cadangan likuiditas. b) Pembinaan dan supervisi manajemen
11) Diutamakan yang belum mendapatkan bantuan sejenis dari APBN senilai Rp. 50 juta atau lebih selama tiga tahun terakhir, kecuali untuk mendukung pengembangan Usaha Mikro dan Kecil berorientasi ekspor.
B) CALON KSP/USP KOPERASI
Apabila dalam sentra/klaster UKM tidak terdapat KSP/USP Koperasi yang memenuhi syarat, maka calon KSP/USP Koperasi yang dibentuk oleh kelompok Usaha Mikro dan Kecil potensial dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan dana MAP dengan persyaratan sebagai berikut:
1) Diprioritaskan:
a) Pertama kepada kelompok Usaha Mikro dan Kecil potensial yang bersedia bekerjasama dan mendapatkan dukungan Lembaga Keuangan dalam hal:
i. Penyediaan dana padanan atau cadangan likuiditas. ii. Pembinaan dan supervisi manajemen.
iii. Dukungan paket teknologi komputerisasi.
b) Kedua kepada kelompok Usaha Mikro dan Kecil potensial yang bersedia bekerjasama dan mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah, lembaga keuangan maupun pihak lain dalam hal:
i. Penyediaan dana padanan atau cadangan likuiditas. ii. Pembinaan dan supervisi manajemen.
2) Memiliki anggota minimal 20 orang yang telah menjalankan kegiatan usaha serta anggotanya memiliki kinerja dan karakter yang baik.
(32)
3) Menyediakan modal sendiri untuk Usaha Simpan Pinjam minimal sebesar 7,5% dari dana MAP yang akan diterima atau sekurang-kurangnya sebesar Rp. 15 juta sesuai dengan ketentuan pendirian KSP/USP Koperasi. 4) Telah memperoleh Badan Hukum Koperasi atau Unit Simpan Pinjam
Koperasi sebelum pencairan dana MAP.
5) Mengajukan rencana usaha (proposal) pengelolaan dana MAP yang memberikan indikasi layak dan dapat diimplementasikan
PA N DA N G A N T E R H A DA P DA YA S A I N G
Dari kajian yang dapat diamati, diperoleh gambaran tentang hal yang diduga menjadi komponen pembentuk daya saing. Mereka adalah: (1) Ekuitas merek, (2) Orientasi kepada pasar, (3) Organizational learning, (4) Inovasi, (5) Customer value, (6) Relationship marketing, (7) Network, (8) Komunikasi, dan (9) Trust. Sedangkan dari sisi pemasaran sendiri, daya saing dapat dikaitkan dengan kemampuan perusahaan untuk (1) mencari keunggulan dalam biaya produksi, (2) menciptakan produk yang lebih bermutu bagi pelanggan, atau (3) kemampuan memenuhi pesanan pada saat dan jumlah yang ditentukan.
Kumpulan sembilan konsep yang pertama relatif agak sulit dioperasionalkan seluruhnya, beberapa konsep akan dicoba dimasukkan ke dalam proses pencarian data. Sedangkan kumpulan 3 konsep berikutnya memberikan cara pengukuran daya saing yang lebih mudah.
Hubungan antara ke sembilan konsep tersebut dengan peningkatan daya saing dapat digunakan kajian untuk mendekati ukuran daya saing yang diharapkan.
(33)
Tabel 3.2. Konsep Pengukur Daya Saing
KONSEP PENGARUH POSITIF TERHADAP SCA
Ekuitas Merek Jika perusahaan berhasil menciptakan ekuitas merek
Orientasi Pasar Jika perusahaan mempertimbangkan pelanggan dan pesaing secara berimbang, mengenal pasar sasarannya, mengenal kemampuan dan strategi pesaing utamanya, dan menggunakan semua sumberdaya untuk menciptakan nilai (interfunctional coordination)
Organizational Learning Kemampuan untuk belajar lebih cepat dibandingkan pesaing Inovasi Inisiatif dan dinamika individu dalam sentra untuk menciptakan
sebuah distinct value
Customer Value Jika perusahaan mempelajari dan mengamati pelanggan secara terus menerus untuk menciptakan nilai yang lebih baik lagi
Relationship Marketing Terjadi pembentukan trust dan komitmen antara perusahaan dan pelanggannya
Network Jika dalam menciptakan nilai, perusahaan bekerja sama dengan entitasusaha lain, dan hubungan tersebut menghasilkan:
Transfer teknologi Pertukaran informasi Trust kepada jejaring kerja lain Memperkuat kompetensi
Memperbaiki perencanaan strategis
Daya saing akan semakin mudah dicapai jika perusahaan teridentifikasi sebagai anggota network yang unik dan berharga (network identity)
Komunikasi Jika terjadi pertukaran informasi antar entitas bisnis yang bekerjasama
Trust Kemauan untuk bekerjasama dan percaya terhadap mitra/dipercaya oleh mitra
Cost Kemampuan perusahaan mengefisienkan proses usahanya sehingga dicapai kemampuan kompetisi berdasarkan keunggulan harga yang berasal dari keunggulan biaya produksi/operasi
Quality Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kombinasi kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing
Delivery Kemampuan perusahaan untuk memenuhi pesanan secara tepat jumlah dan tepat waktu.
Sumber: Dari berbagai literatur, diringkas.
B . PA N DA N G A N M E N G E N A I J E JA R I N G U S A H A
Butir-butir yang dapat digunakan untuk mengamati konsep jejaring usaha yang ada di lingkungan sentra dapat diamati dalam tabel 3.3.
Kajian akan mengutamakan untuk menggambarkan hubungan antar aktor yang terlibat dalam jejaring usaha yang melibatkan sentra UKM yang diamati. Hal ini
(34)
dimaksudkan agar pengambil keputusan memiliki terlebih dahulu peta sentra yang diamati sehingga dapat membuat keputusan yang lebih lengkap dimasa datang.
Tabel 3.3. Konsep Pengukur Jejaring Usaha
KONSEP ITEM
Karakteristik dari hubungan
yang terjadi
Kekuatan hubungan
Frekwensi interaksi
Jumlah sumberdaya yang dipertukarkan
Lama hubungan
Kesetaraan dalam pertukaran
Keeratan Karakteristik dari jejaring yang
terjadi
Ukuran/scope jejaring
Densitas/jumlah peserta dalam jejaring
Seberapa jauh anggota jejaring berhubungan langsung dengan anggota lain
Demarkasi
Availabilitas
Homogenitas (kesamaan karakteristik antar anggota) Sumber: Dari berbagai literatur, diringkas.
C . A L A T U K U R K I N E R JA
Hambatan dalam pengamatan terhadap kinerja usaha UMKM adalah kurangnya catatan formal atas transaksi usaha yang dilakukan. Ketiadaan jurnal umum akuntasi dan catatan-catatan perjanjian usaha membuat penelusuran data menjadi tidak mudah untuk dilakukan.
Karena itu, dalam rangka mengukur kinerja usaha UMKM sebagaimana yang dimaksud dalam kajian ini, perlu dicari sebuah cara pengamatan yang memberikan hasil kualitatif yang semoga dapat dikuantifisir untuk mendapatkan tolok ukur obyektif yang cukup sahih.
Dalam rangka mencari cara pengukuran tersebut, maka beberapa teori berikut ini telah dipertimbangkan.
(35)
1. PENDEKATAN PRODUCT LIFE CYCLE
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat dampak dan efektifitas perkuatan UMKM adalah dengan melihat posisi perusahaan yang diamati dalam siklus produknya.
Bagan 3.1. Kurva Daur Hidup Produk
Dalam pendekatan ini, secara umum sebuah usaha akan mengikuti siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu: Tahap 1 : Perkenalan, Tahap 2 : Pertumbuhan, Tahap 3 : Dewasa/Puncak dan Tahap 4 : Penurunan.
Grafik siklus hidup ini dibuat berdasarkan kecenderungan pergerakan pertambahan output dari suatu usaha. Pada awalnya (tahap 1) pertambahan output biasanya lambat sehingga bentuk kurva menjadi landai dan cembung ke arah titik origin. Masa perkenalan akan dilanjutkan dengan masa pertumbuhan (tahap 2), disini pertambahan output menjadi cepat, sehingga kurva output perusahaan menjadi curam dengan tetap cembung ke arah origin. Lepas dari masa pertumbuhan, output akan mulai memasuki daerah yang plateau, pertumbuhan mulai melambat. Disini produk memasuki masa-masa kedewasaannya (tahap 3).
Siklus Hidup Produk
Waktu Output
Tahap 1 Perkenalan
Tahap 2 Pertumbuhan
Tahap 3 Dewasa
Tahap 4 Penurunan
(36)
Jika masa dewasa ini tidak dijaga, maka produk akan masuk ke tahap berikutnya yaitu masa penurunan (tahap 4).
Ciri dari masing-masing tahap tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut ini.
Tabel 3.4. Karakteristik Tahap Daur Hidup Produk
PERKENALAN PERTUMBUHAN DEWASA PENURUNAN
Output Pertambahan
rendah
Pertambahan tinggi Pertambahan melambat
Pertambahan menurun Margin laba Negatif Nol/Positif -
rendah
Positif - tinggi Nol/Positif - rendah Biaya
pemasaran
Besar Besar Kecil Kecil
Bahan baku Pembelian kapasitas kecil
Pembelian kapasitas besar
Pembelian kapasitas besar
Penurunan pembelian
Investasi Besar Besar Nol/rendah Nol
Pendekatan daur hidup produk ini dapat digunakan untuk mengenali posisi sentra dan kebutuhannya. Idenya adalah; setiap tahapan dalam siklus usaha memiliki ciri/karakteristik pemasaran, produksi, laba, dan penjualan yang berbeda yang berarti membutuhkan bentuk perkuatan/dukungan yang berbeda pula. Misalnya: sebuah sentra dengan produk yang masih dalam tahapan perkenalan dengan pasar akan memerlukan bentuk dukungan dan perkuatan yang berbeda dengan sentra yang produknya telah memasuki masa pertumbuhan atau kedewasaan.
Pendekatan daur hidup juga dapat digunakan untuk menilai dampak perkuatan yang dilakukan dalam tenggang waktu yang disepakati. Misalnya: Kita dapat melihat pertumbuhan sentra dalam 2 tahun terakhir, apakah perkuatan dan dukungan yang diberikan berhasil menumbuhkan produk sentra dilihat dari daur hidup produknya atau tidak.
Untuk mengoperasionalkan pendekatan ini, perlu diukur variabel-variabel: (1) output sentra dalam deret waktu, (2) margin laba yang dihasilkan sentra, (3) biaya pemasaran, (4) jumlah penggunaan bahan baku dan (5) investasi yang dilakukan.
(37)
STRATEGI BERKEMBANG BAGI UKM
Cara lain menganalisis adalah dengan melihat perilaku produk dan Usaha Besar disekitar UKM. Idenya adalah, perilaku usaha besar yang ada di sekitar sentra dapat mempengaruhi kebutuhan dukungan sentra. Usaha besar yang mendukung membuka peluang melakukan komplementer dan kemitraan dengan usaha besar, sedangkan usaha besar yang protektif dan menyerang membuat UKM harus mencari jalan untuk masuk ke ceruk pasar yang mungkin berbeda.
Tabel 3.2. Pilihan Strategi Pengembangan Pasar Bagi UKM PERUSAHAAN YANG LEBIH
BESAR Reaksi usaha besar
Pilihan strategi dan
Derajat Substitutabilitas produk
MENGAKOMODASI MELAWAN
Segmen pasar baru yang di abaikan oleh usaha besar
DIFFERENTIATED Niching Strategy
SUBSTITUTABLE Substitution
strategy USAHA
KECIL
MNENGAH Segmen pasar lama yang dilayani oleh
usaha besar IDENTICAL Free-riding strategy
Deterrence strategy
Sumber: Lee, 2002
MENGGAMBARKAN POSISI MENGGUNAKAN MATRIKS KAPASITAS-PRODUKTIVITAS
Salah satu cara untuk memahami sekumpulan obyek adalah dengan memulai melabeli anggota kumpulan menggunakan satu atau beberapa kriteria sifat tertentu kemudian mengelompokkan anggota kumpulan yang memiliki kesamaan sifat dalam satu kelompok yang logis. Pelabelan dan pengelompokkan ini akan memudahkan kita untuk memahami kecenderungan perilaku dan permasalahan masing-masing anggota dan kelompoknya.
Salah satu kriteria pelabelan yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan kriteria Kapasitas dan Produktivitas Sentra. Kapasitas sentra, dapat diukur menggunakan variabel: Jumlah UKM, Jumlah tenaga kerja yang diserap, Jumlah
(38)
Produktivitas sentra dapat diukur dengan Value Added per TK, Jumlah Omzet per UKM, Jumlah Omzet per tenaga kerja, Jumlah Omzet per rupiah Investasi, dan lain-lain.
Tabel 3.5. Komponen Kapasitas dan Produktifitas
KAPASITAS PRODUKTIVITAS
Jumlah UKM
Jumlah tenaga kerja yang diserap
Jumlah omzet penjualan per bulan
Jumlah investasi
Dan lain-lain
Value added per Tenaga Kerja
Jumlah omzet per UKM
Jumlah omzet per Tenaga Kerja
Jumlah Omzet per Rp investasi
Dan lain-lain
Proses pengelompokkan dapat dilakukan setelah masing-masing sentra diukur kapasitas dan produktivitasnya. Pada saat ini, setidaknya, kita dapat mengelompokkan sebuah sentra menurut posisi relatif nya terhadap sentra-sentra yang lain. Misalnya, apakah sentra secara relatif lebih produktif dibanding sentra yang lain, atau apakah sentra secara relatif memiliki kapasitas yang lebih besar dibanding sentra yang lain. Berdasarkan pengelompokkan univariate ini, kita dapat mulai mengenali sentra yang ada menurut sifat kapasitas atau sifat produktifitasnya. Disamping menggunakan variabel secara sendiri-sendiri, pengelompokkan juga dapat dilakukan dengan menggunakan gabungan variabel. Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip tabulasi silang (cross tabulation). Hasil pengelompokkannya sering disebut dengan istilah Matriks.
Sekarang, kita dapat melakukan tabulasi silang menggunakan 2 variabel sifat tersebut diatas yaitu Produktivitas dan Kapasitas. Dengan mengunakan dua variabel ini, kumpulan sentra yang dimiliki dapat dikelompokkan menjadi setidaknya 4 (empat) kelompok seperti terlihat dalam gambar. Jumlah empat diperoleh karena masing-masing variabel dinilai dalam dua kriteria, yaitu (1) Tinggi dan (2) Rendah.
Kelompok/Kwadran 1 merupakan tempat bagi sentra-sentra yang kapasitas sentranya rendah, namun memiliki produktivitas yang tinggi. Kelompok/Kwadran 2 adalah tempat bagi kelompok sentra yang memiliki
(39)
kapasitas dan produktivitas yang tinggi. Kelompok/Kwadran 3 adalah tempat sentra yang memiliki kapasitas dan produktivitas yang rendah. Sedangkan Kelompok/Kwadran 4 adalah tempat sentra yang memiliki kapasitas yang tinggi, namun produktifitasnya rendah.
Bagan 3.3. Matriks Kapasitas-Produktifitas Sentra UKM
Terhadap masing-masing kelompok/kwadran ini kemudian dapat diberikan nama yang unik dan logis. Untuk keperluan penilaian posisi sentra, kwadran 1 diberi nama Kelompok Sentra Prospektif, kwadran 2 adalah Sentra Unggulan, kwadran 3 adalah sentra Status Quo, dan kwadran 4 adalah Sentra Potensial.
Tabel 3.6. Karakteristik Kwadran Matriks Kapasitas-Produktifitas Sentra UKM
CIRI SIFAT KWADRAN/
KELOMPOK
NAMA
KAPASITAS PRODUKTIFITAS
KETERANGAN
1 Sentra
Prospektif
Rendah Tinggi
2 Sentra
Unggulan
Tinggi Tinggi
3 Sentra Status
Quo
Rendah Rendah
4 Sentra
Potensial
Tinggi Rendah
1 2
4 3
Tinggi
Rendah
Tinggi Rendah
Kapasitas Produktivita
(40)
Sentra kwadran 2 disebut sentra Unggulan karena memiliki kapasitas yang besar dan produktivitas yang tinggi. Kapasitas yang besar membuat sentra kelompok ini dapat menjadi motor perluasan wilayah di daerahnya, sedangkan produktivitas yang tinggi menunjukkan ketersediaan ruang pasar dan ketrampilan tenaga kerja yang mencukupi. Sentra dengan kemampuan perluasan wilayah dan dukungan pasar dan ketrampilan yang baik adalah sentra unggul yang dapat dikembangkan menjadi klaster.
Sentra kwadran 1 disebut Prospektif karena sentra kelompok ini memiliki prospek untuk berkembang menjadi sentra yang unggul. Sentra kelompok ini memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Hambatannya adalah kapasitas yang masih rendah. Jika masalah kapasitas ini dapat dihadapi, maka sentra prospektif memiliki prospek untuk menjadi sentra yang unggul.
Sentra kwadan 4 memiliki ciri kapasitas yang tinggi dan produktivitas yang rendah. Kapasitas yang tinggi adalah ciri kemampuan sentra untuk mengembangkan wilayahnya. Masalahnya adalah sentra-sentra ini cenderung memiliki hambatan pasar dan keahlian tenaga kerja. Kendati demikian, sentra kelompok ini masih berpotensi untuk dikembangkan asal masalah pasar dan ketrampilan dapat diatasi.
Sentra kwadran 3 disebut sentra status quo karena sentra kelompok ini cenderung stagnan (atau tidur/dorman, dalam istilah ADB).
(41)
B A B
K
ajian perkuatan sentra
bisnis ini secara umum
ingin
mengetahui
dampak
perkuatan yang telah diberikan
kepada
sentra
UKM
yang
difasilitasi
oleh
Kementerian
Koperasi sejak tahun 2001 hingga
2003
Kajian
Perkuatan
Sentra UKM
(42)
P E N DA H U L UA N
Kajian perkuatan sentra bisnis ini secara umum ingin mengetahui dampak perkuatan yang telah diberikan kepada sentra UKM yang difasilitasi oleh Kementerian Koperasi sejak tahun 2001 hingga 2003. Untuk menjawab masalah ini, kajian mengalamatkan 4 buah pertanyaan yaitu:
1) Apakah terjadi peningkatan aktivitas bisnis dalam sentra?
2) Apakah terjadi kerjasama dalam meningkatkan aktifitas bisnis tersebut?
3) Apakah kerjasama berkembang keluar sentra? 4) Apakah daya saing produk sentra meningkat?
Hasil kajian secara umum menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di dalam sentra meningkat secara nyata sesudah periode perkuatan yang dilaksanakan. Peningkatan ini tampak amat dipengaruhi oleh tahapan produk yang dibuat oleh sentra. Kajian mengindikasikan bahwa sentra dengan tahapan produk berkembang memiliki tingkat pertumbuhan omzet yang lebih baik dibandingkan sentra pada tahapan yang lain. Peningkatan aktivitas ini juga dipicu oleh efektifitas peran BDS dan sentra dan tingkat kerjasama dalam sentra.
Masuknya faktor kerjasama sebagai salah satu pemicu peningkatan aktivitas dalam sentra menunjukkan dukungan pada pendekatan JICA yang mensyaratkan keberadaan Modal Sosial bagi keberhasilan pembangunan sebuah sentra. Dalam kajian ini, modal sosial yang dimaksud adalah Keberadaan Kelompok dan Tingkat Kerjasama dalam Sentra.
Hasil pemetaan sentra menunjukkan bahwa pada beberapa sentra yang difasilitasi, secara tidak langsung, telah membentuk sebuah kerjasama yang positif atau bahkan persaingan. Contoh kerjasama seperti kerjasama antara sentra anyaman purun di Margasari dan Alalak Utara (Kalimantan Selatan) yang saling bekerjasama dalam pelatihan perbaikan mutu produk.. Sedangkan contoh persaingan, misalnya antara sentra penghasil telur itik di Kalimantan Selatan yang
(43)
kerap mengeluhkan turunnya harga telur jika telur itik dari Jawa (sentra telur di Jawa Barat dan Jawa Tengah) masuk ke pasar Kalimantan. Contoh hubungan menarik lain adalah antara sentra anyaman mendong/pandan di Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali yang saling bersaing memenuhi permintaan impor melalui pasar Bali. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antar sentra telah keluar dari batas-batas daerah dengan Pasar sebagai titik temu antara berbagai kepentingan.
Daya saing, dalam kajian ini, diukur melalui perubahan komponen/proses usaha dalam sentra yang mengarah pada kemungkinan peningkatan daya saing suatu produk. Kajian mencatat adanya indikasi perubahan daya saing pada beberapa sentra yang diamati. Kajian menunjukkan variasi perubahan daya saing dari sentra selama periode perkuatan. Sentra dengan perubahan daya saing yang tinggi ternyata berada dekat dengan efektifitas peran BDS dan tingkat kerjasama di dalam sentra.
Paparan berikut ini akan menunjukkan hasil-hasil kajian yang membentuk jawaban tersebut diatas.
D I N A M I K A S E N T R A
PENINGKATAN KAPASITAS
Gambaran umum mengenai dampak perkuatan terhadap sentra UKM adalah paparan mengenai kondisi sentra secara keseluruhan setelah memperoleh perkuatan. Informasi mengenai sentra ini diambil dari sentra Kementerian Koperasi dan UKM yang dimiliki datanya.
Jika diperhatikan tampak bahwa secara keseluruhan Sentra-Sentra yang di fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM mengalami peningkatan Kapasitas sesudah periode perkuatan. Peningkatan kapasitas ini tercermin dari meningkatnya Jumlah unit Usaha yang ada dalam sentra, meningkatnya jumlah tenaga kerja yang terserap, dan meningkatnya rata-rata omzet sentra. Rata-rata setelah satu setengah
(44)
tahun sesudah periode perkuatan, omzet produk sentra naik sebesar 11,88%. Sedangkan jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang terserap naik sebesar, secara berturut-turut, 27,95% dan 27,45%.
Tabel 4.1. Rata-Rata Jumlah Tenaga Kerja UKM dan Omzet Sentra
SATUAN SEBELUM SESUDAH PERU BAHAN KETERANGAN
Omzet Rp/Tahun 7,568,655,682 8,589,211,748 11.88% Uji pair: signifikan
Unit Usaha Unit 57 79 27.95% Uji pair: signifikan
Tenaga Kerja Orang 211 290 27.45% Uji pair: signifikan
Omzet/UKM Rp/Tahun/unit 190,988,866.85 190,203,232.14 -0.41%
Omzet/TK Rp/Tahun/orang 41,607,210.67 37,642,822.13 -10.53%
Sumber: Data diolah
Perubahan ini tampak signifikan dalam uji beda dua rata-rata untuk data berpasangan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas tersebut (Omzet, Unit usaha, dan Tenaga kerja) adalah signifikan besarnya. Beberapa grafik yang menunjukkan peningkatan tersebut dapat dilihat dalam bagan 4.1 dan 4.2.
Bagan 4.1. Grafik Rata-Rata Omzet Sentra Sebelum dan Sesudah Perkuatan
Sumber: Data diolah
Omzet sentra/Tahun
7,000,000,000 7,200,000,000 7,400,000,000 7,600,000,000 7,800,000,000 8,000,000,000 8,200,000,000 8,400,000,000 8,600,000,000 8,800,000,000
(45)
Bagan 4.2. Grafik Rata-Rata Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Dalam Sentra Sebelum dan Sesudah Perkuatan
Sumber: Data diolah
PENURUNAN PRODUKTIFITAS
Berlawanan dengan peningkatan di bidang Kapasitas, kajian mengindikasikan terjadinya penurunan di bidang Produktifitas antara sebelum dan sesudah perkuatan.
Bagan 4.3. Grafik Rata-Rata Omzet per Unit Usaha dan Omzet per Tenaga Kerja Dalam Sentra Sebelum dan Sesudah Perkuatan
Sumber: Data diolah
Unit Usaha dan Tenaga Kerja
0 50 100 150 200 250 300 350
Unit Usaha Tenaga Kerja
Sebelum Sesudah
Omzet/Unit Usaha dan Omzet/Tenaga Kerja
0.00 50,000,000.00 100,000,000.00 150,000,000.00 200,000,000.00 250,000,000.00
Omzet/Unit Usaha Omzet/Tenaga Kerja
(46)
Jika diperhatikan kembali tabel 4.1 yang diperjelas dengan Bagan 6.3, akan tampak bahwa produktifitas UKM, yang diukur dengan Omzet per UKM, dan produktifitas tenaga kerja sentra (Omzet/TK) cenderung untuk menurun nilainya. Dalam periode pengamatan antara sebelum dengan sesudah perkuatan, penurunan produktifitas UKM adalah sebesar 0.41%, sedangkan produktifitas tenaga kerja turun sebesar 10,53%. Setidaknya ada 3 hal yang dapat digunakan untuk menduga penyebab penurunan ini. Mereka adalah (1) Teori Daur Siklus produk, (2) Teori Tahap Perkembangan Sentra, dan (3) Demonstration Effect.
TEORI DAUR SIKLUS PRODUK
Teori daur siklus produk menyatakan bahwa pertumbuhan sebuah produk akan mengikuti sebuah daur yang tetap yaitu Perkenalan, Tumbuh, Dewasa, dan Menurun. Perpindahan antar tahapan ini, salah satunya, dicirikan oleh perubahan arah pertambahan penjualan. Pada awal pertumbuhan dan perkembangannya, penjualan biasanya memiliki pertambahan yang positif-meningkat, sedangkan pada tahap dewasa dan menurun, biasanya memiliki pertambahan penjualan yang semakin menurun bahkan negatif. Jika secara rata-rata produktifitas sentra menurun setelah mendapat perkuatan, maka salah satu kemungkinannya adalah karena sentra yang diperkuat sebenarnya telah berada dalam tahap siklus yang dewasa atau menurun.
Bagan 4.4. Kurva Daur Hidup Produk
Siklus Hidup
Wakt Output
Tahap 1 Perkenalan
Tahap 2 Pertumbuhan
Tahap 3 Dewasa
Tahap 4 Penurunan
(47)
Dalam kajian, ukuran pengelompokkan adalah pendapat pengusaha tentang volume penjualan produk dan sejarah pertumbuhan produk. Pandangan terhadap tahap produk diharapkan dapat memberi pengayaan penjelasan mengenai efektifitas perkuatan yang diberikan.
Bagan 4.5. Pengelompokkan Sentra Dalam Tahap Daur Hidup Produk
Sumber: Data diolah
Jika diperhatikan, tampak bahwa sebagian besar produk hasil sentra yang diamati berada dalam kategori Dewasa. Produk dalam tahapan dewasa memerlukan bentuk perkuatan yang berbeda agar dia dapat kembali masuk ke dalam siklus tumbuh yang berikutnya.
TAHAP PERKEMBANGAN SENTRA
Tahap Perkembangan Sentra, menunjukkan tahapan perkembangan sebuah sentra, mulai dari terbentuk, tumbuh, berkembang, dan Evolusi. Daur ini diadopsi dari perkembangan sentra menurut Marshall. Jika tambahan perkuatan menghasilkan penurunan produktifitas, maka diduga bahwa rata-rata sentra yang difasilitasi berada dalam tahapan yang sedang berevolusi.
19.35%
25.81%
48.39%
6.45%
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%
(48)
Bagan 4.6. Tahap Perkembangan Sentra - Marshall
Ciri-ciri masing-masing tahap perkembangan adalah:
Sentra dalam tahap baru TERBENTUK baru memiliki 1 atau 2 unit usaha innovator/pionir yang memulai usahanya, dan Tenaga kerja didatangkan dari daerah lain
Sentra TUMBUH memiliki unit usaha baru yang bermunculan meniru produk innovator, tenaga kerja berdatangan dari daerah lain, dan tenaga kerja lokal mulai terlibat
Sentra BERKEMBANG dicirikan dengan termasuk ke dalam kategoriUnit usaha baru bermunculan meniru produk innovator atau menciptakan produk modifikasi, tenaga kerja menetap, banyak tenaga kerja lokal terlibat penuh, munculnya unit usaha pemasok bahan baku pembuatan produk sentra, munculnya pedagang pengumpul/individu yang bertindak sebagai agen penjualan, dan Pemerintah Daerah membentuk institusi pendukung.
Sentra BEREVOLUSI tampak dari Pengusaha “besar” dalam sentra mulai mencari produk baru yang lebih baik di luar produk saat ini, Perusahaan Pemasok bahan baku termasuk ke dalam kategori berkembang, Institusi bentukan pemerintah daerah berfungsi dengan efektif, dan Daya saing produk sentra kuat dan berkelanjutan
Pembentukan
Pertumbuhan
Berkembang
(49)
Sentra ini sedang BEREVOLUSI (TURUN) jika jumlah unit usaha dalam termasuk ke dalam kategori sentra menurun, Pengusaha memilih berusaha di bidang lain, Pasokan bahan baku berkurang, Pemerintah Daerah tidak menganggap sentra strategis, dan Daya saing produk sentra berkurang. Berdasarkan kriteria diatas, sentra yang diamati kemudian dikelompokkan ke dalam 5 tahapan tersebut. Tampak bahwa sebagian besar sentra yang diamati termasuk ke dalam kategori berkembang atau berevolusi. Lihat bagan 4.7.
Bagan 4.7. Pengelompokkan Sentra Dalam Tahapan Pembentukan Sentra
Sumber: Data diolah
Tabel 4.2. Tabel Silang Antara Tahap Produk dan Tahap Sentra
TAHAP PRODUK
Tumbuh Berkembang Dewasa Turun
Terbentuk 0.00%
Tumbuh 3.13% 3.13%
Berkembang 15.63% 21.88% 21.88% 59.38%
Evolusi 3.13% 18.75% 3.13% 25.00%
T
A
H
A
P
SE
NT
RA
Evolusi turun 6.25% 6.25% 12.50%
18.75% 25.00% 46.88% 9.38% 100.00%
Sumber: Data diolah
0.00% 3.23%
61.29%
22.58%
12.90%
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%
(50)
Jika pengelompokkan produk dan tahapan sentra disatukan dalam sebuah tabel silang, maka hasilnya akan tampak dalam tabel 4.2. Tampak bahwa 46.88% dari sentra yang berkembang dan berevolusi memproduksi barang yang masuk dalam kategori Dewasa. Penjelasan ini menambahkan pentingnya peran perkuatan untuk menjembatani evolusi sentra dan transformasi produk yang akan terjadi tidak lagi.
EFEK DEMONSTRASI
Kemungkinan lain adalah terjadinya demonstration effect pada sentra-sentra fasilitasi. Demonstration effect adalah efek yang terjadi ketika program perkuatan melalui sentra disambut secara antusias oleh masyarakat, namun pertumbuhan ini tidak diikuti secara proporsional dengan pertumbuhan pasar produk sentra. Hal ini secara keseluruhan akan menurunkan nilai produktifitas anggota sentra. Akibatnya anggota sentra cenderung untuk bersaing dengan sesama UKM anggota sentra.
Hasil pengamatan terhadap sentra yang dipilih setidaknya memberikan dukungan pada teori daur hidup produk dan tahapan sentra ini. Hasil analisis diskriminan untuk mencari variabel yang secara nyata mampu membedakan pertambahan daya saing dan peningkatan omzet menunjukkan bahwa Tahap Produk dan Tahap Sentra sebagai variable yang secara nyata mampu membedakan kelompok pertambahan daya saing dan omzet.
Analisis diskriminan digunakan untuk menentukan apakah pengelompokkan yang dipilih memiliki variable yang mampu membedakan (mendiskriminasikan) secara nyata antar kelompok yang dipilih tersebut. Dalam kajian ini, analisis diskriminan yang digunakan adalah untuk melihat variable mana yang mendukung pengelompokkan daya saing sentra secara signifikan.
Variabel yang diumpankan ke dalam analisis adalah (1) Tahap sentra, (2) Tahap Produk, (3) Jenis Sentra, (4) Aktifitas Kooperasi, (5) Efisiensi BDS, (6) Keberadaan Kelompok, dan (7) Tingkat Kerjasama. Sedangkan variable pengelompoknya adalah Perubahan Daya Saing. Hasil analisis secara stepwise menunjukkan bahwa perubahan daya saing yang terjadi di dalam sentra amat ditentukan oleh Tahap Sentra dan Efektifitas BDS yang mendampinginya. Hasil ini menunjukkan
(51)
pentingnya peran BDS dan perlunya perhatian terhadap tahapan sentra yang difasilitasi. Lihat tabel 4.3.
Tabel 4.3. Koefisien Fungsi Diskriminan Untuk Kelompok Perubahan Daya Saing
Sumber: Data diolah
Tabel 4.4. Koefisien Fungsi Diskriminan Untuk Kelompok Perubahan Omzet
Sumber: Data diolah
Structure Matrix .743* .669 -.736* .677 .077* -.033 -.169 .594* -.065 -.320* .107 .198* .008 .134* Efektifitas BDS (modif)
Tahap sentra Jenis sentraa Tahap produka
Aktifitas koperasi (modif)a Keberadaan kelompoka Tingkat kerjasamaa
1 2
Function
Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function.
Largest absolute correlation between each variable and any discriminant function
*.
This variable not used in the analysis. a. Structure Matrix 1.000 .447 .421 .227 .206 .104 -.097 Tahap produk
Tahap sentraa
Jenis sentraa
Keberadaan kelompoka
Tingkat kerjasamaa
Efektifitas BDS (modif)a
Aktifitas koperasi (modif)a
1 Function
Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function.
This variable not used in the analysis. a.
(52)
Analisis diskriminan yang lain menggunakan variable pengelompok Perubahan Omzet (lihat tabel 4.4), dimana anggota sentra dibagi menjadi kelompok sentra dengan peningkatan omzet lebih dari 50% dan sentra dengan peningkatan omzet dibawah 50%. Hasil analisis dengan anggota variable pembeda yang sama menunjukkan bahwa Tahap Produk adalah hal yang mampu membedakan ke dua jenis kelompok sentra tersebut.
POLA PERKEMBANGAN SENTRA
Jika Marshall memberikan tahap perkembangan sentra sebagai Terbentuk, Tumbuh, Berkembang, dan Evolusi. Maka matriks Kapasitas-Produktivitas sentra yang digunakan dalam perumusan grand strategi pengembangan KUKM di tahun 2002 dapat memberikan daur pengembangan lain terhadap informasi yang sama atau pengayaan terhadap tahap perkembangan sentra Marshall.
Bagan 4.8. Matriks Kapasitas-Produktivitas Sentra Sebelum dan Sesudah Perkuatan
Sumber: Data diolah
23.08% 61.54%
15.38%
Kapasitas
Pr
o
d
u
k
ti
fi
ta
s
B Sesudah Perkuatan
34.62% 50.00%
15.38%
Kapasitas
Pr
o
d
u
k
ti
fi
ta
s
A Sebelum Perkuatan
(53)
Pemetaan terhadap nilai kapasitas dan produktifitas yang dimiliki oleh sentra-sentra secara berkala dapat menunjukkan pola perkembangan sentra-sentra dalam atribut kapasitas dan produktifitasnya. Pemetaan yang dilakukan terhadap sentra-sentra yang diamati menunjukkan bahwa perkuatan yang diberikan digunakan oleh pengusaha untuk memperbesar kapasitasnya. Lihat bagan 4.8.
Jika diperhatikan panel A tampak bahwa pada awalnya seluruh sentra yang diamati terkelompok dalam 3 kwadran yaitu (1) sebanyak 34,62% dalam kwadran Produktifitas rendah – Kapasitas rendah, (2) sebanyak 50,00% dalam kwadran Produktifitas rendah – Kapasitas tinggi, dan (3) sebanyak 15,38% dalam kwadran Produktifitas tinggi – Kapasitas tinggi.
Peta sentra setelah perkuatan selama 1 hingga 2 tahun menunjukkan perubahan anggota kwadran seperti tampak dalam panel B. Sesudah perkuatan tampak bahwa sentra yang berada dalam kuadran ”kapasitas rendah – produktifitas rendah” berkurang nilainya dan bermigrasi ke kuadran yang lebih tinggi Kapasitasnya, yaitu ”kapasitas tinggi – produktifitas rendah”.
Pemetaan dengan data lain yang diperluas hingga sekitar 3 tahun sesudah perkuatan menunjukkan bahwa pada akhirnya sentra memang bergerak ke arah peningkatan produktifitas. Bagan 4.9 dan 4.10 menunjukkan pola migrasi yang ”biasanya” dilalui oleh kebanyakan sentra yang difasilitasi dengan model Kementerian Koperasi. Terlihat bahwa pada awalnya sentra menggunakan kapasitas berlebihnya terlebih dahulu, sehingga meningkatkan ukuran-ukuran kapasitas, kemudian baru meningkatkan kapasitasnya. Hingga saat ini belum ditemui sentra dengan arah perkembangan meningkatkan produktifitas terlebih dahulu, baru meningkatkan kapasitas.
Kemungkinan jalur pengembangan ini, bersama-sama dengan hasil pengukuran produktifitas, menunjukkan bahwa sebelum program perkuatan UKM memang berada dalam kondisi yang kelebihan kapasitas. Akibatnya, ketika muncul kesempatan untuk meningkatkan usahanya, maka yang paling pertama dilakukan adalah mengisi kelebihan kapasitas tersebut, baru pada akhirnya digunakan untuk meningkatkan produktifitas.
(54)
Bagan 4.9. Matriks Kapasitas-Produktivitas Sentra Tahun 2001-2004
Sumber: Data Diolah
Bagan 4.10. Pergerakan Sentra Dalam Matriks Kapasitas-Produktivitas Sentra Tahun 2001-2004
Sumber: Data Diolah
Hasil ini menunjukkan tahapan perkembangan sentra versi matriks Grand Strategi Pengembangan KUKM yaitu, Formasi – Formalisasi – Pembentukan
37.50% 50.00% 12.50% Kapasitas Pr o d u k ti fi ta s 37.50% 50.00% 12.50% Kapasitas Pr o d u k ti fi ta s 37.50% 50.00% 12.50% Kapasitas Pr o d u k ti fi ta s 40.63% 53.13% 6.25% Kapasitas Pr o d u k ti fi ta s 40.63% 53.13% 6.25% Kapasitas Pr o d u k ti fi ta s 46.88% 46.88% 6.25% Kapasitas Pr o d u k ti fi ta s 46.88% 46.88% 6.25% Kapasitas Pr o d u k ti fi ta s 37.50% 50.00% 12.50% Kapasitas Pr o d u k ti fi ta
s
1
2
3
4
(55)
Kapasitas – Peningkatan Produktifitas. Jika model ini yang digunakan maka tampak bahwa hampir 87% sentra fasilitasi berada dalam tahapan Pembentukan/Pemanfaatan Kapasitas ini. Model ini dapat diasimilasikan pada model Marshall untuk membentuk model perkembangan sentra khas Indonesia.
SUMBER PENINGKATAN AKTIVITAS SENTRA
Melihat indikasi pertumbuhan sentra satu hingga tiga tahun setelah mendapat perkuatan, pertanyaan yang muncul adalah apakah perkuatan yang diberikan memang mengembangkan sentra seperti yang ditunjukkan? Untuk menjawab hal ini nampaknya perlu ditelusuri faktor-faktor yang menjadi sumber pembentuk dan pengembang sentra.
FAKTOR PEMBENTUK SENTRA
Faktor pembentuk sentra adalah hal yang dianggap memunculkan kegiatan produksi produk yang pada saat ini menjadi sentra di suatu daerah. Menurut Porter, ada beberapa faktor yang dapat menjadi pembentuk suatu sentra, mereka adalah (1) Implementasi hasil penelitian perguruan tinggi yang kemudian membutuhkan produk tertentu, (2) kumpulan industri tertentu yang memunculkan kebutuhan produk khusus tertentu, (3) kebutuhan lokal, (4) Keberadaan perusahaan atau individu inovatif yang secara konsisten bergiat di suatu daerah dan (5) chance event atau kejadian acak yang secara ”tidak sengaja” mencetuskan kemunculan sentra tersebut.
Pandangan terhadap faktor pembentuk sentra membantu pengambil keputusan untuk memahami latar belakang munculnya suatu sentra dan memperkirakan dampak aksi perkuatan yang diberikan.
Jika diperhatikan bagan 4.11, tampak bahwa sebagian besar sentra yang diamati adalah sentra yang muncul karena kebutuhan lokal akan suatu produk yang didukung oleh keberlimpahan sumber daya alam di daerah tersebut. Faktor lain yang muncul adalah permintaan khusus untuk memenuhi pasar pariwisata (turisme dan ekspor). Sedangkan faktor insiatif pemerintah mengarah pada upaya
(56)
Bagan 4.11. Faktor Pembentuk Sentra
Sumber: Data diolah
FAKTOR PEMGEMBANG SENTRA
Faktor pengembang sentra adalah hal yang menjadi trigger/pencetus bagi perkembangan sentra lebih lanjut. Pandangan terhadap faktor pembentuk dan pengembang sentra membantu pengambil keputusan untuk memahami latar belakang munculnya suatu sentra dan hal-hal yang mengembangkannya untuk memperkirakan dampak aksi perkuatan yang diberikan.
Beberapa hal yang muncul dan dikelompokkan sebagai faktor pengembang sentra adalah: (1) permintaan ekspor, (2) turisme, (3) permintaan industri pengolahan, (4) kemauan berkelompok, (5) permintaan antar daerah, (6) dukungan perguruan tinggi, (7) individu sentral, (8) kerjasama, (9) lokasi sentra, dan (10) proyek pemerintah.
Secara umum, jika dikelompokkan maka hal-hal ini merujuk faktor-faktor berikut :
Pasar. Permintaan lokal, ekspor, turisme, permintaan industri pengolah, permintaan antar daerah, dan proyek pemerintah.
Permintaan lokal 85%
Inisiatif pemerintah
3% Turisme
3% Permintaan
ekspor 3% Other
10% Sumber daya
alam 6%
(1)
a. Mengkoordinasikan bantuan teknis pengembangan jaringan informasi pembangunan sentra klaster UKM di Indonesia.
b. Merencanakan, menganggarkan dan melaksanakan kegiatan dukungan pengembangan sentra klaster UKM di Indonesia terutama yang berkaitan dengan sosialisasi pemasyarakatan pengembangan sentra klaster UKM. 13) Kementerian BUMN memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan bantuan teknis dari BUMN untuk pengembangan sentra klaster UKM di Indonesia.
b. Merencanakan, menganggarkan dan melaksanakan kegiatan dukungan pengembangan sentra klaster UKM di Indonesia terutama yang berkaitan program PUKK.
14) Kementerian Lingkungan Hidup memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan kebijakan lingkungan hidup dalam pengembangan sentra klaster UKM.
b. Merencanakan, menganggarkan dan melaksanakan kegiatan dukungan pengembangan sentra klaster UKM di Indonesia terutama yang berkaitan dengan penerapan kebijakan lingkungan hidup.
15) Kementerian Pemberdayaan Wanita memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan bantuan teknis pemberdayaan wanita dalam sentra klaster UKM.
b. Merencanakan, menganggarkan dan melaksanakan kegiatan dukungan pemberdayaan wanita dalam pengembangan sentra klaster UKM di Indonesia.
c. Mengkoordinasikan pengidentifikasian, pemantauan dan evaluasi pemberdayaan wanita dalam sentra klaster UKM di Indonesia.
16) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memiliki fungsi sebagai berikut: a. Mengkoordinasikan program pembangunan nasional yang pro
(2)
114
b. Mengkoordinasikan prioritas program pengembangan sentra klaster UKM sebagai program pembangunan prioritas yang berkelanjutan.
17) Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan kebijakan perbankan yang mendorong perbankan untuk membuka akses kepada UKM di dalam sentra klaster UKM.
b. Mengkoordinasikan pengembangan kapasitas BDS-P untuk memberikan layanan kepada sentra klaster UKM dalam mengakses pinjaman dari perbankan secara profesional.
18) Badan Pusat Statistik memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan pengumpulan dan penyajian data statistik sentra klaster UKM di Indonesia
b. Merencanakan, menganggarkan dan melaksanakan kegiatan sensus dan survei perkembangan sentra klaster UKM di Indonesia.
19) Pemerintah Propinsi memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pengembangan sentra klaster UKM di wilayahnya.
b. Mengalokasikan dana APBD yang memadai untuk pemeliharaan dan pengembangan sentra klaster UKM di wilayahnya.
c. Mengkoordinasikan bantuan teknis kepada pemerintah kabupaten/ kota untuk pengembangan sentra klaster UKM di wilayahnya.
d. Menyusun kinerja sentra klaster UKM di wilayahnya dan melaporkan kepada instansi terkait.
e. Memfasilitasi asosiasi BDS sebagai BDS fasilitator di wilayahnya dan mengembangkan forum pengembangan sentra klaster tingkat propinsi. 20) Pemerintah Kabupaten/ Kota memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pengembangan sentra klaster UKM di wilayahnya.
(3)
b. Mengalokasikan dana APBD yang memadai untuk pemeliharaan dan pengembangan sentra klaster UKM di wilayahnya.
c. Mengkoordinasikan bantuan teknis kepada sentra klaster UKM di wilayahnya.
d. Menyusun kinerja sentra klaster UKM di wilayahnya dan melaporkan kepada instansi terkait.
e. Memfasilitasi forum pengembangan sentra klaster tingkat kabupaten/ kota.
21) Asosiasi BDS Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengembangkan kapasitas BDS-P anggotanya untuk melayani sentra klaster UKM binaannya.
b. Mengembangkan sistem informasi yang mudah diakses oleh anggotanya. c. Mengkoordinasikan pengumpulan data sentra, kinerja BDS-P dan
pengelolaan MAP, serta memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah untuk pengembangan sentra klaster UKM di Indonesia. d. Mitra kerja bagi pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten/ kota untuk pengembangan sentra klaster UKM di Indonesia.
K E B I J A K A N P E N G E M B A N G A N S E N T R A - K L A S T E R U K M PA DA M A S A M E N DA TA N G
Disamping memperhatikan butir-butir tersebut diatas, Kementerian Koperasi dan UKM sendiri secara umum perlu memperbaiki beberapa kebijakan pengembangan UKM yang dilakukannya. Beberapa penyempurnaan yang diperlukan untuk pengembangan sentra UKM antara lain:
1. Sosialisasi program pengembangan sentra-klaster UKM perlu lebih luas dan intensif, dan jika diperlukan melalui media massa. Hal ini untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi program, serta pelibatan masyarakat dalam program pengembangan sentra klaster UKM di Indonesia.
(4)
116
Sosialisasi juga harus menyentuh kalangan aparat Pemerintahan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Kabupaten/Kota dalam rangka memasukkan perspektif pembangunan sentra UKM dalam perencanaan pembangunan daerah.
2. Pengembangan ‘forum pengembangan sentra klaster UKM’ tingkat propinsi atau kabupaten/ kota untuk memantau dan sekaligus sebagai wahana peningkatan kapasitas UKM, BDS-P dan pengelola MAP.
3. Pengembangan BDS fasilitator pada tingkat propinsi atau memberdayakan asosiasi BDS Indonesia sebagai BDS fasilitator untuk meningkatkan jaringan kerja BDS-P dan meningkatkan kapasistasnya dalam melayani UKM disentra binaannya.
4. Pengembangan sistem pelaporan, pemantauan dan evaluasi secara berkala yang efektif. Instansi yang membidangi Koperasi dan UKM kabupaten/ Kota/ Propinsi yang menerima laporan berkala diwajibkan memberikan umpan balik kepada pengurus sentra, BDS-P dan koperasi pengelola MAP.
5. Penyusunan data dan statistik perkembangan program sentra klaster UKM di Indonesia secara berkala, dan dipublikasikan secara luas kepada masyarakat sebagai bagian dari keterbukaan dan akuntabilitas program.
(5)
Abdullah, Piter, dkk. 2002. Daya Saing Daerah: Konsep dan Pengukurannya di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia. BPFE. Yogyakarta.
BAPPENAS. 2002. 13 Langkah KPEL Untuk Pengembangan Ekonomi Lokal.
Canela, Eduardo. 2001. Business Development Services fot Small and Medium Enterprises and Cooperatives in Indonesia: Some Key Guidelines and Needs. Laporan Kajian. USAID dan BPSKPKM.
Hatch, C. Richard. 2000. Overcoming the Limitations of Size: Network Strategies for SME in Asia (Paper for the ADB/OECD Workshop On SME Financing in Asia, Manila, 3-4 July 2000). New Jersey Institute of Technology
James, Kenneth dan Narongchai Akrasanee. 1993. Aspek-Aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah: Studi Kasus ASEAN. LP3ES. Jakarta.
Japan International Cooperation Agency. 2003. Studi Mengenai Peningkatan Kapasitas Kluster Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Laporan Perkembangan. KRI International Corp. Tokyo.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI. 2001. Petunjuk Teknis Perkuatan Permodalan UKMK dan Lembaga Keuangannya dengan Penyediaan Modal Awal dan Padanan (MAP) Melalui Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI. 2003. Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI. 2003. Petunjuk Teknis Business Development Services (BDS).
(6)
118
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI dan Badan PusatStatistik. 2003. Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Tambah dan Ekspor Usaha Kecil dan Menengah Serta Peranannya Terhadap Tenaga Kerja Nasional dan Produk Domestik Bruto Menurut Harga Konstan dan Harga Berlaku. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI. 2003. Pengkajian Grand Strategy Pengembangan Sentra UKM dalam Rangka Perkuatan BDS, KSP/USP dan Asosiasi UKM.
Koizumi, Hajime, 2003. Strengthening Capacity of SME Clusters : Master Concept and Strategy for SME Cluster Development from Lessons Learnt. JICA Study Team. Lee, Khai Sheang, dkk. 2002. Competing For Market: Growth Strategies for SMEs.
McGraw-Hill Education. Singapore.
Sato, Yuri. 1998. Changing Industrial Structures and Business Strategies in Indonesia. Institute of Developing Economies. Tokyo
Soetrisno, Noer. 2003. Providing Financial Support fo Micro Enterprise Development in Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia
Soetrisno, Noer. 2002. Strategi Penguatan UKM. Melalui Pendekatan Klaster Bisnis; Konsep, Pengalaman Empiris, dan Harapan Kerjasama. Bina Masyarakat Madani dengan Asosiasi BDS Indonesia
Urata, Shujiro. 2000. Policy Recommendations for SME Promotion in The Republic of Indonesia.