BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN - ANJAR MUTIARA R. BAB II

BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi

  akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimaifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend, 1998 dalam Kusumawati & Hartono, 2011) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seorang individu tidak mampu membina suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan.

  B. ETIOLOGI

  Gangguan ini terjadi akibat adaanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak percayaan pada individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).

  C. FAKTOR PREDISPOSISI

  Menurut Stuart, (2011) ada beberapa faktor predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi : a. Faktor perkembangan

  Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respons sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak di luar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas.

  b. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain; atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

  c. Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif.

  Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.

D. FAKTOR PRESIPITASI

  Menurut Direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial, meliputi : a. Faktor eksternal

  Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

  b. Faktor internal Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan individu.

E. TANDA DAN GEJALA

  Menurut Direja, (2011), tanda dan gejala isolasi sosial meliputi :

  a. Kurang spontan

  b. Apatis (acuh terhadap lingkungan)

  c. Ekspresi wajah kurang berseri

  d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

  e. Tidak ada atau kurang sadar terhadap komunikasi verbal

  f. Mengisolasi diri

  g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

  h. Aktivitas menurun i. Kurang energi j. Rendah diri k. Asupan makanan dan minuman terganggu

F. PATOPSIKOLOGI

  • Kegagalan - Tidak percaya diri
  • Tidak percaya kepada orang lain
  • Ragu - Faktor genetik Faktor Predisposisi - Faktor perkembangan
  • Faktor eksternal
  • Faktor sosiokultural
  • Faktor internal
  • Faktor biologis
  • Manipulasi - Impulsif - Narsisisme - Curiga - kesepian
  • Menyendiri - Otonomi - kebersamaan
  • Tergantung

    -

    Menarik diri

    Mekanisme Koping

    Rentang respon sosial Adaptif
  • Saling ketergantungan

  Gambar 1. Patopsikologi Isolasi Sosial Sumber : (Stuart, 2007, Direja, 2011)

  Faktor Penyebab :

  Faktor Presipitasi

  Maladaptif

F. POHON MASALAH

  Risiko perilaku kekerasan Gangguan persepsi sensori halusinasi

  Isolasi sosial

  Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Gambar 2. Pohon masalah Isolasi sosial

  Sumber : (Keliat, 2011)

H. MASALAH KEPERAWATAN

  1. Isolasi sosial

  2. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

  3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

  3. Risiko Perilaku Kekerasan I.

   INTERVENSI

  Diagnosa 1 : Isolasi Sosial TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya

  Beri salam terapeutik

  • Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
  • berkenalan
  • Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien

  • Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
  • Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien
  • Buat kontrrak interaksi yang jelas
  • Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

  TUK 2 : klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

  • Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
  • Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaul
  • berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

  TUK 3 : klien menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian berinteraksi dengan orang lain

  • Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan memilik teman
  • Memberi kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain
  • Mendiskusikan bersama klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
  • Memberi pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
  • Mengkaji pengetahuan klien tentang kerugian apabila tidak berinteraksi dengan orang lain
  • Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan nya tentang kerugian tidak memiliki teman

  • Mendiskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
  • Memberikan pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan nya

  TUK 4: klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap

  • Mengkaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
  • Memperagakan cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain
  • Mendorong dan membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain
  • Memberi pujian kepada klien terhadap keberhasilan yang telah dicapai
  • Membantu klien mengevakuasi keuntungan menjalin hubungan sosial
  • Mendiskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain

  TUK 5 : klien dapat mengungkapkan perasannya setelah berinteraksi dengna orang lain

  • Mendorong klien mengungkapkan perasannya bila berinteraksi dengan orang lain
  • Mendiskusikan bersama klien tentang perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain

  • Memberi pujian atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain

  TUK 6 : klien dapat menggunakan sistem pendukung atau keluarga

  • Membina hubungan saling percaya kepada keluarga
  • Mendiskusikan tentang : a.

  Perilaku menarik diri b.

  Penyebab perilaku menarik diri c. Akibat yang akan terjaid apabila perilaku menarik diri tidak ditanggapi d.

  Cara keluarga menghadapi kien menarik diri e. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain f.

  Memberi pujian atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga Diagnosa 2 : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

  TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya

  • Sapa klien dengan ramah
  • Perkenalkan diri dengan sopan
  • Tanyakan nama lengkap dan panggilan kesukaan
  • Jelaskan tujuan pertemuan
  • Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

  TUK 2 : klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki

  • Beri kesempatan kepada klien menyebutkan kegiatan
  • Arahkan kegiatan jika klien masih bingung
  • Berikan pujian kepada klien
  • Bantu klien menilai kegiatan yang masih bisa dilakukan di rumah sakit
  • Berikan pujian kepada klien

  TUK 3 : klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

  TUK 4 : klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan

  • Bantu klien memilih kemampuan yang akan dilatih sesuai kemampuan dan kondisi klien berada
  • Berikan pujian kepada klien

  Diagnosa 3 : gangguan persepsi sensori : halusinasi TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya

  • Bina hubungan saling percaya
  • Sapa klien dengan ramah
  • Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan
  • Jelaskan tujuan pertemuan
  • Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
  • Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

  • Kaji pengetahuan klien tentang perilaku halusinasi dan tanda- tandanya
  • Adakan kontak singkat dan sering secara bertahap
  • Observasi perilaku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasinya
  • Terima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat
  • Identifikasi bersama klien tentang waktu, munculnya halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi
  • Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul
  • Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi
  • Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya

  TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya

  • Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan jika halusinasi muncul
  • Beri pujian dan penguatan terhadap tindakan yang positif
  • Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
  • Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengontrol halusinasi

  • Dorong klien untuk memilih cara yang digunakan dalam menghadapi halusinasi
  • Beri pujian dan penguatan terhadap pilihan yang benar
  • Diskusikan bersama klien upaya yang telah dilakukan

  TUK 4 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

  • Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat minum obat
  • Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
  • Anjurkan klien bicara dengan perawat tentang manfaat dan efek samping
  • Diskusikan akibat berhenti minum obat
  • Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
  • Berikan pujian positif.

  TUK 5 : Klien dapat mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan sistem pendukung untuk mengendalikan halusinasinya

  • Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
  • Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

  1) Perilaku halusinasi

  2) Akibat yang akan terjadi apabila perilaku halusinasi tidak ditanggapi

  3) Cara keluarga merawat klien halusinasi

  4) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk mengontrol halusinasinya

  • Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu minggu sekali
  • Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang telah dicapai keluarga.

  Diagnosa 4 : Risiko perilaku kekerasan TUK 1 : kien dapat membina hubungan saling percaya

  • Bina hubungan saling percaya dengan perawat
  • Beri salam
  • Perkenalkan nama, nama panggilan perawat sambil berjabat tangan
  • Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan klien
  • Jelaskan tujuan interaksi
  • Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
  • Jelaskan kontrak yang akan dibuat
  • Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
  • Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien

  TUK 2 : klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya

  • bantu klien mengungkapkan perasaannya
  • motivasi klien untuk menceritakan penyabab rasa kesal dan jengkelnya

  • dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien

  TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

  • bantu klien mengungkapkan tanda perilaku kekerasan yang dialami
  • motivasi klien menceritakan tanda fisik saat perilaku kekerasan terjadi
  • motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan

  TUK 4 : klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya

  • diskusikan dengan pasien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini
  • motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini dilakukannya
  • motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindakan kekerasan itu terjasdi
  • diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukan, masalah yang dialami teratasi
TUK 5 : klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

  • diskusikan dengan klien akibat negatif cara yang dilakukan pada diri sendiri, orang lain/keluarga dan lingkungan

  TUK 6 : klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahannya

  • diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat
  • jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah perilaku perilaku kekerasan yang diketahui klien
  • jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah

  TUK 7 : klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

  • diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan
  • latih klien memperagakan cara yang dipilih
  • jelaskan manfaat cara tersebut
  • anjkurkan klien menggunakan cara yang sudah di ajarkan tersebut
  • beri penguatan pada klien/perbaiki cara yang masih belum sempurna

  TUK 8 : klien dpaat dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan

  • diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan
  • diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan

  • jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
  • peragakan cara merawat klien
  • beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
  • beri pujian kepada keluarga
  • tenyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih

  TUK 9 : klien menggunakan obat sesuai program yanng telah ditetapkan

  • jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian tidak menggunakan obat
  • jelaskan pada klien jenis obat ( nama, warna, dan bentuk obat)
  • anjurkan klien menggunakan obat tepat waktu