BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 36c2f68276 BAB IIIBAB III RPIJM 2017 2021

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya.

  A. Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019

  Pasal 2 (1) RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2014. (2) RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. (3) RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai: a. pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga; b. bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional; c. pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah;

  B. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019

  1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.

  Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses 100%). Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.

  2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita). Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 20152019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara Berpenghasilan menengah menjadi Negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sector ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional unmencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan eneruntuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkperan kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinkebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat

tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangkmeningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

  • Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;
  • Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
  • Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
  • Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air hemat air dan simpan air secara nasional;
  • Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
  • Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
  • Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasian terhadap lingkungan.

  C. Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya

  Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

  a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

  Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

  Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervise serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

  Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim. Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTenggerSemeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, MenjanganPemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan EndeKelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Putting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk,Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk). Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni). Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN,

  11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN). Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau

  Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

  A. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Berdasarkan kebijakan kawasan strategis nasional dan provinsi, mencermati strategi penataan ruang, rencana pola ruang yang sudah disusun, serta dasar dan kriteria kawasan strategis, maka kawasan strategis untuk Kabupaten padang Pariaman adalah sebagai berikut :

  1. Kawasan strategis provinsi sebagaimana yang telah ditetapkan pada RTRW Provinsi

  Sumatera Barat adalah : a.

  Bidang ekonomi, yaitu kawasan strategis industri yang dikenal juga dengan Padang Industrial Park.

  b.

  Bidang lingkungan; Kawasan cepat tumbuh yang perlu dikendalikan yaitu kawasan pada koridor jalan nasional antara Batang Anai sampai dengan Kayu Tanam.

  2. Kawasan strategis kabupaten yang merupakan usulan dari Pemerintah Kabupaten

  Padang Pariman yaitu : a.

  Bidang khusus, yaitu kawasan pusat pemerintahan yang merupakan kawasan yang baru dibangun setelah terdapat ketetapan hukum lokasi pemindahan pusat pemerintahan ke Parit Melintang b. Bidang ekonomi yaitu : kawasan agropolitan di Kecamatan Sungai Geringging dan Sungai Sariak.

  • Kawasan minapolitan di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung dan Sei.Limau.
  • Secara lebih rinci kawasan strategis untuk Kabupaten padang Pariaman dijelaskan sebagai berikut : 1. Kawasan Industri; Padang Industrial Park di Kecamatan Batang Anai.

  Padang Industrial Park (PIP) merupakan pusat kawasan industri di Provinsi Sumatera

  Barat, yang terletak di pinggir jalan By Pass antara Kota Padang dan Lubuk Alung, memiliki areal seluas 600 hektar, sebanyak 214 hektar di antaranya telah siap dibangun. Kawasan PIP (Padang Industrial Park) adalah kawasan lintas daerah yang memiliki sektor ekonomi wilayah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Kawasan ini merupakan pusat industri manufaktur dan industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan kawasan pengolahan hasil laut dalam upaya peningkatan nilai tambah komoditas yang dihasilkan dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kawasan strategis ini merupakan kawasan strategis provinsi dan apabila ditetapkan menjadi kawasan khusus ekonomi (KEK) maka akan terdapat kewenangan dan tanggung jawab pemerintah pusat dalam pengelolaan dan pembangunannya di kemudian hari. Mengingat potensinya yang sangat besar dengan dampak gandanya terhadap pertumbuhan kawasan sekitarnya, maka kawasan ini harus dikelola secara sangat baik, sehingga memberikan kemanfaatan bagi semua pihak tanpa merusak lingkungan. Hal penting lain yang perlu dipastikan secara terukur adalah daya dukung kawasan terhadap rencana berbagai jenis industri yang akan bergiat, terutama terkait dengan penyediaan prasarana transportasi, sumber daya listrik dan sumber daya air (air baku ataupun air minum) serta ketersediaan sistem pengolahan limbah industri (IPAL untuk black water ataupun instansi pengeolah bahan buangan beracun/B3).

2. Kawasan Agropolitan; a.

  Kawasan agropolitan pengembangan dan pengolahan Kakao serta PKLp Sungai Garingging b. Kawasan agropolitan dan sentra pengembangan ternak besar Sungai Sariak. Sebagai bagian dari kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Padang Pariaman, maka wilayah utara seyogyanya harus didorong pertumbuhannya secara mendasar, terarah dan terprogram. Mengacu pada kebijakan provinsi dan rencana pembangunan (RPJP/M) kabupaten, maka di Sungai Sarik ditetapkan sebagai pusat agropolitan. Kawasan agropolitan Sungai Sarik sebagaimana yang tertuang pada RPJP 2005-2025 meliputi Kecamatan VII Koto Sei Sarik, Patamuan, Padang Sago, V Koto Timur, V Koto Kampung Dalam. Adapun komoditas yang diunggulkan pada kawasan agropolitan ini adalah ternak besar (sapi) yang ditunjang komoditas unggulan daerah yaitu Kakao dan Kelapa. Sementara itu, dalam rangka mengupayakan keseimbangan pertumbuhan antara wilayah utara dan selatan, Sungai Geringging didorong dan diusulkan sebagai pusat kegiatan lokal promosi(PKLp) yang meliputi Kecamatan Sungai Geringging, Sungai Limau, Batang Gasan dan IV Koto Aur Melintang.

  Komoditas unggulan yang telah bertumbuh dan didorong menjadi komoditas utamanya adalah Kakao yang didukung kegiatan pengolahan hasil pertanian lainnya.

  3. Pusat Pemerintahan; pembangunan fasilitas pelayanan sosial pemerintahan dan fasilitas penunjang lainnya di Parit Melintang (Kecamatan Enam Lingkung).

  Merupakan kawasan pertumbuhan baru yang dkembangkan untuk kawasan perkantoran. Kawasan ini berjarak lebih kurang 5 Km dari jalan negara, namun direncanakan akan dilalui oleh jalan lingkar express way.

  4. Koridor Batang Anai-Kayu Tanam; Jalur ini merupakan satu-satunya poros barat - timur di Pulau Sumatera yang mempunyai pergerakan ekonomi (barang dan jasa) dengan frekwensi yang paling tinggi bila dibandingkan poros jalan darat barat - timur di provinsi lain, sehingga menjadikan Provinsi Sumatera Barat mempunyai tingkat pertumbuhan lebih maju bila dibandingkan provinsi lain yang berada diwilayah belahan barat Pulau Sumatera. Mengingat kawasan ini bertumbuh dengan sangat cepat, sehingga perlu mendapat pengelolaan secara ketat (high control), karena bila kurang tepat dalam penanganannya justru akan menimbulkan persoalan. Jalur ini selain jalur utama transportasi selatan-utara

  Sumatera bagian tengah dan sekaligus menjadi pros ekonomi regional, juga melewati 3 kawasan perkotaan (Pasar Usang, Lubuk Alung dan Sicincin) dan 1 kawasan wisata yang sudah berskala nasional yaitu Lembah Anai yang menjadi salahs atu ikon wisata Sumatera Barat. Dalam RTRW Sumatera Barat jalur ini ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi.

  3.1.3 Arahan Struktur Ruang

  a. Pengembangan dan penataan PKN Kota Padang

  b. Pengembangan PKW Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut.

  c. Pengembangan PKWp Kota Payakumbuh, Pulau Punjung, Tapan dan Simpang Empat.

  d. Pengembangan seluruh ibukota kabupaten dan kota lain dengan fungsi PKL. PKN, PKW, PKWp dan PKL perlu didukung oleh ketersediaan serta fasilitas sarana dan prasarana yang sesuai dengan skala pelayanannya.

  3.1.4 Arahan Pola Ruang

  A. Program Perwujudan Kawasan Lindung Rencana kawasan lindung di Provinsi Sumatera Barat mempunyai luas 1.684.321,70 Ha atau sekitar 39,82% dari total luas Provinsi Sumatera Barat (4.229.730 Ha), dan tersebar di seluruh kabupaten/kota. Program pengelolaan kawasan lindung meliputi :

  1. Program pemantapan kawasan lindung adalah sebagai berikut : a. Evaluasi kebijakan pemanfaatan lahan kawasan lindung. b. Rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan lindung guna mengembalikan/meningkatkan fungsi lindung.

  c. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung.

  d. Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan.

  e. Pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan lindung.

  f. Pengawasan kawasan lindung.

  2. Program evaluasi kebijakan pemanfaatan lahan kawasan lindung.

  a. Evaluasi kondisi eksisting pemanfaatan lahan kawasan lindung.

  b. Penyusunan rekomendasi kebijakan pemanfaatan lahan kawasan lindung tanpa mengganggu fungsi lindung.

  3. Program untuk kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya. Di Provinsi Sumatera Barat kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi :

  • Kawasan hutan lindung, tersebar di seluruh kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat kecuali Kota Bukittinggi dan Kota Pariaman;
  • Kawasan konservasi dan resapan air, berlokasi di seluruh kabupaten /kota dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat;
  • Kawasan bergambut, berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam dan Kabupaten Pesisir Selatan. Program untuk kawasan ini adalah :

  a. Mencegah timbulnya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah di kawasan hutan lindung b. Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir.

  4. Program Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat terdiri dari :

  • Kawasan sempadan pantai, lokasinya terdapat di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Pesisir Selatan hingga Kabupaten Pasaman Barat.
  • Kawasan sempadan sungai, meliputi seluruh sungai di kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat, lebih kurang sebanyak 606 aliran sungai baik sungai besar maupun kecil.

  • Kawasan sekitar danau/waduk, meliputi Danau Singkarak di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar, Danau Maninjau di Kabupaten Agam, Danau diatas, Danau dibawah dan Danau Talang di Kabupaten Solok serta danau buatan Koto Panjang di Kabupaten Limapuluh Kota.
  • Kawasan sempadan mata air, menyebar di seluruh kabupaten/kota dalam wliayah Provinsi Sumatera Barat.
  • Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan, menyebar di seluruh kota berfungsi PKN, PKW dan PKL.

  Program untuk kawasan ini adalah :

  a. Menjaga sempadan pantai untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

  b. Menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

  c. Menjaga kawasan sekitar danau/waduk untuk melindungi danau/waduk dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi waduk/danau

  d. Menjaga kawasan sekitar mata air untuk melindungi mata air dari dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.

  e. Menjaga kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota untuk melindungi kota dari polusi udara dan kegiatan manusia yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan kota, serta mengendalikan tata air, meningkatkan upaya pelestarian habitat flora dan fauna, meningkatkan nilai estetika lingkungan perkotaan dan kenyamanan kehidupan di kota.

  f. Program Kawasan Suaka Alam Penetapan kawasan suaka alam di Provinsi Sumatera Barat.

3.1.5 Ketentuan Zonasi Pembangunan Sarana Prasarana

  Dalam konteks pengembangan Kabupaten Padang Pariaman, ditetapkan kawasan- kawasan prioritas sebagai berikut:

  1. Kawasan Pasar Lubuk Alung, sebagai Kawasan Perdagangan yang berada pada Kawasan Strategis Padang - Bukit Tinggi – Pariaman.

  2. Kawasan Wisata Religius Makam Syaikh Burhanuddin, sebagai Kawasan Potensial bagi pariwisata keagamaan yang berada di Kabupaten Padang Pariaman dan Pantai Ulakan Tapakis.

  3. Kawasan Rest Area Malibou, yang terletak dipintu masuk Kabupaten Padang Pariaman disebelah Utara, dimana direncanakan sebagai etalase Kabupaten Padang Pariaman.

  4. Gerbang Bandara Ketaping ("Minangkabau Interanational Air Port"), sebagai Kawasan Penada ('signed") yang menjadi citra wilayah Minangkabau, sehingga bandara ini menjadi wajah Sumatera Barat dimata Nasional dan Internasional

  5. Kawasan Kota Mandiri, sebagai kawasan kota yang mempunyai fasilitas pelayanan yang optimal memadai bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat di dalamnya, diarahkan untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai Ibukota Padang Pariaman.

  6. Kawasan Perdagangan CBD ("Central Bussines Distriet"), yang merupakan kawasan yang dirancang sebagai Pusat Perdagangan ("Commercial Estate") dengan segala fasilitas pendukungnya dalam rangka pemanfaatan Bandara Udara Internasional Minangkabau di Ketaping.

  7. Kawasan Embarkasi Haji, merupakan kawasan pelayanan bagi masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji dengan segala fasilitas pendukungnya, dengan memanfaatkan lahan di sekitar Kawasan Bandara Udara Internasional Minangkabau (BIM).

  Kawasan Pasar Induk,

  8. sebagai fasilitas dalam pelaksanaan transaksi produk- produk pertanian lokal dan regional.

  Kawasan Terminal Regional,

  9. merupakan kawasan bagi pelayanan angkutan orang dan barang dengan segala fasilitas pendukungnya.

  Kawasan Ibukota Kabupaten Padang Pariaman, 10.

  merupakan pusat pelayanan kabupaten seperti adanya pusat pemerintahan kabupaten, terminal tipe B, Rumah sakit Regional, pusat olah raga atau Sport Centre.

  11. Kawasan perkantoran Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.

  Wilayah Pengembangan 12. yang telah ditetapkan. Kawasan Koridor Jalan Utama

  13. (Ruas Kecamatan Kayu Tanam-VI Lingkung,- Lubuk Alung- Batang Anai).

  14. Kawasan Koridor Ekpress Way dari Buayan melewati Ibukota Kabupaten Padang Pariaman hingga sampai di Kapalo Hilalang.

  15. Kawasan Industri atau Kawasan Ekonomi Khusus yang terletak di kecamatan Batang Anai yang terdiri dari dari kawasan Industri Kabupaten Padang Pariaman dan Padang Industrial Park (PIP).

  Kawasan berbatasan

  16. dengan Kabupaten Tanah Datar dengan Kota Bukit Tinggi dan Kabupaten Solok dan kawasan yang berbatasan dengan wilayah barat laut dan tenggara, yaitu Kabupaten Agam dan Kota Padang.

  17. Kawasan budidaya pertanian dan perkebunan, kawasan sekitar resapan air/mata air, kawasan sepanjang daerah aliran sungai dan sepanjang pesisir pantai, dan kawasan pegunungan dengan kemiringan > 40%.

3.1.6 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

  Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana struktur, rencana pola ruang dan penetapan kawasan strategis yang telah ditetapkan sebelumnya, maka diperlukan suatu perangkat pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perangkat dan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif, dan arahan pengenaan sanksi.

  Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Indikasi arahan peraturan zonasi berdasarkan UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah “ketentuan yang mengatur tentang pemanfaatan setiap pola ruang yang sudah ditetapkan di dalam rencana pola ruang”.

  Indikasi arahan peraturan zonasi memiliki beberapa fungsi :

  1. Sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, memuat ketentuan tentang kegiatan-kegiatan yang diperkenankan, kegiatan-kegiatan yang tidak diperkenankan, kegiatan-kegiatan yang diperkenankan bersyarat atau diperkenankan secara terbatas untuk berada pada suatu pola pemanfaatan ruang tertentu.

  2. Sebagai rujukan utama bagi penyusunan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi di tingkat kabupaten/kota. RTRW Provinsi Sumatera Barat 2009-2029. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfataan ruang untuk pola-pola ruang yang kewenangan pemberian izin pemanfaatan ruangnya berada pada pemerintah daerah provinsi.

  3. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfaatan ruang pada kawasan yang berada di sekitar sistem jaringan prasarana wilayah provinsi.

  Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Peruntukan kawasan lindung di Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 2029 terdiri dari : a.

  Kawasan hutan lindung b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, meliputi : kawasan bergambut, dan kawasan resapan air.

  c.

  Kawasan perlindungan setempat, meliputi : sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air dan kawasan terbuka hijau kota. d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang meliputi : kawasan suaka alam, suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka marga satwa dan suaka margasatwa laut, kawasan cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

  d.

  Kawasan rawan bencana alam yang meliputi : kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir.

  e.

  Kawasan lindung geologi yang meliputi : kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

  f.

  Kawasan lindung lainnya yang meliputi : cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma nuftah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi

3.1.7 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

  A. Visi dan Misi Pembangunan Visi Pembangunan Daerah pada dasarnya merupakan kondisi Objektif yang diinginkan dapat dicapai oleh masyarakat Kabupaten Padang Pariaman pada 20 tahun mendatang.

  Kondisi yang diinginkan tersebut ditetapkan dengan memperhatikan keadaan umum daerah dewasa ini, prediksi untuk 20 tahun mendatang dan keinginan, aspirasi serta cita-cita yang berkembang dalam masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, visi ini sebenarnya adalah merupakan kondisi realistis yang diharapkan akan dapat dicapai oleh Kabupaten Padang Pariaman. Tahun 2005-2015 adalah sebagai berikut :

  

“Padang Pariaman 2025 Unggul dibidang Agribisnis dan

Perdagangan berdasarkan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas”

  Misi pada dasarnya adalah merupakan kondisi yang harus dipenuhi agar visi yang telah ditetapkan di atas dapat dicapai dengan memperhatikan kondisi objektif yang terdapat di daerah dewasa ini. Dengan kata lain Misi menunjukkan beberapa upaya utama pembangunan yang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan semula. Berdasarkan Visi Daerah tersebut, maka disusun Misi Kabupaten Padang Pariaman, sebagai berikut :

  1. Mewujudkan Sistem Agribisnis dan Agroindustri yang Tangguh berbasiskan Nagari, didukung oleh Teknologi dan Informasi Mutakhir

  2. Mewujudkan Sistim Perdagangan yang Kuat dan berorientasi Ekspor

  3. Mewujudkan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas, dan Berdaya Saing Tinggi

  4. Mewujudkan Kehidupan Beragama yang Baik dan Berkualitas, berlandaskan “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”

  5. Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa

  6. Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan sesuai dengan Kaidah-Kaidah Kelestarian Lingkungan

  B. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Adapun Arahan yang diberikan oleh RPJMD Kabupaten Padang Pariaman dalam Bidang Kecipta Karyaan adalah sebagai berikut;

Tabel 3.3 Arahan, Strategi dan Arah Kebijakan

  

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

  1 Terwujudnya sumberdaya manusia berkualitas

  1 Meningkatnya Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin

  1 Meningkatkan upaya pelayanan dan pemulihan kesehatan bagi keluarga miskin

  1

  2 Mengembangkan kemitraan dengan penyedia pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin Peningkatan advokasi yang lebih membantu kelompok masyarakat miskin

  2 Terwujudnya pembangunan ekonomi yang berbasiskan agribisnis

  1 Lanjutan pembangunan mesjid makam syech burhanuddin. Lanjutan pembangunan water boom.

  3 Pengurangan resiko bencana

  1 Peningkatan jalur evakuasi

  2 Meningkatnya kesiapsiagaan dan kepedulian masyarakat, terhadap bencana

  1 Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana

  1 Membangun sarana dan prasarana pada kawasan rawan bencana

  2 Meningkatnya sarana dan prasarana penanggulangan bencana

  7

  1 Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi kawasan.

  2 Meningkatnya pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi kawasan melalui penataan kawasan strategis yang telah ditetapkan dalam RTRW

  1 Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah.

  1 Meningkatnya cakupan skala pelayanan penanganan sampah. Meningkatnya pemanfaatn ruang

  1 Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

  6 Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas

  2 Membangun wilayah strategis dan cepat tumbuh

  1 Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan dan perikanan

  1 Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

  1 Pengembangan pusat pertumbuhan dan kawasan strategis

  1 Membangun wilayah strategis dan cepat tumbuh

  5 Terwijudnya pembangunan berkelanjutan

  Meningkatnya sarana dan prasarana pada daerah tertinggal

  1 Peningkatan sarana dan prasarana daerah tertinggal

  1 Menurunnya tingkat kemiskinan dan daerah tertinggal

  4 Berkurangnya penduduk miskin dan daerah tertinggal

  1 Menata dan mengelola kawasan wisata religi

  1 Mengembangkan kawasan wisata Religi

  1 Berkembangnya kawasan Wisata Religi

  3 Terwujudnya pembangunan industri pariwisata

  1 Membangun dan memelihara infrastruktur serta sarana dan prasarana pendukung

  1 Peningkatan sarana dan prasarana pertanian, perkebunan dan perikanan

  1 Sosialisasi pengurangan resiko bencana dan mitigasi bencana.

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

3.2.1.1 Kerangka kerja pembangunan sanitasi

A. Visi Misi Sanitasi

  Visi Pembangunan Kabupaten PadangPariaman tahun 2010 – 2015 yang tertuang dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Padang Pariaman tahun 2010 – 2015 adalah:

  

“Menjadi Kabupaten Unggul Dalam Mewujudkan Masyarakat

yang Religius, Cerdas dan Sejahtera”

  Untuk mendukung Visi Pembangunan Kabupaten Padang Pariaman tersebut, maka ditetapkan Visi Sanitasi Kabupaten Padang Pariaman sebagai berikut:

  “Mewujudkan Kabupaten Padang Pariamann sebagai Kabupaten Sehat dan Sejahtera tahun 2017”

  Hasil rumusan Visi Misi Sanitasi kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada tabel berikut:

  Tabel 3.4: Visi dan Misi Sanitasi kabupaten Padang Pariaman

  Visi Kab. Padang Pariaman Misi Kab. Padang Pariaman Visi Sanitasi Kab. Padang Pariaman Misi Sanitasi Kab. Padang Pariaman Menjadi Kabupaten

  1. Mewujudkan kehidupan

  1. Mewujudkan Kabupaten

  A. Misi Air Limbah Domestik

  Unggul Dalam beragama dan berbudaya Padang Pariaman sebagai

  1. Meningkatkan akses pelayanan Air Limbah Permukiman kepada Mewujudkan Masyarakat yang berkualitas kabupaten sehat dan sejahtera masyarakat melalui penyediaan Prasarana dan Sarana Air Limbah yang Religius, Cerdas dan berdasarkan falsafah adat tahun 2017 berdasarkan tanggap kebutuhan dengan melibatkan partisipasi Sejahtera basandi syarak, syarak aktif masyarakat dan kemitraan dengan swasta basandi kitabullah

  2. Mengembangkan sistem pengelolaan Air Limbah Permukiman

  2. Mewujudkan yang efektif, efisien dan berkelanjutan untuk meningkatkan penyelenggaraan kualitas sumberdaya air dan lingkungan pemerintahan yang

  3. Meningkatkan pengelolaan Air Limbah Permukiman melalui berorientasi mutu pengembangan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia berbasiskan sinergitas

  4. Optimalisasi potensi berbagai sumber pendanaan dalam antara pemerintah dan penyelenggaraan sistem pengelolaan Air Limbah Permukiman masyarakat

  5. Menyiapkan peraturan perundangan dalam penyelenggaraan

  3. Mewujudkan sumberdaya sistem pengelolaan Air Limbah Permukiman manusia yang berkualitas

  6. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dan berkepribadian pengelolaan Air Limbah Permukiman bagi kesehatan dan wirausaha perlindungan sumber daya air

  4. Mewujudkan pembangunan ekonomi

  B. Misi Persampahan

  yang tangguh dan

  1. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan berdaya saing persampahan yang berkelanjutan berbasiskan sistem

  2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem agribisnis dan pengelolaan persampahan agroindustri

  3. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia

  5. Mewujudkan usaha/swasta

  Pembangunan

  4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan berkelanjutan dan

  5. Optimalisasi potensi berbagai sumber pendanaan berwawasan lingkungan

  6. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan

  C. Misi Drainase

  1. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana drainase untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

  2. Mengembangkan sarana dan prasarana drainase lingkungan untuk mencegah pencernaran lingkungan

  Kabupaten Padang Pariaman 2016

  III-20

  3. Mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat yang efektif, efisien dan bertanggung jawab

  4. Meningkatkan kemampuan pembiayaan daerah menuju ke arah kemandirian

  5. Mendorong peran serta aktif masyarakat dalam proses pembangunan prasarana dan sarana drainase

  6. Mendorong peningkatan peran dunia usaha, perguruan tinggi melalui penciptaan iklim kondusif bagi pengembangan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan permukiman

  7. Menyiapkan peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pelayanan prasarana dan sarana drainase

  D. Misi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

  1. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan baik individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan pendekatan melalui individu, keluarga maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat

  2. Membina suasana yang kondusif bagi terciptanya perubahan perilkau masyarakat ke arah yang diharapkan dalam membantu mempercepat pembangunan kesehatan

  3. Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perundangan-undangan yang berwawasan kesehatan

  4. Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat dalam program kesehatan

  5. Meningkatkan kemitraan secara sinergis antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara pemerintah dengan masyarakat serta dunia usaha

  6. Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya

  Kabupaten Padang Pariaman 2016

  III-21

B. Tahapan Pengembangan Sanitasi

  Arahan penetapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan :

  1. Arah pengembangan Kabupaten yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kabupaten Padang Pariaman dalam jangka panjang

  2. Kepadatan penduduk Kabupaten Padang Pariaman

  3. Kawasan Beresiko sanitasi

  4. Kondisi fisik wilayah (topografi) dan struktur tanah

  5. Status nagari sebagai nagari perkotaan atau perdesaan Arah pengembangan sektor sanitasi di Kabupaten Padang Pariaman dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu;

  1. Jangka Pendek Arah pengembangan untuk jangka pendek ini akan difokuskan kepada nagari-nagari yang termasuk kategori perkotaan dan nagari-nagari yang berersiko sangat tinggi berdasarkan hasil kajian di dalam Buku Putih Sanitasi yaitu Nagari Gadua, Kayu Tanam, Sungai Geringging, Ketaping, Pauh Kambar, Kapalo Koto, Sungai Sarik, Sungai Buluh, Lubuk Alung, Sicincin, Pakandangan, Punggung Kasiak, Kurai Taji, Anduring, Cimpago, Limau Puruik, Batu Gadang Kuranji Hulu, Kuranji Hilir dan Parit Malintang

  2. Jangka Menengah Arah pengembangan sanitasi Kabupaten Padang Pariaman untuk jangka menengah difokuskan kepada nagari-nagari yang termasuk kedalam area berisiko 3 dan beberapa ibukota kecamatan yaitu Sungai Buluh, Buayan, Lubuk Alung, Pasia Laweh, Sikabu, Sintuk Tapakis, Ulakan, Sunua, Padang Bintungan, Sicincin, Pakandangan, Kapalo Hilalang, Guguak, Lareh Nan Panjang, Tandikek Utara, Batu Kalang, Koto Baru, Sikucur, Gunung Padang Alai, Malai V Suku, Kuranji Hulu, Sungai Sirajh Kuranji Hulu,

  III Koto Aur Malintang Utara, III Koto Aur Malintang Selatan, III Koto Aur Malintang Timur, Balali Baik Malai III Koto,

  3. Jangka Panjang Arah pengembangan sanitasi untuk Jangka Panjang akan difokuskan kepada area beresiko 2 dan 1 yaitu Kasang, Aia Tajun, Toboh Gadang, Sungai Asam, Lubuk Pandan, Toboh Ketek,, Koto Tinggi,

1. Sub Sektor Air Limbah Domestik

  Seiring berkembangnya pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Padang Pariaman serta pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk, menyebabkan bertambahnya volume pencemaran dari buangan domestik baik dari air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah dari WC (Black Water). Dampak dari semakin bertambahnya pencemaran air limbah domestik ini cepat atau lambat akan berdampak kepada sumber air bersih yang tersedia. Sehingga diperlukan pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi Kabupaten Padang Pariaman baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

  Di dalam strategi sanitasi kabupaten ini telah ditentukan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara umum apakah sistem on site maupun sistem off site. Kriteria yang dipergunakan antara lain dalam penentuan prioritas pengembangan tersebut adalah: Kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (urban, peri urban, rural), karakteristik tata guna lahan/Central Of Business Development (CBD) serta resiko kesehatan lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan system. Peta tersebut terbagi ke dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus sebagai dasar bagi Kabupaten Padang Pariaman dalam pengembangan rencana berjangka pengelolaan air limbah. Untuk tahapan pengembangan air limbah domestik dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

  Pengembangan sub sektor air limbah berdasarkan zona, yaitu:

  1. Zona I, Merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi (skor 4) dan nagari perkotaan karena merupakan kawasan padat serta kawasan bisnis (Central

  Business District/CBD) yang diatasi dengan pilihan system setempat (on site).

  Nagari yang termasuk kategori zona ini ada 13 nagari, yaitu:: Pauh Kambar, Kapalo Koto, Sungai Sarik, Gadur, Kayu Tanam, Kuranji Hilir, Parit Malintang, Ketaping, Sungai Buluh, Lubuk Alung, Sicincin, Pakandangan dan Kuranji Hulu