Gambaran Gejala Sindrom Pramenstruasi pada Remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja dalam bahasa aslinya disebut aldolescence, berasal dari bahasa latin
“adolescere”

yang berarti tumbuh

atau tumbuh untuk mencapai kematangan.

Kematangan yang dimaksud bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga kematangan
sosial dan psikologi (Ali & Asrori, 2012). Menurut WHO, usia remaja adalah 10
sampai 19 tahun. Menurut Depkes RI, batasan usia remaja adalah 10 sampai 18
tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan
pada fisik, emosi dan psikis. Dilihat dari segi fisik, remaja mengalami menstruasi
(menarche) pada usia 12 sampai 16 tahun (Kusmiran, 2014).
Menstruasi merupakan proses alamiah yang dialami oleh remaja. Menstruasi
adalah perdarahan periodik sebagai bagian integral dari fungsional biologis remaja
sepanjang siklus kehidupannya. Pada saat menstruasi, endometrium (selaput rahim)
dilepas sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada kadar
paling rendah. Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya menstruasi adalah

estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium (Kusmiran, 2014). Saat
terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron saat siklus
ovulasi dapat menyebabkan terjadinya sindrom pramenstruasi (Andrews, 2009).
Sindrom pramenstruasi adalah suatu kumpulan keluhan atau gejala fisik,
emosional, dan perilaku yang terjadi pada usia reproduksi yang muncul secara siklik
dalam rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah

Universitas Sumatera Utara

haid keluar yang terjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup
dan pekerjaan remaja tersebut dan kemudian diikuti oleh suatu periode waktu bebas
gejala sama sekali (Suparman, 2011). Menurut Magos & Studd (1984, dalam
Andrews 2009) sindrom pramenstruasi adalah gejala fisik, psikologis dan perilaku
yang menimbulkan distres dan tidak disebabkan oleh penyakit organik yang secara
teratur timbul lagi selama fase yang sama pada siklus ovarium (atau menstruasi), dan
secara signifikan menurun atau hilang selama siklus tersebut.
Gejala sindrom pramenstruasi sangat banyak dan bermacam-macam serta
dapat mempengaruhi hampir semua sistem tubuh. Gejala fisik yang dialami adalah
nyeri tekan, pembengkakan payudara, perut kembung, edema perifer, sakit kepala,
palpitasi, gangguan penglihatan, ketidaknyamanan panggul, perubahan pola buang air

besar, perubahan nafsu makan, mual, jerawat/lesi kulit. Gejala psikologis yang
dirasakan meliputi tegang, iritabilitas, depresi, perubahan alam perasaan, ansietas,
gelisah, letargi, penurunan konsenstrasi. Perubahan gejala perilaku meliputi
agorafobia , kehilangan konsentrasi, dan penghidaran aktivitas sosial (Andrews,

2009).
Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan usia reproduktif mengalami gejalagejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya
(Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Menurut Glassier & Gebbie (2005)
bahwa 80-90% wanita mengalami gejala psikologis ringan dan sekitar 5% mengalami
sindrom pramenstruasi sejati. Menurut Pernoll (2001), lebih dari 150 gejala yang
berhubungan dengan sindrom pramenstruasi. Gejala psikologis yang umum yang

Universitas Sumatera Utara

dialami kelelahan (92%), irritabilitas (91%), mood labil (sedih dan marah, 81%),
depresi (80%), sensitif berlebih (69%), menangis (65%), pelupa (56%), dan sulit
berkonsentrasi (47%). Keluhan fisik umum yang dialami adalah perut kembung
(90%), jerawat (71%), perubahan nafsu makan dan keinginan makan (70%), edema
ekstremitas (67%), sakit kepala (60%), dan gangguan pencernaan (48%).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pawestri & Utari (2014)

tentang gambaran tanda dan gejala premenstrual syndrome pada remaja putri di SMK
N 9 Surakarta menyimpulkan bahwa remaja putri mengalami gejala fisik (38,50%),
gejala psikologis (58,30%), gejala perilaku (27,4%), serta gejala tambahan sebanyak
(4,2%). Mayoritas gejala fisik yang dialami adalah perubahan nafsu makan (72,7%),
mayoritas gejala psikologis yang dialami adalah irritabilitas (87,1%), serta mayoritas
gejala perilaku yang dialami adalah kehilangan konsentrasi (39,4%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rokhmah (2015) di SMP N 4
Surakarta didapati sebanyak 90 siswi (75%) mengalami sindrom pramenstruasi
ringan, sebanyak 28 siswi (23,3%) sedang, dan 2 siswi (1,7%) mengalami sindrom
pramenstruasi berat. Penelitian yang dilakukan oleh Pratita & Margawati (2013) pada
remaja putri didapati 96,8% mengalami sindrom pramenstruasi ringan, 3,2% dengan
sindrom pramenstruasi sedang, dan tidak didapati yang mengalami sindrom
pramenstruasi berat.
Penelitian

lain

yang

dilakukan


oleh

Wahyuni

(2014)

di

SMP

Muhammaddiyah 1 Surakarta didapati bahwa siswi yang mengalami sindrom
pramenstruasi ringan (10%), sedang (72%), dan berat (18%). Penelitian yang

Universitas Sumatera Utara

dilakukan oleh Ricka & Wahyuni (2010) tentang sindrom pramenstruasi di SMP
Negeri 4 surakarta didapati bahwa siswi mengalami sindrom pramenstruasi ringan
(14%), sedang (50%) dan berat (36%). Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2015)
di SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta didapati siswi mengalami sindrom

pramenstruasi ringan (18,2%), sedang (56,4%), dan berat (25,5%).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang sindrom pramenstruasi
didapati pada kategori ringan, sedang, berat, dan penelitian lain melihat gejala fisik,
emosional, serta perilaku. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
gambaran gejala sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen
Immanuel Medan. Alasan memilih SMA Swasta Immanuel Medan karena termasuk
bagian dari populasi remaja yang ada di kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian yaitu
bagaimanakah gambaran gejala sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta
Kristen Immanuel Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi gambaran gejala sindrom pramenstruasi pada remaja di
SMA Swasta Kristen Immanuel Medan.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1


Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam proses
belajar mengajar serta dapat dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa
keperawatan Universitas Sumatera Utara.

1.4.2

Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memberikan
intervensi keperawatan terkait dengan masalah sindrom pramenstruasi.

1.4.3

Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan dapat dilanjutkan
untuk penelitian yang akan datang, dengan menggunakan aspek yang lain
terkait sindrom pramenstruasi.

Universitas Sumatera Utara