Bab IV - DOCRPIJM 1503558852004 BAB IV NEW ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

 











Bab IV
Arahan Strategis Nasional


4.1. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN)


adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah

yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional
dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:
a. Pertahanan Dan keamanan

b. pertumbuhan ekonomi

c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Dalam Undang‐Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

Kawasan Strategis Nasional (KSN) diartikan sebagai wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap

kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,

dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
IV ‐ 1 

 

Dalam penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah memiliki wewenang

terhadap KSN, yaitu dalam penetapan kawasan strategis nasional, perencanaan tata

ruang kawasan stategis nasional, pemanfaatan ruang serta pengendalian ruang
kawasan strategis nasional. Tetapi, dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional dapat dilaksanakan

pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan. Kewenangan

Pemerintah dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang


kawasan strategis nasional mencakup aspek yang terkait dengan nilai strategis yang

menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah

daerah

kabupaten/kota

tetap

memiliki

kewenangan

dalam

penyelenggaraan aspek yang tidak terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar
penetapan kawasan strategis.


Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), KSN

menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Di dalam RTRWN ditetapkan
kawasan‐kawasan yang menjadi Kawasan Strategis Nasional. Penetapan kawasan
strategis pada setiap jenjang wilayah administratif didasarkan pada pengaruh yang

sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan
dunia. Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih ditujukan
bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan

kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berdasarkan
pendekatan ekternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang
bersangkutan.

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional menetapkan Kawasan Perkotaan Gresik‐Bangkalan‐Mojokerto‐


Surabaya‐Sidoarjo‐Lamongan (Gerbangkertasusila) ditetapkan sebagai salah satu

kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan ekonomi di Propinsi Jawa Timur.
Penetapan ini didasarkan atas fungsi kawasan dan aspek kegiatan ekonomi yang

diandalkan sebagai motor penggerak (dapat menstimulasi) pengembangan wilayah

nasional (pertumbuhan, pemerataan, integrasi); sehingga kawasan strategis nasional

diharapkan mampu menjadi pusat pertumbuhan (‘growth centre’).

IV ‐ 2 

 

Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional Gerbangkertosusila

meliputi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam

perekonomian internasional.

Adapun Strategi dari kebijakan pengembangan kawasan strategis Nasional

Gerbangkertosusilo tersebut yaitu:
1.

Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan

2.

Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

3.

4.
5.

6.


kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung

dan daya tampung kawasan;

Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas

lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

Penetapan kawasan strategis nasional bidang ekonomi pada perencanaan

Gerbangkertosusilo memiliki kriteria sebagai berikut:
1.

2.

3.

4.

5.

6.
7.



8.

Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;

Memiliki potensi ekspor;


Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;

Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau

Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan GKS

Struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS direncanakan bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan pusat kegiatan, kualitas dan jangkauan pelayanan

jaringan prasarana, dan fungsi kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di
IV ‐ 3 

 


sekitarnya. Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS mempunyai fungsi
sebagai penggerak dan penunjang kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat yang

secara hirarki memiliki hubungan fungsional.

Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS terdiri dari rencana sistem
pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana. Rencana sistem pusat

permukiman ini sendiri terdiri dari pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti dan
pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya. Pusat kegiatan di kawasan

perkotaan inti berada di Kota Surabaya, meliputi:










Pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional;

Pusat pelayanan pendidikan tinggi;

Pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional;

Pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional;
Pusat kegiatan industri kreatif;



Pusat kegiatan industri manufaktur (terbatas);



perikanan, dan kehutanan (terbatas);



regional;






Pusat pemerintahan provinsi;

Pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan,
Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang
Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional;
Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
Pusat kegiatan pariwisata; dan

Pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.

Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan GKS

Pola ruang Kawasan Perkotaan GKS direncanakan bertujuan untuk

mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan sesuai dengan peruntukannya
sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya berdasarkan daya dukung dan

daya tampung lingkungannya. Kawasan Lindung dikenalkan pengelompokan‐nya
berdasarkan fungsi dan lokasinya terdiri dari “(dengan kode)”:


Zona Lindung 1 (Zona L1): kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya.

IV ‐ 4 

 



Zona Lindung 2 (Zona L2): kawasan perlindungan setempat. Ditetapkan

dalam rangka melindungi pantai, sungai, danau/waduk, mata air, dan ruang

terbuka hijau kota dari kegiatan budi daya yang dapat mengganggu



kelestarian fungsinya.

Zona Lindung 3 (Zona L3): kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar

budaya.

Zona Lindung 4 (Zona L4): kawasan rawan bencana. Ditetapkan dalam

rangka memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan


bencana alam terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya.

Zona Lindung 5 (Zona L5): kawasan lindung geologi. Ditetapkan dalam

rangka memberikan perlindungan maksimal atas kemungkinan bencana
alam geologi dan perlindungan terhadap air tanah.

Untuk menjelaskan Kawasan Budidaya, pengelompokan kawasan ini dibagi atas
7 (tujuh) Zona


Zona B1, dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kualitas
daya dukung lingkungan tinggi dan sangat tinggi, kualitas pelayanan
prasarana dan sarana tinggi, dan bangunan gedung dengan intensitas tinggi,



baik vertikal maupun horizontal.

Zona B2, dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kualitas

daya dukung lingkungan tinggi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana
sedang.



Zona B3, dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kualitas

daya dukung lingkungan sedang dan kualitas pelayanan prasarana dan



sarana rendah.

Zona B4, dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya

dukung lingkungan sedang dan mempunyai kesesuaian lingkungan untuk



budi daya pertanian.

Zona B5, dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya

dukung lingkungan sedang dan mempunyai kesesuaian lingkungan untuk



budi daya pertanian dan mempunyai jaringan irigasi.

Zona B6, zona perairan laut dengan karakteristik sebagai kawasan yang

potensial untuk kegiatan kelautan serta kegiatan pariwisata kelautan.

IV ‐ 5 

 



Zona B7, dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya



dukung lingkungan sedang.















Gambar 4.1. Rencana Struktur Ruang Kawasan Gerbangkertosusila












Gambar 4.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Gerbangkertosusila
IV ‐ 6 

 

Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah dipaparkan

pada bab sebelumnya.

4.2. PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan

yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan
PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada

pasal 15, yaitu sebagai berikut:

a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga

b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) telah dipaparkan

pada bab sebelumnya.



4.3. PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah

kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan

perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang
terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:

e. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negaratetangga

f. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan Negara tetangga

g. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya

h. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

IV ‐ 7 

 

AdapundaftarlengkapPusatKegiatanStrategisNasional

telahdipaparkanpadababsebelumnya.

(PKSN)



4.4. PUSAT KEGIATAN NASIONAL (PKN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau
beberapa provinsi.

Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada

pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor‐impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industry dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan

metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan

perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah
dipaparkan pada bab sebelumnya.


4.5. MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN
EKONOMI INDONESIA( MP3EI)
Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐

2025,Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI)merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011

sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional 2005‐2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)

yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi
IV ‐ 8 

 

yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM

IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan,

dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor

konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra‐sentra
produksi di masing‐masing KPI

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak
ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011

tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011‐2025 dipaparkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
NO

Penetapan Kawasan Lokasi Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan
Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
KORIDOR

(1) (2)
1
Koridor Ekonomi (KE)Sumatera

2

Koridor Ekonomi (KE) Jawa

3

Koridor Ekonomi (KE) Bali –Nusa Tenggara

4

Koridor Ekonomi (KE) Kalimantan

5

Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi

KPI

(3)
Sei Mangkei, Tapanuli Selatan,
Dairi, Dumai, Tj Api‐Api – Tj
Carat, Muaraenim – Pendopo,
Palembang,
Prabumulih,
Bangka Barat, Babel, Batam,
Bandar Lampung, Lampung
Timur, Besi Baja Cilegon
Banten, DKI Jakarta, Karawang
Bekasi, Purwakarta, Cilacap
Surabaya, Gresik, Lamongan,
Pasuruan
Badung, Buleleng, Lombok
Tengah, Kupang, Sumbawa
Barat, Aegela, Nusa Penida,
Sumbawa
Kutai Kertanegara, Kutai Timur
Rapak dan Ganal, Kotabaru
Ketapang, Kotawaringin Barat
Kapuas, Pontianak, Bontang
anah Bumbu, Sanggau, Penajam
Paser Utara
Makassar, Palopo (Luwu),
Mamuju‐Mamasa, Parepare
Kendari, Kolaka, Konawe Utara
Morowali, Parigi Moutang,
Banggai, Bitung

IV ‐ 9 

 

Koridor Ekonomi (KE) Papua – Kep. Maluku

6



Merauke
(Mifee),
Timika,
Halmahera, Teluk Bintuni,
Morotai, Ambon, Manokwari

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan

pertumbuhan ekonomi 7‐9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang

ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut
pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing‐

masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta
Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI
Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan
Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan

ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih

faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah

identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi

yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.














Gambar 4.3. Koridor Ekonomi Indonesia (KEI)

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐2025)




Di dalam Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) Kabupaten Gresik merupakan bagian dari Kawasan Perhatian
Invesatasi (KPI) Koridor Jawa. Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan
IV ‐ 10 

 

Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan
ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih

faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah

identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi

yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
PengembanganKoridorEkonomiJawamempunyaitemaPendorongIndustridanJasaNasi
onal.Selainitu,

strategikhususKoridorEkonomiJawaadalahmengembangkanindustri

yang mendukungpelestariandayadukung air danlingkungan.

Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di

bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk

berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini
dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam

rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri
tersier, sebagaimana telah terjadi di Singapura, Shenzen dan Dubai.
lain:






Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara

Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di antara
provinsi di dalam koridor;

Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor manufaktur
tidak diikuti kemajuansektor‐sektor yang lain;

Kurangnya investasi domestik maupun asing;

Kurang memadainya infrastruktur dasar.

Fokus pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Jawa adalah pada kegiatan

ekonomi utama makanan minuman, tekstil, dan peralatan transportasi. Selain itu
terdapat pula aspirasi untuk mengembangkan kegiatan ekonomi utama perkapalan,
telematika, dan alat utama system senjata (alutsista).






IV ‐ 11 

 
























Gambar 4.4. Kawasan Perhatian Investasi Koridor Jawa MP3EI

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐2025)











IV ‐ 12 

 













Gambar 4.5. Peta Investasi Koridor Ekonomi Jawa

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐2025)




Tabel 4.2.

Aglomerasi Indikasi Investasi














(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐2025)


IV ‐ 13 

 

4.6. KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dilaksanakan

pembangunan perekonomian nasional berdasar atas demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.

Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka demokrasi

ekonomi, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan
kesempatan dan dukungan pada usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi

dan sekaligus memberikan manfaat bagi industri dalam negeri. Berkaitan dengan hal
itu, dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) disediakan lokasi bagi UMKM dan

koperasi agar dapat mendorong terjadinya keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan
perusahaan besar, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung Pelaku
Usaha lain.

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional,

diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang
memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan
untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain

yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk
mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan

kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan
perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Pasal 31 ayat (3) Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal mengatur bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur

dengan Undang‐Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur
kebijakan tersendiri mengenai KEK dalam suatu Undang‐Undang.

Ketentuan KEK dalam Undang‐Undang ini mencakup pengaturan fungsi,

bentuk, dan kriteria KEK, pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur, kelembagaan,
lalu lintas barang, karantina, dan devisa, serta fasilitas dan kemudahan.

IV ‐ 14 

 

KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk

melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri,
pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan

telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri
atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri,
pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan
untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK

adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam
pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber

daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan
pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang

terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi.
Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan

pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di
KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing

agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal,

yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah,
dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian,
investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat

diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.

Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti

halnya daerah lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan

kemudahan dalam sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan
tetap mengutamakan pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan atau

pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan tindak pidana ekonomi.

IV ‐ 15 

 

Dengan berlakunya Undang‐Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan

pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia

dengan memberi kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas yang dibentuk berdasarkan Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2000
tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang‐Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah

dengan Undang‐Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas

Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang‐Undang Menjadi Undang‐Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775) untuk diusulkan menjadi KEK,
baik dalam jangka waktu maupun setelah berakhirnya jangka waktu yang telah
ditetapkan. Dengan berlakunya Undang‐Undang ini, tidak terjadi lagi pembentukan
kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus,Kawasan Ekonomi Khusus atau

KEKadalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayahhukum Negara Kesatuan
Republik

Indonesia

yang

ditetapkan

untuk

menyelenggarakan

fungsi

perekonomiandan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa

zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi,

pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui

usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota,
dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu,

Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan
berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.

Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun

perluasan dari KEK yang sudah ada. Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa
kriteria antara lain :

IV ‐ 16 

 

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung;

b. adanya

dukungan

dari

pemerintah

kabupaten/kota yang bersangkutan;

provinsi

dan/atau

pemerintah

c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau

dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada
wilayah potensi sumber daya unggulan;

d. mempunyai batas yang jelas.

Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
NO
(1)

1
2
3
4



Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan
Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

LOKASI
(2)
Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara
Kabupaten Pandeglang,
Banten
Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Tmur
Kota Bitung, Sulawesi Utara

KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(3)
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung
Kawasan Ekonomi Khusus Maloy

Kawasan Ekonomi Khusus Bitung





IV ‐ 17