BAB II KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL MASYARAKAT WADASLINTANG TAHUN 1998-2011 A. Kondisi Geografis Kelurahan Wadaslintang - PERKEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DI DESA WADASLINTANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT WADASLINTANG, KABUPTEN

BAB II KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL MASYARAKAT WADASLINTANG TAHUN 1998-2011 A. Kondisi Geografis Kelurahan Wadaslintang Kelurahan Wadaslintang terletak di Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan Wadaslintang

  merupakan Kecamatan terjauh dan terluas di Kabupaten Wonosobo dan wilayah paling selatan Kabupaten Wonosobo.

  Luas kecamatan Wadaslintang adalah 12.716 Ha, terletak pada ketinggian 275 m diatas permukaan lautsehingga merupakan wilayah yang paling rendah di kabupaten Wonosobo. Kecamatan Wadaslintang merupakan wilayah yang udaranya cukup panas dari pada kecamatan-kecamatan lain yang berada di kabupaten Wonosobo, hal ini disebabkan karena posisi wilayahnya yang paling rendah dari permukaan laut. Curah hujan pada tahun 2000 sebanyak 3.293 milimeter dengan jumlah hujan sebanyak 136 hari.

  Jarak ibukota kecamatan Wadaslintang ke ibukota kabupaten adalah 37 km kearah timur dan merupakan kecamatan terjauh dari kota Wonosobo.

  Kecamatan Wadaslintang ini berbatasan dengan beberapa wilayah, antara lain: pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kaliwiro, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen. Penduduk Kecamatan Wadaslintang akhir tahun 2005 sebanyak 53.811 jiwa yang tersebar di 16 desa dan 1 kelurahan dengan

  26 sex ratio 99,47% dengan kepadatan rata-rata 423 jiwa/km2. Kelurahan Wadaslintang adalah satusatunya kelurahan yang berada di Kecamatan Wadaslintang. Kelurahan Wadaslintang sendiri mempunyai luas 442,000 Ha dengan jumlah penduduk 4.692 jiwa dengan rincian laki-laki 2.322 jiwa dan perempuan dengan jumlah 2.370 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya adalah 1.062 jiwa/km2 pada akhir tahun 2005. Batas-batas wilayah Kelurahan Wadaslintang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

  Gambar 9. Peta Kelurahan Wadaslintang

  Sumber : Kelurahan Wadaslintang

  Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa Kelurahan Wadaslintang berbatasan dengan: sebelah utara berbatasan dengan Desa Trimulyo dan Hutan Pinus milik Kehutanan Kedu Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Plunjaran, sebelah selatan berbatasandengan Desa Panerusan dan Waduk Wadaslintang dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Tirip.

  Kelurahan Wadaslintang terdiri dari

  4 Dusun yaitu Dusun Wadaslintang, Cangkring, Dadapgede dan Paras serta terdiri dari 39 RT dan

  10 RW. Masingmasing dusun dikepalai oleh seorang kepala dusun. Jabatan kepala dusun sebenarnya sudah tidak berlaku lagi jika wilayahnya berstatus kelurahan karena jika suatu desa mempunyai status kelurahan maka yang membawahi suatu lingkungan dibawah Kelurahan adalah Kepala Lingkungan yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.

  Proses perubahan status desa Wadaslintang menjadi kelurahan Wadaslintang itu sangat panjang dan tidak mudah maka kelurahan Wadaslintang masih menggunakan Kepala Dusun untuk membawahi suatu Lingkungan Warga. Kepala dusun tersebut masing-masing masih mempunyai hak atas tanah bengkok yang merupakan “bondo desa”sehingga mereka tidak mendapatkan gaji dari pemerintah seperti halnya Kepala Lingkungan.

  1. Kehidupan Ekonomi Kehidupan masyarakat Wadaslintang, sebagian besar menitikberatkan kepada sektor pertanian, sehingga masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Jenis tanah di Wadaslintang sebagian besar adalah tanah kering yang digunakan sebagai areal pemukiman, bangunan, pekarangan, hutan, perkebunan dan waduk. Kegiatan pertanian masyarakat adalah pertanian tegalan dan perkebunan.

  Pertanian tanaman pangan untuk wilayah Wadaslintang lebih rendah kalau dibandingkan dengan daerah laindi Kabupaten Wonosobo.

  Hal tersebut disebabkan oleh kondisi lahan pertaniannnya yang kering dan terpengaruh pada keadaan iklim yang kurang mendukung, khususnya untuk lahan sawah/padi, yang sebagian besar adalah sawah tadah hujan. Pertanian perkebunan cukup bagus terutama pada tanaman keras/tanaman tahunan seperti kelapa, cengkeh, kopi dan sebagian telah dikembangkan tanaman lada.

  Sektor yang mendukung perekonomian masyarakat Wadaslintang selain sektor pertanian adalah dibidang perdagangan dan jasa.

  Pengembangan sektor perkebunan dan perikanan juga cukup baik. Masyarakat Wadaslintang juga mempunyai pekerjaan sambilan lainnya. Pekerjaan sambilan adalah pekerjaan yang dilakukan bila pekerjaan disawah sudah selesai artinya menunggu waktu bersawah yang akan datang atau menunggu waktu panen tiba. Adapun pekerjaan sambilan yang dilakukan oleh masyarakat petani kelurahan Wadaslintang adalah beternak dan berdagang yang biasanya dilakukan seminggu sekali yaitu di Pasar Tradisional Wadaslintang, dan lain-lain. Para petani ini biasanya menghentikan aktivitas pertaniannya pada hari pasaran wage. Pada hari itu mereka melakukan kegiatannya di Pasar Wadaslintang, untuk menjual hasil pertaniannya. Keadaan perekonomian masyarakat Wadaslintang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  

Tabel 4. Komposisi Penduduk Kelurahan Wadaslintang Menurut

Mata Pencaharian Tahun 1998 dan Tahun 2011

  No. Mata pencaharian Tahun 1998 Tahun 2011

  1 Petani Sendiri 749 1.030

  2 Buruh Tani 98 100

  3 Nelayan

  17

  14

  4 Pengusaha

  11

  25

  5 Industri

  76

  68

  6 Bangunan

  27

  98

  7 Perdagangan 176 190

  8 Transportasi 38 120

  9 Pegawai Negri Sipil

  49

  74

  • 10 POLRI

  3

  11 Pensiun

  43

  47

  12 Lainnya 1620

  68 Jumlah 2.904 1.825 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo tahun 1998 dan 2011

  Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa petani yang memiliki lahan sendiri pada tahun 1998 berjumlah 749 dan naik pada tahun 2011 menjadi 1030. Petani yang tidak mempunyai lahan sendiri atau buruh tani pada tahun 1998 berjumlah 98 dan naik pada tahun 2011 menjadi 100,orang yang bekerja sebagai nelayan pada tahun 1998 berjumlah 17 sedankan pada tahun 2011 turun menjadi 14, pengusaha pada tahun 1998 sebanyak 11 sedangkan pada tahun 2011 menjadi 25, lalu pada bidang perdagangan pada tahun 1998 berjumlah 176 dan pada tahun 2011 naik menjadi 190.

  Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa mata pencaharian pokok masyarakat kelurahan Wadaslintang adalah sebagai petani.

  Pertanian yang dilakukan adalah persawahan dan pertanian ladang. Kebanyakan masyarakat Wadaslintang membudidayakan tanaman tahunan seperti kelapa.

  Kehidupan ekonomi masyarakat Wadaslintang terlihat jelas dengan adanya pasar. Pasar mempunyai peran dalam kegiatan ekonomi, sosial.

  Terdapatnya peranan pasar yang bermacam-macam maka pasar dapat dilihat sebagai suatu sistem. Adapun yang dimaksud dengan sistem ialah organisasi yang saling terkait dan tergantung antar bagiannya yang membentuk suatu kesatuan. Pasar sebagai suatu sistem merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen yang mempunyai fungsi untuk mendukung fungsi secara keseluruhan. Sistem pasar oleh karenaitu dapat dirumuskan sebagai sistem pertukaran barang dan jasa yang diperlukan untuk spesialisasi karakteristik fungsi ekonomi dari masyarakat yang kompleks dan diatur oleh norma-norma sosial yang telah dilembagakan (Nastiti, 2003 : 53).

  Sistem pasar tampak sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terjadi saling ketergantungan antara masing-masing komponen. Adapun komponen-komponen yang ada di pasar adalah produksi, distribusi, transportasi, transaksi, dan rotasi serta konsumsi.

  Masing-masing komponen yang terdapat dalam sistem pasar, misalnya faktor produksi sangat tergantung pada faktor distribusi dan untuk lancarnya suatu distribusi sangat diperlukan sarana transportasi yang baik sehinggahasil produksi dapat mencapai pasar, begitulah seterusnya sampai barang tersebut sampai di tangan konsumen. a. Sistem Produksi Bagi masyarakat pedesaan di Wadaslintang, keberadaan Pasar

  Tradisional Wadaslintang mempunyai peranan yang sangat penting. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual atau pembeli atau dapat dikatakan sebagai tempat dimana produsen dan konsumen bertemu untuk melakukan transaksi jual-beli. Pasar berperan sebagai tempat pengumpulan hasil usaha tani dan sebagai tempat pembagian barang untuk konsumsi lokal.

  Pada awalnya pasar hadir dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Wadaslintang dari hasil bumi masyarakat Wadaslintang itu sendiri. Pasar tradisional ini dalam perkembangannya tidak hanya menampung hasil bumi dan produksi masyarakat Wadaslintang saja melainkan juga menampung hasil bumi dan produksi daerah lain yang diperlukan masyarakat Wadaslintang.

  Pelaku pasar pun yang semula hanya oleh dan untuk masyarakat Wadaslintang, dalam perkembangannya selanjutnya hadir pelaku pasar dan pembeli dari daerah-daerah sekitar,misal Kelurahan Kaliwiro, Wonosobo, Prembun (Kebumen), Banjarnegara dan lain-lain. Pasar Tradisional Wage pada akhirnya merupakan pusat pertemuan dari beberapa daerah disekitar Wadaslintang.

  Komoditi yang diperdagangkan di Pasar Tradisional Wadaslintang adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari. Wadaslintang termasuk dalam kategori daerah pedalaman, sehingga komoditi yang banyak diperjualbelikan adalah hasil produksi agraris (pertanian) seperti padi atau beras, sayur-mayur, buah-buahan dan lain-lain. Sayur-mayur dan buah- buahan yang diperjualbelikan berasal dari Kecamatan Garung, Kalikajar dan Dieng. Daerah Wadaslintang tanahnya tidak cocok untuk menanam sayur-mayur karena daerahnya cukup panas dibandingkan dengan Kecamatan lain yang berada di Kabupaten Wonosobo. Sayur-mayur dan buah-buahan yang produksi sendiri adalah sayur daun singkong, buah kelapa, durian, duku dan lain-lain. Sayur dan buah-buhana yang ditanam disesuaikan dengan tanah dan cuaca di Wadaslintang. Wadaslintang terletak didaerah pedalaman, namun di pasar dijualbelikan juga berbagai jenis ikan, baik ikan laut ataupun tambak 10. Jenis ikan laut berasal dari Kebumen, ikan tambak diproduksi sendiri dengan memanfaatkan Waduk Wadaslintang.

  Jenis-jenis komoditi yang diperdagangkan dapat dibedakan oleh produksinya, yaitu produksi primer dan produksi sekunder. Produksi primer yaitu barang-barang yang dihasilkan oleh usaha manusia atau kelompok masyarakat yang berhubungan dengan alam seperti pertanian, perikanan, atau bahan mentah lainnya; sedangkan produksi sekunder adalah suatu barang yang dihasilkan oleh usaha industri yang berupa barang-barang yang dihasilkan oleh usaha industri yang berupa barang- barang konsumsi seperti makanan dan pakaian (Syamsidar, 1991: 48).

  1) Bidang Pertanian Kondisi geografis dan geologis serta tersedianya sumber-sumber bahan untuk keperluan pertanian menyebabkan pertanian sudah dikenal di

  Indonesia sejak masa sebelum Masehi. Pertanian tanaman pangan untuk wilayah Wadaslintang bisa dikatakan lebih rendah kalau dibandingkan dengan daerah atau kecamatan lain di Wonosobo. Hal ini disebabkan karena memang kondisi lahan pertaniannya sangat terpengaruh pada keadaan dan iklim yang kurang mendukung, khususnya untuklahan sawah atau padi, yang sebagian besar sawah tadah hujan.

  Berdasarkan pada perbedaan sifat dari masing-masing jenis tanamannya, secara umum dikenal adanya pertanian basah dan pertanian kering. Pertanian kering tidak memerlukan irigasi baik dari sumber mata air atau sungai atau air hujan secara teratur, sebaliknya pertanian basah sangat menggantungkan pada penggunaan irigasi yang sangat teratur. Termasuk dalam jenis pertanian kering adalah: (1) pertanian di tanah tegalan, yaitu kegiatan penanaman tanaman pangan secara tetap pada daerah lahan kering dan perlu adanya pengolahan tanah sebelum ditanami, jenis tanamannya juga lebih bervariasi; (2) pertanian di ladang, yaitu jenis kegiatan pertanian yang dilakukan secara berpindahpindah dengan penanaman berbagai tanaman berumur pendek, terutama tanaman pangan, dan tanah yang akan ditanami tidak diolah sehingga tingkat kesuburannya makin lama makin berkurang; dan (3) pertanian di kebun, yaitu kegiatan pertanian yang menggarap tanaman perdu berusia panjang atau tanaman penghasil panenan yang ditanam pada lahan tetap, biasanya letaknya berdekatan dengan dengan suatu bangunan tempat penghunian. Sebaliknya yang termasuk jenis pertanian basah adalah pertanian yang dilakukan di sawah. Jenis pertanian basah biasanya dihubungkan dengan jenis tanaman padi pada suatu lahan yang di sebut sawah.tanaman padi memerlukan banyak air maka air merupakan faktor penting di dalam pertanian sawah, baik air dari sumber mata air dan sungai maupun air hujan. Jenis sawah yang mendapatkan air dari aliran sungai atau sumber mata air disebut sawah sorotan, sedang sawah yang menggantungkan pada air hujan disebut sawah tadahan.

  Masyarakat Wadaslintang telah mengenal ragam sistem pertanian, akan tetapi hasil produksi bidang pertanian terutama didapat dari hasil bersawah dan berkebun. Hasil pertanian bersawah adalah padi atau beras yang merupakan salah satu jenis hasil bumi yang menjadi bahan komoditi di pasar Tradisional Wadaslintang. Hasil pertanian perkebunan cukup bagus terutama pada tanaman keras 12 atau tanaman tahunan seperti kelapa, cengkeh, kopi dan sebagian telah dikembangkan tanaman lada. Wadaslintang merupakan daerah sentra penghasil buah kelapa/kopra selain Kaliwiro, sehingga komoditas utama di Pasar Tradisional Wadaslintang selain padi adalah buah kelapa. Masyarakat Wadaslintang kemudian memanfaatkan pohon kelapa untuk pembuatan gula Jawa (gula hitam). Wadaslintang juga terkenalsebagai sentra penghasil Gula Jawa. Penghasilan dari penjualan Gula Jawa dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyak masyarakat Wadaslintang terutama yang tinggal didekat Waduk Wadaslintang dalam pengolahan sawah, tidak sedikit yang memanfaatkan keberadaan Waduk Wadaslintang untuk mengairi sawah-sawah pertanian mereka.

  Bila musim panen tiba, maka berbagai jenis tanaman akan berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat. Hasil panen itu mereka jual di pasar Wadaslintang, baik untuk konsumsilokal maupun bukan sehingga segala macam barang yang dibutuhkan dapat dibeli,mulai dari kebutuhan yang kecil sampai kebutuhan yang besar. Pada umumnya kebutuhan sehari-hari itu dapat diperoleh di Pasar Wadaslintang, sedang kebutuhan sekunder seperti kendaraan bermotor misalnya mereka beli di ibu kota Kabupaten.

  2) Bidang Peternakan Di sektor peternakan wilayah kecamatan Wadaslintang pada umumnya sangat cocok untuk beternak sapi maupun kambing. Hal ini disebabkan karena kondisi alam yang sangat mendukung antara lain rumput tumbuh liar secara alami cukup banyak dan rumput yang dikembangkan juga dapat tumbuh subur seperti Kunggres 13 dan sejenisnya. Peternakan ayam pedaging dan burung puyuh juga mulai dikembangkan oleh masyarakat Wadaslintang. 3) Bidang Perikanan

  Masyarakat Wadaslintang selain memproduksi hasil pertanian dan peternakan, juga membudidayakan sistemperikanan. Jadi komoditi di pasar selain dibidang pertanian dan peternakan juga bidang perikanan walaupun bukan dari hasil laut. Hasil perikanan masyarakat Wadaslintang sebagian besar dihasilkan dari sistem karamba (tambak) yang memanfaatkan genangan air Waduk Wadaslintang, selain dimanfaatkan untuk pengairan sawah. Pengembangan sektor perikanan dengan sistem karambapada genangan waduk cukup baik, sebagai contoh pada PT. Acua Pam dengan sistem pembesaran ikan jenis Nila merah di Karamba dengan hasil cukup baik, rata-rata perhari bisa meningkat 5-8 ton ikan segar (BPS Kab.

  Wonosobo tahun 2012). 4) Bidang Industri

  Sektor indutri dan jasa masih relatif kecil, penyebabnya karena sektor industri masih terbatas pada Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga. Indutri ini dikelola oleh para perajin yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Jenis usaha rumah tangga antara lain, Industri Tahu, Industri Tempe dan lain-lain.

  Sektor perdagangan sangat berkembang, hal ini disebabkan karena wilayah Wadaslintang yang sangat strategis berada di jalur alternatif Wonosobo-Kebumen sehingga menjadi persinggahan orang-orang yang melewatinya. Apalagi dengan difungsikannya Waduk Wadaslintang sebagai obyek wisata maka sektor perdaganganpun semakin berkembang.

  Sarana ekonomi yang menunjang kegiatan perekonomian di kelurahan Wadaslintang antara lain berupa 2 buah pasar, yaitu pasar umum Kelurahan Wadaslintang atau sering disebut Pasar Wadaslintang dan Pasar Hewan Wadaslintang serta beberapa toko atau kios dan beberapa koperasi serta Bank. Adapun Koperasi yang ada di wilayah pasar adalah berupa kios, toko serta wartel milik KUD Gemah Ripah Wadaslintang. Bank yang ada di dalam pasar adalah Bank Pasar sedangkan yang beradadiluar lokasi pasar adalah BRI, BKK, dan Bank Muamalat.

  2. Sistem Distribusi Pasar mempunyai peranan penting dalam mendistribusikan barang kebutuhan masyarakat. Distribusi pada dasarnya ialah proses penyebaran dan penyaluran bahan baku dari tempat asalnya ke tempat pembuatan atau langsung ke tempat pemakaian atau dapat pula dikatakan sebagai penyaluran barang hasil produksi kepada konsumen. Distribusi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produksi (Syarifuddin,1990: 84).

  Sistem distribusi mengenal dua macam sistem distribusi, yaitu distribusi langsung dan distribusi tak langsung. Distribusi langsung adalah beredarnya barang atau benda hasil suatu produksi sampai ketangan konsumen dari produsen langsung tanpa melalui perantara atau pedagang.

  Barang biasanya dibawa langsung oleh produsen kepada konsumen atau konsumen mendatangi produsen untuk mendapatkan suatu produk tertentu.

  Distribusi tak langsung adalah suatu distribusi barang dari produsen yang tidak langsung diterima oleh konsumen, melainkan melalui jasa pihak ketiga. Hal ini dapat terjadi bila produsen memerlukan pihak ketiga sebagai perantara barang produksinya sampai kepada konsumen. Pihak ketiga dalam distribusi tak langsung ini biasanya adalah agen, distributor ataupun seorang pengecer dan untuk sampai pada konsumen, suatu produk tertentu dapat berkali-kali melalui pihak perantara ini baru sampaipada pengguna atau konsumen sebagai mata rantai terakhir dari suatu proses distribusi.

  Kedua macam sistem distribusi ini sangat dipengaruhi oleh diferensiasi kerja yang ada pada masyarakat Wadaslintang dan sistem transportasi yang ada. Lancarnya sistem transportasi dan semakin jelasnya pembagian kerja suatu masyarakat memungkinkan sistem distribusi tak langsung semakin berkembang. Kenyataan ini yang sekarang dijumpai di Wadaslintang, seperti yang terlihat pada jenis produksi hasil pertanian dan produksi Industri Rumah Tangga seperti produksi tahu, tempe serta hasil peternakan.

  Para pedagang di kelurahan Wadaslintang yang menjual barang- barang kebutuhan pokok adalah pihak perantara dalam jaringan distribusi tidak langsung. Hal ini terjadi karena barang-barang yang mereka jual bukan hasil produksinya sendiri melainkan mereka membeli barang dagangan dari tempat lain. Sarana distribusi merupakan unsuryang sangat penting dalam proses penyebaran barang produksi. Hal ini karena memungkinkan suatu barang menyebar sampai kepada para konsumen. Sarana distribusi ini dapat berujud yang terutama adalah alat transportasi dan kondisi jalan, sedangkan alat tukar, alat ukur dan tempat juga merupakan pendukung dimungkinkannya distribusi berlangsung.

  Alat transportasi adalah alat untuk memudahkan barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Alat ini sangat berperan dalam perekonomian, terutama kendaraan bermotor, sebab kecepatannya tinggi sehingga dapat memperlancar distribusi (Utomo, 1991: 59).

  Jalan merupakan sarana yang sangat penting bagi transportasi, semakin baik kondisi jalan akan semakin memperlancar transportasi sehingga akan semakin memperlancar proses distribusi. Di kelurahan Wadaslintang mempunyai kondisi jalan yang baik dan sudah beraspal serta armada angkutan yang cukup banyak. Hal inilah yang mendukung lancarnya barang keluar masuk dari dan ke kelurahan Wadaslintang. namun masih ada sebagian jalan-jalan antar desa ke pasar Pasar Tradisional Wadaslintang yang masih sulit terjangkau dan rusak. Kendala ini membuat keluar masuknya hasil bumi para petani ke pasar terhambat.

  Tempat berlangsungnya distribusi di kelurahan Wadaslintang ini ada dua macam, yaitu adanya pasar Wadaslintang dan toko, kios serta warung. Pasar Wadaslintang tidak setiap hari buka karena hanya buka pada hari pasaran wage saja sehingga masyarakat Wadaslintang tidak dapat setiap saat berbelanja disana. Masyarakat Wadaslintang dapat berbelanja setiap haridi toko, kios dan warung yang hampir setiap saat selaludibuka. Kedua tempat ini merupakan bertemunya antara penjual dan pembeli sehingga proses distribusi berlangsung.

  3. Sistem Konsumsi Pada dasarnya sistem konsumsi dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan primerdan konsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primeratau kebutuhan- kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang keberadaanyaharus dipenuhi untuk dapat terselenggaranya sebuah kehidupan. Kebutuhan sekunder atau kebutuhan tambahan adalah kebutuhan yang keberadaanya tidak harus dipenuhi dan kehidupan tetap dapat terselenggara meskipun kebutuhan tersebut tidak dipenuhi (Syarifuddin, 1990 : 94).

  Kebutuhan primer masyarakat kelurahan Wadaslintang sebagian besar pemenuhannya dengan membeli dan sebagian kecil diusahansendiri.

  Jenisjenis barang yang tidak dapat diproduksi di kelurahan Wadaslintang ini misalnya kain, minyak tanah, garam, dan lain-lain. Kebutuhan akan barangbarang yang dapat diproduksi di kelurahan ini adalahkelapa, beras/ padi, cengkeh, kopi dan lain-lain.

  Jenis barang kebutuhan pokok yang tidakdapat diproduksi di kelurahan ini oleh para pedagang dibelinya dari daerah lain kemudian dijual kembali di kelurahan ini. Hal inilah yang mendorong munculnya warung pada rumahrumah penduduk (rumah toko/ruko) yang menyediakan barang-barang kebutuhan pokok.

  Kebutuhan sekunder atau kebutuhan tambahan adalah kebutuhan yang keberadaannya tidak mutlak harus ada untuk dapat terselenggaranya suatu kehidupan. Jenis kebutuhan sekunder ini muncul setelah kebutuhan- kebutuhan pokok terpenuhi, oleh karena itu fungsi kebutuhan ini adalah tidak untuk mempertahankan hidup melainkan untuk mempertinggi mutu hidup. kebutuhan sekunder ini dapat berupa Televisi, Radio, Telepon/ HP, Sepeda motor, mobil dan lain-lain.

  Kehidupan manusia pada umumnya dan masyarakat Wadaslintang pada khususnya tidak cukup dipenuhi kebutuhan pokoknya untuk menjadikan hidup lebih berkualitas, tetapi mereka juga memerlukan hiburan, informasi, pendidikan, perawatan kesehatan dan kebutuhan pelengkaplainnya. Barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhansekunder masyarakat Wadaslintang ini biasanya diperoleh dari membeli. Pasar merupakan suatu sarana yang dapat menyerap dan menyediakan semua hasil serta kebutuhan masyarakat. Jika diperhatikan secara seksama, kehadiran pedagang dan petani produsen di Pasar Wadaslintang hanya ingin mendapatkan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi pedagang, kelebihan harga dari harga beli tiap unit barang yang didapatkan merupakan rejeki yang diperoleh melalui perdagangan.. kebanyakan pembeli di Pasar Wadaslintang adalah petani sehingga pedagang dan petani adalah dua unsur yang tak dapat dipisahkan dalam gerak ekonomi pasar rakyat.

  Adanya Pasar Tradisional Wadaslintang menambah pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo melalui retribusi pasar yang di setor ke Dinas Pengelola Pasar Kabupaten Wonosobo. Retribusi pasar ini didasarkan atas Peraturan Daerah (Perda) No. 24 Tahun 2001 tentang Karcis Pasar Daerah Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Dari parapedagang ditarik retribusi pasar Rp. 1000 rupiah tiap pedagang pada hari peuken Wage (wawancara tanggal 30 Mei 2013).

  Hasil penarikan retribusi pasar dipergunakan untuk kebersihan pasar, sebagian dipergunakan untuk gaji pegawai yang membersihkan pasar dan sebagian lagi disetorkan ke Dinas Pengelola Pasar Kabupaten Wonosobo (Mardi, wawancara tanggal 30 Mei 2013).

  Kesimpulan dapat diambil bahwa Pasar Wadaslintang merupakan tempat Masyarakat Wadaslintang berbelanja dan tempat menjual barang hasil usaha tani. Keberadaan Pasar juga berfungsi untuk menambah pendapatan pemerintah, karena setiap pedagang yang berjualan dikenakan retribusi pasar atau uang kebersihan.

  4. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Wadaslintang Masyarakat Wadaslintang masih menerapkan sistem gotong royong dalam kehidupan sosial dan Ekonomi. Sistem gotong royong ini sekarang sudah mulai berkurang di sebagian wilayah Wadaslintang terutama di Dusun Cangkring dan Dusun Wadaslintang. Masyarakat Dusun ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang yang membuka kios/warung yang buka setiap hari. Mereka tinggal di sekitar pasar, mereka saling bersaing dalam mendapatkan pelanggan sehingga merekacenderung individual. Kegiatan gotong royong pada masyarakat Wadaslintang sudah mulai berkurang, akan tetapi pada saat salah satu keluarga masyarakat Wadaslintang memiliki hajat, berkabung dan lain- lain, tetangga sekitar tempat tinggal keluarga tersebut secara serempak bergotong royong untuk membantu.

  Bentuk gotong royong ini dapat diwujudkan berupa tenaga, bahan material (barang) maupun uang. Gotong royong dalam bentuk kerja bakti seperti membersihkan lingkungan, memperbaiki jalan (krigan) biasanya tokoh pemrakarsanya adalah tokoh masyarakatdan aparat kelurahan.

  Adapun peran lembaga desa yang ada di kelurahan Wadaslintang dan dipandang cukup aktif dalam kegiatan pembiayaan terhadap masyarakat seperti lembaga PKK, Posyandu, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dan lain-lain sehingga hubungan sosial masyarakat Wadaslintang sudah berjalan dengan baik. Hubungan sosial antar warga ditujukkan apabila ada diantara warga tersebut yang mempunyai hajat atau ada yang meninggal dunia.

  Mayoritas penduduk Wadaslintang beragama Islam walaupun ada beberapa perbedaan penganut agama, namun toleransi antar umat beragama sangat terjaga. Terbukti dengan adanya Masjid Muhammadiyah dan Gereja Katholik yang berdiri berdampingan di RT 2 RW I Kelurahan Wadaslintang. Berdampingannya kedua tempat beribadah ini semakin menunjukkan bahwa toleransi yang terjaga sangat tinggi dan kerukunan antara umat beragama semakin terjalin. Adapun keadaan penduduk Kelurahan Wadaslintang berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  

Tabel 5. Penduduk Kelurahan Wadaslintang Dirinci Menurut Agama

Tahun 1998 dan Tahun 2011

  No Agama Tahun 1998 Tahun 2011

  1 Islam 4672 4.640

  2 Katholik

  12

  24

  3 Kristen Protestan

  28

  48 Jumlah 4.712 4.692 Sumber : Kecamatan Wadaslintang Dalam Angka Tahun 1998 dan 2011

  Sarana tempat ibadah dirasa cukup memadai bila dilihat dari data akhir tahun 2011. Jumlah masjid ada 6 buah, musholla 29 buah, dan gereja 2 buah. Lembaga-lembaga Islam yang terdapat di Wadaslintang antara lain NU, Muhamadiyah dan LDII. Penduduk Wadaslintang sebagian besar beragama Islam sehingga adat istiadat/ tradisi masyarakat mulai dari acara perkawinan, khitanan, tujuh bulanan dan upacara kematian semua didasarkan pada ajaran Islam, walaupun tidak semua masyarakatnya melakukan tradisi tersebut.

  Tingkat kemajuan masyarakat salah satunya dapat diperhatikan dari tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan di Wadaslintang tergolong masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini.

  

Tabel 6. Komposisi Penduduk Kelurahan Wadaslintang menurut

Tingkat Pendidikan bagi penduduk usia 5 tahun keatas tahun 1998

dan tahun 2011

  No. Pendidikan Tahun 1998 Tahun 2011

  1 Tamat AK/PT 16 120

  2 Tamat SMA 107 209

  3 Tamat SMP 384 1.025

  4 Tamat SD 1.798 2.507

  5 Tidak tamat SD 588 267

  6 Belum tamat SD 496 607

  7 Tidak sekolah 194

  93 Jumlah 3.583 4.828 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2012

  Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat kelurahan Wadaslintang dari tahun 1998 sampai 2011 sudah menamatkan pendidikan minimal di Sekolah Dasar.Jumlah ini terus meningkat diikuti lulusan SMP dan lulusan SMA. Pemerintah tetap berusaha memacu ketinggalan dengan latar belakang pendidikan masyarakat Wadaslintang seperti ini dengan Otonomi Daerah. Hal ini dapat dilihat dari prasarana pendidikan yang berangsur-angsur dibenahi dan dipenuhi untuk mengimbangi minat anak sekolah untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Sarana pendidikan di kelurahan Wadaslintang cukup memadai dibandingkan dengan tahun-tahun lalu sampai akhir tahun 2011 dengan adanya fasilitas/sarana pendidikan berupa sekolah-sekolah antara lain: sekolah TK sampai MA, dengan rincian TK 5 buah, SD 3 buah, MI 1 buah, SMP 1 buah, Mts 1 buah dan MA 1 buah serta terdapat 1 pondok pesantren.

  Kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Wadaslintang terlihat melalui cara berinteraksi, penyebaran informasi maupun adanya hiburan yang didapatkan dengan keberadaan dan peranan pasar Wadaslintang. Peranan pasar tidak terbatas pada kegiatan ekonomi saja, tetapi juga dalam kegiatan sosial budaya. Setiap orang yang pergi ke pasar tidak selalu akan membeli barang, tetapi ada yang datang hanya sekedar main saja, atau ingin berjumpa dengan seseorang guna menadapatkan informasi tentang sesuatu. Hal ini merupakan pertemuan sosial. Jadi dalam kehidupan bermasyarakat, pasar merupakan pranata yang penting, dimana secara berkala atau insidental warga masyarakat saling berhubungan.

  1. Interaksi Sosial Interaksi merupakan prasyarat dari segala macam aktivitas sosial, oleh sebab itu suatu interaksi sosial umumnya mengacu pada hubungan- hubungan sosial yang terjadi di antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan di antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat sehingga terjadi komunikasi dan respons di antara keduanya. Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifatpositif dan ada yang bersifat negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerjasama sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sedangkan kontak sekunder dapat dilakukan dengan melalui perantara, baik oleh orang lain maupun benda-benda budaya (Nastiti,2003 : 102).

  Pasar Tradisional Wadaslintangsebagai tempat bertemunya antara warga masyarakat Wadaslintang maupun warga masyarakat dari desa-desa sekitarnya, dan dengan sendirinya menimbulkan interaksi diantara mereka. Interaksi tersebut dapat berhubungan langsung dengan masalah transaksi jual beli atau berhubungan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sosial dalam masyarakat.

  Mengingat kontak yang terjadi baik antara penjual dan pembeli, pembeli dan pembeli, maupun penjual dan penjual lebih mungkin berhadapan muka langsung, maka interaksi sosial yang terdapat di Pasar Tradisional Wadaslintang, lebih cenderung ke dalam kontak primer.

  Meskipun sebenarnya, dapat saja kontak itu bersifat sekunder, misalnya jika seorang menitipkan membeli sesuatu kepada tetangganya yang pergi ke pasar, maka yang terjadi adalah kontak tidak langsung antara si pembeli dan si penjual. Hal ini terjadi di kelurahan Wadaslintang. Menurut Ratmi seorang ibu rumah tangga, warga RT 3 RW 1 Wadaslintang yang mengatakan bahwa,

  “Setiap kali saya pergi ke pasar wage pasti ada saja tetangga nitip belanjaan. Biasanya yang nitip belanjaan adalah tetangga yang tidak sempat pergi ke pasar. Mereka nitip dibelikan sayuran, bumbu dapur atau buah- buahan” (Wawancara, 20 Mei 2013).

  Rupanya interaksi yang terjadi di pasar tidak hanya melibatkan warga desa yang masuk dalam sistem panatur desasaja, tetapi yang datang dari luar sistem itu. Pada sistem produksi, adanyaproduk pesisir yang di dapatkan di pasar Wadaslintang yang notabene merupakan daerah pedalaman, menandakan adanya distribusi komoditi, baik yang dilakukan oleh pedagang dari pesisir, pedagang dari pedalaman/ pegunungan maupun perantara. Adanya pedagang ataupun perantara yang datang dari pesisir ke pegunungan/ pedalaman untuk menjual hasil produksi mereka atau sebaliknya, menggambarkan adanya interaksi di antara warga masyarakat yang tercakup dalam sistem pasar dengan orang-orang dari luar sistem tersebut. Menurut penuturan Ahmad Toyib, yang mengatakan bahwa: “Pedagang yang berjualan di Pasar Wadaslintang ini tidak hanya para pedagang yang terdapat di pasar-pasar desa di kecamatan Wadaslintang, tapi mereka juga parapedagang yang biasanya berjualan di Pasar Pahing Kaliwiro, Pasar Wonosobo, Pasar Kertek, Pasar Banjarnegara, bahkan adapula yang berasal dari Semarang. Jadi mereka tidak hanya berasal dari kecamatanWadaslintang” (Wawancara, 20 Mei 2013).

  Pasar Tradisonal Wadaslintang sebagai Interaksi Sosial Masyarakat Wadaslintang dan sekitarnya. Gambar suasana pasar di bawah ini merupakan contoh interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar Tradisional Wadaslintang. Interaksi yang paling sering terjadi antara penjual dan pembeli adalah tawar menawar, yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan harga. Proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli merupakan hal yang sangat lumrah dijumpai di Pasar Tradisional Wadaslintang.

  Penjual dan pembeli yang melakukan aktivitas di pasar biasanya berasal dari masyarakat petani walaupun tidak sedikit yang merupakan pedagang. Pada umumnya mereka mengenal satu sama lain baik antara penjual dan pembeli, maupun antara pembeli dengan pembeli ataupejual dengan penjual. Hal ini menyebabkan rasa ketergantungan antara penjual dan pembeli yang menimbulkan rasa keterikatan satu sama lainnya.

  Keterikatan itu dapat mempengaruhi tingkah laku penjual dan pembeli dalam menentukan harga dalam tawar menawar.

  Salah satu bentuk yang memperlihatkan adanya ikatan-ikatan yang erat dalam interaksi antara penjual dan pembeli yang dibina oleh kepercayaan yang tinggi di antara mereka adalah dengan adanya penjual yang berusaha menyediakan barang-barang yang dipesan oleh si-pembeli, meskipun barangbarang pesanan itu bukanlah jenis komoditi yang dijualnya. Ikatan-ikatan seperti itu terjadi pula pada pedagang pakaian, hal ini terjadi pada Sa’adah seorang pedagang pakaian. Seorang pelanggannya membutuhkan baju daster padahal Sa’adah adalah pedagang pakaian sekolah. Hasil pengamatan di Pasar Tradisional Wadaslintang menunjukkan bahwa kadang-kadang pesanan itu tidak dipesan langsung ke si produsen, akan tetapi melalui pedagang pakaian yang lain yang berjualan di Pasar Wadaslintang. Pada kasus semacam ini, pedagang lebih cenderung sebagai perantara sehingga besarkecilnya keuntungan yang diperoleh si pedagang tergantung dari hubungan si pedagang dan si pelanggan. Biasanyamakin baik hubungan si pedagang dengan si pelanggan, makin sedikit keuntungan yang akan diambil. Interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat menyebabkan adanya kontrak diadik (dyadic contract) atau hubungan yang terjalin antara dua orang dalam kurun waktu yang telah ditentukan atau pun dalam waktu yang tidak terbatas. Kontrak diadik ini sifatnya informal dan tidak dilandasi hukum, serta dilakukan kedua belah pihak tanpa paksaan. Kontrak diadik tersebut dapat berupa simetris dan asimetris. Adapun yang dimaksud hubungan simetris adalah hubungan dua pihak yang mempunyai kedudukan sama dan diantara keduanya saling melengkapi, sedangkan hubungan asimetris jika salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi sehingga hubungannya lebih menyerupai patron-klien (patron-client) (Nastiti, 2003: 109)

  Seseorang dapat melakukan kontrak diadik dengan beberapa orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan, umpamanya seorang pedagang melakukan kontrak diadik dengan istrinya, yaitu selama mereka terikat dalam pernikahan, si suami mencari nafkah dan si istri mengurus rumah tangga. Kontrak diadik selain itu juga dapat dilakukan dengan tetangganya yaitu saling tolong-menolong dalam suka dan duka, juga ia, jika seorang pedagang, dapat mengadakan kontrak diadik dengan langganannya, dengan pedagang-pedagang lainnya, dengan pemasok barangnya, dan sebagainya.

  Interaksi sosial menyebabkan pula adanya kontak budaya dalam masyarakat, diantara mereka saling memperkenalkan barang-barang baru hasil produksi mereka. Hasil produksi yang menjadi komoditi dapat menyebabkan difusi atau penyebaran pengetahuanmengenai produksi dan pengetahuan mengenai konsumennya. Berbekal pengetahuan mengenai produksi yang disukai konsumen, produsen dapat menciptakan sesuatu yang bersifat inovatif yang diperkirakan laku di pasar. Difusi pengetahuan dapat terjadi di dalam satu komunitas yang tinggal dalam satu desa, atau dapat juga antara satu komunitas dengan komunitas lainnya yang tinggal di beberapa desa.

  Adanya difusi pengetahuan yang diakibatkan oleh interaksi yang terjadi dalam masyarakat dapat mempengaruhipola pikir dan pola tingkah laku yang terus menerus akan mengakibatkan adanya inovasi yang dapat membawa masyarakat kearah kemajuan. Pengetahuan mengenai produksi suatu barang, misalnya, dapat diperoleh secara turun temurun, dapat diperoleh dari tetangga dalam satu desa, atau dari warga desa tetangga.

  Keahlian ini kemudian dikembangkan terus menerus oleh warga masyarakat desa tersebut sehingga barang-barang yang diproduksi merupakan ciri khas dari desanya. Wadaslintang merupakan sentra produksi kelapa sehingga ciri khas Kelurahan Wadaslintang adalah buah kelapa.

  Seringnya warga masyarakat Wadaslintang dari berbagai lapisan bertemu di pasar Tradisional Wadaslintang, orang-orang yang tadinya tidak mengenal satu sama lain menjadi saling mengenal sehingga terjadi ikatan-ikatan yang erat diantara mereka. Apalagi interaksi ini terjadi pada masyarakat pedesaan yaitu masyarakat Wadaslintang yang belum begitu kompleks sehingga interaksi di antara mereka lebih mudah terjadi.

  Interaksi ini dapat berlanjut dalam aktivitas sosial yang terdapat di luar pasar, misalnya dalam perkawinan maupun kemalangan/ musibah. Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial yang terjadi di Pasar Tradisional Wadaslintang pada umumnya adalah berdagang untuk mengambil keuntungan sekaligus berinteraksi untuk mendapatkan teman. Kemungkinan penyebabnya adalah ciri khas masyarakat pedesaan yang bergotong royong sehingga mereka selalu merasa membutuhkan orang lain. Adanya pelanggan juga membuat para pedagang merasa di untungkan tanpa harus memasang iklan. Mengapa dikatakan demikian karena dengan banyaknya teman yang dimiliki maka para teman inilah yang akan memberitahukan jenis dagangan para pedagang ke orang lain.

  2. Informasi dan Komunikasi Bertemunya antara pedagang dan penjual di pasar, yang berasal dari berbagai kalangan, kelas sosial dan latar belakang budaya menjadikan fungsi pasar tidak sekedar sebagai tempat yang berfungsi ekonomis tetapi juga informatif. Sumber informasi tidak hanya melalui media cetak (koran, majalah) ataupun media elektronik (televisi dan radio), tetapi juga tidak kalah pentingnya adalah sumber informasi yang diperoleh dari seseorang.

  Bagi masyarakat Wadaslintang, Pasar Wadaslintang secara otomatis berfungsi sebagai tempat berkomunikasi dan juga sebagai sumber informasi. Interaksi sosial yang terjadi di Pasar Tradisional Wadaslintang, baik antara penjual dan pembeli atau antara sesama pembeli ataupun sesama penjual, secara tidak langsung di antara mereka telah terjadi pertukaran informasi. Informasi ini dapat berupa informasi penting atau hanya informasi-informasi tentang berbagai kejadian yang mereka alami. Masyarakat Wadaslintang selama berinteraksi di pasar tidak hanya membicarakan masalah-masalah ekonomi semata, tetapi juga membicarakan semua aspek kehidupan. Berbagai macam informasi dapat secara cepat menyebar di pasar yang berlangsung dari mulut ke mulut sehingga pasar menjadi tempat mendapatkan sekaligus menyebarkan informasi.

  Bahwa keberadaan pedagang obat yang menawarkan dagangannya melalui suara speaker dengan suara yang keras di Pasar Wadaslintang ternyata mampu menarik perhatian pengunjung sehingga Informasi yang akan disampaikan yaitu mengenai barang dagangannya yaitu obat-obatan yang ditawarkan akan tersampaikan.

  Pasar Tradisonal Wadaslintang sebagai tempat berkumpulnya warga masyarakat Wadaslintang, masyarakat sekitar Wadaslintang maupun masyarakat dari daerah luar Wadaslintang, disadari ataupun tidak ternyata Pasar Wadaslintang merupakan sarana yang paling baik untuk menyebarkan suatu pesan atau berita walaupun dalam era sekarang ini sudah tersedia alat komunikasi yang maju, misalnya Telepon ataupun HP ternyata pasar tradisional masih merupakan sarana informasi yang baik. Multifungsi yang dimiliki pasar secara tidak langsung sangat menguntungkan pihak pemerintah dalam menyebarkan pesan-pesan pembangunan dan hasil yang telah tercapai.

  3. Hiburan Pasar Tradisional Wadaslintang pada umumnya selain menawarkan kebutuhan pokok (primer) maupun pelengkap (sekunder), juga menawarkan hiburan yang dapat dinikmati meskipun hanya untuk melihat- lihat keramaian di pasar untuk menonton pertunjukan. Hiburan bagi masyarakat sampai sekarang masih merupakan unsur penting dalam kehidupan. Masyarakat Wadaslintang memanfaatkan hari pasar sebagai selingan dari pekerjaan rutin yang harus dilakukan, seperti yang dinyatakan oleh Sukirman seorang buruh tani yang mengatakan bahwa :

  “ Saya setiap wage pasti pergi ke pasar Wadaslintang untuk menjual hasil kebun, selain itu juga untuk mencari selingan hiburan. Saya jarang sekali bahkan tidak pernah ke pasar selainwage kecuali kalau ada keperluan mendes ak” (Wawancara, 15 Mei 2013). Pengunjung Pasar Wadaslintang sangat bervariasi. Anak-anak, pemudapemudi, orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Diantara pengunjung pasar, ada yang sengaja untuk mencari hiburan (rekreasi) dipasar. Rekreasi merupakan kebutuhan setiap individu dimana saja berada, bukan hanya berlaku bagi orang yang tinggal di kota (Majid, 1988: 311).

  Di Wadaslintang, selain Waduk Wadaslintang tidak ada tempat wisata untuk hiburan yang dikunjungi banyak orang sehingga yang menjadi sasaran tempat untuk mencari hiburan hanyalah pasar Wadaslintang. Kehadiran orangorang yang mencari hiburan di pasar Wadaslintang didorong oleh beberapa faktor antara lain disebabkan karena dikampung selalu dipacu dalam bekerja, tidak waktu kosong untuk bersantai, kecuali saat tertentu seperti pada acara hajatan seperti perkawinan atau khitanan.

  Jika hari pasar tiba, para pemuda-pemudi banyak yang datang ke pasar Wadaslintang, kendatipun tidak ada maksud apa yang dibeli, seperti yang diutarakan oleh Ari seorang remaja putri dari desa Trimulyo yang mengatakan bahwa :

  “Saya berasal dari desa Trimulyo. Saya datang ke pasar jalan kaki. Saya masih kuliah, jadi kalau saya di rumah ketika liburan hampir setiap hari wage saya pasti pergi ke Pasar WageWadaslintang, sebab kalau saya di rumah terus-terusan bosan tidak ada kerjaan. Saya pergi ke pasar biasanya untuk jalan-jalan sambil cuci mata kecuali kalau dititipi belanja sama ib u saya” (Wawancara, 15 Mei 2013).