TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PURNAWIRAWAN POLRI DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI KOTA MADIUN Sebuah studi deskriptif terhadap Purnawirawan Polri dari Golongan Kepangkatan Bintara di Kota Madiun SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sa

  

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PURNAWIRAWAN POLRI

DALAM HIDUP BERMASYARAKAT

DI KOTA MADIUN

Sebuah studi deskriptif terhadap Purnawirawan Polri dari Golongan

Kepangkatan Bintara di Kota Madiun

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh:

YOPIE ARIE WAHYUNI

999114148

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

  

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PURNAWIRAWAN POLRI

DALAM HIDUP BERMASYARAKAT

DI KOTA MADIUN

Sebuah studi deskriptif terhadap Purnawirawan Polri dari Golongan

Kepangkatan Bintara di Kota Madiun

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh:

YOPIE ARIE WAHYUNI

999114148

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

  

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Motto

Kahanan donya iki ora langgeng, tansah

owah gingsir. Yen sira kebeneran katunggonan bandha lan kasinungan pangkat, aja banjur rumangsa “Sapa sira

sapa ingsun”, tansah ngendelake

panguwasane tumindak degsura marang sapadha-padha. Elinga yen bandha iku gampang ilang (sirna). Pangkat sawayah- wayah bisa oncat. (Ki Sondhong Mandali).

  Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT dan junjunganku Nabi Besar

Muhammad SAW.

  Mama dan Mbah Ibukku, serta tercinta.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan-kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Juni 2007 Penulis.

  

ABSTRAK

Yopie Arie Wahyuni (2007), Tingkat Kepercayaan Diri Purnawirawan Polri

dalam Hidup Bermasyarakat di Kota Madiun; Sebuah Studi Deskriptif

terhadap Purnawirawan Polri dari Golongan Kepangkatan Bintara di Kota

Madiun. Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

kepercayaan diri para Purnawirawan Polri dalam hidup bermasyarakat. Latar

belakang dari penelitian ini adalah adanya berbagai macam perubahan yang

terjadi di dalam diri seseorang setelah memasuki usia pensiun. Satu hal yang

menarik bagi penulis adalah bagaimana tingkat kepercayaan diri Anggota Polri

dalam hidup bermasyarakat setelah mereka pensiun dari dinas, dimana pada saat

itu mereka tidak lagi memiliki hak dan wewenang luas yang sah secara hukum

dan termuat dalam Undang-Undang. Penulis memilih Purnawirawan Polri dari

golongan kepangkatan Bintara sebagai subyek penelitian karena anggota Polri

dari golongan kepangkatan ini adalah petugas pelaksana lapangan, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak berinteraksi secara langsung dengan

masyarakat baik dalam kapasitas mereka sebagai petugas Kepolisian maupun

sebagai anggota masyarakat. Selain itu dengan hak dan wewenang yang luas,

mereka sering dianggap sebagai problem solver bagi masalah-masalah yang ada

dalam masyarakat. Maka bagaimana tingkat kepercayaan diri mereka dalam hidup

bermasyarakat setelah tidak lagi memiliki hak dan wewenang yang luas.

  Subyek penelitian ini adalah Purnawirawan Polri dari golongan

kepangkatan Bintara yang tinggal di Kota Madiun sebanyak 75 orang. Alat ukur

yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun oleh penelitian

berdasarkan teori kepercayaan diri J.P Guildford. Korelasi aitem total bergerak

antara 0,3413 sampai 0,9311 dengan Koefisien reliabilitas skala sebesar 0,9399.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,67% subyek memiliki tingkat

kepercayaan diri yang tinggi dalam hidup bermasyarakat, 33,33% subyek

memiliki tingkat kepercayaan diri yang sedang, dan tidak ada subyek yang

memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah dalam hidup bermasyarakat.

  

ABSTRACT

Yopie Arie Wahyuni (2007), Tingkat Kepercayaan Diri Purnawirawan Polri

dalam Hidup Bermasyarakat di Kota Madiun; Sebuah Studi Deskriptif

terhadap Purnawirawan Polri dari Golongan Kepangkatan Bintara di Kota

Madiun. Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

  This research aims to know the Retired Police Officer self confidence

degree in society life of Madiun. There are several changes which happen in

someone after they entering a period of pension are the background of this

research. Writer’s interesting is: how is the self confidence degree of police

officers in society life when they have been retired, where at that moment they do

not have wide authority and rights anymore which judicially valid and included in

code of law. The writer choose retired police from petty officer rank as research

subject, because police officer from this rank is the officer of field executor, so

that in daily life they have many directly interaction with society in their

capacities as police officer and also as society member. Besides, wide authority

and rights makes them considered to be problem solver for society problems.

Hence, how is their self confidence degree in society life after they don’t have

wide authority and rights anymore.

  The subject of this research is the Retired Police Officer from petty officer

rank who life in Madiun, with total number of 75 people. The measuring tool of

this research is the scale which arranged by researcher according to J.P Guildford

self confidence theory. The total item correlation moves from 0,3413 to 0,9311,

with coefficient reliability in the amount of 0,9399.

  The research result shows that 66,67% of the subjects have high self

confidence degree in society life, 33,33% of the subjects have medium self

confidence degree in society, and there is no subject with low self confidence

degree in society life.

  

KATA PENGANTAR

“Fiuh……, finally”. Allhamdulillah…………, saat ini hanyalah rasa syukur

yang ingin penulis persembahkan kepada Allah SWT dan shallawat serta salam

kepada junjunganku Nabi Muhammad saw, karena pada akhirnya berkat semua

limpahan rahmat dan karunia-Nya skripsi ini akhirnya dapat selesai. Tentunya

skripsi ini juga tidak akan dapat selesai tanpa bantuan orang-orang yang ada di

sekitar penulis, maka sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis ingin

menghaturkan terima kasih kepada:

  

1. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang dengan sabar, tidak bosan-

bosannya memberikan dorongan moril kepada kami angkatan 99 untuk cepat-

cepat menyelesaikan studi kami.

  

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si. Selaku Kaprodi dan dosen

pembimbing dalam penulisan skripsi ini. terima kasih bu….., untuk menjadi pembimbing sekaligus teman curhat saya.

  

3. Koh Agung, tempat bertanya tentang SPSS yang selalu tidak bosan bertanya

“gimana skripsimu?”. terima kasih Pak Agung.

  

4. Mas Mudji, Mas Gandung, Mas Doni, dan Mbak Nanik, terima kasih untuk

semua pelayanannya selama penulis menjalani studi di psikologi,

  

5. Pak Gi’, yang dengan senyum khasnya selalu menyapa kami. matur nuwun

pak Gi’.

  

6. Bapak AKBP (Purn) H. Kamalludin, SH. Selaku Ketua Organisasi PP Polri

cabang Kota Madiun, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam organisasi yang bapak ketuai.

  

7. Bapak Mayor (Purn) Redhy, BBA. Selaku Wakil Ketua Cabang Organisasi PP

Polri Kota Madiun. Terima kasih atas semua waktu luang dan bantuan informasi selama penulis melakukan penelitian di PP Polri.

  

8. Pihak Polres Kota Madiun yang berkenan meminjamkan beberapa sumber

bacaan tentang Polri.

  

9. Mama Setyo Murtini dan Mbah Ibuk Kasmi Mulyadi. Mam…., Buk…..,

ternyata aku tidak bisa menulis kata-kata yang pas untuk melukiskan perjuangan mama dan ibuk. Terima kasih untuk rangkuman doa yang pernah putus untukku dan maaf kalo selama ini banyak membuat air mata kalian tertumpah sia-sia untuk aku. Semua ini untuk mama dan ibuk.

  

10. Eyang Kakung J. Soekasno beserta eyang putri. Terima kasih atas bantuan dan

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan tinggi. maaf bila ternyata tidak semulus yang Eyang kakung dan Eyang putri harapkan.

  

11. Almarhum Bapak Mulyadi. Terima kasih untuk perhatian dan kasih sayangmu

selama 21 tahun. Semoga bapak bisa melihatku lulus dari atas sana.

  

12. Suamiku, Andreas Ari Kristyanto, untuk kesediaanmu menerima kekurangan-

kekuranganku, menjalani sisa hidupmu bersama aku, dan menjalani proses

kita yang tidak mudah. Terima kasih cinta……, untuk mau berada di sisiku.

  

13. Anakku, Bintang Adrian Arraya Putra Kristyanto. Untuk kehadiranmu di

dunia ini dan memberikan warna baru dalam kehidupan mama. Maaf kalo selama ini mama belum bisa memberikan sebuah kehidupan yang sempurna untukmu, maaf juga selama ini kadang mama harus meninggalkanmu selama berhari-hari atau berminggu-minggu. Terima kasih sayang telah menjadi semangat mama dalam menyelesaikan studi mama.

  

14. Mbakku-Bulikku, Ch Dian Indrawati. Terima kasih ya yu telah mau menjadi

teman curhat yang paling bisa diandalkan. thank’s sist…….

  15. Mbah Gumini, Mbah Wagiyo, mas Iwan dan mas Heri.

  

16. Ade’ku Selvi Meilia, Ibuk Umi Syahadatin, Bapak Suryanto, untuk semua

dukungan dan doa-doa kalian.

  

17. My father and mother in law, Bapak FL. Budi Haryono dan Mama H. Endang

Lestari.

  18. My brother and sister in law, mas velix, mbak nina, dan mas agung.

  

19. Elisabeth Haksi Mayawati. Makasih ya de’ udah diajari bikin skala, u’r the

best, untuk masalah kuliah kamu memang paling bisa diandalkan.

  

20. Aiptu Sutrianto dan Tante Erwin. Terima kasih untuk bantuan om dan tante,

meski informasi tentang Polri di saat-saat terkahir penyelesaian skripsi cukup membuat panik penulis tapi akhirnya dari situ pula penelitian ini berlanjut hingga selesai. Sekali lagi terima kasih untuk om dan tante.

  

21. Teman-teman kostku yang paling baru dan paling sebentar tapi justru paling banyak memberikan makna untuk belajar menghayati keterbatasan hidup, Nutan, Erik, Hande, dan Yudi. Nut-Er thank’s untuk menjadi teman-teman curhatku di saat aku sangat membutuhkan dukungan moral. Kalian memang bisa diandalkan, thx sist…….

  22. Semua teman-teman angkatan 99 tak terkecuali.

  

23. Teman-teman di Krodan 49A dan sekitarnya. Cemonk n Erni, Arod, Bintara,

Ari Grindink, Toni, dan Temi.

  

24. Semua anggota PP Polri yang telah bersedia menjadi subyek dalam penelitian

ini.

  

25. Dua kaki bundarku “Ade AE 5943 AG” untuk kesedianmu mengantarku

kemanapun aku pergi.

  

26. Makhluk berkaki 4 dengan lirikan mata dan mantel bulu coklatnya, Betapa

Timoti Jumper-ku, untuk semua kegembiraan dan ketulusanmu dalam menyayangiku.

  

27. Sosok yang pernah datang kemudian pergi untuk sekedar menyempurnakan

proses kedewasaanku dengan sesuatu yang sakit dan pahit.

  

28. Bapak Wahyu Sujoko Santoso. Terima kasih untuk membuatku hadir di dunia

dengan bekal kepahitan hidup, terima kasih atas pinjaman nama untuk kuisikan di ijazah-ijazahku. Ternyata tanpa adamu aku justru menjadi mampu, tapi jangan pernah meratapi “ketidakberdayaan dalam sendirimu” kelak karena jalan itu memang pilihanmu.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..... i HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………...iii

MOTTO………………………………………………………………………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… .v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………vi

ABSTRAK…………………………………………………………………….vii

ABSTRACT ……………………………………………………………………. viii

KATA PENGANTAR………………………………………………………... .ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………..xvii

  

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………….1

A. Latar Belakang …………………………………..………………....1 B. Rumusan Masalah ……………………………….…………………6 C. Tujuan Penelitian ………………………………..…………………6 D. Manfaat Penelitian .………………………………………………...6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………8

A. Pengantar ………………………………………………………..…..8 B. Purnawirawan Polri……………………………………………….....8

  1. Polri …………………………………………..…………………8

  2. Purnawirawan Polri …………………………..…………………10

  3. Fase-fase pensiun …………………………….…………………13

  4. Perubahan-perubahan Pasca Pensiun …………………………....18

  C. Kepercayaan Diri …………………………………………………...19

  1. Definisi Kepercayaan Diri ……………………………………....19

  2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ……………..………………....21

  3. Faktor-faktor yang membentuk Rasa Percaya Diri ..…………....23

  D. Hidup Bermasyarakat …………………………….………………....24

  E. Dinamika Psikologis Purnawirawan Polri dalam HIdup Bermasyarakat di Kota Madiun …………………….....27

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………......……………….....29

A. Jenis Penelitian …………………………………...……………….....29 B. Identifikasi Variabel ……………………………...………………….30 C. Definisi Operasional ……………………………...……………….....30 D. Subyek Penelitian ………………………………...……………….....33 E. Metode dan Alat Penelitian ……………………………………….....34 F. Pertanggung Jawaban Mutu ……………………...……………….....36

  1. Validitas ……………………………………………………….....36

  2. Seleksi Aitem ………………………………………………….....37

  3. Reliabilitas …………………………………………………….....40

  G. Analisis Data …………………………………….………………......41

  

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …...…………………45

A. Hasil Penelitian …………………………………..……………….....45

  1. Uji Normalitas ………………………………...…………………45

2. Deskripsi Data Penelitian ……………………..…………………45

  3. Kategorisasi Tingkat Kepercayaan Diri Purnawirawan Polri dalam hidup Bermasyarakat ………………………..……………49

B. Pembahasan ………………………………………………………….50

  

BAB V. PENUTUP ………………………………………….…………………58

A. Kesimpulan ………………………………………………………….58 B. Saran ……………………………………………...………………….58

  1. Bagi Peneliti Selanjutnya …………………….………………….58

  2. Bagi Instansi Terkait (Polri) ………………….…………………59

  3. Bagi Organisasi yang Bersangkutan (PP Polri) ………………….60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

A. Instrumen Penelitian

  1. Skala Pra Seleksi

  2. Skala Pasca Seleksi

B. Uji Reliabilitas

  1. Reliabilitas 56 Skala

  2. Reliabilitas 44 Skala

  C. Uji Asumsi

  D. Deskripsi Data Penelitian

  E. Data Penelitian Pra Seleksi

  F. Data Penelitian Pasca Seleksi

  G. Surat-Surat

  1. Surat ijin Penelitian

  2. Surat Keterangan Penelitian

  

H. Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga Persatuan Purnawirawan Polri

Undang-Undang No 2/ Tahun 2002

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategori Penskoran Tiap Aitem …………………………………….35

Tabel 2 Blue Print Skala KepercayaanDiri …………………………………36

Tabel 3 Daftar Aitem yang Valid dan Aitem yang Gugur …………………..38

Tabel 4 Distribusi Nomor Aitem Valid ……………………………………...39

Tabel 5 Distribusi Aitem Valid yang Disederhanakan (aitem skala baku penelitian sesungguhnya) ………………………..40

Tabel 6 Norma Kategori Jenjang …………………………………………….41

Tabel 7 Norma Kategorisasi dengan Batasan Angka – Angka ……………...43

Tabel 8 Norma Kategorisasi Skala …………………………………………..44

Tabel 9 Gambaran Responden Penelitian ………………………………........46

Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian …………………………………………...48

Tabel 11 Kategori Tingkat Kepercayaan Diri Purnawirawan Polri dalam Hidup Bermasyarakat …………………………………

  

B A B I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

  Bekerja atau memiliki pekerjaan yang layak merupakan suatu hal yang ingin

dicapai oleh setiap manusia. Namun demikian, pekerjaan itu sendiri memiliki

makna yang berbeda bagi masing–masing individu. Hampir sebagian besar

manusia bekerja karena alasan ekonomi (Lemme, 1995). Dalam hal ini pekerjaan

dijadikan sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi semua kebutuhan fisik

manusia, yang meliputi sandang, pangan, dan papan. Selain sebagai sumber

penghasilan, pekerjaan juga merupakan simbol identitas diri individu (Troll;

dalam Hendrati, 2003). Individu yang memiliki identitas diri berarti telah diakui

oleh masyarakat bahwa ia adalah individu dengan status, fungsi dan peran sosial

yang jelas. Individu tersebut akan merasa berharga dan bermakna ketika mereka

mampu menyebutkan dimana mereka bekerja dan apa posisinya (Eliana, 2003).

Perasaan berharga dan bermakna inilah yang dapat menumbuhkan rasa percaya

diri seseorang dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

  Salah satu bidang pekerjaan yang ada di Indonesia dan hampir ada di setiap

negara adalah Polisi. Sulit dibayangkan suatu negara tanpa polisi (Siahaan, 2005),

karena polisi adalah salah satu badan pemerintah yang bertugas memelihara

keamanan dan ketertiban umum–menangkap orang yang melanggar undang-

undang – (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988). Di Indonesia profesi polisi

tergabung dalam sebuah institusi bernama Kepolisian Negara Republik Indonesia,

  

atau umumnya biasa disingkat Polri. Dalam Tap MPR RI No VII/MPR/2000 pasal

6 ayat 1, disebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan

alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat. Berangkat dari peran tersebut, maka tugas pokok Polri

meliputi: a.] memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, b.] menegakkan

hukum, dan c.] memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat (UU No 2 Tahun 2002, pasal 13), yang diapresiasikan melalui motto

“to protect and to serve” (Tabah, 2004). Sebagai bekal melaksanakan tugas-tugas

pokok, maka Presiden dan DPR RI memberikan wewenang–wewenang kepada

institusi Polri yang seluruhnya termuat dalam UU No 2 Tahun 2002 pasal 15 ayat

1 dan 2; serta pasal 16 ayat 1. Dari bunyi kedua pasal beserta masing–masing

ayatnya tampak bahwa Polri memiliki wewenang dan kekuasaan yang cukup luas

untuk menegakkan hukum, mengatur ketertiban dan keamanan masyarakat.

Termasuk melakukan tindakan–tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh warga

sipil, seperti menangkap dan menahan orang lain, atau menggeledah dan menyita

barang milik orang lain. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Herbert. T.

Siahaan -seorang pengamat kepolisian- yang mengungkapkan bahwa:

  “Sebagai bekal melaksanakan tugas penegakkan hukum, maka diperlukan adanya wewenang. Wewenang yang disebut sebagai asas legalitas. Yakni

bahwa setiap tindakan Kepolisian harus didasarkan pada hukum. Ini

merupakan asas paling pokok dalam negara hukum. Asas lainnya, menyangkut kewajiban. Yaitu bahwa Negara melalui UU memberikan wewenang untuk melakukan tindakan–tindakan lain, selain tindakan yang disebutkan dalam UU. KUHP memberikan wewenang kepada penyelidik (Pasal 5 ayat 1 huruf a bab 4) dan penyidik (Pasal 7 ayat 1 huruf j) melakukan tindakan–tindakan terhadap

pelaku kriminal dan pelanggar hukum, sesuai hukum yang berlaku”.

( Mei 2005).

  

Dengan wewenang-wewenang yang dimilikinya, seorang anggota Polri atas nama

hukum diakui mampu berperan sebagai problem solver oleh masyarakat.

  Wewenang yang luas tersebut tentu akan mampu membuat seorang anggota

Polri menjadi percaya diri, tetapi rasa percaya diri itu tidak semata-mata muncul

dalam diri seorang anggota Polri karena adanya wewenang yang luas saja. Lebih

dari itu sejak masih duduk dalam bangku pendidikan calon polisi, seorang

anggota Polri telah dituntut untuk mampu bersikap profesional dan percaya diri

ketika menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang abdi Negara dan pengayom

masyarakat.

  Namun individu tidak selamanya dapat terus bekerja, hal ini disebabkan

karena dengan semakin bertambahnya usia individu maka kondisi fisik dan

psikisnya akan semakin mengalami kemunduran. Begitu juga dengan seorang

anggota Polri. Setiap anggota Polri membutuhkan kondisi fisik dan psikis yang

prima untuk dapat menjalankan tugas–tugas pokoknya, sebagai penegak hukum

dan pelayan masyarakat. Maka setelah mencapai usia 58 tahun seorang anggota

Polri akan memasuki masa pensiun. Hal ini juga telah diatur dalam UU No 2

tahun 2002 yang menyatakan bahwa “Usia pensiun maksimal anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia 58 (lima puluh delapan) tahun dan bagi anggota yang

memiliki keahlian khusus dan sangat dibutuhkan dalam tugas kepolisian dapat

dipertahankan sampai dengan 60 (enam puluh) tahun”. Dan datangnya masa

pensiun akan ditandai dengan berubahnya identitas diri menjadi Purnawirawan

Polri.

  Perubahan identitas diri yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan

penyesuaian diri (Eliana, 2003). Ini disebabkan karena masa pensiun akan

membuat seseorang kehilangan peran sosialnya dalam masyarakat, prestise,

kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan berubah juga karena kehilangan

peran (Eyde; dalam Eliana, 2003). Adanya penyesuaian diri yang baik menjelang

datangnya masa pensiun, akan membuat seorang Purnawirawan Polri tidak merasa

kehilangan harga diri mereka. Seseorang yang masih merasa tidak kehilangan

harga diri maka dengan sendiri akan mampu mengembangkan rasa percaya pada

diri mereka sendiri. Menurut Davies (2004) rasa percaya diri penting tatkala

seseorang ingin berpartisipasi di dalam kehidupan publik seperti ketika bergabung

dengan suatu masyarakat.

  Rasa percaya diri merupakan komoditas yang berharga, karena seseorang yang

memilikinya akan merasa lebih mudah untuk mempelajari keahlian–keahlian baru,

menjalin persahabatan, menikmati hubungan-hubungan yang bahagia, beradaptasi

dengan perubahan, dan mencapai apa yang mereka inginkan di dalam kehidupan

(Davies, 2004). Seorang Purnawirawan Polri yang memiliki rasa percaya diri

akan mampu berhadapan dengan segala macam ketidakpastian, mampu melihat

tantangan–tantangan sebagai kesempatan, mampu mengambil resiko–resiko yang

selalu dapat diperhitungkan, dan mampu membuat sebuah keputusan yang tepat

(Davies, 2004).

  Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fabiola Hendrati (2003), yang

mengukur tingkat depresi purnawirawan ABRI dari golongan kepangkatan

Bintara yang bekerja dan tidak bekerja memperoleh hasil bahwa ada korelasi

  

positif antara tingkat depresi dengan pangkat purnawirawan ABRI ketika pensiun.

Maka, dari penelitian tersebut penulis ingin mengembangkan sebuah penelitian

baru yang nantinya hendak mengukur tingkat kepercayaan diri para Purnawirawan

Polri dalam hidup bermasyarakat.

  Subyek dalam penelitian ini adalah para Purnawirawan Polri dari golongan

Bintara, yaitu para purnawirawan dengan pangkat terakhir Brigadir Polisi Dua,

Brigadir Polisi Satu, Brigadir Polisi, Brigadir Polisi Kepala, Ajun Inspektur Dua,

atau Ajun Inspektur Satu. Pertimbangannya adalah pertama, sejak masih duduk

sebagai siswa dalam pendidikan Seba Polri (Sekolah Bintara Polri) selama 9

bulan, mereka juga telah dituntut untuk mampu bersikap profesional dan percaya

diri dalam menghadapi masyarakat, sehingga anggota dari golongan kepangkatan

ini juga memungkinkan untuk diukur tingkat kepercayaan dirinya setelah mereka

memasuki masa pensiun. Kedua semua anggota Polri dengan golongan

kepangkatan Bintara merupakan petugas pelaksana lapangan yang bekerja di

lapangan (Sutanto, 2005) sehingga mereka banyak berinteraksi langsung dengan

masyarakat luas dalam kapasitas sebagai petugas kepolisian. Banyaknya intensitas

seorang anggota Polri dari golongan kepangkatan Bintara dalam berinteraksi

dengan masyarakat secara langsung membuat mereka lebih sesuai untuk dijadikan

subyek penelitian tentang tingkat kepercayaan diri seorang Purnawirawan Polri

dalam hidup bermasyarakat. Ketiga, adanya prinsip “the local boy for the local

job” dalam kesatuan Polri yang diterapkan untuk petugas pelaksana lapangan

(Sutanto, 2005), sehingga anggota Polri golongan Bintara umumnya adalah

penduduk asli dari daerah dimana ia ditugaskan. Sebagai putra asli dari sebuah

  

daerah akan membuat seorang anggota Polri dari golongan kepangkatan Bintara

memiliki jaringan pergaulan yang luas dari berbagai lapisan golongan dan usia

bila dibandingkan dengan mereka yang pendatang.

  Penelitian ini mengambil lokasi di Kotamadya Madiun, karena sebagai Kota

Karesidenan, Kota Madiun tergolong kota kecil di Propinsi Jawa Timur, sehingga

penghargaan masyarakat terhadap profesi Polri masih tergolong cukup tinggi.

Selain itu di sekitar Kota Madiun juga terdapat Markas TNI-AD Batalyon 501 dan

Pangkalan Udara Militer Iswahyudi milik TNI-AU. Ini membuat kompetisi dalam

mencari kerja bidang security pasca purnawirawan semakin tinggi.

  

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian diatas dapat diambil satu rumusan masalah, yaitu “Seberapa

tingkat kepercayaan diri para Purnawirawan Polri dalam Hidup Bermasyarakat di

  Kota Madiun?”.

  

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat tingkat

kepercayaan diri para Purnawirawan Polri dalam hidup bermasyarakat di Kota

  Madiun.

D. MANFAAT PENELITIAN

  Dalam penelitian ini ada 2 manfaat yang dapat diambil, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

  1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini secara teoretis diharapkan mampu memberikan sebuah wacana

baru didalam bidang psikologi tentang kepercayaan diri, khususnya tentang

kepercayaan diri para Purnawirawan Polri dalam hidup bermasyarakat.

  2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

institusi Polri khususnya di Kota Madiun tentang bagaimana tingkat kepercayaan

diri para purnawirawannya dalam hidup bermasyarakat. Sehingga pihak Polri

akan mampu memberikan dukungan moral yang lebih baik kepada para

anggotanya yang akan memasuki masa pensiun. Dukungan moral itu diharapkan

dapat memupuk kebermaknaan dalam diri setiap anggota Polri yang akan

memasuki masa purna tugas, sehingga mereka akan tetap merasa percaya diri

untuk hidup bermasyarakat setelah berstatus purnawirawan.

  

Selain bagi Institusi Polri, penelitian ini diharapkan juga mampu memberikan

informasi bagi para pengurus organisasi Persatuan Purnawirawan Polri khususnya

cabang Kota Madiun tentang bagaimana tingkat kepercayaan diri para anggota

organisasinya dalam hidup bermasyarakat di lingkungan Kota Madiun. Agar

nantinya para pengurus organisasi ini mampu membuat berbagai macam rencana-

rencana kegiatan ke depan yang bersifat membangun kesejahteraan para

anggotanya.

  

B A B II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGANTAR

  Dalam penelitian ini terdapat 3 konsep utama, yaitu Kepercayaan Diri,

Purnawirawan Polri, dan Hidup Bermasyarakat. Sedangkan variabel penelitian

dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri. Dalam Bab II ini akan diuraikan

berbagai macam hal yang berkaitan erat dengan konsep–konsep utama penelitian,

yang kemudian akan dijadikan sebagai bahan acuan dan landasan teori dalam

penelitian.

B. PURNAWIRAWAN POLRI

1. Polri

  Kepolisian Negara Republik Indonesia atau biasa disingkat Polri merupakan

salah satu alat pemerintahan negara yang kedudukannya berada langsung dibawah

Presiden. Dalam struktur Pemerintahan Indonesia Polri memiliki peran dan fungsi

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,

memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (UU No 2 Tahun

2002). Selanjutnya peran dan fungsi tersebut, berdasarkan UU dijadikan sebagai

tugas pokok Polri. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok melindungi dan

melayani (to protect and to serve) masyarakat tersebut, Presiden dan DPR–RI

memberikan wewenang-wewenang kepada setiap anggota Polri, yang kesemuanya

tercantum dalam UU No 2 Tahun 2002 pasal 15 (1,2), 16 (1). Wewenang yang

  

dimiliki seorang anggota Polri ternyata sangat luas bila dibandingkan dengan

masyarakat sipil pada umumnya. Maka sosok anggota Polri yang memiliki

wewenang luas itu harus mampu menyelesaikan berbagai masalah yang muncul di

tengah–tengah masyarakat.

  Dalam tubuh Polri terdapat lima golongan kepangkatan, yaitu:

  a. Perwira Tinggi, yang terdiri dari:

  • - Jenderal Polisi : Jenderal Polisi

    - Komisaris Jenderal Polisi : d/h Letnan Jenderal Polisi - Inspektur Jenderal Polisi : d/h Mayor Jenderal Polisi - Brigadir Jenderal Polisi : Brigadir Jenderal

  b. Perwira Menengah, yang terdiri dari:

  • Komisaris Besar Polisi : d/h Kolonel Polisi - Ajun Komisaris Besar Polisi : d/h Letnan Kolonel Polisi - Komisaris Polisi : d/h Mayor Polisi

  c. Perwira Pertama, yang terdiri dari:

  • Ajun Kepala Polisi : d/h Kapten Polisi - Inspektur Polisi Satu : d/h Letnan Satu Polisi - Inspektur Polisi Dua : d/h Letnan Dua Polisi

  d. Bintara, yang terdiri dari:

  • Ajun Inspektur Polisi Satu : d/h Pembantu Letnan Satu Polisi - Ajun Inspektur Polisi Dua : d/h Pembantu Letnan Dua Polisi - Brigadir Polisi Kepala : d/h Sersan Mayor Polisi - Brigadir Polisi : d/h Sersan Kepala Polisi
  • Brigadir Polisi Satu : d/h Sersan Satu Polisi - Brigadir Polisi Dua : d/h Sersan Dua Polisi

e. Tamtama, yang terdiri dari:

  • Bhayangkara Utama Muda : d/h Kopral Kepala Polisi - Bhayangkara Utama Satu : d/h Kopral Satu Polisi - Bhayangkara Utama Dua : d/h Kopral Dua Polisi - Bhayangkara Kepala : d/h Prajurit Kepala Polisi - Bhayangkara Satu : d/h Prajuri Satu Polisi - Bhayangkara Dua : d/h Prajurit Dua Polisi

    Bertindak sebagai petugas pelaksana yang langsung terjun ke lapangan adalah

    anggota dari golongan kepangkatan Bintara dan Tamtama. Adanya prinsip “local

  

boy for the local job” dalam tubuh Polri, membuat anggota Polri golongan

Bintara dan Tamtama direkrut dari penduduk asli suatu daerah. Sedangkan bagi

golongan perwira penugasannya tidak terkait kepada daerah asal, tapi diarahkan

dalam rangka memperluas wawasan, meningkatkan rasa kebangsaan serta

mempersiapkan sebagai kader pimpinan (Sutanto, 2005).

2. Pensiunan/ Purnawirawan Polri

  Di Indonesia segala macam hal yang menyangkut bidang kepolisian telah

diatur oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang–Undang No 2 Tahun

2002. Undang–Undang ini selain mengatur apa dan siapa saja yang berhak