PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR

DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR SKRIPSI

Oleh : OCTAVI RIZKY CAHYANINGRUM

K4408039

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Octavi Rizky Cahyaningrum. PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL

SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang dibangunnya Umbul Sewu sebagai obyek wisata (2) pengelolaan obyek wisata Umbul Sewu (3) perkembangan obyek wisata Umbul Sewu (4) pengaruh obyek wisata Umbul Sewu terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Pengging dan sekitar.

Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal yaitu sasaran yang akan diteliti sudah dibatasi dan ditentukan serta terpusat pada satu lokasi yang mempunyai karakteristik tersendiri. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian, di mana peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) latar belakang Umbul Sewu ini dijadikan objek wisata karena pemanfaatan potensi wisata di kawasan

Pengelolamengembangkan Umbul Sewu dengan konsep wisata keluarga yang menggabungkan antara kolam renang dan restoran. Umbul Sewu merupakan objek wisata yang dikelola oleh perorangan, yakni oleh PT. Umbul Sewu tidak bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali tapi Umbul Sewu hanya menyetor pajak kepada Pemerintah Daerah (3) ada perkembangan wahana di Umbul Sewu sedikit mengalami pertambahan dan adanya tambahan kolam renang sebanyak 3 buah dan gazebo 12 buah, perkembangan pengunjung yaitu mengalami peningkatan tiap tahun, hal ini disebabkan adanya usaha promosi yang selalu ditingkatkan oleh pengelola Umbul Sewu (4) Keberadaan objek wisata Umbul Sewu membawa pengaruh bagi masyarakat sekitar, yaitu adanya perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat misalnya mengubah status yang tadinya pengangguran menjadi tidak pengangguran. Sedangkan dampak dalam bidang ekonomi tentunya sangat besar yaitu peningkatan pendapatan keuangan dan juga peningkatan kesejahteraan bagi kehidupan ekonomi masyarakat Pengging dan sekitar

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “ PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs. A. Arif Musadad, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan

penjelasan dengan sabar hingga saya mengerti dan memahami semuanya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini.

7. Agus Bekti Widodo, SE yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

8. Eka Lasda Yuniawan dan Parwadi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

dalam penyusunan skripsi ini.

10. Seluruh Warga Bendan yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara dengan ribuan pulau, beraneka keindahan alamnya dan penduduknya yang terdiri dari ratusan suku bangsa, sesungguhnya memiliki potensi wisata alam, sosial dan budaya yang besar. Potensi dan sumber daya alam yang ada dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Sebagian besar sumber daya alam tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi beberapa objek wisata. Mengingat daya tarik utama wisatawan yang berkunjung ke Indonesia adalah karena keindahan alam dan kekayaan seni budayanya, maka tidak heran jika potensi ini menarik untuk dikembangkan (Nyoman S Pendit, 2002: 66).

Kekayaan potensi dan sumber daya alam Indonesia membuka peluang bagi perkembangan pariwisata di Indonesia. Adanya kemajuan teknologi dan juga akibat urbanisasi yang besar, menarik kaum urban menuju pusat-pusat kota untuk mencari nafkah. Akibatnya, banyak orang kota yang terlibat dalam suasana tegang atau mengalami stress. Salah satu pelariannya adalah melakukan rekreasi atau berlibur di tempat-tempat wisata. Masyarakat kota menginginkan suasana yang baru, rileks, dan menikmati perubahan lingkungan dengan udara yang bersih, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani agar segar dan siap untuk bekerja kembali.

Di Indonesia pariwisata merupakan sektor yang penting dalam mendukung perekonomian sebagian sumber setelah migas. Pariwisata juga berperan untuk mengembangkan sosial budaya dan mempromosikan citra bangsa di luar negeri. Pariwisata di Indonesia merupakan faktor yang mempercepat perkembangan dan merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling penting. Sektor ini yang diharapkan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (MA Desky, 2001: v).

Menurut pendapat Salah Wahab (1985 : 5) pariwisata adalah salah satu Menurut pendapat Salah Wahab (1985 : 5) pariwisata adalah salah satu

Pariwisata tidak hanya ditujukan untuk memberikan kesenangan kepada wisatawan, akan tetapi pariwisata dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang luas dan membawa perubahan yang luas pula terhadap masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan hidup. Melalui pariwisata dapat menjadi pendorong ke arah positif terhadap pemeliharaan dan perkembangan masyarakat. Berbagai kegiatan dan keperluan pariwisata menyangkut berbagai unsur yang menyangkut aspek pemerintahan, industri, alam dan masyarakat yang saling terkait dan saling menunjang dalam rangka memberikan jasa pelayanan yang memadai kepada para wisatawan (Oemar Hamalik, 1978 : 14-15).

Pengaruh yang ditimbulkan dari pariwisata ini memberikan peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha. Baik dari usaha makanan, cinderamata maupun penjualan jasa. Pariwisata diharapkan dapat menggerakan ekonomi rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.

Sektor pariwisata juga diharapkan mampu menghasilkan pemasukan keuangan bagi negara maupun pemerintah daerah. Selain itu juga sektor pariwisata diharapkan mampu mendorong perkembangan ekonomi nasional maupun perkembangan ekonomi lokal, memberdayakan ekonomi masyarakat, meningkatkan kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar, mendorong pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan pembangunan sektor lainnya, memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan rasa cinta tanah air, mendorong perkembangan daerah, memperkenalkan produk nasional maupun produk lokal dalam rangka meningkatakan kesejahteraan masyarakat dan yang terpenting adalah menyerap tenaga kerja serta meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat (Soekadijo, 1997: 8-9).

salah satu wujud kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pengembangan potensi di setiap daerah yang mempunyai potensi sebagai objek wisata mulai digali dan dikembangkan. Berbagai jenis objek wisata sudah berkembang di Indonesia, mulai dari wisata budaya, kesehatan, olahraga, komersial, industri, politik, konvensi, sosial, pertanian, bahari, cagar alam dan buru. Terdapat ratusan jenis budaya di Indonesia yang berkembang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Alam Indonesia merupakan alam yang kaya dan indah (Oka A Yoeti, 1990 : vii).

Keindahan alam Indonesia merupakan salah satu aset yang perlu dijaga dan dikembangkan. Salah satu pengembangannya adalah melalui objek wisata. Peran masyarakat dalam perkembangan objek wisata tersebut sangat dibutuhkan sehingga perlu menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengembangan pariwisata. Melalui hal tersebut keindahan alam di Indonesia dapat dimanfaatkan dan dilestarikan.

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pariwisata merupakan hal sangat penting. Masyarakat berfungsi sebagai objek, hal ini berarti bahwa masyarakat sebagai penyedia sarana, maka masyarakat perlu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelayanan yang memuaskan. Partisipasi masyarakat dalam pariwisata dapat diwujudkan dengan tingkah laku masyarakat yang ramah, sopan, menghormati wisatawan yang datang, menunjukkan keaslian hidup sehari-hari dan memelihara lingkungan sekitar. Oleh karena itu partisipasi masyarakat tersebut akan mendorong perkembangan pariwisata dan akan lebih merangsang wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata (Oemar Hamalik, 1978 : 49).

Boyolali terletak di kaki sebelah timur Gunung Merapi dan Gunung Merbabu sehingga memiliki hawa sejuk, pemandangan alam yang indah dan mempesona. Kota Boyolali berjarak 25 kilometer sebelah barat kota Surakarta (Solo) dan merupakan kawasan wisata SSB (Solo-Selo-Borobudur). Kota Boyolali termasuk kawasan Subosukawonosraten (Surakarta – Boyolali -

Boyolali Tersenyum (tertib, elok, rapi, sehat, nyaman untuk masyarakat) ( http://www.boyolalikab.go.id/ , diunduh pada tanggal 10 januari 2012 pukul 10.16).

Pemerintah Kabupaten Boyolali menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu prioritas pembangunan penggerak ekonomi masyarakat. Diharapkan melalui industri pariwisata yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat sekitar, maka akan berdampak pada sektor-sektor yang lain yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Boyolali pun membuka kesempatan seluas luasnya kepada para investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata dengan membuka tempat-tempat wisata yang baru yang diharapkan mampu menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Boyolali. Sampai saat ini pun telah banyak para investor yang berinvestasi di Kabupaten Boyolali dengan membuka berbagai jenis tempat wisata yang menarik dan unik ( http://harianjoglosemar.com/ , Ario Bhawono, diunduh pada tanggal 4 Oktober 2011 pukul 09.47).

Kabupaten Boyolali memiliki beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi antara lain, Gunung Merapi dan Merbabu yang menawarkan keindahan alam pegunungan serta panorama alam, tempat wisata berupa mata air yang mengalir secara terus menerus dan sangat jernih yang dikelola dengan baik menjadi tempat wisata air, kolam renang, kolam pancing dan restoran seperti di Tlatar (sekitar 7 km arah utara kota Boyolali) dan Pengging di Kecamatan Banyudono (sekitar 10 km arah timur kota Boyolali). Selain itu terdapat beberapa waduk yang menjadi tujuan wisatawan di Boyolali yakni waduk Badhe, waduk Cengklik, dan waduk Kedungombo yang biasanya sebagai sarana irigasi bagi pertanian dan perikanan bagi masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam yang mempesona dan dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan pemancingan.

Salah satu tempat wisata yang menarik di Kabupaten Boyolali adalah Umbul Sewu. Umbul Sewu terletak di kawasan wisata Pengging kecamatan Banyudono. Umbul Sewu merupakan tempat rekreasi keluarga yang mempunyai Salah satu tempat wisata yang menarik di Kabupaten Boyolali adalah Umbul Sewu. Umbul Sewu terletak di kawasan wisata Pengging kecamatan Banyudono. Umbul Sewu merupakan tempat rekreasi keluarga yang mempunyai

Suatu objek wisata akan menarik para pengunjungnya apabila memiliki daya tarik tersendiri. Oleh karena itu PT Umbul Sewu bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk berusaha meningkatkan kualitas objek wisata Umbul Sewu. Pembangunan objek wisata Umbul Sewu terus dilakukan agar semakin menarik pengunjung. Banyaknya pengunjung yang datang ke objek wisata Umbul Sewu akan berdampak bagi kehidupan masyarakat sekitar. Pembangunan dan pengembangan pariwisata yang dilakukan akan memacu pertumbuhan sosial ekonomi yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat, tingkat kesejahteraan masyarakat, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan oleh penulis serta hal-hal yang menarik yang ada di dalamnya, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Perkembangan Objek Wisata Umbul Sewu dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pengging dan Sekitar “.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :

1. Apa yang melatarbelakangi dibangunnya Umbul Sewu sebagai objek wisata?

2. Bagaimana pengelolaan objek wisata Umbul Sewu?

3. Bagaimana perkembangan objek wisata Umbul Sewu?

4. Bagaimana pengaruh objek wisata Umbul Sewu terhadap kondisi sosial

Berpijak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui:

1. Latar belakang dibangunnya Umbul Sewu sebagai objek wisata.

2. Pengelolaan objek wisata Umbul Sewu.

3. Perkembangan objek wisata Umbul Sewu.

4. Pengaruh objek wisata Umbul Sewu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Pengging dan sekitar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai masalah perubahan sosial ekonomi masyarakat Pengging .

b. Menambah wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca tentang pengaruh objek wisata terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat.

c. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang sejenis secara lebih mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam sejarah pariwisata yang ada di Indonesia.

c. Memberikan manfaat bagi lembaga-lembaga lain yang terkait yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Ditinjau secara etimologi kata “pariwisata” berasal dari bahasa S ansekerta yaitu “pari” yang berarti penuh, lengkap, berkeliling, “wis(man)” yang berarti rumah properti, kampun g, komunitas dan “ata” yang berarti pergi terus menerus, mengembara (roaming about ). Atas dasar itulah kata “pariwisata” diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lainnya yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata tourism (Nyoman S. Pendit, 2002: 1).

Menurut Salah Wahab (1975 : 55) pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor- sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan, dan transportasi.

Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya karena berbagai kepentingan, baik kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain yang bersifat sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau belajar (Adi Sasono, 1978:8).

Herman V Schulalard dan E. Guyer Freuler dalam Oka A. Yoeti (1983:105-106) merumuskan pengertian pariwisata dan memberikan batasan sebagai berikut :

Pariwisata adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau Negara. Pariwisata dalam artian modern merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, Pariwisata adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau Negara. Pariwisata dalam artian modern merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa,

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna tamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

b. Jenis dan Macam Pariwisata

Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada suatu negara, maka timbullah bermacam-macam jenis pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan mempunyai cirinya sendiri. Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan antara pariwisata yang satu dengan jenis pariwisata jenis lainnya, karena dengan demikian akan dapat ditentukan kebijakan apa yang akan dapat mendukung, sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan dapat terwujud seperti apa yang diharapkan.

Ditinjau dari segi ekonomi, pengelompokan jenis pariwisata dianggap penting, karena dengan cara itu dapat menentukan berapa penghasilan devisa yang diterima dari suatu macam pariwisata yang dikembangkan di suatu tempat atau daerah tertentu. Di lain pihak, pengelompokan ini juga sangat berguna untuk menyusun statistik kepariwisataan atau untuk mendapatkan data penelitian yang diperlukan dalam perencanaan selanjutnya di masa yang akan datang.

Menurut Oka A. Yoeti (1983:114) pariwisata terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan pembagiannya masing-masing, antara lain:

1) Menurut letak geografis

a) Pariwisata Lokal (Local Tourism), yaitu pariwisata setempat, yang mempunyai ruang lingkup sempit dan terbatas dalam tempat- a) Pariwisata Lokal (Local Tourism), yaitu pariwisata setempat, yang mempunyai ruang lingkup sempit dan terbatas dalam tempat-

c) Pariwisata Nasional (National Tourism), kepariwisataan yang berkembang dalam wilayah suatu negara. Sebagai contoh kepariwisataan Indonesia. .

d) Pariwisata Regional-international, yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN.

e) Pariwisata

Internasional (International

Tourism ), yaitu

kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia.

2) Menurut alasan/tujuan perjalanan

a) Businnes Tourism, yaitu pariwisata dimana pengunjungnya memiliki tujuan untuk dinas, usaha dagang, atau yang berhubungan dengan pekerjaannya, kongres, seminar, conversation, dan musyawarah kerja.

b) Vacational Tourism, yaitu pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur dan cuti.

c) Educational Tourism, yaitu pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.

3) Menurut saat atau waktu berkunjung

a) Seasonal Tourism, yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu, termasuk di dalamnya adalah Summer Tourism atau Wimter Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga.

wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occusion) atau suatu event, misalnya Sekaten di Solo.

4) Pembagian menurut objeknya

a) Cultural Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik atau seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi, objek kunjungannya adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno.

b) Recuperational Tourism, yaitu biasa disebut dengan pariwisata kesehatan, tujuannya adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit. Misalnya mandi di suatu sumber air panas.

c) Commercial Tourism, disebut dengan pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional ataupun internasional.

d) Sport Tourism, yaitu perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu negara.

e) Political Tourism, biasa disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang tujuannya melihat suatu peristiwa yang berhubungan dengan kejadian suatu negara.

f) Social Tourism, Pariwisata sosial hendaknya jangan diasosiasikan sebagai suatu pariwisata yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya yang tidak menekankan pada mencari keuntungan saja.

g) Religion Tourism, jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Misalnya naik haji bagi yang beragama Islam.

Menurut Nyoman S. Pendit (2002: 38), selain pembagian jenis pariwisata di atas, pariwisata dapat di bagi dalam beberapa macam, yaitu:

1) Wisata Budaya, perjalanan ini dilakukan untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai cara hidup, 1) Wisata Budaya, perjalanan ini dilakukan untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai cara hidup,

3) Wisata Komersial, yang termasuk jenis ini adalah perjalanan untuk mengunjungi oameran-pameran dan panen raya yang bersifat komersial.

4) Wisata Industri, adalah perjalanan wisata yang dilakukan oleh orang awam maupun mahasiswa ke suatu komplek atau daerah perindustrian dengan tujuan untuk melakukan peninjauan atau penelitian.

5) Wisata Pertanian, perjalanan wisata yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, pembibitan yang bertujuan untuk penelitian maupun menikmati lingkungan.

6) Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara-negara yang memiliki daerah tempat berburu yang dibenarkan dan digalakkan oleh pemerintah.

7) Wisata pilgrim, jenis wisata ini banyaak dikaitkan dengan agama, sejaah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.

8) Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi penggantin baru.

9) Wisata Petualangan. Dikenal dengan Adventure Tourism, seperti

masuk hutan belantara yang belum pernah dijelajahi.

c. Manfaat Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu industri yang terus berkembang dengan baik di Indonesia maupun di dunia. Bagi negara-negara yang telah maju, kepariwisataan merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Kegiatan kepariwisataan bahkan sudah merupakan aktivitas dan permintaan yang wajar untuk dipenuhi. Adapun manfaat pariwisata tersebut menurut B. Wiwoho (1990: 64-66) antara lain : Pariwisata merupakan suatu industri yang terus berkembang dengan baik di Indonesia maupun di dunia. Bagi negara-negara yang telah maju, kepariwisataan merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Kegiatan kepariwisataan bahkan sudah merupakan aktivitas dan permintaan yang wajar untuk dipenuhi. Adapun manfaat pariwisata tersebut menurut B. Wiwoho (1990: 64-66) antara lain :

b) Memperbesar penerimaan devisa negara yang bersumber dari pengeluaran wisatawan luar negeri karena itu dapat memperbaiki neraca pembayaran negara.

c) Meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tujuan wisata (DTW) yang berasal dari pengeluaran-pengeluaran yang dibelanjakan oleh para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

d) Memperbesar pendapatan pemerintah pusat maupun daerah berupa pajak termasuk bea cukai.

e) Memperbesar penanaman modal baik oleh pemerintah maupun oleh swasta di berbagai sektor yang langsung berhubungan dengan pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan maupun yang mendukung pembangunan kepariwisataan.

f) Meningkatkan produksi serta transaksi barang-barang guna memenuhi kebutuhan yang timbul karena perjalanan dan kunjungan.

g) Meningkatkan kepariwisataan dan menumbuhkan usaha-usaha

ekonomi dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional.

h) Mendorong pembangunan prasarana dan sarana terutama di daerah yang tidak memiliki potensi ekonomi kecuali dengan diselenggarakannya kegiatan kepariwisataan.

2) Manfaat sosial-budaya dan lingkungan hidup

a) Mendorong pemeliharaan pembangunan nilai-nilai budaya bangsa, menghidupkan kembali seni tradisional yang hampir punah serta meningkatkan mutu seni, baik seni tari, seni ukir, seni lukis maupun seni budaya lainnya.

dikembangkannya pengenalan terhadap kekayaan budaya bangsa dan tanah air.

c) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap seni budaya sendiri.

d) Kontak-kontak langsung yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat yang dikunjunginya, sedikit banyak akan menghembuskan nilai hidup baru dalam arti memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan lain. Manusia akan belajar menghargai nilai-nilai orang lain dan memperluas nilai-nilai pribadi, karena nilai pribadi yang ramah merupakan daya tarik yang dihargai orang asing.

e) Pariwisata dapat mendorong terciptanya lingkungan hidup yang serasi dan harmonis, oleh karena itu wisatawan yang mempunyai tujuan pokok untuk rekreasi, menginginkan suatu lingkungan yang menimbulkan suasana baru dari kejenuhan kehidupan mereka sehari- hari.

Menurut Oemar Hamalik (1978 : 19-20) pariwisata menyangkut berbagai aspek dan segi kehidupan masyarakat, sehingga manfaat pariwisata sangat luas antara lain:

1) Pariwisata akan menambah pendapatan negara dan memperkuat neraca pembayaran, bertambahnya pendapatandari sektor pajak.

2) Memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan. Terjalin hubungan anatara para wisatawan dan antara wisatwan dengan masyarakat sehingga akan tumbuh rasa persahabatan, toleransi, saling menghargai dan memperkuat persatuan dan kesatuan.

3) Mendorong pengembangan kreasi, penggalian, pemeliharaan atau pagelaran seni budaya yang baik karena wisatawan datang untuk menikmati dan mengagumi suatu kreasibudaya.

4) Membatu pemeeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup.

5) Memperluas kesempatan kerja karena dengan berkembangnya industri

pariwisata akan menyerap banyak tenaga kerja.

Objek wisata yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Menurut Marriotti seperti dikutip Oka

A. Yoeti (1996 : 174) ada hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya adalah :

1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang bersifat alamiah. Misalnya iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna, kawah, sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing, lembah, dan gunung.

2) Hasil cipta manusia meliputi :

a) Monumen bersejarah dan sisa peradapan masa lampau. Keraton kasunanan merupakan jenis ini.

b) Museum, galeri seni, perpustakaan, kesenian rakyat.

c) Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, dan upacara perkawinan.

d) Rumah-rumah beribadah seperti masjid, kuil, candi dan pura.

3) Tata cara hidup masyarakat misalnya bagaimana kebiasaan hidup suatu masyarakat dan adat-istiadatnya. Menurut Oka A Yoeti (1990: 109) sutau tempat yang akan dikunjungi harus memilki persayaratan yaitu : 1) adanya faktor something to see adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, 2) adanya faktor something to do yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut, dan 3) adanya faktor something to buy adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas tersendiri untuk dibeli. Jika ketiga persyaratan tersebut diperhitungkan akan saling mengisi sehingga dapat mensukseskan tour yang dilaksanakan. Dengan memperhitungkan objek wisata yang akan dikunjungi maka dapat menghindari kebosanan anggota rombongan selama dalam perjalanan.

e. Wisatawan

Suatu daerah tujuan wisata akan hidup atau mengalami perkembangan Suatu daerah tujuan wisata akan hidup atau mengalami perkembangan

1) Pesiar yaitu untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olah raga.

2) Hubungan dagang, sanak keluarga, handai taulan, konferensi- konferensi, dan misi. Pelancong ialah pengunjung sementara yang tinggal di negara yang dikunjungi kurang dari 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan kapal pesiar) (Oka . A yoeti, 1996: 134). Dalam prakteknya terdapat banyak batasan mengenai apa yang dimaksud dengan “wisatawan”. Dari sudut pandang ekonomi negara penerima wisatawan, wisatawan internasional dapat dibagi menjadi 2 kategori :

1) Yang benar-benar wisatawan (holiday makers) yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan.

2) Yang datang untuk keperluan usaha atau pekerjaan (business), studi, dan misi. Dalam prakteknya, menurut Oka A. yoeti (1996: 185) keduanya adalah konsumen dan pembawa devisa. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa konsumen dan pembawa devisa tidak melakukan kegiatan yang bersifat produktif di negara yang dikunjunginya, serta tidak pula melakukan pekerjaan yang mendapatkan bayaran. Dengan kata lain, uang yang konsumen dan pembawa devisa belanjakan tidak diperoleh dan bukan berasal dari negara yang dikunjungi.

Dalam Nyoman S. Pendit (2002: 45-46) menjelaskan mengenai batasan- batasan wisatawan yang termuat dalam lampiran laporan Panitia Ahli-ahli Statistik Liga Bangsa-bangsa (Leagueof Nations), memberi rekomendasi batasan wisatawan sebagai berikut:

1) Wisatawan yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, alasan kekeluargaan, kesehatan dan sebagainya.

pertemuan atau sebagai wakil (utusan) untuk sesuatu keperluan tertentu (ilmu penegetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, olah raga dan sebagainya).

3) Pengunjung yang mengadakan perjalanan untuk keperluan usaha-usaha bisnisnya.

4) Pengunjung yang tiba dalam pesiar lautnya dengan kapal pesiar, walaupun tinggal kurang dari 24 jam lamanya. Menurut Oka A. Yoeti (1985: 147) banyak orang asing yang berdatangan

ke suatu negara, tetapi orang asing belum tentu sedang dalam keadaan wisata. Sebagian dari mereka ada yang bekerja dan yang berwisata. Orang asing yang bisa dianggap sebagai wisatawan, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Orang asing yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, dan rekreasi.

2) Orang asing yang mengadakan perjalanan untuk keperluan perternuan- perternuan atau karena tugas-tugas tertentu (ilrnu pengetahuan, tugas pemerintahan, diplomasi, agama, dan olah raga)

3) Orang asing yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4) Orang asing yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun tinggal di suatu negara kurang dari 24 jam Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa wisatawan adalah

setiap orang yang melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu, baik dengan tujuan berwisata ataupun bekerja.

Berdasarkan sifat perjalanannya dan lokasi di mana perjalanan wisata dilakukan, wisatawan menurut Oka A. Yoeti (1996: 143) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Wisatawan Asing (Foreign Tourist) adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga 1) Wisatawan Asing (Foreign Tourist) adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga

3) Wisatawan Domestik (Domestic Tourist) ialah seorang waga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya, warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau Danau Toba. Wisatawan ini disebut juga wisatawan dalam negeri atau wisatawan nusantara (Wisnu).

4) Indigenous Foreign Tourist merupakan warga negara suatu negara tertentu yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.

5) Transit Tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu peiabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

6) Business Tourist adalah orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis, bukan wisata, tetapi perjalanan wisata dilakukannya setelah tujuan utamanya selesai. Jadi, perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, yaitu setelah tujuan primer (bisnis) selesai

f. Pariwisata Berbasis Masyarakat

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan langkah yang lebih maju yang dilakukan dalam bidang pariwisata. Pariwisata bentuk ini diterapkan untuk memperjelas peran masyarakat setempat terhadap keberhasilan kegiatan tersebut.

hal ini yang paling penting adalah meyakinkan dan membuktikan penduduk setempat bahwa pariwisata memang dapat memberikan keuntungan.

Pariwisata berbasis masyarakat dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan. Prinsip pembangunan community based tourism menekankan pembangunan pariwisata yang memuat dari, oleh dan untuk masyarakat. Dalam hal ini pariwisata menggantungkan peran masyarakat sekitar untuk memajukkan pariwisata seperti dalam wisata Umbul Sewu. Menuru Rara Sugiarti, Tundjung dan Radjiman ( 2006: 23) menyatakan bahwa pariwisata berbasis masyarakat ini menjadikan masyarakat sebagai perencana, pelaksana, pengelola, dan pengembang sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi. Masyarakat terlibat aktif dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.

Menurut Mallet dalam Ida Kusuma Dewi dan Setyo Budi (2006: 14-15) meskipun pariwisata berbasis masyarakat menekankan pada faktor masyarakat sebagai komponen utama, keterlibatan unsur lainnya seperti pemerintah dan swasta sangat diperlukan. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tujuan wisata mempunyai peran penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan pariwisata di daerahnya. Hal yang terpenting adalah upaya memberdayakan masyarakat setempat dengan mengikutsertakan masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan pariwisata. Untuk itu pemerintah sebagai fasilitator dan stakeholder lainnya harus menghimbau dan memberikan motivasi kepada masyarakat agar bersedia aktif di dalam pembangunan pariwisata.

Pariwisata berbasis masyarakat menuntut adanya koordinasi dan kerja sama serta peran dari semua pihak yang terkait, karena itu partisipasi masyarakat sangat mendorong terwujudnya kerja sama. Usaha-usaha yang akan dilaksanakan dalam pariwisata berbasis masyarakat harus memperhatikan kondisi dan karakteristik masyarakat setempat serta sifat masing-masing objek dan daya tarik wisata. Hal ini berkaitan dengan adanya program sadar wisata yaitu kondisi di mana masyarakat dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai Pariwisata berbasis masyarakat menuntut adanya koordinasi dan kerja sama serta peran dari semua pihak yang terkait, karena itu partisipasi masyarakat sangat mendorong terwujudnya kerja sama. Usaha-usaha yang akan dilaksanakan dalam pariwisata berbasis masyarakat harus memperhatikan kondisi dan karakteristik masyarakat setempat serta sifat masing-masing objek dan daya tarik wisata. Hal ini berkaitan dengan adanya program sadar wisata yaitu kondisi di mana masyarakat dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai

Rara Sugiarti, Tundjung dan Radjiman ( 2006: 23) mengemukakan bahwa pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini bertujuan untuk:

1) memberdayakan masyarakat melalui pembangunan pariwisata daerah di Indonesia; 2) meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata agar dapat memperoleh keuntungan ekonomi, sosial budaya dari pembangunan pariwisata; 3) memberikan kesempatan yang seimbang kepada semua anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan (gender based dan equity ).

Program sadar wisata dapat berhasil atau tidak ditentukan oleh peran aktif dan proaktif dari seluruh komponen masyarakat. Dalam melaksanakan program sadar wisata dengan baik dapat menumbuhkan sikap peduli masyarakat, maka dibuatlah sebuah pedoman yang bernama sapta pesona. Hal ini diarahkaan untuk mengurangi tekanan terhadap objek wisata sehingga pembangunan pariwisata dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Dimana dalam hal ini masyarakat setempat dapat dilibatkan dalam berbagai kegiatan usaha seperti menjual makanan, minuman, cindera mata dan sebagainya (Rara Sugiarti, Tundjung dan Radjiman, 2006: 24).

Dalam upaya mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat, pengembangan itu perlu diarahkan untuk menciptakan keseimbangan dalam memenuhi kepentingan generasi yang akan datang tanpa mengurangi nilainya. Pengembangan kawasan berdasarkan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan adanya sikap berwisata yang positif dan bertanggung jawab, baik dari pandangan wisatawan, pengelola maupun masyarakat disekitar lokasi pariwisata.

g. Sapta Pesona Pariwisata

Menurut Ida Kusuma Dewi dan Setya Budi (2007: 11-13) salah satu upaya Menurut Ida Kusuma Dewi dan Setya Budi (2007: 11-13) salah satu upaya

sebuah pedoman yang dikenal dengan Sapta Pesona. Sapta pesona adalah pedoman program Sadar Wisata yang merupakan sebuah kondisi yang harus diwujudkan dalam memberikan setiap jasa pelayanan kepada wisatawan.

Dian Permana Alam (2010:35) mengemukakan bahwa sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata. Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia. Sapta pesona pertama kali dicetuskan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi yaitu Soesilo Soedarman. Sapta pesona wisata merupakan tujuh pokok-pokok dalam mewujudkan kepariwisataan yang harus dilaksanakan. Ketujuh unsur tersebut, yaitu :

1) Aman Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila

merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari :

a) Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan, penodongan, penipuan dan lain sebagainya.

b) Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya

c) Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan, untuk makan dan minum, lift, alat perlengkapan rekreasi atau olah raga.

d) Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedagang asongan tangan jail, ucapan dan tindakan serta perilaku yang tidak bersahabat dan lain sebagainya.

Jadi, aman berarti tejamin keselamatan jiwa dan fisik, termasuk milik (barang) wisatawan

Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya :

a) Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan datang dan

berangkat tepat pada waktunya.

b) Bangunan dan lingkungan ditata teratur dan rapi

c) Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat

d) Informasi yang benar dan tidak membingungkan

3) Bersih Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang

menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti :

a) Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat- tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat buangair kecil/besar dan lain sebagainya. Bersih dari sampah, kotoran, corat-coret dan lain sebagainya.

b) Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat

c) Pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi dan tidak

mengeluarkan bau tidak sedap dan lain sebagainya

4) Sejuk Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau

keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya. Untuk itu hendaklah kita semua :

a) Turut serta aktif memelihara kelestarian lingkungan dan hasil penghijauan yang telah dilakukan masyarakat maupun pemerintah

b) Membentuk perkumpulan yang tujuannya memelihara kelestarian

Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia, karena itu kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati oleh umat manusia.

6) Ramah Tamah Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang

menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikat. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus.

7) Kenangan Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan

dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan. Kenangan yang indah ini dapat pula diciptakan dengan antara lain :

a) Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa

seni tari, seni suara dan berbagai macam upacara

b) Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas daerah bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari b) Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas daerah bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari

Menurut pandangan yang populer, masyarakat sebgai kekutan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota- anggotanya. Pandangan ini mirip dengan wawasan sosiolog yang dipelopori oleh seorang ahli sosiologi klasik dari Perancis yang bernama Emil Durheim yang menyebutka bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya (Darsono Wisadirana, 2004: 23).

Menurut Comte, masyarakat merupakan hubungan sistematis antara lembaga-lembaga, kesopanan sosial dengan cita-cita, yan semuanya merupakan kesatuan dari proses-proses fisik, moral dan intelektual ( Soerjono Soekanto, 1983: 3). Summer berpendapat masyarakat merupakan proses saling pengaruh mempengaruhi antara kebutuhan-kebutuhan pribadi dengan unsur-unsur kehidupan bersama. Masyarakat merupakan suatu realitas sosial. Menurut Summer masyarakat manusia terdiri dari in-group dan out-group atau we-group dan other-group (Adham Nasution, 1983 : 52).

Menurut Betrand dalam Darsono Wisadirana (2004: 23) masyarakat merupakan hasil dari suatu periode perubahan budaya dan akumulasi budaya. Jadi masyarakat bukan sekedar jumlah penduduknya saja melainkan sebagai suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Dimana dari hubungan antaanya ini terbentuk suatu kumpulan manusia yang kemudian menghasilkan suatu kebudayaan. Jadi masyarakat merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan, atau disebut juga sekelompok orang yang mempunyai kebudayaan yang sama atau setidaknya mempunyai sebuah kebudayaan bersama yang dapat membedakan dari kebudayaan kelompok lainnyadan yang tinggal di suatu daerah wilayah tertentu, mempunyai perasaan akan adanya persatuan di antara anggota-anggotanya dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan yang berbeda dari lainnya.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:564) masyarakat dapat dibedakan dalam tujuh macam, antara lain :

1) Masyarakat desa yaitu suatu masyarakat yag anggota masyarakatnya mampunyai mata pencaharian utama dalam sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan atau gabungan dari kesemuanya itu. Sedangakan sistem budaya dan sosialnya juga mendukung mata pencaharian tersebut.

2) Masyarakat kota yaitu masyarakat yag penduduknya mempunyai mata pencaharian dalam sektor perdagangan dan industri atau yang bekerja dalam sektor administrasi.

3) Masyarakat majemuk yaitu masyarakat yang terbagi dalam kelompok

persatuan yang sering memilki budaya yang berbeda-beda.

4) Masyarakat modern yaitu masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, spesialisasi dalam bidang industri dan pemakaian teknologi canggih.