Dampak kekerasan seksual pada penyandang disabilitas (studi kasus pada seorang tunagrahita) - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAMPAK KEKERASAN SEKSUAL PADA PENYANDANG
DISABILITAS
(Studi Kasus pada Seorang Tunagrahita)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:
M.A.Trisuci Paskalia
151114012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAMPAK KEKERASAN SEKSUAL PADA PENYANDANG
DISABILITAS
(Studi Kasus pada Seorang Tunagrahita)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:
M.A.Trisuci Paskalia
151114012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

“Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun

Tuhan menyambut aku”
(Mzm 27:10)

“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut
kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus”
(Flp 4:19)

“Dum Vita Est, Spes Est”

“Ad MAioreM dei GloriAM”

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini ku persembahkan kepada :

Tuhan Yesus,

Yang senantiasa memberikan kelimpahan rahmat dan cinta yang tiada henti.

Orangtua,
Alm. Bapak Leonardus Hendriyanti dan Alm. Mami Christiana Ningsih dan
Kakakku Yohanes Bara Wahyu Riyadi yang sudah memberi bekal kehidupan dan
cinta yang berlimpah.
Pembimbing Rohani,
Romo John Gowhere SJ yang tak pernah lelah mendoakan, memberi dukungan,
dan menjadi perpanjangan cinta Tuhan serta membantu saya mengolah sejarah
hidup serta
Orangtua asuhku,
kedua orangtua asuhku yang memberikanku kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan.
Sahabat terkasih
Aloysia Arghia Prastiyaningtyas yang selalu ada dalam suka dan duka.
CIQAL,
yang memberikan kesempatan untuk belajar dan bersedia mendampingi selama
penelitian.
Dosen Pembimbingku Juster Donal Sinaga,
Yang sudah mendukung, mendoakan, membimbing dan memberi semangat

selama proses masa studi hingga penyelesaian masa studi.
Seluruh penyandang disabilitas yang mengalami ketidakadilan,
Teman-teman BK’15, dan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
DAMPAK KEKERASAN SEKSUAL PADA PENYANDANG
DISABILITAS

(Studi Kasus pada Seorang Tunagrahita)

M.A.Trisuci Paskalia
Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitan ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan apa saja bentuk kekerasan
seksual yang dialami penyandang tunagrahita, 2) menjelaskan dampak-dampak yang
dialami penyandang tunagrahita yang mengalami kekerasan seksual, 3) mengetahui
bagaimana bentuk-bentuk perlawanan penyandang tunagrahita yang mengalami
kekerasan seksual, dan 4) menjelaskan bagaimana penyandang tunagrahita mengelola
pengalaman kekerasan seksual agar sehat secara psikologis.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus. Tempat
penelitian adalah salah satu lokasi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sumber data penelitian ini adalah seorang penyandang disabilitas (Tunagrahita ringan)
yang mengalami perkosaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
dan wawancara. Teknik analisa data kualitatif yang digunakan adalah reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak kekerasan seksual khususnya
perkosaan bagi penyandang tunagrahita yaitu dampak psikologis yakni trauma bila
bertemu atau melihat pria yang berbadan besar, takut gelap, takut sendiri, merasa rendah

diri, memiliki keinginan untuk bunuh diri dan perubahan suasana hati yang cepat.
Dampak fisik yang dialami ialah robeknya selaput dara dan tidak lagi perawan.
Sedangkan dampak sosial yang dialami yakni menjadi takut untuk bersosialisasi dan
bertemu dengan orang baru. Responden juga menjaga jarak bila bertemu dengan orang
baru. Bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan ketika kejadian berlangsung adalah
melawan saat kejadian perkara dan setelah kejadian perkara dengan mengikuti prosedur
hukum. Upaya penyandang tunagrahita agar sehat secara psikologis ialah menangis,
berjuang menyelesaikan kasus di kantor polisi, menerima keadaan, patuh terhadap
orangtua, ikhlas, dan fokus ke masa depan. Selain itu, dukungan dari berbagai pihak
diantaranya dukungan keluarga, dukungan penyedia layanan, peraturan perundangundangan, pemerintah dan juga kepolisian sangat dibutuhkan oleh tunagrahita.

Kata kunci : Kekerasan seksual, dampak Kekerasan, penyandang tunagrahita.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THE IMPACTS OF SEXUAL VIOLENCE TO DISABILITIES
(A Case Study on Mental Disability)


M.A.Trisuci Paskalia
Sanata Dharma University
2019
This study was aimed to 1) describe what kind of sexual violence that experienced
by persons with mental disability, 2) explain the impacts that experienced by mental
disabled persons who experience sexual violence, 3) know the forms of resistance of
mental disabled persons who experience sexual violence, and 4) explain how people with
mental disability manage their experiences of sexual violence to be psychologically
healthy.
The type of this research was qualitative research in the form of case studies. The
research site was in Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta. The data source of
this study was a person with a disability (mild intellectual retardation) who had
experience as raping victim. Data collection techniques used were observation and
interviews. Qualitative data analysis
The study results showed that the impact of sexual violence, especially rape for
persons with mental disability was psychological of the trauma when meeting or seeing
large-bodied men, afraid of the dark, afraid of themselves, feeling inferior, having
suicidal thoughts and rapid mood swings. The physical impact experienced was the tear
of the hymen and no longer a virgin. While the social impact experienced was being

afraid to socialize and meet new people. Respondent also maintain a distance when
meeting new people. Forms of resistance carried out were fight back during the incident
took place and the legal procedures after the incident. The effort conducted by people
with mental disability in order to be psychologically healthy was crying, fighting to solve
cases in the police station, accept the situation, obey parents, sincerity, and focus on the
future. In addition, support from various parties including family support, support from
social service providers, legislation, government and also the police is greatly needed by
mental disability person.

Keywords: Sexual violence, the impact of violence, mental disability.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang
dilimpahkan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan
karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma. Proses
penulisan karya ilmiah ini memberikan pengalaman dan wawasan baru bagi
peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama masa studi.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini tidak akan
selesai dan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang
telah mendukung dan mendampingi selama proses penyusunan. Oleh karena itu
secara khusus peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Universitas Sanata Dharma.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling, Universitas Sanata Dharma dan selaku dosen pembimbing
yang selalu bersedia membantu, mendampingi, dan menyemangati peneliti
dari awal hingga penyelesaian karya ilmiah ini.
3.

Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma

yang telah berkenan membimbing dan telah memberi


pengetahuan kepada penulis selama awal perkuliahan hingga penyelesaian
masa studi.
4. Alm. Kedua orangtuaku terkasih yang telah memberikan bekal kehidupan
5. Kakak tercintaku Yohanes Bara Wahyu Riyadi yang tetap tegar menjadi
ayah sekaligus ibu untukku.
6. Romo Yohanes Nugroho SJ a.k.a Romo John Gowhere SJ yang selalu
mendukung, memotivasi, mendoakan dan memberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensi peneliti.
7. Kedua orangtua asuhku yang telah memberikan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Teman seperjuanganku, Aloysia Arghia Prastiyaningtyas yang selalu
mendukung, mendoakan, memotivasi dan menemani dalam suka dan duka.
9. Penyemangatku Alfredo Oliver B, Damaris Imelda, Tiberia Dian, Teofilus
Bayu, Ignatius Riki Dwi .K. , F4 , dan tim nonton hokya.
10. Teman-teman BK angkatan 2015 yang telah memberikan semangat,
masukan

dan

doa

dari

awal

penulisan

karya

ilmiah

hingga

terselesaikannya karya ilmiah ini.
11. AE, selaku responden penelitian karya ilmiah ini.
12. CIQAL, selaku pendamping dan pembimbing selama proses pengerjaan
karya ilmiah ini.
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu, memotivasi, memberikan dukungan dan doa.
Peneliti menyadari bahwa penelitian karya ilmiah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Namun demikian peneliti berharap karya ilmiah ini
bermanfaat sekaligus memberikan referensi bagi siapa saja yang membaca dan
membutuhkannya.

Peneliti

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSERTUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A.

Latar Belakang Masalah .................................................................................1

B.

Identifikasi Masalah .......................................................................................8

C.

Fokus Peneltian ..............................................................................................9

D.

Rumusan Masalah.........................................................................................10

E.

Tujuan Penelitian ..........................................................................................10

F.

Manfaat Penelitian ........................................................................................11

G.

Batasan Istilah...............................................................................................12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...............................................................................13
A.

B.

Hakikat Kekerasan Seksual ..........................................................................13
1.

Pengertian kekerasan Seksual .............................................................13

2.

Bentuk-Bentuk kekerasan Seksual ......................................................15

3.

Faktor Penyebab Terjadinya kekerasan Seksual .................................18

4.

Dampak kekerasan Seksual .................................................................21

Hakikat Penyandang Disabilitas ...................................................................22

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C.

D.

1.

Pengertian Disabilitas..........................................................................22

2.

Jenis Disabilitas ...................................................................................25

3.

Derajat Disabilitas ...............................................................................28

Hakikat Penyandang Tunagrahita .................................................................29
1.

Karakteristik Tunagrahita ....................................................................30

2.

Derajat Tunagrahita .............................................................................31

3.

Tunagrahita Berdasar IQ .....................................................................32

Hakikat Perkembangan Seksual Remaja Disabilitas ....................................33
1.

Perkembangan .....................................................................................33

2.

Perkembangan Seksual ........................................................................33

3.

Perkembangan Seksual Penyandang Tunagrahita ...............................36

4.

Remaja.................................................................................................37

E.

Hakikat Persoalan Pelecehan Seksual Pada Penyandang Disabilitas ...........39

F.

Kajian Penelitian yang Relevan ....................................................................41

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................44
A.

Jenis Penelitian .............................................................................................45

B.

Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................45

C.

Responden Penelitian ...................................................................................45

D.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...................................................46

E.

Keabsahan Data ............................................................................................49

F.

Teknik Analisis Data ....................................................................................49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................52
A.

B.

Deskripsi Data ..............................................................................................52
1.

Tempat dan Jadwal Penelitian .............................................................52

2.

Deskripsi Umum Responden...............................................................53

3.

Hasil Penelitian ...................................................................................53

Pembahasan ..................................................................................................66
1.

Bentuk Pelecehan Seksual ...................................................................67

2.

Dampak-Dampak Pelecehan Seksual ..................................................68

3.

Bentuk Perlawanan..............................................................................71

4.

Cara Menghadapi rintangan ................................................................72

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................76
A.

Kesimpulan ................................................................................................76

B.

Keterbatasan Penelitian ..............................................................................76

C.

Saran...........................................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................79

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Table 1: Pedoman Wawancara ..............................................................................47
Tabel 2: Lembar Panduan Observasi .....................................................................48

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Observasi .................................................................................81
Lampiran 2 : Lembar verbatim wawancara ...........................................................84
Lampiran 3 : Lembar Koding Wawancara .............................................................93
Lampiran 4 : Lembar Kategorisasi Wawancara ...................................................100
Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian .........................................................................106

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini disajikan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan
istilah.
A.

Latar Belakang Masalah
Di era modern ini, seksualitas bukanlah hal yang tabu untuk
diperbincangkan selama berada pada tempat dan pada waktu yang
seharusnya. Akan tetapi perilaku seksual yang dilakukan dengan unsur
keterpaksaan mengakibatkan fenomena lain yakni kasus kekerasan ataupun
pelecehan seksual. Pemerkosaan yang semakin marak terjadi di tengah
masyarakat ini merupakan salah satu bentuk kekerasan yang seringkali
terjadi dan bukan hal baru lagi di negara Indonesia.
Pelecehan seksual sendiri memiliki banyak macam seperti pelecehan
seksual verbal yang berupa ucapan, non verbal yang berupa tindakan seperti
sentuhan, pijatan, remasan, pelukan, ciuman dan yang lebih membahayakan
adalah pelecehan seksual dalam bentuk non verbal seperti saat pelaku
melakukan kontak fisik atau kegiatan memperkosa yang tidak diinginkan
oleh korban. Maraknya kekerasan seksual ini tidak hanya dialami oleh
perempuan maupun laki-laki yang sehat secara fisik maupun mental namun
juga bagi penyandang disabilitas. Hastuti (Ciqal: 2017) mengatakan di
Indonesia sendiri data statistik menunjukkan 35% kasus kekerasan telah
menimpa perempuan disabilitas, hal tersebut menginterpretasikan setiap

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

tahunnya terdapat 1278 kasus kekerasan yang menimpa perempuan
disabilitas yang jika dipresentasekan hampir setiap harinya terjadi sekitar 34 kasus kekerasan terhadap perempuan disabilitas.
Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang
beragam, diantaranya penyandang disabilitas yang mengalami disabilitas
fisik, disabilitas mental maupun gabungan dari disabilitas fisik dan mental.
Kondisi penyandang disabilitas tersebut mungkin hanya sedikit berpengaruh
kepada kemampuan mempertahankan hidupnya atau bahkan berdampak
besar bagi kehidupannya sehingga ketidakberdayaannya dimanfaatkan oleh
sekelompok orang yang ingin mengambil keuntungan.
Selain itu, Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan (2017)
menyatakan diskriminasi dan kekerasan seksual pada penyandang disabilitas
perempuan semakin muncul ke permukaan karena mulai menggeliatnya
upaya untuk memasukkan layanan disabilitas pada lembaga-lembaga
layanan. Kekerasan seksual pada perempuan dengan disabilitas terjadi
karena asumsi bahwa penyandang disabilitas adalah makhluk aseksual atau
menstigma bahwa disabilitas terutama disabilitas intelektual memiliki
kebutuhan seksual yang berlebih, sehingga melanggengkan praktek
kekerasan seksual yang terjadi pada penyandang disabilitas.
Selain menstigma penyandang disabilitas sebagai makhluk aseksual,
pelaku juga mengidentikkan penyandang disabilitas sebagai golongan lemah
sehingga pelaku semakin berani untuk melakukan tindakan pelecehan
seksual. Pelecehan seksual ini tidak hanya dialami oleh perempuan dewasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

namun juga oleh anak-anak khususnya bagi penyandang tunarungu dan
tunagrahita. Sebab penyandang tunarungu tidak bisa berteriak dan otomatis
akan sangat ketakutan ketika diancam untuk tetap diam oleh pelaku.
Sedangkan penyandang tunagrahita secara mental dan intelektual sulit
membedakan antara pelecehan seksual dan kasih sayang. Keterbatasan
penyandang disabilitas ini seringkali dimanfaatkan oleh pelaku yang ingin
memuasakan hawa nafsunya dengan harapan bisa lolos dari kejahatan yang
dilakukan karena minimnya pembuktian. Bentuk-bentuk pelecehan seksual
yang berujung kekerasan seksual ini semakin bervariasi karena tak hanya
dilakukan oleh satu orang pelaku saja namun juga berkelompok yang
disertai pembunuhan.
Dalam Kedaulatan Rakyat diberitakan bahwa pelecehan seksual pada
penyandang disabilitas meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Center for Improving Qualive Of People With Disabillities (CIQAL)
mencatat terdapat 96 kasus kekerasan seksual menimpa penyandang
disabilitas. Maraknya pemerkosaan yang tidak diimbangi dengan pemberian
hukuman yang tegas terhadap pelaku perkosaan, semakin meningkatkan
kasus pelecehan seksual terhadap penyandang disabilitas. Berdasarkan
Catatan Tahunan (CATAHU) kekerasan terhadap perempuan tahun 2018
oleh Komisi Nasional Perempuan bahwa lembaga mitra atau pengada
layanan mendokumentasikan sebanyak 48 kasus kekerasan dialami oleh
penyandang disabilitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan yang seringkali dialami oleh
penyandang disabilitas ialah penipuan, pelecehan oleh guru, kekerasan fisik
oleh guru, kekerasan seksual oleh kakak ipar, kekerasan seksual oleh
tetangga, kekerasan dalam pacaran atau rumah tangga, perkosaan,
pencabulan oleh teman, perkosaan dalam komunitas, pencabulan komunitas,
perdagangan orang dan masih banyak lagi. Berbagai macam kasus
kekerasan seksual yang terlampir dalam Catatan tahunan Komnas
Perempuan ini mayoritas dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti
tetangga, guru, bahkan anggota keluarga sendiri.
Undang-Undang (UU)

Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2016

tentang penyandang disabilitas yang menggantikan undang-undang nomor
4 tahun 1997 memberikan landasan hukum yang tegas mengenai kedudukan
dan hak penyandang disabilitas. Pada UU tersebut semakin ditegaskan
bahwa "Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kelangsungan hidup
setiap warga negara, termasuk para penyandang disabilitas yang mempunyai
kedudukan hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai
Warga Negara Indonesia dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
warga negara dan masyarakat Indonesia merupakan amanah dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa, untuk hidup maju dan berkembang secara adil dan
bermartabat”.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan peraturan daerah
(Perda) yang termuat pada nomor 4 Tahun 2012 mengenai perlindungan dan
pemenuhan hak penyandang disabilitas, termasuk perlindungan bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

penyandang disabilitas dari segala bentuk kekerasan. Namun, kenyataannya
masih banyak korban kekerasan seksual penyandang disabilitas belum
terlindungi. Hal ini disebabkan oleh penyelesaian kasus mengenai kekerasan
seksual terhadap penyandang disabilitas jarang sekali ditangani secara
tuntas baik dari segi hukum maupun psikologis.
Faktor yang menyebabkan kasus ini jarang terselesaikan sampai tuntas
karena korban kekerasan seksual yang merupakan penyandang disabilitas
enggan melaporkan masalahnya kepada pihak berwajib dikarenakan
keterbatasan yang dimiliki, pelaku masih anggota keluarga, pihak keluarga
berupaya menutupi kejadian tersebut dengan alasan menutupi aib serta
masyarakat yang belum paham hak penyandang disabilitas.
Pada workshop 16 Hari Tanpa Kekerasan Terhadap Perempuan di
Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Ibnu Sukoco selaku koordinator
program advokasi disabilitas Ciqal mengatakan bahwa pendampingan
penyandang disabilitas yang menjadi korban kekerasan seksual juga cukup
sulit karena kecenderungan pihak keluarga yang tidak mau terbuka.
Sebagian besar keluarga korban menilai masalah tersebut merupakan aib
yang harus ditutup.
Chaerizanisazi (CIQAL, 2017) mengatakan bahwa ada suatu lokasi di
Jogja terdapat seorang difabel tunagrahita yang telah menjadi korban
kekerasan seksual oleh pamannya hingga penyandang disabilitas tunagrahita
tersebut hamil. Menurut keluarga korban, masyarakat atau tetangga sekitar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

bersikap apatis bahkan mendiskriminasi dan juga korban dianggap bersalah
karena tidak mampu untuk menjaga diri.
Kerentanan

pada

penyandang

disabilitas

untuk

mendapatkan

kekerasan seksual bukan saja karena kondisi fisik maupun keterbatasan
penyandang disabilitas tersebut, tetapi juga karena lingkungan sosial tidak
mampu menyediakan jaminan perlindungan yang memadai. Tak hanya
kondisi fisik, psikologis, dan lingkungan sosial saja yang menyebabkan
penyandang disabilitas rentan mengalami kekerasan seksual namun juga
pendidikan seks dan pemahaman masyarakat yang minim mengenai kondisi
seksual penyandang disabilitas.
Sugiasih (Aziz, 2015) mengungkapkan bahwa sebagian masyarakat
kita masih menganggap bahwa pendidikan seks sebagai sesuatu yang tidak
layak dibicarakan. Hal

itu dikarenakan adanya

anggapan bahwa

pembicaraan mengenai seks merupakan sesuatu yang masih dianggap tabu,
porno serta sifatnya

sangat

pribadi sehingga

tidak layak untuk

diperbincangkan.
Minimnya

pendidikan

seks

bagi

anak

berkebutuhan

khusus

menjadikan sebagian di antara mereka cenderung mudah dimanipulasi
sehingga kerap kali dijadikan objek pelecehan dan pelampiasan seksual.
Anitasari (Aziz, 2015) mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat
atau pendidik tampaknya belum memahami konsep pendidikan seks secara
tepat, anggapan pendidikan seks tidak cocok sebagai bagian dari materi
pembelajaran di SLB maupun lembaga pendidikan inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

Maslow (Boeree, 2007) menyatakan bahwa setiap manusia memiliki
empat kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta, harga
diri dan bila keempat kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi misalnya karena
persoalan berat seperti pelecehan seksual maka orang
cenderung mengalami

hambatan

dan akan

tersebut akan

akan merasa

depresi,

penderitaam, kekecewaan, kecurigaan serta sinisme.
Kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang disebabkan oleh
keterbatasannya inilah yang kemudian dimanfaatkan pelaku untuk
melakukan kekerasan seksual. Pelaku menganggap penyandang disabilitas
lemah baik dari segi jasmani maupun rohani, sehingga tidak dapat
terbantahkan tindakan kekerasan seksual terhadap korban penyandang
disabilitas dapat berdampak negatif pada keadaan psikis dan fisik korban.
Center for Improving Qualified Activities in Life of People with
Disabilities atau disingkat CIQAL (2017) mengatakan secara fisik tentunya
korban mengalami luka pada bagian tertentu yang dimanfaatkan pelaku
sebagai pemuas nafsunya, sedangkan dari segi psikologis adanya tekanan
secara psikologis (trauma) yang dialami korban berdampak pada penurunan
Self esteem atau menurunnya penghargaan diri pada korban karena
disebabkan oleh rasa malu yang menjadikan korban sulit untuk berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya, sehingga korban pun berpeluang untuk
mendapatkan tindak diskriminasi dari lingkungannya.
Yossa pada Berita 360 (Guf, 2017) mengatakan dampak psikologis
kekerasan terhadap korban disabilitas adalah trauma berkepanjangan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

kehilangan rasa aman, hilangnya kepercayaan, rasa malu, rasa rendah diri,
respon emosional yang kuat, dan menunjukkan tingkah laku seksual. Akibat
dari kekerasan seksual secara sosial menurut Aziz (2015) ialah sikap sinis
dari masyarakat yang menyebabkan penyandang disabilitas enggan
membuka diri kembali untuk bisa bergaul dengan masyarakat disekitarnya.
Berdasarkan pada hal tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian ini, guna mengetahui keadaan lebih mendalam mengenai dampakdampak fisik, psikologis, dan juga sosial pada penyandang disabilitas yang
mengalami kekerasan seksual.
B.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan penulis dan hasil
observasi, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang akan dijadikan
dasar untuk mengetahui lebih jauh keadaan lebih mendalam penyandang
disabilitas yang mengalami kekerasan seksual :
1.

Penyandang disabilitas dianggap sebagai makhluk aseksual.

2.

Penyandang disabilitas mendapatkan dampak dua kali lipat dari orang
non-disabilitas yang juga mengalami kekerasan seksual.

3.

Kasus kekerasan seksual terhadap penyandang disabilitas masih tinggi.

4.

Penegakan hukum jarang sekali ditangani secara tuntas.

5.

Pelaku kekerasan seksual adalah orang terdekat korban.

6.

Kebutuhan dasar penyandang disabilitas sulit terpenuhi.

7.

Masyarakat masih bersikap apatis terhadap penyandang disabilitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

8.

Pemahaman orang tua, pendidik dan masyarakat mengenai pendidikan
seks bagi penyandang disabilitas masih minim.

9.

Pendidikan seks dianggap sebagai suatu hal yang tabu.

10. Pendidikan seks untuk penyandang disabilitas masih minim.
C.

Fokus Penelitian
Berdasarlam identifikasi masalah dan keterbatasan peneliti, maka
fokus penelitain ini disusun dengan mengaitkan tema yang sesuai, yakni
“Kekerasan Seksual Pada Penyandang Disabilitas” dengan responden yang
merupakan disabilitas tunagrahita. Berikut ini adalah fokus penelitian:
1.

Menggali bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dialami satu remaja
penyandang tunagrahita

2.

Menggali dampak-dampak yang dialami satu remaja penyandang
tunagrahita yang mengalami kekerasan seksual

3.

Menggali

bentuk-bentuk

perlawanan

satu

remaja

penyandang

tunagrahita yang mengalami kekerasan seksual.
4.

Menggali satu remaja penyandang tunagrahita mengelola pengalaman
kekerasan seksual agar sehat secara psikologis

D.

Rumusan Masalah
Berdasarlam fokus penelitian di atas, disusunlah rumusan masalah
sebagai berikut:
1.

Apa saja bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dialami satu remaja
penyandang tunagrahita?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

2.

Bagaimana dampak-dampak yang dialami satu remaja penyandang
tunagrahita yang mengalami kekerasan seksual?

3.

Bagaimana bentuk-bentuk perlawanan satu remaja penyandang
tunagrahita yang mengalami kekerasan seksual?

4.

Bagaimana satu remaja penyandang tunagrahita mengelola pengalaman
kekerasan seksual agar sehat secara psikologis

E.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan utama yang akan
dibahas adalah dampak-dampak yang muncul pada penyandang tunagrahita
yang menjadi korban kekerasan seksual. Rumusan masalah tersebut dirinci
dalam tujuan-tujuan yang lebih khusus sebagai berikut :
1.

Mendeskripsikan apa saja bentuk-bentuk kekerasan seksual yang
dialami satu remaja penyandang tunagrahita.

2.

Menjelaskan dampak-dampak yang dialami satu remaja penyandang
tunagrahita yang mengalami mengalami kekerasan seksual.

3.

Mengetahui

bagaimana

bentuk-bentuk

perlawanan

satu

remaja

penyandang tunagrahita yang mengalami kekerasan seksual.
4.

Menjelaskan bagaimana satu remaja penyandang tunagrahita mengelola
pengalaman kekerasan seksual agar sehat secara psikologis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

F.

Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
bimbingan dan konseling khususnya mengenai dampak-dampak
kekerasan seksual pada penyandang disabilitas.

2.

Manfaat Praktis
a.

Bagi Pengelola Lembaga
Menambah informasi kepada pengelola sehingga dapat
bekerja sama dengan pihak-pihak terkait (pemerintah, keluarga,
dan masyarakat) dalam mengatasi berbagai dampak yang muncul.

b.

Bagi Orang tua
Orang tua yang mempunyai anak penyandang disabilitas
dapat mengetahui dampak kekerasan seksual sehingga mengetahui
apa yang harus dilakukan dalam mendampingi dan menangani anak
penyandang disabilitas yang mengalami kekerasan seksual. Selain
itu orang tua dapat menggunakan hasil penelitian sebagai sumber
informasi dalam melakukan pencegahan kekerasan seksual.

c.

Bagi Mahasiswa
Memberikan refrensi untuk penelitian berikutnya yang terkait
dengan dampak kekerasan seksual pada penyandang disabilitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

d.

Bagi Penulis
Sebagai calon konselor, penulis mendapatkan pengalaman
baru dan keterampilan baru untuk semakin peka dalam mengkaji
permasalahan konkret yang sedang terjadi di masyarakat khususnya
pada penyandang disabilitas.

G.

Batasan Istilah
1.

Kekerasan seksual merupakan suatu perbuatan memaksa atau dengan
cara apapun diluar kehendak seseorang untuk melakukan persetubuhan
dengan disertai kekerasan ataupun ancaman.

2.

Seks adalah perbedaan laki-laki dan perempuan yang dibedakan melalui
jenis kelamin.

3.

Penyandang disabilitas adalah seseorang yang biasanya mengalami
hambatan fisik dan/mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya secara wajar.

4.

Penyandang tunagrahita adalah seseorang yang mengalami keterbatasan
substansial dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai dengan
terbatasnya kemampuan fungsi mental yang terletak dibawah rata-rata
(IQ 70 atau kurang) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan
tingkah laku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka ini, dipaparkan pembahasan mengenai landasan
teori yang dijadikan dasar untuk membangun kerangka konsepsual. Berdasarkan
judul penelitian, maka pada bab ini peneliti akan mengemukakan beberapa konsep
yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu : Kekerasan seksual, penyandang
disabilitas, penyandang tunagrahita,perkembangan seksual remaja disabilitas,
persoalan kekerasan seksual pada penyandang disabilitas dan kajian penelitian
yang relevan.
A.

Hakikat Kekerasan Seksual
1.

Pengertian Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual khususnya perkoasaan menurut Komisi
Nasional Perempuan merupakan hubungan seksual dengan memakai
penis ke arah vagina, anus atau mulut korban. Bisa juga menggunakan
jari tangan atau benda-benda lainnya. Serangan dilakukan dengan
kekerasan, ancaman kekerasan, penahanan, tekanan psikologis,
penyalahgunaan kekuasaan, atau dengan mengambil kesempatan dari
lingkungan yang penuh paksaan.
Pencabulan adalah istilah lain dari perkosaan yang dikenal
dalam sistem hukum Indonesia. Istilah ini digunakan ketika perkosaan
dilakukan di luar pemaksaan penetrasi penis ke vagina dan ketika
terjadi hubungan seksual pada orang yang belum mampu memberikan

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

persetujuan secara utuh, misalnya terhadap anak atau seseorang
dibawah 18 tahun.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pada bab
XIV pasal 285 dikatakan bahwa tindak pidana perkosaan ialah barang
siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan seksual seringkali muncul
dengan pemaksaan kehendak yang mengarah pada tindakan kekerasan
seksual demi menyalurkan kebutuhan seksualnya dan tentu saja hal ini
melanggar batas norma dan hukum di masyarakat. Hal ini diperkuat
oleh pendapat Freud mengenai libido.
Menurut Freud (Boeree, 2016), libido merupakan energi
motivasional dari insting kehidupan berupa kekuatan yang mendorong
jiwa kita untuk mencari makan dan lawan jenis. Freud kemudian
menyimpulkan bahwa seks ternyata jauh lebih penting dalam
dinamika kejiwaan dibanding kebutuhan-kebutuhan lainnya. Manusia
akan terus menerus berusaha untuk memenuhi libidonya agar menjadi
stabil dan tenang, sehingga
bertingkah

laku.

Libido

seks ikut mendorong manusia untuk
seksual

mendorong

manusia

untuk

mengadakan penyaluran terhadap kebutuhan seksualnya, dan karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

semua manusia memilikinya tidak terkecuali yang belum terikat oleh
tali perkawinan.
2.

Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual juga merupakan suatu bentuk tindakan yang
dilakukan

perseorangan

atau

kelompok

yang

tidak

hanya

mengakibatkan luka atau penderitaan fisik namun juga penderitaan
psikologis. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) (Aziz, 2015:41) mengatakan bahwa tindakan pelecehan
seksual berupa perkosaan merupakan satu bentuk pelecehan seksual
yang paling berat. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, yakni
meliputi : main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau
gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di
bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat
seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan
melakukan hubungan seksual hingga perkosaan.
Santrock (2007:287) mengatakan kekerasan seksual yang
dihadapi perempuan dimulai dari komentar yang berkonotasi seksual
dan kontak fisik secara tersembunyi seperti memegang, sentuhan ke
bagian tubuh tertentu hingga ajakan yang dilakukan secara terangterangan dan serangan seksual. Meskipun korban perkosaan adalah
perempuan, perkosaan terhadap laki-laki juga dapat terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

Welsh (Kurnianto, 2016) menyatakan dalam sudut pandang
undang-undang, pelecehan seksual dibagi ke dalam dua bentuk
perilaku:
a.

“Quid Pro Quo” Harrasment, termasuk perilaku seksual yang
diperoleh dengan mengancam atau menyuap, sehingga korban
patuh atau menerima perlakuan seksual tersebut dengan
pertimbangan terkait pekerjaan mereka.

b.

Hostile Environment Harrasment, termasuk perilaku bercanda,
berkomentar, sentuhan yang mengandung unsur seksual dan
bertentangan dengan keinginan orang yang menerima perlakuan
tersebut, atau bersifat mengintimidasi seseorang, sehingga
menyebabkan adanya permusuhan.
Selain

itu,

Better

Work

Indonesia

(Kurnianto,2016)

memamparkan juga bentuk pelecehan seksual secara umum yang
dibagi ke dalam lima bentuk perilaku:
a.

Pelecehan seksual secara fisik : termasuk sentuhan yang tidak
diinginkan dengan kecenderungan seksual seperti mencium,
menepuk, mencubit, mencolek, dan memegang dengan penuh
hawa nafsu.

b.

Pelecehan seksual secara verbal: termasuk komentar-komentar
yang tidak diinginkan tentang kehidupan seksual atau anggota
tubuh, penampilan, lelucon dan godaan yang bersifat seksual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

c.

Pelecehan seksual dengan bahasa tubuh: termasuk gerak-gerik
yang menjurus pada sesuatu yang berunsur seksual, seperti:
kedipan mata berulang-ulang, gerakan bibir, dan jari-jemari.

d.

Pelecehan seksual bersifat tertulis atau grafis: termasuk
pemaparan barang-barang pornografi, gambar-gambar eksplisit
yang bersifat seksual, gambar cover komputer dan pelecehan
seksual melalui pesan singkat dan sarana komunikasi lainnya.

e.

Pelecehan sesual psikologis/emosional: termasuk diantaranya
permintaan yang terus-menerus dan tidak diinginkan, undangan
yang tidak diinginkan untuk pergi berkencan, hinaan, ejekan dan
sindiran yang berkonotasi seksual.
Sementara itu Komisi Nasional Perempuan menemukan 15

bentuk kekerasan seksual yang diperoleh dari hasil pemantauan
selama 15 tahun (1998-2013). Diantaranya perkosaan, intimidasi
seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan, pelecehan
seksual, eksploitasi seksual, perdagangan perempuan untuk tujuan
seksual, prostitusi paksa, perbudakan seksual, pemaksaan perkawinan
termasuk cerai gantung, pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi,
pemaksaan

kontrasepsi

dan

sterilisasi,

penyiksaan

seksual,

penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual, praktik tradisi
bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi
perempuan, dan kontrol seksual termasuk lewat aturan diskriminatif
beralasan moralitas dan agama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan tersebut di atas,
peneliti menarik kesimpulan tentang definisi kekerasan seksual, yaitu
suatu bentuk perilaku peremehan, peghinaan, atau mempermainkan
keadaan fisik dan psikis laki-laki atau perempuan yang mengganggu
dan dilakukan demi mencari keuntungan sendiri.
3.

Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual
Collier (1992) mengidentifikasikan lima faktor yang menjadi
penyebab terjadinya kekerasan seksual.
a.

Faktor biologis
Hal ini dapat dijelaskan bahwa melihat kecenderungan
biologisnya, bahwa lelaki itu berperilaku sebagai seks yang aktif
ofensif. Aktif ofensif disini berarti dalam fungsi reproduktifnya
untuk mencari dan membuahi lewat suatu aktivitas yang relatif
cuma sesaat. Sementara perempuan adalah pelaku seks yang
pasif defensif yang berarti fungsi reproduktifnya untuk
menunggu, dan selanjutnya menumbuh kembangkan kehidupan
baru didalam rahim dan dipangkuannya lewat suatu aktivitas
dan proses yang berjangka panjang.
Oleh karena itu, dalam kasus pelecehan maupun kekerasan
seksual laki-laki seringkali berada di posisi pelaku sedangkan
perempuan diposisikan sebagai korbannya. Kekerasan seksual
terhadap penyandang disabilitas sangat mungkin terjadi karena
keterbatasan mereka. Oleh karena itu ketidakmampuan laki-laki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

dalam menahan keinginan dan dorongan-dorongan seksualnya
sendiri diungkapkan melalui kekerasan seksual.
b.

Faktor sosial budaya
Pola kehidupan sosial budaya yang dijalani seseorang
semenjak kecil dalam keluarganya, tanpa disadari sedikit banyak
berpengaruh terhadap pola tingkah laku seseorang kemudian
dalam kehidupan bermasyarakat. Adanya realita bahwa fisik
lelaki lebih kuat daripada perempuan khususnya penyandang
disabilitas telah turut mempengaruhi perlakuan seksualitas yang
memungkinkan kekerasan seksual terjadi.

c.

Faktor pendidikan
Pendidikan dalam hal ini juga berpengaruh terhadap
kekerasan seksual. Hal ini, khususnya di Indonesia, penyandang
disabilitas belum memiliki banyak kesempatan untuk menikmati
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga belum mampu
menolak perlakuan, sikap dan anggapan yang diskriminatif
terhadap dirinya. Kejadian ini terjadi, biasanya dengan
keberadaan penyandang disabilitas yang dianggap lemah dan
lebih rendah.

d.

Faktor ekonomi
Pada masyarakat dengan kehidupan sosial ekonomi
rendah.

Keluarga

dengan

sosial

ekonomi

rendah

akan

mengalami banyak masalah dalam memenuhi kebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

dasarnya. Faktor ekonomi ini mendorong budaya kekerasan
sebagai jalan keluarnya dan sasaran paling mudah adalah
penyandang disabilitas. Hal ini dilakukan dengan anggapan
sebagai pelarian yang paling mudah mengingat adanya
anggapan bahwa secara fisik penyandang disabilitas lebih lemah
dan lebih rendah. Apalagi adanya budaya kekerasan yang
mendominasi realitas kehidupan sehari-hari, hingga kekuatan
fisik atau jasmani, kekuatan kelompok merupakan simbol status
sosial dalam masyarakat yang berdampak pada pandangan,
anggapan serta sikap dalam mengartikan kehadiran penyandang
disabilitas di suatu lingkungan.
e.

Faktor pembelajaran sosial dan motivasi
Dengan adanya pengondisian tingkah laku yang dianggap
disetujui secara sosial budya seperti yang telah dikemukakan di
atas, maka pengkondisian tingkah laku tersebut dianggap
disetujui untuk tetap dilakukan dalam masyarakat. hal ini
mengingat hukum yang menindak tegas kasus-kasus kekerasan
seksual khusunya pada penyandang disabilitas belum juga
sempurna, malah memperkuat dan menegaskan bagi timbulnya
kekerasan seksual. Selain itu, seseorang selalu belajar dari
lingkungan sekitarnya dan paradigma mengenai penyandang
disabilitas adalah seseorang yang lebih lemah akan menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

budaya dalam lingkungan tersebut. Maka kecenderungan
tingkah laku ini akan terus berulang.
4.

Dampak Kekerasan Seksual
Beberapa dampak atas kasus kekerasan seksual menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2009)
yaitu:
a.

Dampak psikologis
Secara psikologis bahwa korban kekerasan seksual merasa
menurunnya harga diri, menurunnya kepercayaan diri, depresi,
kecemasan, ketakutan terhadap perkosaan serta meningkatnya
ketakutan

terhadap

tindakan-tindakan

kriminal

lainnya.

Didapatkan pula sindrom pelecehan seksual yang berhubungan
dengan gejala psikologi, mencakup depresi, rasa tidak berdaya,
merasa terasing, mudah marah, takut, dan kecemasan.
b.

Dampak fisik
Dampak fisik yakni korban kekerasan seksual mengalami
beberapa keluhan diantaranya: sakit kepala, gangguan makan,
gangguan pencernaan, rasa mual, hamil, serta menurun atau
bertambahnya berat badan tanpa sebab yang jelas. Jika telah
terjadi kekerasan seksual yang terbilang serius, selain timbul
gejala-gejala tersebut dapat pula timbul kecenderungan bunuh
diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

c.

Dampak sosial
Dampak sosial seperti yang terjadi di lingkungan antara
lain: menurunnya produktifitas kerja, merusak hubungan antara
teman, menururnnya kepercayaan diri, semakin mengisoalsi diri
dan menurunnya motivasi.

B.

Hakikat Penyandang Disabilitas
1.

Pengertian Disabilitas
Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang
beragam diantaranya penyandang disabilitas yang memiliki disabilitas
fisik, disabilitas mental maupun gabungan dari disabilitas fisik dan
mental. Berdasarkan definisi yang ditetapkan oleh

World Health

Organization disabilitas merupakan kondisi yang menyebabkan
gangguan pada hubungan seseorang dengan lingkungan. Penyandang
disabilitas merupakan kelompok minoritas tersebar di dunia, 80 % dari
jumlah penyandang disabilitas di dunia berada di kalangan negaranegara berkembang.
Soleh (2016:22) menjelaskan bahwa disabilitas (disability) atau
cacat adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama di mana ketika
berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat menghalangi
partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan
kesetaraan dengan yang lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

Penyandang disabilitas biasanya mengalami hambatan fisik
dan/mental

sehingga

mengganggu

pertumbuhan

dan

perkembangannya secara wajar. Seseorang dengan disabilitas tertentu
cenderung mengalami hambatan dalam penyesuaian diri, sulit
berkomunikasi, terkena penyakit, terbatas dalam proses belajar,
kurang percaya diri, dan mengalami kecelakaan dalam berakitivitas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang diartikan
dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan
disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata
serapan

bahasa

Inggris

disability

yang

berarti

cacat

atau

ketidakmampuan.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas
yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang
menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif. Hal ini juga
dikatakan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 pasal 1 ayat
1 bahwa penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/sensorik dalam jangka
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh
dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun
2013 tentang Pelayanan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang
Disabilitas, penyandang disabilitas adalah setiap orang yang
mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari: penyandang disabilitas
fisik, penyandang disabilitas mental serta penyandang disabilitas fisik
dan mental.
Orang berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang
hidup dengan karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan
orang pada umumnya. Karena karakteristik yang berbeda inilah
memerlukan pelayanan khusus agar dia mendapatkan hak-haknya
sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.Orang berkebutuhan
khusus memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup orang-orang
yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ (Intelligence Quotient)
rendah, serta orang dengan permasalahan sangat kompleks, sehingga
fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.
Info Data dan Informasi (Infodatin) Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (2014) mengungkapkan bahwa Badan Kesehatan
Dunia pada tahun 2003 memperkirkan jumlah anak penyandang cacat
di Indonesia sekitar 7-10% dari jumlah penduduk Indonesia. Sebagian
besar anak penyandang cacat ada sekitar 295-250 anak berada di
masyarakat dalam pembinaan dan pengawasan orang tua dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

keluarga. Pada umumnya mereka belum memperoleh pelayanan
kesehatan sebagaimana mestinya.
2.

Jenis Disabilitas
Soleh (2016) mengemukakan bahwa penyandang disabilitas
merupakan istilah untuk merujuk kepada mereka yang memiliki
kelainan fisik atau non fisik. Ini berarti bahwa setiap penyandang
disabilitas memiliki defenisi masing-masing yang mana masingmasing jenis penyandang disabilitas memerlukan bantuan untuk
tumbuh dan berkembang secara baik. Penyandang disabilitas memiliki
tiga jenis, yaitu kelompok kelainan secara fisik, kelompok kelainan
secara non fisik dan kelompok kelainan ganda a