Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki locus of control internal dan siswa yang memiliki locus of control eksternal pada siswa-siswi kelas X SMA Pamawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009 - USD Repository
PERBED
DAAN PR
RESTASI BELAJAR
B
R ANTAR
RA SISWA
A YANG
MEMIL
LIKI LOC
CUS OF CO
ONTROL INTERNA
AL DAN SISWA
S
YANG MEMILIKI
M
I LOCUS OF CONT
TROL EKS
STERNAL
L PADA
SISWA
A-SISWI KELAS
K
X SMA PAD
DMAWIJJAYA KLA
ATEN
TAHUN
T
A
AJARAN
2
2008-2009
Skripsi
Diaju
ukan untuk M
Memenuhi Saalah Satu Syyarat
Memperoleh
M
Gelar Sarjan
na Psikologii
Fakuultas Psikoloogi
D
Disusun oleh::
Ignasius Erlangga Prriantoro
NIM
M : 049114068
FAKULTAS PSIKO
OLOGI
UN
NIVERSITA
AS SANATA
A DHARMA
A
YOG
GYAKARR
RTA
2009
i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: “Pergilah, makanlah dan
minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.”
(I Raja-Raja 18:41)
Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan
beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati,
sebab Tuhan enyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan citacita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu,
tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau
untuk selamanya.
(I Tawarikh 28:9)
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu,
atas dukungan dan kasih sayangnya
Adikku Wening,
atas doanya dan semangat yang kau berikan buatku
Ferani,
untuk dukungan dan selalu ada di sebelahku
Teman-temanku,
untuk ada saat aku butuh
iv
ABSTRAK
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG MEMILIKI
LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN SISWA YANG MEMILIKI
LOCUS OF CONTROL EKSTERNAL PADA SISWA-SISWI KELAS X
SMA PADMAWIJAYA KLATEN TAHUN AJARAN 2008-2009
Ignasius Erlangga Priantoro
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara
siswa yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of
Control eksternal pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 20082009. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang
memiliki Locus of Control eksternal pada siswa-siswi kelas X SMA Padmawijaya
Klaten tahun ajaran 2008-2009.
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Padmawijaya Klaten
tahun ajaran 2008-2009 yang berjumlah 127 subjek. Pengambilan data Locus of
Control dengan menggunakan skala IPC Locus of Control yang dikembangkan
oleh Levenson dan yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh
Munandar. Sedangkan data nilai rapor diperoleh berdasarkan data nilai rapor yang
diperoleh dari SMA Padmawijaya Klaten. Skala Locus of Control memiliki
koefisien reliabilitas sebesar 0,859.
Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of Control eksternal
pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009, peneliti
menggunakan uji beda Independent Sample t-test. Berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh t hitung sebesar 1,174 dengan taraf signifikansi 0,234 dan t tabel sebesar
1,960. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan prestasi belajar antara siswa
yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of
Control eksternal pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 20082009.
Kata kunci: Prestasi belajar, Locus of Control, Siswa
vi
ABSTRACT
THE SCHOOL ACIEVEMENT DEFFERENCE BETWEEN STUDENTS
WHO HAVE LOCUS OF CONTROL INTERNAL AND STUDENTS WHO
HAVE LOCUS OF CONTROL EXTERNAL ON TENTH GRADE
STUDENTS OF SMA PADMAWIJAYA KLATEN IN 2008-2009
ACADEMIC YEAR
Ignasius Erlangga Priantoro
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
This research was aiming to figure out the school achievement difference
between students who have internal Locus of Control and students who have
external Locus of Control on tenth grade students of SMA Padmawijaya Klaten in
2008-2009 academic year. Hypothesis that was proposed was there was school
achievement difference between students who have internal Locus of Control and
students who have external Locus of Control on tenth grade students of SMA
Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year.
There were 127 students who joined this research. All students were at
tenth grade at SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year. To gain
student’s Locus of Control data, researcher used Levenson’s IPC Locus of Control
scale which then translated into Indonesian language by Munandar. To gather
student’s school achievement data, researcher used student’s school achievement
data which were provided by the school. The reliability of Locus of Control scale
that was tested was 0,859.
To figure out the school achievement difference between students who
have internal Locus of Control and students who have external Locus of Control
on tenth grade students of SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic
year, researcher used Independent Sample t-test. The result showed that the
differential value was 1,174 with significant value was 0,234. Since the significant
value was higher than 0,05, the hypothesis was rejected. In other words, there was
no school achievement difference between students who have internal Locus of
Control and students who have external Locus of Control on tenth grade students
of SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year.
Keywords: Locus of Control, School achievement, Students.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kasih Tuhan Yeus yang begitu besar sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak lepas dari peran serta dan
bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis, untuk itu, dalam
kesempatai ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhanku, Yesus Kristus yang dengan setianya membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini, yang telah memberikan keyakinan pada penulis
bahwa skripsi ini akan selesai.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas
kesedian waktu dan bantuan yang amat berharga bagi penulis sehingga karya
ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Kristiana Dewayani atas arahan dan koreksian yang sangat berarti bagi
penelitian ini.
5. Ibu M. M. Nimas Eki S., S. Psi., Psi, M. Si. atas arahan dan koreksian yang
sangat berarti bagi penelitian ini.
6. Ibu Ratna selaku guru Bimbingan Konseling di SMA Negri I Klaten karena
telah mengijinkan peneliti melakukan uji coba alat penelitian
7. Ibu Endang Pratiwi selaku guru Bimbingan Konseling di SMA Padmawijaya
Klaten atas diijinkannya peneliti melakukan pebelitian di SMA Padmawijaya
Klaten
8. Teman-teman kelas X SMA Negri I Klaten atas kesediannya mengisi skala
9. Teman-teman kelas X SMA Padmawijaya Klaten atas kesediannya mengisi
skala.
10. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S. selaku dosen pembimbing akademik. Terima
kasih atas penyertaannya selama ini
11. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas
bimbingan, pengajaran, dan didikannya selama ini
ix
12. Kedua orangtuaku atas dukungan dan semangatnya. Tanpa dorongan yang
sedikit memaksa dari Bapak dan Ibu, skripsi ini tidak akan selesai
13. Wening adikku. Terima kasih doa dan dukungannya.
14. Pakdhe Gito atas petuah-petuahnya. Terima kasih juga atas bantuannya
selama ini
15. Ferani atas dukungannya selama ini. Terima kasih dah mau dengar keluhkesahku. Terima kasih juga atas marah-marahnya. He…he… Makasih banget
ya… aku ga tau gimana aku tanpa kamu….
16. Sahabat-sahabatku yang sudah lama tidak bertemu. Deny, Ivan, Didit, Yayan,
Lukas, Alfon. Ayo rek kumpul maneh. Terima kasih atas doa dan
dukungannya. Terima kasih juga atas sms-sms yang menyegarkan saat aku
jenuh.
17. Aji, Ronald, Johan, Indri, Sr. Chris atas semua dukungannya, bantuannya,
persahabatan yang kalian tawarkan selama ini.
18. Teman-teman kosku. Terima kasih atas malam-malam panjang yang kita
lalui bersama.
19. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2004, dan juga segala angkatan.
Terima kasih atas segala kebersamaan yang menyenangkan.
20. Mas Gandung dan Mba Naniek. Terima kasih atas bantuannya selama ini
yang teramat besar.
21. Paklik Mudji. Terima kasih banyak atas bantuan dan gurauan-gurauannya.
22. Mas Doni. Terima kasih atas bantuan pinjaman buku dan lain-lain.
23. Pak Gi’. Terima kasih atas bantuannya dan senyumnya.
24. Kang Umar dan keluarga atas makanannya yang menyehatkan dan
mengenyangkan
25. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...……i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………………….…….ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..…...…….iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………...………iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………...……..v
ABSTRAK………………………………………………………………………vi
ABSTRACT………………………………………………………………….…vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGANKADEMIS……………………………....viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………...…………xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..17
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………17
D. Manfaat Penelitian………………………………………………..…17
xi
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………18
A. Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam Tahap
Perkembangan Remaja……………………………………….……..18
B. Prestasi Belajar……………………………………………………...23
C. Locus of Control…………………………………………………………...32
D. Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Memiliki Locus
of Control Internal dan Siswa yang Memiliki Locus of Control
Eksternal…………………………………………………………….41
E. Hipotesis Penelitian…………………………………………………44
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………45
A. Jenis Penelitian……………………………………………………...45
B. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………………..45
C. Definisi Operasional………………………………………………...45
D. Populasi dan Sampling……………………………………………...47
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data…………………………….....48
F. Analisis Data………………………………………………………..56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………..58
A. Hasil Penelitian……………………………………………………..59
B. Pembahasan…………………………………………………………66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………71
A. Ksimpulan…………………………………………………………..71
xii
B. Saran………………………………………………………………...72
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………......73
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Distribusi Butir Skala IPC Levenson…………………………...49
Tabel 2
Skor Untuk Jawaban Faktor Internal……………………………50
Tabel 3
Skor Untuk Jawaban Faktor Eksternal………………………….50
Tebel 4
Distribusi Butir Skala IPC Levenson Setelah Analisis Item……56
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok
Siswa yang Memiliki Locus of Control Internal………………..60
Tabel 6
Hasil Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok
Siswa yang Memiliki Locus of Control Eksternal……………..60
Tabel 7
Uji Homogenitas……………………………………………......61
Tabel 8
Deskripsi Data Penelitian……………………………………….62
Tabel 9
Prosentase Orientasi Locus of Control Siswa…………………..63
Tabel 10
Deskripsi Data Nilai Rapor……………………………………..64
Tabel 11
Hasil Uji-t Rata-rata Prestasi Belajar…………………………...65
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Skala IPC Levenson Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas
2.
Skala IPC Levenson Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas
3.
Rekapitulasi Data Uji Coba Skala
4.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Skala
5.
Rekapitulasi Data Penelitian
6.
Hasil Reliabilitas Penelitian
7.
Uji Asumsi :
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
8. Uji-t
9. Deskripsi Data Nilai Rapor
10. Deskripsi Data Locus of Control
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja,
teratur
dan
berencana
dengan
maksud
mengubah
atau
mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal
merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal (Wahyuningsih,2004).
Winkel (2007) mengungkapkan bahwa sekolah merupakan salah satu
lembaga pendidikan formal yang memiliki serangkaian kegiatan terencana dan
terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di
kelas. Ditambahkan pula bahwa kegiatan ini bertujuan menghasilkan
perubahan-perubahan positif dalam diri anak melalui usaha belajar. Dengan
belajar anak dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap
dan nilai yang akan mengantarnya ke kedewasaan dan diharapkan anak
mampu mencapai keberhasilan dalam proses belajar ini.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu
yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997),
belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan
1
2
terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan
cita-cita yang diharapkan.
Wahyuningsih (2004) mengatakan bahwa belajar akan menghasilkan
perubahan-perubahan keterampilan, kecakapan dan pengetahuan dalam diri
seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi,
perlu adanya penilaian. Begitu juga, terhadap seorang siswa yang mengikuti
suatu pendidikan selalu diadakan penilaian hasil belajarnya. Penilaian
terhadap hasil belajar seorang siswa dapat berguna untuk mengetahui sejauh
mana siswa tersebut telah mengalami perubahan keterampilan, kecakapan dan
pengetahuan. Prestasi belajar seorang siswa dapat dilihat dari penilaian
terhadap hasil belajarnya.
Prestasi belajar menurut Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1989) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran dan ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru. Sedangkan Arifin (dalam Wahyuningsih, 2002)
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha dalam menguasai
pelajaran dan dapat memberikan kepuasan tertentu kepada seseorang
khususnya individu yang berada pada bangku sekolah. Hasil dari prestasi
belajar selama proses belajar dapat dilihat dari nilai ulangan, tugas-tugas dan
rapor. Arifin (dalam Wahyuningsih, 2002) juga menambahkan bahwa prestasi
belajar masih mejadi tolok ukur kompetensi siswa di bidang ilmunya.
3
Prestasi belajar sangat penting bagi para siswa karena dapat
menentukan kelangsungan masa depannya. Lima puluh persen dari siswa
SMKN 1 Pontianak yang mengikuti UAN tidak lulus karena gagal di mata
pelajaran Matematika dan bahasa Inggris. Nilai UAN siswa untuk kedua mata
pelajaran ini di bawah empat. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
SMKN 1 Pontianak, Edward Aritonang, mengatakan bahwa siswa SMK yang
tidak lulus UAN terpaksa harus mengulang selama satu tahun karena tidak
diperbolehkan mengambil ujian Paket C (”Angka Kelulusan SMK Jeblok”,
2008). Siswa sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) yang dilaporkan tidak
lulus UAN sebanyak 27.164 siswa dari Jawa Barat dan lebih dari 10.000 siswa
dari Lampung. Robby SS, Kepala Seksi Pendidikan Menengah SMU dan
SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung mengatakan bahwa status
kelulusan SLTP merupakan syarat utama untuk melanjutkan ke tingkat SLTA.
Siswa SLTP yang tidak lulus dalam UAN tidak bisa meneruskan pendidikan
ke sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) (”Makin Banyak Siswa Tak Lulus
UAN”, 2008).
Hal ini menunjukkan bagaimana pentingnya sebuah hasil proses
belajar yang ditunjukkan oleh sebuah prestasi belajar berupa nilai Ujian Akhir
Nasional (UAN). Oleh karena itu prestasi belajar seorang siswa perlu
ditingkatkan
karena
menentukan
masa
depannya
setidaknya
dalam
menentukan kelanjutan jenjang pendidikannya.
Saat ini, beberapa perusahaan dalam mencari karyawan baru akan
menentukan syarat prestasi belajar minimal yang harus dimiliki oleh calon
4
karyawan. Calon karyawan atau lulusan dengan prestasi belajar di bawah
ketentuan prestasi belajar minimum yang ditentukan perusahaan tentu saja
akan ditolak oleh perusahaan untuk menjadi karyawan pada perusahaan
tersebut. Sedangkan calon karyawan atau lulusan dengan prestasi belajar di
atas ketentuan prestasi belajar minimum yang ditentukan oleh perusahaan
mempunyai peluang yang besar untuk menjadi karyawan di perusahaan
tersebut.
Siswa yang memiliki prestasi belajar yang tidak bagus atau rendah
akan mengalami berbagai kesulitan. Siswa tersebut tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya dan mendapat malu karena tinggal kelas.
Siswa tersebut juga akan mengalami hambatan dalam mewujudkan citacitanya sehingga akan kesulitan dalam menggapai masa depan yang
cemerlang. Sedangkan siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik akan
mendapat berbagai kemudahan. Siswa tersebut akan dengan mudah
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang berikutnya. Siswa tersebut juga akan
mudah mewujudkan cita-citanya dan menggapai masa depan yang cemerlang.
Keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi dapat menimbulkan rasa
bangga, tidak hanya pada orang tersebut, melainkan juga pada lingkungan
sekitarnya yang mendukung usahanya dalam pencapaian prestasi (Purwantara,
2002).
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi
yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient
5
(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi
belajar yang optimal. Menurut Binet (dalam Winkel, 1997), hakikat inteligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Kenyataannya, dalam proses
belajar-mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih
prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa
yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi
belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan
inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi.
Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan
keberhasilan
seseorang,
karena
ada
faktor
lain
yang
mempengaruhi. Menurut Goleman (dalam Wahyuningsih, 2004), kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan dalam mencapai
prestasi belajar yang baik, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor-faktor
lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwantara (2002) mengungkapkan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktorfaktor eksternal atau faktor-faktor dari luar diri siswa seperti pengawas siswa
saat belajar, teman-teman dengan tingkat pendidikan yang sama dan fasilitas
belajar. Sariningsih (2004) mengemukakan bahwa prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Perbedaan pola pengajaran yang
6
diberikan oleh guru kepada siswa juga ikut mempengaruhi prestasi belajar
seorang siswa (Wonoprabowo, 2003)
Syah (2008) mengungkapkan bahwa di samping faktor inteligensi,
faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa yang turut mempengaruhi
prestasi belajar adalah kondisi umum jasmani, sikap, bakat, minat dan
motivasi. Wahyuningsih (2004) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,248 (p=0,002).
Selain itu, salah satu faktor internal yang diduga mempengaruhi
prestasi belajar seorang siswa adalah Locus of Control. Locus of Control
dikemukakan pertama kali oleh Julian Rotter pada tahun 1960-an (Magill,
1996). Rotter (dalam Corsini, 1994) mengungkapkan bahwa Locus of Control
merupakan sebuah keyakinan mengenai sumber penentu kejadian dalam hidup
seseorang. Dengan kata lain Locus of Control adalah keyakinan individu
mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Larsen & Buss
dalam Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, Rifameutia, 2007). Locus of
Control menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan
antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat atau hasilnya
(outcome) (Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, Rifameutia, 2007).
Rotter (dalam Corsini, 1994) mengungkapkan bahwa Locus of Control
merupakan hasil dari proses belajar sosial. Dalam konsepnya ini, Rotter
mengungkapkan 3 hal penting yang berhubungan dengan Locus of Control
yaitu harapan (expectancies), penguatan (reinforcement) dan situasi psikologi
7
(the psychological situation). Seseorang berperilaku karena mengharapkan
sesuatu terjadi. Dengan mengandalkan kekuatannya sendiri dan apa yang
individu tersebut harapkan terjadi, individu telah belajar dan meyakininya
bahwa sesuatu terjadi dalam hidupnya karena kekuatannya sendiri. Saat
individu berperilaku dengan lebih mengandalkan hal-hal dari luar dirinya dan
apa yang individu tersebut harapkan terjadi, individu telah belajar dan
meyakininya bahwa sesuatu terjadi karena pengaruh dari sesuatu dari luar
dirinya. Keyakinan ini akan semakin kuat bila apa yang telah dipelajari
individu tersebut mendapat penguatan. Berdasarkan hal ini, Rotter (dalam
Corsini, 1994) membedakan Locus of Control menjadi dua, yakni Locus of
Control internal dan Locus of Control eksternal. Individu dengan Locus of
Control
internal
cenderung
menganggap
bahwa
ketrampilan
(skill),
kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih menentukan apa yang mereka
peroleh dalam hidup mereka. Sedangkan individu yang memiliki Locus of
Control eksternal cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama
ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir,
keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa.
Individu dengan Locus of Control internal akan meyakini keberhasilan
dalam mewujudkan harapan merupakan hasil dari kekuatan atau sumber daya
dari dalam dirinya. Oleh karena itu keberhasilan akan dipandang sebagai hasil
dari usahanya sendiri. Sedangkan individu dengan Locus of Control eksternal
tidak meyakini bahwa keberhasilan dalam mewujudkan harapan merupakan
hasil dari kekuatan atau sumber daya dari dalam dirinya. Oleh karena itu
8
individu dengan Locus of Control eksternal akan memandang keberhasilan
dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya.
Locus of Control juga mengacu pada orientasi motivasi seseorang.
Individu dengan Locus of Control internal dapat memotivasi dirinya sendiri
atau memiliki motivasi internal sedangkan individu dengan Locus of Control
eksternal memiliki motivasi eksternal (VandenBos, 2007). Seseorang dengan
Locus of Control internal adalah mereka yang merasa bertanggung jawab atas
kejadian-kejadian tertentu. Hasil adalah dampak langsung dari tindakannya.
Sehingga mereka lebih termotivasi untuk bertindak. Sedangkan orang dengan
Locus of Control eksternal adalah mereka yang seringkali menyalahkan (atau
bersyukur) atas keberuntungan, petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatankekuatan lain di luar kekuasaannya. Akibatnya mereka tidak termotivasi untuk
bertindak dan hanya menunggu pihak luar dirinya (”Inspirasi dan Motivasi”,
2000).
Syah (2008) mengungkapkan bahwa salah satu hal yang dapat
menentukan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa adalah tingkat usaha
yang dilakukan siswa dalam belajar. Prestasi belajar yang baik pada umumnya
disebabkan karena adanya tingkat usaha yang tinggi, sedangkan hasil yang
buruk adalah cerminan usaha yang rendah. Carducci (1998) mengungkapkan
bahwa individu yang memiliki Locus of Control internal akan memiliki
tingkat usaha yang lebih tinggi daripada individu yang memiliki Locus of
Control eksternal. Siswa dengan Locus of Control internal akan memiliki
tingkat usaha yang tinggi dalam meraih prestasi belajar yang baik. Hal ini
9
dikarenakan mereka sadar akan kekuatan atau sumber daya dari dalam dirinya
sendiri sehingga mereka dapat memotivasi diri mereka sendiri untuk mencapai
prestasi belajar yang baik. Tingkat usaha yang tinggi ini akan memberikan
peluang yang besar bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang baik.
Selain itu, dengan rasa tanggung jawab yang besar atas kesuksesannya sendiri,
siswa akan berusaha lebih giat karena mereka merasa bila mereka tidak
berusaha, mereka tidak akan berhasil.
Siswa dengan Locus of Control eksternal akan memiliki tingkat usaha
yang lebih rendah dalam meraih prestasi belajar yang baik. Hal ini
dikarenakan mereka tidak sadar akan kekuatan atau sumber daya dari dalam
dirinya sendiri sehingga mereka tidak dapat memotivasi diri mereka sendiri.
Siswa dengan Locus of Control eksternal lebih percaya bahwa prestasi belajar
mereka ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir,
keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa seperti guru atau orang tua.
Siswa-siswa ini mengharapkan kekuatan dari luar diri mereka yang akan
memberi mereka motivasi dalam berusaha mencapai prestasi belajar yang
baik. Padahal mereka tidak selalu dapat memberi motivasi. Tingkat usaha
yang lebih rendah ini memberi peluang bagi siswa untuk meraih prestasi
belajar yang rendah. Selain itu, siswa dengan Locus of Control eksternal
memiliki rasa tanggung jawab yang kurang atas kesuksesannya sendiri karena
mereka yakin kekuatan dari luar yang menentukan kesuksesan mereka. Hal ini
membuat mereka akan mengandalkan kekuatan dari luar dirinya dan tidak
mau berusaha terlalu keras dalam mencapai prestasi belajar yang baik
10
Penelitian yang dilakukan oleh Kurnianingtyas (2002) menemukan
bahwa motif berprestasi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan
Locus of Control internal (r=0,521, p
DAAN PR
RESTASI BELAJAR
B
R ANTAR
RA SISWA
A YANG
MEMIL
LIKI LOC
CUS OF CO
ONTROL INTERNA
AL DAN SISWA
S
YANG MEMILIKI
M
I LOCUS OF CONT
TROL EKS
STERNAL
L PADA
SISWA
A-SISWI KELAS
K
X SMA PAD
DMAWIJJAYA KLA
ATEN
TAHUN
T
A
AJARAN
2
2008-2009
Skripsi
Diaju
ukan untuk M
Memenuhi Saalah Satu Syyarat
Memperoleh
M
Gelar Sarjan
na Psikologii
Fakuultas Psikoloogi
D
Disusun oleh::
Ignasius Erlangga Prriantoro
NIM
M : 049114068
FAKULTAS PSIKO
OLOGI
UN
NIVERSITA
AS SANATA
A DHARMA
A
YOG
GYAKARR
RTA
2009
i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: “Pergilah, makanlah dan
minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.”
(I Raja-Raja 18:41)
Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan
beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati,
sebab Tuhan enyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan citacita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu,
tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau
untuk selamanya.
(I Tawarikh 28:9)
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu,
atas dukungan dan kasih sayangnya
Adikku Wening,
atas doanya dan semangat yang kau berikan buatku
Ferani,
untuk dukungan dan selalu ada di sebelahku
Teman-temanku,
untuk ada saat aku butuh
iv
ABSTRAK
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG MEMILIKI
LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN SISWA YANG MEMILIKI
LOCUS OF CONTROL EKSTERNAL PADA SISWA-SISWI KELAS X
SMA PADMAWIJAYA KLATEN TAHUN AJARAN 2008-2009
Ignasius Erlangga Priantoro
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara
siswa yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of
Control eksternal pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 20082009. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang
memiliki Locus of Control eksternal pada siswa-siswi kelas X SMA Padmawijaya
Klaten tahun ajaran 2008-2009.
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Padmawijaya Klaten
tahun ajaran 2008-2009 yang berjumlah 127 subjek. Pengambilan data Locus of
Control dengan menggunakan skala IPC Locus of Control yang dikembangkan
oleh Levenson dan yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh
Munandar. Sedangkan data nilai rapor diperoleh berdasarkan data nilai rapor yang
diperoleh dari SMA Padmawijaya Klaten. Skala Locus of Control memiliki
koefisien reliabilitas sebesar 0,859.
Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of Control eksternal
pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009, peneliti
menggunakan uji beda Independent Sample t-test. Berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh t hitung sebesar 1,174 dengan taraf signifikansi 0,234 dan t tabel sebesar
1,960. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan prestasi belajar antara siswa
yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of
Control eksternal pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 20082009.
Kata kunci: Prestasi belajar, Locus of Control, Siswa
vi
ABSTRACT
THE SCHOOL ACIEVEMENT DEFFERENCE BETWEEN STUDENTS
WHO HAVE LOCUS OF CONTROL INTERNAL AND STUDENTS WHO
HAVE LOCUS OF CONTROL EXTERNAL ON TENTH GRADE
STUDENTS OF SMA PADMAWIJAYA KLATEN IN 2008-2009
ACADEMIC YEAR
Ignasius Erlangga Priantoro
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
This research was aiming to figure out the school achievement difference
between students who have internal Locus of Control and students who have
external Locus of Control on tenth grade students of SMA Padmawijaya Klaten in
2008-2009 academic year. Hypothesis that was proposed was there was school
achievement difference between students who have internal Locus of Control and
students who have external Locus of Control on tenth grade students of SMA
Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year.
There were 127 students who joined this research. All students were at
tenth grade at SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year. To gain
student’s Locus of Control data, researcher used Levenson’s IPC Locus of Control
scale which then translated into Indonesian language by Munandar. To gather
student’s school achievement data, researcher used student’s school achievement
data which were provided by the school. The reliability of Locus of Control scale
that was tested was 0,859.
To figure out the school achievement difference between students who
have internal Locus of Control and students who have external Locus of Control
on tenth grade students of SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic
year, researcher used Independent Sample t-test. The result showed that the
differential value was 1,174 with significant value was 0,234. Since the significant
value was higher than 0,05, the hypothesis was rejected. In other words, there was
no school achievement difference between students who have internal Locus of
Control and students who have external Locus of Control on tenth grade students
of SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year.
Keywords: Locus of Control, School achievement, Students.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kasih Tuhan Yeus yang begitu besar sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak lepas dari peran serta dan
bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis, untuk itu, dalam
kesempatai ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhanku, Yesus Kristus yang dengan setianya membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini, yang telah memberikan keyakinan pada penulis
bahwa skripsi ini akan selesai.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas
kesedian waktu dan bantuan yang amat berharga bagi penulis sehingga karya
ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Kristiana Dewayani atas arahan dan koreksian yang sangat berarti bagi
penelitian ini.
5. Ibu M. M. Nimas Eki S., S. Psi., Psi, M. Si. atas arahan dan koreksian yang
sangat berarti bagi penelitian ini.
6. Ibu Ratna selaku guru Bimbingan Konseling di SMA Negri I Klaten karena
telah mengijinkan peneliti melakukan uji coba alat penelitian
7. Ibu Endang Pratiwi selaku guru Bimbingan Konseling di SMA Padmawijaya
Klaten atas diijinkannya peneliti melakukan pebelitian di SMA Padmawijaya
Klaten
8. Teman-teman kelas X SMA Negri I Klaten atas kesediannya mengisi skala
9. Teman-teman kelas X SMA Padmawijaya Klaten atas kesediannya mengisi
skala.
10. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S. selaku dosen pembimbing akademik. Terima
kasih atas penyertaannya selama ini
11. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas
bimbingan, pengajaran, dan didikannya selama ini
ix
12. Kedua orangtuaku atas dukungan dan semangatnya. Tanpa dorongan yang
sedikit memaksa dari Bapak dan Ibu, skripsi ini tidak akan selesai
13. Wening adikku. Terima kasih doa dan dukungannya.
14. Pakdhe Gito atas petuah-petuahnya. Terima kasih juga atas bantuannya
selama ini
15. Ferani atas dukungannya selama ini. Terima kasih dah mau dengar keluhkesahku. Terima kasih juga atas marah-marahnya. He…he… Makasih banget
ya… aku ga tau gimana aku tanpa kamu….
16. Sahabat-sahabatku yang sudah lama tidak bertemu. Deny, Ivan, Didit, Yayan,
Lukas, Alfon. Ayo rek kumpul maneh. Terima kasih atas doa dan
dukungannya. Terima kasih juga atas sms-sms yang menyegarkan saat aku
jenuh.
17. Aji, Ronald, Johan, Indri, Sr. Chris atas semua dukungannya, bantuannya,
persahabatan yang kalian tawarkan selama ini.
18. Teman-teman kosku. Terima kasih atas malam-malam panjang yang kita
lalui bersama.
19. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2004, dan juga segala angkatan.
Terima kasih atas segala kebersamaan yang menyenangkan.
20. Mas Gandung dan Mba Naniek. Terima kasih atas bantuannya selama ini
yang teramat besar.
21. Paklik Mudji. Terima kasih banyak atas bantuan dan gurauan-gurauannya.
22. Mas Doni. Terima kasih atas bantuan pinjaman buku dan lain-lain.
23. Pak Gi’. Terima kasih atas bantuannya dan senyumnya.
24. Kang Umar dan keluarga atas makanannya yang menyehatkan dan
mengenyangkan
25. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...……i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………………….…….ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..…...…….iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………...………iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………...……..v
ABSTRAK………………………………………………………………………vi
ABSTRACT………………………………………………………………….…vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGANKADEMIS……………………………....viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………...…………xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..17
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………17
D. Manfaat Penelitian………………………………………………..…17
xi
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………18
A. Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam Tahap
Perkembangan Remaja……………………………………….……..18
B. Prestasi Belajar……………………………………………………...23
C. Locus of Control…………………………………………………………...32
D. Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Memiliki Locus
of Control Internal dan Siswa yang Memiliki Locus of Control
Eksternal…………………………………………………………….41
E. Hipotesis Penelitian…………………………………………………44
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………45
A. Jenis Penelitian……………………………………………………...45
B. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………………..45
C. Definisi Operasional………………………………………………...45
D. Populasi dan Sampling……………………………………………...47
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data…………………………….....48
F. Analisis Data………………………………………………………..56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………..58
A. Hasil Penelitian……………………………………………………..59
B. Pembahasan…………………………………………………………66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………71
A. Ksimpulan…………………………………………………………..71
xii
B. Saran………………………………………………………………...72
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………......73
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Distribusi Butir Skala IPC Levenson…………………………...49
Tabel 2
Skor Untuk Jawaban Faktor Internal……………………………50
Tabel 3
Skor Untuk Jawaban Faktor Eksternal………………………….50
Tebel 4
Distribusi Butir Skala IPC Levenson Setelah Analisis Item……56
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok
Siswa yang Memiliki Locus of Control Internal………………..60
Tabel 6
Hasil Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok
Siswa yang Memiliki Locus of Control Eksternal……………..60
Tabel 7
Uji Homogenitas……………………………………………......61
Tabel 8
Deskripsi Data Penelitian……………………………………….62
Tabel 9
Prosentase Orientasi Locus of Control Siswa…………………..63
Tabel 10
Deskripsi Data Nilai Rapor……………………………………..64
Tabel 11
Hasil Uji-t Rata-rata Prestasi Belajar…………………………...65
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Skala IPC Levenson Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas
2.
Skala IPC Levenson Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas
3.
Rekapitulasi Data Uji Coba Skala
4.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Skala
5.
Rekapitulasi Data Penelitian
6.
Hasil Reliabilitas Penelitian
7.
Uji Asumsi :
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
8. Uji-t
9. Deskripsi Data Nilai Rapor
10. Deskripsi Data Locus of Control
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja,
teratur
dan
berencana
dengan
maksud
mengubah
atau
mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal
merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal (Wahyuningsih,2004).
Winkel (2007) mengungkapkan bahwa sekolah merupakan salah satu
lembaga pendidikan formal yang memiliki serangkaian kegiatan terencana dan
terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di
kelas. Ditambahkan pula bahwa kegiatan ini bertujuan menghasilkan
perubahan-perubahan positif dalam diri anak melalui usaha belajar. Dengan
belajar anak dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap
dan nilai yang akan mengantarnya ke kedewasaan dan diharapkan anak
mampu mencapai keberhasilan dalam proses belajar ini.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu
yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997),
belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan
1
2
terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan
cita-cita yang diharapkan.
Wahyuningsih (2004) mengatakan bahwa belajar akan menghasilkan
perubahan-perubahan keterampilan, kecakapan dan pengetahuan dalam diri
seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi,
perlu adanya penilaian. Begitu juga, terhadap seorang siswa yang mengikuti
suatu pendidikan selalu diadakan penilaian hasil belajarnya. Penilaian
terhadap hasil belajar seorang siswa dapat berguna untuk mengetahui sejauh
mana siswa tersebut telah mengalami perubahan keterampilan, kecakapan dan
pengetahuan. Prestasi belajar seorang siswa dapat dilihat dari penilaian
terhadap hasil belajarnya.
Prestasi belajar menurut Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1989) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran dan ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru. Sedangkan Arifin (dalam Wahyuningsih, 2002)
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha dalam menguasai
pelajaran dan dapat memberikan kepuasan tertentu kepada seseorang
khususnya individu yang berada pada bangku sekolah. Hasil dari prestasi
belajar selama proses belajar dapat dilihat dari nilai ulangan, tugas-tugas dan
rapor. Arifin (dalam Wahyuningsih, 2002) juga menambahkan bahwa prestasi
belajar masih mejadi tolok ukur kompetensi siswa di bidang ilmunya.
3
Prestasi belajar sangat penting bagi para siswa karena dapat
menentukan kelangsungan masa depannya. Lima puluh persen dari siswa
SMKN 1 Pontianak yang mengikuti UAN tidak lulus karena gagal di mata
pelajaran Matematika dan bahasa Inggris. Nilai UAN siswa untuk kedua mata
pelajaran ini di bawah empat. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
SMKN 1 Pontianak, Edward Aritonang, mengatakan bahwa siswa SMK yang
tidak lulus UAN terpaksa harus mengulang selama satu tahun karena tidak
diperbolehkan mengambil ujian Paket C (”Angka Kelulusan SMK Jeblok”,
2008). Siswa sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) yang dilaporkan tidak
lulus UAN sebanyak 27.164 siswa dari Jawa Barat dan lebih dari 10.000 siswa
dari Lampung. Robby SS, Kepala Seksi Pendidikan Menengah SMU dan
SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung mengatakan bahwa status
kelulusan SLTP merupakan syarat utama untuk melanjutkan ke tingkat SLTA.
Siswa SLTP yang tidak lulus dalam UAN tidak bisa meneruskan pendidikan
ke sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) (”Makin Banyak Siswa Tak Lulus
UAN”, 2008).
Hal ini menunjukkan bagaimana pentingnya sebuah hasil proses
belajar yang ditunjukkan oleh sebuah prestasi belajar berupa nilai Ujian Akhir
Nasional (UAN). Oleh karena itu prestasi belajar seorang siswa perlu
ditingkatkan
karena
menentukan
masa
depannya
setidaknya
dalam
menentukan kelanjutan jenjang pendidikannya.
Saat ini, beberapa perusahaan dalam mencari karyawan baru akan
menentukan syarat prestasi belajar minimal yang harus dimiliki oleh calon
4
karyawan. Calon karyawan atau lulusan dengan prestasi belajar di bawah
ketentuan prestasi belajar minimum yang ditentukan perusahaan tentu saja
akan ditolak oleh perusahaan untuk menjadi karyawan pada perusahaan
tersebut. Sedangkan calon karyawan atau lulusan dengan prestasi belajar di
atas ketentuan prestasi belajar minimum yang ditentukan oleh perusahaan
mempunyai peluang yang besar untuk menjadi karyawan di perusahaan
tersebut.
Siswa yang memiliki prestasi belajar yang tidak bagus atau rendah
akan mengalami berbagai kesulitan. Siswa tersebut tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya dan mendapat malu karena tinggal kelas.
Siswa tersebut juga akan mengalami hambatan dalam mewujudkan citacitanya sehingga akan kesulitan dalam menggapai masa depan yang
cemerlang. Sedangkan siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik akan
mendapat berbagai kemudahan. Siswa tersebut akan dengan mudah
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang berikutnya. Siswa tersebut juga akan
mudah mewujudkan cita-citanya dan menggapai masa depan yang cemerlang.
Keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi dapat menimbulkan rasa
bangga, tidak hanya pada orang tersebut, melainkan juga pada lingkungan
sekitarnya yang mendukung usahanya dalam pencapaian prestasi (Purwantara,
2002).
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi
yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient
5
(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi
belajar yang optimal. Menurut Binet (dalam Winkel, 1997), hakikat inteligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Kenyataannya, dalam proses
belajar-mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih
prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa
yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi
belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan
inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi.
Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan
keberhasilan
seseorang,
karena
ada
faktor
lain
yang
mempengaruhi. Menurut Goleman (dalam Wahyuningsih, 2004), kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan dalam mencapai
prestasi belajar yang baik, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor-faktor
lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwantara (2002) mengungkapkan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktorfaktor eksternal atau faktor-faktor dari luar diri siswa seperti pengawas siswa
saat belajar, teman-teman dengan tingkat pendidikan yang sama dan fasilitas
belajar. Sariningsih (2004) mengemukakan bahwa prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Perbedaan pola pengajaran yang
6
diberikan oleh guru kepada siswa juga ikut mempengaruhi prestasi belajar
seorang siswa (Wonoprabowo, 2003)
Syah (2008) mengungkapkan bahwa di samping faktor inteligensi,
faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa yang turut mempengaruhi
prestasi belajar adalah kondisi umum jasmani, sikap, bakat, minat dan
motivasi. Wahyuningsih (2004) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,248 (p=0,002).
Selain itu, salah satu faktor internal yang diduga mempengaruhi
prestasi belajar seorang siswa adalah Locus of Control. Locus of Control
dikemukakan pertama kali oleh Julian Rotter pada tahun 1960-an (Magill,
1996). Rotter (dalam Corsini, 1994) mengungkapkan bahwa Locus of Control
merupakan sebuah keyakinan mengenai sumber penentu kejadian dalam hidup
seseorang. Dengan kata lain Locus of Control adalah keyakinan individu
mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Larsen & Buss
dalam Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, Rifameutia, 2007). Locus of
Control menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan
antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat atau hasilnya
(outcome) (Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, Rifameutia, 2007).
Rotter (dalam Corsini, 1994) mengungkapkan bahwa Locus of Control
merupakan hasil dari proses belajar sosial. Dalam konsepnya ini, Rotter
mengungkapkan 3 hal penting yang berhubungan dengan Locus of Control
yaitu harapan (expectancies), penguatan (reinforcement) dan situasi psikologi
7
(the psychological situation). Seseorang berperilaku karena mengharapkan
sesuatu terjadi. Dengan mengandalkan kekuatannya sendiri dan apa yang
individu tersebut harapkan terjadi, individu telah belajar dan meyakininya
bahwa sesuatu terjadi dalam hidupnya karena kekuatannya sendiri. Saat
individu berperilaku dengan lebih mengandalkan hal-hal dari luar dirinya dan
apa yang individu tersebut harapkan terjadi, individu telah belajar dan
meyakininya bahwa sesuatu terjadi karena pengaruh dari sesuatu dari luar
dirinya. Keyakinan ini akan semakin kuat bila apa yang telah dipelajari
individu tersebut mendapat penguatan. Berdasarkan hal ini, Rotter (dalam
Corsini, 1994) membedakan Locus of Control menjadi dua, yakni Locus of
Control internal dan Locus of Control eksternal. Individu dengan Locus of
Control
internal
cenderung
menganggap
bahwa
ketrampilan
(skill),
kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih menentukan apa yang mereka
peroleh dalam hidup mereka. Sedangkan individu yang memiliki Locus of
Control eksternal cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama
ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir,
keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa.
Individu dengan Locus of Control internal akan meyakini keberhasilan
dalam mewujudkan harapan merupakan hasil dari kekuatan atau sumber daya
dari dalam dirinya. Oleh karena itu keberhasilan akan dipandang sebagai hasil
dari usahanya sendiri. Sedangkan individu dengan Locus of Control eksternal
tidak meyakini bahwa keberhasilan dalam mewujudkan harapan merupakan
hasil dari kekuatan atau sumber daya dari dalam dirinya. Oleh karena itu
8
individu dengan Locus of Control eksternal akan memandang keberhasilan
dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya.
Locus of Control juga mengacu pada orientasi motivasi seseorang.
Individu dengan Locus of Control internal dapat memotivasi dirinya sendiri
atau memiliki motivasi internal sedangkan individu dengan Locus of Control
eksternal memiliki motivasi eksternal (VandenBos, 2007). Seseorang dengan
Locus of Control internal adalah mereka yang merasa bertanggung jawab atas
kejadian-kejadian tertentu. Hasil adalah dampak langsung dari tindakannya.
Sehingga mereka lebih termotivasi untuk bertindak. Sedangkan orang dengan
Locus of Control eksternal adalah mereka yang seringkali menyalahkan (atau
bersyukur) atas keberuntungan, petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatankekuatan lain di luar kekuasaannya. Akibatnya mereka tidak termotivasi untuk
bertindak dan hanya menunggu pihak luar dirinya (”Inspirasi dan Motivasi”,
2000).
Syah (2008) mengungkapkan bahwa salah satu hal yang dapat
menentukan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa adalah tingkat usaha
yang dilakukan siswa dalam belajar. Prestasi belajar yang baik pada umumnya
disebabkan karena adanya tingkat usaha yang tinggi, sedangkan hasil yang
buruk adalah cerminan usaha yang rendah. Carducci (1998) mengungkapkan
bahwa individu yang memiliki Locus of Control internal akan memiliki
tingkat usaha yang lebih tinggi daripada individu yang memiliki Locus of
Control eksternal. Siswa dengan Locus of Control internal akan memiliki
tingkat usaha yang tinggi dalam meraih prestasi belajar yang baik. Hal ini
9
dikarenakan mereka sadar akan kekuatan atau sumber daya dari dalam dirinya
sendiri sehingga mereka dapat memotivasi diri mereka sendiri untuk mencapai
prestasi belajar yang baik. Tingkat usaha yang tinggi ini akan memberikan
peluang yang besar bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang baik.
Selain itu, dengan rasa tanggung jawab yang besar atas kesuksesannya sendiri,
siswa akan berusaha lebih giat karena mereka merasa bila mereka tidak
berusaha, mereka tidak akan berhasil.
Siswa dengan Locus of Control eksternal akan memiliki tingkat usaha
yang lebih rendah dalam meraih prestasi belajar yang baik. Hal ini
dikarenakan mereka tidak sadar akan kekuatan atau sumber daya dari dalam
dirinya sendiri sehingga mereka tidak dapat memotivasi diri mereka sendiri.
Siswa dengan Locus of Control eksternal lebih percaya bahwa prestasi belajar
mereka ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir,
keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa seperti guru atau orang tua.
Siswa-siswa ini mengharapkan kekuatan dari luar diri mereka yang akan
memberi mereka motivasi dalam berusaha mencapai prestasi belajar yang
baik. Padahal mereka tidak selalu dapat memberi motivasi. Tingkat usaha
yang lebih rendah ini memberi peluang bagi siswa untuk meraih prestasi
belajar yang rendah. Selain itu, siswa dengan Locus of Control eksternal
memiliki rasa tanggung jawab yang kurang atas kesuksesannya sendiri karena
mereka yakin kekuatan dari luar yang menentukan kesuksesan mereka. Hal ini
membuat mereka akan mengandalkan kekuatan dari luar dirinya dan tidak
mau berusaha terlalu keras dalam mencapai prestasi belajar yang baik
10
Penelitian yang dilakukan oleh Kurnianingtyas (2002) menemukan
bahwa motif berprestasi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan
Locus of Control internal (r=0,521, p