Tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

TINGKAT KEKERASAN EMOSI

YANG DIALAMI REMAJA PUTRI OLEH REMAJA PUTRA

DALAM BERPACARAN

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh:

  Rika Permatasari Nim : 019114161

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Where is A Will, There is A Way Try To Be The Best  GOD Bless You

  Skripsi ini kupersembahkan kepada : TUHAN kami YESUS KRISTUS Papi dan Mami tercinta M’Bobby, M’Lya dan adekku Aulia Dan m’andi terkasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PERSEMBAHAN

TUHAN ITU BAIK; IA ADALAH TEMPAT

PENGUNGSIAN PADA WAKTU

  

KESUSAHAN

(NAHUM 1:7)

APA YANG TIDAK MUNGKIN BAGI

MANUSIA, MUNGKIN BAGI ALLAH

  

(LUKAS 18:27)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

TINGKAT KEKERASAN EMOSI

YANG DIALAMI REMAJA PUTRI OLEH REMAJA PUTRA

DALAM BERPACARAN

Rika Permatasari

Fakultas Psikologi

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan emosi yang dialami oleh remaja putri dalam berpacaran. Subyek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 75 remaja putri yang berstatus pendidikan pelajar SMU dan atau sederajat dan mahasiswa strata satu dan atau sederajat berusia antara 18 hingga 22 tahun yang sedang dalam masa pacaran. Adapun pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode angket yang dikumpulkan menggunakan skala tingkat kekerasan emosi dalam berpacaran. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi product moment.

  Penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif ini menghasilkan data yang menunjukkan bahwa tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran cenderung rendah yaitu sebesar 76%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berpacaran, tingkat kekerasan emosi yang terjadi pada remaja putri adalah rendah.

  Kata kunci: Tingkat Kekerasan Emosi, Remaja Putri Berpacaran, Remaja Putra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

DEGREE OF EMOTIONAL ABUSE

  

IN FEMALE YOUTH’S BY MALE YOUTH’S

DATING RELATIONSHIP

Rika Permatasari

Faculty of Psychology

  

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  This study was purposed to recognize the degree of emotional abuse prevalent among female youths in dating relationship. Subjects involved in this study numbered 75 female youths studying at high school student / or the equal level of edication and college student and / or the equal level of education ranging 18-22 years old and involving in dating relationship. The data collection was conducted through questionnaires of scaling the experience of emotional abuse during dating relationship. Data analysis was conducted using product moment correlation method.

  This study was using quantitative-descriptive method resulting in the data showing that female youths in Yogyakarta experienced considered low emotional abuse by male youths which was 76%. This showed that the emotional abuse prevailed in female youth’s dating relationship was considered low.

  Keywords: Degree of emotional abuse, female youth’s dating relationship, male

  youth’s

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji Syukur kepada Tuhan yang selalu memberkati, memberikan kekuatan dan semangat baru sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul

  

“TINGKAT KEKERASAN EMOSI YANG DIALAMI REMAJA PUTRI OLEH

REMAJA PUTRA DALAM BERPACARAN”. Pada kesempatan ini penulis juga

  menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tak akan bisa terwujud tanpa kehadiran dan dukungan orang-orang yang telah membantuku meraihnya. Maka pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu M.L. Anantasari, S. Psi, M.Si yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran dan kesabarannya dalam membimbing saya. Terimakasih banyak Ibu

  3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. Si. Selaku Dosen Penguji II

  4. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari. S. Psi., M.Si. Selaku Dosen Penguji III 5. Segenap dosen di Fakultas Psikologi yang sudah mau berbagi pengetahuan.

  Terimakasih juga untuk Mas Doni, Mas Muji, Mas Gandung dan Mbak Nanik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  serta Pak Gie yang selalu menebar senyumnya dan membantu demi kelancaran skripsi ini.

  6. Ucapan terimakasihku yang tak terkira untuk M’Rong tersayang yang selalu mendukung dan memberikan semangat dengan candaanmu. Walaupun jayus dan kadang bikin sebel tapi ngangenin. Luv U

  7. Sahabatku dari awal kuliah, Makasi ya Rani, Lastro, Tista & Keluarga, perhatian kalian sangat berharga bagiku. Semoga persahabatan kita tak lengkang oleh waktu 8. Thanks to Pren Ranz, Pren Ich, Pren Tik….berkat kalian smua bisa terwujud.

  9. All The Best crew of KIREI Production, Elos, Hilda, LingS, Jack, Jenny, Irene, jenk Mila, Willi, Obe, David. We are different, we are the best!

  10. Saujana Community… M’Rini, Ester, Ria, Dita, Widya, Eva 11. Ibu kost yang sudah memberikan tenaganya untuk menyemangatiku.

  12. Teman-teman seperjuangan: Lastro, Jellho, Mira, Silva, Tumbar eh Tumbur, Seto, dan teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  13. Temen-temen dancer, Mona, dek Ika, Rendy, Ria, Lanny Thx for your support

  14. Ayo M’Antox, SEMANGAT….SEMANGAT….skirpsinya hahahahaha

  15. Tuk Keluarga besar Wonosari. Akhirnya terselesaikan!!!

  16. Angkringan Pak Gandung, nasi sayurnya enak n murah meriah euy (promosi hahaha)

  17. Raida & teman-teman kostnya, makasi dah bantuin. Sukses juga tuk kalian!

  18. Tante, Om dan Ko Lingga. Ayo Ko, berjuanglah!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  19. Endi, selamat berkarya….jangan patah semangat!

  20. Teman-teman pelatihan, Ika, Bu Murtini, Bu kacang telor, Bpk sate Thik Thok, Mas jamur, Mas Dim Sum, Pak Lukis, Bu Loundry, Bu Toko, Bpk Adam, Bpk Chemical. Selamat ber-usaha biar kaya raya hahahaha…..

  21. Ditol, thx kompu-nya yao! Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap pembaca.

  Yogyakarta, 29 oktober 2009 Penulis

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT........................................................................................................ viii PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............................................. ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian .......................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................

  6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

  A. Pengertian Remaja Putri Berpacaran ...................................................... 8 1. Pengertian Berpacaran ................................................................

  8

  2. Pengertian Remaja Putri.............................................................. 8

  3. Remaja Putri Berpacaran............................................................. 9 B. Kekerasan Emosi dalam Berpacaran.......................................................

  10 1. Pengertian Kekerasan Emosi dalam Berpacaran.........................

  10 2. Bentuk Kekerasan Emosi dalam berpacaran...............................

  12

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Kekerasan Emosi dalam Berpacaran.............................................................

  13

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4. Dampak Kekerasan Emosi dalam Berpacaran ............................

  14

  5. Beberapa Hal yang Menyebabkan Remaja Putri Tetap Mempertahankan Hubungan .............................................

  16 C. Kekerasan Emosi yang Dialami Remaja Putri oleh Remaja Putra dalam Berpacaran………........................................................................

  17 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian........................................................................................

  20 B. Identifikasi Variabel Penelitian...............................................................

  20 C. Definisi Operasional................................................................................

  20 D. Subjek Penelitian.....................................................................................

  22 E. Metode Pengumpulan Data .....................................................................

  23 F. Uji coba Alat Ukur ..................................................................................

  25 1. Uji Validitas dan Seleksi Aitem..................................................

  25 2. Uji Reliabilitas ............................................................................

  27 G. Proses Penelitian .....................................................................................

  29 1. Tahap Persiapan ..........................................................................

  29 2. Tahap Pengumpulan Data ...........................................................

  29 3. Tahap Analisis Data ....................................................................

  30 H. Metode Analisis Data..............................................................................

  30 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Penelitian ...................................................................

  31 1. Karakteristik Subyek berdasarkan Status....................................

  31 2. Karakteristik Subyek berdasarkan Umur ....................................

  32 3. Karakteristik Subyek berdasarkan Usia Berpacaran ...................

  32 4. Karakteristik Subyek berdasarkan Tempat Tinggal Pasangan....

  33 B. Deskripsi Data Penelitian........................................................................

  34 1. Deskripsi Data Empirik dan Teoritik ..........................................

  34 2. Kategorisasi Tingkat Kekerasan Emosi dalam Berpacaran ........

  36 C. Pembahasan.............................................................................................

  37

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................

  41 B. Keterbatasan Penelitian...........................................................................

  41 C. Saran-saran..............................................................................................

  42 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

  43 LAMPIRAN........................................................................................................

  47

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Tabel 1. Blue Print Skala Tingkat Kekerasan Emosi Remaja Putri dalam Berpacaran..................................................................................

  24 Tabel 2. Hasil uji validitas Tingkat Kekerasan Emosi Remaja Putri dalam Berpacaran…………………………………………………………… 27 Tabel 3. Hasil Analisa Reliabilitas Alat Ukur.....................................................

  28 Tabel 4. Komposisi Subyek Berdasarkan Status ................................................ 31 Tabel 5. Komposisi Subyek Berdasarkan Umur .................................................

  32 Tabel 6. Komposisi Subyek Berdasarkan Lama Usia Berpacaran......................

  33 Tabel 7. Komposisi Subyek Berdasarkan Tempat Tinggal Pasangan ................

  33 Tabel 8. Deskripsi Data Empirik dan Data Hipotetik .........................................

  35 Tabel 9. Kategorisasi Subyek Pada Skala Tingkat Kekerasan Emosi Remaja Putri dalam Berpacaran .........................................................................

  36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai kasus tindak kekerasan semakin banyak muncul dan banyak

  diperbincangkan di media-media masa, seperti surat kabar, radio, televisi bahkan diberbagai seminar dan diskusi. Kekerasan tidak hanya terjadi dalam hubungan antara orang tua dengan anaknya, guru dengan muridnya. Kekerasan bukanlah hal yang asing lagi bagi kita dan pada kenyataannya tindak kekerasan adalah suatu tindakan yang mulai dianggap biasa, karena hal ini dapat terjadi ditengah lingkungan kita sehari-hari bahkan pada masa berpacaran. Masa berpacaran adalah suatu masa yang digunakan oleh remaja sebagai media seleksi untuk mencari pasangan sebelum menikah, sebagai tempat untuk berbagi, meningkatkan motivasi belajar, dan membuktikan diri cukup menarik (Yuni. N, 2005)

  Pada umumnya masa berpacaran diawali pada usia 14 tahun pada remaja putri di Amerika Serikat, sementara pada remaja putra terjalin antara usia 14 dan 15 tahun (Douvan & Adelson dalam Santrock, 1995) dimana pada usia tersebut hingga usia 18 tahun merupakan perkembangan masa remaja awal kemudian masa remaja berakhir pada usia 22 tahun. Masa remaja dengan usia antara 18 hingga 22 tahun merupakan masa yang terkait dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2 perubahan-perubahan sosial dan merupakan masa yang digunakan untuk menjalin sebuah relasi dengan lawan jenisnya, meluangkan lebih banyak waktu dengan teman sebaya dan pacaran bagi remaja seharusnya merupakan suatu bentuk lingkungan untuk belajar tentang relasi yang akrab (Santrock, 1995).

  Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi remaja adalah menjalin hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Dua individu yang saling tertarik pada umumnya akan melanjutkan hubungan mereka dengan status yang populer disebut pacaran (Yuliandri. R, 2009). Beberapa alasan yang menyebabkan remaja akhirnya memutuskan untuk berpacaran antara lain pacaran sebagai tempat untuk berbagi perasaan, belajar bergaul dengan lawan jenis, atau tempat untuk menginginkan perhatian yang lebih. Melalui berpacaran, remaja bisa mengasah kemampuan bersosialisasi. Hubungan kasih sayang juga semakin terjaga saat saling memberi saran dan bukan menyalahkan. Kemampuan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik dengan pasangan bermanfaat untuk mempertahankan sebuah hubungan. Melalui pacaran remaja dapat belajar untuk menolerir perbedaan pendapat. Dalam usahanya untuk mempertahankan sebuah hubungan, remaja putri yang berpacaran mengalami berbagai konflik yang dapat menimbulkan tindak kekerasan baik yang disadari maupun tidak disadari oleh pelaku (Dinastuti, 2008).

  Bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi dalam berpacaran antara lain, kekerasan fisik seperti memukul, meninju, menendang, menjambak, mencubit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3 dan lain-lain. Kekerasan dalam hal ekonomi ketika seseorang mulai merasa dieksploitasi secara materi, diatur akses keuangan dan barang-barang. Pasangan telah melakukan tindak kekerasan seksual apabila pasangan mulai meraba-raba atau mulai memaksa untuk melakukan hubungan seksual (Dinastuti dalam Cosmopolitan, 2005)

  Dari berbagai tindak kekerasan seperti kekerasan fisik, ekonomi dan seksual, kekerasan non-fisik yang sering disebut sebagai kekerasan emosi, merupakan tindakan yang paling sering dijumpai dalam hubungan berpacaran namun biasanya orang yang mengalami tindak kekerasan tersebut cenderung tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami suatu tindak kekerasan. Dimana kekerasan emosi adalah suatu keadaan emosi yang sengaja dibuat untuk mengendalikan pasangannya, dengan mempergunakan kata-kata untuk menjatuhkan perasaan pasangannya sehingga membuatnya merasa tidak berharga, merasa bersalah, muncul perasaan tertekan, tidak bebas dan tidak nyaman (Kompas, 2008).

  Terjadi 151 kasus tindak kekerasan dalam pacaran antara tahun 1994- 1998 dan 74 kasus antara tahun 1999-2000 (Rifka Annisa Women’s Crisis).

  Salah satu penelitian di Amerika menyebutkan bahwa dari 77 remaja sekolah menengah mengaku mengalami tindak kekerasan saat sedang berpacaran, 66 % dari mereka mengaku bahwa selain mengalami kekerasan, mereka juga melakukan tindak kekerasan itu sendiri pada pasangan mereka . Dari sebuah penelitian yang diterbitkan oleh The Journal of Family Violence menemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4 bahwa terdapat 72% dari korban yang melaporkan adanya kekerasan emosi, khususnya tindakan mengejek dan mentertawakan pasangannya. PKBI Yogyakarta mendapati dari bulan Januari hingga Juni tahun 2001 terdapat 47 kasus kekerasan dalam pacaran. 57 % kekerasan emosi, 20 % kekerasan seksual, 15 % kekerasan fisik dan 8 % lainnya kekerasan ekonomi (Kompas,

  20 Juli 2002 dalam http://www.bkkbn.go.id). Pada tahun 2005 dari total 20.391 korban kekerasan, 16.615 adalah kasus kekerasan dalam keluarga dan relasi personal dan 653 adalah kekerasan dalam pacaran (Komnas Perempuan, 2002).

  Banyak hal atau faktor yang mempengaruhi munculnya tindak kekerasan emosi antara lain adalah adanya latar belakang seperti kebiasaan dalam keluarga yang berhubungan dengan pola asuh orang tua dimana kekerasan sudah menjadi suatu perilaku yang dipelajari secara sosial.

  Teori belajar sosial ini apabila diterapkan pada fenomena kekerasan dalam pacaran dapat menghasilkan dugaan bahwa pasangan yang melakukan kekerasan terhadap pasangannya kemungkinan pada masa lalu ketika masih kanak-kanak pernah menyaksikan atau bahkan mengalami suatu tindak kekerasan itu sendiri. Dugaan ini didukung data dari hasil penelitian Geles dan Sims (Nurhayati, 1999) yang menyatakan bahwa perempuan yang menyaksikan penganiayaan terhadap perempuan ada kemungkinan untuk lebih mentolelir penganiayaan ketika sudah dewasa. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Luhulima (dalam Goeritno, H., Soeharsono., Arsitasari, A. I,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5 2006) yang menyatakan bahwa anak-anak yang biasa hidup dalam kekerasan akan belajar bahwa kekerasan adalah cara penyelesaian masalah yang wajar dan diperbolehkan, bahkan mungkin harus dilakukan. Anak laki-laki dapat berkembang menjadi laki-laki dewasa yang juga menganiaya istri dan anaknya, dan anak perempuan dapat menjadi perempuan dewasa yang kembali terjebak menjadi korban kekerasan.

  Berkowitz (1995) mengemukakan bahwa korban kekerasan memiliki kecenderungan pendiam dan kurang memiliki unsur kekuasaan dalam arti jabatan, baik dalam lingkungan keluarga, tempat kerja dan sebagainya. Kekerasan apapun bentuknya adalah sesuatu hal yang akan mengakar dan akan terjadi berulang (Ridwan, 2006).

  Dampak kekerasan emosi yang dialami remaja putri apabila remaja putri mempunyai rasa percaya diri yang rendah, remaja putri yang sering diejek akan merasa segala hinaan terhadap dirinya benar. Akibatnya remaja putri menjadi minder, merasa tidak berharga dan suka menyendiri. Depresi, berkurangnya motivasi, kebingungan, kesulitan konsentrasi atau membuat keputusan, rendahnya kepercayaan diri sendiri dan menghancurkan diri sendiri (Engel dalam Dinastuti, 2008).

  Ketika remaja putri mulai memiliki prasangka buruk terhadap diri sendiri, dan merasa takut untuk menyatakan atau melakukan sesuatu karena mungkin beranggapan bahwa telah melakukan sesuatu yang salah adalah satu ciri dari korban kekerasan emosi. Apabila tindakan tersebut berlangsung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6 dalam waktu yang cukup lama dan remaja putri mulai terbiasa dengan hal itu, maka timbul keyakinan dalam diri untuk mulai mempercayai kata-kata pasangan tersebut, yang kemudian berefek pada self estem yaitu munculnya rasa besalah pada diri sendiri, malu dan sebagainya.

  Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut dalam hal ini tentang seberapa besar gambaran tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri dalam hubungan berpacaran?

  B. Rumusan Masalah Penelitian

  Dari uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti ingin mengetahui seberapa jauh tingkat pengalaman kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat secara teoritis, kajian dan hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman konseptual tentang pengalaman kekerasan emosi yang dialami oleh remaja putri pada masa pacaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7

  2. Manfaat secara praktis:

  a. Bagi Remaja pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada remaja akan gambaran tentang tindak kekerasan emosi dengan demikian dapat menjadi bahan introspeksi dalam hubungan berpacaran.

  b. Untuk Penelitian selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja Putri Berpacaran

  1. Pengertian Berpacaran

  Pacaran menurut Reiss (Dual & Miller, 1985) adalah hubungan yang terjalin antara pria dan wanita yang diwarnai dengan keintiman dimana keduanya terlibat dalam peraaan cinta dan saling mengakui pasangan ditandai dengan keintiman, perasaan cinta serta saling mengakui pasangan sebagai pacar yang meliputi rasa saling memiliki satu sama lain, saling mendengarkan satu sama lain, bebas berpendapat dan bebas untuk melakukan apapun yang masing-masing inginkan. Hubungan tersebut meliputi hubungan yang mengarah ke perkawinan maupun tidak.

  2. Pengertian Remaja Putri

  Remaja berasal dari bahasa latin Adolescere yang berarti tumbuh dan

  Adolescene yang berarti individu yang berada dalam masa kearah

  kedewasaan dengan adanya proses kematangan mental, emosi, sosial dan fisik.

  Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dimana remaja mengembangkan pemikiran yang semakin logis, abstrak, idealis dan semakin banyak waktu diluangkan diluar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  9 keluarga (Santrock, 1995). Pengaruh kelompok dan teman sebaya serta tuntutan konformitas berperan sebagai fungí perkembangan yang dapat meningkatkan kemandirian dan identitas pada remaja.

  Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang terjadi pada usia 18 hingga 22 tahun yang merupakan masa remaja akhir ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara fisik maupun psikologis. Remaja putri mengalami suatu bentuk perubahan fisik yang jelas terlihat adalah pertumbuhan tubuh (badan semakin panjang dan tinggi, pertumbuhan payudara, tumbuhnya bulu pada daerah kemaluan dan bulu ketiak) selanjutnya mulai berfungsinya alat-alat reproduksi dan hormon-hormon yang berpengaruh pada seksualitas seperti hormon pertumbuhan, hormon estrogen dan progesteron yang memproduksi sel-sel telur pada wanita ditandai dengan haid. Dengan adanya perubahan fisik pada remaja putri tersebut, secara psikologis remaja putri akan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka seperti tampil lebih feminin, remaja putri mulai memperhatikan dandanan untuk tampil lebih menarik dan mengembangkan sisi emosionalnya (Sarwono, 2008).

3. Remaja Putri Berpacaran

  Perubahan fisik yang diiringi oleh perubahan psikis mendukung munculnya peran remaja putri sebagai individu maupun sosial. Remaja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  10 putri akan sangat termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan identitas pribadi dan keintiman dengan manusia lain. (Yuliandini. R, 2009)

  Remaja putri cenderung lebih tertarik dalam pejajakan keintiman dan kepribadian daripada laki-laki. Pada skenario berkencan (dating scripts) pada laki-laki lebih bersifat proaktif dan perempuan bersifat reaktif. Skenario perempuan lebih berfokus pada bidang pribadi seperti memperhatikan penampilan dan menikmati masa berpacaran. Sedangkan pada laki-laki lebih kepada meminta dan merencanakan, mengendalikan bidang umum, memprakarsai interaksi seksual seperti melakukan kontak fisik, merayu dan mencium (Rose & Frieze dalam Santrock, 1995). Perbedaan-perbedaan gender tersebut memberi kaum perempuan lingkup yang lebih sempit dan dianggap sebagai makhluk yang lemah, penurut dan pasif yang membuka kesempatan untuk timbulnya kekerasan dalam berpacaran (Fauzi. A, Lucianawaty. M, Hanifah. L, Bernadette. N, 2008)

B. Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

1. Pengertian Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

  Kekerasan emosi sendiri diterjemahkan sebagai sikap yang bertujuan untuk mengontrol, mengintimidasi, menaklukkan, merendahkan, menghukum, atau mengucilkan orang lain. Walaupun kekerasan emosi merupakan salah satu bentuk tindak kekerasan yang paling sering ditemui,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  11 namun orang yang terlibat didalamnya seringkali tidak menyadarinya.

  Korban seringkali bahkan yakin merekalah yang bersalah sehingga hubungan interpersonal yang mereka jalin tidak berjalan dengan baik.

  Karena itu mereka tidak menganggap diri mereka korban. Sedangkan Engel (dalam Dinastuti, 2002) menegaskan bahwa pelaku kekerasan emosi seringkali tidak bermaksud dan tidak menyadari akan tingkah lakunya yang menyakiti pasangannya. Tingkah laku mereka biasanya merupakan hasil belajar dari pengalaman masa lalu, baik karena pola asuh tertentu dari orang tua ataupun sebelumnya pernah menjadi korban tindak kekerasan.

  Dalam hubungan berpacaran, kekerasan emosi merupakan alat yang digunakan untuk menyerang konsep diri dari pasangannya dengan tujuan untuk menyakiti secara psikologis. Saat suatu hubungan berpacaran mulai berkembang, yang tidak dapat dihindari adalah kecemburuan (jealously) yang dapat mengancam hubungan yang dimilikinya dengan pasangannya (Deaux, Dane & Wrightsman dalam Dinastuti, 2008). Rasa posesif yang dimunculkan sebagai bentuk kecemburuan terhadap pasangannya merupakan bentuk cinta romantis yang selanjutnya pasangan akan terobsesi dan mulai mencari-cari alasan untuk terus melemparkan tuduhan yang berujung pada munculnya tindak kekerasan emosi dalam berpacaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  12

2. Bentuk-bentuk Perilaku Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

  Kekerasan emosi yang dialami remaja putri dalam berpacaran merupakan segala bentuk tindakan yang memiliki unsur paksaan, tekanan dan pelecehan yang dilakukan oleh pasangannya dalam berpacaran untuk menyerang konsep diri pasangannya dengan tujuan menyakiti pasangannya secara psikologis (Engel dalam Dinastuti, 2008). Berikut adalah penggolongan bentuk-bentuk kekerasan emosi: a) Serangan verbal: menggunakan kata-kata kasar, mengejek, menyalahkan terus-menerus b) Menuntut untuk bersikap tunduk dan patuh sebagai bentuk usaha untuk mengontrol pasangan c) Merendahkan harga diri pasangan dengan mempermalukan pasangan didepan umum d) Berusaha untuk menyembunyikan perasaan dengan tidak berterus terang terhadap apa yang sedang dirasakan.

  e) Mengucilkan pasangan dengan bersikap menghindar dan diam ketika berada didekat pasangan namun berbeda ketika berada diantara teman-temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  13

  

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Kekerasan

Emosi dalam Berpacaran

  Faktor – faktor yang dapat mendorong timbulnya kekerasan adalah sebagai berikut: a. Pengalaman kekerasan dimasa kecil yang dilakukan oleh anggota keluarga, teman maupun pola atau kebiasaan keluarga yang menggunakan kekerasan sebagai daya penyelesaian masalah yang dinilai efektif (Social learning theory). Teori ini mengatakan bahwa penggunaan kekerasan merupakan respon yang telah dipelajari dari keluarga sendiri (Berkowitz, 1995).

  b. Ketidakmampuan remaja untuk berkata dan bertindak secara asertif yaitu menolak diperlakukan keras dan kasar karena adanya ketakutan akan ditinggal oleh pasangan (Goeritno. H, dkk, 2006).

  c. Kecenderungan remaja untuk menilai rendah kemampuan diri sehingga kepercayaan dan kebanggaan diri pun menjadi rendah menyebabkan ketergantungan yang berlebihan terhadap pasangannya (Goeritno. H, dkk, 2006). Ketergantungan ini yang membuat posisi perempuan menjadi lemah dan akhirnya mudah jatuh sebagai korban kekerasan ( Mendatau. A, 2008) d. Superioritas kaum laki-laki menjadikan kaum wanita selalu dalam posisi lemah dan tidak berdaya yang dapat memicu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14 munculnya berbagai perasaan negatif seperti inferior, tergantung, pasrah, tidak kreatif, kurang inisiatif dan perasaan takut.

  e. Mitos-mitos seputar remaja berpacaran yang mengatakan bahwa kekerasan adalah bentuk cinta dan kekerasan dianggap sebagai hal yang normal (Gryl, Stith & Bird, 1991 dalam Dinastuti 2008)

4. Dampak Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

  Kekerasan emosi yang diterima dapat memberikan dampak negatif terhadap pasangan itu sendiri maupun orang lain. Dampak utama dari tindak kekerasan emosi terhadap korbannya dapat berupa :

  a) Depresi yang akan menimbulkan perasaan sedih dan berdampak pada patahnya semangat sehingga aktifitas menurun dan pesimisme untuk menghadapi masa yang akan datang (Cosmopolitan, 2005).

  b) Berkurangnya motivasi, mengalami kebingungan, kesulitan dalam konsentrasi atau pengambilan keputusan, juga menyalahkan dan menghancurkan diri sendiri. Korbanpun bisa diliputi oleh rasa takut, marah pada diri sendiri, rasa bersalah dan malu (Nettisari, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  15

  c) Mereka juga seringkali merasa bahwa merekalah yang bersalah, sehingga tidak sampai berpikir bahwa mereka adalah korban dari suatu tindak kekerasan emosi. Namun tanpa disadari kekerasan dalam berpacaran seperti sebuah pola yang akan terus berulang karena telah menjadi sebuah kebiasaan dan bagian dari kepribadian pasangan dan merupakan cara pasangan untuk menghadapi konflik atau masalah (Ridwan, 2006)

  Remaja putri yang menjadi korban kekerasan selama berpacaran akan mengalami luka hati yang lebih dalam dan butuh waktu lama dalam penyembuhan dibandingkan dengan luka fisik. Luka hati tersebut akan membawa dampak psikologis bagi kehidupannya dimasa mendatang (Watson dalam Sarwono,1995).

  Peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut apabila sering dialami oleh remaja putri dan terjadi berulang-ulang maka remaja akan mengalami proses rehersal atau repetition yaitu pengulangan informasi didalam pikiran atau ingatan dan selanjutnya peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut akan direkam secara permanent dalam memori jangka panjang individu (Suharman,2005) yang menimbulkan traumatis berkepanjangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  16

  

5. Beberapa Hal yang menyebabkan Remaja Putri tetap

Mempertahankan Hubungan

  Sebuah hubungan berpacaran dikatakan sehat apabila kita dan pacar mampu membuat keputusan bersama, mampu mendiskusikan perbedaan pendapat, saling mendengarkan, saling menghargai, mau berkompromi, merasa nyaman jika melakukan kegiatan sendirian tanpa pacar dan tidak ada yang berusaha untuk mengontrol sebuah hubungan (Natasia & Trinzi, 2005).

  Kekuatan untuk mendorong seseorang untuk bertahan dalam hubungan berpacaran sangat besar, walaupun hubungan tersebut penuh dengan kekerasan baik fisik maupun psikologis. Bagi banyak orang, kekerasan yang terjadi dalam hubungan berpacaran tidak selalu berarti bahwa hubungan tersebut akan berakhir.

  Keputusan untuk tetap mempertahankan hubungan walaupun dalam hubungan berpacaran tersebut dipenuhi kekerasan berkaitan dengan apa yang didapatkan oleh masing-masing dari pasangannya. Remaja yang telah mengalami kekerasan emosi tidak dapat meninggalkan pasangannya karena tetap ingin mempertahankan salah satu dari beberapa teori Sternberg (dalam Santrock, 1995) yaitu teori cinta tringular yang didapatkan dari pasangannya antara lain gairah seperti daya tarik fisik dan seksual, keintiman dimana terdapat perasaan emosional tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  17 kehangatan, kedekatan dan berbagi dalam hubungan, serta komitmen atau niat untuk mempertahankan hubungan bahkan ketika menghadapi masalah.

  

C. Kekerasan Emosi yang Dialami Remaja Putri oleh Remaja Putra dalam

Berpacaran

  Sebagai remaja yang memulai hubungan berpacaran dengan lawan jenisnya, memiliki banyak pengharapan-pengharapan yang mendorong remaja putri untuk memulai sebuah hubungan. Sesuai dengan tugas perkembangan remaja, mereka saling belajar mengenal emosi, mengungkapkan dan mengekspresikan, bertambahnya kontak sosial dengan orang lain dan kemudian tanpa disadari hubungan berpacaran mempengaruhi kehidupan remaja putri (Kompas, 2008).

  Melalui hubungan berpacaran, remaja bisa mengasah kemampuan bersosialisasi, kemampuan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik bersama pasangan pun bermanfaat untuk mempertahankan hubungan. Melalui pacaran remaja bisa belajar menolerir perbedaan pendapat. Semua ilmu yang berhasil didapatkan dari masa berpacaran itu menjadi sangat berguna. Terutama untuk memasuki dunia pernikahan.

  Sejalan dengan berkembangnya suatu hubungan antara remaja yang berpacaran, maka konflik akan muncul. Dalam hubungan berpacaran, remaja putri memiliki kecenderungan yang berbeda dengan lawan jenisnya dalam hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  18 keterbukaan misalnya dimana remaja putri menolak untuk membuka diri demi menghindari terjadinya masalah dalam hubungan berpacaran sedangkan remaja putra menolak membuka diri untuk mempertahankan kendalinya terhadap hubungan. Perbedaan inilah yang tidak disadari dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan emosi karena tiap individu memiliki pengharapan yang berbeda tentang bagaimana masing-masing seharusnya bertindak (Unger dan Crawford dalam Dinastuti, 2008).

  Tindak kekerasan emosi yang sering muncul dalam hubungan berpacaran ini antara lain sikap merendahkan pasangannya, tuntutan dari pasangan untuk berikap tunduk dan patuh terhadap apa yang dikatakan pasangan demi meredam konflik, mempergunakan kata-kata yang menyakitkan dan kasar untuk dapat memperoleh apa yang diinginkan, adanya usaha untuk mengucilkan pasangan dengan bersikap acuh didepan teman- temannya serta ada usaha untuk menyembunyikan perasaan dari pasangannya dilakukan untuk mengatasi konflik yang dialami dalam hubungan berpacaran pada remaja putri. Tindakan tersebut membentuk sebuah gambaran tentang tindak kekerasan emosi yang dialami remaja putri selama hubungan berpacaran.

  Ketidakmampuan remaja putri untuk berkata dan bertindak secara asertif dengan menolak untuk diperlakukan secara keras, kasar dan kecenderungan untuk menilai rendah kemampuan diri sehingga kepercayaan dan kebanggaan diri pun menjadi rendah dapat menyebabkan ketergantungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  19 dan ketakutan secara berlebihan akan ditinggalkan oleh pasangannya merupakan faktor pendorong munculnya kekerasan emosi dalam berpacaran

  Kontrol diri yang rendah terhadap segala bentuk rangsang memicu timbulnya kekerasan emosi dalam berpacaran. Adanya pengalaman kekerasan dimasa kecil yang dilakukan sebagai upaya menyelesaikan konflik, tekanan- tekanan dari luar yang memunculkan stress serta adanya faktor dimana kekerasan digunakan sebagai alat untuk memperoleh apa yang diinginkan oleh pasangannya dapat memicu dan mempengaruhi munculnya tindak kekerasan emosi pada remaja putri dalam berpacaran. Kemudian seberapa jauh tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif

  menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Karena peneliti ingin mengangkat fakta, keadaan dan fenomena yang terjadi pada remaja berpacaran. Sedangkan penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2001).

  B. Identifikasi Variabel Penelitian

  Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel utama yaitu variabel kekerasan emosi yang dialami remaja putri dalam berpacaran.

  C. Definisi Operasional

  Kekerasan emosi yang dialami remaja putri dalam berpacaran merupakan segala bentuk tindakan yang memiliki unsur paksaan, tekanan dan pelecehan yang dilakukan oleh pasangannya dengan tujuan menyakiti pasangannya secara psikologis. Maka dalam hal ini sejauh mana remaja putri mengalami bentuk-bentuk perilaku kekerasan emosi dimana dalam hubungan berpacaran, pasangannya melakukan hal-hal sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  21

  a. Mengucilkan pasangannya sebagai contoh pasangan menunjukkan tingkah laku seperti menghindar atau berperilaku diam ketika berada didekat pasangan namun berbeda jika berada didekat teman-temannya akan menunjukkan sikap ceria.

  b. Pasangan menuntut untuk selalu bersikap tunduk, patuh dan mengikuti kehendaknya.

  c. Munculnya perilaku menyerang secara verbal dengan menggunakan kata-kata yang menyakitkan, mengkritik, mempermalukan, mengejek, mengancam, menyalahkan terus- menerus, menggunakan kata-kata kasar untuk mengekspresikan kebencian.

  d. Berusaha untuk merendahkan harga diri pasangannya dengan membesar-besarkan kesalahan dan mempermalukan pasangan didepan orang lain.

  e. Pasangan menyembunyikan perasaan dan tidak lagi berterus terang terhadap apa yang dirasakan dengan meragukan persepsi pasangan.

  Kelima bentuk perilaku kekerasan emosi tersebut yang menjadi dasar dalam pembuatan alat ukur. Kekerasan emosi akan diukur dengan menggunakan skala tingkat kekerasan emosi dimana skor yang semakin tinggi menunjukkan bahwa subyek cenderung mengalami tingkat kekerasan emosi dalam berpacaran yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  22 menunjukkan semakin rendah tingkat pengalaman mengalami tindak kekerasan emosi dalam berpacaran.

D. Subyek Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi diwilayah yogyakarta Adapun ciri-ciri subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Subyek dalam penelitian ini dibatasi hanya pada remaja putri akhir yang berusia 18 hingga 22 tahun. Pada usia 18 hingga 22 tahun merupakan masa yang terkait dengan perubahan sosial dan digunakan remaja untuk menjalin sebuah relasi dengan lawan jenisnya (Santrock, 1995)

  2. Memiliki latar belakang pendidikan SMU dan atau sederajat serta dan Mahasiswa dan atau sederajat dengan pertimbangan ketika subyek memiliki latar belakang pendidikan tersebut, diharapkan subyek mampu memahami isi dan petunjuk angket.

  3. Karakteristik subyek penelitian adalah mereka yang telah memiliki pasangan, dengan kata lain sedang dalam menjalani suatu hubungan berpacaran. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, jumlah subyek yang diambil sampelnya adalah sebesar 75 orang dengan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling dimana peneliti langsung memberikan angket

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  23 kepada setiap remaja putri yang ditemui dan telah memenuhi syarat sebagai subyek penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data untuk melihat seberapa besar tingkat kekerasan yang dialami oleh remaja putri adalah menggunakan metode angket.

  Angket atau skala adalah kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis sehingga respon individu terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor dan kemudian diinterpretasikan (Azwar, 2003)

  Angket yang digunakan adalah angket langsung, yaitu angket yang langsung diberikan kepada subyek untuk dimintai keterangannya. Angket tersebut disusun berdasarkan modifikasi dari skala Tolman, 1989.

  Psychological Maltreatment of Woman Inventory (PMWI), yang merupakan alat untuk mengukur tingkat kekerasan pada pasangannya.

  Psychological Maltreatment of Woman Inventory atau PMWI terdiri

  dari lima aspek yaitu aspek mengucilkan, pasangan menuntut untuk tunduk dan patuh, pasangan melakukan serangan verbal, merendahkan dan pasangan menyembunyikan perasaan. Berikut sebaran item skala tingkat kekerasan emosi dalam berpacaran:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  24 Tabel 1.

  Blue Print Skala Pengalaman Kekerasan Emosi Remaja Putri dalam berpacaran

  

No Aspek No Butir Pernyataan Jumlah

  1. Mengucilkan 2, 6,8,10,12,14,18

  7

  2. Pasangan menuntut untuk 16,19,21,23,25,27,29

  7 tunduk dan patuh

  3. Pasangan melakukan 24,26,28,30,11,32

  6 serangan verbal