BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori - SITI NUR BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Minat Belajar a. Minat

  1) Pengertian Minat

  Menurut Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo dalam Walgito (1984: 56) bahwa minat adalah kecenderungan yang terarah pada obyek orang atau pekerjaan tertentu yang dinyatakan dalam berbagai kegiatan yang menarik dan memuaskan dirinya. Minat seseorang akan mendorong dirinya untuk memperhatikan orang lain, benda-benda, pekerjaan atau kegiatan-kegiatan tertentu. Walgito (1984: 57) mengatakan bahwa minat juga menjadi penyebab dari suatu keaktifan dan hasil daripada keikutserataan dalam keaktifan itu. Hurlock (1999: 114) mengartikan bahwa minat adalah suatu keadaan di mana seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan untuk mengetahui, mempelajari serta membuktikannya lebih lanjut. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

  Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa terjadinya minat itu karena dorongan dari perasaan senang dan adanya perhatian terhadap sesuatu. Dengan kata lain bahwa minat merupakan proses

  9 terjadinya minat belajar yang didahului oleh perasaan senang dan perhatian terhadap suatu obyek, sehingga terjadi kecenderungan untuk berbuat sesuatu atas obyek tersebut.

  b.

  Ciri-ciri Minat Ciri minat adalah:

  1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. 2) Minat bergantung pada kesipan belajar. 3) Minat bergantung pada kesempatan belajar. 4) Perkembangan minat mungkin terbatas. 5) Minat dipengaruhi budaya. 6) Minat berbobot emosional. 7) Minat cenderung bersifat egosentris (Hurlock, 1999: 115).

  2. Minat Belajar a.

  Pengertian Minat Belajar Minat belajar adalah salah satu bentuk keaktifan seseorang yang mendorong untuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat pada olah raga balap mobil. Sebelum mengajarkan percepatan gerak pengakar dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan pada materi pelajaran yang sesungguhnya.

  Di samping memanfaatkan minat yang telah ada Tanner dan Tanner (1975) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat- minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu dan menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Rooijakkers (1980) berpendapat bahwa hal ini dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.

  Bila usaha-usaha tersebut tidak berhasil pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. diharapkan pemberian insentif yang akan membangkitkan motivasi siswa dan mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul (Slameto, 2003: 180-181).

  b.

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Seseorang akan berminat dalam belajar manakala ia dapat merasakan manfaat terhadap apa yang dipelajari, baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang dan dirasakan apa kesesuaian dengan kebutuhannya yang sedang dihadapi, sehingga dapat dengan disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh berkembangnya minat maupun sebaliknya mematikan minat belajar adalah sebagai berikut: 1)

  Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa antara lain: a)

  Kematangan Kematangan dalam diri siswa dipengaruhi oleh pertumbuhan mentalnya. Mengajarkan sesuatu pada siswa dapat dikatakan berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan dan potensi-potensi jasmani serta rohaninya telah matang untuk menerima hal yang baru.

  b) Latihan dan Ulangan

  Oleh karena telah terlatih dan sering mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki siswa dapat menjadi semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa latihan pengalaman- pengalaman yang telah dimiliki dapat hilang atau berkurang. Oleh karena latihan dan seringkali mengalami sesuatu, maka seseorang dapat timbul minatnya pada sesuatu. Semakin besar minat siswa, maka semakin besar pula perhatiannya, sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajari sesuatu.

  c) Motivasi

  Motivasi merupakan pendorong bagi siswa untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat medorong seseorang, sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya bagi dirinya (Purwanto, 2006: 103-104).

  2) Faktor Eksternal

  Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain: a)

  Faktor Guru Seorang guru mestinya mampu menumbuhkan dan mengembangkan minat diri siswa. Segala penampilan seorang guru yang tersurat dalam kompetensi guru sangat mempengaruhi sikap guru sendiri dan siswa. Kompetensi itu terdiri dari tigas golongan besar, yaitu kompetensi personal, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan kepribadian guru dan kompetensi profesional, yaitu kemampuan dalam penguasaan segala seluk- beluk materi yang menyangkut materi pelajaran, materi pengajaran, maupun yang berkaitan dengan metode pengajaran. Hal demikian ini dapat menarik minat siswa untuk belajar, sehingga mengembangkan minat belajar siswa.

  b) Faktor Metode

  Minat belajar siswa sangat dipengaruhi metode pengajaran yang digunakan oleh guru. Menarik tidaknya suatu materi pelajaran tergantung pada kelihaian guru dalam menggunakan metode yang tepat sehingga siswa akan timbul minat untuk memperhatikan dan tertarik untuk belajar.

  c) Faktor Materi Pelajaran

  Materi pelajaran yang diberikan atau dipelajari bila bermakna bagi diri siswa, baik untuk kehidupan masa kini maupun masa yang akan datang menumbuhkan minat yang besar dalam belajar (Hamalik, 2006: 30-32).

  Berbagai faktor tersebut saling berhubungan erat dan dapat pula bersama-sama mempengaruhi minat belajar siswa.

2. Prestasi Belajar a.

  Belajar 1)

  Pengertian Belajar Suryabrata (1990: 249) mengatakan bahwa belajar adalah proses atau aktivitas yang membawa perubahan, sehingga memperoleh kecakapan baru. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 17) diartikan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Ali (2002: 14) bahwa belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku dan akibat interaksi individu dengan lingkungan.

  Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk aktivitas seseorang dalam usaha memperoleh kecakapan dan kepandaian baru dalam bentuk ilmu yang diinteraksikan ke dalam lingkungannya.

  2) Prinsip Umum tentang Belajar

  Ali (2002: 22-23) memaparkan prinsip umum tentang belajar sebagai berikut: a) Proses belajar adalah kompleks, tetapi terorganisir.

  b) Motivasi sangat penting dalam belajar.

  c) Belajar berlangsung dari sesuatu atau bagian yang sederhana lalu meningkat pada hal yang kompleks.

  d) Belajar melibatkan proses pembedaan dan penggeneralisasian berbagai respons.

  3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

  Suryabrata (1990: 249-253) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seorang siswa adalah: a)

  Faktor-faktor Nonsosial Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan tak terbilang jumlahnya seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang digunakan untuk belajar.

  b) Faktor-faktor Sosial

  Faktor-faktor sosial adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan manusia. Kehadiran seseorang atau orang lain pada waktu seseorang sedang belajar seringkali mengganggu seperti bila satu kelas murid sedang mengerjakan ujian lalu terdengar beberapa orang sedang bercakap-cakap di samping kelas.

  c) Faktor-faktor Fisiologis

  Faktor-faktor fisiologis terdiri dari:

  (1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar. Agar jasmani tampak senantiasa segar seseroang harus dapat mencukupi kebutuhan nutrisinya karena bila kekurangan kadar nutrisi dapat mengakibatkan kurangnya tonus jasmani yang pengaruhnya berpua lesu, cepat mengantuk, lelah, dan sebagainya. Selain itu penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk, dan sejenisnya sangat mengganggu kondisi jasmani, sehingga mengganggu aktivitas belajar.

  (2) Fungsi panca indera yang baik.

  d) Faktor-faktor Psikologis

  Faktor-faktor psikologi dalam belajar antara lain: (1)

  Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

  (2) Adanya sifat yang kreatif pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.

  (3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

  (4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik secara koperasi maupun kompetitif.

  (5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

  (6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar. (7) Adanya kebutuhan fisik.

  b.

  Prestasi Belajar 1)

  Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh peserta didik sebagai wujud aplikasi dari hasil belajar yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan Kamus Besar

  Bahasa Indonesia (2001: 895) bahwa prestasi adalah hasil yang telah

  dicapai dari sesuatu yang dikerjakan. Prestasi berarti penguasaan pengetahuan dalam keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah nilai yang diberikan setelah seorang peserta didik menempuh pelajaran tertentu dalam satu waktu tertentu.

  Priyantoro (2002: 10) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah usaha belajar yang merupakan kemampuan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat diukur dengan tes yang tercermin dalam nilai. Keberhasilan belajar siswa di sekolah dapat diketahui dari prestasi belajar yang dicapainya. Prestasi belajar dapat diperoleh melalui tahapan evaluasi, sehingga prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dalam usaha belajarnya sebagaimana dinyatakan dengan nilai ulangan, rapot, Nilai Ebta murni (NEM), dan ijazah.

  Sementara itu Setiawan (2007: 9) mengartikan bahwa belajar adalah bukti keberhasilan dalam suatu proses pendidikan yang dilakukan secara disengaja dengan melibatkan lingkungan dari seorang individu dalam periode tertentu di mana proses pengukurannya menggunakan tes. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah bukti keberhasilan dari tujuan pendidikan.

  Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang dikerjakan dari hasil tes yang tercermin dalam nilai dalam periode tertentu.

  2) Kemampuan yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Hernawan (2010: 10.21-10.23) menyebutkan beberapa kemampuan yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa sebagai berikut:

  a) Informasi Verbal (Verbal Information)

  Informasi verbal adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulus yang relatif khusus. Dalam kemampuan ini tidak ada tuntutan untuk menggunakan simbol, memecahkan masalah, dan menerapkan aturan. Untuk menguasai kemampuan ini siswa hanya dituntut untuk menyimpan informasi dalam sistem ingatannya.

  Kemampuan menyebutkan nama-nama gunung yang ada di Pulau Sumatera adalah salah satu contoh kemampuan yang termasuk kategori informasi verbal. Dalam kemampuan tersebut siswa dituntut untuk menghubungkan suatu nama dengan gunung- gunung yang ada di Pulau Sumatera. b) Kemampuan Intelektual (Intellectual Skills)

  Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik dalam hal ini artinya siswa harus mampu memecahkan suatu permasalahan dengan menerapkan informasi yang belum pernah dipelajari. Seorang siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan kemampuan dalam membedakan karakteristik fisik yang dimiliki obyek. Mengelompokkan obyek-obyek tersebut berdasarkan ciri-ciri yang sama serta menerapkan konsep dan aturan dalam memecahkan masalah. Dengan demikian segala kemampuan yang menuntut siswa menggunakan informasi simbolik merupakan kemampuan intelektual.

  Contoh kemampuan yang tergolong kemampuan intelektual antara lain kemampuan menerapkan rumus dalam menghitung luas segitiga, mengelompokkan binatang ke dalam kelompok amfibi dan reptil, menggunakan jenis-jenis kalimat dalam menulis karangan, dan menggunakan tanda baca dalam sebuah kalimat. 3)

  Strategi Kognitif (Cognitive Strategies) Strategi kognitif mengacu pada kemampuan mengontrol proses internal yang dilakukan oleh individu dalam memilih dan memodifikasi cara berkonsentrasi, belajar, mengingat, dan berpikir. Siswa yang telah menguasai kemampuan strategi kognitif akan mendapat kemudahan dalam berkonsentrasi belajar mengingat dan berpikir. Seorang siswa dianggap telah memiliki kemampuan strategi kognitif apabila siswa tersebut mampu menerapkan teknik membaca yang memudahkannya untuk mengingat dan memahami apa yang dibacanya serta mampu memilih teknik khusus untuk berpikir, cara menganalisis masalah, dan pendekatan untuk memecahkan masalah.

  Salah satu contoh strategi kognitif untuk mengingat adalah

  mnemonic system

  . Misalnya untuk mengingat warna pada pelangi digunakan kata MEJIKUHIBINIU yang merupakan singkatan dari MErah, JIngga, KUning, HIjau, BIru, NIla, Ungu. 4)

  Sikap (Attitudes) Sikap mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk bertindak di bawah kondisi tertentu. Dikaitkan dengan hasil belajar sikap adalah kemampuan siswa dalam menentukan pilihan atau bertindak sesuai dengan sistem nilai yang diyakininya.

  Contoh hasil belajar sikap adalah siswa dapat bekerja sama dalam mengerjakan tugas, bersikap terbuka terhadap kritik dan pendapat orang lain, menyadari pentingnya belajar matematika, dan mematuhi peraturan sekolah.

  5) Keterampilan Motorik

  Keterampilan motorik mengacu pada kemampuan melakukan gerakan atau tindakan terorganisasi yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan, kekuatan, dan kehalusan. Dengan memperhatikan pernyataan tersebut keterampilan motorik tidak hanya melibatkan otot, tetapi juga otak. Hal ini berarti bahwa dalam melakukan keterampilan motorik kegiatan mental atau kognitif juga terlibat. Misalnya kemampuan menempeli model topeng dengan sobekan kertas. Untuk menguasai kemampuan tersebut siswa tidak hanya dituntut menunjukkan keterampilan tangannya dalam menempelkan sobekan kertas pada model topeng, tetapi juga bagaimana menempelkan sobekan kertas tersebut supaya rapi. Untuk itu siswa dituntut untuk memikirkan teknik menempel yang paling tepat dan mampu melakukannya.

3. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam a.

  Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Direktorat Pendidikan Dasar Menengah (2002: 1) bahwa

  IPA atau sains merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan.

  Lebih lanjut pengertian IPA menurut Fisher yang dikutip oleh Widyastantyo (2007: 26) adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang di dalamnya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

  Dalam Wikipedia Indonesia (2011: 2) dikatakan bahwa IPA merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari ilmu fisik (physical sciences) dan ilmu biologi (life sciences). Ilmu-ilmu yang termasuk physical

  sciences

  adalah astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika. Sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, dan mikrobiologi.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.

  b.

  Fungsi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran Ilmu

  Pengetahuan Alam

  dikatakan bahwa fungsi mata pelajaran IPA untuk: 2)

  Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan keterampilan proses.

  4) Mengembangkan wawasan, sikap,dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

  5) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

  6) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari- hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Widyastantyo, 2007: 27-28). c.

  Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pengajaran IPA dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

  bertujuan agar siswa: 1)

  Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari.

  2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan ide tentang alam di sekitarnya.

  3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar.

  4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri.

  5) Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari.

  6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari- hari.

  7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa

  (Widyastantyo, 2007: 28-29).

  d.

  Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Widyastantyo (2007: 28-29) menjelaskan bahwa ruang lingkup mata

  pelajaran IPA meliputi dua aspek, yaitu: 1)

  Kerja ilmiah yang mencakup penyelidikan atau penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah.

  2) Pemahaman konsep dan penerapannya yang mencakup:

  a) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya.

  b) Benda atau materi, sifat-sifat, dan kegunaannya yang meliputi cair, padat, dan gas.

  c) Energi dan perubahannya yang meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

  d) Bumi dan alam semesta yang meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  e) Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.

  e.

  Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

  IPA di Sekolah Dasar (SD) diberikan sebagai mata pelajaran sejak kelas III, sedang kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan secara sistematis. Konsep dan kegiatan pendidikan IPA di SD merupakan pengenalan konsep dasar kegiatan IPA.

  Keseluruhan konsep tersebut merupakan konsep baru dan berfungsi sebagai prasyarat pendukung maupun sebagai dasar bahan kajian IPA di pendidikan menengah.

  Standar kompetensi IPA di SD adalah:

  1) Siswa mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu, bertanya, bekerja sama, dan peka terhadap makhluk hidup dan lingkungannya.

  2) Mampu menerjemahkan perilaku alam tentang diri dan lingkungan di sekitar rumah dan sekolah.

  3) Siswa mampu memahami proses pembentukan ilmu dan melakukan penemuan melalui pengamatan dan sesekali melakukan penelitian sederhana dalam lingkup pengalamannya.

  4) Siswa mampu memanfaatkan IPA dan merancang atau membuat produk teknologi sederhana dengan menerapkan prinsip dan mampu mengelola lingkungan di sekitar rumah dan sekolah serta memiliki saran dan usul untuk mengatasi dampak negatif teknologi di sekitar rumah dan sekolah.

  Dalam standar kompetensinya aspek kerja ilmiah bukanlah bahan ajar melainkan cara untuk menyampaikan bahan pembelajaran. Oleh karena itu aspek kerja ilmiah terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan kegiatan dalam aspek ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak yang artinya perlu mengikuti seluruh aspek pada setiap kegiatan. Aspek kerja ilmiah tersebut disusun bergradasi untuk kelas I dan II, kelas II dan IV, dan kelas V dan VI.

  Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksploitasi lingkungan dengan melakukan interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain (Widyastantyo, 2007: 32- 33).

4. Metode Demonstrasi a.

  Pengertian Metode Demonstrasi Menurut Syah (2004: 208) bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun menggunakan media pengajaran yang relevan dengan pokok-pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Mulyasa (2005: 107) mengatakan bahwa metode demonstrasi adalah upaya guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik yang dapat dilakukan dengan berbagai cara dari sekedar memberikan pengetahuan yang sudah diterima begitu saja oleh peserta didik sampai pada cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah. Sudjana (2010: 83) mengartikan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah upaya guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun menggunakan media pengajaran yang relevan. b.

  Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi Syah (2004: 208) menjelaskan bahwa tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses proses terjadinya sesuatu. Ditinjau dari sudut tujuan penggunaannya dapat dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi bukan metode yang diimplementasikan dalam proses belajar mengajar secara independen karena metode demonstrasi merupakan alat bantu untuk memperjelas apa yang diuraikan, baik secara verbal maupun secara tekstual.

  c.

  Manfaat Metode Demonstrasi S. Nasution mengatakan bahwa manfaat metode demonstrasi sebagai berikut:

  1) Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiatan peragaan.

  2) Menghenat waktu belajar di kelas. 3) Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen. 4)

  Membantu siswa dalam mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran khususnya materi yang didemonstrasikan.

  5) Membangkitkan minat dan aktivitas siswa. 6) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas (Syah, 2006: 209).

  d.

  Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi Beberapa kelebihan penggunaan metode demonstrasi antara lain:

  1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

  3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Syah, 2004: 209).

  Sedangkan beberapa kelemahan metode demonstrasi antara lain: 1)

  Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk pengadaan alat-alat modern.

  2) Demonstrasi tidak dapat diikuti atau dilakukan dengan baik oleh siswa yang memiliki cacat tubuh atau kelainan atau kekurangmampuan fisik tertentu (Syah, 2004: 210).

  e.

  Langkah-langkah dalam Penggunaan Metode Demonstrasi Agar pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat berlangsung dengan efektif, maka langkah-langkah yang dianjurkan sebagai berikut:

  1) Persiapan/Perencanaan

  a) Guru menetapkan tujuan demonstrasi.

  b) Guru menetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi.

  c) Guru mempersiapkan alat-alat yang diperlukan. 2)

  Pelaksanaan

  a) Guru berusaha demonstrasi dapat diamati oleh siswa seluruh kelas.

  b) Hendaknya guru berusaha menumbuhkan sikap kritis pada diri siswa, sehingga ada tanya jawab dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan.

  c) Hendaknya guru memberi kesempatan setiap siswa untuk mencoba, sehingga siswa merasa yakin tentang kebenaran suatu proses.

d) Guru membuat penilaian dari kegiatan siswa.

  3) Tindak Lanjut

  Setelah demonstrasi selesai dilaksanakan, maka sebaiknya guru memberi tugas kepada siswa, baik secara tertulis maupun lisan seperti membuat laporan. Dengan demikian guru dapat menilai sampai sejauh mana hasil demonstrasi dipahami siswa (Sudjana, 2008: 84).

  B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Dalam penelitian yang dilakukan Nurhayati (2008: 41-42) dengan judul

  Efektivitas Metode Demonstrasi pada Pembelajaran Bidang Studi Fiqih di MTs Soebono Mantofani Jombang Ciputat Tangerang

  hasil yang diperoleh bahwa metode demontrasi melibatkan mental dan emosi anak serta memfungsikan seluruh alat indera siswa, sehingga perhatian siswa lebih dipusatkan dan prestasi belajar dapat ditingkatkan. Keberhasilan itu tidak terlepas dari peran guru selaku pemeran penting dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka besar pengaruhnya dalam ikut menentukan efektivitas pembelajaran di kelas. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik, berwibawa, dan disiplin sangat mendukung untuk mengendalikan suasana belajar, sehingga efektivitas pembelajaran dapat tercapai.

  C. Kerangka Berpikir

  Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran merupakan syarat untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Keberhasilan siswa dapat dilihat dari minat belajar di kelas dan prestasi belajar yang diperolehnya melalui tes atau evaluasi. Apabila prestasi yang diperoleh siswa sudah mencapai KKM berarti siswa telah tuntas belajar atau telah berhasil dalam belajarnya.

  Pada studi awal sebelum pelaksanaan penelitian ini prestasi belajar siswa masih banyak yang kurang. Hal ini disebabkan oleh faktor guru, siswa, media, dan pemilihan media yang kurang tepat. Penggunaan media gambar merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

  Adapun alur pemikiran jalannya penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

  Minat dan Tindakan Siklus I prestasi belajar rendah

  Belum Siklus II

  Evaluasi mencapai KKM

  Minat dan Evaluasi prestasi belajar meningkat

  Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir D.

   Hipotesis Tindakan

  Dengan memperhatikan dan merujuk pada beberapa pendapat di atas, maka disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut:

  1. Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan minat belajar siswa.

  2. Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar Perubahan Penampakan Bumi dan Langit.