Gambaran Gejala Sindrom Pramenstruasi pada Remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan

(1)

Lampiran 1

JADWAL TENTATIFE PENELITIAN

JenisKegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Mengajukan

judul

Menyusun Bab 1

Menyusun Bab 2

Menyusun Bab 3

Menyusun Bab 4

Menyerahkan proposal penelitian Ujian Sidang Proposal Penelitian Revisi proposal penelitian

Uji Validitas & Reliabilitas Pengumpulan data

Analisa Data

Pengajuan sidang skripsi

Ujian sidang skripsi Revisi skripsi

Mengumpulkan skripsi


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN

Saya Debora Daeli, mahasiswi semester VII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Gambaran gejala sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan. Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan dalam proses belajar mengajar, dapat dijadikan bahan dalam memberikan intervensi keperawatan terkait sindrom pramenstruasi, dan dapat dijadikan sebagai referensi terkait masalah gambaran gejala sindrom pramenstruasi.

Sindrom pramenstruasi adalah kumpulan keluhan gejala fisik, emosional, dan perilaku yang dialami seseorang sebelum terjadi menstruasi. Oleh karena itu, saya meminta kesedian saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela. Dalam penelitian ini, saya akan mengajukan beberapa pernyataan terkait gambaran gejala sindrom pramenstruasi. Saya mengharapkan saudari menjawab pernyataan sesuai dengan gejala yang dialami.

Identitas pribadi sebagai responden dalam penelitian ini, akan dirahasiakan dan informasi yang diberikan hanya digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, saudari tidak akan dikenakan biaya apapun. Setelah memahami hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan saudari mengisi lembar persetujuan yang


(3)

sudah disiapkan oleh peneliti. Apabila terdapat hal yang kurang dimengerti terkait penelitian ini dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.

Demikian informasi yang dapat saya sampaikan. Atas bantuan dan kesedian menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2016

Peneliti,


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan tentang “Gejala sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan”, dengan ini menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk ikut serta berpartisipasi dalam penelitian sebagai responden.

Medan,

Peneliti, Yang membuat pernyataan

Debora Daeli

...


(5)

Lampiran 3

KUESIONER GAMBARAN GEJALA SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI SMA SWASTA KRISTEN IMMANUEL MEDAN A. Identitas Sampel

Nama (inisial) :

Umur :

B. Gambaran Gejala Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan

Berilah tanda ceklist (√) pada kolom sesuai dengan jawaban yang dipilih.

Keterangan : 1 : tidak pernah 2 : jarang 3 : kadang-kadang

4 : sering 5 : selalu

No Aspek Penilaian 1 2 3 4 5

A. Gejala Fisik

1. Merasakan payudara membengkak saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

2. Merasakan nyeri tekan pada payudara saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

3. Merasakan perut kembung saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

4. Merasakan nyeri tekan diabdomen (perut) saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

5. Merasakan mual saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

6. Merasakan nyeri kepala saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

7. Merasakan nyeri punggung saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

8. Merasakan nyeri panggul saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

9. Merasakan nyeri sendi dan otot saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

10. Mengalami edema ekstermitas (pembengkakak tangan dan kaki) saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelu haid)

11. Mengalami peningkatan berat badan saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)


(6)

12. Merasakan panas dan kemerahan pada wajah dan leher saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

13. Tumbuh jerawat saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

14. Mengalami palpitasi (jantung berdebar-debar) saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

15. Mengalami gangguan penglihatan saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

16. Mengalami perubahan pola buang air besar saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

17. Mengalami perubahan nafsu makan atau ngidam saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

18. Mengalami penurunan koordinasi (pengaturan tubuh) saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid) B. Gejala Emosional

19. Adanya perasaan mencekam saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

20. Merasa mudah tersinggung saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

21. Adanya perilaku melukai orang lain saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

22. Merasa bermusuhan saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

23. Merasa suka marah saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

24. Mengalami mood (perasaan) yang berubah-ubah saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

25. Merasa lepas kendali saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

26. Merasa depresi saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

27. Mengalami perubahan alam perasaan saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

28. Merasa sering panik saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

29. Merasa bingung saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

30. Mengalami kecemasan saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

31. Merasa gelisah saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)


(7)

32. Mengalami penurunan kesadaran saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

33. Merasa lelah saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

34. Mengalami penurunan konsentrasi saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

35. Menjadi pelupa saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

36. Mudah marah saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

37. Merasa sering menangis saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

38. Merasakan keinginan menyendiri saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

39. Merasakan perasaan bersalah saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

40. Merasakan adanya pikiran bunuh diri saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

41. Merasa kehilangan harga diri saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

C. Gejala Perilaku

42. Mengalami insomnia saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

43. Mengalami ketakutan ditempat keramaian saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

44. Bolos sekolah saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

45. Merasa kehilangan konsentrasi saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)

46. Mengalami penghindaran aktivitas sosial saat sindrom pramenstruasi (gejala sebelum haid)


(8)

Lampiran 10 HASIL UJI RELIABILITAS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Case s

Valid 30 100.0

Exclude

da 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Item s

.901 46

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Delete d Scale Varian ce if Item Delete d Corrected Item-Total Correl ation Cronbach' s Alpha if Item Delete d

p1 90.20 393.131 .347 .900

p2 89.53 375.499 .556 .896

p3 89.73 385.306 .331 .900

p4 88.67 373.402 .559 .896

p5 90.33 397.402 .148 .901

p6 89.47 377.154 .553 .897

p7 89.47 390.395 .186 .902


(9)

p9 89.20 382.234 .355 .899 p1

0 90.57 401.082 .000 .901

p1

1 90.17 391.109 .330 .900

p1

2 90.37 397.826 .118 .901

p1

3 87.83 397.247 .065 .903

p1

4 90.30 390.010 .466 .899

p1

5 90.53 401.085 -.005 .901

p1

6 89.70 398.355 .043 .903

p1

7 89.07 380.961 .345 .900

p1

8 89.73 382.271 .430 .898

p1

9 89.87 383.706 .368 .899

p2

0 88.40 373.903 .524 .897

p2

1 89.87 379.154 .506 .897

p2

2 89.50 391.086 .192 .902

p2

3 88.40 369.352 .690 .894

p2

4 87.93 370.892 .707 .894

p2

5 89.30 369.321 .640 .895

p2

6 89.70 375.390 .554 .896

p2

7 89.07 370.271 .566 .896

p2


(10)

p2

9 90.00 385.103 .431 .898

p3

0 89.60 379.283 .481 .897

p3

1 89.23 377.702 .431 .898

p3

2 90.27 386.547 .445 .898

p3

3 88.63 363.551 .750 .893

p3

4 89.07 382.064 .440 .898

p3

5 90.10 391.679 .331 .900

p3

6 88.33 373.333 .570 .896

p3

7 89.37 378.171 .454 .898

p3

8 89.23 378.323 .451 .898

p3

9 89.93 385.651 .419 .898

p4

0 90.57 401.082 .000 .901

p4

1 90.43 396.530 .186 .901

p4

2 90.10 386.921 .419 .899

p4

3 90.30 398.424 .079 .902

p4

4 90.53 400.051 .137 .901

p4

5 89.53 378.257 .476 .898

p4


(11)

Scale Statistics

Mean

Varia nc e

Std. Devia

tion

N of Ite ms 91.57

401.0 8 2

20.027 46


(12)

Lampiran 11

HASIL UJI NORMALITAS DATA 1. Berdasarkan Umur

Frequencies Statistics Umur

N Valid 59

Missi

ng 0

Umur Frequen cy Percen t Valid Percent Cumulative Percent Val i d 15 Tah un

21 35.6 35.6 35.6

16 Tah un

26 44.1 44.1 79.7

17 Tah un

12 20.3 20.3 100.0

Total 59 100.0 100.0

2. Berdasarkan Gejala Sindrom Pramenstruasi Frequencies

Statistics Sindrom Pra Menstruasi

N Valid 59

Missi


(13)

Sindrom Pramenstruasi Frequen

cy

Percen t

Valid Percent

Cumulative Percent Val

i d

Ringa

n 43 72.9 72.9 72.9

Sedan

g 16 27.1 27.1 100.0


(14)

3. Berdasarkan Gejala Fisik Sindrom Pramenstruasi Frequency

p1

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 39 66.1 66.1 66.1

2 6 10.2 10.2 76.3

3 6 10.2 10.2 86.4

4 7 11.9 11.9 98.3

5 1 1.7 1.7 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p2

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 25 42.4 42.4 42.4

2 6 10.2 10.2 52.5

3 12 20.3 20.3 72.9

4 14 23.7 23.7 96.6

5 2 3.4 3.4 100.0

Tot


(15)

p3

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 26 44.1 44.1 44.1

2 9 15.3 15.3 59.3

3 13 22.0 22.0 81.4

4 6 10.2 10.2 91.5

5 5 8.5 8.5 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p4

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 8 13.6 13.6 13.6

2 11 18.6 18.6 32.2

3 20 33.9 33.9 66.1

4 12 20.3 20.3 86.4

5 8 13.6 13.6 100.0

Tot


(16)

p5

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 46 78.0 78.0 78.0

2 7 11.9 11.9 89.8

3 2 3.4 3.4 93.2

4 2 3.4 3.4 96.6

5 2 3.4 3.4 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p6

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 26 44.1 44.1 44.1

2 13 22.0 22.0 66.1

3 14 23.7 23.7 89.8

4 3 5.1 5.1 94.9

5 3 5.1 5.1 100.0

Tot


(17)

p7

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 33 55.9 55.9 55.9

2 7 11.9 11.9 67.8

3 10 16.9 16.9 84.7

4 4 6.8 6.8 91.5

5 5 8.5 8.5 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p8

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 22 37.3 37.3 37.3

2 13 22.0 22.0 59.3

3 12 20.3 20.3 79.7

4 7 11.9 11.9 91.5

5 5 8.5 8.5 100.0

Tot


(18)

p9

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 31 52.5 52.5 52.5

2 8 13.6 13.6 66.1

3 13 22.0 22.0 88.1

4 5 8.5 8.5 96.6

5 2 3.4 3.4 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p10

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 56 94.9 94.9 94.9

2 3 5.1 5.1 100.0

Tot


(19)

p11

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 35 59.3 59.3 59.3

2 6 10.2 10.2 69.5

3 10 16.9 16.9 86.4

4 8 13.6 13.6 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p12

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 49 83.1 83.1 83.1

2 5 8.5 8.5 91.5

3 3 5.1 5.1 96.6

4 1 1.7 1.7 98.3

5 1 1.7 1.7 100.0

Tot


(20)

p13

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 12 20.3 20.3 20.3

2 4 6.8 6.8 27.1

3 15 25.4 25.4 52.5

4 12 20.3 20.3 72.9

5 16 27.1 27.1 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p14

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 46 78.0 78.0 78.0

2 7 11.9 11.9 89.8

3 5 8.5 8.5 98.3

4 1 1.7 1.7 100.0

Tot


(21)

p15

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 54 91.5 91.5 91.5

2 2 3.4 3.4 94.9

3 3 5.1 5.1 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p16

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 35 59.3 59.3 59.3

2 9 15.3 15.3 74.6

3 10 16.9 16.9 91.5

4 3 5.1 5.1 96.6

5 2 3.4 3.4 100.0

Tot


(22)

p17

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 17 28.8 28.8 28.8

2 10 16.9 16.9 45.8

3 16 27.1 27.1 72.9

4 9 15.3 15.3 88.1

5 7 11.9 11.9 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p18

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 39 66.1 66.1 66.1

2 9 15.3 15.3 81.4

3 7 11.9 11.9 93.2

4 3 5.1 5.1 98.3

5 1 1.7 1.7 100.0

Tot


(23)

4. Berdasarkan Gejala Emosional Sindrom Pramenstruasi

p19

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 23 39.0 39.0 39.0

2 8 13.6 13.6 52.5

3 16 27.1 27.1 79.7

4 8 13.6 13.6 93.2

5 4 6.8 6.8 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p20

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 9 15.3 15.3 15.3

2 4 6.8 6.8 22.0

3 22 37.3 37.3 59.3

4 11 18.6 18.6 78.0

5 13 22.0 22.0 100.0

Tot

59 100.0 100.0


(24)

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 31 52.5 52.5 52.5

2 11 18.6 18.6 71.2

3 12 20.3 20.3 91.5

4 3 5.1 5.1 96.6

5 2 3.4 3.4 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p22

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 37 62.7 62.7 62.7

2 9 15.3 15.3 78.0

3 7 11.9 11.9 89.8

4 3 5.1 5.1 94.9

5 3 5.1 5.1 100.0

Tot


(25)

p23

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 10 16.9 16.9 16.9

2 7 11.9 11.9 28.8

3 15 25.4 25.4 54.2

4 13 22.0 22.0 76.3

5 14 23.7 23.7 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p24

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 6 10.2 10.2 10.2

2 4 6.8 6.8 16.9

3 12 20.3 20.3 37.3

4 18 30.5 30.5 67.8

5 19 32.2 32.2 100.0

Tot


(26)

p25

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 27 45.8 45.8 45.8

2 10 16.9 16.9 62.7

3 10 16.9 16.9 79.7

4 7 11.9 11.9 91.5

5 5 8.5 8.5 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p26

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 42 71.2 71.2 71.2

2 7 11.9 11.9 83.1

3 7 11.9 11.9 94.9

4 1 1.7 1.7 96.6

5 2 3.4 3.4 100.0

Tot


(27)

p27

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 31 52.5 52.5 52.5

2 13 22.0 22.0 74.6

3 9 15.3 15.3 89.8

4 1 1.7 1.7 91.5

5 5 8.5 8.5 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p28

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 33 55.9 55.9 55.9

2 7 11.9 11.9 67.8

3 11 18.6 18.6 86.4

4 4 6.8 6.8 93.2

5 4 6.8 6.8 100.0

Tot


(28)

p29

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 34 57.6 57.6 57.6

2 12 20.3 20.3 78.0

3 6 10.2 10.2 88.1

4 4 6.8 6.8 94.9

5 3 5.1 5.1 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p30

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 36 61.0 61.0 61.0

2 7 11.9 11.9 72.9

3 4 6.8 6.8 79.7

4 7 11.9 11.9 91.5

5 5 8.5 8.5 100.0

Tot


(29)

p31 Frequen cy Percen t Valid Percen t Cumulative Percent

Vali 1 26 44.1 44.1 44.1

2 9 15.3 15.3 59.3

3 10 16.9 16.9 76.3

4 6 10.2 10.2 86.4

5 8 13.6 13.6 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p32 Frequen cy Percen t Valid Percen t Cumulative Percent

Vali 1 48 81.4 81.4 81.4

2 6 10.2 10.2 91.5

3 4 6.8 6.8 98.3

4 1 1.7 1.7 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p33 Frequen cy Percen t Valid Percen t Cumulative Percent


(30)

2 4 6.8 6.8 27.1

3 19 32.2 32.2 59.3

4 14 23.7 23.7 83.1

5 10 16.9 16.9 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p34

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 24 40.7 40.7 40.7

2 8 13.6 13.6 54.2

3 12 20.3 20.3 74.6

4 10 16.9 16.9 91.5

5 5 8.5 8.5 100.0

Tot


(31)

p35

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 38 64.4 64.4 64.4

2 11 18.6 18.6 83.1

3 8 13.6 13.6 96.6

4 1 1.7 1.7 98.3

5 1 1.7 1.7 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p36

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 11 18.6 18.6 18.6

2 6 10.2 10.2 28.8

3 14 23.7 23.7 52.5

4 9 15.3 15.3 67.8

5 19 32.2 32.2 100.0

Tot


(32)

p37

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 40 67.8 67.8 67.8

2 4 6.8 6.8 74.6

3 7 11.9 11.9 86.4

4 1 1.7 1.7 88.1

5 7 11.9 11.9 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p38

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 32 54.2 54.2 54.2

2 8 13.6 13.6 67.8

3 6 10.2 10.2 78.0

4 8 13.6 13.6 91.5

5 5 8.5 8.5 100.0

Tot


(33)

p39

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 43 72.9 72.9 72.9

2 8 13.6 13.6 86.4

3 5 8.5 8.5 94.9

4 3 5.1 5.1 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p40

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 57 96.6 96.6 96.6

2 1 1.7 1.7 98.3

3 1 1.7 1.7 100.0

Tot


(34)

p41

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 56 94.9 94.9 94.9

2 3 5.1 5.1 100.0

Tot

59 100.0 100.0

5. Berdasarkan Gejala Perilaku Sindrom Pramenstruasi

p42

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 37 62.7 62.7 62.7

2 4 6.8 6.8 69.5

3 11 18.6 18.6 88.1

4 1 1.7 1.7 89.8

5 6 10.2 10.2 100.0

Tot


(35)

p43

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 40 67.8 67.8 67.8

2 6 10.2 10.2 78.0

3 9 15.3 15.3 93.2

4 3 5.1 5.1 98.3

5 1 1.7 1.7 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p44

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 51 86.4 86.4 86.4

2 3 5.1 5.1 91.5

3 4 6.8 6.8 98.3

5 1 1.7 1.7 100.0

Tot


(36)

p45

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 25 42.4 42.4 42.4

2 15 25.4 25.4 67.8

3 10 16.9 16.9 84.7

4 5 8.5 8.5 93.2

5 4 6.8 6.8 100.0

Tot

59 100.0 100.0

p46

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 35 59.3 59.3 59.3

2 8 13.6 13.6 72.9

3 7 11.9 11.9 84.7

4 5 8.5 8.5 93.2


(37)

p46

Frequen cy

Percen t

Valid Percen

t

Cumulative Percent

Vali 1 35 59.3 59.3 59.3

2 8 13.6 13.6 72.9

3 7 11.9 11.9 84.7

4 5 8.5 8.5 93.2

5 4 6.8 6.8 100.0

Tot


(38)

Lampiran 14 ANGGARAN DANA

NO KEGIATAN BIAYA

1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal  Biaya internet dan pulsa modem  Kertas A4 80 gr 2 rim

 Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka  Pencetakan proposal

 Penggandaan dan proposal  Sidang proposal

Rp. 80.000,00 Rp. 70.000,00 Rp. 30.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00

2 Pengumpulan data dan analisa data

Izin penelitian dan ethical clearence FakultasKeperawatan USU

 Transportasi

 Fotokopi Kuisioner dan informed consent  Cinderamata

Rp. 100.000,00

Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 200.000,00 3 Pengumpulan laporans kripsi

 Pencetakan skripsi

 Penggandaan dan penjilidan skripsi

 CD

 Sidang skripsi

Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 10.000,00 Rp. 150.000,00

4 Biaya tak terduga Rp. 119.000,00


(39)

Lampiran 15 RIWAYAT HIDUP

Nama : Debora Daeli

Tempat Tanggal Lahir : Onolimbu, 28 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Setia Budi Pasar II, Gg. Bahagia Puritania No. 19 Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SDN NO.071177 Onolimbu Tahun 2000 - 2006

2. SMP Negeri 2 Sirombu Tahun 2006 - 2009

3. SMA Sw. ST. Fransiskus Pandan Tahun 2009 - 2012 4. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012 -Sekarang.


(40)

Lampiran 16 Surat Izin Penelitian


(41)

Lampiran 17 Surat Izin Uji Reliabilitas


(42)

Lampiran 18 Surat Etik


(43)

Lampiran 19 Surat Validitas


(44)

Lampiran 20 Surat Selesai Reliabilitas


(45)

Lampiran 21 Surat Selesai Penelitian


(46)

Lampiran 22 Lembar Bukti Bimbingan


(47)

(48)

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2012). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Edisi 8. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Andrews, G. (2009). Buku ajar kesehatan reproduksi wanita. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Baradero,M., Dayrit, M.W., & Siswadi, Y. (2006). Klien gangguan sistem reproduksi dan seksualitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bobak., Lowdermilk., & Jensen. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bungasari, S.A., Tendean, H.M.M., & Suparman, E. (2015). Gambaran sindrom prahaid pada remaja. Jurnal e-Clinic, 3, 77-82.

Cunningham, dkk. (2005). Obstetri williams. Edisi 21. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes RI. (2015). Situasi kesehatan reproduksi remaja. Diakses pada 28 November 2015, dari http://www.depkes.go.id

Freeman, E.W. (2007). Epidemiology and etiology of premenstrual syndromes. Diakses pada 28 Mei 2016, dari http://www.medscape.com

Glasier, A., & Gebbie, A. (2005). Keluarga berencana & kesehatan reproduksi. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gracia, M., dkk. (2011). Pengaruh sindroma pramenstruasi terhadap gangguan tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya. Journal of Medicine, 10, 77-88.

Hapsari, N.D. (2010). Hubungan sindrom pramenstruasi dan insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, Univesitas Sebelas Maret, Surakarta.

Johnson, T.A. Visual guide to premenstrual syndrome (PMS). Diakses pada 12 Juni 2016, dari http://www.webmd.com/woman/pms/ss/slideshow-premenstrual-syndrome-pms

Jones, D.L. (2001). Dasar-dasar obstetri & ginekologi. Edisi 6. Jakarta : Hipokrates. Kusmiran, E. (2014). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta : Salemba

Medika.

Lestari, C.P. (2015). Hubungan sindrom pramenstruasi dengan tingkat kecemasan pada siswi kelas XI jurusan akutansi SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah, Yogyakarta.

Manuaba, dkk. (2009).Buku ajar ginekologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mayyane. (2011). Hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindrom pra menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang Tahun 2011, Universitas Andalas, Padang.

Meschino, J.P. (2002). Premenstrual syndrome : the role of nutrition, supplementation and chiropractic in pms management. Diakses pada tanggal 12 Juni 2016, dari http:/www.dynamicchiropractic.com


(50)

Notoadmojdo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pawestri, D.R., Untari, U. (2014). Gambaran tanda dan gejala pre menstrual

syndrome pada remaja putri di SMK N 9 Surakarta. Jurnal Profesi, 12, 15-20. Pernoll, M.L. (2001). Benson & pernoll’s handbook of obstetrics & gynecology.

Singapore : McGraw-Hill.

Pinem, S.(2009). Kesehatan reproduksi &kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media. Polit & Beck. (2012). Nursing research generating and assessing evidance for

nursing practice. China : Wolters Kluwer Health.

Ratikasari, I. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi (PMS) pada siswi SMA 112 Jakarta Tahun 2015, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Rayburn, W.F., & Carey, J.C. (2001). Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.

Ricka., & Wahyuni. (2010). Hubungan tingkat kecemasan dengan sindroma

pramenstruasi pada siswi SMP Negeri 4 Surakarta. Jurnal Gaster, 7, 555-563. Rihu, F., & Zulaikhah, S.T. (2014). Hubungan antara tingkat stres dengan kejadian

sindrom pramenstruasi pada remaja putri Di Pondok Pesantren As Sa’adah Semarang, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.

Rizal, M. (2013). Hubungan kejadian sindrom pramenstruasi dengan jenis makanan bagi siswi di SMA Negeri 13 Ambon. Jurnal Fikratuna, 5, 213-220.

Rokhmah, I. (2015). Hubungan aktivitas olah raga dengan gejala sindrom pramenstruasi pada siswi Kelas VIII di SMPN 4 Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Samsulhadi. (2011). Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Saputri, T.H. (2010). Hubungan anatara sindrom pramenstruasi dengan aktivitas belajar pada mahasiswi DIV Kebidanan Jalur Regular UNS Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Saryono., & Anggraeni, M.D. (2013). Metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Saryono., & Sejati, W. (2009). Sindrom premenstruasi. Yogyakarta : Nuha Medika. Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2014). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.

Edisi 5. Jakarta: CV. Agung Seto.

Sibagariang, E.E., Pusmaika, R., & Rismalinda. (2010). Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta : Trans Info Media.

Stuart, G., & Sundeen, W. (1998). Keperawatan jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC.

Suparman, E. (2011). Premenstrual syndrome. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC.

Wahyuni. (2014). Gambaran sindroma pramenstruasi dari gejala emosional dan fisik pada siswi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Jurnal Profesi,11, 36-40.

Widyastuti, Y., Rahmawati, A., & Purnamaningrum, Y.E. (2010). Kesehatan reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.


(51)

Zaka, M., dkk. (2012). Pre menstrual syndrome a review. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 4, 1684-1691.


(52)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gejala sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan.

Skema 3.1 Kerangka penelitian gambaran gejala sindrom pramenstruasi. Gambaran gejala sindrom

pramenstruasi : 1. Gejala fisik 2. Gejala emosional 3. Gejala perilaku

Ringan Sedang Berat


(53)

3.2 Defenisi Operasional Penelitian

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Gambaran gejala sindrom pramenstruasi

Gambaran gejala sindrom

pramenstruasi adalah kondisi yang dialami remaja SMA Swasta Kristen Immanuel Medan sebelum

menstruasi

meliputi gejala fisik, emosional, dan perilaku.

Kuisioner dengan mencantu mkan 46 pernyataan dengan jawaban, 1 = tidak pernah, 2 = jarang,

3 =

kadang-kadang, 4 = sering, 5 = selalu.

Kategori Ringan = 46-107

Sedang = 108-169

Berat = >170.


(54)

BAB 4

METEDOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan studi deskriptif karena menggambarkan gejala sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karateristik tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMA Swasta Kristen Immanuel Medan kelas X dan XI yang berjumlah 59 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dapat dianggap mewakili populasinya (Sastroasmono & Ismael, 2014). Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampel 59 orang.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Juni 2016, yaitu mulai pengajuan judul sampai dengan selesai penelitian.


(55)

4.4 Pertimbangan Etik

Peneliti telah mengajukan proposal penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan Etichal Clereance.

Dalam penelitian ini, peneliti tetap mempertimbangkan pertimbangan etik dalam penelitian keperawatan, yaitu (Polit & Beck, 2012) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia. Peneliti menghormati otonomi dari responden dengan mengikutsertakan partisipan yang bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sebelumnya peneliti akan memberikan informed consent. 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek. Peneliti merahasiakan informasi

yang menyangkut privasi subyek penelitian.

3. Menghormati keadilan dan inklusifitas. Penelitan ini dilakukan dengan prinsip keterbukaan dimana penelitian ini dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara profesional. Prinsip keadilan dalam penelitian ini peneliti memberikan keuntungan dan beban secara merata.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan. Peneliti mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya dan meminimalisir dampak yang merugikan bagi subyek penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuisioner. Pada bagian pertama instrumen penelitian berisi tentang data demografi yang meliputi nama atau inisial, dan usia. Bagian kedua instrumen berisi 46 pernyataan


(56)

untuk mengidentifikasi gambaran gejala sindrom pramenstruasi. Bagian ini terdari pernyataan fisik meliputi 18 pernyataan dengan kondisi payudara membengkak, nyeri tekan pada payudara, perut kembung, nyeri tekan di abdomen, mual, nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri panggul, nyeri sendi dan otot, edema ekstermitas, peningkatan berat badan, rasa panas dan kemerahan pada leher serta wajah, jerawat atau lesi kulit, palpitasi, gangguan penglihatan, perubahan pola buang air besar, perubahan nafsu makan atau ngidam, dan penurun koordinasi.

Bagian pernyataan emosional meliputi 23 pernyataan dengan kondisi mengalami tegang, irritabilitas, agresi, rasa bermusuhan, suka marah,, mood yang berubah-ubah, perasaan lepas kendali, depresi, perubahan alam perasaaan, sering panik, bingung, ansietas, gelisah, letargi, lelah, penurunan konsentrasi, pelupa, kemarahan, sering menangis, keinginan menyendiri, perasaan bersalah, pikiran bunuh diri, dan merasa kehilangan harga diri. Bagian pernyataan perilaku meliputi 5 pernyataan yaitu mengalami insomnia, agorafobia, bolos kerja, kehilangan konsentrasi, dan penghindaran aktivitas sosial. Adapun kategori hasil ukurnya adalah ringan = 46-107, sedang = 108-169, berat = >170.

4.6 Validitas dan Realibilitas 4.6.1 Validitas

Validitas merupakan merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas pengukuran mencakup alat ukur, metode ukur, dan pengukur/peneliti (Saryono & Anggraeni, 2013). Peneliti melakukan uji validitas instrumen penelitian dengan satu orang validity expert. Uji


(57)

validitas instrumen penelitian ini sudah diuji oleh Dosen Departemen Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Nilai validitas instrumen dihitung menggunakan Koefisien Validitas Isi Aiken’s. Didapati nilai validitas instrumen dengan nilai 1.

4.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil pengukuran konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang konsistensi, akurasi, dan presisi (Saryono & Anggraeni, 2013). Peneliti melakukan uji reliabilitas pada instrumen penelitian sebelum melakukan pengumpulan data. Uji reliabilitas ini dilakukan di SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan dengan jumlah responden 30 orang. Peneliti menggunakan analisa Cronbach’s Alpha dengan menggunakan bantuan komputer untuk mengukur reliabilitas instrumen gejala sindrom pramenstruasi. Hasil reliabilitas instrumen gejala sindrom pramenstruasi adalah 0,90 artinya bahwa instrumen penelitian reliabilitas.

4.7 Proses Pengumpulan Data

Tahap awal dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara mendapatkan ijin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat surat ijin, kemudian peneliti mengantarkan surat ijin di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan untuk melakukan penelitian. Kemudian peneliti diberikan waktu pengambilan data oleh SMA Swasta Kristen Immanuel Medan pada hari ke tiga setelah menerima surat ijin penelitian. Peneliti melakukan penelitian dikelas masing-masing dimulai dari jam


(58)

istirahat kedua sampai les terakhir. Peneliti mengambil data hanya satu hari, tidak disesuaikan dengan periode siklus menstruasi responden saat mengalami sindrom pramenstruasi. Sebelum membagikan kuesioner kepada responden, peneliti menjelaskan kepada responden tujuan penelitian dan menjelaskan bagaimanacara pengisian kuesionernya. Peneliti menjawab pertanyaan dari responden terkait kuesioner yang diberikan kepada responden. Setelah selesai pengumpulan data, peneliti melaporkan kepada pihak sekolah bahwa pelitian sudah selesai dilakukan. Surat balasan penelitian diterima oleh peneliti tiga hari setelah melakukan penelitian. 4.8 Analisa Data

Setelah data didapatkan maka peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah berikut (Notoadmojdo, 2010).

1. Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kembali kesalahan atau kekurangan dalam pengisian atau pengambilan kembali identitas responden, dan mengecek kelengkapan data.

2. Coding adalah kode tertentu secara berurutan pada masing-masing lembaran yang diberikan pada responden sehingga memiliki arti tertentu ketika dianalisis. 3. Transferring adalah data yang sudah diberikan kode disusun secara berurutan

mulai dari responden pertama hingga responden yang terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel.

4. Tabulating adalah bagian terakhir dari pengolahan data dengan mengelompokkan jawaban serupa dengan teliti dan teratur kemudian dihitung berapa banyak yang termasuk dalam kategori yang sama.


(59)

Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran tentang gambaran emosional remaja saat sindrom pramenstruasi. Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui tahap pengolahan data dan analisa data menggunakan komputer.


(60)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian melalui proses pengumpulan data yang dimulai pada bulan Mei 2016 dengan jumlah responden 59 orang. Hasil penelitian ini meliputi data demografi dan gambaran gejala sindrom menstruasi pada remaja Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan.

5.1.1 Berdasarkan Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan yang mengalami gejala sindrom pramenstruasi adalah berada pada usia 16 tahun (44,1%).

Tabel 5.1.1 Distibusi frekuensi dan persentase berdasarkan usia remaja yang mengalami sindrom pramenstruasi Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan (n=59).

Berdasarkan Usia Frekuensi Persentase 15 Tahun

16 Tahun 17 Tahun

21 26 12

35,6 44,1 20,3


(61)

5.1.2 Gejala Sindrom Pramenstruasi

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa mayoritas gejala sindrom pramenstruasi yang dialami remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan adalah gejala sindrom pramenstruasi tingkat ringan (72,9 %).

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan gejala sindrom pramenstruasi pada remaja Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan (n=59). Gejala sindrom

pramenstruasi

Frekuensi Persentase

Ringan Sedang Berat

43 16 0

72,9 % 27,1 %

0

5.1.3 Gejala Fisik Sindrom Pramenstruasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat gejala fisik sindrom pramenstruasi yang selalu dialami remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan adalah tumbuh jerawat atau lesi pada kulit (27,1 %) dan terdapat gejala fisik lain yang selalu dialami yaitu nyeri abdomen (13,6%), perubahan nafsu makan atau ngidam (11,9%), yang mengalami nyeri punggung, nyeri panggul dan perut kembung (8,5%).


(62)

Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden berdasarkan gejala fisik sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan (n = 59).

Pernyataan TP n(%) JR n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) 1. Pembengkakan payudara 2. Nyeri payudara

3. Perut kembung

4. Nyeri

abdomen

5. Mual

6. Nyeri kepala

7. Nyeri

punggung

8. Nyeri panggul

9. Nyeri sendi

dan otot

10. Edema

ekstermitas

11. Peningkatan

berat badan

12. Rasa panas

dan kemerahan

pada wajah

dan leher

13. Jerawat atau

lesi kulit 14. Palpitasi 15. Gangguan penglihatan 16. Perubahan BAB 17. Perubahan

nafsu makan atau ngidam 18. Penurunan koordinasi 39 (66,1) 25 (42,4) 26 (44,1) 8 (13,6) 46 (78,0) 26 (44,1) 33 (55,9) 22 (37,3) 31 (52,5) 56 (94,9) 35 (59,3) 49 (83,1) 12 (20,3) 46 (78,0) 54 (91,5) 35 (59,3) 17 (28,8) 39 (66,1) 6 (10,2) 6 (10,2) 9 (15,3) 11 (18,6) 7 (11,9) 13 (22,0) 7 (11,9) 13 (22,0) 8 (13,6) 3 (5,1) 6 (10,2) 5 (8,5)

4 (6,8) 7 (11,9) 2 (3,4) 9 (15,3) 10 (16,9) 9 (15,3) 6 (10,2) 12 (20,3) 20 (15,3) 2 (3,4) 2 (3,4) 14 (23,7) 10 (16,9) 12 (20,3) 13 (22,3) 0 (0) 10 (16,9) 3 (5,1)

15 (25,4) 5 (8,5) 3 (5,1) 10 (16,9) 16 (27,1) 7 (11,9) 7 (11,9) 14 (23,7) 6 (10,2) 12 (20,3) 2 (3,4) 3 (5,1) 4 (6,8) 7 (11,9) 5 (8,5)

0 (0) 8 (13,6) 1 (1,7)

12 (20,3) 1 (1,7) 0 (0) 3 (5,1) 9 (15,3)

3 (5,1)

1 (1,7) 2 (3,4) 5 (8,5) 8 (13,6) 2 (3,4) 3 (5,1) 5 (8,5) 5 (8,5) 2 (3,4)

0 (0) 0 (0) 1 (1,7)

16 (27,1) 0 (0) 0 (0) 2 (3,4) 7 (11,9)


(63)

5.1.4 Gejala Emosional Sindrom Pramenstruasi

Berdasakan hasil penelitian, terdapat gejala emosional sindrom pramenstruasi yang selalu dialami remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan adalah mood yang berubah-ubah (32,2%) dan kemarahan yang muncul tanpa provokasi (32,2 %). Tabel. 5.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden gejala emosional sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan (n=59).

Pernyataan TP n(%) JR n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) 1. Tegang 2. Irritabilitas 3. Agresif

4. Rasa bermusuhan

5. Suka marah

6. Mood berubah-ubah

7. Perasaan lepas

kendali

8. Depresi

9. Perubahan alam

perasaan 10. Panik 11. Bingung 12. Ansietas 13. Gelisah 14. Letargi 15. Lelah 16. Penurunan konsentrasi 17. Pelupa

18. Kemarahan yang

muncul tanpa

provokasi

19. Menangis

20. Keinginan

menyendiri

21. Perasaan bersalah

22. Pikiran bunuh diri

23. Kehilangan harga

diri 23 (39,0) 9 (15,3) 31 (52,5) 37 (62,7) 10 (16,9) 6 (10,2) 27 (45,8) 47 (71,2) 31 (52,5) 33 (55,9) 34 (57,6) 36 (61,0) 26 (44,1) 48 (81,4) 12 (20,3) 28 (40,7) 38 (64,4) 11 (18,6) 40 (67,8) 32 (54,2) 43 (72,9) 57 (96,6) 56 (94,9) 8 (13,6) 4 (6,8) 11 (18,6) 9 (15,3) 7 (11,9) 4 (6,8) 10 (16,9) 7 (11,9) 13 (22,0) 7 (11,9) 12 (20,3) 7 (11,9) 9 (15,3) 6 (10,2) 4 (6,8) 8 (13,6) 11 (18,6) 6 (10,2)

4 (6,8) 8 (13,6) 8 (13,6) 1 (1,7) 3 (5,1)

16 (27,1) 22 (37,3) 12 (20,3) 7 (11,9) 15 (25,4) 12 (20,3) 10 (16,9) 7 (11,9) 9 (15,3) 14 (23,7) 6 (10,2) 4 (6,8) 10 (16,9) 4 (6,8) 19 (32,2) 12 (20,3) 8 (13,6) 14 (23,7) 7 (11,9) 6 (10,2) 5 (8,5) 1 (1.7) 0 (0)

8 (13,6) 11 (18,6) 3 (5,1) 3 (5,1) 13 (22,0) 18 (30,5) 7 (11,9) 1 (1,7) 1 (1,7) 4 (6,8) 4 (6,8) 7 (11,9) 6 (10,2) 1 (1,7) 14 (18,6) 10 (16,9) 1 (1,7) 9 (15,3)

1 (1,7) 8 (13,6) 3 (5,1) 0 (0) 0 (0)

4 (6,8) 13 (22,0) 2 (3,4) 3 (5,1) 14 (23,7) 19 (32,2) 5 (8,5) 2 (3,4) 5 (8,5) 4 (6,8) 3 (5,1) 5 (8,5) 8 (13,6) 0 (0) 10 (16,9) 5 (8,5) 1 (1,7) 19 (32,2)

7 (11,9) 5 (8,5) 0 (0) 0 (0)


(64)

5.1.5 Gejala Perilaku Sindrom Pramenstruasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat gejala perilaku sindrom pramenstruasi yang selalu dialami remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan adalah insomnia (10,2%).

Tabel. 5.1.5 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden berdasarkan gejala perilaku sindrom pramenstruasi Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan (n=59).

Pernyataan TP n(%) JR n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) 1. Insomnia

2. Agorafobia 3. Bolos Sekoloh 4. Kehilangan

konsentrasi 5. Penghindaran

aktivitas sosial 37 (62,7) 40 (67,8) 51 (86,4) 25 (42,4) 35 (59,3)

4 (6,8) 6 (10,2) 3 (5,1) 15 (25,4) 8 (13,6)

11 (18,6) 9 (15,3) 4 (6,8) 10 (16,9) 7 (11,9)

1 (1,7) 3 (5,1) 0 (0) 5 (8,5) 5 (8,5)

6 (10,2) 1 (1,7) 1 (1,7) 4 (6,8) 4 (6,8)


(65)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Berdasarkan Gejala sindrom pramenstruasi

Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan didapati sebanyak (72,9%) siswi mengalami gejala sindrom pramenstruasi ringan dan sebanyak (27,1%) siswi yang mengalami gejala sedang, dan tidak didapati siswi yang mengalami sindrom pramenstruasi berat.

Menurut Andrews (2009), gejala sindrom pramenstruasi terjadi selama awal usia reproduktif dan cenderung memburuk secara progresif sejalan dengan bertambahnya usia. Teori lain mengatakan, perempuan berusia 14-50 tahun mengalami sindrom pramenstruasi (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Menurut Mishell (2005, dalamSuparman, 2011) memperkirakan 20-40% dari seluruh perempuan yang berusia reproduktif, dengan rentang demografi usia antara 14 tahun hingga 51 tahun mengalami sindrom pramenstruasi. Gejala sindrom pramenstruasi diidentifikasi pada remaja dimulai pada usia sekitar 14 tahun atau 2 tahun setelah menarche (Zaka, dkk, 2012). Menurut Freeman (2007) bahwa remaja mengalami sindrom pramenstruasi dengan gejala dan tingkat keparahan yang sama dengan perempuan yang lebih tua.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratita dan Margawati (2013) didapati bahwa mayoritas remaja putri mengalami sindrom pramenstruasi ringan (96,8%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rokhmah (2015) didapati mayoritas (75%) mengalami sindrom pramenstruasi ringan, dan hasil penelitian lain


(66)

yang dilakukan oleh Ratikasari (2015) didapati bahwa (67,7%) mayoritas yang mengalami gejala sindrom pramenstruasi ringan.

Berbeda dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ricka & Wahyuni (2010) didapati bahwa mayoritas siswi mengalami sindrom pramenstruasi sedang (50%), sindrom pramenstruasi ringan (36%), dan sindrom pramenstruasi berat (14%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari (2015) didapati mayoritas siswi yang mengalami sindrom pramenstruasi sedang (56,4%), sindrom pramenstruasi berat (25,5%), dan sindrom pramenstruasi ringan (18,2%). Hasil penelitiaan lain yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) didapati bahwa mayoritas siswi mengalami sindrom pramenstruasi sedang (72%), sindrom pramenstruasi berat (18%), dan sindrom pramenstruasi ringan (10%). Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan dalam proses pengumpul data, dan instrumen penelitian, serta responden.

5.2.2 Berdasarkan Gejala Fisik Sindrom Pramenstruasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan didapati mayoritas gejala fisik sindrom pramenstruasi yang selalu dialami adalah tumbuh jerawat atau lesi kulit (27,1 %). Terdapat hasil gejala fisik lain yang selalu dialami adalah nyeri abdomen (13,6%), perubahan nafsu makan atau ngidam (11,9%), nyeri punggung, nyeri panggul dan perut kembung (8,5%), nyeri kepala (5,1%), nyeri payudara, mual, nyeri sendi dan otot, serta perubahan pola buang air besar (3,4 %), pembengkakan payudara, rasa panas dan kemerahan pada wajah dan leher, serta penurunan koordinasi (1,7%).


(67)

Menurut Johnson (2014) perubahan hormon dapat menyebabkan kelenjar sebase memproduksi lebih banyak sebum, zat minyak ini dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan tumbuhnya jerawat hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan hormon progesteron. Saat terjadi ketidakseimbangan hormon saat siklus menstruasi, dimana terjadi kelebihan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi peningkatan prostaglandin sehingga menimbulkan kemerahan, dan pelepasan histamin yang berpotensi menimbulkan manifestasi alergi seperti rasa panas serta kemerahan (Suparman, 2011).

Efek dari kelebihan estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi dan rasa nyeri pada otot polos uterus sehingga terasa nyeri pada abdomen, dan juga dapat menimbulkan retensi sodium sehingga menimbulkan gejala perut kembung (Suparman, 2011). Akibat dari retensi air dan garam karena peningkatan estrogen dapat menimbulkan gejala mual dan muntah (Manuaba, dkk, 2009). Saat terjadi peningkatan kadar progesteron, waktu transit gastrointestinal meningkat pada fase luteal siklus menstruasi sehingga dapat menghambat otot polos yang mengakibatkan konstipasi dan perut kembung (Andrews, 2009). Faktor psikis, yaitu stres sangat hebat pengaruhnya terhadap kejadian sindrom pramenstruasi, dimana gejala-gejala sindrom pramenstruasi akan sangat berat jika seseorang terus mengalami tekanan (Saryono & Sejati, 2009). Stres dapat menyebabkan gangguan pada usus sehingga dapat menyebabkan nyeri perut pada seseorang serta perubahan pola buang air besar (Wijayaningsih, 2014).


(68)

Perubahan nafsu makan atau ngidam dapat disebabkan oleh stres dan kurangnya magnesium, dimana salah faktor resiko terjadinya sindrom pramenstruasi adalah kekurangan zat-zat gizi seperti kurangnya vitamin dan magnesium (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Peningkatan nafsu makan bertambah dapat disebabkan oleh tolerasi terhadap karbohidrat meningkat saat sindrom pramenstruasi (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2006). Banyak perempuan mengidam jenis makanan dalam beberapa hari sebelum periode menstruasinya yaitu sering mengidam makan ringan yang manis dan kaya karbohidrat, seperti kue, roti, coklat, dan minuman bersoda (Andrews, 2009). Akan tetapi salah satu faktor meningkatnya resiko sindrom pramenstruasi adalah faktor kebiasaan makan seperti makanan yang mengandung gula tinggi, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, dan makanan olahan, dimana dapat memperberat sindrom pramenstruasi (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010).

Defisiensi progesteron pada fase luteal diakibatkan dominasi estrogen sehingga terjadi terjadi retensi air dan garam yang menyebabkan nyeri pada payudara, serta terasa tegang (Manuaba, dkk, 2009). Gejala nyeri dan pembengkakan payudara sebelum haid terjadi akibat berkumpulnya air diluar sel (ekstrsel) karena tingginya asupan garam dan gula (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Kelebihan estrogen dapat mempengaruhi peningkatan relatif prolaktin yang dapat menyebabkan nyeri pada payudara (Suparman, 2011).

Menurut Suparman (2011) efek dari kelebihan estrogen dapat mempengaruhi peningkatan prostaglandin, yang menyebabkan timbulnya nyeri. Nyeri kepala dapat


(69)

disebabkan oleh dominasi estrogen yang menyebabkan peningkatan retensi air dan garam (Manuaba, dkk, 2009). Beberapa penderita sindrom pramenstruasi mengeluh sakit kepala selama fase pramenstruasi dalam siklus menstruasinya. Sakit kepala tersebut dapat menyebabkan mual dan muntah (Andrews, 2009).

Penurunan koordinasi dapat memburuk saat sindrom pramenstruasi, sehingga seseorang dapat menjatuhkan dan memecahkan barang, terkena pisau, atau menabrak furnitur. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi (Andrews, 2009). Penurunan konsentrasi dapat disebabkan oleh faktor psikis yaitu stres (Wijayaningsih, 2014).

Berdasarkan teori, salah satu faktor penyebab sindrom pramenstruasi adalah stres (Saryono & Sejati, 2009; Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rihu & Zulaikhah (2014) bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Mayyane (2011) bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Bungasari, Tandean & Suparman (2015) didapati mayoritas gejala fisik sindrom pramenstruasi adalah timbul jerawat (83,3%). Didapati juga hasil gejala fisik lain yaitu rasa lelah (72,2%), nafsu makan meningkat (59,2%), sakit kepala (48,1%), nyeri otot (38,9%), perut kembung dan nyeri sendir (29,7%), dan nyeri/pembengkakan payudara (27,8%). Hal ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa mayoritas gejala fisik yang


(70)

dialami oleh remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan adalah jerawat atau lesi kulit (27,1%).

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pawestri & Utari (2014) didapati bahwa mayoritas gejala fisik sindrom pramenstruasi yang dialami adalah perubahan nafsu makan (72,2%). Didapati juga hasil gejala fisik lain yaitu timbulnya jerawat atau lesi (71,9%), ketidaknyaman panggul (68,9%), nyeri tekan dan pembengkakan payudara (56,8%), sakit kepala dan perubahan pola buang air besar (25,8%), perut kembung (15,9%), mual (12,1%), rasa panas serta kemerahan pada leher dan limbung (7,6%), palpitasi (6,8%), edema perifer (4,5%), dan gangguan penglihatan (2,3%). Hasil penelitian lain yang dilakuan oleh Rizal (2013) didapati mayoritas gejala fisik sindrom pramenstruasi yang selalu dialami adalah nyeri perut (30%). Didapati juga hasil gejala fisik lain yaitu sakit pinggang (12,5%), nyeri punggung (5%), nyeri dan pembengkakan payudara (2,5%).

5.2.3 Berdasarkan Gejala Emosional Sindrom Pramenstruasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan didapati mayoritas gejala emosional sindrom pramenstruasi yang selalu dialami adalah mood yang berubah-ubah dan kemarahan yang muncul tanpa provokasi (32,2%). Terdapat hasil gejala emosional lain yang selalu dialami adalah suka marah (23,7%), irritabilitas atau mudah tersinggung (22,0%), merasa lelah (16,9%), gelisah (13,6%), menangis (11,9%), perasaan lepas kendali, perubahan alam perasaan, ansietas, penurunan konsentrasi serta keinginan menyendiri (8,5%), tegang


(71)

dan panik (6,8%), rasa bermusuhan dan bingung (5,1%), merasa agresif dan depresi (3,4%), dan pelupa (1,7 %).

Penurunan transmisi serotin yang berperan sebagai salah satu agen penyeimbang afek diotak dapat menimbulkan efek kemarahan. Estrogen dan progesteron telah terbukti mampu memodulasi neurotransmiter pada beberapa jalur serotin, termasuk mengatur respon reseptor terhadap stimulasi serotin (Suparman, 2011). Serotin adalah suatu neurotransmiter yang merupakan suatu bahan kimia yang terlibat dalam pengiriman pesan sepanjang saraf didalam otak, tulang belakang, dan seluruh tubuh. Serotin sangat mempengaruhi suasana hati (Saryono & Sejati, 2009). Gejala mood yang berubah-ubah timbul akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan progesteron (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Peningkatan estrogen terkait dengan penurunan endofrin diotak sehingga menyebabkan perubahan suasana hati atau perubahan mood seseorang (Meschino, 2002).

Defisiensi produksi progesteron dapat menimbulkan gejala mudah tersinggung (Manuaba, dkk, 2009). Stimulasi susunan saraf pusat yang berlebihan dan penurunan transmisi serotin dapat menimbulkan irritabilitas atau mudah tersinggung (Suparman, 2011). Gejala suka marah dapat disebabkan oleh estrogen serum tinggi dan progesteron serum rendah (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2006). Teori lain mengatakan, pada masa transisi remaja terjadi perubahan hormonal dalam tubuh yang berhubungan erat dengan peningkatan perubahan emosi. Remaja sering


(72)

memperlihatkan ketidakstabilan emosi seperti cepat tersinggung, dan suka marah (Kusmiran, 2014).

Gejala kelelahan dapat disebabkan oleh stres yang dialami oleh seseorang (Wijayaningsih, 2014). Salah satu faktor resiko meningkatnya gejala sindrom pramenstruasi adalah stres (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Penurunan transmisi serotin sebagai salah satu agen penyeimbang afek diotak dapat menimbulkan perasaan lelah (Suparman, 2011). Rendahnya kadar dan aktivitas serotin pada seseorang yang mengalami sindrom pramenstruasi dapat menimbulkan kelelahan (Saryono & Sejati, 2009).

Defisiensi produksi progesteron dapat menimbulkan perasaan gelisah (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2006). Salah satu faktor penyebab resiko meningkatnya sindrom pramenstruasi adalah stres (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan perasaan gelisah (Wijayaningsih, 2014). Teori lain mengatakan perubahan hormonal pada tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi seperti sering gelisah (Kusmiran, 2014).

Gejala keinginan menangis ditimbulkan oleh faktor stres dan ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen (Sibagariang, Rismalinda & Pusmaika, 2010). Estrogen serum tinggi dan progesteron serum rendah dapat menimbulkan keinginan menangis (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2006). Serotin sangat mempengaruhi suasana hati seseorang sehingga mudah menangis (Saryono & Sejati, 2009). Hal ini disebabkan oleh estrogen dan progesteron yang telah terbukti


(73)

mampu memodulasi neurontrasmiter pada beberapa jalur serotin termasuk mengatur respon reseptor terhadap stimulasi serotin (Suparman, 2011). Teori lain mengatakan bahwa perubahan emosi pada remaja dapat menimbulkan kondisi sensitif atau kepekaan sehingga mudah menangis, hal ini sering terjadi pada remaja puteri, terlebih sebelum menstruasi (Widyastuti, Rahmawaty & Purnamaningrum, 2010).

Perasaan lepas kendali lepas kendali dan rasa bermusuhan diakibatkan oleh penurunan transmisi serotin yang berperan sebagai afek diotak (Suparman, 2011). Hai ini juga dapat disebabkan oleh perubahan emosi, dimana remaja dalam masa pencarian identitas diri dan kebebasan diri sehingga mudah berkelahi atau bermusuhan (Pinem, 2009). Perubahan alam perasaan disebabkan oleh peningkatan rasio estrogen terkait dengan penurunan endofrin diotak (Meschino, 2002). Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron saat siklus menstruasi dapat menimbulkan perubahan perasaan (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010).

Gejala ansietas dapat disebabkan oleh estrogen serum tinggi, progesteron serum rendah, dan andogen adrenal tinggi (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2006). Penurunan drastis kadar progesteron pada fase luteal akhir siklus haid memicu terjadinya gangguan fungsi kognitif dan ketidakstabilan afek yang dapat menimbulkan kecemasan pada seseorang yang mengalami sindom pramenstruasi (Suparman, 2011). Rasa cemas diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dimana terjadi peningkatan hormon estrogen (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Rendahnya kadar dan aktivitas serotin pada seseorang yang mengalami sindrom pramenstruasi dapat menimbulkan gejala kecemasan dan faktor


(74)

psikis, yaitu stres, dimana dapat sangat hebat pengaruhnya terhadap kejadian sindrom pramenstruasi (Saryono & Sejati, 2009).

Stres dapat membuat seseorang merasakan perasaan takut yang berlebih atau panik (Wijayaningsih, 2014). Panik merupakan kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan, karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Hal ini terjadi karena peningkatan motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, serta persepsi yang menyimpang (Stuart & Sundeen, 1998)

Salah satu faktor yang meningkatkan terjadinya sindrom pramenstruasi adalah stres, dimana stres dapat memperberat gejala sindrom pramenstruasi (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Menurut Wijayaningsih (2014) stres dapat membuat seseorang mengalami penurunan konsentrasi. Aktivitas serotin berhubungan dengan gejala penarikan diri dan agresif. Hal ini diakibatkan rendahnya kadar dan aktivitas serotin pada seseorang yang mengalami sindrom pramenstruasi (Saryono & Sejati, 2009). Penurunan transmisi serotin yang berperan sebagai salah satu agen penyeimbang afek diotak dapat menimbulkan gejala agresif. Hal ini dikarenakan hormon estrogen dan progesteron telah terbukti mampu mengatur respon reseptor terhadap stimulasi serotin (Suparman, 2011). Teori lain mengatakan bahwa agresif yang dirasakan dapat diakibatkan oleh perubahan emosi pada remaja, dimana masih dalam proses pencarian identitas diri dan kebebasan diri (Pinem, 2009).

Peningkatan estrogen, dan rendahnya progesteron, serta andogen adrenal yang tinggi dapat menyebabkan kebingungan dan cepat lupa pada seseorang yang


(75)

mengalami sindrom pramenstruasi (Baradero. Dayrit & Siswadi, 2006). Hal ini sejalan teori lain, ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron, serta faktor stres yang dapat menyebabkan kebingungan dan cepat lupa (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Penurunan drastis kadar progesteron pada fase luteal akhir siklus haid dapat memicu terjadinya gangguan fungsi kognitif dan ketidakstabilan afek yang menyebabkan gejala depresi, dan penurunan transmisi serotin sebagai penyeimbang afek diotak juga dapat menimbulkan gejala depresi (Suparman, 2011). Menurut Wijayaningsih, stres berat dapat menimbulkan depresi pada seseorang.

Berdasarkan teori, salah satu faktor terjadinya peningkatan gejala sindrom pramenstruasi adalah stres (Saryono & Sejati, 2009; Sibagariang, Pusmaika, & Rismalinda, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rihu & Zulaikhah (2014), bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Mayyane (2011) bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bungasari, Tandean & Suparman (2015) didapati mayoritas gejala emosional sindrom pramenstruasi yang dialami yaitu perubahan mood (96,3%). Didapati hasil gejala emosional lain yaitu mudah marah (87,1%), mudah tersinggung (72,2%), rasa cemas (68,5%), dan tegang (53,7%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa mayoritas gejala emosional sindrom pramenstruasi yang dialami remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan adalah mood yang berubah-ubah (32,2%).


(76)

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pawestri & Utari (2014) didapati bahwa mayoritas gejala emosional yang dialami adalah irritabilitas/mudah tersinggung (87,1%). Didapati hasil gejala emosional lain adalah mudah lelah (82,6%), penurunan konsentrasi (51,5%), perubahan alam perasaan (47,7%), cemas (46,9%), gelisah (44,7%), tegang (24,2%), dan depresi (9,8%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rizal (2013) didapati mayoritas gejala emosional yang selalu dialami adalah bad mood (20%), mudah marah dan tersinggung (15%), mudah sedih (7,5%), serta tegang, depresi, dan penurunan daya konsentrasi (2,5%).

Dari beberapa hasil penelitian diatas, gejala cemas merupakan salah satu gejala yang selalu dialami saat sindrom pramenstruasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2015) bahwa ada hubungan sindrom pramenstruasi dengan tingkat kecemasan, dimana semakin berat sindrom pramenstruasi maka semakin berat tingkat kecemasan yang dialami responden. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ricka & Wahyuni (2010) didapati bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan sindrom pramenstruasi, dimana semakin ringan tingkat kecemasannya maka sindrom pramenstruasi juga semakin ringan.

5.2.4 Berdasarkan Gejala Perilaku Sindrom Pramenstruasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan didapati mayoritas gejala perilaku sindrom pramenstruasi yang selalu dialami adalah insomnia (10,2%). Terdapat hasil gejala perilaku lain yang


(77)

selalu dialami adalah kehilangan konsentrasi (6,8 % ), penghindaran aktivitas sosial, mengalami agorafobia dan bolos sekolah (1,7%).

Gejala perilaku sindrom pramenstruasi berupa insomnia dapat disebabkan oleh fakor stres (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Defisiensi produksi progesteron dapat menyebabkan insomnia (Manuaba, dkk, 2009). Stres dapat menyebakan seseorang mengalamai gejala insomnia (Wijayaningsih, 2014). Rendahnya kadar & aktivitas serotin pada seseorang yang mengalami sindrom pramenstruasi dapat menyebabkan kesulitan untuk tidur (Saryono & Sejati, 2009).

Aktivitas serotin berhubungan dengan gejala depresi yang menyebabkan seseorang menarik diri atau melakukan penghindaran aktivitas sosial. Stres sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian sindrom pramenstruasi. Gejala-gejala sindrom pramenstruasi akan semakin berat jika seseorang terus mengalami tekanan ( Saryono & Sejati, 2009). Stres dapat membuat seseorang mengalami kehilangan konsentrasi (Wijayaningsih, 2014).

Menurut Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda (2010) sekitar 14 persen perempuan mengalami sindrom pramenstruasi yang sangat besar pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka untuk beristirahat dari sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2010), bahwa ada hubungan sindrom pramenstruasi dengan aktivitas belajar, dimana ada kecenderungan semakin berat sindrom pramenstruasi maka semakin rendah aktivitas belajar dan semakin ringan sindrom pramenstruasi maka semakin tinggi aktivitas belajar.


(78)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gracia, dkk (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan sindrom pramenstruasi dengan gangguan tidur. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2010) bahwa ada hubungan sindrom pramenstruasi dengan insomnia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa mayoritas gejala perilaku yang dialami remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan adalah insomnia (10,2%). Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pawestri & Utari (2014) didapati mayoritas gejala perilaku yang dialami adalah kehilangan konsentrasi (39,4%). Gejala perilaku lainnya adalah penghindaran aktivitas sosial (29,5%), penurunan prestasi belajar (21,2%), agorafobia (8,3%), dan bolos sekolah (5,3%).

Berdasarkan teori, stres merupakan salah satu penyebab gejala sindrom pramenstruasi (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rihu & Zulaikhah (2014) bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan sindrom pramenstruasi dan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Mayyane (2011) bahwa ada hubungan positif antara tingkat stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini, proses pengumpulan data hanya dilakukan satu hari tanpa disesuaikan dengan periode siklus menstruasi responden saat mengalami gejala sindrom pramenstruasi.


(79)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswi SMA Swasta Kristen Immanuel Medan mengalami gejala sindrom pramenstruasi pada kategori ringan dengan gejala fisik, gejala emosional, dan gejala perilaku.

6.2 Saran

6.2.1 Pelayanan Keperawatan

Sebagai profesi perawat, dapat memberikan penyuluhan kepada siswi tentang kesehatan reproduksi pada remaja.

6.2.2 Penelitian Selanjutnya

Penelitian gejala sindrom pramenstruasi disesuaikan dengan periode siklus menstruasi.


(80)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menstruasi

2.1.1 Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan telah menuaikan faalnya (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel mukosa uterus secara berkala (Cunningman, dkk, 2005).

2.1.2 Fisiologi Menstruasi

Menurut Samsulhadi (2011) terdapat dua perubahan histogik dalam siklus menstruasi yaitu di ovarium dan endometrium dimana keduanya berjalan bersamaan. Pada siklus ovarium terdiri dari fase folikel, fese ovulasi, dan fase luteal. Pada fase siklus endometrium terdiri dari fase proliferasi, fase sekresi, fase implantasi, dan fase deskuamasi.

A. Perubahan Histologik pada Ovarium dalam Siklus Haid

Selama satu siklus pertumbuhan folikel secara berurutan mulai dari awal siklus dibagi tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal.

a. Fase Folikuler

Panjang fase folikuler memepunyai variasi cukup lebar. Pada umumnya berkisar antara 10-14 hari. Selama fase foliuler didapatkan preoses streidogenesis, folikulogenesis, dan oogenesis/meiosis yang saling terkait. Pada awal fase folikuler didapatkan beberapa folikel atral yang tumbuh , tetapi pada hari ke 5-7 hanya satu folikel dominan yang tetp tumbuh akibat sekresi FSH yang menurun. Sebenarnya


(81)

folikulogenesis sudah mulai jauh hari sebelum siklus, diawali dari folikel primordial, folikel preantral, folikel antral, dan folikel preovulasi.

b. Fase Ovulasi

Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pascakeluarnya oosit dan folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel preovulasi. Dengan kata lain, stimulus dan kapan ovulasi bakal terjadi ditentukan sendiri oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24 – 36 jam pascapuncak estrogen (estradiol) dan 10 – 12 jam pasca puncak LH. Diawal lonjakan LH digunakan sebagai pertanda/indikator untuk menentukan waktu kapan diperkirakan ovulasi bakal terjadi. Ovulasi terjadi sekitar 34 -36 jam pascaawal lonjakan LH.

Lonjakan LH memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron bersama lonjakan FSH yang mengaktivasi enzim proreolitik, menyebabkan dinding folikel pecah. Kemudian sel granulosa yang melekat pada membran basalis, pada seluruh dinding folikel, berubah menjadi sel luteal. Pada siklus menjelang ovulasi, sel granulosa kumulus yang melekat pada oosit, menjadi longgar akibat enzim hialuronik yang dipicu oleh lonjakan FSH. FSH menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama faktor yang dikeluarkan oosit, memacu proliferasi sel granulosa mural, sel granulosa yang melekat pada dinding folikel.


(82)

c. Fase Luteal

Pascalonjakan LH, pembuluh darah kapiler mulai menembus lapsan granulosa menuju ke tengah ruangan folikel dan mengisinya dengan darah. LH memicu sel granulosa yang telah mengalami luteinisasi, untuk menghasilkan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan angiopoetin. Kemudian VEGF dan angiopoetin memacu angiogenesis, dan pertumbuhan pembuluh darah ini merupakan hal yang penting pada proses luteinisasi. Pada hari ke – 8 sampai 9 pascaovulasi vaskularisasi mencapai puncaknya bersamaan dengan puncak kadar progesteron dan estradiol.

Pertumbuhan folikel pada fase foilkuler yang baik akan menghasilkan korpus luteum yang baik/normal pula. Jumlah resptor LH disel granulosa yang terbentuk cukup adekuat pada pertengahan siklus/akhir fase folikuler, akan menghasilkan korpus luteum yang baik. Korpus luteum mampu menghasilkan baik progesteron, estrogen, maupun andogen. Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum sangat tergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal. Kadar progesteron meningkat tajam segera pasca ovulasi. Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pascalonjakan LH, kemudian menurun perlahan, bila tidak terjadi pembuahan. Pada Siklus haid normal, korpus luteum akan mengalami regresi 9 – 11 hari pascaovulasi, dengan mekanisme yang belum diketahui. Kemungkinan korpus luteum mengalami regresi akibat dampak luteolisis estrogen yang dihasilkan korpus luteum sendiri.


(83)

B. Perubahan Histologik pada Endometrium dalam Siklus Haid

Pada fase akhir luteal ovariumn, sekresi estrogen dan progestreron menurun tajam mengakibatkan lapisan fungsionalis terlepas, terlepas saat haid menyisakan lapisan non fungsionalis (basalis) dengan sedikit lapisan fungsionalis. Selanjutnya, endometrium yang tipis tersebut memasuki siklus haid berikutnya. Selama satu siklus haid pertumbuhan endometrium melalui beberapa fase yaitu fase proliferasi, fase sekresi, fase implantasi, dan fase deskuamasi.

a. Fase Proliferasi

Fase proliferasi endometrium dikaitkan dengan fase folikuler proses folikulogenesis di ovarium. Pada fase folikuler, folikulogenesis menghasilkan steroid seks. Kemudian steroid seks (estrogen) memicu pertumbuhan endometrium untuk menebal kembali, sembuh dari perlukaan akibat haid sebelumnya. Pada fase proliferasi peran estrogen sangat menonjol, estrogen memacu terbentuknya komponen jaringan, ion, air, dan asam amino. Stroma endometrium yang kolaps pada saat haid, mengembang kembali, dan merupakan komponen pokok pertumbuhan penebalan kembali endometrium. Pada fase proliferasi tembal endometrium hanya sekitar 0,5 mm kemudian tumbuh menjadi sekitar 3,5 – 5 mm. Peran pada estrogen pada fase proliferasi juga dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel mikrovili yang mempunyai silia. Seperti halnya fase folikuler di ovarium, fase proliferasi endometrium mempunyai durasi yang cukup lebar. Pada perempuan normal yang subur, fase folikuler ovarium atau fase proliferasi endometrium dapat berlangsung hanya sebentar 5 – 7 hari, atau cukup lama sekitar 21 sampai 31 hari.


(84)

b. Fase Sekresi

Pascaovulasi ovarium memasuk fase luteal dan korpus luteum yang terbentuk menghasilkan steroid seks di antaranya esterogen dan progesteron. Kemudian esterogen dan progesteron korpus luteum tersebut mempengaruhi pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi menjadi fase sekresi. Aktifitas sekresi dapat diamati dengan jelas dalam kurun waktu 7 hari pasca ovulasi. Pada fase sekresi, tampak kelenjar menjadi lebih berliku dan menggembung, epitel permukaan tersusun seperti gigi, dengan stroma endrometrium menjadi lebih edema dan arteria spiralis lebih terlipin lagi. Pada fase sekresi kelenjar secara aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptida kedalam kavum endometrium. Pada fase sekresi endometrium selaras dengan fase luteal ovarium mempunyai durasi berkisar antara 12 – 14 hari.

c. Fase implantasi

Pada 7 hari fase ovulasi atau hari ke 21 sampai 22 siklus (siklus 28 hari), sesuai dengan pertengahan fase luteal, saat puncak kadar esterogen dan progesteron yang bertepatan dengan saat implantasi, stromaendometrium mengalami edema hebat. Kadar esterogen dan progesteron yang tinggi pada hari ke 7 pascaovulasi memicu sintesa prostaglandin endometrium dan profilerasi pembulu darah spiralis. Pada hari ke 22 – 23 siklus mulai terjadi desidualisasi endometrium, tampak sel predesidua sekitar pembulu darah, inti sel membesar, aktifikas metosis meningkat, dan membentuk membran basal. Pada hari ke 13 pascaovulasi (hari 27 siklus) akhir fase luteal atau akhir fase sekresi tebal endometrium terbagi menjadi staratum basalis,


(1)

9. Seluruh responden untuk penelitian ini yaitu siswi SMA Swasta Kristen Immanuel Medan. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir.

10. Kedua orang tua saya, Rehabeamo Daeli dan Nisma Marpaung yang telah mengasuh dan memberikan kasih sayang serta doa restunya kepada penulis yang tiada ternilai.

11. Saudara penulis, Jimmy Karya Daeli, Michael Daeli, Tri Putra Daeli, dan Bangun Putra Daeli yang selalu memberikan dukungan, doa, dan saran kepada penulis. 12. Seluruh teman-teman stambuk 2012 Fakultas Keperawatan USU.

Akhir kata penulis hanya dapat mengharapkan mudah-mudahan penulisan Tugas Akhir ini, dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu, masyarakat, dan Fakultas Keperawatan.

Medan, Juni 2016

Penulis

Debora Daeli

121101109


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ... i

Halaman persetujuan ... ii

Daftar isi ... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Menstruasi ... 6

2.1.1 Definisi Menstruasi ... 6

2.1.2 Fisiologi Menstruasi ... 6

2.1.3 Gangguan Menstruasi ... 11

2.2 Sindom Pramenstruasi ... 11

2.2.1 Definisi Sindrom Pramenstruasi ... 11

2.2.2 Gejala Sindrom Pramenstruasi ... 12

2.2.3 Penyebab Sindrom Pramenstruasi ... 13

2.2.4 Penatalaksanaan Sindrom Pramenstruasi ... 14

2.3 Remaja ... 15

2.3.1 Definisi Remaja ... 15

2.3.2 Batasan Usia Remaja ... 15

2.3.3 Masa Transisi Remaja... 16


(3)

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 19

4.1 Desain penelitian ... 19

4.2 Populasi dan Sampel... 19

4.2.1 Populasi ... 19

4.2.2 Sampel ... 19

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

4.4 Pertimbangan Etik ... 20

4.5 Instrumen Penelitian ... 20

4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 21

4.6.1 Validitas ... 21

4.6.2 Reliabilitas ... 22

4.7 Proses Pengumpulan Data ... 22

4.8 Analisa data ... 23

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Hasil Penelitian ... 25

5.1.1 Berdasarkan Usia ... 25

5.1.2 Berdasarkan Gejala Sindrom Pramenstruasi ... 26

5.1.3 Berdasarkan Gejala Fisik Sindrom Pramenstruasi ... 26

5.1.4 Berdasarkan Gejala Emosional Sindrom Pramenstruasi ... 28

5.1.6 Berdasarkan Gejala Perilaku Sindrom Pramenstruasi ... 29

5.2 Pembahasan... 30

5.2.1 Berdasarkan Gejala Sindrom Pramenstruasi ... 30

5.2.2 Berdasarkan Gejala Fisik Sindrom Pramenstruasi ... 31

5.2.3 Berdasarkan Gejala Emosional Sindrom Pramenstruasi ... 35

5.2.4 Berdasarkan Gejala Perilaku Sindrom Pramenstruasi ... 41


(4)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 44

6.2.1 Pendidikan Keperawatan ... 44

6.2.3 Pelayan Keperawatan ... 44

6.2.3 Penelitian Selanjutnya ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Lampiran 2. Inform Consent Lampiran 3. Instrumen Penelitian

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Validitas Lampiran 5. Surat Ethical Clereance Lampiran 6.Surat Ijin Reliabilitas

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Uji Reliabiltas Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Data Lampiran 12. Master Data

Lampiran 13. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 14. Taksasi Dana


(5)

Daftar Skema

Halaman


(6)

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 3.2. Defenisi operasional penelitian...18 Tabel 5.1.1. Distibusi frekuensi dan persentase berdasarkan usia remaja yang mengalami sindrom pramenstruasi Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan...25 Tabel 5.1.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan gejala sindrom pramenstruasi pada remaja Di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan...26 Tabel 5.1.3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan gejala fisik

sindrompramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan...27 Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi dan persentase gejala emosional sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan...28 Tabel 5.1.5. Distribusi frekuensi dan persentase gejala perilaku sindrom

pramenstruasi Di SMA Swasta Kristen Immanuel