BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori - DELVI MUNNA BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

  1. Perilaku Konsumen Dalam menjalankan sebuah bisnis, para eksekutif dituntut untuk memahami konsep-konsep dasar dalam ilmu pemasaran dan perilaku konsumen, yaitu kebutuhan keinginan dan permintaan. Dengan memahami konsep-konsep dasar ini produsen akan mampu menyiapkan konsep pemasaran yang akan mampu untuk menghadapi perilaku konsumen yang selalu berubah dari waktu ke waktu.

  Kebutuhan manusia adalah ketidak beradaan beberapa kepuasan dasar. Manusia membutuhkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, keamanan, hak milik, dan harga diri. Kebutuhan tidak perlu diciptakan oleh pemasar karena kebutuhan sudah menjadi hakekat manusia dan akan selalu melekat pada setiap diri manusia.

  Keinginan adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Pemasar tidak menciptakan kebutuhan, tetapi mempengaruhi keinginan manusia. Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung oleh keampuan dan kesediaan untuk membelinya.

  Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), perilaku konsumen (consumer behavior), merupakan perilaku yang ditunjukkan dalam mencari, membeli, menggunakan, menilai, dan menentukan produk, jasa dan gagasan.

  Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), perilaku konsumen adalah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok, atau organisasi dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman (ide) untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dan dampak dari proses-proses tersebut pada konsumen dan masyarakat. Tahap-tahap perilaku konsumen meliputi: a. Tahap untuk merasakan adanya kebutuhan dan keinginan.

  b. Usaha untuk mendapatkan produk, mencari informasi tentang produk, harga, dan saluran distribusi.

  c. Pengonsumsian, penggunaan, dan pengevaluasian produk setelah digunakan.

  d. Tindakan pasca pembelian yang berupa perasaan puas atau tidak puas.

  Menurut Kotler dan Armstrong (2008), proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahap, yaitu: a. Pengenalan Masalah

  Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka, dan bagaimana, dengan adanya masalah tersebut konsumen termotivasi untuk memilih produk tertentu. b. Pencarian Informasi Konsumen yang tertarik akan mencari lebih banyak informasi.

  Pencarian informasi merupakan tahap dalaam pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi.

  c. Evaluasi Berbagai Alternatif Pemasar atau produsen perlu mengetahui evaluasi berbagai alternatif, yaitu suatu tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana seorang konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan.

  d. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk.

  e. Perilaku Pasca Pembelian Merupakan perilaku konsumen setelah membeli suatu produk, konsumen bisa merasa puas atau merasa tidak puas dan akan terlibat dalam perilaku pasca pembelian. Perilaku pasca pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidak puasan yang mereka rasakan.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Kotler dan Armstrong (2008):

  a. Kebudayaan Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub kultur, dan kelas sosial pembeli.

  b. Sosial Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran, dan status sosial dari konsumen.

  c. Personal Keputusan seoang konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup konsumen, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri konsumen itu sendiri.

  d. Psikologis Perilaku konsumen dalam membeli suatu produk juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

2. Credibility Celebrity Endorser

  Menurut Shimp (2014), pemasar atau produsen dalam mengenalkan mereknya seringkali didukung berbagai tokoh masyarakat populer. Seperti yang dapat kita lihat saat ini sekitar seperenam dari iklan menampilkan selebriti di seluruh dunia. Selain dukungan dari selebriti, produk menerima dukungan eksplisit atau diam-diam dari non selebriti yang juga dikenal sebagai endorser orang biasa. Menurut Shimp (2014), endorser memilki lima atribut terpisah yang biasa disebut TEARS, yaitu: kepercayaan (trustworthy) dan keahlian (expertise) adalah dua dimensi kredibilitas, sedangkan daya tarik fisik (physical attractiviness), rasa hormat (respect), dan kesamaan (similiarity) adalah komponen-komponen umum daya tarik.

  Menurut Shimp (2014), eksekutif periklanan menggunakan berbagai faktor dalam memilih celebrity endorser, yaitu: a. Kesesuaian Selebriti dan Audiens

  Hal pertama seorang brand manager yang harus diperhatikan ketika memilih endorser adalah memastikan apakah target pasar positif menghubungkan diri dengan endorser yang akan dipilih.

  b. Kecocokan Selebriti dan Merek Perilaku, nilai-nilai, penampilan, dan sopan santun seorang selebriti sesuai dengan citra yang diinginkan untuk merek yang diiklankan. Hal ini menjadi masalah yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan.

  c. Kredibilitas Selebriti Kredibilitas selebriti adalah alasan utama untuk memilih selebriti endorser. Orang-orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki pengetahuan tentang kategori produk merupakan yang paling mampu meyakinkan dan mendorong orang lain untuk melakukan tindakan tertentu. d. Daya Tarik Selebriti Dalam memilih juru bicara selebriti, eksekutif periklanan mengevaluasi aspek-aspek yang berbeda yang dapat disatukan dengan label daya tarik umum.

  e. Pertimbangan Biaya Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadikan seorang selebriti sebagai endorser adalah pertimbangan penting, tetapi tidak boleh menentukan pilihan akhir.

  f. Faktor Kemudahan atau Kesulitan Bekerja Beberapa selebriti relatif mudah untuk bekerja sama, beberapa diantaranya juga ada yang sulit utuk diajak bekerja sama.

  g. Faktor Kejenuhan Pertimbangan utama lain yang harus dievaluasi meskipun tidak sepenting faktor sebelumnya adalah jumlah merek yang didukung oleh selebriti tersebut. Jika terlalu banyak iklan yang didukung kredibilitas seorang selebriti dikhawatirkan akan berkurang.

  h. Faktor Masalah Faktor terakhir yang perlu dievaluasi adalah kemungkinan selebriti tersebut akan mendapatkan masalah setelah hubungan dukungan terbentuk.

  Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), credibility celebrity

  

endorser adalah persepsi audiens mengenai keahlian selebriti (seberapa

  banyak selebriti tersebut mengetahui mengenai bidang produk tersebut) maupun sifat dapat dipercayai (seberapa jujur selebriti tersebut terhadap apa yang dikatakannya mengenai produk.

  Menurut Shimp (2014), credibility celebrity endorser adalah sebuah sifat yang dimiliki oleh bintang televisi, aktor film, atlet terkenal, ataupun orang yang sudah meninggal yang dapat menimbulkan kepercayaan orang lain terhadap apa yang dia sampaikan. Credibility mengacu pada kecenderungan untuk mempercayai seseorang. Credibility merupakan salah satu atribut umum efektivitas endorser. Credibility terdiri dari dua sub atribut yaitu: kepercayaan (trustworthy) dan keahlian (expertise).

  a. Kepercayaan (trustworthy) Aset karena dianggap sebagai dipercaya, diandalkan. Sebagai seseorang yang dapat dipercaya.

  b. Keahlian (expertise) Karakteristik memiliki keterampilan khusus, pengetahuan, atau kemampuan sehubungan dengan merek yang didukung.

  Kepercayaan mengacu pada kejujuran, integritas, dan kepercayaan sumber. Meskipun keahlian dan kepercayaan tidak saling terpisah, sering endorser tertentu dianggap sangat dapat dipercaya meskipun bukan seorang ahli. Seorang endorser bertumpu pada persepsi kepercayaan penontonnya atau motivasi dukungannya. Seorang selebriti mendapatkan kepercayaan penonton melalui kehidupannya secara profesional dan secara pribadi, seperti diungkapkan masyarakat umum melalui media massa.

  Keahlian mengacu pada pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang dimiliki oleh seorang endorser yang berkaitan dengan merek yang didukung. Keahlian adalah sesuatu yang dirasakan bukan sebuah fenomena mutlak. Apakah seorang endorser memang ahli tidak penting, yang penting adalah bagaimana audiens berpendapat tentang endorser.

  Menurut Ishak (2008), credibility celebrity endorser dapat didefinisikan melalui berbagai indikator-indikator sebagai berikut: a. Dapat diandalkan.

  b. Jujur dalam menyampaikan pesan iklan.

  c. Konsisten dengan apa yang disampaikannya.

  d. Tulus dalam menyampaikan sesuatu.

  e. Dapat dipercaya.

  f. Merupakan seorang ahli.

  g. Memiliki pengetahuan yang luas.

  h. Seseorang yang berkualitas. i. Memiliki keterampilan.

  3. Iklan Televisi Mempengaruhi dan memotivasi perilaku konsumen merupakan strategi pemasaran yang dilakukan oleh seorang pemasar untuk menciptakan minat beli konsumennya. Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemasar untuk mendorong minat beli konsumen adalah promosi.

  Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan konsumen atas produk yang ditawarkan oleh pemasar atau produsen. Tujuan promosi sendiri adalah: a. Untuk memodifikasi tingkah laku konsumen.

  b. Memberitahukan atau menginformasikan produk kepada konsumen.

  1) Memberi tahu pasar mengenai suatu produk baru. 2) Mengusulkan kegunaan baru suatu produk. 3) Memberi tahu pasar mengenai perubahan harga. 4) Menjelaskan bagaimana cara kerja suatu produk. 5) Menjelaskan pelayanan yang tersedia. 6) Mengoreksi kesan yang salah. 7) Mengurangi kecemasan pembeli. 8) Membangun citra perusahaan.

  c. Membujuk dan memotivasi konsumen agar mau membeli produk yang ditawarkan.

  1) Membentuk preferensi merek. 2) Mendorong pengalihan ke merek kita. 3) Membujuk pembeli untuk membeli sekarang. 4) Membujuk pembeli untuk menerima telepon penjualan. 5) Masalah persepsi pembeli mengenai atribut produk.

  d. Mengingatkan konsumen tentang produk.

  1) Mengingatkan pembeli bahwa produk tertentu mungkin akan dibutuhkan kemudian.

  2) Mengingatkan pembeli dimana mereka dapat membeli produk. 3) Menjaga agar pembeli tetap ingat pada produk, walaupun tidak sedang musimnya.

  4) Mempertahankan kesadaran puncak.

  Ada empat jenis promosi yang dapat dilakukan oleh pemasar atau produsen, yaitu: a. Periklanan (advertising)

  b. Penjualan perseorangan (personal selling)

  c. Promosi penjualan (sales promotion)

  d. Publisitas (publicity) Menurut Shimp (2014), periklanan adalah bentuk komunikasi berbayar dan termediasi dari sumber yang jelas, didesain untuk mempengaruhi penerima supaya melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Televisi adalah media yang digunakan untuk menyampaikan iklan.

  Media sendiri adalah metode komunikasi umum yang membawa pesan. Beberapa media periklanan yang ada yaitu:

  a. Surat Kabar

  b. Majalah

  c. Radio

  a. Televisi

  b. Situs

  c. Iklan Displai atau Banner

  d. Rich Media: Pop-Up, Interstitial, Superstitial, dan Iklan Video e. Blog, Podcast, dan Jejaring Sosial

  f. Iklan Surel

  g. Iklan Mesin Pencari Program televisi dipilih untuk menyampaikan kepada banyak pemirsa, juga karena televisi dianggap sangat cocok, dan memiliki dampak yang tinggi dan disaksikan secara luas. Banyak perusahaan bisnis dan juga bukan organisasi non-profit mempunyai keyakinan akan periklanan.

  Menurut Shimp (2014), periklanan memiliki lima fungsi penting komunikasi, yaitu: a. Memberikan Informasi

  b. Memberi Pengaruh

  c. Mengingatkan dan Memperlihatkan Keistimewaan

  d. Menambah Nilai

  e. Membantu Upaya Perusahaan Menurut Kotler dan Keller (2009), iklan televisi merupakan serangkaian tayangan televisi yang dibuat dan dibayar oleh perusahaan untuk menyampaikan pesan, biasanya digunakan untuk memasarkan suatu produk atau sekedar menyampaikan suatu hal.

  Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), iklan merupakan sebuah pesan yang bersifat umum dalam periklanan dan disebarluaskan melalui media yang dibayar oleh spnsor iklan. Iklan merupakan salah satu dari empat jenis promosi yang digunakan pemasar untuk mengarahkan komunikasi yang bertujuan untuk meyakinkan kepada konsumen dan konsumen potensial. Iklan merupakan bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide, barang, dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. Sponsor bisa perorangan, kelompok maupun organisasi. Sedangkan periklanan adalah kegiaan memuat dan menyebarluaskan pesan dalam media yang bersifat umum tentang perusahaan atau organisasi ataupun tentang produk, jasa, atau gagasan yang terkandung didalamnnya.

  Menurut Ishak (2008), iklan televisi dapat didefinisikan melalui indikator-indikator sebagai berikut: a. Iklan tersebut dapat dipercaya.

  b. Iklan tersebut terlihat meyakinkan.

  c. Iklan tersebut terlihat jujur.

  d. Iklan tersebut bermanfaat.

  e. Iklan tersebut menarik.

  f. Iklan tersebut bagus.

  g. Iklan tersebut mudah dipahami.

  h. Iklan tersebut tidak membosankan. i. Iklan tersebut berkesan moderen. j. Pesan dalam iklan tersebut kuat. k. Pesan dalam iklan tersebut efektif.

  Menurut Jefkins (1997), jenis-jenis iklan secara garis besar dapat digolongkan menjadi tujuh kategori pokok, yaitu: a. Iklan Konsumen

  Iklan konsumen merupakan iklan yang mempromosikan produk-produk onsumsi yang dibeli oleh masyarakat. b. Iklan Antarbisnis Iklan antarbisnis merupakan iklan yang mempromosikan barang dan jasa non konsumen. Baik perusahaan maupun sasaran iklan sama- sama perusahaan.

  c. Iklan Perdagangan Iklan perdagangan merupakan iklan yang secara khusus ditujukan kepada kalangan distributor, pedagang besar, agen dan lainnya.

  d. Iklan Eceran Iklan eceran merupakan iklan yang dibuat dan disebarluaskan oleh pihak pemasok dan dilancarkan oleh pihak pengecer.

  e. Iklan Keuangan Iklan keuangan merupakan iklan-iklan bank, jasa tabungan, asuransi dan investasi. Sebagai pelengkap terkadang juga disertakan laporan keuangan perusahaan.

  f. Iklan Langsung Iklan langsung merupakan iklan yang menggunakan media pos atau disebut juga direct mail.

  g. Iklan Lowongan Kerja Iklan lowongan kerja merupakan iklan yang bertujuan untuk merekrut pegawai atau pekerja.

  4. Citra Merek Sangadji dan Sopiah (2013), merek adalah unsur-unsur yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi produk atau jasa seorang penjual. Unsur- unsur ini bisa berupa nama, istilah, simbol, desain khusus, atau kombinasi beberapa diantaranya. Merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah sebuah simbol atau indikator kualitas dari sebuah produk.

  Menurut Kotler dan Keller (2009), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual, dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

  Menurut Shimp (2014), sebuah merek tercipta ketika sebuah entitas pemasaran yakni produk, outlet eceran, jasa, atau bahkan tempat geografis, seperti bangsa atau negara, wilayah, ataupun kota menerima nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi dan elemen-elemen ini sendiri sebagai sebuah bentuk identifikasi. Sebuah merek adalah segalanya yang ditawarkan oleh perusahaan tertentu dalam perbandingan dengan merek-merek lainnya dalam satu kategori produk.

  Masing-masing merek ini menganut dan mengkomunikasikan seperangkat nilai tertentu. Semua merek tersebut memiliki ekuitas yang tinggi karena pelanggan percaya bahwa merek-merek tersebut mempunyai kemampuan yang disebutkan dan kemauan untuk menyampaikan janji- janji merek mereka. Minat eksploratif, yaitu kecenderungan seseorang untuk mencari informasi tentang produk.

  Menurut Kotler dan Keller (2009), ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Konsep ekuitas merek dapat dipertimbangkan, baik dari perspektif organisasi yang memiliki merek maupun dari perspektif pelanggan. Ekuitas merek berdasarkan perspektif pelanggan terdiri dari dua bentuk pengetahuan terkait merek, yaitu:

  a. Kesadaran Merek (Brand Awareness) Kesadaran merek (brand awareness),merupakan sebuah persoalan mengenai apakah nama sebuah merek muncul dalam pikiran ketika konsumen berpikir mengenai suatu kategori produk tertentu dan terdapat kemudahan saat nama tersebut dimunculkan. Kesadaran merek terdiri dari dua tingkatan kesadaran, yaitu: 1) Pengenalan merek (brand recognition), mereflesikan tingkat kesadaran yang relatif dangkal.

  2) Mengingat merek (brand recall), merupakan bentuk kesadaran yang lebih dalam .

  b. Citra Merek (Brand Image) Citra merek (brand image), mempresentasikan asosiasi-asosiasi yang diaktifkan dalam memori ketika berpikir mengenai merek tertentu.

  Asosiasi ini dapat dikonsepsikan dalam hal jenis (type), kebaikan (favorable), kekuatan (strength), dan keunikan (uniqueness).

  Meskipun citra merek didasarkan pada berbagai asosiasi yang dikembangkan oleh konsumen dari waktu ke waktu, merek layaknyaorang dapat dianggap seperti memiliki kepribadian unik. Lima dimensi kepribadian yang menggambarkan sebagian besar merek, adalah:

  1) Ketulusan (sincerity), dimensi ini meliputi merek-merek yang dipersepsikan memiliki citra yang membumi (down-to-earth), jujur, bermanfaat, dan menyenangkan. Ketulusan merupakan kepribadian yang menjiwai dalam mereknya.

  2) Kegembiraan (excitement), merek mempunyai nilai tinggi pada dimensi ini dipersepsikan memiliki citra yang berani, bersemangat, imajinatif, dan up-to-date. 3) Konpetensi (competence), sebuah merek yang mempunyai nilai tinggi pada dimensi ini dianggap memiliki citra andal, cerdas, dan sukses. 4) Kecanggihan (sophistication), nilai tinggi pada dimensi ini adalah ketika sebuah merek dianggap memiliki cara kelas atas dan menawan. 5) Kekasaran (ruggedness), merek-merek kasar dipandang memiliki citra yang tangguh dan sifatnya outdoor (outdoorsy).

  Item indikator yang digunakan untuk mengukur variabel citra merek yaitu terdiri dari (Kotler dan Keller, 2009): 1) Reputation, nama baik dari kopi istan Luwak White Koffie. 2) Recognition, yaitu tingkat dikenalnya merek kopi instan Luwak White Koffie.

  3) Affinity, hubungan emosional antar brand dengan konsumen yang menyukai Luwak White Koffie.

  4) Brand Loyality, seberapa jauh kesetiaan konsumen dalam mengkonsumsi Luwak White Koffie.

5. Purchase Intention

  Menurut Sciffman dan Kanuk (2007), menjelaskan bahwa pengaruh eksternal, kesadaran kebutuhan, pengenalan produk dan evaluasi alternatif adalah hal yang dapat menimbulkan purchase intention. Menurut Desiarista dan Triastuti (2011), minat beli diperoleh dari proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Purchase

  

intention menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya

  dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada dalam benaknya.

  Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), purchase intention dapat didefinisikan melalui indikator-indikator sebagai berikut: a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

  b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk merefrensikan produk kepada orang lain.

  c. Minat preferensional, yaitu rasa ketertarikan seseorang terhadap suatu produk.

  Minat eksploratif, yaitu kecenderungan seseorang untuk mencari informasi tentang produk.

  Menurut Kotler dan Keller (2009), purchase intention adalah sebuah perilaku dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau menginginkan suatu produk. Beberapa tahapan yang dilalui dalam proses memunculkan minat beli konsumen ada tiga, yaitu: a. Tahap Kognitif

  Tahap kognitif adalah tahap yang terdiri dari kesadaran atau pemahaman penerima pesan. Dalam tahap ini dalam pikiran penerima pesan dapat dipengaruhi oleh pesan dalam iklan tersebut. Karena itu, tahap ini terfokus pada iklan tersebut.

  b. Tahap Afektif Tahap afektif adalah tahap yang terdiri dari kesuksesan dan kecenderungan penerima pesan akan produk yang diiklankan. Pada tahap ini penerima pesan dipengaruhi alam emosinya. Sama halnya pada tahap kognitif, terhadap afektif ini terfokus pada iklannya.

  Komponen afektif meliputi sikap, evaluasi, perasaan tertentu pada produk yang pesan-pesannya telah menyentuh konsumen.

  c. Tahap Konatif Tahap konatif merupakan tahap pembelian oleh penerima pesan.

  Tahap ini mengacu pada tindakan. Semua berakhir pada perubahan tentang seberapa jauh efektivitas dari produk yang diiklankan, karena iu tahapan ini berfokus pada produknya. Kepuasan maupun ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Jika konsumen merasa puas akan suatu produk maka kemungkinan untuk melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk atau jasa akan lebih tinggi.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang dilakukan oleh Widjaja menggunakan peran brand image untuk memediasi. Penelitian yang dilakukan oleh Widjaja menggunkan teknik analisis path analysis dan sobet test.

  Pratiwi dan Moeliono menggunakan sampling insidental dalam menentukan sampel.

  Widjaja (2015)

  The Impact of L’Oreal Paris Fall Repair’s Celebrity Endorsement toward Consumer Purchase Intention with Brand Image as a Mediating Variabel

Celebrity

  Endorseement

  berpengaruh secara positif signifikan terhadap

  

purchase

intention .

  Gunawan dan Dharmayanti

  Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Moeliono hanya menggunakan satu variabel bebas yaitu

  (2014) Analisis Pengaruh Iklan Televisi dan Endorser Terhadap

  Purchase Intention

  POND'S Men dengan Brand Iklan televisi berpengaruh terhadap

  

purchase

intention.

  Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Dharmayanti menggunakan variabel intervening brand

  awareness .

  Gunawan dan Dharmayanti menggunkan teknik analisispath analysis.

  celebrity endorser .

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Author (Th) Judul Hasil Perbedaan

  Dei dan Sukaatmadja

  Kredibilitas selebriti endorser berpengaruh secara langsung terhadap

  (2015) Peran Brand

  Image Memediasi

  Pengaruh Kredibilitas

  Celebrity Endorser

  Terhadap

  Purchase Intention

  

purchase

intention.

  

Credibility

Celebrity

Endorser

  Penelitian yang dilakukan oleh Dei dan Sukaatmadja menggunakan peran brand

  image

  untuk memediasi kredibilitas selebriti endorser. Dei dan Sukaatmadja menggunkan teknik analisis SEM berbasis component atau variance yaitu PLS (Partial Least Square).

  Pratiwi dan Moeliono

  (2015) Pengaruh

  Celebrity Endorser Mudy

  Ayunda Terhadap Minat Beli Produk Teh Javana

  Maudy Ayunda berpengaruh secara positif terhadap minat beli.

  Awareness

  Rosandi dan Sudarwanto menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan angke. Rosandi dan Sudarwanto melakukan uji normalitas menggunakan normal p- plot.

  Citra merek tidak berpengaruh

  Brand Image , dan Electronic Word

  Pengaruh Harga,

  Jotopurnomo, Laurensia, dan Semuel

  Penelitian yang dilakukan oleh Gristian menggunakan variabel harga diskon, kualitas produk, citra merek dan iklan. Gristian meneliti tentang celana produk pakaian.

  Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli.

  Pengaruh Harga Diskon, Kualitas Produk, Citra Merek, dan Iklan Terhadap Minat Beli Celana Jeans Levi's di Surabaya

  Gristian (2016)

  sampling dalam penentuan sampelnya.

  sebagai Variabel Intervening

  Penelitian yang dilakukan oleh Rosandi dan Sudarwanto adalah penelitian survey denga pendekatan deskriptif kuantitatif. Rosandi dan Sudarwant o menggunakan accidental

  Citra merek berpengaruh terhadap minat beli.

  (2014) Pengaruh Citra Merek dan Desain Kemasan Terhadap Minat Beli Konsumen pada Produk Susu Ultra

  Rosandi dan Sudarwanto

  Penelitian yang dilakukan oleh Suwarni, Suharyono dan Kumadji merupakan penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif.

  Iklan televisi berpengaruh signifikan secara langsung terhadap minat beli. Citra merek berpengaruh signifikan secara langsung terhadap minat beli.

  (2015) Pengaruh Iklan di Televisi, Kualitas Produk dan Harga Terhadap Citra Merek Serta Implikasinya pada Minat Beli

  Suwarni, Suharyono dan Kumadji

  Penelitian yang dilakukan oleh Jotopurnomo, Laurensia, dan Semuel

  (2014) signifikan meneliti tentang hotel.

  of Mouth

  Terhadap Minat terhadap minat Jotopurnomo, Laurensia, Beli Reservasi beli. dan Semuel menyebarkan Hotel Secara kuesionernya secara online.

  Online Jotopurnomo, Laurensia, dan Semuel menggunakan variabel Electronic Word of Mouth dalam penelitiannya. Analisis Penelitian yang dilakukan

  Citra merek Pengaruh Iklan, oleh Arista dan Astuti tidak Kepercayaan mengumpulkan data dengan

  Arista dan berpengaruh Merek, dan Citra menyebar kuesioner dan

  Astuti (2011) signifikan Merek terhadap melakukan wawancara. terhadap minat

  Minat Beli Arista dan Astuti meneliti beli. Konsumen tentang telkom speedy.

C. Kerangka Pemikiran

  Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2014), kerangka berpikir model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel-variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan lebih lanjut tentang hubungan antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

  1. Hubungan Credibility Celebrity Endorser dan Purchase Intention Menurut Shimp (2014), credibility celebrity endorser adalah sebuah sifat yang dimiliki oleh bintang televisi, aktor film, atlet terkenal, ataupun orang yang sudah meninggal yang dapat menimbulkan kepercayaan orang lain terhadap apa yang dia sampaikan. Credibility mengacu pada sikap atau kecenderungan seseorang untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh orang lain. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dei dan Sukaatmadja (2015), memperoleh hasil nilai koefisien sebesar 0,321 satuan dan signifikan pada alpha sama dengan 5 persen (nilai t hitung 3,180 > t tabel 1,96). Ini menunjukkan bahwa

  

credibility celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan secara

  langsung terhadap purchase intention. Oleh karena itu dirumuskan hipotesis sebaga berikut: H1: Credibility celebrity endorser aktor Lee Min Ho berpengaruh positif signifikan secara parsial terhdap purchase intention.

  2. Hubungan Iklan Televisi dan Purchase Intention Menurut Kotler dan Keller (2009), iklan televisi merupakan serangkaian tayangan televisi yang dibuat dan dibayar oleh perusahaan untuk menyampaikan pesan, biasanya digunakan untuk memasarkan suatu produk atau sekedar menyampaikan suatu hal. Iklan televisi merupakan salah satu bentuk periklanan yang dilakukan oleh produsen atau perusahaan dalam mempromosikan produknya. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gunawan dan Dharmayanti (2014), memperoleh hasil nilai koefisien sebesar 0,119 satuan dan signifikan pada

  

alpha sama dengan 5 persen (nilai t hitung 2,147 > t tabel 1,96). Ini

  menunjukkan bahwa iklan televisi berpengaruh langsung terhadap

  

purchase intention . Oleh karena itu dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

  H2: Iklan televisi berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap purchase Intention.

  3. Hubungan Citra Merek dan Purchase Intention Menurut Kotler dan Keller (2009), citra merek (brand image), mempresentasikan asosiasi-asosiasi yang diaktifkan dalam memori ketika berpikir mengenai merek tertentu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ghristian (2016), memperoleh hasil nilai koefisien sebesar 0,784 satuan dan signifikasi alpha sama dengan 5 persen (nilai t hitung 6,070 > t tabel). Ini menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention.Oleh karena itu dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Citra merek berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap purchase intention.

  Credibility Celebrity Endorser

  • Aktor Lee Min Ho(X1)

  H1

  • H2

  Purchase Intention

  Iklan Televisi (X2) (Y)

  • H3

  Citra Merek (X3)

  • H4

  Keterangan: = Hubungan secara parsial = Hubungan secara simultan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

  Berdasarkan teori, hasil penelitian sebelumnya, dan kerangka pemikiran di atas maka disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H1: Credibility celebrity endorser aktor Lee Min Ho berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap purchase intention.

  H2: Iklan televisi berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap purchase intention .

  H3: Citra merek berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap purchase intention .

  H4: Credibility celebrity endorser aktor Lee Min Ho, iklan televisi, dan citra merek secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap purchase

  intention .