3.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA - DOCRPIJM e15023fb2d BAB IIIBAB 3 RPIJM Kota Bandung PDF
BAB
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3
3.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
DITJEN CIPTA KARYA
Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada
rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala
provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat
pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RIO
+20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan internasional
lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan Isu-isu Strategis yang
mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam,
dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan,
reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta
green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan
unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta
Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan.
Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara sistematis dengan
berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah yang menjadi dasar pada
penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu pada Rencana
Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah digariskan pada
Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis, yang didasarkan
pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan polaruang yang diwujudkan
dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor.Rencana yang
lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan pada
tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti rencana
pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya.Dokumen perencanaan
tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya.
Gambar 3.1
Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan
investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam
penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalam
RPI2-JM tersebut harus tertuang dalam rencana kerja/RKP/RKPD.
Dengan demikian jelas bahwa RPI2-JM Bidang Cipta Karya merupakan perwujudan
rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang
berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian
aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/kota
sampai dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan
penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPI2-JM.
Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2010-2014 dan Rencana
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kab/Kota bidang Cipta
Karya. Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum Program (MP)
Provinsi.
Tahap Penyusunan Program
Tahap Penyusunan Anggaran
Pra Musrenbangnas &
Musrenbangnas
Penyusunan
Renja KL
Trilateral
Meeting
Pra
Konreg
Januari
Penyusunan
RKA KL – Pagu
Alokasi Anggaran
(Definitif)
SE Pagu
Anggaran
RKP
Perpres
SEB Pagu
Indikatif
Penyusunan
RKA KL – Pagu
Anggaran
Konreg
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
SE Pagu Alokasi
Anggaran
(Definitif)
RDP
Komisi V
Agustus
September
Penelaahan
RKA KL
Oktober
November
Desember
Siklus Nasional
Siklus Propinsi
Juli
Konsolidasi
Usulan RPIJM
Kab/Kota
Agustus
September
Identifikasi
& Penyaringan
Usulan Kegiatan
(long list)
Sinkronisasi
tingkat Propinsi
( Verfikasi dan pemilihan
Usulan prioritas berdasarkan
pagu propinsi )
Oktober
November
Desember
Penyusunan
Usulan Konreg
berdasar MP
Penyiapan
Memorandum
Program Propinsi
Legalisasi
Memorandum
Program Propinsi
Penajaman
Usulan
Konreg
Sandingan Usulan
Konreg – MP – RPIJM
Membawa hasil
Musrenbangprop dalam
proses Musrenbangnas
Pembahasan usulan dalam
Musrenbangprop yang
belum terakomodir dalam
Konreg
Membawa hasil Konreg dalam
proses Musrenbangprop
(sinkronisasi)
Gambar 3.2
Tahap Penyusunan RPI2-JM
START POINT
Proses Penyusunan
Program untuk
Tahun T
3.1.1 AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL
Amanat pembangunan nasional dimaksudkan sebagai suatu penduan dalam perencanaan
pembangunan.Adapun dalam amanat pembangunan nasional yang dimaksudkan meliputi
RPJP Nasional, RPJM Nasional, MP3EI, MP3KI, KEK dan Direktif Presiden.
3.1.1.1
RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional
untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005
hingga tahun 2025. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025,
selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan
nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi
seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah
pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh
pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan
lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
A.
Visi Dan Misi RPJP Nasional 2005 – 2025
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20
tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–
2025 adalah:
“INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan
nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk
dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang
ingin dicapai. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh
melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut :
1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila
2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
5) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional
8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
B.
Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005 –
2025
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang
maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju
masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab
Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, dan beretika
sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh
toleransi, tenggang rasa, dan harmonis.
Di samping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi perwujudan
identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan
menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan
mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilainilai kebangsaan.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya
kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan
Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa,
pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk:
a. Mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya
saing.
b. Memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah
menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri
c. Meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan
d. Membangun infrastruktur yang maju; serta
e. Melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara.
3. Mewujudkan Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum
Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk
mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil.Demokrasi dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan, dan
memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi dalam penyelenggaraan negara.Hukum pada dasarnya bertujuan untuk
memastikan munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif
kemanusiaan serta memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara
tanpa memandang dan membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun
gender. Hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan
keterjaminan hak-hak dasar masyarakat secara maksimal
4. Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu
Dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia memerlukan kemampuan
pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap tegaknya kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Adanya gangguan keamanan dalam berbagai bentuk
kejahatan dan potensi konflik horisontal akan meresahkan dan berakibat pada
pudarnya rasa aman masyarakat. Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman
5.
6.
7.
8.
bagi masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di
berbagai bidang.
Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di
berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi
konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil.
Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan nasional
dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam yang lestari
akan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan.
Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh
karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, sumber
daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan nasional.Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional
Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut
berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan
kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan
keamanan, dan teknologi.
Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional
Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi yang harus diperjuangkan secara
konsisten.Sebagai negara yang besar secara geografis dan jumlah penduduk,
Indonesia sesungguhnya memiliki peluang dan potensi untuk mempengaruhi dan
membentuk opini internasional dalam rangka memperjuangkan kepentingan
nasional. Dalam rangka mewujudkan Indonesia maju, mandiri, adil dan makmur,
Indonesia sangat penting untuk berperan aktif dalam politik luar negeri dan kerja
sama lainnya baik di tingkat regional maupun internasional, mengingat konstelasi
politik dan hubungan internasional lainnya yang terus mengalami perubahanperubahan yang sangat cepat.
3.1.1.2
RPJM Nasional 2015 – 2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah tahapan
ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang
telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007. Dengan berpayung
kepada UUD 1945 dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP tadi, RPJMN 2015-2019,
disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil
Presiden, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla, dengan menggunakan Rancangan
Teknokratik yang telah disusun Bappenas dan berpedoman pada RPJPN 2005-2025.
RPJMN 2015-2019 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden,
RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan nasional dengan tujuan
di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.
Untuk menuju sasaran jangka panjang dan tujuan hakiki dalam membangun,
pembangunan nasional Indonesia lima tahun ke depan perlu memprioritaskan pada
upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumber daya
maritim dan kelautan. Seiring dengan itu, pembangunan lima tahun ke depan juga
harus makin mengarah kepada kondisi peningkatan kesejahteraan berkelanjutan,
warganya berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakatnya memiliki
keharmonisan antarkelompok sosial, dan postur perekonomian makin mencerminkan
pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan
keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan iptek sambil bergerak menuju
kepada keseimbangan antarsektor ekonomi dan antarwilayah, serta makin
mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan.
Agenda satu tahun pertama dalam Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019, juga
dimaksudkan sebagai upaya membangun fondasi untuk melakukan akselerasi yang
berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya, disamping melayani kebutuhan-kebutuhan
dasar masyarakat yang tergolong mendesak.Dengan berlandaskan fondasi yang lebih
kuat, pembangunan pada tahun-tahun berikutnya dapat dilaksanakan dengan lancar.
Sementara, agenda lima tahun selama tahun 2015-2019 sendiri diharapkan juga akan
meletakkan fondasi yang kokoh bagi tahap-tahap pembangunan selanjutnya. Dengan
demikian, strategi pembangunan jangka menengah, termasuk di dalamnya strategi pada
tahun pertama, adalah strategi untuk menghasilkan pertumbuhan bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.
Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap,
terencana, terpadu dan berkesinambungan. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa
visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR, dengan penjelasan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Mandiri : berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan
bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
Maju : berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem dan
kelembagaan politik dan hukum yang mantap.
Adil : berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik
antarindividu, gender, maupun wilayah.
Makmur : berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi
sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain.
Visi tersebut diwujudkan melalui 8 (delapan) misi yaitu:
1.
Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila dengan memperkuat jati diri dan karakter
bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan
internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya,
mengembang-kan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan
memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia sebagai landasan spiritual, moral,
dan etika pembangunan bangsa.
2.
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing dengan membangun sumber daya
manusia berkualitas dan berdaya saing; mening-katkan penguasaan dan
pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju
inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju; mere-formasi
bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekono-mian domestik
berbasis keunggulan setiap wilayah, menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk
pelayanan jasa dalam negeri.
3.
Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dengan memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil;
memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan
masyarakat; dan membenahi struktur hukum, meningkatkan budaya hukum dan
menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada
rakyat kecil.
4.
Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu dengan membangun kekuatan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang melampui kekuatan esensial minimum dan
disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan
meningkatkan profesionalisme Polri untuk melindungi dan mengayomi masyarakat,
mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun
kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan
keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan dan
komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional
dalam sistem pertahanan semesta.
5.
Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan dengan meningkatkan
pembangunan daerah; mengurangi kesen-jangan sosial secara menyeluruh dengan
meningkatkan keberpi-hakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah
yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis;
menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial
serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam
berbagai aspek termasuk gender.
6.
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan memperbaiki pengelolaan
pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap
menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini
dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan
pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memper-baiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
mendukung kualitas kehidupan, memberikan keindahan dan kenyamanan; serta
meningkatkan pemeliharaan dan peman-faatan keanekaragaman hayati sebagai
modal pembangunan.
7.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi
masyarakat dan pemerintah; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
berwawasan kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan
kedaulatan dan meningkatkan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan
secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara
berkelanjutan.
8.
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
dengan memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan
kepentingan nasional; melan-jutkan komitmen Indonesia dalam pembentukan
identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendo-rong
kerja sama internasional, regional dan bilateral antarma-syarakat, antarkelompok,
serta antarlembaga di berbagai bidang.
RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka
menengah (RPJM) dengan rumusan arahan prioritas kebijakan, yang dapat dilihat pada
Gambar 2-2.
Gambar 3.3
Tahapan Pembangunan Dan Arahan Kebijakan RPJPN 2005-2025
Sesuai dengan tahapan tersebut, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019)
diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan IPTEK yang terus meningkat.
1) KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
a) Visi Misi Pembangunan
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan
yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan
nasional untuk tahun 2015-2019 adalah :
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:
1.
Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2.
Mewujudkan masyarakat maju,
berlandaskan negara hukum.
3.
Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4.
Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5.
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7.
Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
berkeseimbangan,
dan
demokratis
b) Strategi Pembangunan Nasional
Secara umum Strategi Pembangunan Nasional ditunjukkan dalam Gambar 5.1
yang menggariskan hal-hal sebagai berikut:
1.
Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
a. Membangun
masyarakat.
untuk
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
dan
b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas
tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat
merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada
peningkatan produk-tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa
menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan
pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertum-buhan. Hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan pertum-buhan ekonomi yang
berkelanjutan.
c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
2. Tiga Dimensi Pembangunan;
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.
Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma-nusia dan
masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul
dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui
pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi.Manusia Indonesia unggul
tersebut diharap-kan juga mempunyai mental dan karakter yang
tangguh dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Karena itu
pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh
komponen masyarakat, sehingga akan dihasilkan pengusaha yang
kreatif, inovatif, punya etos bisnis dan mau mengambil risiko; pekerja
yang berde-dikasi, disiplin, kerja keras, taat aturan dan paham
terhadap karakter usaha tempatnya bekerja; serta masyarakat yang
tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi pembangunan,
serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi sesama.
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:
•
Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk
memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak
boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain.
•
Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan
memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batubara, dan tenaga air) dalam negeri.
•
Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia
harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional
dan kesejahteraan rakyat.
•
Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam
dan
keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk
pengembangan
pariwisata
nasional.
Sedangkan
industri
diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan
nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan, keahlian, dan
SDM yang unggul.
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.
Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk
seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus
dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik
kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan
antarwilayah, dengan prioritas:
3.
•
Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena
penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;
•
Wilayah pinggiran;
•
Luar Jawa;
•
Kawasan Timur.
Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlu-kan
sebagai prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut
antara lain:
a. Kepastian dan penegakan hukum;
b. Keamanan dan ketertiban;
c. Politik dan demokrasi; dan
d. Tetakelola dan reformasi birokrasi.
4.
Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya).
Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan
waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan
contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang
berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi
masyarakat.
Gambar 3.4
Strategi Pembangunan Nasional
c) Sembilan Agenda Prioritas
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian
dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda
prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:
1)
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2)
Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3)
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4)
Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5)
Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6)
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
7)
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8)
Melakukan revolusi karakter bangsa.
9)
Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
d) Sasaran Pokok Pembangunan Nasional
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan
nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang
mencakup:
1)
Sasaran Makro;
2)
Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat:
3)
Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;
4)
Sasaran Dimensi Pemerataan;
5)
Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah;
6)
Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.
Tabel 2.
Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 Terkait Sektor Keciptakaryaan
NO
PEMBANGUNAN
BASELINE 2014
SASARAN 2019
1
Infrastruktur Dasar dan Konektivitas
a)
Kapasitas pembangkit (GW)
50,7
86,6
b)
Rasio elektrifikasi (%)
81,5
96,6
c)
Konsumsi Listrik Perkapita
d)
Kawasan permukiman kumuh perkotaan
e)
843 KWh
1.200 KWh
38.431 Ha
0 ha
7,6 juta
5 juta
f)
Kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan
perspektif menghuni
Akses Air Minum Layak
70%
100%
g)
Akses Sanitasi Layak
60,90%
100%
NO
2.
a)
PEMBANGUNAN
Pelayanan Dasar Bagi Penduduk Rentan dan Kurang
Mampu (40% penduduk berpendapatan terendah)
Akses air minum
b)
Akses sanitasi layak
20,24%
100%
c)
Akses penerangan
52,30%
100%
3.1.1.3
BASELINE 2014
SASARAN 2019
55,70%
100%
MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadinegara maju dan termasuk
10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025 melalui pertumbuhan ekonomi
tinggi yang inklusif, berkeadilan danberkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut,
diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara
berkelanjutan.
Pelaksanaan MP3EI dilakukan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan
ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 (dua
puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan
mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu:
1.
Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia,
yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi
Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan
Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku
2.
Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung
secara global (locally integrated, globallyconnected)
3.
Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan
program utama di setiap koridor ekonomi.
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 –
2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah
“Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan
menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per
kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai total perekonomian
(PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan
pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada periode 2011 – 2014, dan
sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 – 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan
dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014
menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu
mencerminkan karakteristik negara maju.
Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya,
yaitu:
1.
Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi
dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui
penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun
antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
2.
Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta
integrasi pasar domestic dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan
perekonomian nasional.
3.
Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun
pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju
innovation-driven economy.
Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi
utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan
rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu
dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk
mendorong percepatan dan perluasan investasi.
Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen
perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan
komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi
Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang
berkenaan dengan perubahan iklim global.
Gambar 3.4
Posisi MP3EI Di Dalam Rencana Pembangunan Pemerintahan
Gambar 3.5
Kerangka Desain Pendekatan MP3EI
3.1.1.4 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN
KEMISKINAN INDONESIA (MP3KI)
PERLUASAN
PENGURANGAN
Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).
Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim
di Indonesia.Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi
rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan
pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas
pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi
dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata
kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan
kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial.Lalu di
Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua,
transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood,
pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi
lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Gambar 3.6
Fokus Kerja MP3KI
Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
1. Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada
tahun 2014;
2. Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara
“KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN
WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di
Menko Kesra);
3. Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat
miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;
4. Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)
1. Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
2. Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju
universal coverage;
3. Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
4. Penguatan sustainable livelihood.
TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
1. Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
2. Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.
Gambar 3.7
Kerangka Desain Pendekatan MP3KI
3.1.1.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK
dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memilikikeunggulan geoekonomi dan
geostrategi dan berfungsi untukmenampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan
kegiatanekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dayasaing internasional.
KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona:
1.
Pengolahan ekspor;
2.
Logistik;
3.
Industri;
4.
Pengembangan teknologi;
5.
Pariwisata;
6.
Energi; dan/atau
7.
Ekonomi lain.
Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di
dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan
koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan
yang berada di dalam KEK. Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus
memenuhi kriteria:
1.
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung
2.
Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;
3.
Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat
dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah
potensi sumber daya unggulan, dan
4.
Mempunyai batas yang jelas.
Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan (Inpres No. 3 Tahun 2010)
Direktif Presiden tercantum dalam Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 mengatur
tentang percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional di Tahun 2010.
Adapun Direktif Presiden ini berisikan mengenai:
PERTAMA : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan
kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program
pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi
Presiden ini, yang meliputi program:
1. Pro rakyat;
2. Keadilan untuk semua (justice for all);
3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals MDG‟s).
KEDUA : Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud
dalam Diktum PERTAMA:
1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro
dan kecil;
2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
Program keadilan bagi anak;
Program keadilan bagi perempuan;
Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;
Program keadilan di bidang bantuan hukum;
Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;
Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan;
3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan
pada:
Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;
Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
Program penurunan angka kematian anak;
Program kesehatan ibu;
Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;
Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.
KETIGA : Dalam mengambil langkah-langkah pelaksanaan program sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUA, berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014, dan merujuk pada hasil Rapat Kerja Presiden
dengan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Gubernur dan Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi se-Indonesia, serta hasil diskusi yang mendalam
dengan para pakar, perwakilan dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya,
pada tanggal 19-21 April 2010 di Istana Tampak Siring, Bali.
KEEMPAT : Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden ini, para Menteri
Koordinator mengoordinasikan program-program Kementerian/ Lembaga yang
berada di bawah ruang lingkup tugas dan koordinasi masing-masing.
KELIMA :
1. Para Menteri dan Kepala Lembaga yang bertindak sebagai penanggung jawab
pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Instruksi
Presiden ini, mengoordi-nasikan pelaksanaan program-program tersebut sesuai
tugas dan tanggung jawab masing-masing;
2. Para Menteri dan Kepala Lembaga sebagaimana dimaksud pada angka 1
melaporkan secara berkala pelaksanaan program-program tersebut kepada
Menteri Koordinator sesuai lingkup bidang tugasnya, dengan tembusan kepada
Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.
KEENAM : Para Gubernur:
1. Melaksanakan program-program yang menjadi tanggung jawabnya sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUA;
2. Mengoordinasikan Bupati/Walikota dalam pelaksanaan programprogram di
wilayahnya masing-masing.
KETUJUH : Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden ini, sepanjang terdapat
program yang berkaitan dengan kewenangan Mahkamah Agung dan/ atau Bank
Indonesia, Menteri/Kepala Lembaga yang terkait agar berkoordinasi dengan Ketua
Mahkamah Agung dan/atau Gubernur Bank Indonesia.
KEDELAPAN : Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
PengendalianPembangunan melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini
secara terintegrasi dengan pemantauan dan pengendalian program-program
sebagaimana termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 1Tahun 2010, dan
melaporkan hasilnya kepada Presiden.
KESEMBILAN : Para Menteri Koordinator melaporkan secara berkala hasil
koordinasi pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEEMPAT kepada Presiden dalam Sidang Kabinet.
KESEPULUH : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab.
3.1.1.6 PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN BIDANG PU/CK
A. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
Perumahan berasal dari kata rumah, yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya serta aset bagi pemiliknya.Terdapat beberapa macam jenis rumah yang
meliputi rumah komersial, rumah swadaya, rumah umum, rumah khusus dan rumah
Negara.
Adapun pengertian perumahan menurut UU No 1 Tahun 2011 adalah kumpulan rumah
sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi
dengan sarana, prasarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenenuhan rumah
yang layak huni. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Adapun maksud dari lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian adalah bagian
dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.
Permukiman itu sendiri adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasaranan, sarana, utilitas umum serta
mempuyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kulaitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan serta peran masyarakat.
Adapun Undang – Undang No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
mengatur mengenai :
1. Ketentuan Umum;
2. Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup;
3. Pembinaan;
4. Tugas dan Wewenang;
5. Penyelenggaraan Perumahan;
6. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman;
7. Pemeliharaan dan Perbaikan;
8. Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
9. Permukiman Kumuh;
10. Penyediaan Tanah;
11. Pendanaan dan Sistem Pembiayaan;
12. Hak dan Kewajiban;
13. Peran Masyarakat;
14. Larangan;
15. Penyelesaian Sengketa;
16. Sanksi Administratif;
17. Ketentuan Pidana;
18. Ketentuan Peralihan;
19. Ketentuan Penutup.
B. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan undang – undang yang
dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam mengatur semua pekerjaan yang
berkaitan dengan pembangunan terutama Gedung, sehingga dapat dikontrol dan diuji
kualitasnya. Undang – undang ini menjadi dasar pedoman pelaksanaan semua proses
pembangunan geduang di Indonesia.
Dalam Undang – Undang No 28 Tahun 2002 dijelaskan bahawa bangunan gedung adalah
wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus.
C. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup.Ketersediaan
dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya
air.Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah
seperti banjir atau longsor.Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga
menimbulkan
masalah,
yaitu
timbulnya
bencana
kekeringan.Keberadaaan,
ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak
aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun
negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses
yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. Isu-isu
timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan
fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi
masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua
pihak (water is everyone's business).
Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih
menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya.Kondisi
tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan
berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber
daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak
kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air.
Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan
terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip
pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan
hidup, dan ekonomi.
Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan
pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air
dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya.
Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap
memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang
bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus sesuai dengan prinsip
hukum pengelolaan sumber daya alam yang menyebutkan bahwa pengelolaan sumber
daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip:
1.
Good governance principle,
2.
Subsidiary principle,
3.
Equity principle,
4.
Priority use principle,
5.
Prior appropriation principle,
6.
Sustainable development principle,
7.
Good sustainable development governance,
8.
Principle of participatory development.
Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada
keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
a.
Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah
sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.
b.
Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;
c.
Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota
menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;
Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber
daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang
kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah
di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut
termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan,
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap
dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.
Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi
sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air
yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara
atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama
antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang
selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya
air.
D. UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan
Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008,
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja),
sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta
sampah spesifik. Yang terakhir ini adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat
bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat
diolah; dan sampah yang timbul secara tidak periodik.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang ditujukan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat d
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3
3.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
DITJEN CIPTA KARYA
Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada
rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala
provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat
pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RIO
+20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan internasional
lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan Isu-isu Strategis yang
mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam,
dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan,
reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta
green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan
unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta
Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan.
Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara sistematis dengan
berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah yang menjadi dasar pada
penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu pada Rencana
Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah digariskan pada
Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis, yang didasarkan
pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan polaruang yang diwujudkan
dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor.Rencana yang
lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan pada
tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti rencana
pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya.Dokumen perencanaan
tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya.
Gambar 3.1
Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan
investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam
penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalam
RPI2-JM tersebut harus tertuang dalam rencana kerja/RKP/RKPD.
Dengan demikian jelas bahwa RPI2-JM Bidang Cipta Karya merupakan perwujudan
rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang
berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian
aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/kota
sampai dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan
penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPI2-JM.
Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2010-2014 dan Rencana
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kab/Kota bidang Cipta
Karya. Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum Program (MP)
Provinsi.
Tahap Penyusunan Program
Tahap Penyusunan Anggaran
Pra Musrenbangnas &
Musrenbangnas
Penyusunan
Renja KL
Trilateral
Meeting
Pra
Konreg
Januari
Penyusunan
RKA KL – Pagu
Alokasi Anggaran
(Definitif)
SE Pagu
Anggaran
RKP
Perpres
SEB Pagu
Indikatif
Penyusunan
RKA KL – Pagu
Anggaran
Konreg
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
SE Pagu Alokasi
Anggaran
(Definitif)
RDP
Komisi V
Agustus
September
Penelaahan
RKA KL
Oktober
November
Desember
Siklus Nasional
Siklus Propinsi
Juli
Konsolidasi
Usulan RPIJM
Kab/Kota
Agustus
September
Identifikasi
& Penyaringan
Usulan Kegiatan
(long list)
Sinkronisasi
tingkat Propinsi
( Verfikasi dan pemilihan
Usulan prioritas berdasarkan
pagu propinsi )
Oktober
November
Desember
Penyusunan
Usulan Konreg
berdasar MP
Penyiapan
Memorandum
Program Propinsi
Legalisasi
Memorandum
Program Propinsi
Penajaman
Usulan
Konreg
Sandingan Usulan
Konreg – MP – RPIJM
Membawa hasil
Musrenbangprop dalam
proses Musrenbangnas
Pembahasan usulan dalam
Musrenbangprop yang
belum terakomodir dalam
Konreg
Membawa hasil Konreg dalam
proses Musrenbangprop
(sinkronisasi)
Gambar 3.2
Tahap Penyusunan RPI2-JM
START POINT
Proses Penyusunan
Program untuk
Tahun T
3.1.1 AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL
Amanat pembangunan nasional dimaksudkan sebagai suatu penduan dalam perencanaan
pembangunan.Adapun dalam amanat pembangunan nasional yang dimaksudkan meliputi
RPJP Nasional, RPJM Nasional, MP3EI, MP3KI, KEK dan Direktif Presiden.
3.1.1.1
RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional
untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005
hingga tahun 2025. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025,
selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan
nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi
seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah
pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh
pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan
lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
A.
Visi Dan Misi RPJP Nasional 2005 – 2025
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20
tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–
2025 adalah:
“INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan
nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk
dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang
ingin dicapai. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh
melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut :
1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila
2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
5) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional
8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
B.
Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005 –
2025
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang
maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju
masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab
Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, dan beretika
sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh
toleransi, tenggang rasa, dan harmonis.
Di samping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi perwujudan
identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan
menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan
mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilainilai kebangsaan.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya
kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan
Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa,
pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk:
a. Mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya
saing.
b. Memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah
menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri
c. Meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan
d. Membangun infrastruktur yang maju; serta
e. Melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara.
3. Mewujudkan Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum
Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk
mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil.Demokrasi dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan, dan
memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi dalam penyelenggaraan negara.Hukum pada dasarnya bertujuan untuk
memastikan munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif
kemanusiaan serta memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara
tanpa memandang dan membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun
gender. Hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan
keterjaminan hak-hak dasar masyarakat secara maksimal
4. Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu
Dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia memerlukan kemampuan
pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap tegaknya kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Adanya gangguan keamanan dalam berbagai bentuk
kejahatan dan potensi konflik horisontal akan meresahkan dan berakibat pada
pudarnya rasa aman masyarakat. Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman
5.
6.
7.
8.
bagi masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di
berbagai bidang.
Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di
berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi
konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil.
Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan nasional
dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam yang lestari
akan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan.
Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh
karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, sumber
daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan nasional.Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional
Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut
berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan
kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan
keamanan, dan teknologi.
Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional
Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi yang harus diperjuangkan secara
konsisten.Sebagai negara yang besar secara geografis dan jumlah penduduk,
Indonesia sesungguhnya memiliki peluang dan potensi untuk mempengaruhi dan
membentuk opini internasional dalam rangka memperjuangkan kepentingan
nasional. Dalam rangka mewujudkan Indonesia maju, mandiri, adil dan makmur,
Indonesia sangat penting untuk berperan aktif dalam politik luar negeri dan kerja
sama lainnya baik di tingkat regional maupun internasional, mengingat konstelasi
politik dan hubungan internasional lainnya yang terus mengalami perubahanperubahan yang sangat cepat.
3.1.1.2
RPJM Nasional 2015 – 2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah tahapan
ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang
telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007. Dengan berpayung
kepada UUD 1945 dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP tadi, RPJMN 2015-2019,
disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil
Presiden, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla, dengan menggunakan Rancangan
Teknokratik yang telah disusun Bappenas dan berpedoman pada RPJPN 2005-2025.
RPJMN 2015-2019 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden,
RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan nasional dengan tujuan
di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.
Untuk menuju sasaran jangka panjang dan tujuan hakiki dalam membangun,
pembangunan nasional Indonesia lima tahun ke depan perlu memprioritaskan pada
upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumber daya
maritim dan kelautan. Seiring dengan itu, pembangunan lima tahun ke depan juga
harus makin mengarah kepada kondisi peningkatan kesejahteraan berkelanjutan,
warganya berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakatnya memiliki
keharmonisan antarkelompok sosial, dan postur perekonomian makin mencerminkan
pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan
keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan iptek sambil bergerak menuju
kepada keseimbangan antarsektor ekonomi dan antarwilayah, serta makin
mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan.
Agenda satu tahun pertama dalam Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019, juga
dimaksudkan sebagai upaya membangun fondasi untuk melakukan akselerasi yang
berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya, disamping melayani kebutuhan-kebutuhan
dasar masyarakat yang tergolong mendesak.Dengan berlandaskan fondasi yang lebih
kuat, pembangunan pada tahun-tahun berikutnya dapat dilaksanakan dengan lancar.
Sementara, agenda lima tahun selama tahun 2015-2019 sendiri diharapkan juga akan
meletakkan fondasi yang kokoh bagi tahap-tahap pembangunan selanjutnya. Dengan
demikian, strategi pembangunan jangka menengah, termasuk di dalamnya strategi pada
tahun pertama, adalah strategi untuk menghasilkan pertumbuhan bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.
Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap,
terencana, terpadu dan berkesinambungan. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa
visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR, dengan penjelasan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Mandiri : berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan
bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
Maju : berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem dan
kelembagaan politik dan hukum yang mantap.
Adil : berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik
antarindividu, gender, maupun wilayah.
Makmur : berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi
sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain.
Visi tersebut diwujudkan melalui 8 (delapan) misi yaitu:
1.
Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila dengan memperkuat jati diri dan karakter
bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan
internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya,
mengembang-kan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan
memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia sebagai landasan spiritual, moral,
dan etika pembangunan bangsa.
2.
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing dengan membangun sumber daya
manusia berkualitas dan berdaya saing; mening-katkan penguasaan dan
pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju
inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju; mere-formasi
bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekono-mian domestik
berbasis keunggulan setiap wilayah, menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk
pelayanan jasa dalam negeri.
3.
Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dengan memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil;
memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan
masyarakat; dan membenahi struktur hukum, meningkatkan budaya hukum dan
menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada
rakyat kecil.
4.
Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu dengan membangun kekuatan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang melampui kekuatan esensial minimum dan
disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan
meningkatkan profesionalisme Polri untuk melindungi dan mengayomi masyarakat,
mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun
kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan
keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan dan
komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional
dalam sistem pertahanan semesta.
5.
Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan dengan meningkatkan
pembangunan daerah; mengurangi kesen-jangan sosial secara menyeluruh dengan
meningkatkan keberpi-hakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah
yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis;
menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial
serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam
berbagai aspek termasuk gender.
6.
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan memperbaiki pengelolaan
pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap
menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini
dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan
pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memper-baiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
mendukung kualitas kehidupan, memberikan keindahan dan kenyamanan; serta
meningkatkan pemeliharaan dan peman-faatan keanekaragaman hayati sebagai
modal pembangunan.
7.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi
masyarakat dan pemerintah; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
berwawasan kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan
kedaulatan dan meningkatkan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan
secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara
berkelanjutan.
8.
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
dengan memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan
kepentingan nasional; melan-jutkan komitmen Indonesia dalam pembentukan
identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendo-rong
kerja sama internasional, regional dan bilateral antarma-syarakat, antarkelompok,
serta antarlembaga di berbagai bidang.
RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka
menengah (RPJM) dengan rumusan arahan prioritas kebijakan, yang dapat dilihat pada
Gambar 2-2.
Gambar 3.3
Tahapan Pembangunan Dan Arahan Kebijakan RPJPN 2005-2025
Sesuai dengan tahapan tersebut, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019)
diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan IPTEK yang terus meningkat.
1) KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
a) Visi Misi Pembangunan
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan
yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan
nasional untuk tahun 2015-2019 adalah :
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:
1.
Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2.
Mewujudkan masyarakat maju,
berlandaskan negara hukum.
3.
Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4.
Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5.
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7.
Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
berkeseimbangan,
dan
demokratis
b) Strategi Pembangunan Nasional
Secara umum Strategi Pembangunan Nasional ditunjukkan dalam Gambar 5.1
yang menggariskan hal-hal sebagai berikut:
1.
Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
a. Membangun
masyarakat.
untuk
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
dan
b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas
tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat
merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada
peningkatan produk-tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa
menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan
pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertum-buhan. Hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan pertum-buhan ekonomi yang
berkelanjutan.
c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
2. Tiga Dimensi Pembangunan;
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.
Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma-nusia dan
masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul
dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui
pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi.Manusia Indonesia unggul
tersebut diharap-kan juga mempunyai mental dan karakter yang
tangguh dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Karena itu
pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh
komponen masyarakat, sehingga akan dihasilkan pengusaha yang
kreatif, inovatif, punya etos bisnis dan mau mengambil risiko; pekerja
yang berde-dikasi, disiplin, kerja keras, taat aturan dan paham
terhadap karakter usaha tempatnya bekerja; serta masyarakat yang
tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi pembangunan,
serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi sesama.
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:
•
Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk
memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak
boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain.
•
Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan
memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batubara, dan tenaga air) dalam negeri.
•
Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia
harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional
dan kesejahteraan rakyat.
•
Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam
dan
keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk
pengembangan
pariwisata
nasional.
Sedangkan
industri
diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan
nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan, keahlian, dan
SDM yang unggul.
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.
Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk
seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus
dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik
kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan
antarwilayah, dengan prioritas:
3.
•
Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena
penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;
•
Wilayah pinggiran;
•
Luar Jawa;
•
Kawasan Timur.
Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlu-kan
sebagai prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut
antara lain:
a. Kepastian dan penegakan hukum;
b. Keamanan dan ketertiban;
c. Politik dan demokrasi; dan
d. Tetakelola dan reformasi birokrasi.
4.
Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya).
Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan
waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan
contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang
berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi
masyarakat.
Gambar 3.4
Strategi Pembangunan Nasional
c) Sembilan Agenda Prioritas
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian
dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda
prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:
1)
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2)
Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3)
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4)
Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5)
Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6)
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
7)
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8)
Melakukan revolusi karakter bangsa.
9)
Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
d) Sasaran Pokok Pembangunan Nasional
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan
nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang
mencakup:
1)
Sasaran Makro;
2)
Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat:
3)
Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;
4)
Sasaran Dimensi Pemerataan;
5)
Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah;
6)
Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.
Tabel 2.
Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 Terkait Sektor Keciptakaryaan
NO
PEMBANGUNAN
BASELINE 2014
SASARAN 2019
1
Infrastruktur Dasar dan Konektivitas
a)
Kapasitas pembangkit (GW)
50,7
86,6
b)
Rasio elektrifikasi (%)
81,5
96,6
c)
Konsumsi Listrik Perkapita
d)
Kawasan permukiman kumuh perkotaan
e)
843 KWh
1.200 KWh
38.431 Ha
0 ha
7,6 juta
5 juta
f)
Kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan
perspektif menghuni
Akses Air Minum Layak
70%
100%
g)
Akses Sanitasi Layak
60,90%
100%
NO
2.
a)
PEMBANGUNAN
Pelayanan Dasar Bagi Penduduk Rentan dan Kurang
Mampu (40% penduduk berpendapatan terendah)
Akses air minum
b)
Akses sanitasi layak
20,24%
100%
c)
Akses penerangan
52,30%
100%
3.1.1.3
BASELINE 2014
SASARAN 2019
55,70%
100%
MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadinegara maju dan termasuk
10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025 melalui pertumbuhan ekonomi
tinggi yang inklusif, berkeadilan danberkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut,
diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara
berkelanjutan.
Pelaksanaan MP3EI dilakukan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan
ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 (dua
puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan
mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu:
1.
Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia,
yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi
Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan
Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku
2.
Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung
secara global (locally integrated, globallyconnected)
3.
Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan
program utama di setiap koridor ekonomi.
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 –
2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah
“Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan
menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per
kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai total perekonomian
(PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan
pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada periode 2011 – 2014, dan
sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 – 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan
dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014
menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu
mencerminkan karakteristik negara maju.
Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya,
yaitu:
1.
Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi
dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui
penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun
antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
2.
Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta
integrasi pasar domestic dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan
perekonomian nasional.
3.
Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun
pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju
innovation-driven economy.
Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi
utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan
rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu
dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk
mendorong percepatan dan perluasan investasi.
Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen
perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan
komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi
Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang
berkenaan dengan perubahan iklim global.
Gambar 3.4
Posisi MP3EI Di Dalam Rencana Pembangunan Pemerintahan
Gambar 3.5
Kerangka Desain Pendekatan MP3EI
3.1.1.4 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN
KEMISKINAN INDONESIA (MP3KI)
PERLUASAN
PENGURANGAN
Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).
Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim
di Indonesia.Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi
rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan
pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas
pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi
dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata
kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan
kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial.Lalu di
Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua,
transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood,
pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi
lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Gambar 3.6
Fokus Kerja MP3KI
Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
1. Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada
tahun 2014;
2. Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara
“KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN
WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di
Menko Kesra);
3. Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat
miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;
4. Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)
1. Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
2. Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju
universal coverage;
3. Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
4. Penguatan sustainable livelihood.
TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
1. Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
2. Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.
Gambar 3.7
Kerangka Desain Pendekatan MP3KI
3.1.1.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK
dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memilikikeunggulan geoekonomi dan
geostrategi dan berfungsi untukmenampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan
kegiatanekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dayasaing internasional.
KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona:
1.
Pengolahan ekspor;
2.
Logistik;
3.
Industri;
4.
Pengembangan teknologi;
5.
Pariwisata;
6.
Energi; dan/atau
7.
Ekonomi lain.
Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di
dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan
koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan
yang berada di dalam KEK. Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus
memenuhi kriteria:
1.
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung
2.
Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;
3.
Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat
dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah
potensi sumber daya unggulan, dan
4.
Mempunyai batas yang jelas.
Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan (Inpres No. 3 Tahun 2010)
Direktif Presiden tercantum dalam Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 mengatur
tentang percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional di Tahun 2010.
Adapun Direktif Presiden ini berisikan mengenai:
PERTAMA : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan
kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program
pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi
Presiden ini, yang meliputi program:
1. Pro rakyat;
2. Keadilan untuk semua (justice for all);
3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals MDG‟s).
KEDUA : Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud
dalam Diktum PERTAMA:
1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro
dan kecil;
2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
Program keadilan bagi anak;
Program keadilan bagi perempuan;
Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;
Program keadilan di bidang bantuan hukum;
Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;
Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan;
3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan
pada:
Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;
Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
Program penurunan angka kematian anak;
Program kesehatan ibu;
Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;
Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.
KETIGA : Dalam mengambil langkah-langkah pelaksanaan program sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUA, berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014, dan merujuk pada hasil Rapat Kerja Presiden
dengan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Gubernur dan Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi se-Indonesia, serta hasil diskusi yang mendalam
dengan para pakar, perwakilan dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya,
pada tanggal 19-21 April 2010 di Istana Tampak Siring, Bali.
KEEMPAT : Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden ini, para Menteri
Koordinator mengoordinasikan program-program Kementerian/ Lembaga yang
berada di bawah ruang lingkup tugas dan koordinasi masing-masing.
KELIMA :
1. Para Menteri dan Kepala Lembaga yang bertindak sebagai penanggung jawab
pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Instruksi
Presiden ini, mengoordi-nasikan pelaksanaan program-program tersebut sesuai
tugas dan tanggung jawab masing-masing;
2. Para Menteri dan Kepala Lembaga sebagaimana dimaksud pada angka 1
melaporkan secara berkala pelaksanaan program-program tersebut kepada
Menteri Koordinator sesuai lingkup bidang tugasnya, dengan tembusan kepada
Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.
KEENAM : Para Gubernur:
1. Melaksanakan program-program yang menjadi tanggung jawabnya sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUA;
2. Mengoordinasikan Bupati/Walikota dalam pelaksanaan programprogram di
wilayahnya masing-masing.
KETUJUH : Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden ini, sepanjang terdapat
program yang berkaitan dengan kewenangan Mahkamah Agung dan/ atau Bank
Indonesia, Menteri/Kepala Lembaga yang terkait agar berkoordinasi dengan Ketua
Mahkamah Agung dan/atau Gubernur Bank Indonesia.
KEDELAPAN : Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
PengendalianPembangunan melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini
secara terintegrasi dengan pemantauan dan pengendalian program-program
sebagaimana termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 1Tahun 2010, dan
melaporkan hasilnya kepada Presiden.
KESEMBILAN : Para Menteri Koordinator melaporkan secara berkala hasil
koordinasi pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEEMPAT kepada Presiden dalam Sidang Kabinet.
KESEPULUH : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab.
3.1.1.6 PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN BIDANG PU/CK
A. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
Perumahan berasal dari kata rumah, yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya serta aset bagi pemiliknya.Terdapat beberapa macam jenis rumah yang
meliputi rumah komersial, rumah swadaya, rumah umum, rumah khusus dan rumah
Negara.
Adapun pengertian perumahan menurut UU No 1 Tahun 2011 adalah kumpulan rumah
sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi
dengan sarana, prasarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenenuhan rumah
yang layak huni. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Adapun maksud dari lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian adalah bagian
dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.
Permukiman itu sendiri adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasaranan, sarana, utilitas umum serta
mempuyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kulaitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan serta peran masyarakat.
Adapun Undang – Undang No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
mengatur mengenai :
1. Ketentuan Umum;
2. Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup;
3. Pembinaan;
4. Tugas dan Wewenang;
5. Penyelenggaraan Perumahan;
6. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman;
7. Pemeliharaan dan Perbaikan;
8. Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
9. Permukiman Kumuh;
10. Penyediaan Tanah;
11. Pendanaan dan Sistem Pembiayaan;
12. Hak dan Kewajiban;
13. Peran Masyarakat;
14. Larangan;
15. Penyelesaian Sengketa;
16. Sanksi Administratif;
17. Ketentuan Pidana;
18. Ketentuan Peralihan;
19. Ketentuan Penutup.
B. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan undang – undang yang
dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam mengatur semua pekerjaan yang
berkaitan dengan pembangunan terutama Gedung, sehingga dapat dikontrol dan diuji
kualitasnya. Undang – undang ini menjadi dasar pedoman pelaksanaan semua proses
pembangunan geduang di Indonesia.
Dalam Undang – Undang No 28 Tahun 2002 dijelaskan bahawa bangunan gedung adalah
wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus.
C. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup.Ketersediaan
dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya
air.Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah
seperti banjir atau longsor.Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga
menimbulkan
masalah,
yaitu
timbulnya
bencana
kekeringan.Keberadaaan,
ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak
aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun
negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses
yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. Isu-isu
timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan
fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi
masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua
pihak (water is everyone's business).
Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih
menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya.Kondisi
tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan
berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber
daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak
kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air.
Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan
terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip
pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan
hidup, dan ekonomi.
Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan
pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air
dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya.
Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap
memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang
bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus sesuai dengan prinsip
hukum pengelolaan sumber daya alam yang menyebutkan bahwa pengelolaan sumber
daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip:
1.
Good governance principle,
2.
Subsidiary principle,
3.
Equity principle,
4.
Priority use principle,
5.
Prior appropriation principle,
6.
Sustainable development principle,
7.
Good sustainable development governance,
8.
Principle of participatory development.
Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada
keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
a.
Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah
sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.
b.
Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;
c.
Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota
menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;
Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber
daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang
kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah
di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut
termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan,
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap
dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.
Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi
sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air
yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara
atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama
antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang
selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya
air.
D. UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan
Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008,
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja),
sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta
sampah spesifik. Yang terakhir ini adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat
bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat
diolah; dan sampah yang timbul secara tidak periodik.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang ditujukan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat d